Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL TERAPI BERMAIN MENYUSUN PUZZLE

PADA ANAK USIA (1-5 TAHUN)


DI RUANG JEMPIRING RSU BANGLI

OLEH :
KELOMPOK 16
1. MADE ANDI NATANINGRAT 18.901.2032
2. NGAKAN PUTU HENDRA JUNI ARTA 18.901.2033
3. NI GUSTI AYU NIA PUTRI PRADNYA YANTI 18.901.2035
4. NI GUSTI AYU SRI DIAH PRAMESTI 18.901.2036

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2019

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Profesi Ners STIKes Wira Medika Bali


TERAPI BERMAIN

Pokok Bahasan : Terapi Bermain di Rumah Sakit


Sub Pokok Bahasan : Terapi Bermain Menyusun Puzzle
Sasaran : Anak usia 1-5 Tahun
Penyuluh : Kelompok 16 Profesi Ners STIKes Wira Medika Bali
Hari/Tanggal : Jumat, 11 Januari 2019
Waktu : 10.00 WITA - selesai
Tempat : Ruang Terapi Bermain Jempiring RSU Bangli

A. LATAR BELAKANG
Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan
pengalaman traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan
ketegangan atau stress hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai
faktor diantaranya perpisahan dengan orang tua, kehilangan kontrol, dan
akibat dari tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri, akibatnya akan
menimbulkan berbagai aksi seperti menolak makan, menangis, teriak,
memukul, menyepak, tidak kooperatif atau menolak tindakan keperawatan
yang diberikan.
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah
satu alat paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi
menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering
disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan
rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam
menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan
kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain
tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009)
Bermain pada anak dapat meningkatkan kecerdasan dalam berfikir dan
mengembangkan imajinasi serta melatih daya motorik halus dan kasar pada
anak. Pada anak pra sekolah umumnya perkembangan motorik kasar dan
motorik halusnya sudah baik (Soetjiningsih dalam Hidayati, 2014). Pada

Profesi Ners STIKes Wira Medika Bali


tahap ini mereka berminat untuk mendapatkan pengetahuan dan mulai
mengalami peningkatan kompetensi, dengan mengerti tentang dunia anak
terutama usia anak pra sekolah, maka dengan ini kami bermaksud untuk
melaksanakan program terapi bermain karena dengan bermain membuat anak
menjadi lebih rileks.
Terapi bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya,
kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh
emosinya, perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah
kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu
yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk
bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal
sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah
berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa
kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain. (Hidayati, 2014)
Terapi bermain yang akan dilaksanakan yaitu bermain menyusun
puzzle. Alasan memilih terapi bermain menyusun puzzle adalah untuk
mengembangkan motorik halus, keterampilan kognitif dan kemampuan
berbahasa. Puzzle merupakan salah satu bentuk permainan yang
membutuhkan ketelitian, melatih untuk memusatkan pikiran, karena kita
harus berkonstrasi ketika menyusun kepingan-kepingan puzzle tersebut
hingga menjadi sebuah gambar yang utuh dan lengkap. Sehingga puzzle
merupakan jenis permainan yang memiliki nilai-nilai edukatif. (Hidayati,
2014)
Hasil wawancara yang dilakukan dengan keluarga pasien di ruang
Jempiring RSU Bangli didapatkan sebagian besar anak mengalami rewel
akibat stress hospitalisasi dan kejenuhan serta anak tampak sering menangis
jika bertemu dengan dokter maupun perawat. Berdasarkan hal tersebut maka
kami tertarik untuk melakukan terapi bermain puzzle untuk mengurangi
dampak stress hospitalisasai serta meningkatkan kemampuan kognitif anak di
ruang Jempiring RSU Bangli.

Profesi Ners STIKes Wira Medika Bali


B. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti terapi bermain menyusun puzzle diharapkan dapat
mengurangi dampak stress hospitalisasi pada anak.

C. TUJUAN KHUSUS
Dengan mengikuti terapi bermain menyusun puzzle, diharapkan dapat :
1. Untuk mengurangi kejenuhan anak pada saat menjalani perawatan
2. Untuk meningkatkan adaptasi efektif pada anak terhadap stress karena
penyakit dan dirawat
3. Melatih kemampuan kognitif anak.
4. Melatih kemampuan motorik halus anak.
5. Melatih kemampuan sosial personal anak.

