Disusun Oleh :
Selvi Agustin, S.Kep
Safarlia, S.Kep
Sri Wahyuni. S.Kep
RENCANA PELAKSANAAN
SETTING
Leader
Observer
EVALUASI
Peserta terapi bermain Tebak Gambar mampu:
1. Struktur
a. Persiapan pasien
1. Keluaraga bersedia megikutsertakan anak dalam bermain
2. Anak bersedia dan mau terlibat langsung dalam permainan
3. Anak siap untuk melakukan kegiatan tebak gambar
b. Lingkungan
1. Lingkungan bermain menunjang
2. Anak dapat terfokus perhatiannya pada fasilitator tanpa ada
gangguan
c. Media
1. Lembar gambar
2. Proses
1. Fasilitator memperkenalkan anak-anak yang ikut bermain
2. Fasilitator memberikan contoh
3. Anak mamapu menebak gambar dengan baik
4. Anak dapat aktif menjawab dan dapat mengembangkan kreatifitasnya
5. Anak mampu bertahan dalam kegiatan tersebut sampai selesai
3. Hasil
1. Anak mampu menebak gambar
2. Anak mampu mengembangkan kreatifitasnya dalam menebak gambar
3. Anak dapat mengetahui cara dan aturan permainan
4. Anak tidak ragu dalam melaksanakan permainan
MATERI SATUAN ACARA BERMAIN
1.1 PENDAHULUAN
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan
merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain
tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya
makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak memerlukan berbagai
variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental dan perkembangan emosinya.
Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya,
kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya,
perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan
dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada
disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga
akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga
ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila
dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan
bermain.
Perawatan anak sakit sangatlah perlu karena hal ini adalah salah satu
bentuk upaya dalam proses penyembuhan pada anak sakit. Namum pada sisi lain,
perawatan dan proses keperawatan yang bertujuan penyembuhan tersebut kadang
membuat anak-anak menjadi takut/ trauma dan kejenuhan pada anak. Karena
aktivitas anak sangat sedikit frekuensinya dan hal ini yang membuat anak semakin
jenuh di Rumah sakit. Hal ini sangat berpengaruh pada kooperatif anak dalam
menerima perawatan dan pelayanan keperawatan di rumah sakit. Selain
menimbulkan hal di atas, kejenuhan dan lamanya anak di rawat di rumah sakit
membuat kebutuhan bermain anak sangat kurang, hal ini terjadi karena banyak
hal, antara lain : kondisi fisik klien yang masih lemah sehingga anak tidak mampu
beraktivitas, kondisi ruang atau tempat yang asing bagi anak dan banyaknya
orang-orang baru disekeliling anak sehingga anak menjadi takut dan lain
sebagainya.Hal di atas di temukan juga pada Ruang Brawijaya di RSUD
Kanjuruan Kepanjen, di mana anak terlihat bosan, takut dan lebih banyak diam
atau menangis. Hal inilah yang akhirnya membuat anak hanya diam terpaku tanpa
melakukan aktifitas sehingga kebutuhan bermainya tidak terpenuhi.
Dari latar belakang di atas menurut kelompok 4 perlu di adakan suatu
tindakan keperawatan yang tepat untuk mengurangi tingkat kejenuhan dan
katakutan anak sehingga anak menjadi aktif dan terpenuhi kebutuhan bermainnya.
PRESCHOOL
1. Pengertian Preschool
Menurut Joyce Engel (1999), yang dikatakan anak usia pra sekolah adalah
anak-anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. Ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak
usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun ( Wong, 2000), anak
usia prasekolah memiliki karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan dan
perkembangannya. Dalam hal pertumbuhan, Secara fisik anak pada tahun ketiga
terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg dan rata-rata BB 14,6 kg.penambahan TB
berkisar antara 7,5 cm dan TB rata-rata 95 cm.
