Disusun Oleh :
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal jantung atau Congestive Heart Failure adalah suatu keadaan ketika
jantung tidak mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh,
meskipun tekanan darah pada vena itu normal. Gagal jantung menjadi penyakit yang
terus meningkat terutama pada lansia. Pada Congestive Heart Failure atau Gagal
Congestive Heart Failure (CHF) masih menduduki peringkat yang tinggi, menurut
data Whorld Health Organization (WHO) pada tahun 2007 dilaporkan bahwa
Congestive Heart Failure (CHF) mempengaruhi lebih dari 20 juta pasien di dunia dan
meningkat seiring pertambahan usia dan pada umumnya mengenai pasien dengan
usia sekitar lebih dari 65 tahun dengan presentase sekitar 6-10% lebih banyak
mengenai laki-laki dari pada wanita. Pada tahun 2030 WHO memprediksi bahwa
peningkatan penderita Congestive Heart Failure (CHF) mencapai ±23 juta jiwa di
dunia. Congestive Heart Failure (CHF) merupakan salah satu masalah khas utama
pada beberapa negara industri maju dan negara berkembang seperti Indonesia
(Austaryani, 2012).
Menurut Kompas Lusia, (2010), sekitar 4,3 juta penduduk Indonesia mengalami
Congestive Heart Failure (CHF), dan 500.000 kasus baru Congestive Heart Failure
(CHF) telah di diagnosis tiap tahunnya. Harapan hidup penderita Congestive Heart
Failure (CHF) lebih buruk dibandingan dengan kanker apapun kecuali kanker paru-
paru dan kanker ovarium karena sampai 75% penderita Congestive Heart Failure
(CHF) meninggal dalam kurun waktu 5 tahun sejak diagnosis. Dalam profil
kesehatan Indonesia pada tahun (2005) Congestive Heart Failure (CHF) merupakan
2
urutan ke 5 penyebab kematian terbanya di Rumah Sakit seluruh Indonesia.
Perubahan gaya hidup, kadar kolesterol yang tinggi, perokok aktif dan kurangnya
kematian secara menyeluruh dalam waktu lima belas tahun mendatang, meliputi
Amerika, Eropa, dan sebagian besar Asia. Hal tersebut menjadi dasar angka
Negara Eropa Timur. Selain itu, gagal jantung merupakan penyakit yang paling
Failure (CHF) yaitu mencapai 20% untuk usia ≥ 40 tahun dengan kejadian > 650.000
kasus baru yang diagnosis Congestive Heart Failure (CHF) selama beberapa dekade
usia. Tingkat kematian untuk Congestive Heart Failure (CHF) sekitar 50%
(2013) sebesar 0,3 data prevalensi penyakit ditentukan berdasarkan hasil wawancara
pada reponden umur ≥ 15 tahun merupakan gabungan dari kasus penyakit yang
tinggi yang ditemukan serta masih adanya resiko seperti dampak kematian yang
ditimbulkan akibat Congestive Heart Failure (CHF) maka peran perawat dalam
kesehatan pasien. Agar dapat memberikan asuhan keperawatan secara maksimal dan
3
Heart Failure (CHF) dan proses keperawatannya. Maka penulis termotivasi untuk
membahas lebih lanjut dan akan menguraikan proses usaha keperawatan tentang
Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam proses metabolisme sel. Kekurangan
oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian.
Karenanya, berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar
bidang garapan tenaga medis. Karenanya, setiap tenaga medis harus paham dengan
manifestasi tingkat pemenuhan oksigen pada kliennya serta mampu mengatasi berbagai
masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut. Untuk itu, tenaga medis
perlu memahami secara mendalam konsep oksigenasi pada manusia (Saryono dan
Widianti, 2010)
B. Tujuan Penulisan
pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) Pada Tn. S dengan masalah keperawatan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Oksigenasi
salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme dan untuk
metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai
organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan
berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan
kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ
atau sel. Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari
(24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi berperan dalam mempertahakan
Respirasi juga berarti gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai O²
ke seluruh tubuh dan pembuangan CO² (hasil pembakaran sel) (Hidayat, 2006) .