D. MEDIA
1. Puzzle
2. Karpet

F. PERENCANAAN
1. Jenis Program Bermain
Puzzel berasal dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau
bongkar pasang, media puzzle merupakan media sederhana yang
dimainkan dengan bongkar pasang. Berdasarkan pengertian tentang
media puzzle, maka dapat disimpulkan bahwa media puzzle merupakan
alat permainan edukatif yang dapat merangsang kemampuan matematika
anak, yang dimainkan dengan cara membongkar pasang kepingan puzzle
berdasarkan pasangannya.

2. Karakteristik Bermain

Profesi Ners STIKes Wira Medika Bali


Karakteristik dalam permainan ini adalah Parallel Play dimana
anak bermain dengan permainan yang sama tanpa ada tukar menukar alat
permainan.
3. Karakteristik Peserta
Peserta : Anak usia prasekolah (1 - 5 tahun)
Jumlah : 3 - 5 anak
Kriteria :
a. Anak dalam kondisi baik/cukup baik
b. Anak bisa/boleh berjalan
c. Anak kooperatif dan bersedia mengikuti terapi bermain
4. Metode
Petugas memberi contoh, anak meniru dan memperoleh reward jika
melakukan dengan baik.
a. Anak diberi penjelasan tentang prosedur pelaksanaan terapi bermain
yang meliputi waktu kegiatan, cara membuat, serta hal-hal lain yang
terkait dengan program terapi bermain.
b. Diawal permainan, anak diperkenalkan dengan puzzle, lalu diberikan
penjelasan mengenai cara bermain puzzle.
c. Setelah itu dengan panduan leader, anak diminta untuk mengamati
terlebih dahulu gambar yang ada di dalam puzzle, memencar
kepingan puzzle, menyusun kembali kepingan puzzle sesuai gambar
semula dengan benar.
d. Fasilitator mendampingi dan mengarahkan anak selama bermain
puzzle berlangsung.
e. Ibu dapat mendampingi, tetapi tidak boleh ikut terlibat dalam
kegiatan membentuk mainan.
f. Setelah waktu yang ditentukan untuk terapi bermain habis, anak
dipersilahkan untuk berhenti, dan diberikan pujian atas keterlibatan
anak selama terapi bermain berlangsung.
g. Observer melakukan pengamatan dan memberikan evaluasi terhadap
perilaku anak dan proses jalannya terapi bermain.
h. Setelah anak selesai menyusun puzzle, anak diharapkan untuk

Profesi Ners STIKes Wira Medika Bali


bercerita tentang gambar yang ada di dalam puzzle sesuai dengan
imajinasi anak.
Kemudian fasilitator mengembalikan hasil karya mereka, memberikan
hadiah dan pujian kepada semua peserta sebagai reward.

G. SETTING TEMPAT

H. ORGANISASI
1. Leader : Made Andi Nataningrat (18.901.2032)
2. Co Leader : Ngakan Putu Hendra Juni Arta (18.901.2033)
3. Fasilitator : Ni Gusti Ayu Nia Putri Pradnya Yanti (18.901.2035)
4. Fasilitator : Ni Gusti Ayu Sri Diah Pramesti (18.901.2036)

I. PROSES STRATEGI PELAKSANAAN


1. Pelaksanaan : Pukul 10.00 WITA – 10.40 WITA
2. Lama permainan : + 40 menit
3. Alokasi waktu : Persiapan : 10 menit

Profesi Ners STIKes Wira Medika Bali


Pembukan : 5 menit
Pelaksanaan : 20 menit
Evaluasi : 5 menit
4. Perilaku yang diharapkan dari anak
a. Anak senang selama atau setelah bermain
b. Anak menunjukkan respon terhadap rangsangan dari luar
5. Aturan bermain
a. Anak dikumpulkan dalam satu ruangan / door to door jika kondisi
tidak memungkinkan
b. Masing - masing anak berespon terhadap benda atau permainan yang
ada di hadapannya.
c. Anak mampu menyusun benda dengan media yang telah disediakan
sesuai dengan kreatifitasnya masing – masing.
d. Anak-anak tidak boleh berebut selama proses berlangsung
e. Masing-masing anak akan mendapat alat permainan yang sama
6. Proses Kegiatan
No. Waktu Kegiatan Respon Anak
1. 10 menit Persiapan :
1. Menyiapkan ruangan Ruangan, alat, anak
2. Mengundang anak dan dan keluarga siap
keluarga
3. Menyiapkan alat - alat
4. Menyiapkan anak dan
membagi kelompok
2 5 menit Pembukaan :
1. Mendengarkan
1. Mengucapkan salam dan
kontrak
memperkenalkan diri
2. Mendengarkan
2. Menyampaikan tujuan
tujuan dari
dan maksud dari
penyuluhan
kegiatan 3. Mendengarkan
3. Menjelaskan kontrak
kontrak.
waktu dan mekanisme 4. Mendengarkan

Profesi Ners STIKes Wira Medika Bali


kegiatan bermain. instruksi
4. Menjelaskan cara
bermain menyusun
puzzle.
3. 20 Menit Pelaksanaan :
1. Mengajak anak bermain Bermain bersama
menyusun puzzle. dengan antusias.
2. Fasilitator
mendampingi anak dan
memberikan motivasi
kepada anak.
3. Menanyakan kepada
anak apakah sudah
selesai dalam
menyusun puzzle.
4. Memberitahu anak
bahwa waktu yang
diberikan telah selesai.
5. Memberikan pujian
terhadap anak yang
mampu menyusun
sampai selesai.
4. 5 Menit Evaluasi :
1. Melakukan review Anak mendengarkan
pengalaman bermain dan merespon
menyusun puzzle dengan menjawab
2. Mengidentifiasi kesan dan
kejadian yang berkesan pengalamannya
selama bermain selama bermain ular
3. Menganalisis kesan tangga
yang didapat oleh anak
4. Menyimpulkan

Profesi Ners STIKes Wira Medika Bali


kegiatan acara

J. JOB DESCRIPTION
1. Leader
Bertanggung jawab terhadap terlaksananya terapi bermain, yaitu
membuka dan menutup kegiatan ini.
2. Co Leader
Menjelaskan pelaksanaan dan mendemonstrasikan aturan dan cara
bermain dalam terapi bermain.
3. Fasilitator
a. Memfasilitasi anak untuk bermain.
b. Membimbing anak bermain.
c. Memperhatikan respon anak saat bermain.
d. Mengajak anak untuk bersosialisasi dengan temannya.
4. Observer
a. Mengawasi jalannya permainan.
b. Mencatat proses permainan disesuaikan dengan rencana.
c. Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses bermain.
d. Menyusun laporan dan menilai hasil permainan dibantu dengan
Leader dan fasilitator.

K. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan media dan tempat
b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di Jempiring RSU Bangli
c. Struktur peran telah ditentukan 1 hari sebelum pelaksanaan
d. Kontrak dengan keluarga/anak yang akan diberi terapi bermain
dilakukan 1 hari sebelum dan pagi hari sebelum kegiatan
dilaksanakan

Profesi Ners STIKes Wira Medika Bali


2. Evaluasi Proses
a. Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan
tertib dan teratur
b. Co. Leader dapat membantu tugas Leader dengan baik
c. Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam
permainan
d. 100% anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal sampai
akhir
e. Masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan tugasnya
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta memahami permainan yang telah dimainkan.
b. Anak telah belajar memecahkan masalah melalui eksplorasi alat
mainannya.
c. Anak dapat mengembangkan hubungan sosial, komunikasi dan
belajar untuk sabar dan saling menghargai.
d. Anak merasa terlepas dari ketegangan dan stress selama
hospitalisasi, anak dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi dan relaksasi).
e. Anak dapat berintraksi dengan perawat.
f. Jumlah peserta 1 orang.

L. REFERENSI :

Hidayati. 2014. Terapi Bermain Menyusun Puzzle di Ruang Anak Bona 2


RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Universitas Airlangga Surabaya

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak, Jakarta : EGC

Wong, Donna L. 2009. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4.


Jakarta : EGC.

