Anda di halaman 1dari 110

LAPORAN KASUS MTBS PRA KLINIK

MAGISTER KEPERAWATAN ANAK


CDC 2000, DDST, FORM MTBS

DI SUSUN OLEH
YUSI NURSIAM
BP. 1921312003

NAMA DOSEN :
Dr. Meri Neherta S.Kep M.Biomed

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
SOAL MTBS
1

1
4

Kelengkapan Masing masing kasus


1. Form penilaian lengkap, semua kolom terisi dengan panduan buku bagan MTBS
2. Status nutris kasus memakai Formt WHO, NCHS, CDC 2000
3. DDST
4. SAP Terapi bermain sesuai umur, yang berbeda untuk masing masing mahasiswa
5. SAP penyuluhan Kesehatan kepada orang tua sesuai dengan petunjuk pada bagan
MTBS sesuai kasus pemicu.
Semua kasus di upload ke Ilearning satu set per hari, mulai dari besok Jumat sd Selasa.

Trims, Salam sehat selalu……..

2
3
SATUAN ACARA BERMAIN
MENEBAK GAMBAR PADA ANAK
USIA 2-3 TAHUN (TODDLER)

SATUAN ACARA BERMAIN


Pokok Bahasan : Terapi Bermain pada Anak di Rumah Sakit
Sub Pokok Bahasan : Terapi Bermain Anak Usia 2-3 Tahun
Tujuan : Mengoptimalkan Perkembangan Motorik Halus
Tempat : Puskesmas
Waktu : Kamis, 10 September 2020, selama 30 menit (jam
09.30 s.d 10.00).
Sasaran : 1. Klien”An. A” umur 24 Bulan
Jenis Permainan : Skill play

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah mendapatkan terapi bermain selama 20 menit, anak diharapkan
bisa merasa tenang selama perawatan dirumah sakit dan tidak takut lagi terhadap
perawat sehingga anak bisa merasa nyaman selama dirawat dirumah sakit

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak mampu :
1. Bisa merasa tenang selama dirawat.
2. Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan perawat
3. Mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat
4. Anak menjadi kooperatif pada perawat dan tindakan keperawatan
5. Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi
6. Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal
7. Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan, dan fantasi anak terhadap suatu
permainan
8. Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain yang tepat
9. Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit
10. Anak dapat merasakan suasana yang nyaman dan aman seperti dirumah
sebagai alat komunikasi antara perawat – klien

RENCANA PELAKSANAAN
No Kegiatan Waktu Subyek Terapi
1 Persiapan: 5 Menit Ruangan, alat, anak dan
a. Menyiapkan ruangan keluarga siap
b. Menyiapkan alat – alat
c. Menyiapkan anak dan
keluarga

2 Proses : 20 menit Menjawab salam,


a. Membuka proses terapi memperkenalkan diri,
dengan mengucapkan memperhatikan
sala m,memperkenalkan
diri.
b. Menjelaskan pada anak
dan keluarga tentang
tujuan dan manfaat Bermain bersama dengan
bermain, menjelaskan antusias dan mengungkapkan
cara permainan perasaannya
c. Mengajak anak bermain
d. Mengevaluasi respon
anak dan keluarga
3 Penutup 5 Menit Memperhatikan dan
Menutup dan mengucapkan menjawab salam
salam
Metode : Bermain bersama
Media : Lembar gambar dan alat gambar
Materi : Terlampir

Pembagian tugas kelompok :


1) Leader 1 : Yusi Nursiam
2) Fasilitator : Yusi Nursiam
3) Observer : Yusi Nursiam

SETTING

Leader

Fasilitator Anak Usia 2-3 tahun

Observer

EVALUASI
Peserta terapi bermain Tebak Gambar mampu:
1. Struktur
a. Persiapan pasien
1. Keluaraga bersedia megikutsertakan anak dalam bermain
2. Anak bersedia dan mau terlibat langsung dalam permainan
3. Anak siap untuk melakukan kegiatan tebak gambar
b. Lingkungan
1. Lingkungan bermain menunjang
2. Anak dapat terfokus perhatiannya pada fasilitator tanpa ada
gangguan
c. Media
1. Lembar gambar dan alat gambar
2. Proses
1. Fasilitator memperkenalkan anak-anak yang ikut bermain
2. Fasilitator memberikan contoh
3. Anak mamapu menebak gambar dengan baik
4. Anak dapat aktif menjawab dan dapat mengembangkan kreatifitasnya
5. Anak mampu bertahan dalam kegiatan tersebut sampai selesai

3. Hasil
1. Anak mampu menebak gambar
2. Anak mampu mengembangkan kreatifitasnya dalam menebak gambar
3. Anak dapat mengetahui cara dan aturan permainan
4. Anak tidak ragu dalam melaksanakan permainan
MATERI SATUAN ACARA BERMAIN

1.1 PENDAHULUAN
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan
merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain
tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya
makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak memerlukan berbagai
variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental dan perkembangan emosinya
(Canbulat, Ayhan, & Inal, 2015).
Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya,
kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya,
perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan
dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada
disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga
akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga
ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila
dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan
bermain (Neurosurgery & Children, 2006).
Perawatan anak sakit sangatlah perlu karena hal ini adalah salah satu
bentuk upaya dalam proses penyembuhan pada anak sakit. Namum pada sisi lain,
perawatan dan proses keperawatan yang bertujuan penyembuhan tersebut kadang
membuat anak-anak menjadi takut/ trauma dan kejenuhan pada anak. Karena
aktivitas anak sangat sedikit frekuensinya dan hal ini yang membuat anak semakin
jenuh di Puskesmas. Hal ini sangat berpengaruh pada kooperatif anak dalam
menerima perawatan dan pelayanan keperawatan di Puskesmas. Selain
menimbulkan hal di atas, kejenuhan dan lamanya anak di rawat di Puskesmas
membuat kebutuhan bermain anak sangat kurang, hal ini terjadi karena banyak
hal, antara lain : kondisi fisik klien yang masih lemah sehingga anak tidak mampu
beraktivitas, kondisi ruang atau tempat yang asing bagi anak dan banyaknya
orang-orang baru disekeliling anak sehingga anak menjadi takut dan lain
sebagainya. Hal di atas di temukan juga pada Puskesmas, di mana anak terlihat
bosan, takut dan lebih banyak diam atau menangis. Hal inilah yang akhirnya
membuat anak hanya diam terpaku tanpa melakukan aktifitas sehingga kebutuhan
bermainya tidak terpenuhi (Baxter, Cohen, Mcelvery, Lawson, & Baeyer, 2011).
Dari latar belakang di atas menurut penulis perlu di adakan suatu tindakan
keperawatan yang tepat untuk mengurangi tingkat kejenuhan dan katakutan anak
sehingga anak menjadi aktif dan terpenuhi kebutuhan bermainnya.

PRESCHOOL
1 Pengertian Preschool
Menurut Joyce Engel (1999), yang dikatakan anak usia pra sekolah
adalah anak-anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. Ada beberapa aspek yang
perlu diperhatikan untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan
anak. Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun (
Wong, 2000), anak usia prasekolah memiliki karakteristik tersendiri dalam
segi pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal pertumbuhan, Secara
fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg dan rata-
rata BB 14,6 kg.penambahan TB berkisar antara 7,5 cm dan TB rata-rata 95
cm.
2 Aspek Bahasa
Pada awal masa prasekolah perbendaharaan kata yang dicapai jarang
dari 900 kata,mengunjak tahun keempat sudah mencapai 1500 kata atau lebih
dan pada tahun kelima sampai keenam mencapai 2100 kata,mengunakan 6
sampai 8 kata, menyebut 4 warna atau lebih,dapat menggambar dengan
banyak komentar serta menyebutkan bagiannya,mengetahui waktu seperti
hari,minggu dan bulan,anak juga sudah mampu mengikuti 3 perintah sekaligus
sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif
dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang
mendapat kesempatan bermain. Perawatan anak sakit sangatlah perlu karena
hal ini adalah salah satu bentuk upaya dalam proses penyembuhan pada anak
sakit. Namum pada sisi lain, perawatan dan proses keperawatan yang
bertujuan penyembuhan tersebut kadang membuat anak-anak menjadi takut/
trauma dan kejenuhan pada anak. Karena aktivitas anak sangat sedikit
frekuensinya dan hal inlhah yang membuat anak semakin jenuh di Rumah
sakit. Hal ini sangat berpengaruh pada kooperatif anak dalam menerima
perawatan dan pelayanan keperawatan di rumah sakit. Selain menimbulkan
hal di atas, kejenuhan dan lamanya anak di rawat di rumah sakit membuat
kebutuhan bermain anak sangat kurang, hal ini terjadi karena banyak hal,
antara lain : kondisi fisik klien yang masih lemah sehingga nak tidak mampu
beraktivitas, kondisi ruang atau tempat yang asing bagi anak dan banyaknya
orang-orang baru disekeliling anak sehingga anak menjadi takut dan lain
sebagainya (Kurdahi, Rn, & Cpnp, 2013).

3 Aspek Sosial
Pada tahun ketiga anak sudah hamper mampu berpakaian dan makan
sendiri,rentang perhatian meningkat ,mengetahui jenis kelaminnya
sendiri,dalam permainan sering mengikuti aturannya sendiri tetapi anak sudah
mulai berbagi.tahun keempat anak sudah cenderung mandiri dan keras kepala
atau tidak sabar,agresif secara fisik dan verbal,mendapat kebanggan dalam
pencapaian, masih mempunyai banyak rasa takut. pada akhir usia prasekolah
anak sudah jarang memberontak, lebih tenang, mandiri, dapat dipercaya, lebih
bertanggung jawab, mencoba untuk hidup berdasarkan outran, bersikap lebih
baik, dalam permainan sudah mencoba mengikuti aturan tetapi kadang curang.
Personal social :
1) Menyatakan keinginan untuk melakukan sesuatu yang ingin dilakukan
supaya di anggap di masyarakat
2) Anak mulai mengetahui aturan-aturan, di lingkungan keluarga dan
lingkungan
3) Menyadari hak dan kepentingan orang lain
4) Mulai dapat bermain dengan teman sebaya
5) Keluarga harmonis, komunikasi baik maka anak akan mempunya
kemampuan dan
6) penyesuaian dalam hubungan dengan orang lain.
7) Masuk TK akan sangat membantu anak untuk “jembatan bergaul” dan
sosialisasi dengan teman sebaya
4 Aspek Kognitif
Tahun ketiga berada pada fase pereptual,anak cenderung egosentrik
dalam berfikir dan berperilaku ,mulai memahami waktu,mengalami
perbaikankonsep tentang ruang, dan mulai dapat memandang konsep dari
perspektif yang berbeda. Tahun keempat anak berada pada fase inisiatif,
memahami waktu lebih baik,menilai sesuatu menurut dimensinya,penilaian
muncul berdasarkan persepsi,egosentris mulai berkurang,kesadaran social
lebih tinggi, mereka patuh kepada orang tua karena mempunyai batasan bukan
karena memahami hal benar atau salah. Pada akhir masa prasekolah anaka
sudah mampu memandang perspektif orang lain dan mentoleransinya tetapi
belum memahaminya,anak sangat ingin tahu tentang faktual dunia.
1) Motorik halus : Bisa menggunakan gunting, Menggambar lingkaran,
kotak, X
2) Motorik kasar : Melempar bola melewati atas kepala, Memanjat, Menaiki
sepeda roda tiga, Belajar menalikan tali sepatu, mengkancing, menyikat
gigi

1.2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN


1. Faktor Herediter
Merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagi dasar dalam mencapai
tumbuh kembang anak disamping faktor lain. Faktor herediter adalah
bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa.
2. Faktor lingkungan
Merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan
tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki antara lain :
1) Lingkungan pranatal
Merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai konsepsi lahir sampai
yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, zat kimia atau toksin,
kebiasaan merokok dan lain-lain.
2) Lingkungan post natal
Seperti sosial ekonomi orang tua, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga,
posisi anak dalam orang tua dan status kesehatan.
1.3 MACAM BERMAIN
1. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan
diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif
meliputi : Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play). Perhatian
pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut,
memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba,
menekan dan kadang-kadang berusaha membongkar.
2. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat
dan mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain
aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan
keletihannya. Contoh ; Melihat gambar di buku/majalah.,mendengar cerita
atau musik,menonton televisi dsb. Dalam kegiatan bermain kadang tidak
dapat dicapai keseimbangan dalam bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal
seperti dibawah ini :
1. Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi
untuk aktif bermain.
2. Tidak ada variasi dari alat permainan.
3. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
4. Tidak mempunyai teman bermain.

