DI SUSUN OLEH
YUSI NURSIAM
BP. 1921312003
NAMA DOSEN :
Dr. Meri Neherta S.Kep M.Biomed
1
4
2
3
SATUAN ACARA BERMAIN
MENEBAK GAMBAR PADA ANAK
USIA 2-3 TAHUN (TODDLER)
RENCANA PELAKSANAAN
No Kegiatan Waktu Subyek Terapi
1 Persiapan: 5 Menit Ruangan, alat, anak dan
a. Menyiapkan ruangan keluarga siap
b. Menyiapkan alat – alat
c. Menyiapkan anak dan
keluarga
SETTING
Leader
Observer
EVALUASI
Peserta terapi bermain Tebak Gambar mampu:
1. Struktur
a. Persiapan pasien
1. Keluaraga bersedia megikutsertakan anak dalam bermain
2. Anak bersedia dan mau terlibat langsung dalam permainan
3. Anak siap untuk melakukan kegiatan tebak gambar
b. Lingkungan
1. Lingkungan bermain menunjang
2. Anak dapat terfokus perhatiannya pada fasilitator tanpa ada
gangguan
c. Media
1. Lembar gambar dan alat gambar
2. Proses
1. Fasilitator memperkenalkan anak-anak yang ikut bermain
2. Fasilitator memberikan contoh
3. Anak mamapu menebak gambar dengan baik
4. Anak dapat aktif menjawab dan dapat mengembangkan kreatifitasnya
5. Anak mampu bertahan dalam kegiatan tersebut sampai selesai
3. Hasil
1. Anak mampu menebak gambar
2. Anak mampu mengembangkan kreatifitasnya dalam menebak gambar
3. Anak dapat mengetahui cara dan aturan permainan
4. Anak tidak ragu dalam melaksanakan permainan
MATERI SATUAN ACARA BERMAIN
1.1 PENDAHULUAN
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan
merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain
tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya
makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak memerlukan berbagai
variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental dan perkembangan emosinya
(Canbulat, Ayhan, & Inal, 2015).
Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya,
kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya,
perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan
dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada
disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga
akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga
ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila
dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan
bermain (Neurosurgery & Children, 2006).
Perawatan anak sakit sangatlah perlu karena hal ini adalah salah satu
bentuk upaya dalam proses penyembuhan pada anak sakit. Namum pada sisi lain,
perawatan dan proses keperawatan yang bertujuan penyembuhan tersebut kadang
membuat anak-anak menjadi takut/ trauma dan kejenuhan pada anak. Karena
aktivitas anak sangat sedikit frekuensinya dan hal ini yang membuat anak semakin
jenuh di Puskesmas. Hal ini sangat berpengaruh pada kooperatif anak dalam
menerima perawatan dan pelayanan keperawatan di Puskesmas. Selain
menimbulkan hal di atas, kejenuhan dan lamanya anak di rawat di Puskesmas
membuat kebutuhan bermain anak sangat kurang, hal ini terjadi karena banyak
hal, antara lain : kondisi fisik klien yang masih lemah sehingga anak tidak mampu
beraktivitas, kondisi ruang atau tempat yang asing bagi anak dan banyaknya
orang-orang baru disekeliling anak sehingga anak menjadi takut dan lain
sebagainya. Hal di atas di temukan juga pada Puskesmas, di mana anak terlihat
bosan, takut dan lebih banyak diam atau menangis. Hal inilah yang akhirnya
membuat anak hanya diam terpaku tanpa melakukan aktifitas sehingga kebutuhan
bermainya tidak terpenuhi (Baxter, Cohen, Mcelvery, Lawson, & Baeyer, 2011).
Dari latar belakang di atas menurut penulis perlu di adakan suatu tindakan
keperawatan yang tepat untuk mengurangi tingkat kejenuhan dan katakutan anak
sehingga anak menjadi aktif dan terpenuhi kebutuhan bermainnya.
PRESCHOOL
1 Pengertian Preschool
Menurut Joyce Engel (1999), yang dikatakan anak usia pra sekolah
adalah anak-anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. Ada beberapa aspek yang
perlu diperhatikan untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan
anak. Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun (
Wong, 2000), anak usia prasekolah memiliki karakteristik tersendiri dalam
segi pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal pertumbuhan, Secara
fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg dan rata-
rata BB 14,6 kg.penambahan TB berkisar antara 7,5 cm dan TB rata-rata 95
cm.
2 Aspek Bahasa
Pada awal masa prasekolah perbendaharaan kata yang dicapai jarang
dari 900 kata,mengunjak tahun keempat sudah mencapai 1500 kata atau lebih
dan pada tahun kelima sampai keenam mencapai 2100 kata,mengunakan 6
sampai 8 kata, menyebut 4 warna atau lebih,dapat menggambar dengan
banyak komentar serta menyebutkan bagiannya,mengetahui waktu seperti
hari,minggu dan bulan,anak juga sudah mampu mengikuti 3 perintah sekaligus
sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif
dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang
mendapat kesempatan bermain. Perawatan anak sakit sangatlah perlu karena
hal ini adalah salah satu bentuk upaya dalam proses penyembuhan pada anak
sakit. Namum pada sisi lain, perawatan dan proses keperawatan yang
bertujuan penyembuhan tersebut kadang membuat anak-anak menjadi takut/
trauma dan kejenuhan pada anak. Karena aktivitas anak sangat sedikit
frekuensinya dan hal inlhah yang membuat anak semakin jenuh di Rumah
sakit. Hal ini sangat berpengaruh pada kooperatif anak dalam menerima
perawatan dan pelayanan keperawatan di rumah sakit. Selain menimbulkan
hal di atas, kejenuhan dan lamanya anak di rawat di rumah sakit membuat
kebutuhan bermain anak sangat kurang, hal ini terjadi karena banyak hal,
antara lain : kondisi fisik klien yang masih lemah sehingga nak tidak mampu
beraktivitas, kondisi ruang atau tempat yang asing bagi anak dan banyaknya
orang-orang baru disekeliling anak sehingga anak menjadi takut dan lain
sebagainya (Kurdahi, Rn, & Cpnp, 2013).
3 Aspek Sosial
Pada tahun ketiga anak sudah hamper mampu berpakaian dan makan
sendiri,rentang perhatian meningkat ,mengetahui jenis kelaminnya
sendiri,dalam permainan sering mengikuti aturannya sendiri tetapi anak sudah
mulai berbagi.tahun keempat anak sudah cenderung mandiri dan keras kepala
atau tidak sabar,agresif secara fisik dan verbal,mendapat kebanggan dalam
pencapaian, masih mempunyai banyak rasa takut. pada akhir usia prasekolah
anak sudah jarang memberontak, lebih tenang, mandiri, dapat dipercaya, lebih
bertanggung jawab, mencoba untuk hidup berdasarkan outran, bersikap lebih
baik, dalam permainan sudah mencoba mengikuti aturan tetapi kadang curang.
