NIM : 14061034
Kelas : A/VII
Hubungan antara Gaya Hidup dengan Kejadian Penyakit Hipertensi pada Usia Dewasa
Muda Di Sulawesi Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Perubahan gaya hidup yang tidak sehat merupakan salah satu faktor penting yang
menyebabkan hipertensi yang kini bukan hanya diderita oleh usia lanjut, tetapi juga usia dewasa
awal. Semakin tidak sehat pola makan seseorang maka peluang untuk terjadinya kejadian
hipertensi semakin tinggi (Jufri dkk, 2012). Sedangkang menurut (Nisa, 2012), meningkatnya
hipertensi pada dewasa muda dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok,
kurang olahraga, mengonsumsi makanan yang kurang bergizi dan stres. Dengan demikian gaya
hidup yang tidak sehat berpengaruh penting dalam kejadian meningkatnya tekanan darah pada
dewasa muda.
dapat menyebabkan kematian yang utama di negara negara maju maupun di negara negara
berkembang.
Menurut data WHO (World Health Organization) pada tahun 2013, hipertensi diderita oleh 1
miliar orang di seluruh dunia. Diperkirakan tahun 2025 meningkat menjadi 1,5 miliar orang, di
proyeksikan sekitar 29% warga di dunia terkena hipetensi (Anonim, 2015). Data National
berarti 1 dari 3 orang dewasa menderita hipertensi dan sepertiganya tidak menyadari hal
tersebut, padahal sekitar 40% kematian pada usia < 65 tahun bermula dari tekanan darah
tinggi. Hipertensi pada umumnya mulai pada usia muda, sekitar 5-10% terjadi pada usia 20-
30 tahun (Angraeni, 2016). Dari data Badan Kesehatan Dunia/World Health Organization
(WHO) dalam Global Report On Non Communicable Diseases tahun 2014 yaitu masih tingginya
mortalitas akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) di negara berkembang yang jumlahnya
Dengan prevalensi di Amerika sebesar 35%, dikawasan Eropa sebesar 41%, dan Australia
sebesar 31,8%, sementara kawasan Afrika memegang posisi puncak penderita hipertensi
sebanyak 46% (Estiningsih, 2012). Dari data yang di dapat maka disimpulkan bahwa dari tahun
ke tahun negara dengan penderita hipertensi semakin tinggi dan paling sering terjadi di negara-
negara berkembang, seperti pada negara Afrika yang memiliki prevalensi hipertensi lebih tinggi
dari benua lainya, dimana Afrika menduduki peringkat pertama dengan disusul benua Eropa,
Persentase penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di negara berkembang.
Dari data Badan Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) dalam Global Report On
Non Communicable Diseases tahun 2014 yaitu masih tingginya mortalitas akibat Penyakit Tidak
Menular (PTM) di negara berkembang yang jumlahnya mencapai 85%, dimana penyakit
perseorang dewasa menderita hipertensi (Chan, 2013). Prevalensi hipertensi pada kawasan
Asia Tenggara adalah sebesar 37%, Thailand sebesar 34,2%, Brunei Darusalam 34,4%,
Singapura 34,6% dan Malaysia 38% (Estiningsih, 2012). Dengan demikian Malaysia menjadi
Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai diantara penyakit tidak menular
lainnya. Hipertensi merupakan penyebab kematian utama ketiga di Indonesia untuk semua umur
(6,8%), setelah stroke (15,4%) dan tuberkulosis (7,5%) (Rudianto, 2013). Prevalensi hipertensi
di Indonesia tahun 2013 yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8%,
tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur
(29,6%) dan Jawa Barat (29,4%)(Kemenkes RI,2014). Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa
daerah yang paling tinggi terjadinya hipertensi terdapat di Provinsi Belitung dan paling rendah di
Menurut (Kemenkes RI, 2013) Provinsi Sulawesi Utara menempati urutan ke sembilan
dalam prevalensi hipertensi tertinggi di Indonesia, yaitu sebesar 27,1%. Faktor risiko hipertensi
dan stres (Suiraoka, 2012). Pada tahun 2015, berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas
Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara, bahwa penyakit hipertensi menempati urutan kedua
terbanyak di antara penyakit-penyakit yang ada di Provinsi Sulawesi Utara dan menempati
