Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAK

TERAPI BERMAIN MEWARNAI


DI RUANG MELATI ( RUANG ANAK)
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Profesi Ners Stase Anak

Disusun oleh :
KELOMPOK 1A

Ai Komariah 4006230016
Annisa Muslimah W 4006230005
Arif Sumarta 4006230076
Dewanti Fujiastuti 4006230077
Dikna Febiana 4006230036
Dini Fitriati Arifin 4006230008
Maharani Fitria 4006230070
Marina Wulandari 4006230039
Muhammad Bintang F 4006230025
Nur Izzati Amalia 4006230080
Rani 4006230084
Siska Mardiana 4006230024
Siti Anisa 4006230021
Sondari 4006230004
Wisnu Setiawan 4006230027

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG

2023-2024
PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAK

Topik : Terapi Bermain


Sub Topik : Mewarnai
Hari, Tanggal : Minggu, 26 November 2023
Waktu : 10.00 WIB – 10.20 WIB
Tempat : Ruang Bermain Anak Rs TK II Dustira Cimahi (Ruang Melati)

I. LATAR BELAKANG

Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit sehingga

anak harus beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit (Wong, 2009). Angka kesakitan anak di Indonesia

berdasarkan Survei Kesehatan Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

tahun sebesar 25,8%, usia 5-12 tahun sebanyak 14,91%, usia 13-15 tahun sekitar 9,1%, usia 16-21 tahun sebesar

8,13%. Angka kesakitan anak usia 0-21 tahun apabila dihitung dari keseluruhan jumlah penduduk adalah 14,44%.

Anak yang dirawat di rumah sakit akan berpengaruh pada kondisi fisik dan psikologinya, hal ini disebut dengan

hospitalisasi.

Hospitalisasi, baik itu hospitalisasi jangka pendek, pembedahan, ataupun hospitalisasi jangka panjang dari

suatu penyakit yang kronik sering kali menjadi krisis pertama yang harus dihadapi anak, terutama selama tahun-

tahun awal. Hal ini sering menimbulkan stres karena anak akan mengalami ketakutan terhadap orang asing yang

tidak dikenalnya dan pekerja rumah sakit, perpisahan dengan orang terdekat, kehilangan kendali, ketakutan tentang

tubuh yang disakiti, dan nyeri (Potter, 2013). Reaksi-reaksi tersebut dipengaruhi oleh usia perkembangan;

pengalaman sebelumnya dengan penyakit, perpisahan, atau hospitalisasi; keterampilan koping yang dimiliki;

keparahan diagnosis; dan sistem pendukung yang ada (Hockenberry & Wilson, 2013).

Cemas akibat perpisahan atau yang biasa disebut depresi analitik, merupakan stres utama pada bayi usia

pertengahan sampai usia prasekolah. Pada rentang usia tersebut kecemasan dimanifestasikan dalam tiga fase,

yaitu fase protes, putus asa, dan pelepasan. Selama fase protes, anak-anak bereaksi secara agresif, menolak

perhatian dari orang lain, dan kedukaan mereka tidak dapat ditenangkan. Selama fase putus asa, anak-anak

cenderung tidak aktif, tidak tertarik, dan menarik diri dari orang lain. Sedangkan fase pelepasan, anak akan tampak

menyesuaikan diri terhadap lingkungan, akan tetapi hal ini merupakan hasil dari kepasrahan dan bukan merupakan

tanda-tanda kesenangan (Hockenberry & Wilson, 2013). Untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan oleh anak

dapat diberikan terapi bermain. Bermain dapat dilakukan oleh anak yang sehat maupun sakit. Walaupun

anak sedang mengalami sakit, tetapi kebutuhan akan bermain tetap ada (Katinawati, 2011 ). Bermain merupakan

salah satu alat komunikasi yang natural bagi anak-anak. Bermain merupakan dasar pendidikan dan aplikasi

terapeutik yang membutuhkan pengembangan pada pendidikan anak usia dini (Suryanti, 2011).
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara optimal. Dalam

kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus

disesuaikan dengan kondisi anak. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat

melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat

beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak

seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di

rumah sakit (Ball, et al. 2012). Selain itu, bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-otot,

kognitif serta emosinya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana anak dapat mengenal segala

sesuatu yang ada disekitarnya sehingga anak mendapatkan kesempatan cukup untuk bermain. Bermain dapat

menjadikan anak individu dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas dibandingkan pada anak

yang masa kecil kurang mendapatkan kesempatan untuk bermain.

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah mendapatkan terapi bermain selama 20 menit, anak diharapkan bisa merasa senang selama

perawatan di rumah sakit dan tidak takut lagi terhadap perawat, serta anak lebih nyaman selama berada di

rumah sakit.