Personal social :
1) Menyatakan keinginan untuk melakukan sesuatu yang ingin dilakukan
supaya di anggap di masyarakat
2) Anak mulai mengetahui aturan-aturan, di lingkungan keluarga dan
lingkungan
3) Menyadari hak dan kepentingan orang lain
4) Mulai dapat bermain dengan teman sebaya
5) Keluarga harmonis, komunikasi baik maka anak akan mempunya
kemampuan dan
6) penyesuaian dalam hubungan dengan orang lain.
7) Masuk TK akan sangat membantu anak untuk “jembatan bergaul” dan
sosialisasi dengan teman sebaya
4 Aspek Kognitif
Tahun ketiga berada pada fase pereptual,anak cenderung egosentrik
dalam berfikir dan berperilaku ,mulai memahami waktu,mengalami
perbaikankonsep tentang ruang, dan mulai dapat memandang konsep dari
perspektif yang berbeda. Tahun keempat anak berada pada fase inisiatif,
memahami waktu lebih baik,menilai sesuatu menurut dimensinya,penilaian
muncul berdasarkan persepsi,egosentris mulai berkurang,kesadaran social
lebih tinggi, mereka patuh kepada orang tua karena mempunyai batasan bukan
karena memahami hal benar atau salah. Pada akhir masa prasekolah anaka
sudah mampu memandang perspektif orang lain dan mentoleransinya tetapi
belum memahaminya,anak sangat ingin tahu tentang faktual dunia.
1) Motorik halus : Bisa menggunakan gunting, Menggambar lingkaran,
kotak, X
2) Motorik kasar : Melempar bola melewati atas kepala, Memanjat, Menaiki
sepeda roda tiga, Belajar menalikan tali sepatu, mengkancing, menyikat
gigi
2.1 Pengertian
Tebak Gambar adalah permainan yang mendorong anak untuk mengenal
objek gambar yang berbeda-beda seperti gambar hewan, buah, dan
bangunan, dan lain-lain.
2.7 Evaluasi
Peserta terapi bermain menggambar mampu:
1. Membedakan warna dan bentuk gambar sesuai dengan tingkat
perkembangan
2. Merasa senang, tenang terkait hospitalisasi
DAFTAR PUSTAKA
Baxter, A. L., Cohen, Þ. L. L., Mcelvery, H. L., Lawson, M. L., & Baeyer, C. L.
Von. (2011). An Integration of Vibration and Cold Relieves Venipuncture
Pain in a Pediatric Emergency Department. 27(12), 1151–1156.
Canbulat, N., Ayhan, F., & Inal, S. (2015). Original Article Effectiveness of
External Cold and Vibration for Procedural Pain Relief During Peripheral
Intravenous Cannulation in Pediatric Patients. Pain Management Nursing,
16(1), 33–39. https://doi.org/10.1016/j.pmn.2014.03.003
Kurdahi, L., Rn, B., & Cpnp, D. (2013). Newborn & Infant Nursing Reviews Pain
in Premature Infants : What Is Conclusive Evidence and What Is Not.
Newborn and Infant Nursing Reviews, 13(2), 82–86.
https://doi.org/10.1053/j.nainr.2013.03.002
Neurosurgery, P., & Children, S. (2006). History of surgery for cerebrovascular
disease in children . Part II . Vein of Galen malformations. 20(6), 1–5.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
Tempat : Puskesmas
Pukul : 10.00-10.45
A. Tujuan
Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit tentang Demam Berdarah Dengue (DBD)
diharapkan keluarga pasien mengetahui tentang cara pencegahan Demam Berdarah Dengue.
Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit diharapkan keluarga pasien mampu :
1. Menjelaskan pengertian Demam Berdarah Dengue
2. Mengetahui penyebab Demam Berdarah Dengue
3. Menyebutkan tanda dan gejala Demam Berdarah Dengue
4. Mengetahui cara pencegahan Demam Berdarah Dengue
B. Materi (terlampir)
Materi penyuluhan yang akan disampaikan meliputi :
1. Pengertian Demam Berdarah Dengue
2. Penyebab Demam Berdarah Dengue
3. Ciri nyamuk Aedes Aegypty
4. Tanda dan gejala Demam Berdarah
5. Cara pencegahan Demam Berdarah Dengue
C. Media
LCD/Proyektor
Leaflet
D. Metode Penyuluhan
Ceramah
Tanya jawab
E. Setting Tempat
: Moderator
: LCD/Proyektor
: Penyuluh
: Peserta
: Fasilitator
: Observer
F. Pengorganisasi
Moderator: Yusi nursiam
Penyuluh : Yusi Nursiam
Fasilitator : Yusi Nursiam
Observer : Yusi Nursiam
Pembagian Tugas
Moderator : Mengarahkan seluruh jalannya acara penyuluhan dari awal sampai akhir
Penyuluh : Menyajikan materi penyuluhan
Fasilitator : Memotifasi peserta untuk bertanya
Observer : Mengamati jalannya acara penyuluhan dari awal sampai akhir
G. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Peserta
I. Materi
A. Pengertian
Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
yang disebarkan nyamuk Aedes Aegypty yang dapat menyerang pada anak dan dewasa
dengan gejala utama demam,nyeri otot,tulang dan sendi yang biasanya memburuk setelah
dua hari pertama dan dapat menyebabkan perdarahan
B. Penyebab (Etiologi)
Penyebab Demam Berdarah Dengue adalah karena adanya virus dengue dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty. Meskipun dapat juga ditularkan oleh
Aedes Albopictus yang biasanya hidup di kebun-kebun. DBD ini banyak di temukan di
daerah tropis yang curah hujannya cukup tinggi. Sebab nyamuk akan mudah berkembang
biak di daerah yang tergenang air. Umumnya sering terjadi di daerah Asia Tenggara,
khususnya Indonesia yang saat ini menjadi masalah utama di negeri kita ini.
1. Demam tinggi 2 – 7 hari disertai menggigil. kurang nafsu makan, nyeri pada
persendiaan,serta sakit kepala.
2. Pendarahan dibawah kulit berupa : Bintik-bintik merah pada kulit dan mimisan
(epistaksis).
3. Nyeri perut ( ulu hati ) tapi tidak ada gejala kuning,ada mual dan muntah.
4. Terjadi syok atau pingsan pada hari ke 3-7 secara berulang-ulang. Dengan tanda
syok yaitu lemah, kulit dingin , basah dan tidak sadar.
a. Perdarahan gusi
b. Muntah darah
Gambar 2.1.
Nyamuk Dewasa
Foggi Fogging (dengan insektisida)
Kimia
Jentik nyamuk
Fisika Fisika
Biologi
c. Mengubur atau menyingkirkan benda- benda yang dapat digenangi air seperti
ban bekas,kaleng bekas,vas bunga,penampungan air dsb.
e. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat lainnya yang
sejenis seminggu sekali.
l. Menggunakan kelambu.
4. Biologi
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan
adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14) yaitu agen yang aktif mengendalikan
nyamuk .
