Anda di halaman 1dari 62

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)

DENGAN MASALAH KEPERAWATAN OKSIGENASI DI RUANG

DAHLIA RST dr. ASMIR SALATIGA

Disusun Oleh :

1. ANDI SUSILO (SN182006)

2. ERISKA PEKU JAWANG (SN182034)

3. ERMA FIKA LASABUDA (SN182035)

4. LENY YUNITA TALAOHU (SN182056)

5. MUHAMMAD RIZKI HIDAYAT (SN1820)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2019

1
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Gagal jantung atau Congestive Heart Failure adalah suatu keadaan ketika

jantung tidak mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh,

meskipun tekanan darah pada vena itu normal. Gagal jantung menjadi penyakit yang

terus meningkat terutama pada lansia. Pada Congestive Heart Failure atau Gagal

Jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan curah jantung yang

adekuat guna memenuhi kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen pada

jaringan meskipun aliran balik vena yang adekuat (Dewi, 2012).

Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler lebih tepatnya

Congestive Heart Failure (CHF) masih menduduki peringkat yang tinggi, menurut

data Whorld Health Organization (WHO) pada tahun 2007 dilaporkan bahwa

Congestive Heart Failure (CHF) mempengaruhi lebih dari 20 juta pasien di dunia dan

meningkat seiring pertambahan usia dan pada umumnya mengenai pasien dengan

usia sekitar lebih dari 65 tahun dengan presentase sekitar 6-10% lebih banyak

mengenai laki-laki dari pada wanita. Pada tahun 2030 WHO memprediksi bahwa

peningkatan penderita Congestive Heart Failure (CHF) mencapai ±23 juta jiwa di

dunia. Congestive Heart Failure (CHF) merupakan salah satu masalah khas utama

pada beberapa negara industri maju dan negara berkembang seperti Indonesia

(Austaryani, 2012).

Menurut Kompas Lusia, (2010), sekitar 4,3 juta penduduk Indonesia mengalami

Congestive Heart Failure (CHF), dan 500.000 kasus baru Congestive Heart Failure

(CHF) telah di diagnosis tiap tahunnya. Harapan hidup penderita Congestive Heart

Failure (CHF) lebih buruk dibandingan dengan kanker apapun kecuali kanker paru-

paru dan kanker ovarium karena sampai 75% penderita Congestive Heart Failure

(CHF) meninggal dalam kurun waktu 5 tahun sejak diagnosis. Dalam profil

kesehatan Indonesia pada tahun (2005) Congestive Heart Failure (CHF) merupakan

2
urutan ke 5 penyebab kematian terbanya di Rumah Sakit seluruh Indonesia.

Perubahan gaya hidup, kadar kolesterol yang tinggi, perokok aktif dan kurangnya

kesadaran berolahraga menjadi faktor pemicu munculnya Congestive Heart Failu re

(CHF) (Kompas, 2010).

Congestive Heart Failure (CHF) diperkirakan akan menjadi penyebab utama

kematian secara menyeluruh dalam waktu lima belas tahun mendatang, meliputi

Amerika, Eropa, dan sebagian besar Asia. Hal tersebut menjadi dasar angka

prevalensi penyakit kardiovaskuler secara cepat di negara-negara berkembang dan

Negara Eropa Timur. Selain itu, gagal jantung merupakan penyakit yang paling

sering memerlukan perawatan ulang di Rumah Sakit (Redmission) meskipun

pengetahuan rawat jalan telah diberikan secara optimal (Ardiansyah, 2012).

Pada penelitian di Amerika resiko berkembangnya penyakit Congestive Heart

Failure (CHF) yaitu mencapai 20% untuk usia ≥ 40 tahun dengan kejadian > 650.000

kasus baru yang diagnosis Congestive Heart Failure (CHF) selama beberapa dekade

terahir. Kejadian Congestive Heart Failure (CHF) meningkat dengan bertambahnya

usia. Tingkat kematian untuk Congestive Heart Failure (CHF) sekitar 50%

dalam waktu lima tahun (Arini, 2015).

Prevalensi Congestive Heart Failure (CHF) di Indonesia menurut Riskesdas

(2013) sebesar 0,3 data prevalensi penyakit ditentukan berdasarkan hasil wawancara

pada reponden umur ≥ 15 tahun merupakan gabungan dari kasus penyakit yang

pernah di diagnosis dokter atau kasus yang mempunyai gejala penyakit

Congestive Heart Failure (CHF) (Riskesdas, 2013).

Sehubung dengan prevalensi kejadian Congestive Heart Failure (CHF) masih

tinggi yang ditemukan serta masih adanya resiko seperti dampak kematian yang

ditimbulkan akibat Congestive Heart Failure (CHF) maka peran perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan untuk mengobati, mencegah dan meningkatan

kesehatan pasien. Agar dapat memberikan asuhan keperawatan secara maksimal dan

optimal maka diperlukan pemahaman tentang konsep dasar penyakit Congestive

3
Heart Failure (CHF) dan proses keperawatannya. Maka penulis termotivasi untuk

membahas lebih lanjut dan akan menguraikan proses usaha keperawatan tentang

Congestive Heart Failure (CHF).

Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia.

Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam proses metabolisme sel. Kekurangan

oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian.

Karenanya, berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar

ini terpenuhi dengan baik.

Dalam pelaksanaannya, pemenuhan kebutuhan dasar tersebut masuk ke dalam

bidang garapan tenaga medis. Karenanya, setiap tenaga medis harus paham dengan

manifestasi tingkat pemenuhan oksigen pada kliennya serta mampu mengatasi berbagai

masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut. Untuk itu, tenaga medis

perlu memahami secara mendalam konsep oksigenasi pada manusia (Saryono dan

Widianti, 2010)

B. Tujuan Penulisan

Dari latar belakang diatas maka penulis ingin melaksanakan Asuhan

Keperawatan secara komprehensif dari pengkajian sampai dengan evaluasi pada

pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) Pada Tn. S dengan masalah keperawatan

oksigenasi di Ruang Dahlia RST dr. ASMIR Salatiga

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Oksigenasi

Oksigenasi merupakan kebutuhan manusia yang paling mendasar. Oksigen adalah

salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme dan untuk

mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh (Andarmoyo, Sulistyo, 2012).

Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O²). Kebutuhan fisiologis

oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan

metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai

organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan

berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan

meninggal (Asmadi, 2008).

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di gunakan untuk

kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ

atau sel. Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari

(24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi berperan dalam mempertahakan

kelangsungan metabolisme sel. Sehingga di perlukan fungsi respirasi yang adekuat.

Respirasi juga berarti gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai O²

ke seluruh tubuh dan pembuangan CO² (hasil pembakaran sel) (Hidayat, 2006) .

Dalam kaitannya pemenuhan kebutuhan oksigenasi tidak terlepas dari peranan fungsi

sisitem pernafasan dan kardiovaskuler yang menyuplai kebutuhan oksigen tubuh. Dan dalam

implementasinya mahasiswa keperawatan diharapkan lebih memahami tentang apa oksigenasi,

bagaimana proses keperawatan pada klien dengan gangguan oksigenasi dan bagaimana praktik

keperawatan yang mengalami masalah atau gangguan oksigenasi (Asmadi, 2008).

5
Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami kemunduran

bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan

yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh (Fatwa, 2009).

B. Etiologi

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penyebab klien mengalami gangguan

oksigenasi, sebagai berikut:

1. Gangguan jantung, meliputi : ketidakseimbangan jantung meliputi

ketidakseimbangan konduksi, kerusakan fungsi valvular, hipoksia miokard, kondisi-

kondisi kardiomiopati, dan hipoksia jaringan perifer.

2. Gangguan pernapasan meliputi hiperventilasi, hipoventilasi dan hipoksia.

3. Kapasitas darah untuk membawa oksigen.

4. Faktor perkembangan.

5. Perilaku atau gaya hidup

C. Klasifikasi

Pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan, yaitu

ventilasi, difusi, dan transportasi.

1. Ventilasi

Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke

dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain:

a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi

tempat, maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya,

semakin rendah, maka tempat tekanan udara semakin tinggi.

b. Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan

ekspansi atau kembang kempis.

c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas

berbagai otot polos yang kcrjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf

otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi

6
schingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat

mcnycbabkan kontriksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau

proses penyempitan.

d. Adanya refleks batuk dan muntah.