1.4 APE ( ALAT PERMAINAN EDUKATIF )


Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat
perkembangannya, serta berguna untuk :
1. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang
atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan
halus.
Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan
didorong, tali, dll.
2. Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
3. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat
yang benar. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita,
majalah, radio, tape, TV, dll.
4. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran,
bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita,
puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll.
5. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan
interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat
Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal
kotak pasir, bola, tali, dll.

Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Bermain


3. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
4. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
5. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
pada keterampilan yang lebih majemuk.
6. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.
7. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.
8. Permainan yang dianjurkan :
 Menggambar
 Bermain kertas lipat
 Menyusun balok
 Menyanyi
 Alat olahr raga, masak, menghitung
 Mobil – mobilan dll.
MATERI BERMAIN TEBAK GAMBAR

2.1 Pengertian
Tebak Gambar adalah permainan yang mendorong anak untuk mengenal
objek gambar yang berbeda-beda seperti gambar hewan, buah, dan
bangunan, dan lain-lain.

2.2 Tujuan umum


Klien mampu mengembangkan kemampuan kognitif dengan menebak gambar
yang telah disediakan.

2.3 Tujuan khusus


 Anak mampu menebak gambar yang diberikan
 Anak dapat mengetahui aturan dan cara bermain
 Anak tidak ragu-ragu dalam melaksanakan permainan

2.4 Keuntungan Menebak Gambar


Keuntungan-keuntungan yang didapat dari bermain dengan, antara lain:
1) Melatih kemampuan kognitif
2) Aktivitas yang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak.
3) Mengembang imajinasi.
4) Meningkatnya daya kreativitas.
5) Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada
disekitar anak.
6) Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan
kedukaan.
7) Kesempatan untuk bergaul dengan anak lainnya.
8) Kesempatan untuk mengikuti aturan-aturan.
9) Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.
10) Membantu anak untuk mengenal benda-benda yang ada di sekitar
2.5 Metode Tebak Gambar
Ada beberapa metode dalam Tebak Gambar yaitu :
1. Tebak Gambar dengan cara mengamati (observasi).
Anak bisa menebak gambar dan mengenal gambar sendiri tanpa
diberitahu. Dengan demikian anak dapat melupakan observasi dengan cara
menciptakan, perpikir, dan melampaui kemampuannya.

2.6 Hal – hal yang perlu diperhatikan saat Tebak Gambar


1) Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2) Menebak Gambar disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3) Ulangi suatu cara menebak gambar sehingga anak terampil, sebelum
meningkat pada keterampilan yang lebih majemuk.
4) Jangan memaksa anak menebak gambar, bila anak sedang tidak ingin
menebak gambar

2.7 Evaluasi
Peserta terapi bermain menggambar mampu:
1. Membedakan warna dan bentuk gambar sesuai dengan tingkat
perkembangan
2. Merasa senang, tenang terkait hospitalisasi
DAFTAR PUSTAKA

Baxter, A. L., Cohen, Þ. L. L., Mcelvery, H. L., Lawson, M. L., & Baeyer, C. L.
Von. (2011). An Integration of Vibration and Cold Relieves Venipuncture
Pain in a Pediatric Emergency Department. 27(12), 1151–1156.
Canbulat, N., Ayhan, F., & Inal, S. (2015). Original Article Effectiveness of
External Cold and Vibration for Procedural Pain Relief During Peripheral
Intravenous Cannulation in Pediatric Patients. Pain Management Nursing,
16(1), 33–39. https://doi.org/10.1016/j.pmn.2014.03.003
Kurdahi, L., Rn, B., & Cpnp, D. (2013). Newborn & Infant Nursing Reviews Pain
in Premature Infants : What Is Conclusive Evidence and What Is Not.
Newborn and Infant Nursing Reviews, 13(2), 82–86.
https://doi.org/10.1053/j.nainr.2013.03.002
Neurosurgery, P., & Children, S. (2006). History of surgery for cerebrovascular
disease in children . Part II . Vein of Galen malformations. 20(6), 1–5.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Pokok Pembahasan : Demam Berdarah Dengue (DBD)

Sub pokok pembahasan : Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD)

Sasaran : orang tua Pasien

Hari/tanggal : Kamis 10 september 2020

Tempat : Puskesmas

Pukul : 10.00-10.45

Penyuluh : Yusi Nursiam

A. Tujuan
 Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit tentang Demam Berdarah Dengue (DBD)
diharapkan keluarga pasien mengetahui tentang cara pencegahan Demam Berdarah Dengue.
 Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit diharapkan keluarga pasien mampu :
1. Menjelaskan pengertian Demam Berdarah Dengue
2. Mengetahui penyebab Demam Berdarah Dengue
3. Menyebutkan tanda dan gejala Demam Berdarah Dengue
4. Mengetahui cara pencegahan Demam Berdarah Dengue
B. Materi (terlampir)
Materi penyuluhan yang akan disampaikan meliputi :
1. Pengertian Demam Berdarah Dengue
2. Penyebab Demam Berdarah Dengue
3. Ciri nyamuk Aedes Aegypty
4. Tanda dan gejala Demam Berdarah
5. Cara pencegahan Demam Berdarah Dengue
C. Media
 LCD/Proyektor
 Leaflet
D. Metode Penyuluhan
 Ceramah
 Tanya jawab
E. Setting Tempat

: Moderator

: LCD/Proyektor

: Penyuluh

: Peserta

: Fasilitator

: Observer

F. Pengorganisasi
 Moderator: Yusi nursiam
 Penyuluh : Yusi Nursiam
 Fasilitator : Yusi Nursiam
 Observer : Yusi Nursiam

Pembagian Tugas
 Moderator : Mengarahkan seluruh jalannya acara penyuluhan dari awal sampai akhir
 Penyuluh : Menyajikan materi penyuluhan
 Fasilitator : Memotifasi peserta untuk bertanya
 Observer : Mengamati jalannya acara penyuluhan dari awal sampai akhir
G. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Peserta

1 Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab salam


(5 menit) 2. Memperkenalkan 2. Mendengarkan dan
diri memperhatikan
3. Menggali 3. Menjawab pertanyaan
pengetahuan
keluarga pasien
tentang Demam
Berdarah Dengue
4. Menjelaskan tujuan 4. Mendengarkan dan
Penyuluhan memperhatikan
5. Membuat kontrak 5. Menyetujui kontrak
waktu waktu
2 Kegiatan Inti 1. Menjelaskan tentang 1. Mendengarkan dan
(25 menit)  Pengertian memperhatikan
Demam Berdarah penjelasan Penyuluh
Dengue (DBD)
 Penyebab
Demam Berdarah
Dengue (DBD)
 Tanda dan gejala
Demam Berdarah
Dengue (DBD)
 Cara Pencegahan
Demam Berdarah
Dengue (DBD) 2. Aktif bertanya
2. Memberikan
kesempatan untuk 3. Mendengarkan
bertanya
3. Menjawab
pertanyaan peserta
3 Penutup 1. Menyimpulkan 1. Mendengarkan dan
(15 menit) materi yang Memperhatikan
disampaikan oleh
penyuluh
2. Mengevaluasi 2. Menjawab pertanyaan
peserta atas yang diberikan
penjelasan yang
disampaikan dan
penyuluh
menanyakan kembali 3. Menjawab salam
mengenai materi
penyuluhan
3. Salam Penutup
H. Evaluasi Lisan
1. Apa pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD) ?
2. Apa saja yang bisa menyebabkan terjadinya DBD ?
3. Bagaimana cara penularan DBD ?
4. Sebutkan tanda dan gejala DBD ?
5. Bagaimana cara pencegahan DBD ?

I. Materi

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

A. Pengertian

Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
yang disebarkan nyamuk Aedes Aegypty yang dapat menyerang pada anak dan dewasa
dengan gejala utama demam,nyeri otot,tulang dan sendi yang biasanya memburuk setelah
dua hari pertama dan dapat menyebabkan perdarahan

B. Penyebab (Etiologi)
Penyebab Demam Berdarah Dengue adalah karena adanya virus dengue dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty. Meskipun dapat juga ditularkan oleh
Aedes Albopictus yang biasanya hidup di kebun-kebun. DBD ini banyak di temukan di
daerah tropis yang curah hujannya cukup tinggi. Sebab nyamuk akan mudah berkembang
biak di daerah yang tergenang air. Umumnya sering terjadi di daerah Asia Tenggara,
khususnya Indonesia yang saat ini menjadi masalah utama di negeri kita ini.

C. Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypty


1. Warna hitam dengan belang-belang putih di seluruh badannya
2. Berbadan kecil
3. Biasanya menggigit pada siang hari dan sore hari
4. Hidup dan berkembang biak di dalam rumah (bak mandi,kaleng bekas,kolam
ikan,ban bekas,pot tanaman air,tempat minuman burung)
5. Senang hinggap pada pakaian yang bergantung,kelambu dan ditempat yang gelap
dan lembab.
6. Jentik nyamuk berperan aktif di dalam bak air
7. Posisi jentik nyamuk tegak lurus dengan permukaan air
8. Gerakan jentik nyamuk naik turun ke atas pemukaan air untuk bernafas
9. Kemampuan terbang kira-kira 100 meter

D. Cara penularan Demam Berdarah Dengue


1. Demam berdarah dengue hanya dapat ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes
Aegypty betina,yang tersebar luas di rumah-rumah dan tempat-tempat umum
(Sekolah,Pasar,Terminal,Warung dsb)
2. Nyamuk ini mendapatkan virus dengue waktu menggigit/menghisap darah orang
yang sakit DBD atau orang yang tidak sakit tetapi dalam darahnya terdapat Virus
Dengue.
3. Orang yang darahnya mengandung Virus Dengue tetapi tidak sakit dapat pergi
kemana-mana dan menularkan virus itu kepada orang lain di tempat yang ada
nyamuk Aedes Aegyptynya.
4. Virus dengue yang terhisap nyamuk Aedes Aegypty akan berkembang biak
dalam tubuh nyamuk.
5. Bila nyamuk tersebut menggigit/menghisap darah orang lain,virus tersebut akan
dipindahkan bersama air liur nyamuk ke orang tersebut.
6. Orang yang digigit nyamuk Aedes Aegypty yang mengandung virus dengue
gejala sakit/demam setelah 4-7 hari (masa inkubasi)
7. Bila orang yang ditularkan tidak memiliki daya tahan tubuh yang baik,ia akan
segera menderita DBD (demam berdarah dengue)

E. Tanda dan gejala Demam Berdarah Dengue

1. Demam tinggi 2 – 7 hari disertai menggigil. kurang nafsu makan, nyeri pada
persendiaan,serta sakit kepala.

2. Pendarahan dibawah kulit berupa : Bintik-bintik merah pada kulit dan mimisan
(epistaksis).

3. Nyeri perut ( ulu hati ) tapi tidak ada gejala kuning,ada mual dan muntah.

4. Terjadi syok atau pingsan pada hari ke 3-7 secara berulang-ulang. Dengan tanda
syok yaitu lemah, kulit dingin , basah dan tidak sadar.

TANDA BAHAYA DBD :

a. Perdarahan gusi

b. Muntah darah

c. Penderita tidak sadar

d. Denyut nadi tidak teraba

Segara periksakan diri ke RS atau sarana pelayanan kesehatan terdekat.

F. Cara pencegahan Demam Berdarah Dengue


Untuk mencegah penyakit DBD, nyamuk penularnya (Aedes aegypti) harus
diberantas sebab vaksin untuk mencegahnya belum ada. Cara yang tepat dalam pencegahan
penyakit DBD adalah dengan pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti.

Cara yang tepat untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah


memberantas jentikjentiknya di tempat berkembang biaknya. Cara ini dikenal dengan Pemb
erantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN-DBD). Oleh karena tempat-tempat berkembang
biaknya terdapat di rumah-rumah dan tempat-tempat umum maka setiap keluarga harus
melaksanakan PSN-DBD secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali.