J. Sumber
1. Mansjoer, Arif, dkk. 1999.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1.Jakarta: Media
Aesculapius
Penyebab
1. Warna hitam dengan belang-belang
Penyebab Demam Berdarah putih di seluruh badannya
Dengue (DBD) adalah karena adanya virus 2. Berbadan kecil
dengue dan ditularkan melalui gigitan 3. Biasanya menggigit pada siang hari
nyamuk Aedes Aegypty. DBD (Demam dan sore hari
Berdarah Dengue) ini banyak di temukan 4. Hidup dan berkembang biak di dalam
1. Demam tinggi 2 – 7 hari disertai
di daerah tropis yang curah hujannya rumah (bak mandi,kaleng bekas,kolam
menggigil. kurang nafsu makan,
cukup tinggi. Sebab nyamuk akan mudah ikan,ban bekas,pot tanaman air,tempat
nyeri pada persendiaan,serta sakit
berkembang biak di daerah yang tergenang minuman burung)
kepala.
air. 5. Senang hinggap pada pakaian yang
bergantung,kelambu dan ditempat 2. Pendarahan dibawah kulit berupa :
yang gelap dan lembab. Bintik-bintik merah pada kulit ,
6. Jentik nyamuk berperan aktif di dalam
Ciri-Ciri Nyamuk Aedes bak air
Aegypty mimisan, gusi berdarah , muntah
7. Posisi jentik nyamuk tegak lurus darah dan BAB berdarah.
dengan permukaan air dan gerakan
3. Nyeri perut ( ulu hati ) tapi tidak ada
gejala kuning serta mual dan muntah
Oleh:
YUSI NURSIAM
BP. 1921312003
I. Latar Belakang
Hospitalisasi merupakan suatu proses, dimana karena suatu alasan
tertentu baik darurat atau berencana mengharuskan anak tinggal di rumah sakit
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali k rumah. Proses
hospitalisasi pada anak usia prasekolah akan berdampak sangat serius.
Perawatan di rumah sakit juga membuat anak kehilangan kontrol terhadap
dirinya. Selama proses hospitalisasi anak dan orang tua dapat mengalami
beberapa pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan kecemasan,
hal ini akan berdampak negatif bagi anak (Hollins, Roy, & Crane, 2003).
Dampak negatif dari efek hospitalisasi sangat berpengaruh terhadap
upaya perawatan dan pengobatan yang sedang dijalani pada anak. Reaksi yang
dimunculkan pada anak akan berbeda antara satu dengan lainnya. Anak yang
pernah mengalami perawatan di rumah sakit tentu akan menunjukkan reaksi
berbeda bila dibandingkan dengan anak yang baru pernah. Anak yang pernah
dirawat di rumah sakit telah memiliki pengalaman akan kegiatan yang ada di
rumah sakit, kemungkinan hal ini berdampak terhadap tingkat kecemasan
yang dialami. Sedangkan anak yang baru pernah dirawat mungkin mengalami
kecemasan yang lebih tinggi. Pada keadaan seperti ini diperlukan suatu
tindakan yang dapat menurunkan tingkat kecemasan. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk menurunkan kecemasan adalah melalui kegiatan terapi
bermain (Farion et al., 2008).
Bermain merupakan salah satu alat komunikasi yang natural bagi
anak-anak. Bermain merupakan dasar pendidikan dan aplikasi terapeutik yang
membutuhkan pengembangan pada pendidikan anak usia dini. Bermain dapat
dilakukan oleh anak yang sehat maupun sakit. Walaupun anak sedang
mengalami sakit, tetapi kebutuhan akan bermain tetap ada. Salah satu fungsi
bermain adalah sebagai terapi dimana dengan melakukan permainan anak
akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya. Melalui kegiatan
bermain, anak dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi)
dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan (Dawson & List,
2009).
Pemilihan jenis permainan harus disesuaikan dengan usia anak. Usia
prasekolah permainan yang cocok dilakukan antara lain origami, dimana anak
mulai menyukai bentuk-bentuk benda di sekelilingnya. Origami adalah seni
melipat kertas yang berasal dari Jepang. Origami sendiri berasal dari oru
yang artinya melipat, dan gami yang artinya kertas. Ketika dua kata itu
bergabung menjadi origami yang artinya melipat kertas. Origami bermanfaat
untuk melatih motorik halus, serta menumbuhkan motivasi, kreativitas,
keterampilan serta ketekunan. Puzzle merupakan suatu bentuk permainan
menyusun gambar yang membutuhkan konsentrasi dan kemampuan berfikir.
Melalui terapi menyusun puzzle ini diharapkan dapat melatih kemampuan
kosentrasi dan mengarahkan perilaku serta emosi anak ke arah yang positif
(Czarnecki, Turner, Collins, Doellman, & Wrona, 2011).
Sebuah penelitian menunjukkan ada pengaruh signifikan antara terapi
bermain terhadap stres hospitalisasi. Begitu juga dengan penelitian mengenai
terapi bermain dengan menggunakan puzzle, setelah dilakukan terapi bermain
menyusun puzzle, terjadi peningkatan kemampuan sosialisasi pada anak. Oleh
karena itu, pentingnya kegiatan bermain terhadap tumbuh kembang anak dan
mengurangi kecemasan akibat hospitalisasi, maka akan dilaksanakan terapi
bermain (Gupta et al., 2014).
II. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan terapi bermain pada anak di Puskesmas selama 45 menit,
diharapkan dapat menurunkan kecemasan yang dirasakan anak selama
pengobatan.
5. Metode
Menyusun puzzle
6. Alat yang Digunakan
Puzzle
Czarnecki, M. L., Turner, H. N., Collins, P. M., Doellman, D., & Wrona, S.
(2011). Original Article Procedural Pain Management : A Position Statement
with Clinical Practice Recommendations. Pain Management Nursing, 12(2),
95–111. https://doi.org/10.1016/j.pmn.2011.02.003
Dawson, A., & List, T. (2009). Comparison of pain thresholds and pain tolerance
levels between Middle Easterners and Swedes and between genders.
https://doi.org/10.1111/j.1365-2842.2009.01943.x
Farion, K. J., Splinter, K. L., Newhook, K., Rn, B., Gaboury, I., & Splinter, W. M.
(2008). The effect of vapocoolant spray on pain due to intravenous
cannulation in children : a randomized controlled trial. 179(1), 31–36.
Gupta, H. V., Gupta, V. V., Kaur, A., Singla, R., Chitkara, N., & Bajaj, K. V.
(2014). Comparison between the Analgesic Effect of two Techniques on the
Level of Pain Perception During venipuncture in Children up to 7 Years of
Age : A Quasi-Experimental Study. 1–5.
https://doi.org/10.7860/JCDR/2014/9731.4675
Hollins, M., Roy, E. A., & Crane, S. A. (2003). Vibratory Antinociception: Effects
of Vibration Amplitude and Frequency. 4(7), 381–391.