Adanya peran mukus siliaris sebagai penangkal benda asing yang mengandung

interveron dan dapat rnengikat virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya

adalah complience recoil. Complience yaitu kemampuan paru untuk

mengembang yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu adanya surfaktan

pada lapisan alveoli vang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan

dan adanva sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan

gangguan toraks. Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli, dan

disekresi saat pasien menarik napas, sedangkan recoil adalah kemampuan

untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru.

Apabila complience baik akan tetapi recoil terganggu maka CO2 tidak

dapat di keluarkan secara maksimal. Pusat pernapasan yaitu medulla oblongata

dan pons dapat memengaruhi proses ventilasi, karena CO2 memiliki

kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO2, dalam batas 60

mmHg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila paCO,

kurang dari sama dengan 80 mmHg maka dapat menyebabkan depresi pusat

pernapasan.

2. Difusi Gas

Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru

dan CO2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa

faktor, yaitu:

a. Luasnya permukaan paru.

b. Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan

interstisial keduanya ini dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi

proses penebalan.

7
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 hal ini dapat terjadi sebagaimana O2,

dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2, dalam rongga

alveoli lebih tinggi dari tekanan O2, da1am darah vena pulmonalis, (masuk

dalam darah secara berdifusi) dan paCOJ dalam arteri pulmonalis juga akan

berdifusi ke dalam alveoli.

d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.

3. Transportasi Gas

Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapiler ke

jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, akan

berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma

(3%), sedangkan C02 akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin

(30%), dan larut dalam plasma (50%), dan sebagian menjadi HC03 berada pada

darah (65%).

Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya:

a. Kardiac output

Merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah, normalnya 5 liter per menit.

Dalam kooondisi patologi yang dapat menurunkan cardiac output ( misal pada

kerusakan otot jantung, kehilangan darah ) akan mengurangi jumlah oksigen yang

dikirm ke jaringan. Umumnya, jantung mengkompensasi dengan menambahkan

rata-rata pemompaannya untuk meningkatkan transport oksigen.

b. Kondisi pembuluh darah, latihan, dan lain-lain.

Secara langsung berpengaruh terhadap transpot oksigen. Bertambahnya latihan

menyebabkan peningkatan transport O2 ( 20 x kondisi normal ), meningkatkan

cardiac uotput dan penggunaan O2 oleh sel.

 Defenisi terapi oksigenasi

Terapi oksigen 02 merupakan suatu intervensi medis berupa upaya pengobatan dengan

pemberian oksigen O2 untuk mencegah atau memperbaiki hifoksia jaringan dan

mempertahankan oksigenasi jaringan agar tetap adekuat dengan cara meningkatkan masukan

8
oksigen kedalam sisten respirasi, meningkatkan daya angkut oksigen kedalam sirkulasi dan

meningkatkan pelepasan atau estraksi oksigen kejaringan.

 Indikasi terapi oksigen

Terapi oksigen dianjurkan pada pasien dewasa, anak-anak dan bayi ( usia di atas 1bulan) ketika
nilai tekanan parsial oksigen kurang dari 60mmhg atau nilai saturasi oksigen kurang dari 90%
saat pasien beristirahat dan bernafas dengan udara ruangan.

Terapi oksigen juga diberikan selama periode perioperatif karena anestesi umum sering
kali menyebabkan terjadinya penurunan tekanan persial oksigen sekunder akibat peningkatan
ketidaksesuain ventilasi dan perkusi paru dan penurunan kapasitas residu fungsional ( FSC).

Dalam pemberian terapi oksigen harus dipertimbangkan apakah pasien benar-benar


membutuhkan oksigen, apakah dibutuhkan terapi oksigen jangka pendek atau jangka panjang.
Oksigen yang diberikan harus diatur dalam jumlah yang tepat dan harus dievaluasi agar
mendapat manfaat terapi dan menghidari toksisitas.

 Terapi oksigen jangka pendek.


Terapi oksigen jangka pendek merupakan terapi yang dibutuhkan pada pasien-pasien
dengan keadaan hivoksemia akut,diantaranya pneumonia,penyakit paru obstruksit kronis
( PPOK) dengan eksernbasiakut, asma bronkial, gangguan kardiouvaskuler dan emboli
paru. Pada keaadan tersebut oksigen harus segera diberikan dengan adekuat, jika tidak
adekuat akan dapat menimbulkan terjadian kecacatan tetap ataupun kematian. Pada
kondisi ini oksigen diberikan dengan fraksi oksigen (O2) dan (FIO2). Berkisar antara 60-
100% dalam jangka waktu yang pendek adapun pedoman untuk pemberian terapi
oksigen berdasarkan rekomendasi oleh American College Of Che-St Physicians, The
National Heart, Lung And Blood Institute .

Tabel

Indikasi Terapi Oksigen (O2) Jangka Pendek

Indikasi yang sudah direkomendasi:

Hipoksemia akut (PaO2 < 60 mmHg; SaO2 < 90%)

Henti jantung dan henti napas

9
Hipotensi (tekanan darah sistolik < 100 mmHg)
Curah jantung yang rendah dan asidosis metabolik
(bikarbonat < 18 mmol/ L)

Distress pernapasan (frekuensi pernapasan > 24 kali/ menit)

 Terapi oksigen jangka panjang


Pasien dengan hivoksemia, terutama pasien dengan penyakit paru obstuktif kronis (
PPOK) merupakan kelompok yang paling banyak menggunakan terapi onksigen jangka
panjang. Terapi oksigen jangka panjang pada pasien dengan penyakit paru obstruksi
kronis paru (PPOK) selama 4-8 minggu bisa menurunkan hematokrit, memperbaiki
toleransi latihan dan tekanan vaskuler fulmoner.
 Kontra indikasi terapi oksigen
Terapi oksigen tidak direkomendasikan pada pasien yang tidak menerima terapi oksigen
jangka panjang harus di evaluasi ulang dalam dua bulan untuk menilai apakah
hivoksemia tetap atau ada perbaikan dan apakah masih dibutuhkan terapi oksigen.
Adapun indikasi terapi oksigen jangka panjang yang telah direkomendasi ditunjukkan
pada tabel

Indikasi Terapi Oksigen (O2) Jangka Panjang

Pemberian oksigen (O2) secara kontinyu:

PaO2 istirahat < 55 mmHg atau SaO2 < 88%

PaO2 istirahat 56-59 mmHg atau SaO2 89% pada salah satu
keadaan:

Edema yang disebabkan karena CHF

pulmonal pada pemeriksaan EKG (gelombang P > 3 mm


pada lead II, III dan aVF)

Polisitemia (hematokrit > 56%)

Pemberian oksigen (O2) secara tidak kontinyu:

10
Selama latihan: PaO2 < 55 mmHg atau SaO2 < 88% Selama tidur:
PaO2 < 55 mmHg atau SaO2 < 88% dengan komplikasi seperti
hipertensi pulmoner, somnolen dan aritmia

 Teknik pemberian terapi oksigen


Sangat banyak teknik dan model alat yang dapat digunakan dalam terapi
oksigen, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Teknik dan alat yang akan digunakan dalam pemberian terapi oksigen hendak
memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Mampu mengatur konsentrasi atau fraksi oksigen (O2) (FiO2) udara


inspirasi.

b. Tidak menyebabkan akumulasi karbon dioksida (CO2).

c. Tahanan terhadap pernapasan mininal.

d. Irit dan efisien dalam penggunaan oksigen (O2).

e. Diterima dan nyaman digunakan oleh pasien.

f.
Cara pemberian terapi oksigen (O2) dibagi menjadi dua jenis, yai-tu (1) sistem arus
rendah dan (2) sistem arus tinggi. Pada sistem arus ren-dah, sebagian dari volume tidal
berasal dari udara kamar. Alat ini mem-berikan fraksi oksigen (O2) (FiO2) 21%-90%,
tergantung dari aliran gas oksigen (O2) dan tambahan asesoris seperti kantong
penampung. Alat-alat yang umum digunakan dalam sistem ini adalah: nasal kanul,
nasal kateter, sungkup muka tanpa atau dengan kantong penampung dan oksigen (O2)
transtrakeal. Alat ini digunakan pada pasien dengan kondisi stabil, volu-me tidalnya
berkisar antara 300-700 ml pada orang dewasa dan pola na-pasnya teratur. Pada sistem
arus tinggi, adapun alat yang digunakan yaitu sungkup venturi yang mempunyai
kemampuan menarik udara kamar pada perbandingan tetap dengan aliran oksigen
sehingga mampu memberikan aliran total gas yang tinggi dengan fraksi oksigen (O2)
(FiO2) yang tetap.