Dalam kaitannya pemenuhan kebutuhan oksigenasi tidak terlepas dari peranan fungsi
sisitem pernafasan dan kardiovaskuler yang menyuplai kebutuhan oksigen tubuh. Dan dalam
bagaimana proses keperawatan pada klien dengan gangguan oksigenasi dan bagaimana praktik
5
Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami kemunduran
bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan
yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh (Fatwa, 2009).
B. Etiologi
4. Faktor perkembangan.
C. Klasifikasi
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan, yaitu
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas
berbagai otot polos yang kcrjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf
6
schingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat
proses penyempitan.
Adanya peran mukus siliaris sebagai penangkal benda asing yang mengandung
dan adanva sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan
gangguan toraks. Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli, dan
Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu maka CO2 tidak
mmHg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila paCO,
kurang dari sama dengan 80 mmHg maka dapat menyebabkan depresi pusat
pernapasan.
2. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru
dan CO2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
proses penebalan.
7
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 hal ini dapat terjadi sebagaimana O2,
dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2, dalam rongga
alveoli lebih tinggi dari tekanan O2, da1am darah vena pulmonalis, (masuk
dalam darah secara berdifusi) dan paCOJ dalam arteri pulmonalis juga akan
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.
3. Transportasi Gas
jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, akan
(30%), dan larut dalam plasma (50%), dan sebagian menjadi HC03 berada pada
darah (65%).
a. Kardiac output
Merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah, normalnya 5 liter per menit.
Dalam kooondisi patologi yang dapat menurunkan cardiac output ( misal pada
kerusakan otot jantung, kehilangan darah ) akan mengurangi jumlah oksigen yang
Terapi oksigen 02 merupakan suatu intervensi medis berupa upaya pengobatan dengan
mempertahankan oksigenasi jaringan agar tetap adekuat dengan cara meningkatkan masukan
8
oksigen kedalam sisten respirasi, meningkatkan daya angkut oksigen kedalam sirkulasi dan
Terapi oksigen dianjurkan pada pasien dewasa, anak-anak dan bayi ( usia di atas 1bulan) ketika
nilai tekanan parsial oksigen kurang dari 60mmhg atau nilai saturasi oksigen kurang dari 90%
saat pasien beristirahat dan bernafas dengan udara ruangan.
Terapi oksigen juga diberikan selama periode perioperatif karena anestesi umum sering
kali menyebabkan terjadinya penurunan tekanan persial oksigen sekunder akibat peningkatan
ketidaksesuain ventilasi dan perkusi paru dan penurunan kapasitas residu fungsional ( FSC).
Tabel
9
Hipotensi (tekanan darah sistolik < 100 mmHg)
Curah jantung yang rendah dan asidosis metabolik
(bikarbonat < 18 mmol/ L)
PaO2 istirahat 56-59 mmHg atau SaO2 89% pada salah satu
keadaan:
10
Selama latihan: PaO2 < 55 mmHg atau SaO2 < 88% Selama tidur:
PaO2 < 55 mmHg atau SaO2 < 88% dengan komplikasi seperti
hipertensi pulmoner, somnolen dan aritmia
f.
Cara pemberian terapi oksigen (O2) dibagi menjadi dua jenis, yai-tu (1) sistem arus
rendah dan (2) sistem arus tinggi. Pada sistem arus ren-dah, sebagian dari volume tidal
berasal dari udara kamar. Alat ini mem-berikan fraksi oksigen (O2) (FiO2) 21%-90%,
tergantung dari aliran gas oksigen (O2) dan tambahan asesoris seperti kantong
penampung. Alat-alat yang umum digunakan dalam sistem ini adalah: nasal kanul,
nasal kateter, sungkup muka tanpa atau dengan kantong penampung dan oksigen (O2)
transtrakeal. Alat ini digunakan pada pasien dengan kondisi stabil, volu-me tidalnya
berkisar antara 300-700 ml pada orang dewasa dan pola na-pasnya teratur. Pada sistem
arus tinggi, adapun alat yang digunakan yaitu sungkup venturi yang mempunyai
kemampuan menarik udara kamar pada perbandingan tetap dengan aliran oksigen
sehingga mampu memberikan aliran total gas yang tinggi dengan fraksi oksigen (O2)
(FiO2) yang tetap.