` PSN-DBD tersebut dapat digambarkan pada bagan berikut :

Gambar 2.1.

Nyamuk Dewasa
Foggi Fogging (dengan insektisida)

Kimia
Jentik nyamuk
Fisika Fisika
Biologi

Bagan cara pemberantasan nyamuk (PSN DBD)

Cara Pencegahan yang dilakukan adalah sebagai berikut :


1. Kimia
Dengan cara pemberian abatisasi(abate), pengasapan dan fogging.
2. Fisik

3. Dalam sekurang-kurangya seminggu sekali, maka cegahlah dengan cara 3 M plus :

a. Menguras bak mandi

b. Menutup tempat penampungan air

c. Mengubur atau menyingkirkan benda- benda yang dapat digenangi air seperti
ban bekas,kaleng bekas,vas bunga,penampungan air dsb.

d. Menggunakan obat nyamuk sebelum tidur dan sebelum bepergian

e. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat lainnya yang
sejenis seminggu sekali.

f. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar / rusak.

g. Menutup lubang pada potongan bambu / pohon dengan tanah.

h. Menaburkan bubuk Larvasida.


i. Memelihara ikan pemakan jentik di kolam / bak penampung air.

j. Memasang kawat kasa.

k. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar.

l. Menggunakan kelambu.

m. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk.

4. Biologi

Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan
adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14) yaitu agen yang aktif mengendalikan
nyamuk .

J. Sumber

1. Mansjoer, Arif, dkk. 1999.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1.Jakarta: Media
Aesculapius

2. Ngastiyah. 2005.Perawatan Anak Sakit . Jakarta : EGC

3. Suwarsono H : Berbagai cara pemberantasan jentik Ae. Aegypti. Cermin


DuniaKedokteran 1997; 119 : 32-3.

4. Brunner & Suddarth (2002), Keperawatan Medikal Bedah,volume 2, Jakarta;


EGC2.Buku Ajar Penyakit Dalam. (1995). Jilid I. Edisi ke 3. Jakarta : FK UIEffendi,
1995, Perawatan Pasien DHF, Jakarta : EGC.
jentik nyamuk naik turun ke atas
Apa itu Demam Berdarah pemukaan air untuk bernafas
Dengue (DBD) ?
8. Kemampuan terbang kira-kira 100
meter.
Demam Berdarah Dengue (DBD)
Tanda &
merupakan penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang disebarkan nyamuk Gejala DBD
Aedes Aegypty.

Penyebab
1. Warna hitam dengan belang-belang
Penyebab Demam Berdarah putih di seluruh badannya
Dengue (DBD) adalah karena adanya virus 2. Berbadan kecil
dengue dan ditularkan melalui gigitan 3. Biasanya menggigit pada siang hari
nyamuk Aedes Aegypty. DBD (Demam dan sore hari
Berdarah Dengue) ini banyak di temukan 4. Hidup dan berkembang biak di dalam
1. Demam tinggi 2 – 7 hari disertai
di daerah tropis yang curah hujannya rumah (bak mandi,kaleng bekas,kolam
menggigil. kurang nafsu makan,
cukup tinggi. Sebab nyamuk akan mudah ikan,ban bekas,pot tanaman air,tempat
nyeri pada persendiaan,serta sakit
berkembang biak di daerah yang tergenang minuman burung)
kepala.
air. 5. Senang hinggap pada pakaian yang
bergantung,kelambu dan ditempat 2. Pendarahan dibawah kulit berupa :
yang gelap dan lembab. Bintik-bintik merah pada kulit ,
6. Jentik nyamuk berperan aktif di dalam
Ciri-Ciri Nyamuk Aedes bak air
Aegypty mimisan, gusi berdarah , muntah
7. Posisi jentik nyamuk tegak lurus darah dan BAB berdarah.
dengan permukaan air dan gerakan
3. Nyeri perut ( ulu hati ) tapi tidak ada
gejala kuning serta mual dan muntah

4. Terjadi syok atau pingsan pada hari ke


3 — 7 secara berulang—ulang.
Dengan tanda syok yaitu lemah, kulit
dingin , basah dan tidak sadar.

c. Mengubur benda- benda yang dapat


digenangi air seperti ban
Pencegahan bekas,kaleng bekas dsb.

1. Pemberian Fogging (pengasapan) dan


Oleh
abatisasi (bubuk abate)
Yusi Nursiam
2. Dengan cara 3M plus yaitu :
a. Menguras bak mandi BP. 1921312003

d. Menggunakan obat nyamuk PROGRAM STUDI MAGISTER


sebelum tidur dan sebelum KEPERAWATAN ANAK
bepergian. FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020

b. . Menutup tempat penampungan air


SATUAN ACARA PENYULUHAN
TERAPI BERMAIN MENYUSUN PUZZLE
DI PUSKESMAS

Tanggal 10 September 2020

Oleh:
YUSI NURSIAM
BP. 1921312003

PROGRAM STUDI MAGISTES KEPERAWATAN ANAK


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Hospitalisasi merupakan suatu proses, dimana karena suatu alasan
tertentu baik darurat atau berencana mengharuskan anak tinggal di rumah sakit
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali k rumah. Proses
hospitalisasi pada anak usia prasekolah akan berdampak sangat serius.
Perawatan di rumah sakit juga membuat anak kehilangan kontrol terhadap
dirinya. Selama proses hospitalisasi anak dan orang tua dapat mengalami
beberapa pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan kecemasan,
hal ini akan berdampak negatif bagi anak (Hollins, Roy, & Crane, 2003).
Dampak negatif dari efek hospitalisasi sangat berpengaruh terhadap
upaya perawatan dan pengobatan yang sedang dijalani pada anak. Reaksi yang
dimunculkan pada anak akan berbeda antara satu dengan lainnya. Anak yang
pernah mengalami perawatan di rumah sakit tentu akan menunjukkan reaksi
berbeda bila dibandingkan dengan anak yang baru pernah. Anak yang pernah
dirawat di rumah sakit telah memiliki pengalaman akan kegiatan yang ada di
rumah sakit, kemungkinan hal ini berdampak terhadap tingkat kecemasan
yang dialami. Sedangkan anak yang baru pernah dirawat mungkin mengalami
kecemasan yang lebih tinggi. Pada keadaan seperti ini diperlukan suatu
tindakan yang dapat menurunkan tingkat kecemasan. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk menurunkan kecemasan adalah melalui kegiatan terapi
bermain (Farion et al., 2008).
Bermain merupakan salah satu alat komunikasi yang natural bagi
anak-anak. Bermain merupakan dasar pendidikan dan aplikasi terapeutik yang
membutuhkan pengembangan pada pendidikan anak usia dini. Bermain dapat
dilakukan oleh anak yang sehat maupun sakit. Walaupun anak sedang
mengalami sakit, tetapi kebutuhan akan bermain tetap ada. Salah satu fungsi
bermain adalah sebagai terapi dimana dengan melakukan permainan anak
akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya. Melalui kegiatan
bermain, anak dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi)
dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan (Dawson & List,
2009).
Pemilihan jenis permainan harus disesuaikan dengan usia anak. Usia
prasekolah permainan yang cocok dilakukan antara lain origami, dimana anak
mulai menyukai bentuk-bentuk benda di sekelilingnya. Origami adalah seni
melipat kertas yang berasal dari Jepang. Origami sendiri berasal dari oru
yang artinya melipat, dan gami yang artinya kertas. Ketika dua kata itu
bergabung menjadi origami yang artinya melipat kertas. Origami bermanfaat
untuk melatih motorik halus, serta menumbuhkan motivasi, kreativitas,
keterampilan serta ketekunan. Puzzle merupakan suatu bentuk permainan
menyusun gambar yang membutuhkan konsentrasi dan kemampuan berfikir.
Melalui terapi menyusun puzzle ini diharapkan dapat melatih kemampuan
kosentrasi dan mengarahkan perilaku serta emosi anak ke arah yang positif
(Czarnecki, Turner, Collins, Doellman, & Wrona, 2011).
Sebuah penelitian menunjukkan ada pengaruh signifikan antara terapi
bermain terhadap stres hospitalisasi. Begitu juga dengan penelitian mengenai
terapi bermain dengan menggunakan puzzle, setelah dilakukan terapi bermain
menyusun puzzle, terjadi peningkatan kemampuan sosialisasi pada anak. Oleh
karena itu, pentingnya kegiatan bermain terhadap tumbuh kembang anak dan
mengurangi kecemasan akibat hospitalisasi, maka akan dilaksanakan terapi
bermain (Gupta et al., 2014).

II. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan terapi bermain pada anak di Puskesmas selama 45 menit,
diharapkan dapat menurunkan kecemasan yang dirasakan anak selama
pengobatan.

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak mampu:
a. Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan perawat.
b. Menstimulasi perkembangan motorik halus anak.
c. Melatih keterampilan anak.
d. Melatih kemampuan kosentrasi anak.
e. Dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman sebaya yang dirawat
di ruang yang sama.

III. MANFAAT TERAPI BERMAIN


1. Memfasilitasi situasi yang tidak familiar.
2. Membantu untuk mengurangi stress terhadap perpisahan.
3. Memberi tempat distraksi dan relaksasi.
4. Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing.
5. Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan
perasaan.
6. Menganjurkan anak untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap
yang positif terhadap orang lain.
7. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat.
8. Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik.

IV. RENCANA KEGIATAN TERAPI BERMAIN


1. Jenis Program Bermain
a. Menyusun puzzle
2. Karakteristik Bermain
a. Melatih kemampuan motorik halus
b. Melatih kemampuan kosentrasi anak
3. Karakteristik Peserta dan Kriteria Inklusi Peserta
a. Usia 2 tahun
b. Jumlah anak 1 orang dan didampingi orang tua
c. Keadaan umum anak mulai membaik
d. Anak dapat duduk
e. Anak kooperatif
f. Anak tidak menderita demam netropenia
g. Anak yang sedang terpasang obat kemoterapi atau yang sedang
menjalani transfusi boleh mengikuti terapi bermain.
4. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Hari/tanggal : Kamis, 10 September 2020
b. Waktu : 11.00-11.30 WIB
c. Tempat : Ruang Bermain Puskesmas

5. Metode
Menyusun puzzle
6. Alat yang Digunakan
Puzzle

Terapis Waktu Subjek Terapi


Persiapan (Pra Interaksi) 5 menit Ruangan, alat-alat
Persiapan Pasien permainan, anak, dan
a. Anak dan orang tua diberitahu tujuan keluarga sudah siap.
bermain.
b. Melakukan kontrak waktu dan tempat
pelaksanaan.
c. Mengecek kesiapan dan kondisi anak
untuk bermain (anak tidak mengantuk,
anak tidak rewel, kondisi anak
memungkinkan untuk diajak bermain,
keadaan umum anak membaik).
d. Bermain dapat dilakukan di tempat
tidur anak atau duduk/disesuaikan
dengan kondisi anak.
Persiapan Peralatan
a. Menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan seperti puzzle.
b. Mencek kembali kelengkapan
peralatan yang akan dipergunakan.
Pembukaan (Orientasi) 5 menit Anak dan keluarga
a. Mengucapkan salam. menjawab salam, anak
b. Memperkenalkan diri. saling berkenalan, anak,
c. Memanggil anak dengan nama dan keluarga
panggilan yang dia senangi. memperhatikan terapis.
d. Menjelaskan tujuan dan langkah-
langkah pelaksanaan kegiatan terapi
bermain menyusun puzzle pada orang
tua/anak.
e. Memberi kesempatan pada anak dan
orang tua untuk bertanya kalau ada hal
yang belum jelas.
f. Menanyakan kesiapan anak sebelum
kegiatan dilakukan.
g. Meminta persetujuan (informed
consent) orang tua responden.

