Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

TERAPI BERMAIN PADA ANAK

Disusun oleh:

1. Andi Susilo (SN182006)


2. Eriska Peku Jawang (SN182034)
3. Erma Fika Lasabuda (SN182035)
4. Kristiani Desmina Tauho (SN182055)
5. Leny Yunita Talaohu (SN182056)
6. M Rizky Hidayat (SN182063)
7. Natalia Kaudis (SN182066)
8. Retty Tode (SN182071)
9. Rudy Alamsyah (SN182076)
10. Tanti (SN182083)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2018/2019

1
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)
TERAPI BERMAIN PADA ANAK

A. LATAR BELAKANG
Anak akan mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang
dapat menimbulkan sehat dan sakit. Keadaan sakit menuntut anak untuk
dirawat di Rumah Sakit dan beradaptasi dengan lingkungan dan orang yang
baru. Stressor pertama dari hospitalisai antara lain perpisahan, kehilangan
kendali, cedera tubuh, rasa nyeri dan yang paling banyak dialami adalah
penurunan bahkan kehilangan nafsu makan selama menjalani perawatan di
rumah sakit yang dapat mempengaruhi respon biologis (Terry and Susan,
2014). Penurunan atau kehilangan nafsu makan pada anak preschool dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti lingkungan rumah sakit, menu yang
disediakan oleh rumah sakit serta tidak adanya fasilitas bermain bagi anak
(Tekin and Sezer, 2010). Fasilitas bermain dapat berupa terapi bermain yang
dapat diberikan oleh perawat kepada anak yang sedang menjalani proses
perawatan, anak-anak membutuhkan bermain sebagai media untuk
menurunkan stress hospitalisasi serta merangsang peningkatan nafsu makan
pada anak preschool yang sedang di rawat di rumah sakit..
Salah satu upaya yang dilakukan untuk meminimalkan pengaruh
hospitalisasi pada anak yaitu dengan melakukan kegiatan bermain. Bermain
merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh
kesenangan dan kepuasan. Bermain merupakan aktivitas yang dapat
menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dan merupakan cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial sehingga bermain
merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain anak akan
belajar komunikasi, menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru,
melakukan apa yang dilakukannya, dapat mengenal waktu, jarak, suara.
Dengan melakukan terapi bermain ketegangan dan stres yang dialami
akan terlepas, mengalihkan (distraksi) dari rasa sakit dan terjadi proses
relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Bermain juga dapat

2
menstimulasi perubahan otot, kognitif, emosi dan pikirannya. Elemen pokok
dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka
mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat
kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapat kesempatan cukup
untuk mengenal sekitarnya sehingga anak akan menjadi orang dewasa yang
dapat mudah bergaul, kreatif dan cerdas bila diabndingkan dengan anak yang
masa kecilnya kurang mendapatkan kesempatan untuk bermain.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi bermain diharapkan kreativitas anak dapat
berkembang dan membantu mengurangi tingkat kecemasan dan
ketakutan yang dirasakan oleh anak akibat hospitalisasi.
2. Tujuan Khusus
Setelah diajak bermain selama 40 menit diharapkan:
a. Anak dapat membuat slime dari bahan yang telah disediakan.
b. Kognitif anak berkembang.
c. Anak dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik.
d. Anak lebih ceria dan senang.

C. JENIS PERMAINAN
Jenis permainan yang akan dilakukan adalah membuat sliem

D. MEDIA
Media yang digunakan adalah Persiapan dan bahan:
a. Bedak bayi ½- 1 botol
b. air bersih 2 gelas
c. baby oil 4 sendok makan
d. pewarna makanan 2-3 sendok teh

3
E. METODE
Membuat slieme, langkah-langka membuat:

1. Siapkan wadah terbuka yang berukuran sedang beserta penutupnya.


2. Masukkan bedak bayi ke dalam wadah, ratakan agar mudah dicampur.
3. Masukkan air sedikit demi sedikit ke dalam adonan sambil terus diaduk.
4. Selanjutnya tambahkan baby oil ke dalamnya, aduk hingga rata.