11
dipasangkan pada lubang hidung pasien dengan tube dihubungkan secara langsu ng
menuju oksigen floumeter. Adapun keuntungan dari nasal kanul yaitu pemberian
oksigen yang stabil serta pemasangannya mudah dan nyaman. Tetapi nasal kanul
dapat menyebabkan terjadinya iritasi pada mukosa hidung, mudah lepas, tidak dapat
memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44% dan tidak dapat digunakan pada
pasien dengan obstruksi nasal. Nasal kateter mirip dengan nasal kanul tetapi tersedia
dalam berbagai ukuran, untuk pasien anak-anak nomor 8-10F, untuk wanita nomor
10-12F dan pria nomor 12-14F.
12
Aliran Oksigen (O2) 100% Fraksi Oksigen (O2) (FiO2)
Nasal Kanul
1 Liter/ menit 24
2 Liter/ menit 28
3 Liter/ menit 32
4 Liter/ menit 36
5 Liter/ menit 40
6 Liter/ menit 44
Transtrakeal
6 Liter/ menit 60
7 Liter/ menit 70
8 Liter/ menit 80
9 Liter/ menit 90
13
10 Liter/ menit > 99
b. S
u
n Nonrebreathing
g
k
u 4-10 Liter/ menit 60-100
p
muka tanpa penampung
Merupakan alat yang terbuat dari bahan plastik diamana penggunaannya dilakukan
dengan cara di ikatkan pada wajah pasien dengan ikat kepala elastis yang berfungsi
untuk menutup hidung dan mulut, adapun keuntungan dari penggunaan mampu
memberikan fraksi oksigen yang lebih tinggi dari pada nasal kanul. Kerugian dari alat ini
tidak dapat memberikan fraksi oksigen kurang dari 40%, dapat menyebabkan
penumpukan karbon dioksida
c. Sungkup muka dengan kantong penampung
Ada 2 macam yaitu parsial reabrithing dan non reabrithing. Untuk parsial reabrithing
tidak memiliki katup satu arah diantara sungkup dengan kantong penampung
sehingga udara ekspirasi dapat terhirup kembali sedangkan non reabrithing terdapat
katup satu arah antara sungkup dan kantong penampung sehingga pasien menghirup
udara yang terdapat pada kantong penampung.
d. Oksigen transtrakeal
Oksigen transtrakeal dapat mengalirkan oksigen secara langsung melalui kateter di
dalam trakea. Keuntungan dari pemberian oksigen transtrakeal yaitu tidak ada iritasi
muka ataupun hidung dengan rata-rata oksigen yang dapat diterima oleh pasien
mencapai 80-96%. Kerugiannya dari penggunaan ini biyayanya yang terlalu tinggi
dan resiko terjadinya infeksi lokal.
Alat terapi oksigen (O2) arus tinggi
Terdapat dua indikasi klinis untuk penggunaan terapi oksigen dengan arus tinggi,
diantarnya adalah pasien dengan hipoksia yang memerlukan pengendalian fraksi oksigen
dan pasien hipoksia dengan ventilasi yang abnormal. Alat terapi arus tinggi yang sering
digunakan salah satunya taitu sungkup venturi. Alat ini lebih nyaman untuk digunakan
oleh karena adanya pendorongan oleh arus tinggi, maka masalah reabrithing akan dapat
teratasi.