 Menyusun Puzzle 25 Anak dan keluarga


a. Memberi petunjuk pada anak tentang menit memperhatikan
prosedur lomba menyusun puzzle. penjelasan terapis, anak
b. Memotivasi keterlibatan anak dan melakukan kegiatan yang
orang tua. diberikan oleh terapis,
c. Mempersilahkan anak untuk memilih anak dan keluarga
tempat duduk yang disenangi. memberikan respon yang
d. Anak mulai menyusun puzzle baik.
didampingi oleh orang tua anak.
e. Mengobservasi emosi dan hubungan
interpersonal anak.
f. Menanyakan perasaan anak apakah
sudah merasa bosan.
g. Memberi pujian ketika anak berhasil
menyusun puzzle dengan benar.
h. Memberikan Reward kepada para
pemenang.
Terminasi 5 menit Anak dan keluarga
a. Menanyakan perasaan anak setelah tampak senang,
mewarnai. menjawab salam
b. Menanyakan perasaan dan pendapat
orang tua tentang bermain menyusun
puzzle.
c. Berpamitan dengan anak dan orang
tua.
d. Membereskan peralatan.
e. Mengembalikan alat ke tempat
semula.
f. Mencuci tangan.
g. Mencatat respon anak dan orang tua.
7. Evaluasi yang Diharapkan
a. Evaluasi Struktur
1) Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan
memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.
2) Posisi tempat di lantai menggunakan tikar.
3) Orang tua klien dan klien sepakat untuk mengikuti kegiatan.
4) Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
b. Evaluasi Proses
1) Leader mampu memimpin acara.
2) Anak mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir.
c. Evaluasi Hasil
1) Anak mampu mencocokkan puzzel dengan arahan terapis dan orang
tua
2) Anak tampak senang saat dilakukan terapi bermain.
DAFTAR PUSTAKA

Czarnecki, M. L., Turner, H. N., Collins, P. M., Doellman, D., & Wrona, S.
(2011). Original Article Procedural Pain Management : A Position Statement
with Clinical Practice Recommendations. Pain Management Nursing, 12(2),
95–111. https://doi.org/10.1016/j.pmn.2011.02.003
Dawson, A., & List, T. (2009). Comparison of pain thresholds and pain tolerance
levels between Middle Easterners and Swedes and between genders.
https://doi.org/10.1111/j.1365-2842.2009.01943.x
Farion, K. J., Splinter, K. L., Newhook, K., Rn, B., Gaboury, I., & Splinter, W. M.
(2008). The effect of vapocoolant spray on pain due to intravenous
cannulation in children : a randomized controlled trial. 179(1), 31–36.
Gupta, H. V., Gupta, V. V., Kaur, A., Singla, R., Chitkara, N., & Bajaj, K. V.
(2014). Comparison between the Analgesic Effect of two Techniques on the
Level of Pain Perception During venipuncture in Children up to 7 Years of
Age : A Quasi-Experimental Study. 1–5.
https://doi.org/10.7860/JCDR/2014/9731.4675
Hollins, M., Roy, E. A., & Crane, S. A. (2003). Vibratory Antinociception: Effects
of Vibration Amplitude and Frequency. 4(7), 381–391.
https://doi.org/10.1016/S1526-5900(03)00714-4
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Teknik Batuk Efektif


Sasaran : Keluarga dan Pasien
Hari/ Tanggal : Kamis 10 September 2020
Waktu : 11.00
Tempat : Puskesmas

1. Tujuan Intruksional Umum


Pada akhirnya proses penyuluhan pasien dan keluarga mampu memahami teknik batuk
efektif serta dapat memahaminya.

2. Tujuan Intruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan keluarga dapat
 Menjelaskan definisi batuk efektif
 Menjelaskan tujuan batuk efektif
 Menjelaskan cara batuk efektif
 Menyebutkan alat yang digunakan
 Mengetahui etika batuk

3. Sasaran
Keluarga dan pasien

4. Materi Terlampir
 Definisi batuk efektif
 Tujuan batuk efektif
 Cara batuk efektif
 Alat yang digunakan
 Etika batuk
5. Metode
 Ceramah
 Tanya jawab

6. Media
 Leaflet

7. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan sasaran
1. 5 Menit Pembukaan
1. Salam pembuka 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan 3. Memperhatikan
4. Menyebutkan materi yang akan 4. Memperhatikan
diberikan
2. 15 menit Pelaksanaan
1. Definisi batuk efektif Memperhatikan
2. Tujuan batuk efektif
3. Cara batuk efektif
4. Alat yang digunakan
5. Etika batuk

3. 10 menit Evaluasi
1. Memberikan kesempatan untuk 1. Bertanya dan mendengar
bertanya jawaban
2. Meminta audience menjelaskan 2. Menjelaskan materi
tentang materi batuk efektif
4. 5 menit Terminasi
1. Mengucapkan terima kasih atas 1. Memperhatikan
perhatian yang diberikan 2. Menjawab salam
2. Mengucapkan salam
8. Pengorganisasian
Moderator : Yusi nursiam
Penyaji : Yusi Nursiam
Observer : Yusi Nursiam
Fasilitator : Yusi Nursiam

9. Evaluasi
 Menjelaskan definisi batuk efektif
 Menjelaskan tujuan batuk efektif
 Menjelaskan cara batuk efektif
 Menyebutkan alat yang digunakan
 Mengetahui etika batuk

Materi Penyuluhan
A. Pengertian batuk efektif
Metode batuk dengan benar dimana energi dapat dihemat sehingga tidak mudah lelah dan
dapat mengeluarkan dahak secara maksimal.
B. Tujuan Batuk Efektif
- Membebaskan jalan nafas dari hambatan dahak
- Mengeluarkan dahak untuk pemeriksaan diagnostik laborat
- Mengurangi sesak nafas akibat pennumpukkan dahak
- Meningkatkan distribusi udara saat bernafas
- Meningkatkan volume paru
- Memfasilitasi pembersihan saluran nafas
C. Teknik Batuk Efektif
- Tarik nafas dalam 4-5 kali
- Pada tarikan nafas dalam yang terakhir, nafas ditahan selama 1-2 detik
- Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta batukkan dengan kuat dan spontan
- Keluarkan dahak dengan bunyi “ha..ha..ha” atau “hhuf..huf..huf”
- Lakukan berulang kal sesuai kebutuhan
D. Alat yang digunakan
- Tissue/sapu tangan
- Wadah tertutup tempat penampung dahak
- Gelas berisi air hangat
E. Etika Batuk
- Langkah 1
Sedikit berpaling dari orang yang ada disekitar kita, tutup hidung dan mulut dengan
menggunakan tissue atau saputangan atau dengan lengan atas dalam baju anda setiap
kali merasakan dorongan untuk batuk atau bersin.
- Langkah 2
Segera buang tissue yang sudah digunakan ketempat sampah
- Langkah 3
Ambil kesempatan untuk mencuci tangan dikamar kecil terdekat atau menggunakan gel
pembersih tangan.
- Langkah 4
Setelah itu gunakan masker.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TERAPI BERMAIN PADA ANAK DI PUSKESMAS

Tugas individu Magister Keperawatan Anak


Program pendidikan Magister Keperawatan Anak Universitas Andalas Padang

DISUSUN OLEH :
YUSI NURSIAM
BP. 1921312003

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
SAP TERAPI BERMAIN

Pokok Bahasan : Terapi bermain Pada anak di Puskesmas


Sub Pokok Bahasan : Terapi bermain anak usia Presekolah
Tujuan : Mengoptimalkan tingkat perkembangan anak
Tempat : Puskesmas
Waktu : Kamis, 10 September 2020
Sasaran : Klien An H
Metode : Ceramah dan bermain bersama
Media : Lembar gambar, Pasel dan Bola

PENDAHULUAN
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan merupakan
suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain tidak sekedar mengisi
waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan
lain-lain. Anak-anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik,
mentaldan perkembangan emosinya. Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan
otot-ototnya, kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh
emosinya, perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan
dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya
sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan
kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa
yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa
kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain.

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah mendapatkan terapi bermain selama 35 menit, anak diharapkan bisa merasa tenang
selama perawatan dirumah sakit dan tidak takut lagi terhadap perawat sehingga anak bisa
merasa nyaman selama dirawat diPuskesmas

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak mampu :
1. Bisa merasa tenang selama dirawat.
2. Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan perawat
3. mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat.
Rencana Pelaksanaan :
No Terapi Waktu Subjek Terapi
1. Persiapan 10 Menit Ruangan,alat,anak dan keluarga
 Menyiapkan ruangan. siap
 Menyiapkan alat-alat.
 Menyiapkan anak dan keluarga
2. Proses 20 menit
a Membuka proses terapi bermain a Menjawab salam
dengan mengucapkan salam dan
memperkenalkan diri
b Menjelaskan pada anak dan b Memperhatikan
keluarga tentang tujuan dan manfaat
bermain menjelaskan cara
permainan
c Mengajak anak bermain c Bermain bersama
d Mengevaluasi respon anak dan
keluarga
3. Penutup 5 menit Memperhatikan dan menjawab
Enyimpulkan mengucapkan salam salam
MATERI TERAPI BERMAIN

KEUNTUNGAN BERMAIN
Keuntungan-keuntungan yang didapat dari bermain, antara lain:
a Membuang ekstra energi.
b Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang, otot dan Organ-organ
c Aktivitas yang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak.
d Anak belajar mengontrol diri.
e Berkembanghnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang hidupnya.
f Meningkatnya daya kreativitas.
g Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada disekitar anak.
h Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan kedukaan.
i Kesempatan untuk bergaul dengan anak lainnya.
j Kesempatan untuk mengikuti aturan-aturan.
k Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.

MACAM BERMAIN
1 Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang
diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :
a Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
b Bermain konstruksi (Construction Play)
c Bermain drama (Dramatic Play)
d Bermain fisik

2 Bermain pasif
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain, yaitu
apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
a Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk aktif
bermain.
b Tidak ada variasi dari alat permainan.
c Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
d Tidak mempunyai teman bermain.
ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)
Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta
berguna untuk (Uman, Chambers, Mcgrath, & Kisely, 2008):
 Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau
merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus. Contoh alat
bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll.
Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
 Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang
benar.Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape, TV,
dll.
 Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk.
Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka,
pensil warna, radio, dll.
 Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi ibu dan
anak, keluarga dan masyarakat Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat
dipakai bersama, misal kotak pasir, bola, tali, dll.

HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM BERMAIN


 Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
 Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
 Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada keterampilan
yang lebih majemuk (Sahiner & Bal, 2015).
 Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.
 Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.

BENTUK- BENTUK PERMAINAN


1. Usia 0 – 12 bulan
Tujuannya adalah :
 Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap,
menggenggam.
 Melatih kerjasama mata dan tangan.
 Melatih kerjasama mata dan telinga.
 Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
 Melatih mengenal sumber asal suara.
 Melatih kepekaan perabaan.
 Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Alat permainan yang dianjurkan :
 Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
 Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
 Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
 Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
 Alat permainan berupa selimut dan boneka.

2. Usia 13 – 24 bulan
Tujuannya adalah :
 Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
 Memperkenalkan sumber suara.
 Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
 Melatih imajinasinya (Staud, Robinson, Goldman, & Price, 2011).
 Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiatan yang
menarik.
Alat permainan yang dianjurkan :
 Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
 Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
 Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang tidak
 mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-balok besar,
kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-coret, krayon/pensil
bewarna.

3. Usia 25 – 36 bulan
Tujuannya adalah :
 Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
 Mengembangkan keterampilan berbahasa.
 Melatih motorik halus dan kasar.
 Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan mebedakan
warna.
 Melatih kerjasama mata dan tangan.
 Melatih daya imajinansi.
 Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.

Alat permainan yang dianjurkan :


 Alat-alat untuk menggambar.
 Lilin yang dapat dibentuk
 Hasel (puzzel) sederhana.
 Manik-manik ukuran besar.
 Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
 Bola.

