Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAK “MEWARNAI GAMBAR”

DI RUANG MELATI RS DUSTIRA TK II CIMAHI

OLEH:
KELOMPOK 1

Ai Komariah 4006230016
Annisa Muslimah W 4006230005
Arif Sumarta 4006230076
Dewanti Fujiastuti 4006230077
Dikna Febiana 4006230036
Dini Fitriati Arifin 4006230008
Maharani Fitria 4006230070
Marina Wulandari 4006230039
Muhammad Bintang F 4006230025
Nur Izzati Amalia 4006230080
Rani 4006230084
Siska Mardiana 4006230024
Siti Anisa 4006230021
Sondari 4006230004
Wisnu Setiawan 4006230027

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN & PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA BANDUNG
2023
A. Latar belakang

Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit
dan dirawat dirumah sakit sehingga anak harus beradaptasi dengan lingkungan
rumah sakit (Wong, 2009). Angka kesakitan anak di Indonesia berdasarkan
Survei Kesehatan Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut
kelompok usia 0-4 tahun sebesar 25,8%, usia 5-12 tahun sebanyak 14,91%,
usia 13-15 tahun sekitar 9,1%, usia 16-21 tahun sebesar 8,13%. Angka
kesakitan anak usia 0-21 tahun apabila dihitung dari keseluruhan jumlah
penduduk adalah 14,44%. Anak yang dirawat di rumah sakit akan berpengaruh
pada kondisi fisik dan psikologisnya, hal ini disebut dengan hospitalisasi.
Hospitalisasi, baik itu hospitalisasi jangka pendek, pembedahan,
ataupun hospitalisasi jangka panjang dari suatu penyakit yang kronik sering
kali menjadi krisis pertama yang harus dihadapi anak, terutama selama tahun-
tahun awal. Hal ini sering menimbulkan stres karena anak akan mengalami
ketakutan terhadap orang asing yang tidak dikenalnya dan pekerja rumah
sakit, perpisahan dengan orang terdekat, kehilangan kendali, ketakutan
tentang tubuh yang disakiti, dan nyeri (Potter, 2013). Reaksi-reaksi tersebut
dipengaruhi oleh usia perkembangan; pengalaman sebelumnya dengan
penyakit, perpisahan, atau hospitalisasi; keterampilan koping yang dimiliki;
keparahan diagnosis; dan sistem pendukung yang ada (Hockenberry &
Wilson, 2013).
Cemas akibat perpisahan atau yang biasa disebut depresi analitik,
merupakan stres utama pada bayi usia pertengahan sampai usia prasekolah.
Pada rentang usia tersebut kecemasan dimanifestasikan dalam tiga fase, yaitu
fase protes, putus asa, dan pelepasan. Selama fase protes, anak-anak bereaksi
secara agresif, menolak perhatian dari orang lain, dan kedukaan mereka tidak
dapat ditenangkan. Selama fase putus asa, anak-anak cenderung tidak aktif,
tidak tertarik, dan menarik diri dari orang lain. Sedangkan fase pelepasan,
anak akan tampak menyesuaikan diri terhadap lingkungan, akan tetapi hal ini
merupakan hasil dari kepasrahan dan bukan merupakan tanda - tanda
kesenangan (Hockenberry & Wilson, 2013). Untuk mengurangi kecemasan
yang dirasakan oleh anak dapat diberikan terapi bermain. Bermain dapat
dilakukan oleh anak yang sehat maupun sakit. Walaupun anak sedang
mengalami sakit, tetapi kebutuhan akan bermain tetap ada (Katinawati, 2011 ).
Bermain merupakan salah satu alat komunikasi yang natural bagi anak-
anak. Bermain merupakan dasar pendidikan dan aplikasi terapeutik yang
membutuhkan pengembangan pada pendidikan anak usia dini (Suryanti,
2011).
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan
anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit,
aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan
kondisi anak. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar
dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreativitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak
seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti
pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Ball, et al. 2012).
Selain itu, anak bermain dapat menstimulasi pertumbuhan otot-otot,
kognitif serta emosinya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan
dimana anak dapat mengenal segala sesuatu yang ada disekitarnya sehingga
anak mendapatkan kesempatan cukup untuk bermain. Bermain dapat
menjadikan anak individu dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan
cerdas dibandingkan pada anak yang masa kecil kurang mendapatkan
kesempatan untuk bermain. Bermain merupakan kebutuhan anak seperti
halnya kasih sayang, makanan, perawatan, dan lain-lainnya, karena dapat
memberi kesenangan dan pengalaman hidup yang nyata. Bermain juga
merupakan unsur penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental,
sosial, kreativitas serta intelektual. Oleh karena itu bermain merupakan
stimulasi untuk tumbuh kembang anak (Hidayat, 2008).
Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang direncanakan
untuk membantu anak mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi
kecemasan dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan baginya.
Bermain pada masa pra sekolah adalah kegiatan serius, yang merupakan
bagian penting dalam perkembangan tahun-tahun pertama masa kanak-kanak.
Hampir sebagian besar dari waktu mereka dihabiskan untuk bermain
(Elizabeth B Hurlock, 2000). Dalam bermain di rumah sakit mempunyai
fungsi penting yaitu menghilangkan kecemasan, dimana lingkungan rumah
sakit membangkitkan ketakutan yang tidak dapat dihindarkan (Sacharin,
2003).
Mewarnai adalah proses memberi warna pada suatu media. Mewarnai
gambar diartikan sebagai proses memberi warna pada media yang sudah
bergambar. Mewarnai gambar merupakan terapi permainan yang kreatif untuk
mengurangi stress dan kecemasan serta meningkatkan komunikasi pada
anak.Menurut Olivia (2013: 14), mewarnai merupakan suatu bentuk kegiatan
kreativitas, dimana anak diajak untuk memberikan satu atau beberapa goresan
warna pada suatu bentuk atau pola gambar, sehingga terciptalah sebuah kreasi
seni. Dengan mewarnai dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak
dengan warna yang dihasilkan, menurunkan tingkat kecemasan anak selama
perawatan dengan mengajak mereka bermain menggunakan alat permainan
yang tepat. Sementara gambar merupakan sebuah media yang dapat
merangsang otak. Dengan menggambar, anak akan berpikir dan melakukan
analisa terhadap segala pengalaman yang mungkin pernah dilihat dan
diamatinya (As’adi Muhammad, 2009).

B. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mendapatkan terapi bermain selama 20 menit, anak diharapkan
bisa merasa senang selama perawatan di rumah sakit dan tidak takut lagi
terhadap perawat, serta anak lebih nyaman selama berada di rumah sakit.

C. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diajak bermain selama 20 menit anak diharapkan:
1. Anak merasa senang dan tidak takut lagi pada dokter dan perawat
2. Merasa nyaman selama dirawat
3. Gerakan motorik halusnya bisa terarah
4. Berkembang kognitifnya
5. Kejenuhan anak selama di rumah sakit berkurang
6. Kreatifitas anak bisa berkembang
D. Topik Bermain
Topik yang diambil adalah terapi bermain “Mewarnai Gambar”

E. Kriteria kelompok bermain


1. Peserta bermain berumur anak usia prasekolah (3-6 tahun)
2. Dirawat di ruang Melati
3. Keadaan umum anak memungkinkan untuk mengikuti kegiatan bermain
4. Tidak bertentangan dengan program pengobatan
5. Anak didampingi orang tua

F. Struktur Kelompok
1. Tempat kegiatan = Ruang Melati
2. Setting tempat
Ket :

TEMPAT : Leader
BERMAIN
: Co Leader

: Fasilitator

: Anak

3. Pelaksanaan : Observer
a. Hari/tanggal : Minggu, 26 November 2023
b. Jam : 09.00 :
Dokumentasi
4. Jumlah pelaksana
Jumlah pelaksana 15 orang
5. Media dan alat
Kertas dan pensil warna

G. Pengorganisasian
1. Pelaksana
a. Leader : Siti Anisa
b. Co Leader : Ai Komariah
c. Fasilitator : Siska, Sondari, Dewanti, Dikna, Marina, Maharani,
Anisa, Rani, Bintang
d. Observer : Dini, Wisnu
e. Dokumentasi : Arif