https://doi.org/10.1016/S1526-5900(03)00714-4
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
3. Sasaran
Keluarga dan pasien
4. Materi Terlampir
Definisi batuk efektif
Tujuan batuk efektif
Cara batuk efektif
Alat yang digunakan
Etika batuk
5. Metode
Ceramah
Tanya jawab
6. Media
Leaflet
7. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan sasaran
1. 5 Menit Pembukaan
1. Salam pembuka 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan 3. Memperhatikan
4. Menyebutkan materi yang akan 4. Memperhatikan
diberikan
2. 15 menit Pelaksanaan
1. Definisi batuk efektif Memperhatikan
2. Tujuan batuk efektif
3. Cara batuk efektif
4. Alat yang digunakan
5. Etika batuk
3. 10 menit Evaluasi
1. Memberikan kesempatan untuk 1. Bertanya dan mendengar
bertanya jawaban
2. Meminta audience menjelaskan 2. Menjelaskan materi
tentang materi batuk efektif
4. 5 menit Terminasi
1. Mengucapkan terima kasih atas 1. Memperhatikan
perhatian yang diberikan 2. Menjawab salam
2. Mengucapkan salam
8. Pengorganisasian
Moderator : Yusi nursiam
Penyaji : Yusi Nursiam
Observer : Yusi Nursiam
Fasilitator : Yusi Nursiam
9. Evaluasi
Menjelaskan definisi batuk efektif
Menjelaskan tujuan batuk efektif
Menjelaskan cara batuk efektif
Menyebutkan alat yang digunakan
Mengetahui etika batuk
Materi Penyuluhan
A. Pengertian batuk efektif
Metode batuk dengan benar dimana energi dapat dihemat sehingga tidak mudah lelah dan
dapat mengeluarkan dahak secara maksimal.
B. Tujuan Batuk Efektif
- Membebaskan jalan nafas dari hambatan dahak
- Mengeluarkan dahak untuk pemeriksaan diagnostik laborat
- Mengurangi sesak nafas akibat pennumpukkan dahak
- Meningkatkan distribusi udara saat bernafas
- Meningkatkan volume paru
- Memfasilitasi pembersihan saluran nafas
C. Teknik Batuk Efektif
- Tarik nafas dalam 4-5 kali
- Pada tarikan nafas dalam yang terakhir, nafas ditahan selama 1-2 detik
- Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta batukkan dengan kuat dan spontan
- Keluarkan dahak dengan bunyi “ha..ha..ha” atau “hhuf..huf..huf”
- Lakukan berulang kal sesuai kebutuhan
D. Alat yang digunakan
- Tissue/sapu tangan
- Wadah tertutup tempat penampung dahak
- Gelas berisi air hangat
E. Etika Batuk
- Langkah 1
Sedikit berpaling dari orang yang ada disekitar kita, tutup hidung dan mulut dengan
menggunakan tissue atau saputangan atau dengan lengan atas dalam baju anda setiap
kali merasakan dorongan untuk batuk atau bersin.
- Langkah 2
Segera buang tissue yang sudah digunakan ketempat sampah
- Langkah 3
Ambil kesempatan untuk mencuci tangan dikamar kecil terdekat atau menggunakan gel
pembersih tangan.
- Langkah 4
Setelah itu gunakan masker.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TERAPI BERMAIN PADA ANAK DI PUSKESMAS
DISUSUN OLEH :
YUSI NURSIAM
BP. 1921312003
PENDAHULUAN
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan merupakan
suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain tidak sekedar mengisi
waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan
lain-lain. Anak-anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik,
mentaldan perkembangan emosinya. Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan
otot-ototnya, kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh
emosinya, perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan
dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya
sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan
kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa
yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa
kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain.
KEUNTUNGAN BERMAIN
Keuntungan-keuntungan yang didapat dari bermain, antara lain:
a Membuang ekstra energi.
b Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang, otot dan Organ-organ
c Aktivitas yang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak.
d Anak belajar mengontrol diri.
e Berkembanghnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang hidupnya.
f Meningkatnya daya kreativitas.
g Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada disekitar anak.
h Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan kedukaan.
i Kesempatan untuk bergaul dengan anak lainnya.
j Kesempatan untuk mengikuti aturan-aturan.
k Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.
MACAM BERMAIN
1 Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang
diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :
a Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
b Bermain konstruksi (Construction Play)
c Bermain drama (Dramatic Play)
d Bermain fisik
2 Bermain pasif
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain, yaitu
apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
a Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk aktif
bermain.
b Tidak ada variasi dari alat permainan.
c Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
d Tidak mempunyai teman bermain.
ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)
Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta
berguna untuk (Uman, Chambers, Mcgrath, & Kisely, 2008):
Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau
merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus. Contoh alat
bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll.
Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang
benar.Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape, TV,
dll.
Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk.
Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka,
pensil warna, radio, dll.
Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi ibu dan
anak, keluarga dan masyarakat Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat
dipakai bersama, misal kotak pasir, bola, tali, dll.
2. Usia 13 – 24 bulan
Tujuannya adalah :
Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
Memperkenalkan sumber suara.
Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
Melatih imajinasinya (Staud, Robinson, Goldman, & Price, 2011).
Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiatan yang
menarik.
Alat permainan yang dianjurkan :
Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang tidak
mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-balok besar,
kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-coret, krayon/pensil
bewarna.
3. Usia 25 – 36 bulan
Tujuannya adalah :
Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
Mengembangkan keterampilan berbahasa.
Melatih motorik halus dan kasar.
Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan mebedakan
warna.
Melatih kerjasama mata dan tangan.
Melatih daya imajinansi.
Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
DAFTAR PUSTAKA
Sahiner, N. C., & Bal, M. D. (2015). The effects of three different distraction methods on pain
and anxiety in children. https://doi.org/10.1177/1367493515587062
Staud, R., Robinson, M. E., Goldman, C. T., & Price, D. D. (2011). Attenuation of
experimental pain by vibro-tactile stimulation in patients with chronic local or
widespread musculoskeletal pain. 15, 836–842.
https://doi.org/10.1016/j.ejpain.2011.01.011
Uman, L. S., Chambers, C. T., Mcgrath, P. J., & Kisely, S. (2008). A Systematic Review of
Randomized Controlled Trials Examining Psychological Interventions for Needle-
related Procedural Pain and Distress in Children and Adolescents : An Abbreviated
Cochrane Review *. 33(8), 842–854.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Proses Penyuluhan
No Fase Kegiatan Waktu
1 Orientasi 1. Memperkenalkan diri 5 Menit
2. Menentukan kontrak waktu dengan
keluarga
3. Pemateri memberikan salam pembuka
2 Kerja 1. Pemateri menjelaskan materi tentang: 20 menit
a) Tujuan dan cara melakukan kompres
hangat untuk mengurangi nyeri
b) Mendemonstrasikan cara melakukan
kompres hangat
2. Pemateri memberikan kesempatan kepada
keluarga untuk mengajukan pertanyaan
3. Pemateri memberikan pertanyaan
terhadap keluarga tentang materi yang
diberikan
4. Pemateri menyimpulkan kembali
penjelasan yang telah diberikan
5. Memotivasi dan memberikan
reinforcement positif atas usaha yang
telah dilakukan oleh keluarga
3 Terminasi Mengucapkan terima kasih dan memberikan 5 Menit
salam penutup
6. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
Kesiapan media meliputi:
Leafleat
Penentuan waktu
Penentuan tempat
Pemberitahuan kepada keluarga yang bersangkutan
b. Evaluasi Proses
Peserta datang tepat waktu
Kegiatan penyuluhan berjalan tertib
Peserta mengajukan pertanyaan
Peserta mengikuti kegiatan sampai selesai
c. Evalusi Hasil
Keluarga dan klien mengerti terhadap penjelasan yang diberikan
Keluarga dan klien menjawab pertanyaan dengan benar
Klien mampu mendemonstrasikan dengan baik
SATUAN ACARA
PENYULUHAN (SAP) TERAPI BERMAIN MENGENAL WARNA
PADA ANAK USIA PRASEKOLAH
DISUSUN OLEH :
YUSI NURSIAM
BP. 1921312003
1. Latar Belakang
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya
yang tidak disadari (Wholey and Wong, 1991). Bermain adalah suatu kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan keinginan untuk memperoleh kesenangan (Foster, 1989). Bermain
adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock). Kesimpulan: Bermain merupakan bahasa dan
keinginan dalam mengungkapkan konflik dari anak yang tidak disadarinya serta dialami
dengan kesenangan yang diekspresikan melalui bio-psiko-sosio yang berhubungan dengan
lingkungan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Sasaran terapi bermain yang akan
dilakukan adalah anak pra sekolah (4-5 tahun) sebanyak 20 anak. Klasifikasi dalam
permainan ini adalah social affective play dimana anak belajar memberi respon dan
berhubungan dengan orang lain terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam
bentuk permainan.