DAFTAR PUSTAKA
Sahiner, N. C., & Bal, M. D. (2015). The effects of three different distraction methods on pain
and anxiety in children. https://doi.org/10.1177/1367493515587062
Staud, R., Robinson, M. E., Goldman, C. T., & Price, D. D. (2011). Attenuation of
experimental pain by vibro-tactile stimulation in patients with chronic local or
widespread musculoskeletal pain. 15, 836–842.
https://doi.org/10.1016/j.ejpain.2011.01.011
Uman, L. S., Chambers, C. T., Mcgrath, P. J., & Kisely, S. (2008). A Systematic Review of
Randomized Controlled Trials Examining Psychological Interventions for Needle-
related Procedural Pain and Distress in Children and Adolescents : An Abbreviated
Cochrane Review *. 33(8), 842–854.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasa : Manajemen nyeri dengan menggunakan teknik kompres hangat


Hari / Tanggal : Kamis 10 September 2020
Tempat : Puskesmas
Sasaran : Keluarga Pasien
Waktu : 30 menit
________
1. Tujuan Umum
Keluarga Pasien dapat mengetahui tentang teknik kompres hangat
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penjelasan tentang teknik kompres hangat keluarga pasien
mampu mengerti tentang:
- Cara melakukan kompres hangat
3. Materi
- Pentingnya pemahaman tentang kompres hangat
4. Metode
Ceramah dan demonstrasi
5. Alat Bantu
Leafleat

Proses Penyuluhan
No Fase Kegiatan Waktu
1 Orientasi 1. Memperkenalkan diri 5 Menit
2. Menentukan kontrak waktu dengan
keluarga
3. Pemateri memberikan salam pembuka
2 Kerja 1. Pemateri menjelaskan materi tentang: 20 menit
a) Tujuan dan cara melakukan kompres
hangat untuk mengurangi nyeri
b) Mendemonstrasikan cara melakukan
kompres hangat
2. Pemateri memberikan kesempatan kepada
keluarga untuk mengajukan pertanyaan
3. Pemateri memberikan pertanyaan
terhadap keluarga tentang materi yang
diberikan
4. Pemateri menyimpulkan kembali
penjelasan yang telah diberikan
5. Memotivasi dan memberikan
reinforcement positif atas usaha yang
telah dilakukan oleh keluarga
3 Terminasi Mengucapkan terima kasih dan memberikan 5 Menit
salam penutup

6. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
Kesiapan media meliputi:
Leafleat
Penentuan waktu
Penentuan tempat
Pemberitahuan kepada keluarga yang bersangkutan
b. Evaluasi Proses
Peserta datang tepat waktu
Kegiatan penyuluhan berjalan tertib
Peserta mengajukan pertanyaan
Peserta mengikuti kegiatan sampai selesai
c. Evalusi Hasil
Keluarga dan klien mengerti terhadap penjelasan yang diberikan
Keluarga dan klien menjawab pertanyaan dengan benar
Klien mampu mendemonstrasikan dengan baik
SATUAN ACARA
PENYULUHAN (SAP) TERAPI BERMAIN MENGENAL WARNA
PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

DISUSUN OLEH :
YUSI NURSIAM
BP. 1921312003

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN ANAK


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN TERAPI BERMAIN

POKOK BAHASAN : Terapi bermain stimulasi kognitif


SUB POKOK BAHASAN : Terapi bermain mengenal warna, huruf, mengenal nama
buah dan hewan.
WAKTU : 45 Menit Jam 09.00 WIB
HARI/TANGGAL : Kamis, 10 September 2020
TEMPAT : Puskesmas
SASARAN : Anak usia Pra Sekolah (3-5 tahun)
PELAKSANA : Yusi Nursiam

1. Latar Belakang

Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya
yang tidak disadari (Wholey and Wong, 1991). Bermain adalah suatu kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan keinginan untuk memperoleh kesenangan (Foster, 1989). Bermain
adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock). Kesimpulan: Bermain merupakan bahasa dan
keinginan dalam mengungkapkan konflik dari anak yang tidak disadarinya serta dialami
dengan kesenangan yang diekspresikan melalui bio-psiko-sosio yang berhubungan dengan
lingkungan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Sasaran terapi bermain yang akan
dilakukan adalah anak pra sekolah (4-5 tahun) sebanyak 20 anak. Klasifikasi dalam
permainan ini adalah social affective play dimana anak belajar memberi respon dan
berhubungan dengan orang lain terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam
bentuk permainan.

2. Tujuan

a) Tujuan Umum

Setelah dilakukan terapi bermain selam 45 menit, anak dapat mengikuti permainan stimulasi
kognitif yang diberikan.
b) Tujuan Khusus

Setelah dilakukan terapi bermain selam 45 menit anak mampu :

 Mengenal warna

 Mengenal huruf

 Mengenal nama buah dan hewan

 Menebak gambar

3. Metode dan Media

A. Metode

Bermain dengan anak menebak gambar yang telah disebutkan dan didiskripsikan.
1. Media

Kertas gambar

Kertas Tempel

Spidol

B. Kegiatan

1. Peng organisasian

Penanggung jawab : Yusi nursiam

Moderator : Yusi nursiam


Observer : Yusi nursiam
Pemimpin bermain : Yusi nursiam
2. Kegiatan bermain

No Uraian Kegiatan perawat Kegiatan klien


1 Pembukaan (5 menit) a. Salam pembukaan - Memperhatikan
b. Perkenalan - Memperhatikan
c. Mengkomunikasikan tujuan - Menjawab salam

2 Kegiatan bermain (30 a. Menyiapkan mainan


menit) b. Bermain menebak gambar - Mengikuti
dengan melibatkan anak - Menanggapi
c. Meminta respon dan
- Mengikuti
tanggapan anak.
d. Meminta anak
menempelkan gambar yang
sesuai
e. Memberikan Reinfocement
positif jika anak bisa
mengikuti permainan

3 Evaluasi (10 menit)


Mengakhiri permainan
- Memperhatikan
a. Melakukan evaluasi
- Menanggapi

C. Evaluasi

1. Pembagian tugas dalam tim


Penanggung jawab :
Moderator :

Observer :

Pimpinan bermain :

Fasilitator
2. Proses
Dievaluasi apakah anak mau berkenalan dan bersalaman dengan perawat tanpa rasa takut.
Apakah anak mau menempel gambar ke depan, anak mau menyebutkan nama gambar
buah, gambar hewan, dan anak mau menyebutkan warna gambar yang disebutkan perawat.

TERAPI BERMAIN
PENGERTIAN BERMAIN

 Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak
disadari (Wholey and Wong, 1991).

 Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan untuk memperoleh
kesenangan (Foster, 1989).

 Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock).

 Bermain adalah ungkapan bahasa secara alami pada anak yang diekspresikan melalui bio-
psiko-sosio anak yang berhubungan dengan lingkungan (Cindy Smith).

 Kesimpulan: Bermain merupakan bahasa dan keinginan dalam mengungkapkan konflik dari
anak yang tidak disadarinya serta dialami dengan kesenangan yang diekspresikan melalui
bio-psiko-sosio yang berhubungan dengan lingkungan tanpa mempertimbangkan hasil
akhir.

KATEGORI BERMAIN

1. Bermain aktif

Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri atau kegembiraan timbul dari
apa yang dilakukan oleh anak. Contoh: bermain sepak bola.

2. Bermain pasif/hiburan

Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakukan aktivitas (hanya melihat), kesenangan
diperoleh dari kegiatan orang lain. Contoh: memberikan support, menonton televisi.
JENIS PERMAINAN
1. Permainan bayi
Permainan sederhana oleh anggota keluarga dilakukan pada usia 0-1 tahun. Contoh: petak umpet,
dakon, kejar-kejaran.
2. Permainan perorangan
Untuk menguji kecakapan, ada peraturan sedikit, dilakukan pada todler dan prasekolah. Contoh:
menendang bola.
3. Permainan tetangga
Permainan kelompok, pada prasekolah dan sekolah. Contoh: bermain polisi dan penjahat.
4. Permainan tim
Permainan terorganisir, punya aturan tertentu, dilakukan pada usia sekolah dan remaja. Contoh:
sepakbola, kasti, lari.
5. Permainan dalam ruang
Permainan pada anak sakit atau lelah, dilakukan pada cuaca buruk atau hujan. Contoh: main kartu,
tebak-tebakan, teka-teki.

CIRI-CIRI BERMAIN
1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda

2. Selalu ada timbal balik, sifat interaksi

3. Selalu dinamis, berkembang

4. Ada aturan tertentu

5. Menuntut ruangan tertentu.

KLASIFIKASI BERMAIN
a. Menurut Isi
a. Social affective play
Anak belajar memberi respon dan berhubungan dengan orang lain terhadap respon yang
diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara memanjakan
anak tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
b. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada disekitarnya, dengan bermain dapat
merangsang perabaan alat, misalnya bermain air atau pasir, mengenal rasa, bau.
c. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh keterampilan tertentu dan anak
melakukan secara berulang-ulang, misalnya mengendarai sepeda roda tiga.
d. Dramatika play (Role play)
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.

Menurut Karakteristik Sosial

A.Solitary play

Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang bermain
disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita todler.

B. Paralel play

Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai mainan yang
sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya
dilakukan oleh anak todler dan pre school. Contoh : bermain balok.

a. Asosiatif play

Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yang sama tetapi belum
terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain sesukanya, satu sama
lain kadang saling meminjamkan.
b. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya, permainan terorganisasi dan terencana dan ada
aturan tertentu. Saling diskusi dan memiliki tujuan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia
sekolah dan adolescent.

FUNGSI BERMAIN
1. Perkembangan Sensorik Motorik
Melalui permainan anak akan mampu mengungkapkan kemampuan fisiknya. Bayi dengan
penglihatan, taktil, dan rangsangan. Todler dan pra sekolah melalui gerakan tubuh, dimana
kematangan dan maturitas akan membedakan masing-masing usia.
2. Perkembangan Kognitif/intelektual
Membantu mengenal benda sekitar(warna, bentuk, kegunaan). Perkembangan ini diperoleh melalui
eksplorasi dan manipulasi benda disekitarnya baik dalam hal warna, ukuran, dan pentingnya benda
tersebut. Contoh: bermain mengisi teka-teki silang.
3. Kreatifitas
Anak mengembangkan kreatifitas, mencoba ide baru, bermain dengan semua media, puas dengan
kreatifitas baru, dan minat terhadap lingkungan tinggi. Misalnya menyusun balok.
4. Perkembangan Sosial
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari peran dalam kelompok,
belajar memberi dan menerima, belajar benar salah, dan mampu mengenal tanggungjawab.
5. Kesadaran Diri (Self awarness)
Anak belajar memahami kemampuan dirinya, kelemahan dan tingkah laku terhadap orang lain.
6. Perkembangan Moral
Diperoleh melalui interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman,
menyesuaikan dengan aturan kelompok. Contoh: dapat menerapkan kejujuran.

7. Terapi

Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak enak,
misalnya: marah, takut, benci.
8. Perkembangan Komunikasi
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat mengatakan secara verbal,
misalnya: melukis, menggambar, bermain peran.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN


1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi/keterbatasan.

2. Status kesehatan, pada anak sakit maka perkembangan psikomotor dan kognitif
terganggu.
3. Jenis kelamin, dimana anak laki-laki lebih tertarik dengan mekanikal sementara anak
wanita mother role.
4. Lingkungan yang meliputi: lokasi, negara, kultur.

5. Alat permainan.
6. Intelegensia.
7. Status sosial ekonomi.

TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN


1. Tahap Eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain.

2. Tahap Permainan

Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap perminan.

3. Tahap Bermain Sungguhan

Anak sudah ikut dalam perminan.

4. Tahap Melamun

Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

KARAKTERISTIK BERMAIN SESUAI TAHAP PERKEMBANGAN


1. Bayi (1 bulan)
a. Visual: permainan dapat dilihat dengan jarak dekat (20-25 Cm), gantungkan benda
yang terang dan menyolok.
b. Auditori: bicara dengan bayi, menyanyi, musik, radio, detik jam.

c. Taktil: memeluk, menggendong, memberi kehangatan.

d. Kinetik: mengayun, naik kereta dorong.

2. Bayi (2-3 bulan)

a. Visual: buat ruangan menjadi terang, gambar, cermin ditembok, bawa bayi ke
ruangan lain, letakkan bayi agar dapat memandang disekitar.
b. Auditori: bicara dengan bayi, beri mainan bunyi, ikut sertakan dalam pertemuan
keluarga.

c. Taktil: memandikan, mengganti popok, menyisir rambut dengan lembut, gosok


dengan lotion/bedak.
d. Kinetik: jalan dengan kereta, gerakan berenang, bermain air.

3. Bayi (4-6 bulan)

a. Visual: bermain cermin, anak nonton TV, beri mainan dengan warna terang.

b. Auditori: anak bicara, ulangi suara yang dibuat, panggil nama, remas kertas didekat
telinga, pegang mainan berbunyi didekat telinga.
c. Taktil: beri mainan lembut/kasar, mandi cemplung/cebur.

d. Kinetik: bantu tengkurap, sokong waktu duduk.