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah diajak bermain selama 20 menit anak diharapkan:

1. Anak merasa senang dan tidak takut lagi pada dokter dan perawat

2. Merasa nyaman selama dirawat

3. Gerakan motorik halusnya bisa terarah

4. Berkembang kognitifnya

5. Kejenuhan anak selama di rumah sakit berkurang

6. Kreatifitas anak bisa berkembang

IV. PERENCANAAN

1. Jenis Program Bermain

Menggambar

2. Karakteristik

a. Anak usia 3tahun – Pra Sekolah

b. Anak didampingi oleh orang tua

c. Anak dapat duduk dan keadaan umum yang cukup baik

d. Anak kooperatif
3. Metode

Demonstrasi dan bermain bersama

4. Alat yang digunakan

Kertas dan pensil warna

5. Setting Tempat

Bermain dilakukan di ruang bermain anak. Perawat berhadapan dengan anak sedangkan orang tua

berada di sebelah anak untuk membantu dalam bermain.

Ket :

: Pasien
: Tempat Tidur Pasien

: Keluarga Pasien

: Perawat

V. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Persiapan

a. Menyiapkan tempat bermain yang kondusif dan aman

b. Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan

c. Mengkondisikan anak-anak dan keluarga yang akan menjadi peserta kegiatan terapi aktivitas bermain
2. Pelaksanaan
No. Terapis Waktu Subjek terapi

1. Persiapan : 5 menit Memperkenalkan


a. Menyiapkan tempat bermain yang diri,
kondusif dan aman Memperhatikan
b. Menyiapkan alat-alat yang akan
digunakan
c. Mengkondisikan anak-anak adan
keluarga yang akan menjadi peserta
kegiatan terapi aktivitas bermain
mewarnai

2. Proses : 10 menit Bermain bersama dan


a. Membuka proses terapi bermain mengungkapkan
dengan mengucapkan salam, perasaannya
memperkenalkan diri
b. Menjelaskan pada anak dan
keluarga tentang tujuan dan
manfaat bermain, menjelaskan
cara bermain
c. Mengajak anak menggambar
d. Mengevaluasi respon anak dan
keluarga

3. Penutupan (5 menit) 5 menit Mengucapkan salam


a. Menyimpulkan dan mengucapkan salam

Total 20 menit

VI. Evaluasi yang Diharapkan

1. Evaluasi Struktur

Persiapan yang dilakukan selama 5 menit sebelum pelaksanaan

a. Tempat dilakukan terapi bermain di Ruang Anak (Melati)

b. Alat yang dipakai adalah kertas bergambar dan pensil warna

c. Peserta kegiatan dapat terkondisikan dengan baik

2. Evaluasi Proses

a. Anak kooperatif pada saat pelaksanaan terapi bermain mewarnai

b. Anak aktif dalam mengikuti permainan


3. Evaluasi akhir

a. Anak mengikuti kegiatan dengan baik

b. Anak tidak takut lagi dengan perawat

c. Anak dapat menggambar secara bebas

d. Anak merasa senang dan nyaman

Tabel Penilaian Terapi Bermain Mewarnai

Motorik Halus
Anak mampu memegang pensil
Sosial personal
Anak mengikuti kegiatan kegiatan terapi bermain
dengan kooperatif

Skoring:

0 : Kurang 1: cukup 2: Baik

Kesimpulan:
VII. LAMPIRAN MATERI TERAPI BERMAIN
1. Pengertian Bermain
Bermain merupakan salah satu alat komunikasi yang natural bagi anak-anak. Bermain merupakan

dasar pendidikan dan aplikasi terapeutik yang membutuhkan pengembangan pada pendidikan anak

usia dini (Suryanti, 2011). Bermain merupakan pekerjaan pada masa kanak-kanak. Ahli pekembangan

anak mengakui bahwa bermain sebagai strategi koping yang penting bagi anak, hal tersebut

merupakan aspek terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan salah satu cara yang paling

efektif menurunkan stres pada anak dan penting untuk menyejahterakan mental dan emosional anak

(Purwandari, Mulyono, & Sucipto, 2010).

Bermain adalah unsur yang paling penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental,

intelektual, kreativitas dan sosial. Terapi Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat

melakukan atau mempraktikkan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif,

mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa (Hidayat, 2008 dalam Sari, 2014).

Bermain merupakan kegiatan atau simulasi yang sangat tepat untuk anak. Bermain dapat

meningkatkan daya pikir anak untuk mendayagunakan aspek emosional, sosial serta fisiknya serta

dapat meningkatkan kemampuan fisik, pengalaman, dan pengetahuan serta keseimbangan mental anak.

Menurut Vanfleet, et al , 2010, terapi bermain merupakan suatu bentuk permainan anak-anak, di mana

mereka dapat berhubungan dengan orang lain, saling mengenal, sehingga dapat mengungkapkan

perasaannya sesuai dengan kebutuhan mereka. Terapi bermain merupakan terapi yang diberikan dan

digunakan anak untuk menghadapi ketakutan, kecemasan dan mengenal lingkungan, belajar mengenai

perawatan dan prosedur yang dilakukan serta staf rumah sakit yang ada.