Sungkup Venturi
3 Liter/ menit 24
6 Liter/ menit 28
9 Liter/ menit 40
14
12 Liter/ menit 40
Pedoman
pemberian
Oksigen 15 Liter/ menit 50
Efek samping yang ditimbulkan terutama terhadap sistem pernapasan diantaranya depresi nafas,
keracunan oksigen dan nyeri substernal. Defresi nafas dapat terjadi pada pasien yang menderita
penyakit paru obstruksi paru (PPOK) dengan hivoksia dan hiperkardia kronis
Keracunan oksigen terjadi apabila pembetrian oksigen dengan konsentrasi tinggi diatas 60%
dalam jangka waktu yang lama, hal ini menimbulkan perubahan pada paru dalam bentuk
15
Efek samping pemberian oksigen terhadap susunan saraf pusat apabila diberikan dengan
konsentrasi yang tinggi maka akan dapat menimbulkan keluhan parestesia dan nyeri pada
sendiri.
D. Patofisiologi
Fungsi sistem jantung ialah menghantarkan oksigen, nutrien, dan subtansi lain ke
jaringan dan membuang produk sisa metabolisme selular melalui pompa jantung, sistem
vaskular sirkulasi, dan integritas sistem lainnya. Namun fungsi tersebut dapat terganggu
disebabkan oleh penyakit dan kondisi yang mempengaruhi irama jantung, kekuatan
kontraksi, aliran darah melalui kamar-kamar pada jantung, aliran darah miokard dan
sirkulasi perifer. Iskemia miokard terjadi bila suplai darah ke miokard dari arteri koroner
tidak cukup dalam memenuhi kebutuhan oksigen organ. Selain itu, perubahan fungsi
merupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebih, yang dibutuhkan untuk mengeliminasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen
tubuh atau mengeliminasi CO2 secara adekuat. Apabila ventilasi alveolar menurun, maka
PaCO2 akan meningkat. Sementara hipoksia adalah oksigenasi jaringan yang tidak
16
Manifestasi klinik
pernafasan nafas faring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada,
nafas pendek, nafas dengan mulut, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior-
posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala
adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA,
2012). Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi, hiperkapnea,
E. Pemeriksaan Penunjang
oksigenasi yaitu:
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara efisien.
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler alveolar
3. Oksimetri
5. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsi dan cairan atau sampel sputum/benda asing yang
6. Endoskopi
17
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
7. Fluoroskopi
paru.
8. CT-SCAN
1. Penatalaksanaan medis
a) Pemantauan Hemodinamika
b) Pengobatan bronkodilator
e) Fisoterapi dada
2. Penatalaksanaan keperawatan
3) Pengisapan lendir
2) Pemberian oksigen
18
G. Pengkajian
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik
maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui
masalahnya/penyakitnya.
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien
pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami
d) Riwayat social
e) Riwayat psikologis
f) Riwayat spiritual.
g) Pemeriksaan fisik.
19
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak,
(a) Faring
(b) Trakhea
(c) Thoraks
Inspeksi :
yang diikuti oleh sekresi, atau batuk non produktif yaitu batuk
- Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi,
clubbing finger.
Palpasi :
20
- Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan,
Perkusi :
dan timpani.
Auskultasi :
H. Diagnosis Keperawatan
penyakit
I. Intervensi Keperawatan
21
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan asuhan Peningkatan tidur (1850)
berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam,
halangan lingkungan diharapkan : 1. Monitor pola tidur klien
(Bising dan Pajanan dan jumlah jam tidur
Cahaya) Tidur (0004) 2. Menganjurkan klien untuk
menghindari makan dan
1. Jam tidur tidak minuman yang
terganggu (5) mengganggu pola tidur
2. Pola tidur tidak 3. Berikan pendidikan
terganggu (5) kesehatan mengenai
3. Kualitas tidur tehnik untuk tidur.
tidak terganggu 4. Koloborasi dengan dokter
(5) dalam pemberian terapi
4. Tidur rutin tidak obat.
terganggu (5)
5. Perasaan segar
setelah tidur tidak
terganggu (5)
3. Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan a. Posisikan semi fowler
jantung b.d keperawatan selama 3 x 12 b. Monitor status
Perubahan preload jam, diharapkan tidak pernafasan yang
terdapat penurunan curah menandakan gagal
jantung pada pasien, dengan jantung
kriteria hasil : c. Monitor BC
a. Vital sign batas d. Monitor adanya
normal perubahan TD dan
b. Dapat mentoleransi berikan lingkungan yang
aktifitas, tidak tenang
kelelahan e. Monitor TTV
c. Tidak ada edema paru f. Monitor adanya dyspnea
perifer dan tidak ada g. Instruksikan pasien untuk
asites istirahat total di tempat
d. Tidak ada penurunan tidur
kesadaran h. Atur periode latihan
dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
i. Anjurkan untuk
menurunkan stres
j. Berikan terapi
k. oksigen sesuai indikasi
l. Kolaborasi terapi obat
diuretik dan antibiotic
dengan dokter.
4. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji tingkat pemahaman
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 30 pasien dan keluarga
proses penyakitnya menit, diharapkan defisiensi tentang penyakit
pengetahuan teratasi, dengan b. Beritahu pasien dan
kriteria hasil : c. keluarga pasien tentang
informasi penyakit :
a. Pasien dan keluarganya
pengertian, penyebab,
mengerti akan
proses penyakit, tanda
penyakitnya
dan gejala dan
b. Pasien dan keluarganya
pengobatan
menyatakan pemahaman
d. Berikan waktu
mengenai kondisi/proses
e. kepada pasien untuk
penyakit dan pengobatan
mengajukan pertanyaan
f. Tekankan
22
g. pentingnya terapi diuretik
dan antibiotik pada
pasien dan keluarga
pasien
J. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan oksigen secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan dalam :
kemampuan untuk bernapas, jalan napas bersih, tidak ada sumbatan, frekuensi,
irama, dan kedalaman napas normal, serta tidak ditemukan adanya tanda hipoksia.
kemampuan untuk bernapas, frekuensi, irama, dan kedalaman napas normal, tidak
ditemukan adanya tanda hipoksia, serta kemampuan paru berkembang dengan baik.
kemampuan untuk bernapas, tidak ditemukan dispnea pada usaha napas, inspirasi
dan ekspirasi dalam batas normal, serta saturasi oksigen dan PCO2 dalam keadaan
normal.
23
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
A. PENGKAJIAN
I. BIODATA
1. Identitas Klien
Umur : 58 thn
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Nama : Ny. D
Umur : 30 thn
Pendidikan : SMA
1. Keluhan utama :
24
Klien mengatakan sesak nafas
Klien mengeluh sesak nafas sejak 2 hari yang lalu dan mudah lelah saat beraktivitas
kaki klien tampak bengkak, Setelah dilakukan pengukuran tanda-tanda vital didapatkan
36,70C, SPO2=96%. Klien terpasang oksigen menggunakan nasal kanul 4 Lpm. Pasien
Sebelumnya klien pernah dirawat di rumah sakit dengan riwayat fraktur clavicula pada
Keluarga tidak ada yang menglami penyakit seperti yang diderita pasien, ayah
Genogram :
Ket :
G1 :Ayah klien meninggal karena penyakit DM, ibu klien meninggal karena faktor
usia
= Perempuan =Meninggal
= Tinggal serumah
25
III. PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR HENDERSON
1. Oksigenasi
Ya ( √ )
Frekuensi : 28x/menit
Faktor yang meringankan : Pada saat klien beristirahat, posisi baring semi fowler/
setengah duduk
Batuk : ( YA )
Hal yang dilakukan untuk meringankan nyeri dada : Menggunakan minyak kayu putih
TB (-)
Batuk darah ( -)
2. Nutrisi
BB/TB : 72 kg /170 cm
26
Meningkat (YA) : 2 Kg, alasan : semenjak adanya bengkang pada
drastis
Muntah (-)
Kesulitan menelan ( -)
Sariawan (-)
Riwayat operasi/trauma GI : -
Diit RS : Nasi RS
Habis (-)
½ porsi (√)
¾ porsi ( -)
Dosis : 20 tpm
27
4. Eliminasi Bowel
Diare (-)
5. Eliminasi Bladder
Injuri/trauma (-)
Kruk (-)
Tongkat (-)
Gips (-)
28
Kemampuan melakukan ROM : aktif
Alasan :-
29
- Klien sudah tahu harus kerumah sakit.
10. Komunikasi
- Keluarga klien selalu mendampingi klien dan memotivasi klien agar lekas
sembuh.
1. Keadaan umum
a. Kesadaran : Composmentis
b. Tanda-tanda vital
2) Nadi : 95x/menit
Frekuensi : Normal
Irama : Teratur
Kekuatan : Kuat
3) Pernafasan 28 x/menit
Frekuensi : Cepat
Irama : Teratur
30
4) Suhu : 36,7°c
a. Kepala
b. Muka
1) Mata
Kebersihan : Baik
Palpebra : Normal
Konjungtiva : Anemis
Pupil : Isokor
2) Hidung
3) Mulut
31
Kemampuan bicara : Orientasi baik
Dahak : Ada
4) Gigi
Kebersihan : Bersih
5) Telinga
Bentuk : Normal
Kebersihan : Baik
Serumen : Ada
6) Leher
Bentuk : Normal
7) Dada (thorax)
dan screws
a. Paru-paru
32
Inspeksi : Simetris dada kanan-kiri
Perkusi : resonan
Auskultasi : Ronchi
b. Jantung
Inspeksi : Simetris
Perkusi : dullnes
refill (3)
c. Abdomen
Perkusi : Timpani
Urin :
10) Ekstremitas :
a) Atas
33
Pitting edema : Tidak ada
b) Bawah
34
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi g/dL
13.5 13.0-16.0
Hemoglobin
Lekosit 7.40 4.0-10.0 10^3/ul
DIFF COUNT
Eosinofil% 1.0 9.0-17.0 %
KIMIA
35
2. Terapi
ISDN 3 x 1 tab
Digoxin 1 x ½ tab
Alprazolam 1 x 0.5 mg
Sprirolactone 1 x 1 tab
36
B. ANALISA DATA
- Klien tampak
terpasang O2 (nasal
kanul)
TTV :
TD : 130/60 mmHg
N: 95 x/m
S: 36°C
P : 28 x/mnt
SPO2=96%
berhubungan
DO :
dengan
- Kaki klien tampak
perubahan
bengkak
preload
37
-Klien tampak lemah
dari 70 kg menjadi
72kg
dengan proses
O:
penyakitnya
- Klien bertanya
tentang penyakitnya
1. Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan otot pernapasan ditandai dengan dispneu
38
D. INTERVENSI
(NOC) (NIC)
39
mentoleransi 6. Monitor adanya
aktifitas, tidak dyspnea
kelelahan 7. Instruksikan
f. Tidak ada edema pasien untuk
paru perifer dan istirahat total di
tidak ada asites tempat tidur
g. Tidak ada 8. Atur periode
penurunan latihan dan
kesadaran istirahat untuk
menghindari
kelelahan
9. Anjurkan untuk
menurunkan stres
10. Berikan terapi
11. oksigen sesuai
indikasi
12. Kolaborasi terapi
obat diuretic, dan
antibiotic dengan
dokter.
3 Senin, 16 april Defisit Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat
pengetahuan tindakan pemahaman pasien
2019 berhubungan keperawatan dan keluarga
dengan proses selama 1 x 30 tentang penyakit
penyakitnya menit, diharapkan 2. Beritahu pasien
defisiensi dan
pengetahuan 3. keluarga pasien
teratasi, dengan tentang informasi
kriteria hasil : penyakit :
pengertian,
a. Pasien dan
penyebab, proses
keluarganya
penyakit, tanda
mengerti akan
dan gejala dan
penyakitnya
pengobatan
b. Pasien dan
4. Berikan waktu
keluarganya
5. kepada pasien
menyatakan
untuk mengajukan
pemahaman
pertanyaan
mengenai
6. Tekankan
kondisi/proses
penyakit dan 7. pentingnya terapi
diuretik dan
pengobatan
antibiotik pada
pasien dan
keluarga pasien
E. IMPLEMENTASI
40
Hari/tgl/jam No Dx Implementasi Respon Ttd
O: RR:28x/m
SPO2=96%
2. Memposisikan klien semi
S: Klien mengatakan lebih
fowler
nyaman dengan posisi
semi fowler
O: Pasien kelihatan
nyaman
41
tenang dan memonitor N: 98x
TTV
R: 26x
SB: 36.6 ̊ C
ISDN 3 1 Tab
R : Terpasang NK 4 Lpm
8. Memberikan oksigen
sesuai indikasi
- Inf. Lasix 1 Ampul
dioplos 50 cc
9. Kolaborasi terapi obat
(Syiring Pump)
diuretic, dan obat pacu
- Inj. Dobutamin 5
jantung dengan dokter.