4. Bayi (6-9 bulan)

a. Visual: mainan berwarna, bermain depan cermin,”ciluk ….ba”, beri kertas untuk
dirobek-robek.
b. Auditori: panggil nama “Mama …Papa, dapat menyebutkan bagian tubuh, beri tahu
yang anda lakukan, ajarkan tepuk tangan dan beri perintah sederhana.
c. Taktil: meraba bahan bermacam-macam tekstur, ukuran, main air mengalir,
berenang.
d. Kinetik: letakkan mainan agak jauh lalu suruh anak untuk mengambilnya.

5. Bayi (9-12 bulan)

a. Visual: perlihatkan gambar dalam buku, ajak pergi ke berbagai tempat, bermain
bola, tunjukkan bangunan agak jauh.
b. Auditori: tunjukkan bagian tubuh dan sebutkan, kenalkan dengan suara binatang.
c. Taktil: beri makanan yang dapat dipegang, kenalkan dingin, panas dan hangat.
d. Kinetik: beri mainan yang dapat ditarik dan didorong. Mainan yang dianjurkan untuk bayi
6-12 bulan:
a. Blockies warna-warni jumlah, ukuran.

b. Buku dengan gambar menarik.

c. Balon, cangkir dan sendok.

d. Boneka bayi.

e. Mainan yang dapat didorong dan ditarik.


6. Todler (2-3 tahun)

a. Mulai berjalan, memanjat, berlari.

b. Dapat memainkan sesuatu dengan tangannya.

c. Senang melempar, mendorong, mengambil sesuatu.

d. Perhatiannya singkat.

e. Mulai mengerti memiliki “ Ini milikku ….”

f. Karakteristik bermain “Paralel Play”

g. Toddler selalu bertengkar saling memperebutkan mainan/sesuatu.

h. Senang musik/irama.

Mainan untuk toddler:


a. Mainan yang dapat ditarik dan didorong.

b. Alat masak.

c. Malam, lilin.

d. Boneka, blockies, telepon, gambar dalam buku, bola, dram yang dapat dipukul,
krayon, kertas.

7. Pra Sekolah (4-5 tahun)


a. Dapat melompat, berlari, bermain dan bersepeda.
b. Sangat energik dan imaginatif.

c. Mulai terbentuk perkembangan moral.

d. Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dengan kelompok.

e. Karakteristik bermain: assosiative play, dramatic play, skill play.

f. Laki-laki aktif bermain di luar, perempuan didalam rumah.


Mainan untuk pra sekolah:
a. Peralatan rumah tangga.
b. Sepeda roda tiga.

c. Papan tulis/kapur.

d. Lilin, boneka, kertas.

e. Drum, buku dengan kata sederhana, kapal terbang, mobil, truk.

8. Usia Sekolah (6-12 tahun)


a. Bermain dengan kelompok yang berjenis kelamin sama.

b. Dapat belajar dengan aturan kelompok.

c. Belajar independent, cooperative, bersaing, menerima orang lain.

d. Karakteristik “Cooperative Play”.

e. Laki-laki: Mechanical, perempuan : Mother Role.

Mainan untuk anak usia sekolah:

 6-8 tahun

Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk melukis, mencatat, sepeda.

 8-12 tahun

Buku, mengumpulkan perangko, uang logam, pekerjaan tangan, kartu, olah raga bersama,
sepeda, sepatu roda.

9. Remaja ( 13-18 tahun)

a. Bermain dalam kelompok seperti sepak bola, basket, bulutangkis.

b. Senang mendengarkan musik, melihat TV, mendengarkan radio.

c. Membaca majalah, buku.


ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)

1. Pengertian

APE adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak


disesusikan dengan usia dan tingkat perkembangannya.
2. Kegunaan

a. Pengembangan aspek fisik: merangsang pertumbuhan fisik anak.

b. Pengembangan bahasa: melatih bicara dan menggunakan kalimat yang


benar.

c. Pengembangan aspek kognitif: pengenalan suara, bentuk, ukuran, dan


warna.
d. Pengembangan aspek sosial: hubungan atau interaksi ibu-anak, keluarga,
masyarakat.

3. Syarat

a. Aman, disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan anak.

b. Ukuran dan berat sesuai usia.

c. Desainnya harus jelas. Memiliki ukuran, susunan, warna tertentu serta


jelas maksud dan tujuannya.
d. Berfungsi untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak
(motorik, bahasa, kognitif, sosialisasi).
e. Dapat dimainkan dengan berbagai variasi, tidak terlalu sulit dan tidak
terlalu mudah.
f. Harus tetap menarik.

g. Mudah diterima oleh semua kebudayaan.

h. Tidak mudah rusak. Jika ada bagian yang rusak mudah diperbaiki dan
diganti, pemeliharaan mudah, terbuat dari bahan yang mudah didapat,
harga terjangkau.
4. Alat Permainan Balita dan Perkembangan yang Distimuli

a. Motorik kasar: sepeda roda tiga/dua, mainan yang ditarik dan didorong.

b. Motorik halus: gunting, bola, balok, lilin.

c. Kognitif: buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna.

d. Bahasa: buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, televisi.

e. Menolong diri sendiri: gelas/piring plastik, sendok, baju, sepatu, kaos


kaki.
f. Tingkah laku sosial: alat permainan yang dapat dipakai bersama seperti
bola, tali, dakon.
5. Kesalahan dalam Pemilihan Alat

a. Memberikan sekaligus banyak mainan.

b. Alat permainan dianggap bagus atau perlu oleh orang tua tapi kontradiksi
bagi anak.
c. Alat terlalu mahal.

d. Terlalu lengkap dan sempurna.

e. Tidak sesuai dengan umur anak.

f. Terlalu banyak mainan dengan tipe yang sama.

g. Tidak teliti keamanannya.


DAFTAR PUSTAKA

Foster and Humsberger. 1998. Family Centered Nursing Care of Children. WB


sauders Company. Philadelpia. USA
Hurlock, E. B. 1991. Perkembangan anak. jilid I. Erlangga. Jakarta
Markum, dkk. 1990. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. IDI. Jakarta
Merenstein, et al. 2002. Buku Pegangan Pediatri. Edisi 17. Widya Medika. Jakarta
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
Whaley and Wong.1991. Nursing Care infants and children. Fourth Edition. Mosby
Year Book. Toronto. Canada
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Otitis Media Akut (OMA) / Peradangan pada Telinga Bagian Tengah
Sub Topik : Pengertian, Tanda & Gejala, Pencegahan, Komplikasi dan
Pengobatanpenyakit Otitis Media Akut (OMA)
Sasaran : Keluarga pasien
Tempat : Puskesmas
Hari/Tanggal : Kamis 10 September 2020
Waktu : 30 menit

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah mengikuti penyuluhan ini ibu dan bapak (orang tua) mampu memahami
tentang penyakit Otitis Media Akut (OMA), Tanda & Gejala, pencegahan,
komplikasi serta pengobatannya.

II. TUJUAN INSTRUKTISIONAL KHUSUS


Setelah mengikuti penyuluhan ini ibu dan bapak (orang tua) mampu :
1. Menjelaskan pengertian Penyakit Otitis Media Akut (OMA) dengan benar.
2. Menjelaskan penyebab Penyakit Otitis Media Akut (OMA) dengan benar.
3. Menjelaskan tanda dan gejala Penyakit Otitis Media Akut (OMA) dengan
benar.
4. Menjelaskan pencegahan dari Penyakit Otitis Media Akut (OMA).
5. Menyebutkan komplikasi dari Penyakit Otitis Media Akut (OMA).
6. Menjelaskan pengobatan untuk Penyakit Otitis Media Akut (OMA) dengan
benar.

III. MATERI PENYULUHAN (terlampir)


1. Pengertian Penyakit Otitis Media Akut (OMA)
2. Penyebab Penyakit Otitis Media Akut (OMA)
3. Tanda dan GejalaPenyakit Otitis Media Akut (OMA)
4. Pencegahan dari Penyakit Otitis Media Akut (OMA).
5. Komplikasi dari Penyakit Otitis Media Akut (OMA).
6. Pengobatan Penyakit Otitis Media Akut (OMA)

IV. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

V. MEDIA
1. Leaflet Penyakit Otitis Media Akut (OMA).
2. Powerpoint (Slide Proyektor).

VI. KEGIATAN PENYULUHAN


No Waktu Langkah Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 2 menit Pembukaan  Mengucapkan salam.  Menjawab
 Memperkenalkan diri. salam.
 Menyampaikan tujuan.  Memperhatikan
 Mendengarkan
2. 25menit Penyampaian  Menjelaskan pengertian  Mendengarkan
PenyakitOtitis Media dan
Akut (OMA). memperhatikan
 Menjelaskan tanda dan  Bertanya.
gejala Penyakit Otitis
Media Akut (OMA).
 Menjelaskan pencegahan
dari Penyakit Otitis Media
Akut (OMA).
 Menyebutkan komplikasi
dari Penyakit Otitis Media
Akut (OMA).
 Menjelaskan macam
pengobatan penyakit
Otitis Media Akut
(OMA).
 Memberikan kesempatan
bertanya.
3. 3 menit Penutup  Menyimpulkan besama.  Membuat
 Memberikan umpan balik. kesimpulan
 Mengucapkan terima tentang materi
kasih kepada audien atas yang telah
partisipasinya. disampaikan.
 Mengucapkan salam  Mendengarkan
penutup.  Memperhatikan
 Menjawab
pertanyaan dari
penyuluh.
 Membalasucapa
nsalam dan
berterimakasih

VII. KRITERIA EVALUASI


1. Evaluasi Struktur
 Kesiapan Materi
 Kesiapan SAP
 Kesiapan Media: Leaflet, Power point (Slide Proyektor)
 Peserta hadir ditempat penyuluhan
 Penyelenggaran penyuluhan dilaksanakan di Puskesmas
 Pengorganisasian penyelenggaran penyuluhan dilakukan sebelumnya.
2. Evaluasi Proses
a. Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Peseta antusias terhadap materi penyuluhan.
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
d. Suasana penyuluhan tertib
e. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
f. Jumlah hadir dalam penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
Peserta penyuluhan (Masyarakat) dapat:
a. Menjelaskan pengertian Penyakit Otitis Media Akut (OMA)?
b. Menyebutkan penyebab penyakit Otitis Media Akut (OMA)?
c. Menyebutkan tanda dan gejala penyakit Otitis Media Akut (OMA)?
d. Menyebutkan pencegahan dari Penyakit Otitis Media Akut (OMA)?
e. Menyebutkan komplikasi dari Penyakit Otitis Media Akut (OMA)?
f. Menjelaskan pengobatan yang diberikan bila terkena penyakit Otitis
Media Akut (OMA)?

VIII. PENGORGANISASIAN
Pembawa Acara : Yusi Nursiam
Pembicara : Yusi Nursiam
Fasilitator : Yusi Nursiam
Observer : Yusi Nursiam
OTITIS MEDIA AKUT (OMA)

A. Pengertian
Otitis Media adalah infeksi telinga meliputi infeksi saluran telinga luar
(Otitis Eksterna), saluran telinga tengah (Otitis Media), dan telinga bagian dalam
(Otitis Interna). (Rahajoe, N. 2012). Otitis Media Akut (OMA) adalah peradangan
akut sebagian atau seluruh telinga tengah, tuba eustachi, antrum mastoid, dansel-sel
mastoid. (Djaafar, Z.A, 2007).

B. Penyebab
Penyebabutama otitis media akut biasanya disebabkan oleh masuknya
bakteri (Staphylococcus aureus, Pneumococcus, Haemophilus influenza,
Escherichia coli, Streptococcus anhemolyticus, Streptococcus hemolyticus, Proteus
vulgaris, dan Pseudomoas aeruginosa) atau virus (Virus Influenza) kedalam telinga
tengah yang normalnya adalah steril. Biasanya penyakit ini merupakan komplikasi
dari infeksi saluran pernafasan atas.

C. Tandadan Gejala
Secara umum, tandadangejala yang biasa ditemukan pada pasien dengan Otitis
Media Akut adalah:
1. Othalgia (Nyeri telinga)
2. Demam, batuk, pilek
3. Membran timpani abnormal (sesuai stadium)
4. Gangguan pendengaran
5. Keluarnya secret di dari telinga berupa nanah
6. Anakrewel, menangis, gelisah
7. Kehilangan nafsu makan, dan lain-lain.