2. Tujuan
a) Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi bermain selam 45 menit, anak dapat mengikuti permainan stimulasi
kognitif yang diberikan.
b) Tujuan Khusus
Mengenal warna
Mengenal huruf
Menebak gambar
A. Metode
Bermain dengan anak menebak gambar yang telah disebutkan dan didiskripsikan.
1. Media
Kertas gambar
Kertas Tempel
Spidol
B. Kegiatan
1. Peng organisasian
C. Evaluasi
Observer :
Pimpinan bermain :
Fasilitator
2. Proses
Dievaluasi apakah anak mau berkenalan dan bersalaman dengan perawat tanpa rasa takut.
Apakah anak mau menempel gambar ke depan, anak mau menyebutkan nama gambar
buah, gambar hewan, dan anak mau menyebutkan warna gambar yang disebutkan perawat.
TERAPI BERMAIN
PENGERTIAN BERMAIN
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak
disadari (Wholey and Wong, 1991).
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan untuk memperoleh
kesenangan (Foster, 1989).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock).
Bermain adalah ungkapan bahasa secara alami pada anak yang diekspresikan melalui bio-
psiko-sosio anak yang berhubungan dengan lingkungan (Cindy Smith).
Kesimpulan: Bermain merupakan bahasa dan keinginan dalam mengungkapkan konflik dari
anak yang tidak disadarinya serta dialami dengan kesenangan yang diekspresikan melalui
bio-psiko-sosio yang berhubungan dengan lingkungan tanpa mempertimbangkan hasil
akhir.
KATEGORI BERMAIN
1. Bermain aktif
Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri atau kegembiraan timbul dari
apa yang dilakukan oleh anak. Contoh: bermain sepak bola.
2. Bermain pasif/hiburan
Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakukan aktivitas (hanya melihat), kesenangan
diperoleh dari kegiatan orang lain. Contoh: memberikan support, menonton televisi.
JENIS PERMAINAN
1. Permainan bayi
Permainan sederhana oleh anggota keluarga dilakukan pada usia 0-1 tahun. Contoh: petak umpet,
dakon, kejar-kejaran.
2. Permainan perorangan
Untuk menguji kecakapan, ada peraturan sedikit, dilakukan pada todler dan prasekolah. Contoh:
menendang bola.
3. Permainan tetangga
Permainan kelompok, pada prasekolah dan sekolah. Contoh: bermain polisi dan penjahat.
4. Permainan tim
Permainan terorganisir, punya aturan tertentu, dilakukan pada usia sekolah dan remaja. Contoh:
sepakbola, kasti, lari.
5. Permainan dalam ruang
Permainan pada anak sakit atau lelah, dilakukan pada cuaca buruk atau hujan. Contoh: main kartu,
tebak-tebakan, teka-teki.
CIRI-CIRI BERMAIN
1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
KLASIFIKASI BERMAIN
a. Menurut Isi
a. Social affective play
Anak belajar memberi respon dan berhubungan dengan orang lain terhadap respon yang
diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara memanjakan
anak tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
b. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada disekitarnya, dengan bermain dapat
merangsang perabaan alat, misalnya bermain air atau pasir, mengenal rasa, bau.
c. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh keterampilan tertentu dan anak
melakukan secara berulang-ulang, misalnya mengendarai sepeda roda tiga.
d. Dramatika play (Role play)
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.
A.Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang bermain
disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita todler.
B. Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai mainan yang
sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya
dilakukan oleh anak todler dan pre school. Contoh : bermain balok.
a. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yang sama tetapi belum
terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain sesukanya, satu sama
lain kadang saling meminjamkan.
b. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya, permainan terorganisasi dan terencana dan ada
aturan tertentu. Saling diskusi dan memiliki tujuan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia
sekolah dan adolescent.
FUNGSI BERMAIN
1. Perkembangan Sensorik Motorik
Melalui permainan anak akan mampu mengungkapkan kemampuan fisiknya. Bayi dengan
penglihatan, taktil, dan rangsangan. Todler dan pra sekolah melalui gerakan tubuh, dimana
kematangan dan maturitas akan membedakan masing-masing usia.
2. Perkembangan Kognitif/intelektual
Membantu mengenal benda sekitar(warna, bentuk, kegunaan). Perkembangan ini diperoleh melalui
eksplorasi dan manipulasi benda disekitarnya baik dalam hal warna, ukuran, dan pentingnya benda
tersebut. Contoh: bermain mengisi teka-teki silang.
3. Kreatifitas
Anak mengembangkan kreatifitas, mencoba ide baru, bermain dengan semua media, puas dengan
kreatifitas baru, dan minat terhadap lingkungan tinggi. Misalnya menyusun balok.
4. Perkembangan Sosial
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari peran dalam kelompok,
belajar memberi dan menerima, belajar benar salah, dan mampu mengenal tanggungjawab.
5. Kesadaran Diri (Self awarness)
Anak belajar memahami kemampuan dirinya, kelemahan dan tingkah laku terhadap orang lain.
6. Perkembangan Moral
Diperoleh melalui interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman,
menyesuaikan dengan aturan kelompok. Contoh: dapat menerapkan kejujuran.
7. Terapi
Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak enak,
misalnya: marah, takut, benci.
8. Perkembangan Komunikasi
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat mengatakan secara verbal,
misalnya: melukis, menggambar, bermain peran.
2. Status kesehatan, pada anak sakit maka perkembangan psikomotor dan kognitif
terganggu.
3. Jenis kelamin, dimana anak laki-laki lebih tertarik dengan mekanikal sementara anak
wanita mother role.