5. Atur kekentalan sesuai selera, jika dirasa masih kurang tambahkan lagi
bedak bayi atau air bersih.

6. Masukkan pewarna makanan ke dalam adonan kemudian diaduk hingga


tercampur rata.
7. Tutup dan simpan adonan beberapa jam sebelum digunakan.

F. PESERTA
1. Anak usia 3-5 tahun.
2. Keadaan umum baik dan kesadaran composmentis.
3. Peserta kooperatif.

G. SETTINGAN TEMPAT
Ruangan bermain Cempaka

H. WAKTU PELAKSANAAN
1. Hari/Tanggal : Selasa, 6 Agustus 2019
2. Waktu : 09.00 WIB
3. Tempat : Ruang bermain Cemapaka

I. PENGORGANISASIAN

4
J. RENCANA PELAKSANAAN
No Kegiatan Waktu Subyek Terapi
1 Persiapan: 5 menit Ruangan, alat, anak
 Persiapan ruangan dan keluarga siap
 Persiapan alat
 Persiapan anak dan keluarga
 Kontrak waktu
2 Proses
 Membuka proses bermain 1 menit Memperhatikan,
dengan mengucapkan salam, menjawab salam
memperkenalkan diri
 Mengulang kontrak waktu
 Menjelaskan kepada anak dan 2 menit Memperhatikan
keluarga tentang tujuan dan penjelasan
manfaat bermain serta cara
permainan
 Mengajak anak bermain 15-20 Anak bermain dan

(membuat Slime) menit mengungkapkan


perasaannya

 Mengevaluasi respon anak dan 2 menit Anak dan keluarga

keluarga mengungkapkan
perasaannya
3 Penutup 1 menit Anak dan keluarga
 Mengucapkan terima kasih menjawab salam dan
 Mengucapkan salam penutup tampak bahagia

K. KRITERIA EVALUASI
1. Anak mengikuti kegiatan dengan baik.
2. Anak merasa senang dan terhibur.
3. Anak tidak merasa takut terhadap perawat atau petugas kesehatan lain.

5
4. Orang tua terlibat aktif dalam mendampingi anak.
5. Orang tua mengungkapkan perasaannya dan manfaat yang dirasakan dari
terapi bermain menyebutkan gambar.

L. DAFTAR HADIR

M. DAFTAR PUSTAKA
Diani, N. (2013). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. Kedua.
Edited by E. Raptika. Jakarta: Salemba Medika.
Maria, Y., Seran. (2019). Pengaruh Terapi Bermain Slime Terhadap Respon
Biologis, Psikologis, dan Perilaku Makan Pada Anak Preschool Yang
Menjalani Hospitalisasi di Ruang Dahlia RSUD MGR. GABRIEL MANEK,
SVD ATAMBUA. Perpustakaan Universitas Airlangga. Di askes pada tanggal
30 Juli 2019.
Sandra, K. (2014). Manfaat Bermain Slime, in Terapi Bermain. Jakarta:
Alfabeta.
Terry, K and Susan, C. (2014). Buku Ajar Keperawatan Pediatri. Edisi ke 2.
Jakarta: EGC

6
LAMPIRAN

MATERI TERAPI BERMAIN PADA ANAK

A. Pengertia Bermain
Bermain adalah dunia anak sebagai bahasa yang paling universal
meskipun tidak pernah dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan bahasa
yang ada didunia. Menurut Dian 2013, bermain adalah aktivitas atau
pekerjaan anak yang sangat penting. Melalui bermain akan semakin
mengembangkan kemampuan dan keterampilan motorik anak, kemampuan
kognitif, melalui kontak dengan dunia nyata, menjadi eksis di lingkungannya,
menjadi percaya diri, dan masih banyak lagi manfaat lainnya. Bermain adalah
cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain
merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain anak akan
berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa
yang dapat dilakukan dan mengenal waktu, jarak serta suara. Bermain adalah
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginannya sendiri dan memperoleh
kesenangan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa bermain adalah kegiatan yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama denga
kerja pada orang dewasa yang dapat menurunkan stres pada anak, belajar
berkomunikasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal
dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial pada anak.

Permainan Slime
1. Pengertian
Slime dipelajari dan diciptakan oleh dua orang ilmuan bernama Meyer
dan Mark pada tahun 1930. Awalnya mainan ini hanya seperti tanah liat yang
biasa dibentu. Wujud mainan ini terus berubah dan dimodifikasi seiring
berjalannya waktu. Kemudian pada tahun 1980 bermacam-macam mainan
slime mulai dipasarkan. Slime tersebut dibuat dari bahan-bahan polimer
sintesis seperti PVA yang dapat ditemukan pada lem cair bening, guar gums
(bubuk yang kaya akan serat dan sebagainya). Permainan slime merupakan
suatu permainan anak yang populer sejak tahun 2015 yang lalu.

Slime menjadi salah satu permainan yang banyak disukai anak-anak


karena berbentuk kenyal dan menggemaskan dengan berbagai macam variasi
warna yang cerah dan berwarna-warni. Bagi anak-anak, bermain slime
merupakan suatu aktivitas yang menyenangkan. Anak-anak sangat senang
jika diberikan alat-alat untuk membuat slime oleh orantua mereka. Bermain

7
slime membantu anak belajar sambil bermain. Bermain slime juga baik untuk
melatih perkembangan psikologis dan motorik bagi anak-anak. Bermain
slime dapat menghilangkan stress, pada anak sakit dan masuk rumah sakit.
Sebagai satu permainan untuk membuat mood pada anak dan menyenangkan
sehingga merangsang keinginan anak untuk makan demi proses
penyembuhan yang lebih cepat. Berdasarkan penelitian, ternyata memainkan
permainan yang berwarna-warni dapat mengaktifkan sistem otak seseorang.
Bermain slime juga akan membuat anak berpikir dan berimajinasi,
berkreativitas dan berinovasi dalam membuat mainan untuk mereka sendiri
(Sandra, 2014).

2. Jenis-Jenis Slime
Slime di bagi menjadi beberapa jenis berdasarkan bahan dan bentuknya yaitu
sebagai berikut:
a. Basic slime
b. Milky slime
c. Clear slime
d. Metalic slime
e. Galaxy slime
f. Clay slime
g. Floam
h. Kinetic sand

3. Cara membuat slime


Ada beberapa cara dan bahan dalam pembuatan slime, diantaranya sebagai
beikut:
1. Membuat slime dari bedak bayi
Persiapan dan bahan:
a. Bedak bayi ½- 1 botol
b. air bersih 2 gelas
c. baby oil 4 sendok makan
d. pewarna makanan 2-3 sendok the
Langkah-langka membuat:

8
1. Siapkan wadah terbuka yang berukuran sedang beserta penutupnya.
2. Masukkan bedak bayi ke dalam wadah, ratakan agar mudah dicampur.
3. Masukkan air sedikit demi sedikit ke dalam adonan sambil terus diaduk.
4. Selanjutnya tambahkan baby oil ke dalamnya, aduk hingga rata.

5. Atur kekentalan sesuai selera, jika dirasa masih kurang tambahkan lagi
bedak bayi atau air bersih.

6. Masukkan pewarna makanan ke dalam adonan kemudian diaduk hingga


tercampur rata.
7. Tutup dan simpan adonan beberapa jam sebelum digunakan.
2. Membuat slime dari lem povinal
Lem povinal merupakan lem kayu yang terbuat dari bahan dasar kayu kanji
yang sudah dicampur gom. Jika tidak ada tepung kanji, lem povinal bisa
digunakkan sebagai bahan dasar silime.
a. 5 lem povinal
b. ¼ gelas air bersih
c. Baking powder
d. Pewarna makanan 2-3 sendok teh
Langkah-langkan membuat:
1. Siapkan wadah berukuran besar yang bersih dan kering

2. Masukkan lem povinal bersamaan dengan baking powder ke dalam wadah


semuanya kemudian aduk hingga rata

3. Sedikit demi sedikit tuangkan air bersih ke dalam sambil terus diaduk.
Tambahkan sedikit demi sedikit untuk menambah kekentalan.

4. Masukan pewarna makanan ke dalam adonan tadi, aduk pelan-pelan sampai


warna merata dan cek lagi kekentalannya.

5. Terakhir masukkan adonan slime ke dalam wadah yang tertutup dan


diamkan selama setengah jam sebelum dipakai. Biasanya slime akan
mengembang lagi setelah itu.

9
3. Manfaat Bermain Slime
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari bermain slime bagi anak menurut
(Sandra, 2014). Adalah sebagai berikut:
1. Membuat anak merasa lebih bahagia
2. Sarana penyaluran emosi anak
3. Meningkatkan konsentrasi anak
4. Sarana ekspresi diri bagi anak
5. Sarana pelepas jenuh yang efektif bagi anak
6. Membuat anak menjadi lebih kreatif
7. Meningkatkan kemampuan diri anak
8. Meningkatkan mood anak
9. Mengilangkan stress

B. FUNGSI BERMAIN
1. Membantu perkembangan sensorik dan motorik.
2. Membantu perkembangan kognitif.
3. Meningkatkan sosialisasi anak.
4. Meningkatkan kreativitas.
5. Meningkatkan kesadaran diri.
6. Mempunyai nilai terapeutik.
7. Mempunyai nilai moral pada anak.

C. JENIS-JENIS BERMAIN
1. Permainan Aktif
Pada permainan jenis ini anak berperan secara aktif, kesenangan akan
diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri (Sandra, 2014).
Bermain aktif meliputi:
a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada
bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha
membongkar.
b. Bermain konstruksi (Construction Play)

10
Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok balok menjadi
rumah-rumahan.
c. Bermain drama (Dramatic Play)
Bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan teman-
temannya.
d. Bermain fisik
Bermain bola, bermain lompat tali
2. Bermain Pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan
mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah leleh bermain aktif
dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya
(Diani, 2013). Contoh: melihat gambar dibuku/majalah, mendengar cerita
atau musik, menonton televisi, dll.
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dicapai keseimbangan dalam
bermain yaitu apabila terdapat hal-hal berikut:
a. Kesehatan anak menurun, anak yang sakit tidak mempunyai energi
aktif untuk bermain.
b. Tidak ada variasi dari alat permainan.
c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
d. Tidak mempunyai teman bermain.

D. ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)


Alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak menurut (Terry and Susan, 2014), disesuaikan dengan
usianya dan tingkat perkembangannya serta berguna untuk:
1. Pengembangan aspek fisik
Yaitu kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang pertumbuhan
fisik anak terdiri dari motorik halus dan motorik kasar. Contoh alat
bermain motorik kasar adalah sepeda, bola, mainan yang
ditarik/didorong, tali, dll. Motorik halus seperti gunting, pinsil, bola,
balok, lilin, dll.
2. Pengembangan bahasa
Dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang benar. Contoh alat
bermainnya adalah buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape,
televisi, dll.
3. Pengembangan aspek kognitif
Yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk, warna, dll. Contoh: buku
bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pinsil warna, membuat slime,
radio, dll.
4. Pengembangan aspek sosial

11
Secara lebih khusus dalam hubungan dengan interaksi ibu anak, keluarga
dan masyarakat. Contohnya: alat permainan yang dapat dipakai bersama
misalnya kotak pasir, bola, tali, dll.

E. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM BERMAIN


1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2. Bermain disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
pada keterampilan yang majemuk.
4. Jangan memaksa anak bermain.
5. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.

F. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN


1. Tahap perkembangan.
2. Jenis kelamin.
3. Status kesehatan anak.
4. Lingkungan yang tidak mendukung.
5. Alat dan jenis permainan yang cocok/sesuai dengan anak.

G. PRINSIP BERMAIN DIRUMAH SAKIT


1. Kelompok umur sama.
2. Permainan akan lebih efektif apabila dilaksanakan dalam kelompok
umur sama agar jenis permainan yang diberikan dapat disesuaikan
dengan usia dan tingkat perkembangan anak.
3. Pertimbangkan keamanan dan infeksi silang.
4. Permainan yang digunakan hendaknya yang mudah dicuci agar infeksi
silang dapat dihindari.
5. Tidak banyak energi serta permainan singkat.
6. Anak yang sakit biasanya tidak memiliki energi yang cukup untuk
bermain sehingga permainan yang diberikan harus merupakan permainan
yang tidak menguras tenaga yang besar.
7. Waktu bermain perlu melibatkan orang tua.

H. BENTUK-BENTUK PERMAINAN
1. Usia 0-12 bulan
Tujuannya adalah
a. Melatih refleks (untuk anak 1 bulan) misalnya mengisap,
mengenggam.
b. Melatih kerjasama mata dan tangan.
c. Melatih kerjasama mata dan telinga.

12
d. Melatih mencari obyek yang ada tapi tidak kelihatan.
e. Melatih mengenal sumber asal suara.
f. Melatih kepekaan perabaan.
g. Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang
Alat permainan yang dianjurkan adalah:
a. Benda-benda yang aman untuk dimasukkan dalam mulut atau
dipegang.
b. Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
c. Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
d. Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
e. Alat permainan berupa selimut dan boneka.
2. Usia 13-24 bulan
Tujuannya adalah:
a. Mencari/mengikuti sumber suara.
b. Memperkenalkan sumber suara.
c. Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
d. Melatih imajinasi.
e. Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam
bentuk kegiatan yang menarik.
Alat permainan yang dianjurkan:
a. Genderang, bola yang ada giring-giringnya didalam.
b. Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
c. Alat permainan yang terdiri dari alat rumah tangga dan tidak mudah
pecah, balok-balok, kardus, buku bergambar, kertas untuk dicoret-
coret, krayon/pinsil warna.
3. Usia 25-36 bulan
Tujuannya adalah:
a. Menyalurkan emosi dan perasaan anak.
b. Mengembangkan keterampilan bahasa.
c. Melatih motorik kasar dan halus.
d. Mengembangkan kecerdasan (memasang, menghitung, mengenal
dan membedakan warna).
e. Melatih kerjasama mata dan tangan.
f. Melatih daya imajinasi.
g. Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan:
a. Alat-alat untuk menggambar.
b. Lilin yang dapat dibentuk.
c. Puzzle sederhana.
d. Manik-manik ukuran besar.

13
e. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang
berbeda.
f. Bola.
4. Usia 32-72 bulan
Tujuannya adalah:
a. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
b. Mengembangkan kemampuan berbahasa.
c. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah dan
mengurangi.
d. Merangsang daya imajinasi dengan berbagaai cara bermain
(sandiwara).
e. Membedakan benda dengan permukaan.
f. Menumbuhkan sportifitas.
g. Mengembangkan kepercayaan diri.
h. Mengembangkan kreativitas.
i. Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari,
dll).
j. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan
kasar.
k. Mengembangkan sosialisasi dengan anak dan orang diluar rumah.
l. Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan seperti
pengertian tentang terapung dan tenggelam.
m. Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan:
a. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-
anak, alat gambar dan tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air,
dll.
b. Teman bermain: teman sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah
5. Usia prasekolah
Alat permainan yang dianjurkan:
a. Alat olahraga.
b. Alat masak.
c. Alat menghitung.
d. Sepeda roda tiga.
e. Benda berbagai macam ukuran.
f. Boneka tangan.
g. Mobil, kapal terbang, kapal laut, dll
6. Usia sekolah
a. Pada anak laki-laki: mekanika.
b. Pada anak perempuan: dengan peran ibu

14
15

Anda mungkin juga menyukai