Alat Terapi Oksigen (O2) Arus Rendah

a. Nasal kanul dan nasal kateter.


Merupakan alat terapi oksigen dengan sistem arus rendah yang digunakan secara
luas. Nasal kanul terdiri dari sepasang tube dengan panjang lebih kurang 2cm yang

11
dipasangkan pada lubang hidung pasien dengan tube dihubungkan secara langsu ng
menuju oksigen floumeter. Adapun keuntungan dari nasal kanul yaitu pemberian
oksigen yang stabil serta pemasangannya mudah dan nyaman. Tetapi nasal kanul
dapat menyebabkan terjadinya iritasi pada mukosa hidung, mudah lepas, tidak dapat
memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44% dan tidak dapat digunakan pada
pasien dengan obstruksi nasal. Nasal kateter mirip dengan nasal kanul tetapi tersedia
dalam berbagai ukuran, untuk pasien anak-anak nomor 8-10F, untuk wanita nomor
10-12F dan pria nomor 12-14F.

12
Aliran Oksigen (O2) 100% Fraksi Oksigen (O2) (FiO2)

Sistem Arus Rendah

Nasal Kanul

1 Liter/ menit 24

2 Liter/ menit 28

3 Liter/ menit 32

4 Liter/ menit 36

5 Liter/ menit 40

6 Liter/ menit 44

Transtrakeal

0,5-4 Liter/ menit 24-40

Sungkup Oksigen (O2)

5-6 Liter/ menit 40

6-7 Liter/ menit 50

7-8 Liter/ menit 60

Sungkup dengan Reservoir

6 Liter/ menit 60

7 Liter/ menit 70

8 Liter/ menit 80

9 Liter/ menit 90

13
10 Liter/ menit > 99
b. S
u
n Nonrebreathing
g
k
u 4-10 Liter/ menit 60-100
p
muka tanpa penampung
Merupakan alat yang terbuat dari bahan plastik diamana penggunaannya dilakukan
dengan cara di ikatkan pada wajah pasien dengan ikat kepala elastis yang berfungsi
untuk menutup hidung dan mulut, adapun keuntungan dari penggunaan mampu
memberikan fraksi oksigen yang lebih tinggi dari pada nasal kanul. Kerugian dari alat ini
tidak dapat memberikan fraksi oksigen kurang dari 40%, dapat menyebabkan
penumpukan karbon dioksida
c. Sungkup muka dengan kantong penampung
Ada 2 macam yaitu parsial reabrithing dan non reabrithing. Untuk parsial reabrithing
tidak memiliki katup satu arah diantara sungkup dengan kantong penampung
sehingga udara ekspirasi dapat terhirup kembali sedangkan non reabrithing terdapat
katup satu arah antara sungkup dan kantong penampung sehingga pasien menghirup
udara yang terdapat pada kantong penampung.
d. Oksigen transtrakeal
Oksigen transtrakeal dapat mengalirkan oksigen secara langsung melalui kateter di
dalam trakea. Keuntungan dari pemberian oksigen transtrakeal yaitu tidak ada iritasi
muka ataupun hidung dengan rata-rata oksigen yang dapat diterima oleh pasien
mencapai 80-96%. Kerugiannya dari penggunaan ini biyayanya yang terlalu tinggi
dan resiko terjadinya infeksi lokal.
 Alat terapi oksigen (O2) arus tinggi
Terdapat dua indikasi klinis untuk penggunaan terapi oksigen dengan arus tinggi,
diantarnya adalah pasien dengan hipoksia yang memerlukan pengendalian fraksi oksigen
dan pasien hipoksia dengan ventilasi yang abnormal. Alat terapi arus tinggi yang sering
digunakan salah satunya taitu sungkup venturi. Alat ini lebih nyaman untuk digunakan
oleh karena adanya pendorongan oleh arus tinggi, maka masalah reabrithing akan dapat
teratasi.

Fraksi Oksigen (O2) (FiO2) pada

Alat Terapi Oksigen (O2) Arus Rendah dan Arus Tinggi

Sistem Arus Tinggi

Sungkup Venturi

3 Liter/ menit 24

6 Liter/ menit 28

9 Liter/ menit 40

14
12 Liter/ menit 40
Pedoman
pemberian
Oksigen 15 Liter/ menit 50

Adapun pemberian terapi oksigen (O2) hendaknya mengikuti lang-


kah-langkah sebagai berikut sehingga tetap berada dalam batas aman dan
efektif, di antaranya:

a. Tentukan status oksigenasi pasien dengan pemeriksaan klinis, ana-lisa


gas darah dan oksimetri.

b. Pilih sistem yang akan digunakan untuk memberikan terapi oksi-gen


(O2).

c. Tentukan konsentrasi oksigen (O2) yang dikehendaki: rendah (di


bawah 35%), sedang (35 sampai dengan 60%) atau tinggi (di atas
60%).

d. Pantau keberhasilan terapi oksigen (O2) dengan pemeriksaan fisik


pada sistem respirasi dan kardiovaskuler.

e. Lakukan pemeriksaan analisa gas darah secara periodik dengan se-


lang waktu minimal 30 menit.

f. Apabila dianggap perlu maka dapat dilakukan perubahan terhadap


cara pemberian terapi oksigen (O2).

g. Selalu perhatikan terjadinya efek samping dari terapi oksigen (O2)


yang diberikan.
Efek Samping Pemberian Terapi Oksigen (O2)

Efek samping yang ditimbulkan terutama terhadap sistem pernapasan diantaranya depresi nafas,

keracunan oksigen dan nyeri substernal. Defresi nafas dapat terjadi pada pasien yang menderita

penyakit paru obstruksi paru (PPOK) dengan hivoksia dan hiperkardia kronis

Keracunan oksigen terjadi apabila pembetrian oksigen dengan konsentrasi tinggi diatas 60%

dalam jangka waktu yang lama, hal ini menimbulkan perubahan pada paru dalam bentuk

kongesti paru, penebalan membran alveoli, edema.

15
Efek samping pemberian oksigen terhadap susunan saraf pusat apabila diberikan dengan

konsentrasi yang tinggi maka akan dapat menimbulkan keluhan parestesia dan nyeri pada

sendiri.

D. Patofisiologi

Fungsi sistem jantung ialah menghantarkan oksigen, nutrien, dan subtansi lain ke

jaringan dan membuang produk sisa metabolisme selular melalui pompa jantung, sistem

vaskular sirkulasi, dan integritas sistem lainnya. Namun fungsi tersebut dapat terganggu

disebabkan oleh penyakit dan kondisi yang mempengaruhi irama jantung, kekuatan

kontraksi, aliran darah melalui kamar-kamar pada jantung, aliran darah miokard dan

sirkulasi perifer. Iskemia miokard terjadi bila suplai darah ke miokard dari arteri koroner

tidak cukup dalam memenuhi kebutuhan oksigen organ. Selain itu, perubahan fungsi

pernapasan juga menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi. Hiperventilasi

merupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebih, yang dibutuhkan untuk mengeliminasi

karbondioksida normal di vena, yang diproduksi melalui metabolisme seluler.

Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen

tubuh atau mengeliminasi CO2 secara adekuat. Apabila ventilasi alveolar menurun, maka

PaCO2 akan meningkat. Sementara hipoksia adalah oksigenasi jaringan yang tidak

adekuat pada tingkat jaringan.

16
Manifestasi klinik

Adanya penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi menjadi tanda gangguan oksigenasi.

Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk bernafas,

pernafasan nafas faring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada,

nafas pendek, nafas dengan mulut, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior-

posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala

adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA,

2012). Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi, hiperkapnea,

kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, sianosis, warna kulit abnormal

(pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal

frekuensi, irama dan kedalaman nafas (NANDA, 2012).