urutan pertama di daftar penyakit tidak menular, yaitu sebanyak 24.965 kasus. Berdasarkan data
di Puskesmas Kolongan, Kecamatan Kalawat Kabupaten Minahasa Utara, telah diambil data dari
petugas surveilans, jumlah pengidap penyakit hipertensi tahun 2012 berjumlah 1138 penderita
penyakit hipertensi. pada bulan Januari sampai bulan Oktober 2013 berjumlah 648 penderita
penyakit hipertensi dari 25.149 jumlah penduduk Kecamatan Kalawat (Laporan Surveilans,
2013).). Pada tahun 2015 hipertensi di Kabupaten Minahasa berjumlah 4581 kasus (Dinkes
Provinsi Sulut, 2016). Sedangkan menurut data dari Dinkes Provinsi Sulut, di Kota Tomohon
kasus hipertensi sebanyak 1.037 kasus (Sumbung,2017). Dengan demikian dari tahun ke tahun
kebijakan berupa pedoman penanggulangan hipertensi sesuai kemajuan tekhnologi dan kondisi
daerah (local area specific), memperkuat logistik dan distribusi untuk deteksi dini faktor resiko
penyakit jantung dan hipertensi, mengembangkan SDM dan sistem pembiayaan serta
dan pencegahan juga dilakukan berbagai upaya seperti pemerintah Indonesia melakukan
pencegahan dan penanganan penyakit tidak menular seperti hipertensi dengan dibentuk
Direktoral Pengendalian Penyakit Tidak Menular berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan no.
1575 tahun 2005 dalam melaksanakan pencegahan dan penanggulangan penyakit jantung dan
hipertensi (Depkes, 2010). Cara lain yang bisa dilakukan untuk menurunkan hipertensi adalah
beraktifitas secara fisik dan olahraga cukup dan teratur. Berbagai usaha telah dilakukan
pemerintah Indonesia untuk menanggulangi penyakit hipertensi serta telah dilakukannya upaya-
upaya pencegahannya.
Walaupun berbagai usaha telah dilakukan namun masih terdapat masalah atau tingkat
keberhasilan masih rendah. Secara umum ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
penyakit hipertensi pada usia dewasa muda, gaya hidup yang tidak sehat, dapat menyebabkan
terjadinya penyakit hipertensi, misalnya: Jenis makanan yang menyebabkan hipertensi yaitu
makanan yang siap saji yang mengandung pengawet, kadar garam yang terlalu tinggi dalam
makanan, kelebihan konsumsi lemak, stres dan kurang aktivitas fisik (Susilo, 2011). Kurangnya
kesadaran dari masyarakat tentang pentingnya olahraga atau aktifitas fisik dalam menjaga
masayrakat lebih banyak menghabiskan waktu dengan bermain gadget atau handphone seluler
dimana itu menyebabkan aktivitas fisik menjadi berkurang dan menyebabkan salah satu
penyakit hipertensi juga menjadi salah satu masalah, kurangnya promosi kesehatan yang
faktor-faktor risiko yang menyebabkan hipertensi, serta masih kurangnya tingkat kesadaran
masyarakat untuk menjaga kesehatannya. Dengan demikian ketidak berhasilan upaya yang telah
dilakukan juga karena ada banyak faktor seperti yang dijelaskan diatas dan masih kurangnya
Berdasarkan data yang ada dan meningkatnya penyakit hipertensi dari tahun ke tahun
pada dewasa muda dan masih terbatasnya penelitian hipertensi pada dewasa muda, maka penulis
tertarik untuk membuat sebuah penelitian tentang hubungan antara gaya hidup dengan kejadian
penyakit hipertensi pada usia dewasa muda di Sulawesi Utara. Beberapa alasan kenapa pneliti
tertarik yaitu pertama karena Sulawesi Utara menduduki urutan ke sembilan dalam prevalensi
hipertensi tinggi di Indonesia, dan urutan kedua terbanyak di antara penyakit-penyakit yang ada
di Provinsi Sulawesi Utara dan menempati urutan pertama di daftar penyakit tidak menular, yang
kedua karena diketahui bahwa masyarakat Sulawesi utara suka sekali makan, ketiga banyak
masyarakat yang masih kurang kesadaran tentang pentingnya mejaga kesehatan apalagi pada
kelompok usia dewasa muda, ke empata masih kurang penelitian tentang hubungan gaya hudup
dengan penyakit hipertensi pada dewasa muda di Sulawesi Utara. Diharapkan juga penelitian ini
nantinya dapat bermanfaat sebagai sumber informasi dan pengembangan kuesioner pada
penelitian selanjutnya.