2. Aspek Bahasa
Pada awal masa prasekolah perbendaharaan kata yang dicapai jarang dari
900 kata,mengunjak tahun keempat sudah mencapai 1500 kata atau lebih dan pada
tahun kelima sampai keenam mencapai 2100 kata,mengunakan 6 sampai 8
kata,menyebut 4 warna atau lebih,dapat menggambar dengan banyak komentar
serta menyebutkan bagiannya,mengetahui waktu seperti hari,minggu dan
bulan,anak juga sudah mampu mengikuti 3 perintah sekaligus sehingga ia akan
menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila
dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan
bermain. Perawatan anak sakit sangatlah perlu karena hal ini adalah salah satu
bentuk upaya dalam proses penyembuhan pada anak sakit. Namum pada sisi lain,
perawatan dan proses keperawatan yang bertujuan penyembuhan tersebut kadang
membuat anak-anak menjadi takut/ trauma dan kejenuhan pada anak. Karena
aktivitas anak sangat sedikit frekuensinya dan hal inlhah yang membuat anak
semakin jenuh di Rumah sakit. Hal ini sangat berpengaruh pada kooperatif anak
dalam menerima perawatan dan pelayanan keperawatan di rumah sakit. Selain
menimbulkan hal di atas, kejenuhan dan lamanya anak di rawat di rumah sakit
membuat kebutuhan bermain anak sangat kurang, hal ini terjadi karena banyak
hal, antara lain : kondisi fisik klien yang masih lemah sehingga nak tidak mampu
beraktivitas, kondisi ruang atau tempat yang asing bagi anak dan banyaknya
orang-orang baru disekeliling anak sehingga anak menjadi takut dan lain
sebagainya.
Hal di atas di temukan juga pada Ruang Brawijaya di RSUD Kanjuruan
Kepanjen, di mana anak terlihat bosan, takut dan lebih banyak diam atau
menangis. Hal inilah yang akhirnya membuat anak hanya diam terpaku tanpa
melakukan aktifitas sehingga kebutuhan bermainya tidak terpenuhi. Dari latar
belakang di atas menurut kelompok 4 perlu di adakan suatu tindakan keperawatan
yang tepat untuk mengurangi tingkat kejenuhan dan katakutan anak sehingga anak
menjadi aktif dan terpenuhi kebutuhan bermainya.
3. Aspek Sosial
Pada tahun ketiga anak sudah hamper mampu berpakaian dan makan
sendiri,rentang perhatian meningkat ,mengetahui jenis kelaminnya sendiri,dalam
permainan sering mengikuti aturannya sendiri tetapi anak sudah mulai
berbagi.tahun keempat anak sudah cenderung mandiri dan keras kepala atau tidak
sabar,agresif secara fisik dan vweerbal,mendapat kebanggan dalam pencapaian,
masih mempunyai banyak rasa takut.pada akhir usia prasekolah anak sudah jarang
memberontak, lebih tenang,mandiri,dapat dipercaya,lebih bertanggungjawab,
mencoba untuk hidup berdasarkan outran,bersikap lebih baik,dalam permainan
sudah mencoba mengikuti aturan tetapi kadang curang.
Personal social :
1) Menyatakan keinginan untuk melakukan sesuatu yang ingin dilakukan
supaya di anggap di masyarakat
2) Anak mulai mengetahui aturan-aturan, di lingkungan keluarga dan
lingkungan
3) Menyadari hak dan kepentingan orang lain
4) Mulai dapat bermain dengan teman sebaya
5) Keluarga harmonis, komunikasi baik maka anak akan mempunya
kemampuan dan
6) penyesuaian dalam hubungan dengan orang lain.
7) Masuk TK akan sangat membantu anak untuk “jembatan bergaul” dan
sosialisasi dengan teman sebaya
4. Aspek Kognitif
Tahun ketiga berada pada fase pereptual,anak cenderung egosentrik dalam
berfikir dan berperilaku ,mulai memahami waktu,mengalami perbaikankonsep
tentang ruang, dan mulai dapat memandang konsep dari perspektif yang berbeda.
Tahun keempat anak berada pada fase inisiatif, memahami waktu lebih
baik,menilai sesuatu menurut dimensinya,penilaian muncul berdasarkan
persepsi,egosentris mulai berkurang,kesadaran social lebih tinggi, mereka patuh
kepada orang tua karena mempunyai batasan bukan karena memahami hal benar
atau salah. Pada akhir masa prasekolah anaka sudah mampu memandang
perspektif orang lain dan mentoleransinya tetapi belum memahaminya,anak
sangat ingin tahu tentang faktual dunia.
1) Motorik halus : Bisa menggunakan gunting, Menggambar lingkaran,
kotak, X
2) Motorik kasar : Melempar bola melewati atas kepala, Memanjat, Menaiki
sepeda roda tiga, Belajar menalikan tali sepatu, mengkancing, menyikat
gigi
2.1 Pengertian
Tebak Gambar adalah permainan yang mendorong anak untuk mengenal
objek gambar yang berbeda-beda seperti gambar hewan, buah, dan
bangunan, dan lain-lain.
2.7 Evaluasi
Peserta terapi bermain menggambar mampu:
1. Membedakan warna dan bentuk gambar sesuai dengan tingkat
perkembangan
2. Merasa senang, tenang terkait hospitalisasi
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, D. (2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC: Jakarta. Whaley and Wong,
1991