E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan

oksigenasi yaitu:

1. Pemeriksaan fungsi paru

Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara efisien.

2. Pemeriksaan gas darah arteri

Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler alveolar

dan keadekuatan oksigenasi.

3. Oksimetri

Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler

4. Pemeriksaan sinar X dada

Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal.

5. Bronkoskopi

Untuk memperoleh sampel biopsi dan cairan atau sampel sputum/benda asing yang

menghambat jalan nafas.

6. Endoskopi

17
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.

7. Fluoroskopi

Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan kontraksi

paru.

8. CT-SCAN

Untuk mengidentifikasi adanya massa abnormal.

F. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)

1. Penatalaksanaan medis

a) Pemantauan Hemodinamika

b) Pengobatan bronkodilator

c) Melakukan tindakan kolaborasi dalam pemberian medikasi oleh dokter,

misal: nebulizer, O2 kanul nasal, O2 masker untuk membantu pemberian

oksigen jika diperlukan.

d) Penggunaan ventilator mekanik

e) Fisoterapi dada

2. Penatalaksanaan keperawatan

a) Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

1) Pembersihan jalan nafas

2) Latihan batuk efektif

3) Pengisapan lendir

4) Jalan nafas buatan

b) Pola Nafas Tidak Efektif

1) Atur posisi pasien ( semi fowler )

2) Pemberian oksigen

3) Teknik bernafas dan relaksasi

18
G. Pengkajian

Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :

a) Biodata pasien (umur, kelamin, pekerjaan, pendidikan)

Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik

maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui

hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat

pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang

masalahnya/penyakitnya.

b) Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)

Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien

pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama

seharusnya mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio,

Skala, dan Time).

c) Riwayat kesehatan keluarga

Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami

masalah/penyakit yang sama.

d) Riwayat social

Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok,

pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.

e) Riwayat psikologis

Disini perawat perlu mengetahui tentang :

- Perilaku / tanggapan klien terhadap masalah penyakitnya

- Pengaruh sakit terhadap cara hidup

- Perasaan klien terhadap sakit dan terapi

- Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapy

f) Riwayat spiritual.

g) Pemeriksaan fisik.

1) Hidung dan sinus

19
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak,

eksudat, darah), kesimetrisan hidung.

2) Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris.

(a) Faring

Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak.

(b) Trakhea

Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari

tengah pada bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke

bawah dan ke samping sehingga kedudukan trakhea dapat diketahui.

(c) Thoraks

Inspeksi :

- Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan

kronis klavikulanya menjadi elevasi ke atas. Bentuk dada, pada

bayi berbeda dengan orang dewasa.

- Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi

pernapasan, sifat pernapasan apakah klien menggunakan

pernapasan dada yaitu pernapasan yang ditandai dengan

pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu pernapasan

yang ditandai dengan pengembangan perut, ritme/irama

pernapasan, kesulitan bernapas klien, bunyi napas, batuk dan

sekresinya, apakah klien mengalami batuk produktif yaitu batuk

yang diikuti oleh sekresi, atau batuk non produktif yaitu batuk

kering dan keras tanpa sekresi, ataukah hemoptue yaitu batuk

yang mengeluarkan darah.

- Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi,

tekanan darah dan juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien

apakah terjadi anoxia, hypoxemia, hypoxia, cianosis ataukah

clubbing finger.

Palpasi :

20
- Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan,

massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus.

Perkusi :

- Mengetahui suara perkusi paru : sonor, redup, pekak, hipersonor

dan timpani.

Auskultasi :

- Mengetahui suara napas dasar dan suara napas tambahan. Suara

napas dasar : vesikuler, bronchial, dan bronkhovaskular. Suara

napas tambahan : ronkhi basah, halus, sedang atau kasar,

wheezing dan krepitasi halus atau kasar.

H. Diagnosis Keperawatan

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dipneu

c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

penyakit

I. Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC

1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan Monitor Pernafasan (3350)


pola napas keperawatan 3x24 jam,
berhubungan dengan diharapkan : 1. Monitor pola nafas
keletihan otot Status Pernafasan (0415) :
pernapasan - Frekuensi
Manajemen Jalan Nafas (3140)
pernafasan tidak
defiasi kisaran 1. Posisikan klien semi
normal (5) fowler
- Irama pernafasan 2. Berikan pendidikan
tidak defiasi kesehatan pada klien
kisaran normal tentang pemicu sesak
(5) 3. Kolaborasikan dengan
- Kedalaman dokter dalam pemberian
inspirasi tidak terapi O2
defiasi kisaran
normal (5)
- Suara auskultasi nafas
tidak defiasi kisaran
normal (5)

21
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan asuhan Peningkatan tidur (1850)
berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam,
halangan lingkungan diharapkan : 1. Monitor pola tidur klien
(Bising dan Pajanan dan jumlah jam tidur
Cahaya) Tidur (0004) 2. Menganjurkan klien untuk
menghindari makan dan
1. Jam tidur tidak minuman yang
terganggu (5) mengganggu pola tidur
2. Pola tidur tidak 3. Berikan pendidikan
terganggu (5) kesehatan mengenai
3. Kualitas tidur tehnik untuk tidur.
tidak terganggu 4. Koloborasi dengan dokter
(5) dalam pemberian terapi
4. Tidur rutin tidak obat.
terganggu (5)
5. Perasaan segar
setelah tidur tidak
terganggu (5)
3. Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan a. Posisikan semi fowler
jantung b.d keperawatan selama 3 x 12 b. Monitor status
Perubahan preload jam, diharapkan tidak pernafasan yang
terdapat penurunan curah menandakan gagal
jantung pada pasien, dengan jantung
kriteria hasil : c. Monitor BC
a. Vital sign batas d. Monitor adanya
normal perubahan TD dan
b. Dapat mentoleransi berikan lingkungan yang
aktifitas, tidak tenang
kelelahan e. Monitor TTV
c. Tidak ada edema paru f. Monitor adanya dyspnea
perifer dan tidak ada g. Instruksikan pasien untuk
asites istirahat total di tempat
d. Tidak ada penurunan tidur
kesadaran h. Atur periode latihan
dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
i. Anjurkan untuk
menurunkan stres
j. Berikan terapi
k. oksigen sesuai indikasi
l. Kolaborasi terapi obat
diuretik dan antibiotic
dengan dokter.
4. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji tingkat pemahaman
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 30 pasien dan keluarga
proses penyakitnya menit, diharapkan defisiensi tentang penyakit
pengetahuan teratasi, dengan b. Beritahu pasien dan
kriteria hasil : c. keluarga pasien tentang
informasi penyakit :
a. Pasien dan keluarganya
pengertian, penyebab,
mengerti akan
proses penyakit, tanda
penyakitnya
dan gejala dan
b. Pasien dan keluarganya
pengobatan
menyatakan pemahaman
d. Berikan waktu
mengenai kondisi/proses
e. kepada pasien untuk
penyakit dan pengobatan
mengajukan pertanyaan
f. Tekankan

22
g. pentingnya terapi diuretik
dan antibiotik pada
pasien dan keluarga
pasien

J. Evaluasi

Evaluasi terhadap masalah kebutuhan oksigen secara umum dapat dinilai dari adanya

kemampuan dalam :

a) Mempertahankan jalan napas secara efektif yang ditunjukkan dengan adanya

kemampuan untuk bernapas, jalan napas bersih, tidak ada sumbatan, frekuensi,

irama, dan kedalaman napas normal, serta tidak ditemukan adanya tanda hipoksia.

b) Mempertahankan pola napas secara efektif yang ditunjukkan dengan adanya

kemampuan untuk bernapas, frekuensi, irama, dan kedalaman napas normal, tidak

ditemukan adanya tanda hipoksia, serta kemampuan paru berkembang dengan baik.

c) Mempertahankan pertukaran gas secara efektif yang ditunjukkan dengan adanya

kemampuan untuk bernapas, tidak ditemukan dispnea pada usaha napas, inspirasi

dan ekspirasi dalam batas normal, serta saturasi oksigen dan PCO2 dalam keadaan

normal.

23
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

Tgl/Jam MRS : 16 April 2019


Tanggal/ Jam Pengkajian : 16 April 2018/ 14.00 WIB
Metode Pengkajian : Auto Anamnesa
Diagnosa Medis : CHF
No. Registrasi : 082888

A. PENGKAJIAN

I. BIODATA

1. Identitas Klien

Nama Klien :Tn. S

Jenis Kelamin :Laki-laki

Alamat : Wonosari, RT 4/RW 5 Koripan, Susukan Kab. Semarang

Umur : 58 thn

Agama : Islam

Status Perkawinan : Menikah

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Buruh

2. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. D

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 30 thn

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Tidak bekerja

Alamat : Wonosari, RT 4/RW 5 Koripan, Susukan Kab. Semarang

II. RIWAYAT KESEHATAN

1. Keluhan utama :

24
Klien mengatakan sesak nafas

2. Riwayat penyakit sekarang :

Klien mengeluh sesak nafas sejak 2 hari yang lalu dan mudah lelah saat beraktivitas

kaki klien tampak bengkak, Setelah dilakukan pengukuran tanda-tanda vital didapatkan

hasil , GCS : 15 ( E4 M6 V5 ), TD: 130/60 mmHg, N: 95 x/menit, R: 28 x/menit, S:

36,70C, SPO2=96%. Klien terpasang oksigen menggunakan nasal kanul 4 Lpm. Pasien

mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya.

3. Riwayat penyakit dahulu:

Sebelumnya klien pernah dirawat di rumah sakit dengan riwayat fraktur clavicula pada

tahun 2016, klien juga memiliki riwayat penyakit asma.

4. Riwayat kesehatan keluarga :

Keluarga tidak ada yang menglami penyakit seperti yang diderita pasien, ayah

menderita penyakit diabetus militus,

Genogram :

Ket :

G1 :Ayah klien meninggal karena penyakit DM, ibu klien meninggal karena faktor

usia

G2 :Klien adalah anak ke 3 dari 5 bersaudara.

G3 :Klien memiliki 4 anak

= Perempuan =Meninggal

= Laki Laki =Pasien

= Tinggal serumah

25
III. PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR HENDERSON

1. Oksigenasi

Sesak napas : Tidak (-)

Ya ( √ )

Frekuensi : 28x/menit

Kapan terjadi : Tidak menentu

Kemungkinan faktor pencetus :Aktivitas berlebihan

Faktor yang memperberat :Jika pasien melakukan aktivitas

Faktor yang meringankan : Pada saat klien beristirahat, posisi baring semi fowler/

setengah duduk

Batuk : ( YA )

Sputum : ( YA ), warna : Putih

Nyeri dada : ( YA ), karena sesak

Hal yang dilakukan untuk meringankan nyeri dada : Menggunakan minyak kayu putih

Riwayat penyakit : Asma ( -)

TB (-)

Batuk darah ( -)

Chest surgery/trauma dada ( -)

Paparan dengan penderita TB ( -)

Riwayat merokok : ( YA ) perokok aktif

2. Nutrisi

Frekuensi makan : 3x sehari

BB/TB : 72 kg /170 cm

BB dalam 1 bulan terakhir : tetap (-)

26
Meningkat (YA) : 2 Kg, alasan : semenjak adanya bengkang pada

ekstermitas bawah berat badan klien meningkat secara

drastis

Menurun ( - ) : Kg, alasan :

Jenis makanan : Nasi,sayur,lauk pauk RS

Makanan yang disukai : Semua makanan

Makanan pantang : Tidak ada

Alergi : Tidak ada

Nafsu makan : baik (- )

Kurang ( √ ), alasan : Karena sakit

Masalah pencernaan : mual ( -)

Muntah (-)

Kesulitan menelan ( -)

Sariawan (-)

Riwayat operasi/trauma GI : -

Diit RS : Nasi RS

Habis (-)

½ porsi (√)

¾ porsi ( -)

Tidak habis (-)

Kebutuhan pemenuhan ADL makan :Dengan bantuan

3. Cairan, elektrolit dan asam basa

Frekuensi minum : 5-6 kali Konsumsi air/hari :1,5Lt/hr

Turgor kulit : Elastis

Support IV line : Ya, jenis : Ringer Laktat

Dosis : 20 tpm

27
4. Eliminasi Bowel

Frekuensi : 7x/hari Penggunaan pencahar : -

Waktu : Pagi-sore hari

Warna : Kuning pucat dengan konsisten : cair

Gangguan eliminasi bowel : Konstipasi (-)

Diare (-)

Inkontinensia bowel (-)

Kebutuhan pemenuhan ADL Bowel : Bantuan orang lain

5. Eliminasi Bladder

Frekuensi : 6-8 x/hr penggunaan pencahar : -

Warna : Kuning tanpa darah

Gangguan eliminasi bowel : tidak ada keluhan

Burning Sensation (-)

Bladder terasa penuh stl BAK (-)

Riwayat dahulu : penyakit Ginjal (-)

Batu ginjal (-)

Injuri/trauma (-)

Penggunaan kateter : Tidak

Kebutuhan pemenuhan ADL bladder : Bantuan orang lain

6. Aktivitas dan latihan

Pekerjaan : Buruh tani

Olahraga rutin : Tidak ada

Alat bantu : walker (-)

Kruk (-)

Kursi roda (-)

Tongkat (-)

Terapi : traksi (-)

Gips (-)

28
Kemampuan melakukan ROM : aktif

Kemampuan ambulasi :Mandiri

7. Tidur dan istirahat

Lama tidur : 5 - 7 jam sehari

Kesulitan tidur di RS : Tidak ada

Alasan :-

Kesulitan tidur : Menjelang tidur (-)

Mudah/sering terbangun (-)

Merasa tidak segar saat bangun (-)

8. Kenyamanan dan nyeri

Nyeri : Tidak, skala nyeri (1-10) : Tidak ada

Paliatif/provokatif :Tidak ada

Quality : Tidak ada

Region :Tidak ada

Severity : Tidak ada

Time : Tidak ada

Ambulasi di tempat tidur :Mandiri

9. Sensori, persepsi dan kognitif

Gangguan penglihatan : Tidak

Gangguan pendengaran : Tidak

Gangguan penciuman : Tidak

Gangguan sensasi taktil : Tidak

Gangguan pengecap : Tidak

Riwayat penyakit : Eye surgery (-)

Otitis media (-)

Luka sulit sembuh (-)

Persepsi klien terhadap penyakitnya :

- Klien merasa sesak nafas dikarenakan banyak beraktivitas.

Respon klien mencari solusi untuk masalah kesehatannya :

29
- Klien sudah tahu harus kerumah sakit.

10. Komunikasi

Hubungan klien dengan keluarga dan sekitarnya :

- Klien memiliki hubungan yang baik dengan orang disekitarnya

Cara klien menyatakan emosi, kebutuhan, dan pendapat :

- Klien bercerita kepada anggota keluarga jika dia sesak nafas

11. Aspek spiritual dan dukungan sosial

Kepercayaan klien dan aspek ibadah :

- Klien beragama islam dan taat beribadah.

Dukungan keluarga terhadap klien :

- Keluarga klien selalu mendampingi klien dan memotivasi klien agar lekas

sembuh.

12. Kebutuhan rekreasi

- Klien dan sekeluarga kadang-kadang melakukan rekreasi di waktu luang.