2. Tujuan Terapi Bermain


Wong, et al (2009) menyebutkan, bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan

kesejahteraan sosial anak. Seperti kebutuhan perkembangan mereka, kebutuhan bermain tidak berhenti

pada saat anak-anak sakit atau di rumah sakit. Sebaliknya, bermain di rumah sakit memberikan manfaat

utama yaitu meminimalkan munculnya masalah perkembangan anak, selain itu tujuan terapi bermain

adalah untuk menciptakan suasana aman bagi anak-anak untuk mengekspresikan diri mereka,

memahami bagaimana sesuatu dapat terjadi, mempelajari aturan sosial dan mengatasi masalah

mereka serta memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk berekspresi dan mencoba sesuatu yang

baru. Adapun tujuan bermain di rumah sakit adalah agar dapat melanjutkan fase tumbuh kembang

secara optimal, mengembangkan kreativitas anak sehingga anak dapat beradaptasi lebih efektif

terhadap stress (Saputro, 2017).


3. Fungsi Bermain

Adapun fungsi bermain pada anak yaitu:

a. Perkembangan sensoris-motorik : aktivitas sensoris-motorik merupakan komponen terbesar yang

digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot.

b. Perkembangan intelektual: anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadapsegala sesuatu yang ada

di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan membedakan objek.

Misalnya, anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka

anak telah belajar memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai

kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering

anak melakukan eksplorasi, akan melatih kemampuan intelektualnya.

c. Perkembangan sosial: perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan

lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima. Bermain dengan

orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan dari

hubungan tersebut. Saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami

lawan bicara, dan belajar tentang nilai sosial yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada

anak usia sekolah dan remaja.

d. Perkembangan kreativitas: berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya

ke dalam bentuk objek dan atau kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar

dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya.

e. Perkembangan kesadaran diri: melalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya dalam

mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkannya dengan

orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak

tingkah lakunya terhadap orang lain. Dalam hal ini, peran orang tua sangat penting untuk menanamkan

nilai moral dan etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak positif

dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain.

f. Nilai-nilai moral: anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang tua dan

guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapat kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai

tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan

kelompok yang ada dalam lingkungannya.


g. Bermain Sebagai Terapi : Pada saat anak dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai

perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti: marah, takut, cemas, sedih dan nyeri. Perasaan

tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor

yang ada di 22 lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari

ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan, anak akan dapat

mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) (Saputro, 2017).

4. Macam- macam Bermain

a. Bermain aktif

Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka

sendiri. Bermain aktif meliputi :

1) Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)

Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut memperhatikan,

mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang- kadang berusaha

membongkar.

2) Bermain konstruksi (Construction Play)

Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.

3) Bermain drama (Dramatic Play)

Misal bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan teman-temannya.

4) Bermain fisik

Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.

b. Bermain pasif

Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar. Permainan

ini cocok apabila anak sudah lelah bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan

dan keletihannya.Contoh : Melihat gambar di buku/majalah, mendengar cerita atau musik,menonton

televisi dan lain-lain. (Desmita, 2009).

5. Alat Permainan Edukatif

Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak,

disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk :

a. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang

pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus.

Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll.

Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.

b. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang benar.

Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio,tape, TV, dll.
c. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk. Warna, dll.

Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll.

d. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi ibu dan anak,

keluarga dan masyarakat.

Contoh alat permainan : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll


DAFTAR PUSTAKA

1. Andriana, D. (2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta: Salemba Medika.
Ball, J., Bindler, R., Cowen, K. (2012). Principles of Pediatric Nursing: Caring for Children,Ed.5. USA:
Pearson.
2. Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Hockenberry, M.J., & Wilson,
D. (2013). Wong’s essentials of pediatric nursing (9th Ed.). St. Louis: Mosby).
3. Katinawati. (2011). Pengaruh Terapi Bermain Dalam Menurunkan Kecemasan Pada Anak Usia Pra Sekolah (3-5
tahun) Yang Mengalami Hospitalisasi Di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang.
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/ejournal/index.php/ilmukeperawatan/article/vie w/92. Oktober 2013, pukul
18.00 WITA
4. Purwandari, H., Mulyono, W.A., & Sucipto, A. (2010). Terapi bermain untuk menurunkankecemasan perpisahan
pada anak prasekolah yang mengalami hospitalisasi. Jurnal
5. Saputro, rmain Anak Sakit Proses, Manfaat dan Pelaksanaanya. Ponorogo : Forum Ilmiah Kesehatan.
Sari, D.K.Y.,(2014). “Pengaruh Terapi Bermain Gelembung Super Terhadap Tingkat Kecemasan Pada
Anak Usia Prasekolah Yang Mengalami Hospitalisasi Di Ruang Anak Rsud Pandan Arang Boyolali”Naskah
Publikasi Universitas MuhammadiyahSurakarta.http://eprints.ums.ac.id/28788/17/NAS’KAH_PUBLIKA
SI.pdf. Diakses pada 05 November 2018.
6. Suryanti. (2011). Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Dan Origami Terhadap TingkatKecemasan Sebagai
EfekHospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah di RSUD dr. R. Goetheng Tarunadibrata Purbalingga. Jurnal
Kesehatan Samodra Ilmu
7. Donna. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol. 1. Edisi 6. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai