I. LATARBELAKANG
Hospitalisasi merupakan suatu proses, dimana karena suatu alasan
tertentu baik darurat atau berencana mengharuskan anak tinggal di rumah sakit
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah. Proses
hospitalisasi pada anak usia prasekolah akan berdampak sangat serius.
Perawatan di rumah sakit juga membuat anak kehilangan kontrol terhadap
dirinya. Selama proses hospitalisasi anak dan orang tua dapat mengalami
beberapa pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan kecemasan, hal
ini akan berdampak negatif bagi anak.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan kecemasan
adalah melalui kegiatan terapi bermain.Bermain merupakan salah satu alat
komunikasi yang natural bagi anak-anak. Bermain merupakan dasar pendidikan
dan aplikasi terapeutik yang membutuhkan pengembangan pada pendidikan
anak usia dini. Bermain dapat dilakukan oleh anak yang sehat maupun sakit.
Walaupun anak sedang mengalami sakit, tetapi kebutuhan akan bermain tetap
ada. Salah satu fungsi bermain adalah sebagai terapi dimana dengan melakukan
permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya.
Melalui kegiatan bermain, anak dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan
permainan.
Salah satu permainan yang cocok di mainkan saat anak di rawat di
rumah sakit adalah permainan puzzle. Puzzle merupakan suatu bentuk
permainan menyusun gambar yang membutuhkan konsentrasi dan kemampuan
berfikir. Melalui terapi menyusun puzzle ini diharapkan dapat melatih
kemampuan kosentrasi dan mengarahkan perilaku serta emosi anak ke arah
yang positif.
II. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi bermain pada anak di ruang perawatan anak anggrek
B RSUD Tarakan selama 45 menit, diharapkan dapat menurunkan kecemasan yang
dirasakan anak selama dirawat di RS.
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak mampu:
a. Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan perawat.
b. Menstimulasi perkembangan motorik halus anak.
c. Melatih keterampilan anak.
d. Melatih kemampuan kosentrasi anak.
e. Dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman sebaya yang dirawat
di ruang yang sama.
III. Materi
A. Pengertian definisi bermain
B. Fungsi bermain
C. Tujuan bermain
D. Faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain
E. Prinsip-prinsip dalam aktivitas bermain
F. Klasifikasi bermain
6. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan
memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.
2) Posisi di tempat tidur terpasang pagar
3) Orang tua klien dan klien sepakat untuk mengikuti kegiatan.
4) Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
b. Evaluasi Proses
1) Leader mampu memimpin acara.
2) Anak mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir.
c. Evaluasi Hasil
1) Anak mampu mencocokkan puzzel dengan arahan terapis dan orang
tua
2) Anak tampak senang saat dilakukan terapi bermain
Kesimpulan: An. AA usia 8 tahun setelah dilakukan terapi bermain, anak merasa
gembira, anak mau melakukan anjuran dokter dan perawat ( seperti tidak menarik
tangan saat disuntik, mau minum obat teratur). Tujuan yang tercapai seperti terapi
bermain dapat menstimulasi motorik halus anak, dapat bersosialisasi. Ketakutan
dan kejenuhan selama dirawat di rumah sakit menjadi berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
Kliegman, Robert M., 2000, Ilmu Keshatan Anak Nelson Vol 3, Editor Bahasa
Indonesia: A. Samik Wahab-Ed.15. Jakarta: EGC.
Markum, dkk., 1990, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: IDI.
................................................
LAMPIRAN MATERI
TERAPI BERMAIN ANAK USIA 5-10 TAHUN
A. Definisi
Bermain adalah satu kegiatan menyenangkan bagi anak yang dilakukan setiap
hari secara sukarela untuk memperoleh kepuasan dan merupakan media yang baik
bagi anak-anak untuk belajar komunikasi, mengenal lingkungan, dan untuk
meningkatkan kesejahteraan mental dan sosial anak.
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak
secara optimal. Oleh karena itu dalam memilih alat bermain hendaknya disesuaikan
dengan jenis kelamin dan usia anak. Sehingga dapat merangsang perkembangan
anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas
bermain ini tetap perlu dilaksanakan disesuaikan dengan kondisi anak.
B. Fungsi Bermain
Fungsi bermain adalah merangsang perkembangan sensorik-motorik,
perkembangan intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran diri, moral dan bermain
sebagai terapi.
1. Perkembangan sensorik-motorik merupakan komponen terbesar
yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan
pengobatan.
2. Perkembangan intelektual anak melakukan eksplorasi dan
manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada dilingkungan sekitar.
3. Perkembangan sosial anak akan memberi dan menerima serta
mengembangkan hubungan sesuai dengan belajar memecahkan masalah dan
hubungan sulit.
4. Perkembangan kreatifitas anak belajar merealisasikan diri.
5. Perkembangan kesadaran diri, anak belajar mengenal kemampuan
dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya
terhadap orang lain.
6. Perkembangan moral, anak akan belajar mengenai nilai dan moral
dan etika belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah serta
belajar bertanggung jawab atas segala tindakan yang telah dilakukan.
7. Bermain sebagai terapi, anak akan mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya dan relaksasi melalui kesenangannya bermain.
C. Tujuan Bermain
1. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan
dirawat di rumah sakit.
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
3. Pengembangan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah.
4. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal
pada saat sakit, pada saat sakit anak mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan.
F. Klasifikasi Bermain
1. BERDASARKAN ISI PERMAINAN
a. Sosial Affective Play
Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan mendapatkan
kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang menyenangkan dengan orang tuanya
atau orang lain.
b. Sense of Pleasure Play
Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa senang pada
anak. Misalnya, bermain dengan pasir.
c. Skill Play
Permainan ini meningkatkan keterampilan anak, khususnya motorik kasar
dan halus. Misalnya, bayi akan terampil memegang benda-benda kecil, anak akan
terampil bermain sepeda.
d. Games atau Permainan
Jenis permainan yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan
perhitungan atau skor. Misalnya, ular tangga, puzzle.
e. Unoccupied Behaviour
Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum, tertawa,
memainkan kursi, meja atau apa yang ada di sekelilingnya. Jadi, sebenarnya anak
tidak memainkan alat permainan tertentu, dan situasi atau obyek yang ada di
sekelilingnya yang digunakan sebagai alat permainan. Anak tampak senang dan
asyik dengan situasi serta lingkungannya tersebut.
f. Dramatic Play
Dalam permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain melalui
permainannya. Misalnya, anak memerankan sebagai ibu guru, ayahnya atau ibunya.
2. DITINJAU DARI KARAKTER
a. Social anlooker play
Anak hanya akan mengamati temannya yang sedang bermain tanpa ada
inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam permainan.
b. Solitary play
Pada pemainan ini anak tampak berada dalam kelompok permaian, tetapi
anak bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya yang berbeda dengan
teman yang lain, tidak ada kerja sama atau komunikasi dengan teman
sepermainannya.
c. Paralel play
Anak dapat menggunakan alat permainan yang sama, tetapi antara anak satu
dengan anak yang lain tidak terjadi kontak. Biasanya permainan ini dilakukan pada
usia toddler.
d. Associative play
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak
yang lain tetapi tidak terorganisir, tidak ada pemimpin dan tujuan permainan tidak
jelas.Misalnya, bermain boneka atau masak-masakan.
e. Cooperative play
Aturan permaian dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis
ini, juga tujuan dan pemimpin permainan. Misalnya, bermain sepak bola.