IV. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum

a. Kesadaran : Composmentis

b. Tanda-tanda vital

1) Tekanan Darah : 130/60 mmHg

2) Nadi : 95x/menit

 Frekuensi : Normal

 Irama : Teratur

 Kekuatan : Kuat

3) Pernafasan 28 x/menit

 Frekuensi : Cepat

 Irama : Teratur
30
4) Suhu : 36,7°c

2. Pemeriksaan Head To Toe

a. Kepala

 Bentuk dan ukuran kepala : Simetris

 Pertumbuhan rambut : Baik

 Kulit kepala : Bersih

b. Muka

1) Mata

 Kebersihan : Baik

 Fungsi penglihatan : Baik

 Palpebra : Normal

 Konjungtiva : Anemis

 Sklera : Tidak ikterik

 Pupil : Isokor

 Diameter ki/ka : 3mm/ 3mm

 Reflek terhadap cahaya : Normal

 Penggunaan alat bantu penglihatan : Tidak ada

2) Hidung

 Fungsi Penghidu : Mampu mengenali bau benda

 Secret : Tidak ada

 Nyeri sinus : Tidak ada

 Polip : Tidak ada

 Napas cuping hidung : Tidak ada

3) Mulut

31
 Kemampuan bicara : Orientasi baik

 Keadaan bibir : Lembab, sianosis

 Selaput mukosa : Lembab

 Warna lidah : Pucat

 Keadaan gigi : Bersih, tidak ada masalah

 Bau nafas : Agak berbau

 Dahak : Ada

4) Gigi

 Jumlah : Tidak dikaji

 Kebersihan : Bersih

 Masalah : Tidak ada

5) Telinga

 Fungsi pendengaran : Normal

 Bentuk : Normal

 Kebersihan : Baik

 Serumen : Ada

 Nyeri telinga : Tidak ada

6) Leher

 Bentuk : Normal

 Pembesaran tyroid : Tidak ada

 Kelenjar getah bening : Tidak ada

 Nyeri waktu menelan :Tidak

7) Dada (thorax)

Riwayat opreasi fraktur klavikula tahun 2016 tindakan pemasangan plate

dan screws

a. Paru-paru

32
 Inspeksi : Simetris dada kanan-kiri

 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

 Perkusi : resonan

 Auskultasi : Ronchi

b. Jantung

 Inspeksi : Simetris

 Perkusi : dullnes

 Palpasi : Tidak ada nyeri dada

 Auskultasi : s1 dan s2 tunggal,gallop(-),murmur(-),capillary

refill (3)

c. Abdomen

 Inspeksi : Tidak ada jejas atau luka

 Auskultasi : Bising usus 15 x/menit

 Perkusi : Timpani

 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

8) Genetalia : Terpasang Dower Cateter

Urin :

9) Anus dan rectum : Tidak dikaji

10) Ekstremitas :

a) Atas

 Kekuatan otot kanan dan kiri : 4/4

 ROM kanan dan kiri : Aktif

 Perubahan bentuk tulang : Tidak ada

 Pergerakan sendi bahu : Aktif

 Perabaan akral : Hangat

33
 Pitting edema : Tidak ada

 Terpasang infuse : Ya, tangan sebelah kiri

b) Bawah

 Kekuatan otot kanan dan kiri : 4/4

 ROM kanan dan kiri : Dibantu

 Perubahan bentuk tulang : Tidak ada

 Varises : Tidak ada

 Perabaan akral : Hangat

 Pitting edema : ADA

11) Integumen : Turgor kulit baik

34
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal pemeriksaan : 15 April 2019

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

Hematologi g/dL
13.5 13.0-16.0
Hemoglobin
Lekosit 7.40 4.0-10.0 10^3/ul

Trombosit 148 150-450 10^3/ul

Hematokrit 38.9 37.0-48.0 %

Eritrosit 4.27 3.50-5.00 10^6/ul

MCV 91.2 82.0-95.0 fL

MCH 31.6 27.0-31.0 Pq

MCHC 34.7 32.0-36.0 g/dl

MPV 8.0 6.5-12.00 fL

PDW 16.0 9.0-17.0 %

DIFF COUNT
Eosinofil% 1.0 9.0-17.0 %

KIMIA

Glukosa Darah 103.0 2-8

Cholesterol Total 127.8 <160

Trigliserida 86.8 <200

Asam Urat 10.18 <7

SGOT 25.2 <37

SGPT 17.4 <41

Ureum 45.2 15-45 mg/dl

35
2. Terapi

No Tanggal Nama Dosis


therapi
1. 16 April 2019 Inf. Asering / 8 Tpm
RL 5 ml/jam
Inf. Lasix 1 Ampul dioplos 50 cc
(Syiring Pump)
2. 16 April 2019 Inj. 5 Micro/jam
Dobutamin (Syiring Pump)

ISDN 3 x 1 tab
Digoxin 1 x ½ tab
Alprazolam 1 x 0.5 mg
Sprirolactone 1 x 1 tab

36
B. ANALISA DATA

Nama : Tn. S No CM : 082888

Umur : 58 Tahun Dx Medis : CHF

No Hari/tgl/jam Data focus Masalah Etiologi Diagnosa

1 Senin, 16 DS : Ketidakefektifan Keletihan Ketidakefektifan

April 2019 pola otot pola nafas b.d


- Klien mengatakan
nafas.(00032) pernapasan keletihan otot
sesak nafas
. pernapasan
DO :

- Klien tampak sesak

- Klien tampak

terpasang O2 (nasal

kanul)

TTV :

TD : 130/60 mmHg

N: 95 x/m

S: 36°C

P : 28 x/mnt

SPO2=96%

2 Senin, 16 DS : klien mengatakan Penurunan curah Perubahan Penurunan curah

april 2019 kakinya bengkak jantung preload jantung

berhubungan
DO :
dengan
- Kaki klien tampak
perubahan
bengkak
preload

37
-Klien tampak lemah

-BB klien bertambah

dari 70 kg menjadi

72kg

3 Senin, 16 S: Klien megatakan Defisit Proses Defisit

April 2019 tidak mengetahui pengetahuan penyakit pengetahuan

tentang penyakitnya berhubungan

dengan proses
O:
penyakitnya
- Klien bertanya

tentang penyakitnya

- Klien tampak cemas

C. Diagnosa Keperawatan yang muncul

1. Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan otot pernapasan ditandai dengan dispneu

dan takipneu, penggunaan otot pernapasan

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload

3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan proses penyakitnya

38
D. INTERVENSI

Nama : Tn. S No CM : 082888

Umur : 58 Tahun Dx Medis : CHF

No Tgl/Jm Dx.kep Tujuan & K/H Intervensi Ttd

(NOC) (NIC)

1 Senin, 16 April Ketidakefektifa Setelah dilakukan Monitor


n pola napas asuhan Pernafasan (3350)
2019 b.d keletihan keperawatan 3x24 :
otot pernapasan jam, diharapkan : 1. Posisikan pasien
a. Menunjukan jalan semi fowler untuk
napas yang paten memaksimalkan
(klien tidak ventilasi dan
merasa tercekik, pertahankan posisi
irama nafas, pasien
frekuensi 2. Monitor
pernafasan dalam Kecepatan, Irama,
rentang normal, Kedalaman dan
tidak ada suara Kesulitan bernafas
nafas abnormal) 3. Monitor pola nafas
b. Tanda-tanda vital 4. Palpasi
dalam rentang kesimetrisan
normal ekspansi paru
(TD,nadi,pernafas 5. Monitor keluhan
a n) sesak nafas pasien
c. Tidak termasuk kegiatan
menggunakan otot yang
bantu pernafasan meningkatkan atau
memperburuk
sesak nafas
tersebut.
6. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian terapi
oksigen.

2 Senin, 16 April Penurunan Setelah dilakukan 1. Posisikan semi


curah jantung tindakan fowler
2019 b.d Perubahan keperawatan 2. Monitor status
preload selama 3 x 24 jam, pernafasan yang
1. diharapkan tidak menandakan gagal
terdapat jantung
penurunan curah 3. Monitor BC
jantung pada 4. Monitor adanya
pasien, dengan perubahan TD dan
kriteria hasil : berikan
d. Vital sign batas lingkungan yang
normal tenang
e. Dapat 5. Monitor TTV

39
mentoleransi 6. Monitor adanya
aktifitas, tidak dyspnea
kelelahan 7. Instruksikan
f. Tidak ada edema pasien untuk
paru perifer dan istirahat total di
tidak ada asites tempat tidur
g. Tidak ada 8. Atur periode
penurunan latihan dan
kesadaran istirahat untuk
menghindari
kelelahan
9. Anjurkan untuk
menurunkan stres
10. Berikan terapi
11. oksigen sesuai
indikasi
12. Kolaborasi terapi
obat diuretic, dan
antibiotic dengan
dokter.
3 Senin, 16 april Defisit Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat
pengetahuan tindakan pemahaman pasien
2019 berhubungan keperawatan dan keluarga
dengan proses selama 1 x 30 tentang penyakit
penyakitnya menit, diharapkan 2. Beritahu pasien
defisiensi dan
pengetahuan 3. keluarga pasien
teratasi, dengan tentang informasi
kriteria hasil : penyakit :
pengertian,
a. Pasien dan
penyebab, proses
keluarganya
penyakit, tanda
mengerti akan
dan gejala dan
penyakitnya
pengobatan
b. Pasien dan
4. Berikan waktu
keluarganya
5. kepada pasien
menyatakan
untuk mengajukan
pemahaman
pertanyaan
mengenai
6. Tekankan
kondisi/proses
penyakit dan 7. pentingnya terapi
diuretik dan
pengobatan
antibiotik pada
pasien dan
keluarga pasien