4. Lingkungan yang meliputi: lokasi, negara, kultur.
5. Alat permainan.
6. Intelegensia.
7. Status sosial ekonomi.
2. Tahap Permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap perminan.
4. Tahap Melamun
a. Visual: buat ruangan menjadi terang, gambar, cermin ditembok, bawa bayi ke
ruangan lain, letakkan bayi agar dapat memandang disekitar.
b. Auditori: bicara dengan bayi, beri mainan bunyi, ikut sertakan dalam pertemuan
keluarga.
a. Visual: bermain cermin, anak nonton TV, beri mainan dengan warna terang.
b. Auditori: anak bicara, ulangi suara yang dibuat, panggil nama, remas kertas didekat
telinga, pegang mainan berbunyi didekat telinga.
c. Taktil: beri mainan lembut/kasar, mandi cemplung/cebur.
a. Visual: mainan berwarna, bermain depan cermin,”ciluk ….ba”, beri kertas untuk
dirobek-robek.
b. Auditori: panggil nama “Mama …Papa, dapat menyebutkan bagian tubuh, beri tahu
yang anda lakukan, ajarkan tepuk tangan dan beri perintah sederhana.
c. Taktil: meraba bahan bermacam-macam tekstur, ukuran, main air mengalir,
berenang.
d. Kinetik: letakkan mainan agak jauh lalu suruh anak untuk mengambilnya.
a. Visual: perlihatkan gambar dalam buku, ajak pergi ke berbagai tempat, bermain
bola, tunjukkan bangunan agak jauh.
b. Auditori: tunjukkan bagian tubuh dan sebutkan, kenalkan dengan suara binatang.
c. Taktil: beri makanan yang dapat dipegang, kenalkan dingin, panas dan hangat.
d. Kinetik: beri mainan yang dapat ditarik dan didorong. Mainan yang dianjurkan untuk bayi
6-12 bulan:
a. Blockies warna-warni jumlah, ukuran.
d. Boneka bayi.
d. Perhatiannya singkat.
h. Senang musik/irama.
b. Alat masak.
c. Malam, lilin.
d. Boneka, blockies, telepon, gambar dalam buku, bola, dram yang dapat dipukul,
krayon, kertas.
c. Papan tulis/kapur.
6-8 tahun
Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk melukis, mencatat, sepeda.
8-12 tahun
Buku, mengumpulkan perangko, uang logam, pekerjaan tangan, kartu, olah raga bersama,
sepeda, sepatu roda.
1. Pengertian
3. Syarat
h. Tidak mudah rusak. Jika ada bagian yang rusak mudah diperbaiki dan
diganti, pemeliharaan mudah, terbuat dari bahan yang mudah didapat,
harga terjangkau.
4. Alat Permainan Balita dan Perkembangan yang Distimuli
a. Motorik kasar: sepeda roda tiga/dua, mainan yang ditarik dan didorong.
b. Alat permainan dianggap bagus atau perlu oleh orang tua tapi kontradiksi
bagi anak.
c. Alat terlalu mahal.
Topik : Otitis Media Akut (OMA) / Peradangan pada Telinga Bagian Tengah
Sub Topik : Pengertian, Tanda & Gejala, Pencegahan, Komplikasi dan
Pengobatanpenyakit Otitis Media Akut (OMA)
Sasaran : Keluarga pasien
Tempat : Puskesmas
Hari/Tanggal : Kamis 10 September 2020
Waktu : 30 menit
IV. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
V. MEDIA
1. Leaflet Penyakit Otitis Media Akut (OMA).
2. Powerpoint (Slide Proyektor).
VIII. PENGORGANISASIAN
Pembawa Acara : Yusi Nursiam
Pembicara : Yusi Nursiam
Fasilitator : Yusi Nursiam
Observer : Yusi Nursiam
OTITIS MEDIA AKUT (OMA)
A. Pengertian
Otitis Media adalah infeksi telinga meliputi infeksi saluran telinga luar
(Otitis Eksterna), saluran telinga tengah (Otitis Media), dan telinga bagian dalam
(Otitis Interna). (Rahajoe, N. 2012). Otitis Media Akut (OMA) adalah peradangan
akut sebagian atau seluruh telinga tengah, tuba eustachi, antrum mastoid, dansel-sel
mastoid. (Djaafar, Z.A, 2007).
B. Penyebab
Penyebabutama otitis media akut biasanya disebabkan oleh masuknya
bakteri (Staphylococcus aureus, Pneumococcus, Haemophilus influenza,
Escherichia coli, Streptococcus anhemolyticus, Streptococcus hemolyticus, Proteus
vulgaris, dan Pseudomoas aeruginosa) atau virus (Virus Influenza) kedalam telinga
tengah yang normalnya adalah steril. Biasanya penyakit ini merupakan komplikasi
dari infeksi saluran pernafasan atas.
C. Tandadan Gejala
Secara umum, tandadangejala yang biasa ditemukan pada pasien dengan Otitis
Media Akut adalah:
1. Othalgia (Nyeri telinga)
2. Demam, batuk, pilek
3. Membran timpani abnormal (sesuai stadium)
4. Gangguan pendengaran
5. Keluarnya secret di dari telinga berupa nanah
6. Anakrewel, menangis, gelisah
7. Kehilangan nafsu makan, dan lain-lain.
D. Pencegahan
Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah:
1. Pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak.
2. Pemberian ASI minimal selama 6 bulan.
3. Penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring.
4. Penghindaran pajanan terhadap asap rokok.
5. Berenang kemungkinan besar tidak meningkatkan risiko OMA.
E. Komplikasi
Tanda-tanda terjadinya komplikasi :
1. Sakit kepala
2. Tuli yang terja disecara mendadak
3. Vertigo (perasaan berputar)
4. Demam dan menggigil.
Komplikasi yang serius adalah:
1. Infeksi pada tulang di sekitar telinga tengah
2. Tuli Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan kehilangan
pendengaran permanen.
F. Pengobatan
Penyakit ini bisa saja membaik (sembuh) dengan sendirinya kalau daya
tahan tubuh penderita cukup baik dan daya serang kuman nya rendah. Gendang
telinga tetap utuh dan fungsi pendengaran kembali normal. Dengan penanganan
yang tepat dan tuntas pun penyakit ini bisa sembuh. Beberapa keadaan yang
memerlukan rujukan pada ahli THT adalah;
1. Terjadinya OMA yang sering. Definisi “sering” adalah lebih dari 3 kali dalam 6
bulan atau lebih dari 4 kali dalam satu tahun.
2. Selama 3 bulan atau lebih, keluarnya cairan dari telinga, atau berlubangnya
gendang telinga.
DAFTAR PUSTAKA
Bylander, A., dkk. 2007. Journal of Children Microbiology
Djaafar, Z.A., Helmi, Restuti, R.D., 2007. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi ke enam.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
SATUAN ACARA BERMAIN (SAB)
DISUSUN OLEH:
YUSI NURSIAM
BP. 1921312003
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG 2020
PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAK
A. Latar Belakang
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan
merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak
bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti
halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak memerlukan
berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mentaldan perkembangan
emosinya.Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya,
kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh
emosinya, perasaannya dan pikirannya.
Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan
ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak yang
mendapat kesempatan cukup untuk bermain juga akan mendapatkan
kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya sehingga ia akan menjadi
orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila
dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat
kesempatan bermain.
B. Tujuan
1) TIU (Tujuan Instruksional Umum):
Setelah diajak bermain, diharapkan anak diharapkan bisa merasa tenang
selama perawatan dirumah sakit dan tidak takut lagi terhadap perawat
sehingga anak bisa merasa nyaman di Puskesmas.