Profesi Ners STIKes Wira Medika Bali


LAMPIRAN MATERI KONSEP BERMAIN

A. Pengertian Bermain
Bermain adalah dunia anak-anak sebagai bahasa yang paling universal,
meskipun tidak pernah dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan bahasa yang ada
di dunia. Melalui bermain, anak-anak dapat mengekspresikan apapun yang mereka
inginkan. Menurut Groos (Schaefer et al, 1991) bermain dipandang sebagai
ekspresi insting untuk berlatih peran di masa mendatang yang penting untuk
bertahan hidup (Nuryanti, 2007).
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial
dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain,
anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan
apa yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2009).

B. Fungsi Bermain
1. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan
rangsangan pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak
dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan
rangsangan taktil,audio dan visual melalui rangsangan ini perkembangan
sensorik dan motorik akan meningkat. Hal tersebut dapat dicontohkan sejak lahir
anak yang telah dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di kemudian
hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal
sesuatu yang baru dilihatnya. Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi
dikenalkan atau dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran di
kemudian hari anak lebih cepat berkembang.
2. Membantu Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat
terlihat pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan
komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami obyek permainan seperti
dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan kenyataan, mampu
belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda yang
digunakan dalam permainan,sehingga fungsi bermain pada model demikian akan
meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.

Profesi Ners STIKes Wira Medika Bali


3. Meningkatkan Sosialisasi Anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada
usia bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan
merasakan ada teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah
mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi satu
dengan yang lain, kemudian bermain peran seperti bermain-main berpura-pura
menjadi seorang guru, jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi
seorang ibu dan lain-lain, kemudian pada usia prasekolah sudah mulai
menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga harapan anak mampu
melakukan sosialisasi dengan teman dan orang.
4. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai
belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi
objek yang akan digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif
melalui model permainan ini, seperti bermain bongkar pasang mobil - mobilan.
5. Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi
tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian
dari individu yang saling berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku,
membandingkan dengan perilaku orang lain.
6. Mempunyai Nilai Terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya
stres dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur
diri anak terhadap dunianya.
7. Mempunyai Nilai Moral
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat
dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di
sekolah dan ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa
permainan yang memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan tidak boleh
dilanggar.

C. Tujuan Bermain
Melalui fungsi yang terurai diatas, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan
sebagai berikut :
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit

Profesi Ners STIKes Wira Medika Bali


anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Walaupun demikian, selama anak dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga
kesinambungannya.
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuannya memecahkan masalah.
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat
dirumah sakit.

D. Manfaat Bermain
Bermain merupakan aktivitas penting pada masa anak-anak. Berikut ini adalah
bererapa manfaat bermain pada anak-anak :
1. Perkembangan aspek fisik. Anggota tubuh mendapat kesempatan untuk
digerakkan, anak dapat menyalurkan tenaga (energi) yang berlebihan, sehingga
ia tidak merasa gelisah.
2. Perkembangan aspek motorik kasar dan halus.
3. Perkembangan aspek sosial. Ia akan belajar tentang sistem nilai, kebiasaan-
kebiasaan dan standar moral yang dianut oleh masyarakat.
4. Perkembangan aspek emosi atau kepribadian. Anak mendapat kesempatan
untuk melepaskan ketegangan yang dialami, perasaan tertekan dan
menyalurkan dorongan-dorongan yang muncul dalam dirinya.
5. Perkembangan aspek kognisi. Anak belajar konsep dasar, mengembangkan
daya cipta, memahami kata-kata yang diucapkan oleh teman-temannya.
6. Mengasah ketajaman penginderaan, menjadikan anak kreatif, kritis dan bukan
anak yang acuh tak acuh terhadap kejadian disekelilingnya.
7. Sebagai media terapi, selama bermain perilaku anak-anak akan tampil bebas
dan bermain adalah sesuatu yang secara alamiah sudah dimiliki oleh seorang
anak.
8. Sebagai media intervensi, untuk melatih kemampuan-kemampuan tertentu dan
sering digunakan untuk melatih konsentrasi pada tugas tertentu, melatih konsep
dasar.