H. Rincian Tugas
a. Leader
1. Mengkoordinasi jumlah peserta yang telah ditentukan
2. Mampu mengatasi masalah yang timbul dalam kelompok
3. Memimpin perkenalan dan menjelaskan tujuan bermain.
b. Co Leader
1. Membantu tugas dari leader
2. Mengatasi masalah yang muncul bersama leader
3. Mempersiapkan segala yang akan diperlukan bersama pelaksana yang
lain
c. Fasilitator
1. Memfasilitasi anak dalam bermain/melaksanakan kegiatan
2. Membimbing dan mengarahkan anak
3. Membantu meningkatkan rasa kepercayaan diri anak
4. Memotivasi anak untuk menyelesaikan kegiatan
5. Mengevaluasi kondisi anak selama kegiatan
d. Observer
1. Mengevaluasi selama kegiatan terapi bermain berlangsung
2. Memberikan laporan evaluasi setelah terapi bermain selesai
3. Memberikan informasi tambahan diakhir terapi bermain
e. Orang tua/keluarga
1. Membantu membimbing anak
2. Mendampingi anak selama dalam kegiatan
3. Ikut memotivasi anak dalam kegiatan.
f. Klien/anak
1. Mengikuti program terapi bermain
2. Mengekspresikan perasaan selama pelaksanaan
I. Persiapan
1. Persiapan klien
a. Menyiapkan tempat bermain yang kondusif dan aman
b. Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan
c. Mengkondisikan anak-anak dan keluarga yang akan menjadi peserta
kegiatan terapi aktivitas bermain mewarnai

J. Perencanaan Pelaksanaan
Kegiatan Waktu Respon
Persiapan 5 menit -
1. Menyiapkan tempat bermain yang kondusif dan
aman
2. Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan
3. Mengkondisikan anak-anak dan keluarga yang
akan menjadi peserta kegiatan terapi aktivitas
bermain mewarnai

Proses 20 menit  Menjawab salam


1. Membuka proses terapi bermain dengan  anak mau
mengucapkan salam, memperkenalkan diri bermain bersama
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan pada anak dan keluarga tentang
tujuan dan manfaat bermain menjelaskan cara
bermain
4. Memberi kesempatan untuk bertanya/klarifikasi
5. Melakukan kegiatan mewarnai gambar
6. Reward/ reinforment positif
Evaluasi 5 menit  Mengungkapkan
1. Menanyakan perasaan anak setelah melakukan perasaanya
kegiatan  Menjawab salam
2. Menutup kegiatan
3. Mengucapkan salam
Evaluasi Tim 10 menit
1. Melakukan evaluasi kegiatan bersama tim
2. Menyimpulkan kegiatan

K. Kriteria Evaluasi
1. Anak bersedia mengikuti terapi bermain
2. Anak mengikuti instruksi yang diberikan
3. Anak berperan aktif dalam permainan
4. Anak bisa melakukan permainan dengan mandiri
5. Anak dapat menyelesaikan permainan sampai selesai
6. Anak dapat berinteraksi dengan anak-anak lain yang dirawat di ruang
melati
7. Anak merasa senang mengikuti terapi bermain
DAFTAR PUSTAKA

Andriana, D. (2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak.