2) TIK (Tujuan Instruksional Khusus):
Setelah mendapatkan terapi bermain satu (1) kali diharapkan anak
mampu :
1) Bisa merasa tenang selama dirawat.
2) Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan
perawat
3) Mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat
4) Anak menjadi kooperatif pada perawat dan tindakan keperawatan
5) Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi
6) Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal
7) Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan, dan fantasi anak terhadap
suatu permainan
8) Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain yang
tepat
9) Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit
10) Anak dapat merasakan suasana yang nyaman dan aman seperti
dirumah Sebagai alat komunikasi antara perawat – klien.
D. Kegiatan
1) Pengorganisasian
a) Leader 1 : Yusi nursiam
b) Notulen : Yusi Nursiam
c) Fasilitator : Yusi Nursiam
Pembagian tugas :
a) Peran Leader
- Mengkoordinasi seluruh kegiatan
- Memimpin jalannya terapi bermain dari awal hingga berakhirnya
terapi
- Membuat suasana bermain agar lebih tenang dan kondusif.
b) Peran Observer/Notulen
- Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu,
tempat dan jalannya acara
- Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota
kelompok dengan evaluasi kelompok
c) Fasilitator
- Memotivasi anak agar dapat kooperatif dalam permainan yang
akan dilakukan
- Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
- Fasilitator bertugas sebagai pemandu dan memotivasi anak agar
dapat kooperatif dalam permainan yang akan dilakukan.
- Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
- Membimbing kelompok selama permainan
2) Setting tempat
Keterangan :
= Leader
= Fasilitator
= Observer/Notulen
= Peserta
= Orangtua
3) Kegiatan Bermain
E. Evaluasi
1) Evaluasi Struktur Yang diharapkan:
Alat-alat yang digunakan lengkap
Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2) Evaluasi Proses Yang diharapkan:
Terapi dapat berjalan dengan baik
Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya
3) Evaluasi Hasil Yang diharapkan:
Anak mampu menyusun balok sesuai permintaan terapis
Anak mampu menyusun balok sesuai imajinasinya
Anak mampu menjelaskan bentuk balok yang telah ia susun sesuai
imajinasinya
MATERI SATUAN ACARA BERMAIN
A. PENGERTIAN
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan
merupakan suatu metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak
bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak
seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-lain. Anak-anak
memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mentaldan
perkembangan emosinya.
Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya,
kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh
emosinya, perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah
kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu
yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk
bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal
sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah
berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa
kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain.
Perawatan anak sakit sangatlah perlu karena hal ini adalah salah satu
bentuk upaya dalam proses penyembuhan pada anak sakit. Namun pada sisi
lain, perawatan dan proses keperawatan yang bertujuan penyembuhan tersebut
kadang membuat anak-anak menjadi takut/ trauma dan kejenuhan pada anak.
Karena aktivitas anak sangat sedikit frekuensinya dan hal inilah yang
membuat anak semakin jenuh di Rumah sakit. Hal ini sangat berpengaruh
pada kooperatif anak dalam menerima perawatan dan pelayanan keperawatan
di rumah sakit.
Selain menimbulkan hal di atas, kejenuhan dan lamanya anak di rawat di
rumah sakit membuat kebutuhan bermain anak sangat kurang, hal ini terjadi
karena banyak hal, antara lain : kondisi fisik klien yang masih lemah sehingga
nak tidak mampu beraktivitas, kondisi ruang atau tempat yang asing bagi anak
dan banyaknya orang-orang baru disekeliling anak sehingga anak menjadi
takut dan lain sebagainya.
Hal di atas di temukan juga pada Ruang Anak di RS Baptis Batu di mana
anak terlihat bosan, takut dan lebih banyak diam atau menangis. Hal inilah
yang akhirnya membuat anak hanya diam terpaku tanpa melakukan aktifitas
sehingga kebutuhan bermainya tidak terpenuhi, dari latar belakang di atas
menurut kelompok perlu di adakan suatu tindakan keperawatan yang tepat
untuk mengurangi tingkat kejenuhan dan katakutan anak sehingga anak
menjadi aktif dan terpenuhi kebutuhan bermainnya.
B. PRESCHOOL
1) Pengertian PreschooL
Menurut Aydin (2016), yang dikatakan anak usia pra sekolah adalah
anak-anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. Ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan
anak (Aydin, S, & C, 2016).
Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun
(Wong, 2000), anak usia prasekolah memiliki karakteristik tersendiri
dalam segi pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal pertumbuhan,
Secara fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg
dan rata-rata BB 14,6 kg.penambahan TB berkisar antara 7,5 cm dan TB
rata-rata 95 cm.
b) Aspek Bahasa
Pada awal masa prasekolah perbendaharaan kata yang dicapai jarang
dari 900 kata mengunjak tahun keempat sudah mencapai 1500 kata atau
lebih dan pada tahun kelima sampai keenam mencapai 2100 kata,
mengunakan 6 sampai 8 kata, menyebut 4 warna atau lebih, dapat
menggambar dengan banyak komentar serta menyebutkan
bagiannya,mengetahui waktu seperti hari minggu dan bulan, anak juga
sudah mampu mengikuti 3 perintah sekaligus.
c) Aspek Sosial
Pada tahun ketiga anak sudah hamper mampu berpakaian dan makan
sendiri,rentang perhatian meningkat ,mengetahui jenis kelaminnya
sendiri,dalam permainan sering mengikuti aturannya sendiri tetapi anak
sudah mulai berbagi.tahun keempat anak sudah cenderung mandiri dan
Keras kepala atau tidak sabar,agresif secara fisik dan vweerbal,mendapat
kebanggan dalam pencapaian,masih mempunyai banyak rasa takut.pada
akhir usia prasekolah anak sudah jarang memberontak,lebih
tenang,mandiri,dapat dipercaya,lebih bertanggungjawab,mencoba untuk
hidup berdasarkan aturan,bersikap lebih baik,dalam permainan sudah
mencoba mengikuti aturan tetapi kadang curang.
Personal social:
a. Menyatakan keinginan untuk melakukan sesuatu yang ingin
dilakukan supaya di anggap di masyarakat
b. Anak mulai mengetahui aturan-aturan, di lingkungan keluarga dan
lingkungan
c. Menyadari hak dan kepentingan orang lain
d. Mulai dapat bermain dengan teman sebaya
e. Keluarga harmonis, komunikasi baik maka anak akan mempunya
kemampuan dan penyesuaian dalam hubungan dengan orang lain.
f. Masuk TK akan sangat membantu anak untuk “jembatan bergaul” dan
sosialisasi dengan teman sebaya.
d) Aspek Kognitif
Tahun ketiga berada pada fase pereptual,anak cenderung egosentrik
dalam berfikir dan berperilaku,mulai memahami waktu,mengalami
perbaikan konsep tentang ruang dan mulai dapat memandang konsep dari
perspektif yang berbeda. Tahun keempat anak berada pada fase
inisiatif,memahami waktu lebih baik,menilai sesuatu menurut
dimensinya,penilaian muncul berdasarkan persepsi,egosentris mulai
berkurang,kesadaran social lebih tinggi,mereka patuh kepada orang tua
karena mempunyai batasan bukan karena memahami hal benar atau salah.