Micro/jam
(Syiring Pump)
Selasa, 16 3 1. Mengkaji tingkat S : klien dan keluarga
pemahaman pasien dan mengatakan belum
April 2019
keluarga tentang penyakit begitu memahami
tentang penyakit yang
diderita
2. Memberitahu pasien dan
R : klien dan keluarga
keluarga pasien tentang
tampak memperhatikan
42
informasi penyakit : dan lebih mengerti
pengertian, penyebab,
proses penyakit, tanda dan
gejala dan pengobatan
R : klien mengikuti
4. Menekankan pentingnya
anjuran
terapi diuretik dan obat
lain pada pasien dan
keluarga pasien
F. EVALUASI
Objektif :
43
- RR:26 x/m
- SPO2=96%
Analisa :
Planning :
dilanjutkan
sedikit
Objektif:
Balance cairan :
Iinput
Jumlahn = 2460
Output:
- Urine 250 cc
- Feses 100 cc
44
IWL= 0,5 x BBX 60
BB : 72 Kg
= 0,5 x 72 x 60
- intake
2460-368= 2.092 cc
terpasang RL 20 Tpm
dilanjutkan
Objektif:
45
- Klien tampak lemah
- Aktivitas klien tampak dibantu
istrinya
G. IMPLEMENTASI
sesak
berkurang
O : RR:26x/m
SPO2=97%
lebih nyaman
dengan
posisi semi
fowler
O: klien tampak
rileks
46
S: klien
penyebab dari
sesak
O: klien
kooperatif
S: klien
mengatakan
4. Mengkolaborasikan dengan
masih sesak
dokter dalam pemberian terapi
O2 4 Lpm
O: RR: 26x/m
-Pemberian
oksigen 4
Lpm nasal
kanul
kakinya masih
bengkak
O:
-kaki klien
tampak bengkak
mengatakan
47
kakinya masih
bengkak
O; TTV
-TD: 130/70
N: 90x
R: 24x
SB: 36.2C
S: klien
3. Monitor intake output secara
mengatakan
berkala
kakinya masih
bengkak
O: input
Cairan infus:
1000cc
Makanan 250 cc
Minum
1600 cc
Terapi obat
10 cc=2660
Output:
Urine 1000 cc
Feses 100cc
48
IWL= 18
2660-
1118=1542 cc
S: klien
mengatakan
4. Berkolaborasi pemberian
bersedia
antidieuretik inj. Furosemid 10
mg/ml, inj. Dobutamine 250
O: Obat berhasil
mg
diberikan via
intraselang
49
R : klien
mengikuti
anjuran
50
A. EVALUASI
Nama : Tn. S No CM :
berkurang
O:
- RR:22x/m
- SPO2=99%
- klien kooperatif
bengkak
- TTV
TD: 130/70
N: 90x
51
R: 24x
S: 36.2C
- Input
Makanan 250 cc
Minum 1600 cc
- Output:
Urine 1000 cc
Feses 100cc
mg/ml,
A: Masalah teratasi
52
P: intervensi dihentikan
A. IMPLEMENTASI
sesak berkurang
O: RR:26x/m
S:klien
2. Memposisikan klien
mengatakan
semi fowler
lebih nyaman
dengan posisi
semi fowler
O: klien tampak
rileks
S: klien
3. Memberikan
mengatakan
pendidikan kesehatan
sudah
pada klien tentang
mengetahui
pemicu sesak
penyebab dari
sesak
O: klien
53
kooperatif
S: klien
4. Mengkolaborasikan
mengatakan
dengan dokter dalam
masih sesak
pemberian terapi O2 5
bengkak di kaki
berkurang
O:
-bengkak di kaki
tampak
berkurang
mengatakan
bengkak di kaki
berkurang
O; TTV
-TD: 130/70
N: 90x
R: 24x
54
SB: 36.2C
bengkak di kaki
berkurang
O: input
Cairan infus:
1000cc
Makanan 250 cc
Minum
1600 cc
Terapi obat
10 cc=2660
Output:
Urine 1000 cc
Feses 100cc
IWL= 18
2660-1118=
1542 cc
4. Berkolaborasi
S: klien
pemberian antidieuretik
mengatakan
inj. Furosemid 10
bersedia
mg/ml, inj. Dobutamine