Profesi Ners STIKes Wira Medika Bali


E. Macam - Macam Bermain
1. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa
yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :
a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
b. Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi,
mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha membongkar.
c. Bermain konstruksi (Construction Play)
d. Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-
rumahan.
e. Bermain drama (Dramatic Play)
f. Misalnya adalah bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan
teman-temannya.
g. Bermain fisik
h. Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.
i. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan
mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.Kegiatan
bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain, yaitu
apabila terdapat hal - hal seperti dibawah ini :
1) Kesehatan anak menurun.
2) Tidak ada variasi dari alat permainan.
3) Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
4) Tidak mempunyai teman bermain.

F. Prinsip dalam Aktivitas Bermain


Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal,
maka diperlukan hal-hal seperti:
1. Ekstra energi, untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit
kecil kemungkinan untuk melakukan permainan.
2. Waktu, anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga
stimulus yang diberikan dapat optimal.
3. Alat permainan, untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia
dan tahap perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.

Profesi Ners STIKes Wira Medika Bali


4. Ruang untuk bermain, bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu,
halaman, bahkan di tempat tidur.
5. Pengetahuan cara bermain, dengan mengetahui cara bermain maka anak akan
lebih terarah dan pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam menggunakan
alat permainan tersebut.
6. Teman bermain, teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi
anak dan membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan
dilakukan bersama dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan anak menjadi
lebih akrab.

G. Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


Menurut Supartini (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak dalam
bermain yaitu:
1. Tahap perkembangan anak, aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak yaitu
harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak, karena
pada dasarnya permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak.
2. Status kesehatan anak, untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi
bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang sakit.
3. Jenis kelamin anak, semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki
atau anak perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi, kreativitas
dan kemampuan sosial anak. Akan tetapi, permainan adalah salah satu alat
untuk membantu anak mengenal identitas diri.
4. Lingkungan yang mendukung, dapat menstimulasi imajinasi anak dan
kreativitas anak dalam bermain.
5. Alat dan jenis permainan yang cocok, harus sesuai dengan tahap tumbuh
kembang anak.

H. Konsep Puzzle
Puzzel berasal dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang,
media puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang.
Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan bahwa
media puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat merangsang

Profesi Ners STIKes Wira Medika Bali


kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan cara membongkar pasang
kepingan puzzle berdasarkan pasangannya. Ada beberapa jenis puzzle, antara lain:
1. Puzzle konstruksi
Puzzle rakitan (construction puzzle) merupakan kumpulan potongan-potongan
yang terpisah, yang dapat digabungkan kembali menjadi beberapa model. Mainan
rakitan yang paling umum adalah blok-blok kayu sederhana berwarna-warni.
Mainan rakitan ini sesuai untuk anak yang suka bekerja dengan tangan, suka
memecahkan puzzle, dan suka berimajinasi.
2. Puzzle batang (stick)
Puzzle batang merupakan permainan teka-teki matematika sederhana namun
memerlukan pemikiran kritis dan penalaran yang baik untuk menyelesaikannya.
Puzzle batang ada yang dimainkan dengan cara membuat bentuk sesuai yang kita
inginkan ataupun menyusun gambar yang terdapat pada batang puzzle.

3. Puzzle lantai
Puzzle lantai terbuat dari bahan sponge (karet/busa) sehingga baik untuk alas
bermain anak dibandingkan harus bermain di atas keramik. Puzzle lantai memiliki
desain yang sangat menarik dan tersedia banyak pilihan warna yang cemerlang.
Juga dapat merangsang kreativitas dan melatih kemampuan berpikir anak. Puzzle
lantai sangat mudah dibersihkan dan tahan lama.
4. Puzzle angka
Mainan ini bermanfaat untuk mengenalkan angka. Selain itu anak dapat melatih
kemampuan berpikir logisnya dengan menyusun angka sesuai urutannya. Selain
itu, puzzle angka bermanfaat untuk melatih koordinasi mata dengan tangan,
melatih motorik halus serta menstimulasi kerja otak.
5. Puzzle transportasi
Transportasi merupakan permainan bongkar pasang yang memiliki gambar
berbagai macam kendaraan darat, laut dan udara. Fungsinya selain untuk melatih
motorik anak, juga untuk stimulasi otak kanan dan otak kiri. Anak akan lebih
mengetahui macam-macam kendaraan.
6. Puzzle logika
Puzzle logika merupakan puzzle gambar yang dapat mengembangkan
keterampilan serta anak akan berlatih untuk memecahkan masalah. Puzzle ini
dimainkan dengan cara menyusun kepingan puzzle hingga membentuk suatu
gambar yang utuh.