D. Pencegahan
Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah:
1. Pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak.
2. Pemberian ASI minimal selama 6 bulan.
3. Penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring.
4. Penghindaran pajanan terhadap asap rokok.
5. Berenang kemungkinan besar tidak meningkatkan risiko OMA.

E. Komplikasi
Tanda-tanda terjadinya komplikasi :
1. Sakit kepala
2. Tuli yang terja disecara mendadak
3. Vertigo (perasaan berputar)
4. Demam dan menggigil.
Komplikasi yang serius adalah:
1. Infeksi pada tulang di sekitar telinga tengah
2. Tuli Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan kehilangan
pendengaran permanen.

F. Pengobatan
Penyakit ini bisa saja membaik (sembuh) dengan sendirinya kalau daya
tahan tubuh penderita cukup baik dan daya serang kuman nya rendah. Gendang
telinga tetap utuh dan fungsi pendengaran kembali normal. Dengan penanganan
yang tepat dan tuntas pun penyakit ini bisa sembuh. Beberapa keadaan yang
memerlukan rujukan pada ahli THT adalah;
1. Terjadinya OMA yang sering. Definisi “sering” adalah lebih dari 3 kali dalam 6
bulan atau lebih dari 4 kali dalam satu tahun.
2. Selama 3 bulan atau lebih, keluarnya cairan dari telinga, atau berlubangnya
gendang telinga.

DAFTAR PUSTAKA
 Bylander, A., dkk. 2007. Journal of Children Microbiology
 Djaafar, Z.A., Helmi, Restuti, R.D., 2007. Buku Ajar
 Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi ke enam.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
SATUAN ACARA BERMAIN (SAB)

PADA ANAK TERAPI BERMAIN

PADA ANAK DI PUSKESMAS

DISUSUN OLEH:

YUSI NURSIAM

BP. 1921312003

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG 2020
PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAK

Pokok Bahasan : Terapi bermain pada anak di puskesmas


Sub Pokok Bahasan : Menyusun Balok
Tempat : Ruang bermain puskesmas
Hari/tanggal : Kamis, 10 September 2020
Waktu : 30 menit (jam 10.00 – 10.30)
Sasaran : Anak usia Toddler dan usia preschool
Jenis permainan : Menyusun Balok

A. Latar Belakang
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan
merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak
bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti
halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak memerlukan
berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mentaldan perkembangan
emosinya.Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya,
kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh
emosinya, perasaannya dan pikirannya.
Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan
ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang
mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan
kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi
orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila
dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat
kesempatan bermain.

B. Tujuan
1) TIU (Tujuan Instruksional Umum):
Setelah diajak bermain, diharapkan anak diharapkan bisa merasa tenang
selama perawatan dirumah sakit dan tidak takut lagi terhadap perawat
sehingga anak bisa merasa nyaman di Puskesmas.
2) TIK (Tujuan Instruksional Khusus):
Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak
mampu :
1) Bisa merasa tenang selama dirawat.
2) Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan
perawat
3) Mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat
4) Anak menjadi kooperatif pada perawat dan tindakan keperawatan
5) Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi
6) Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal
7) Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan, dan fantasi anak terhadap
suatu permainan
8) Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain yang
tepat
9) Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit
10) Anak dapat merasakan suasana yang nyaman dan aman seperti
dirumah Sebagai alat komunikasi antara perawat – klien.

C. Metode dan Media


1) Metode
a) Bermain bersama
b) Mendengarkan tanggapan anak atau tanya jawab
2) Media
a) Balok Berwarna
b) Hadiah

D. Kegiatan
1) Pengorganisasian
a) Leader 1 : Yusi nursiam
b) Notulen : Yusi Nursiam
c) Fasilitator : Yusi Nursiam
Pembagian tugas :
a) Peran Leader
- Mengkoordinasi seluruh kegiatan
- Memimpin jalannya terapi bermain dari awal hingga berakhirnya
terapi
- Membuat suasana bermain agar lebih tenang dan kondusif.
b) Peran Observer/Notulen
- Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu,
tempat dan jalannya acara
- Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota
kelompok dengan evaluasi kelompok
c) Fasilitator
- Memotivasi anak agar dapat kooperatif dalam permainan yang
akan dilakukan
- Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
- Fasilitator bertugas sebagai pemandu dan memotivasi anak agar
dapat kooperatif dalam permainan yang akan dilakukan.
- Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
- Membimbing kelompok selama permainan

2) Setting tempat
Keterangan :

= Leader

= Fasilitator

= Observer/Notulen

= Peserta

= Orangtua

3) Kegiatan Bermain

No Waktu Terapis Anak


1. 5 menit Pembukaan:
1. Leader membuka dan mengucapkan Menjawab salam
salam Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri Mendengarkan
3. Memperkenalkan pembimbing Mendengarkan dan saling
4. Memperkenalkan anak satu persatu dan berkenalan Mendengarkan
anak saling berkenalan dengan Mendengarkan
temannya
5. Kontrak waktu dengan anak
6. Mempersilahkan leader
2. 20 menit Kegiatan bermain:
1. Leader menjelaskan cara bermain Mendengarkan
2. Menanyakan pada anak, anak mau Menjawab pertanyaan
bermain atau tidak
3. Membagikan permainan Menerima permainan
4. Leader, dan fasilitator memotivasi anak Bermain
5. Observer mengobservasi anak Bermain
6. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
3. 5 menit Penutup:
1. Leader menghentikan permainan Selesai bermain
2. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
3. Menyampaikan hasil permainan Mendengarkan
4. Membagikan hadiah pada semua anak Senang
yang bermain
5. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
6. Leader menutup acara Mendengarkan
7. Mengucapkan salam Menjawab salam

E. Evaluasi
1) Evaluasi Struktur Yang diharapkan:
 Alat-alat yang digunakan lengkap
 Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2) Evaluasi Proses Yang diharapkan:
 Terapi dapat berjalan dengan baik
 Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
 Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
 Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya
3) Evaluasi Hasil Yang diharapkan:
 Anak mampu menyusun balok sesuai permintaan terapis
 Anak mampu menyusun balok sesuai imajinasinya
 Anak mampu menjelaskan bentuk balok yang telah ia susun sesuai
imajinasinya
MATERI SATUAN ACARA BERMAIN

A. PENGERTIAN
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan
merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak
bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak
seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak
memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mentaldan
perkembangan emosinya.
Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya,
kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh
emosinya, perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah
kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu
yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk
bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal
sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah
berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa
kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain.
Perawatan anak sakit sangatlah perlu karena hal ini adalah salah satu
bentuk upaya dalam proses penyembuhan pada anak sakit. Namun pada sisi
lain, perawatan dan proses keperawatan yang bertujuan penyembuhan tersebut
kadang membuat anak-anak menjadi takut/ trauma dan kejenuhan pada anak.
Karena aktivitas anak sangat sedikit frekuensinya dan hal inilah yang
membuat anak semakin jenuh di Rumah sakit. Hal ini sangat berpengaruh
pada kooperatif anak dalam menerima perawatan dan pelayanan keperawatan
di rumah sakit.
Selain menimbulkan hal di atas, kejenuhan dan lamanya anak di rawat di
rumah sakit membuat kebutuhan bermain anak sangat kurang, hal ini terjadi
karena banyak hal, antara lain : kondisi fisik klien yang masih lemah sehingga
nak tidak mampu beraktivitas, kondisi ruang atau tempat yang asing bagi anak
dan banyaknya orang-orang baru disekeliling anak sehingga anak menjadi
takut dan lain sebagainya.
Hal di atas di temukan juga pada Ruang Anak di RS Baptis Batu di mana
anak terlihat bosan, takut dan lebih banyak diam atau menangis. Hal inilah
yang akhirnya membuat anak hanya diam terpaku tanpa melakukan aktifitas
sehingga kebutuhan bermainya tidak terpenuhi, dari latar belakang di atas
menurut kelompok perlu di adakan suatu tindakan keperawatan yang tepat
untuk mengurangi tingkat kejenuhan dan katakutan anak sehingga anak
menjadi aktif dan terpenuhi kebutuhan bermainnya.

B. PRESCHOOL
1) Pengertian PreschooL
Menurut Aydin (2016), yang dikatakan anak usia pra sekolah adalah
anak-anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. Ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan
anak (Aydin, S, & C, 2016).
Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun
(Wong, 2000), anak usia prasekolah memiliki karakteristik tersendiri
dalam segi pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal pertumbuhan,
Secara fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg
dan rata-rata BB 14,6 kg.penambahan TB berkisar antara 7,5 cm dan TB
rata-rata 95 cm.
b) Aspek Bahasa
Pada awal masa prasekolah perbendaharaan kata yang dicapai jarang
dari 900 kata mengunjak tahun keempat sudah mencapai 1500 kata atau
lebih dan pada tahun kelima sampai keenam mencapai 2100 kata,
mengunakan 6 sampai 8 kata, menyebut 4 warna atau lebih, dapat
menggambar dengan banyak komentar serta menyebutkan
bagiannya,mengetahui waktu seperti hari minggu dan bulan, anak juga
sudah mampu mengikuti 3 perintah sekaligus.
c) Aspek Sosial
Pada tahun ketiga anak sudah hamper mampu berpakaian dan makan
sendiri,rentang perhatian meningkat ,mengetahui jenis kelaminnya
sendiri,dalam permainan sering mengikuti aturannya sendiri tetapi anak
sudah mulai berbagi.tahun keempat anak sudah cenderung mandiri dan
Keras kepala atau tidak sabar,agresif secara fisik dan vweerbal,mendapat
kebanggan dalam pencapaian,masih mempunyai banyak rasa takut.pada
akhir usia prasekolah anak sudah jarang memberontak,lebih
tenang,mandiri,dapat dipercaya,lebih bertanggungjawab,mencoba untuk
hidup berdasarkan aturan,bersikap lebih baik,dalam permainan sudah
mencoba mengikuti aturan tetapi kadang curang.
Personal social:
a. Menyatakan keinginan untuk melakukan sesuatu yang ingin
dilakukan supaya di anggap di masyarakat
b. Anak mulai mengetahui aturan-aturan, di lingkungan keluarga dan
lingkungan
c. Menyadari hak dan kepentingan orang lain
d. Mulai dapat bermain dengan teman sebaya
e. Keluarga harmonis, komunikasi baik maka anak akan mempunya
kemampuan dan penyesuaian dalam hubungan dengan orang lain.
f. Masuk TK akan sangat membantu anak untuk “jembatan bergaul” dan
sosialisasi dengan teman sebaya.
d) Aspek Kognitif
Tahun ketiga berada pada fase pereptual,anak cenderung egosentrik
dalam berfikir dan berperilaku,mulai memahami waktu,mengalami
perbaikan konsep tentang ruang dan mulai dapat memandang konsep dari
perspektif yang berbeda. Tahun keempat anak berada pada fase
inisiatif,memahami waktu lebih baik,menilai sesuatu menurut
dimensinya,penilaian muncul berdasarkan persepsi,egosentris mulai
berkurang,kesadaran social lebih tinggi,mereka patuh kepada orang tua
karena mempunyai batasan bukan karena memahami hal benar atau salah.
Pada akhir masa prasekolah anak sudah mampu memandang perspektif
orang lain dan mentoleransinya tetapi belum memahaminya,anak sangat
ingin tahu tentang factual dunia.
Motorik halus : Bisa menggunakan gunting, Menggambar lingkaran,
kotak
Motorik kasar : Melempar bola melewati atas kepala, Memanjat,
Menaiki sepeda roda tiga, Belajar menalikan tali sepatu, mengkancing,
menyikat gigi.
e) Faktor Pengaruh Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
a. Faktor herediter
Merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagi dasar dalam mencapai
tumbuh kembang anak disamping faktor lain. Faktor herediter adalah
bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa.
b. Faktor lingkungan
Merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan
tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki antara lain :
c. Lingkungan prenatal
Merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai konsepsi lahir sampai
yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, zat kimia atau toksin,
kebiasaan merokok dan lain-lain.
d. Lingkungan post natal
Seperti sosial ekonomi orang tua, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga,
posisi anak dalam orang tua dan status kesehatan.
f) Macam Bermain
a. Bermain aktif. Pada permainan ini anak berperan secara aktif,
kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri.
Bermain aktif meliputi :Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory
Play). Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi,
mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha
membongkar.
b. Bermain pasif. Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain
dengan melihat dan mendengar. Permainan ini cocok apabila anak
sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi
kebosanan dan keletihannya. Contoh ; Melihat gambar di
buku/majalah.,mendengar cerita atau musik,menonton televisi dsb.
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam
bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
1) Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi
untuk aktif bermain.
2) Tidak ada variasi dari alat permainan.
3) Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
4) Tidak mempunyai teman bermain.
g) APE ( Alat Permainan Edukatif )
a. Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan
tingkat perkembangannya, serta berguna untuk :
b. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat
menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari
motorik kasar dan halus. Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda,
bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll. Motorik halus : gunting,
pensil, bola, balok, lilin, dll.
c. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan
kalimat yang benar.Contoh alat permainan : buku bergambar, buku
cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.
d. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran,
bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku
cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll.
e. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan
interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat
Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat dipakai bersama,
misal kotak pasir, bola, tali, dll.
h) Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Bermain
a. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
b. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
c. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
pada keterampilan yang lebih majemuk.
d. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.
i) Permainan yang dianjurkan :
a. Menggambar
b. Bermain kertas lipat
c. Menyusun balok, Mobil – mobilan dll.
d. Menyanyi
e. Alat olahr raga, masak, menghitung

C. MATERI BERMAIN MENYUSUN BALOK


1) Pengertian
Bermain menyusun balok merupakan salah satu jenis permainan
yang bisa dilakukan dalam proses terapi bermain bagi klien anak yang
sedang menjalani proses hospitalisasi. Terapi bermain ini dapat digunakan
sebagai terapi bagi anak dengan usia mulai 16 bulan. Bermain dengan cara
menyusun balok pada dasarnya tidak hanya membantu mengembangkan
kemampuan motorik anak tetapi juga berperan penting dalam proses
pengembangan kognitif klien. Kemampuan klien menyusun balok
berkaitan erat dengan kemampuan kognitif klien karena pada dasarnya
bermain dengan cara metode menyusun balok tidak hanya melatih
kemampuan motorik halus klien tapi lebih dari itu bermain menyusun
balok memerlukan perencanaan meskipun masih relatif sederhana (Rn,
Canbulat, & Rn, 2016).
Ketika anak sudah mampu bermain menyusun balok secara lancar
maka dia sudah siap untuk meningkatkan kemampuannya ke tingkat yang
lebih lanjut seperti mencorat-coret kertas, belajar menggosok gigi sendiri
dan makan dengan menggunakan sendok. Menyusun balok mengandalkan
keterampilan memegang benda kecil, meletakkannya di atas balok lain
sambil mengusahakan keseimbangan. Keterampilan memegang benda
kecil, sebenarnya dicapai anak sejak berusia 10 bulan, saat ia mulai suka
menjumput remah-remah kue yang berserakan di dekatnya.
2) Faktor Penyebab Ketidakmampuan Menyusun Balok
Menurut Immanuel, ketidakmampuan melakukan tugas
perkembangan tertentu, seperti menyusun balok, dapat menghambat
berkembangnya keterampilan berikutnya. Saat anak anda berusia 18 bulan,
dan ia tidak berminat bermain susun balok perlu diwaspadai.
Kemungkinan si kecil mengalami keterlambatan. Faktor penyebabnya
yaitu:
a) Karena kurang dirangsang atau kurang latihan
Anak berusia 1 tahun perlu dilatih dengan memberinya balok.
Umumnya, anak usia ini berminat pada hal-hal yang berhubungan
dengan sebab-akibat, sehingga ingin mencoba memadukan satu benda
dengan benda lain.
b) Ada gangguan pada mata
Pandangan yang tidak jelas pada anak membuatnya enggan melakukan
kegiatan yang menggunakan benda-benda kecil. Anda perlu
memeriksakannya ke dokter sebelum hal ini berlangsung lama.
c) Ada gangguan pada saraf atau retardasi mental
Gangguan ini dapat diwaspadai dari kemampuan meraba. Bila anda
mendapati si kecil anda mengalami kelainan pada keterampilan meraba,
anda perlu waspada. Segera bawa ia ke dokter untuk mendapatkan
pemeriksaan
3) Keuntungan Menyusun Balok
Keuntungan-keuntungan yang didapat dari bermain dengan menyusun
balok, antara lain:
a) Terapi bermain menyusun balok dapat merangsang keterampilan
proses berfikir dan motorik anak
b) Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat
c) Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk
mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan
perasaan mandiri pada anak.
d) Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa
senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan
perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih tegang dan nyeri
DAFTAR PUSTAKA

Aydin, D., S, N. C., & C, E. K. (2016). Comparison of the effectiveness of three


different methods in decreasing pain during venipuncture in children : ball
squeezing , balloon inflating and distraction cards. 1–8.
https://doi.org/10.1111/jocn.13321
Rn, D. A., Canbulat, N., & Rn, S. (2016). NU SC Running Head : Distraction
methods in procedural pain relief in children. Applied Nursing Research.
https://doi.org/10.1016/j.apnr.2016.11.011
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

Topik : Penyakit Malaria


Sasaran : Pasien Malaria dan keluarga
Tempat : Puskesmas
Hari/tanggal : Kamis, 10 September 2020
Waktu : 60 menit
Pelaksana : Yusi Nursiam

A. Latar Belakang
Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang
merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan nyamuk
Anopheles. Protozoa parasit jenis ini banyak sekali tersebar di wilayah tropik, misalnya di
Amerika, Asia dan Afrika.

B. Tujuan Intruksional Umum


Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit tentang Malaria, peserta penyuluhan
mengerti bahaya Malaria.

C. Tujuan Intuksional Khusus


Setelah mendapatkan penyuluhan satu kali 60 menit diharapkan peserta penyuluhan
mampu:
1. Memahami pengertian malaria
2. Memahami penyebab penyakit malaria
3. Memahami pencegahan penyakit malaria
4. Memahami penatalaksanaan penyakit malaria

D. Materi
1. Pengertian malaria
2. Penyebab penyakit malaria
3. Gejala penyakit malaria
4. Pencegahan penyakit malaria
5. Penularan penyakit malaria
6. Penatalaksanaan penyakit malaria
E. Metode
Ceramah dan tanya jawab
Mahasiswa menjelaskan mengenai Penyakit malaria, setelah peserta bisa mengajukan
pertanyaan tentang materi penyuluhan yang baru disampaikan.

F. Media
LeafLet

G. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Pasien Media &
Alat
1. Pembukaan 5 menit  Mengucapkan  Menjawab salam
salam  Mendengarkan &
 Menyampaikan memperhatikan
tujuan penyuluhan
& topik yang akan
disampaikan.
2. Penyampaian 45  Menjelaskan  Mendengarkan & Leaflet
topik menit gambaran memperhatikan
umum mengenai p
enyakit malaria
 Pengertian malaria
 Penyebab penyakit
malaria
 Gejala penyakit
malaria
 Pencegahan
penyakit malaria
 Penularan
penyakit malaria
 Penatalaksanaan  Merespon &

penyakit malaria. mengajukan

 Memberi pertanyaan.

kesempatan
kepada peserta  Mendengarkan,
untuk mengajukan memberi
pertanyaan. masukan/sangga
 Penyuluh han/ tanggapan
menjawab
pertanyaan yang
telah diajukan.

3. Penutup 10  Menyampaikan  Mendengar &


menit intisari/rangkuma menperhatikan.
n dari topik yang
telah
disampaikan.  Merespon sambil
 Menutup dengan menjawab salam.
mengucapkan
salam & terima
kasih.
MALARIA

1. Pengertian Malaria
 Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan oleh
protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan
splenomegali (Trial, Redfern, Chen, & Sibrel, 2018)
 Malaria adalah infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu
protozoa spesies plasmodium yang ditularkan kepada manusia melalui air liur
nyamuk (Rn et al., 2016)
2. Etiologi
Menurut Harijanto (2000) ada empat jenis plasmodium yang dapat menyebabkan
infeksi yaitu,
 Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan
malaria tertiana/ vivaks (demam pada tiap hari ke tiga).
 Plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai
perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan
menyebabkan malaria tropika/ falsiparum (demam tiap 24-48 jam).
 Plasmodium malariae, jarang ditemukan dan menyebabkan malaria
quartana/malariae (demam tiap hari empat).
 Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik Barat, diIndonesia
dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian, memberikan infeksi yang paling ringan dan
dapat sembuh spontan tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale.
Masa inkubasi malaria bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh dan spesies
plasmodiumnya. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14-17 hari, Plasmodium ovale
11-16 hari, Plasmodium malariae 12-14 hari dan Plasmodium falciparum 10-12 hari
(Mansjoer, 2001).

3. GEJALA MALARIA
Gejala malaria sering kali tidak dapat terdeteksi karena gejala awalnya seperti
mengalami demam dn influenza biasa yang disertai sakit kepala, sakit otot dan
menggigil, setiap jenis infeksi dari parasit plasmodium akan menimbulkan efek
penyakit berbeda tergantung jenis parasit yang menginfeksi penderita.
Berikut ini adalah gejala yang sering terjadi:
1) Demam ringan, sakit kepala, sakit otot, dan menggigil kondisi ini berlangsung 2-3
hari dan cenderung keliru di diagnose sebagai gejala flu.
2) Jumlah limfosit dan monosit meningkat jika tidak segera diobati biasanya akan
timbul jaundice ringan(sakit kuning) serta pembesaran hati dan limfe
3) Kadar gula darah rendah
4) Jika sejumlah parasit menetap dalam darah kadang malaria bersifat menetap.
Menyebakan penurunan nafsu makan, rasa pahit pada lidah, lemah dan rasa demam.

4. Pencegahan Malaria
a) Sanitasi lingkungan yang bersih
b) Hindari air yang tergenang
c) Hindari pakaian-pakaian yang tergantung dikamar-kamar
d) Melakukan 3M (Mengubur, Membakar, dan Menguras).

5. PENULARAN PENYAKIT MALARIA


a) Penularan secara alamiah (natural infection)
Dengan gigitan nyamuk anopheles . bila nyamuk anophes menggigit orang
sakit malaria maka akan parasit akan ikut terhisap darah penderita . dalam tubuh
nyamuk parasit tersebut berkembang biak sesudah 7-14 hari apabila nyamuk tersebut
menggigit orang sehat maka parasit tersebut akan ditularkan keorang tersebut dala
tubuh manusia parasit akan berkembang biak menyerang sel-sel darah merah dalam
waktu kurang lebih 12 hari orang tersebut akan sakit malaria
b) Penularan yang tidak alamiah
1) Malaria bawaan/ congenital
Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibumya menderita malaria
penularan terjadi melalui tali pusat dan plasenta.
2) Secara mekanik
Penularan terjadi melalui trnsfusi darah / melalui jarum suntik.
3) Secara oral
Penularan ini pernah dibuktikan melalui burung, ayam dan monyet
6. Penatalaksanaan
Obat anti malaria terdiri dari 5 jenis yaitu :
1. Skizontizid jaringan primer yang membasmi parasit praeritrosit yaitu progvanil
2. Skizontiasid jaringan sekunder yang membasmi parasit fase eritrosit
3. Skifzonfisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit yaitu kina.
4. Gamefosid yang menghancurkan bentuk seksual
5. Sporonfosid mencegah gamefosid dalam darah untuk membentuk ookista.
DAFTAR PUSTAKA

Rn, N. M., Rn, K. K., Shahine, R., Rn, S. O., Kurdahi, L., & Rn, B. (2016). Distraction Using
the BUZZY for Children During an IV Insertion. Journal of Pediatric Nursing, 31(1), 64–
72. https://doi.org/10.1016/j.pedn.2015.07.010
Trial, C., Redfern, R. E., Chen, J. T., & Sibrel, S. (2018). Journal of Pediatric Nursing Effects of
Thermomechanical Stimulation during Vaccination on Anxiety , Pain , and Satisfaction in
Pediatric Patients : A Randomized. Journal of Pediatric Nursing, 38, 1–7.
https://doi.org/10.1016/j.pedn.2017.09.009

Anda mungkin juga menyukai