E. IMPLEMENTASI

Nama : Tn. S No CM : 082888

Umur : 58 Tahun Dx Medis : CHF

40
Hari/tgl/jam No Dx Implementasi Respon Ttd

Selasa, 16 1 1. Memonitor pola nafas S : klien mengatakan


April 2019 masih sesak

O: RR:28x/m

SPO2=96%
2. Memposisikan klien semi
S: Klien mengatakan lebih
fowler
nyaman dengan posisi
semi fowler

O: klien tampak rileks


3. Memberikan pendidikan
S: klien mengatakan masih
kesehatan pada klien
bingung dengan
tentang pemicu sesak
pemicu sesak

O: klien masih tampak


bingung
4. Mengkolaborasikan
S: klien mengatakan masih
dengan dokter dalam
sesak
pemberian terapi oksigen
O: Oksigen NK: 4 Lpm

Selasa, 16 2 1. Posisikan semi fowler S: Klien mengatakan


nyaman dengan posisi
April 2019
seperti ini.

O: Pasien kelihatan
nyaman

2. Monitor status S: Nafas cepat dan dangkal


pernafasan yang
O: klien tampak sesak
menandakan gagal
jantung

3. Monitor adanya O : Evaluasi TTV tiap 2


perubahan TD dan Jam
berikan lingkungan yang
TD: 130/90

41
tenang dan memonitor N: 98x
TTV
R: 26x

SB: 36.6 ̊ C

O: Klien bedrest total


4. Menginstruksikan pasien
untuk istirahat total di
tempat tidur O : Klien mengikuti
5. Mengattur periode anjuran mengatur pola
latihan dan istirahat istirahat
untuk menghindari
kelelahan
R : Klien mengerti
6. Menganjurkan untuk
menurunkan stres

ISDN 3 1 Tab

7. Memberikan terapi Digoxin ½ Tab


obat sesuai order dokter Alprazolam 1 Tab

R : Terpasang NK 4 Lpm

8. Memberikan oksigen
sesuai indikasi
- Inf. Lasix 1 Ampul
dioplos 50 cc
9. Kolaborasi terapi obat
(Syiring Pump)
diuretic, dan obat pacu
- Inj. Dobutamin 5
jantung dengan dokter.
Micro/jam
(Syiring Pump)
Selasa, 16 3 1. Mengkaji tingkat S : klien dan keluarga
pemahaman pasien dan mengatakan belum
April 2019
keluarga tentang penyakit begitu memahami
tentang penyakit yang
diderita
2. Memberitahu pasien dan
R : klien dan keluarga
keluarga pasien tentang
tampak memperhatikan

42
informasi penyakit : dan lebih mengerti
pengertian, penyebab,
proses penyakit, tanda dan
gejala dan pengobatan

R : klien bertanya tentang


3. Memberikan waktu
kesembuhan
kepada pasien untuk
mengajukan pertanyaan

R : klien mengikuti
4. Menekankan pentingnya
anjuran
terapi diuretik dan obat
lain pada pasien dan
keluarga pasien

F. EVALUASI

Nama : Tn. S No CM : 082888

Umur : 58 Tahun Dx Medis : CHF

No.DX Hari/tgl/jam Evaluasi Ttd

1. Selasa, 16 april 2019 Subjektif :


 Klien mengatakan masih sesak
 Klien mengatakan lebih nyaman
dengan posisi semi fowler
 Klien mengatakan masih
bingung dengan pemicu sesak

Objektif :

43
- RR:26 x/m

- SPO2=96%

- Klien masih tampak bingung

Analisa :

Masalah belum teratasi

Planning :

Intervensi 1,2,3,4,5 dan 6

dilanjutkan

2 Selasa, 16 april 2019 Subjektif :


- Klien mengatakan kaki bengkak

- Klien mengatakan hanya

berbaring saja di tempat tidur

- Klien mengatakan saat BAK

sedikit

Objektif:

- Klien tampak lemah

Balance cairan :

Iinput

- Cairan infus: 1000 cc


- Makanan 250 cc
- Minum 1200 cc
- Terapi obat 10 cc

Jumlahn = 2460

Output:

- Urine 250 cc
- Feses 100 cc

44
IWL= 0,5 x BBX 60

BB : 72 Kg

= 0,5 x 72 x 60

= 2,16 cc/ Jam

- intake

2460-368= 2.092 cc

Inj. Obat Furosemid 10 mg/ml,

inj. Dobutamine 250 mg

terpasang RL 20 Tpm

-terpasang kateter no.16

Analisa : Masalah belum teratasi

Planning : Intervensi 1,2,3,4

dilanjutkan

3 Selasa, 16 april 2019 Subjektif:

- Klien mengatakan lebih


mengerti tentang penyakitnya
- Klien mengatakan fisiknya
terasa lemah
- Klien belum mampu melakukan
aktivitas
- Klien mengatakan aktivitas
perawatan diri dibantu istrinya

Objektif:

- Klien bisa menjawab pertanyaan


yang diberikan
- Klien dan keluarga mengetahui
cara mengontol stress

45
- Klien tampak lemah
- Aktivitas klien tampak dibantu
istrinya

Analisa : Masalah belum teratasi

Planning : Intervensi 1,2,3,4


dilanjutkan

G. IMPLEMENTASI

Nama : Tn. S No CM : 082888

Umur : 58 Tahun Dx Medis : CHF

Hari/tgl/jam No Dx Implementasi Respon Ttd

Kamis, 18 1 1. Memonitor pola nafas S : klien

April 2019 mengatakan

sesak

berkurang

O : RR:26x/m

SPO2=97%

2. Memposisikan klien semi


S:klien
fowler
mengatakan

lebih nyaman

dengan

posisi semi

fowler

O: klien tampak

rileks

46
S: klien

3. Memberikan pendidikan mengatakan


kesehatan pada klien tentang
sudah
pemicu sesak
mengetahui

penyebab dari

sesak

O: klien

kooperatif

S: klien

mengatakan
4. Mengkolaborasikan dengan
masih sesak
dokter dalam pemberian terapi
O2 4 Lpm
O: RR: 26x/m

-Pemberian

oksigen 4

Lpm nasal

kanul

Kamis, 18 2 1. Kaji adanya edema pada S: klien


ekstermitas
april 2019 mengatakan

kakinya masih

bengkak

O:

-kaki klien

tampak bengkak

2. Monitor TTV S: klien

mengatakan

47
kakinya masih

bengkak

O; TTV

-TD: 130/70

N: 90x

R: 24x

SB: 36.2C

S: klien
3. Monitor intake output secara
mengatakan
berkala
kakinya masih

bengkak

O: input

Cairan infus:

1000cc

Makanan 250 cc

Minum

1600 cc

Terapi obat

10 cc=2660

Output:

Urine 1000 cc

Feses 100cc

48
IWL= 18

2660-

1118=1542 cc

S: klien

mengatakan
4. Berkolaborasi pemberian
bersedia
antidieuretik inj. Furosemid 10
mg/ml, inj. Dobutamine 250
O: Obat berhasil
mg
diberikan via

intraselang

Kamis, 18 3 1. Mengkaji tingkat pemahaman S : klien dan


pasien dan keluarga tentang keluarga
april 2019
penyakit mengatakan
2. Memberitahu pasien dan sudah
keluarga pasien tentang mengetahui
informasi penyakit : pengertian, tentang
penyebab, proses penyakit, penyakit
tanda dan gejala dan yang diderita
pengobatan
R : klien dan
3. Memberikan waktu kepada
keluarga
pasien untuk mengajukan
tampak
pertanyaan
memperhatik
4. Menekankan pentingnya terapi
an dan lebih
diuretik dan obat lain pada
mengerti
pasien dan keluarga pasien
R : klien
bertanya
tentang
kesembuhan