Profesi Ners STIKes Wira Medika Bali


7. Puzzle geometri
Puzzle geometri merupakan puzzle yang dapat mengembangkan keterampilan
mengenali bentuk geometri (segitiga, lingkaran, persegi dan lain-lain), selain itu
anak akan dilatih untuk mencocokkan kepingan puzzle geometri sesuai dengan
papan puzzlenya.
8. Puzzle Penjumlahan dan Pengurangan
Puzzle penjumlahan dan pengurangan merupakan puzzle yang dapat
mengembangkan kemampuan logika matematika anak. Dengan puzzle
penjumlahan dan pengurangan anak memasangkan kepingan puzzle sesuai dengan
gambar pasangannya.

I. Fungsi Puzzle
Permainan puzzle berfungsi untuk:
1. Melatih konsentrasi, ketelitian dan kesabaran
2. Melatih koordinasi mata dan tangan. Anak belajar mencocokkan keping-keping
puzzle dan menyusunnya menjadi satu gambar.
3. Memperkuat daya ingat
4. Mengenalkan anak pada konsep hubungan
5. Dengan memilih gambar atau bentuk, dapat melatih anak untuk berfikir
matematis (menggunakan otak kiri).

Profesi Ners STIKes Wira Medika Bali


Lembar Observasi Pelaksanaan Terapi Bermain

NO Aspek yang Dinilai Ya Tidak


I Struktur Terapi Bermain
1. Persiapan media terapi bermain
1. Kotak Puzzle
2. Tikar
2 Kelengkapan jumlah mahasiswa:
a. Leader (1)
b. Co-leader (1)
c. Fasilitator (2)
d. Observer (1)
II Proses Terapi Bermain
1. Pembukaan, Leader :
a. Membuka acara terapi bermain dengan mengucapkan
salam
b. Memperkenalkan diri dan meminta peserta
menyebutkan nama
c. Menjelaskan kontrak waktu
d. Menjelaskan permainan apa yang akan dilakukan dan
tujuan terapi bermain
e. Memberikan contoh kepada peserta cara bermain
puzzle
f. Memimpin jalannya permainan dari awal sampai
akhir
2. Pelaksanaan

Profesi Ners STIKes Wira Medika Bali


Co-leader :
a. Membantu Leader menjelaskan cara bermain kepada
peserta
b. Membantu Leader memberikan contoh kepada
peserta cara bermain puzzle
c. Memberikan kesempatan pada peserta untuk ikut
memulai permainan
d. Mengatur waktu permainan
Fasilitator :
a. Mengarahkan peserta untuk bermain
b. Memotivasi peserta dalam menyelesaikan permainan
c. Membantu leader dalam mengkondisikan peserta agar
fokus pada jalannya permainan
Pelaksanaan terapi berlangsung tepat waktu
3. Evaluasi : observer
a. Memberikan Check list pada lembar evaluasi
kemajuan peserta
b. Memberikan penilaian kemampuan anak berdasarkan
kriteria di lembar evaluasi kemajuan.
4. Terminasi :
a. Memberikan reward kepada peserta terbaik oleh
leader, dan fasilitator
b. Memberikan trik penyelesaian tugas dalam
permainan puzzle
c. Leader mengucapkan terima kasih
III Hasil Terapi Bermain
1. Peserta Terapi Bermain :
a. Peserta terapi bermain antusias mengikuti kegiatan
terapi bermain
b. Peserta mengikuti terapi bermain sampai dengan
selesai.
c. Anak mampu menyelesaikan setidaknya menyusun

Profesi Ners STIKes Wira Medika Bali


semua kepingan pada tahap sulit, dan mampu
menyusun setidak separo kepingan ringan dan sedang
dalam waktu yang telah ditentukan

Profesi Ners STIKes Wira Medika Bali

Anda mungkin juga menyukai