Pada akhir masa prasekolah anak sudah mampu memandang perspektif
orang lain dan mentoleransinya tetapi belum memahaminya,anak sangat
ingin tahu tentang factual dunia.
Motorik halus : Bisa menggunakan gunting, Menggambar lingkaran,
kotak
Motorik kasar : Melempar bola melewati atas kepala, Memanjat,
Menaiki sepeda roda tiga, Belajar menalikan tali sepatu, mengkancing,
menyikat gigi.
e) Faktor Pengaruh Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
a. Faktor herediter
Merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagi dasar dalam mencapai
tumbuh kembang anak disamping faktor lain. Faktor herediter adalah
bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa.
b. Faktor lingkungan
Merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan
tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki antara lain :
c. Lingkungan prenatal
Merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai konsepsi lahir sampai
yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, zat kimia atau toksin,
kebiasaan merokok dan lain-lain.
d. Lingkungan post natal
Seperti sosial ekonomi orang tua, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga,
posisi anak dalam orang tua dan status kesehatan.
f) Macam Bermain
a. Bermain aktif. Pada permainan ini anak berperan secara aktif,
kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri.
Bermain aktif meliputi :Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory
Play). Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi,
mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha
membongkar.
b. Bermain pasif. Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain
dengan melihat dan mendengar. Permainan ini cocok apabila anak
sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi
kebosanan dan keletihannya. Contoh ; Melihat gambar di
buku/majalah.,mendengar cerita atau musik,menonton televisi dsb.
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam
bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
1) Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi
untuk aktif bermain.
2) Tidak ada variasi dari alat permainan.
3) Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
4) Tidak mempunyai teman bermain.
g) APE ( Alat Permainan Edukatif )
a. Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan
tingkat perkembangannya, serta berguna untuk :
b. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat
menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari
motorik kasar dan halus. Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda,
bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll. Motorik halus : gunting,
pensil, bola, balok, lilin, dll.
c. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan
kalimat yang benar.Contoh alat permainan : buku bergambar, buku
cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.
d. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran,
bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku
cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll.
e. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan
interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat
Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat dipakai bersama,
misal kotak pasir, bola, tali, dll.
h) Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Bermain
a. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
b. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
c. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
pada keterampilan yang lebih majemuk.
d. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.
i) Permainan yang dianjurkan :
a. Menggambar
b. Bermain kertas lipat
c. Menyusun balok, Mobil – mobilan dll.
d. Menyanyi
e. Alat olahr raga, masak, menghitung
A. Latar Belakang
Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang
merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan nyamuk
Anopheles. Protozoa parasit jenis ini banyak sekali tersebar di wilayah tropik, misalnya di
Amerika, Asia dan Afrika.
D. Materi
1. Pengertian malaria
2. Penyebab penyakit malaria
3. Gejala penyakit malaria
4. Pencegahan penyakit malaria
5. Penularan penyakit malaria
6. Penatalaksanaan penyakit malaria
E. Metode
Ceramah dan tanya jawab
Mahasiswa menjelaskan mengenai Penyakit malaria, setelah peserta bisa mengajukan
pertanyaan tentang materi penyuluhan yang baru disampaikan.
F. Media
LeafLet
G. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Pasien Media &
Alat
1. Pembukaan 5 menit Mengucapkan Menjawab salam
salam Mendengarkan &
Menyampaikan memperhatikan
tujuan penyuluhan
& topik yang akan
disampaikan.
2. Penyampaian 45 Menjelaskan Mendengarkan & Leaflet
topik menit gambaran memperhatikan
umum mengenai p
enyakit malaria
Pengertian malaria
Penyebab penyakit
malaria
Gejala penyakit
malaria
Pencegahan
penyakit malaria
Penularan
penyakit malaria
Penatalaksanaan Merespon &
Memberi pertanyaan.
kesempatan
kepada peserta Mendengarkan,
untuk mengajukan memberi
pertanyaan. masukan/sangga
Penyuluh han/ tanggapan
menjawab
pertanyaan yang
telah diajukan.
1. Pengertian Malaria
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan oleh
protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan
splenomegali (Trial, Redfern, Chen, & Sibrel, 2018)
Malaria adalah infeksi parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu
protozoa spesies plasmodium yang ditularkan kepada manusia melalui air liur
nyamuk (Rn et al., 2016)
2. Etiologi
Menurut Harijanto (2000) ada empat jenis plasmodium yang dapat menyebabkan
infeksi yaitu,
Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan
malaria tertiana/ vivaks (demam pada tiap hari ke tiga).
Plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai
perlangsungan yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan
menyebabkan malaria tropika/ falsiparum (demam tiap 24-48 jam).
Plasmodium malariae, jarang ditemukan dan menyebabkan malaria
quartana/malariae (demam tiap hari empat).
Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik Barat, diIndonesia
dijumpai di Nusa Tenggara dan Irian, memberikan infeksi yang paling ringan dan
dapat sembuh spontan tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale.
Masa inkubasi malaria bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh dan spesies
plasmodiumnya. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14-17 hari, Plasmodium ovale
11-16 hari, Plasmodium malariae 12-14 hari dan Plasmodium falciparum 10-12 hari
(Mansjoer, 2001).
3. GEJALA MALARIA
Gejala malaria sering kali tidak dapat terdeteksi karena gejala awalnya seperti
mengalami demam dn influenza biasa yang disertai sakit kepala, sakit otot dan
menggigil, setiap jenis infeksi dari parasit plasmodium akan menimbulkan efek
penyakit berbeda tergantung jenis parasit yang menginfeksi penderita.
Berikut ini adalah gejala yang sering terjadi:
1) Demam ringan, sakit kepala, sakit otot, dan menggigil kondisi ini berlangsung 2-3
hari dan cenderung keliru di diagnose sebagai gejala flu.
2) Jumlah limfosit dan monosit meningkat jika tidak segera diobati biasanya akan
timbul jaundice ringan(sakit kuning) serta pembesaran hati dan limfe
3) Kadar gula darah rendah
4) Jika sejumlah parasit menetap dalam darah kadang malaria bersifat menetap.
Menyebakan penurunan nafsu makan, rasa pahit pada lidah, lemah dan rasa demam.
4. Pencegahan Malaria
a) Sanitasi lingkungan yang bersih
b) Hindari air yang tergenang
c) Hindari pakaian-pakaian yang tergantung dikamar-kamar
d) Melakukan 3M (Mengubur, Membakar, dan Menguras).
Rn, N. M., Rn, K. K., Shahine, R., Rn, S. O., Kurdahi, L., & Rn, B. (2016). Distraction Using
the BUZZY for Children During an IV Insertion. Journal of Pediatric Nursing, 31(1), 64–
72. https://doi.org/10.1016/j.pedn.2015.07.010
Trial, C., Redfern, R. E., Chen, J. T., & Sibrel, S. (2018). Journal of Pediatric Nursing Effects of
Thermomechanical Stimulation during Vaccination on Anxiety , Pain , and Satisfaction in
Pediatric Patients : A Randomized. Journal of Pediatric Nursing, 38, 1–7.
https://doi.org/10.1016/j.pedn.2017.09.009