49
R : klien
mengikuti
anjuran

50
A. EVALUASI

Nama : Tn. S No CM :

Umur : 58 tahun Dx Medis :CHF

No.DX Hari/tgl/jam Evaluasi Ttd

1. Kamis, 18 april 2019 S:

- klien mengatakan sesak

berkurang

- klien mengatakan lebih nyaman

dengan posisi semi fowler

- klien mengatakan sudah

mengetahui penyebab dari sesak

O:

- RR:22x/m

- SPO2=99%

- klien tampak rileks

- klien kooperatif

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi 1,2,3 dilanjutkan

2 Kamis, 18 april 2019 S: klien mengatakan kaki masih

bengkak

- kaki klien tampak bengkak

- klien tampak lemah

- TTV

TD: 130/70

N: 90x

51
R: 24x

S: 36.2C

- Input

Cairan infus: 1000cc

Makanan 250 cc

Minum 1600 cc

Terapi obat 10 cc=2660

- Output:

Urine 1000 cc

Feses 100cc

IWL= 182660-1118= 1542 c

- Terpasang kateter urine

- Inj. Obat Furosemid 10

mg/ml,

- inj. Dobutamine 250 mg

- terpasang infus RL 20 Tpm

- terpasang kateter no.16

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi 1,2,3,4 dilanjutkan

3 Kamis, 18 april 2019 S : klien dan keluarga mengatakan


sudah mengetahui tentang penyakit
yang diderita

O : klien dan keluarga tampak


memperhatikan dan lebih
mengerti

- klien mengikuti anjuran

A: Masalah teratasi

52
P: intervensi dihentikan

A. IMPLEMENTASI

Nama : Tn. S No CM : 082888

Umur : 58 Tahun Dx Medis : CHF

Hari/tgl/jam No Dx Implementasi Respon Ttd

Jumat, 19 1 1. Memonitor pola nafas S : klien

April 2019 mengatakan

sesak berkurang

O: RR:26x/m

S:klien
2. Memposisikan klien
mengatakan
semi fowler
lebih nyaman

dengan posisi

semi fowler

O: klien tampak

rileks

S: klien
3. Memberikan
mengatakan
pendidikan kesehatan
sudah
pada klien tentang
mengetahui
pemicu sesak
penyebab dari

sesak

O: klien

53
kooperatif

S: klien
4. Mengkolaborasikan
mengatakan
dengan dokter dalam
masih sesak
pemberian terapi O2 5

Lpm O: RR: 26x/m

Jumat, 19 2 1. Kaji adanya edema S: klien

april 2019 pada ekstermitas mengatakan

bengkak di kaki

berkurang

O:

-bengkak di kaki

tampak

berkurang

2. Monitor TTV S: klien

mengatakan

bengkak di kaki

berkurang

O; TTV

-TD: 130/70

N: 90x

R: 24x

54
SB: 36.2C

3. Monitor intake output


S: klien
secara berkala
mengatakan

bengkak di kaki

berkurang

O: input

Cairan infus:

1000cc

Makanan 250 cc

Minum

1600 cc

Terapi obat

10 cc=2660

Output:

Urine 1000 cc

Feses 100cc

IWL= 18

2660-1118=

1542 cc
4. Berkolaborasi
S: klien
pemberian antidieuretik
mengatakan
inj. Furosemid 10
bersedia
mg/ml, inj. Dobutamine

250 mg O: Obat berhasil

55
diberikan

B. EVALUASI

Nama : Tn. S No CM : 082888

Umur : 58 tahun Dx Medis :CHF

No.DX Hari/tgl/jam Evaluasi Ttd

1. Jumat, 19 april 2019 S:

- klien mengatakan sesak

berkurang

- klien mengatakan lebih

nyaman dengan posisi semi

fowler

O:

- klien tampak cukup rileks

- RR:20x/m

- Spo2= 99%

- klien kooperatif

56
A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi 1,2,3 dilanjutkan

2 Jumat, 19 april 2019 S: klien mengatakan bengkak di kaki

sudah berkurang

O:-klien tampak lemah

-tampak bengkak di kaki sudah

berkurang

input

Cairan infus: 1000cc

Makanan 250 cc

Minum

1600 cc

Terapi obat

10 cc=2660

Output:

Urine 1000 cc

Feses 100cc

IWL= 18

2660-1118= 1542 cc

Terpasang kateter urine

Inj. Obat Furosemid 10 mg/ml,

inj. Dobutamine 250 mg

57
terpasang RL 20 Tpm

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi 1,2,3,4 dilanjutkan

58
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkn hasil kasus asuhan keperawatan yang dilakukan pada Tn. S pada penyakit

CHF dengan gangguan oksigenasi di bangsal Dahlia RST dr. Asmir Salatiga, maka bab ini

penulis akan membahas kesenjangan antara teori dan kenyataan yang diperoleh sebagai hasil

pelaksanaan studi kasus ini. Penulis juga akan membahas kesulitan yang ditemukan dalam

memberikan asuhan keperawatan terhadap Tn. S dengan Cronic Hearth failure (CHF) pada

gangguan oksigenasi, dalam penyusunan asuhan keperawatan kami merencanakan keperawatan

yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dengan uraian sebagai berikut

A. PENGKAJIAN

Penulis dapat melakukan pengkajian pada pasien dengan diagnosa medis CHF yang dapat

meliputi identitas pasien, identitas penanggung jawab, riwayat penyakit sekarang, riwayat

penyakit dahulu, pengkajian kebutuhan dasar dan pemeriksaan fisik.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Diagnosa keperawatan yang muncul

1). Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan otot pernapasan ditandai dengan

dispneu dan takipneu, penggunaan otot pernapasan

2). Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload

3). Defisit pengetahuan berhubungan dengan proses penyakitnya

C. INTERVENSI

Penulis dapat menyusun rencana tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosa

keperawatan yang muncul, situasi dan kondisi didukung oleh sikap keluarga dan pasien

59
yang kooperator. Perencanaan berdasarkan teori yang diperoleh dari beberapa literatur yang

mendukung.

D. IMPLEMENTASI

Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang

telah disusun sebelumnya. Banyak faktor yang mendukung terlaksananya implementasi

keperawatan diantaranya peran keluarga yang mendukung, tersedianya alat – alat serta

adanya bimbingan dari perawat ruangan, pembimbing akademik, serta adanya peran dokter

yang menentukan diagnosa medis.

E. EVALUASI

Penulis dapat mengevaluasi keadaan pasien dan tindakan keperawatan selanjutnya setelah

dilakukan implementasi. Evaluasi terdiri dari subjektif, berdasarkan apa yang dikatakan

oleh pasien, objektif, berdasarkan pengamatan terhadap keadaan pasien.

60
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam tubuh,

oksigen berperan penting di dalam proses metabolisme sel. Kekurangan oksigen akan

menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian. Karenanya, berbagai

upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik

(Andarmoyo, Sulistyo, 2012).

B. Saran
Kesehatan adalah harta yang paling penting dalam kehidupan manusia yang sangat
diutamakan dalam segala hal, Ketika satu anggota tubuh kita sakit, maka anggota tubuh
yang lainpun ikut sakit. Dalam hal ini kita wajib untuk menjaga kesehatan tubuh kita agar
terhindar dari berbagai penyakit yang merusakkan tubuh kita dengan cara menjaga pola
hidup sehat dan dan mencegah menghindari faktor-faktor yang menyebabkan munculnya
virus penyebab penyakit. Hidup akan terasa nyaman ketika kita mampu menjaga dan
memelihara tubiuh kita dengan sebaik-baiknya.

61
Daftar pustaka

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam. Edisi V. Jakarta. InternaPublishing. 2009.

Fishman AP, Elias JA, Fishman JA, Grippi MA, Senior RM, Pack AI. Fish-man’s
Pulmonary Diseases and Disorders. Edisi IV. New York. McGraw-Hill
Companies. 2008.

Rilantono LI. Penyakit Kardiovaskular (PKV) 5 Rahasia. Edisi I. Jakarta. Fa-


kultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2012.

62

Anda mungkin juga menyukai