55
diberikan
B. EVALUASI
berkurang
fowler
O:
- RR:20x/m
- Spo2= 99%
- klien kooperatif
56
A : Masalah belum teratasi
sudah berkurang
berkurang
input
Makanan 250 cc
Minum
1600 cc
Terapi obat
10 cc=2660
Output:
Urine 1000 cc
Feses 100cc
IWL= 18
2660-1118= 1542 cc
57
terpasang RL 20 Tpm
58
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkn hasil kasus asuhan keperawatan yang dilakukan pada Tn. S pada penyakit
CHF dengan gangguan oksigenasi di bangsal Dahlia RST dr. Asmir Salatiga, maka bab ini
penulis akan membahas kesenjangan antara teori dan kenyataan yang diperoleh sebagai hasil
pelaksanaan studi kasus ini. Penulis juga akan membahas kesulitan yang ditemukan dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap Tn. S dengan Cronic Hearth failure (CHF) pada
yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dengan uraian sebagai berikut
A. PENGKAJIAN
Penulis dapat melakukan pengkajian pada pasien dengan diagnosa medis CHF yang dapat
meliputi identitas pasien, identitas penanggung jawab, riwayat penyakit sekarang, riwayat
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1). Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan otot pernapasan ditandai dengan
C. INTERVENSI
keperawatan yang muncul, situasi dan kondisi didukung oleh sikap keluarga dan pasien
59
yang kooperator. Perencanaan berdasarkan teori yang diperoleh dari beberapa literatur yang
mendukung.
D. IMPLEMENTASI
Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang
keperawatan diantaranya peran keluarga yang mendukung, tersedianya alat – alat serta
adanya bimbingan dari perawat ruangan, pembimbing akademik, serta adanya peran dokter
E. EVALUASI
Penulis dapat mengevaluasi keadaan pasien dan tindakan keperawatan selanjutnya setelah
dilakukan implementasi. Evaluasi terdiri dari subjektif, berdasarkan apa yang dikatakan
60
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam tubuh,
oksigen berperan penting di dalam proses metabolisme sel. Kekurangan oksigen akan
menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian. Karenanya, berbagai
upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik
B. Saran
Kesehatan adalah harta yang paling penting dalam kehidupan manusia yang sangat
diutamakan dalam segala hal, Ketika satu anggota tubuh kita sakit, maka anggota tubuh
yang lainpun ikut sakit. Dalam hal ini kita wajib untuk menjaga kesehatan tubuh kita agar
terhindar dari berbagai penyakit yang merusakkan tubuh kita dengan cara menjaga pola
hidup sehat dan dan mencegah menghindari faktor-faktor yang menyebabkan munculnya
virus penyebab penyakit. Hidup akan terasa nyaman ketika kita mampu menjaga dan
memelihara tubiuh kita dengan sebaik-baiknya.
61
Daftar pustaka
Fishman AP, Elias JA, Fishman JA, Grippi MA, Senior RM, Pack AI. Fish-man’s
Pulmonary Diseases and Disorders. Edisi IV. New York. McGraw-Hill
Companies. 2008.
62