Jakarta: Salemba Medika. Ball, J., Bindler, R., Cowen, K. (2012).
Principles of Pediatric Nursing: Caring for Children,Ed.5. USA:
Pearson.
Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Hockenberry, M.J., & Wilson,
D. (2013). Wong’s essentials of pediatric nursing (9th Ed.). St. Louis: Mosby).
Katinawati. (2011). Pengaruh Terapi Bermain Dalam Menurunkan Kecemasan
Pada Anak Usia Pra Sekolah (3-5 tahun) Yang Mengalami Hospitalisasi
Di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang.
Purwandari, H., Mulyono, W.A., & Sucipto, A. (2010). Terapi bermain untuk
menurunkankecemasan perpisahan pada anak prasekolah yang
mengalami hospitalisasi. Jurnal
Saputro,bermain Anak Sakit Proses, Manfaat dan Pelaksanaanya. Ponorogo : Forum
Ilmiah Kesehatan. Sari, D.K.Y.,(2014).“Pengaruh Terapi Bermain
Gelembung Super Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia
Prasekolah Yang Mengalami Hospitalisasi Di Ruang Anak Rsud Pandan
Arang Boyolali”Naskah Publikasi Universitas
MuhammadiyahSurakarta.http://eprints.ums.ac.id/28788/17/NAS’KAH_PU
BLIKA SI.pdf. Diakses pada 05 November 2018.
Suryanti. (2011). Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Dan Origami Terhadap
TingkatKecemasan Sebagai EfekHospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah
di RSUD dr. R. Goetheng Tarunadibrata Purbalingga. Jurnal Kesehatan
Samodra Ilmu
Donna. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol. 1. Edisi 6. Jakarta : EGC.
Muhammad, As’adi. (2009). Menghidupkan otak kanan anak anda.
Yogyakarta: Power books.
Lampiran 1. Materi

TERAPI BERMAIN
“MEWARNAI GAMBAR”

1. Pengertian Bermain

Bermain merupakan salah satu alat komunikasi yang natural


bagi anak-anak. Bermain merupakan dasar pendidikan dan aplikasi
terapeutik yang membutuhkan pengembangan pada pendidikan anak
usia dini (Suryanti, 2011). Bermain merupakan pekerjaan pada masa
kanak-kanak. Ahli perkembangan anak mengakui bahwa bermain
sebagai strategi koping yang penting bagi anak, hal tersebut merupakan
aspek terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan salah satu cara
yang paling efektif menurunkan stres pada anak dan penting untuk
menyejahterakan mental dan emosional anak (Purwandari, Mulyono, &
Sucipto, 2010).
Bermain adalah unsur yang paling penting untuk perkembangan
anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial. Terapi
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran,
menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku
dewasa (Hidayat, 2008 dalam Sari, 2014).
Bermain merupakan kegiatan atau simulasi yang sangat tepat
untuk anak. Bermain dapat meningkatkan daya pikir anak untuk
mendayagunakan aspek emosional, sosial serta fisiknya serta dapat
meningkatkan kemampuan fisik, pengalaman, dan pengetahuan serta
keseimbangan mental anak. Menurut Vanfleet, et al (2010), terapi
bermain merupakan suatu bentuk permainan anak-anak, di mana mereka
dapat berhubungan dengan orang lain, saling mengenal, sehingga dapat
mengungkapkan perasaannya sesuai dengan kebutuhan mereka. Terapi
bermain merupakan terapi yang diberikan dan digunakan anak untuk
menghadapi ketakutan, kecemasan dan mengenal lingkungan, belajar
mengenai perawatan dan prosedur yang dilakukan serta staf rumah
sakit yang ada.

2. Tujuan Terapi Bermain

Wong, et al (2009) menyebutkan, bermain sangat penting bagi


mental, emosional, dan kesejahteraan sosial anak. Seperti kebutuhan
perkembangan mereka, kebutuhan bermain tidak berhenti pada saat
anak-anak sakit atau di rumah sakit. Sebaliknya, bermain di rumah sakit
memberikan manfaat utama yaitu meminimalkan munculnya masalah
perkembangan anak, selain itu tujuan terapi bermain adalah untuk
menciptakan suasana aman bagi anak-anak untuk mengekspresikan diri
mereka, memahami bagaimana sesuatu dapat terjadi, mempelajari
aturan sosial dan mengatasi masalah mereka serta memberikan
kesempatan bagi anak-anak untuk berekspresi dan mencoba sesuatu
yang baru. Adapun tujuan bermain di rumah sakit adalah agar dapat
melanjutkan fase tumbuh kembang secara optimal, mengembangkan
kreativitas anak sehingga anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress (Saputro, 2017).
3. Fungsi Bermain
Adapun fungsi bermain pada anak yaitu:
a. Perkembangan sensoris-motorik : aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting
untuk perkembangan fungsi otot.
b. Perkembangan intelektual: anak melakukan eksplorasi dan manipulasi
terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama
mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan membedakan objek.
Misalnya, anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan
anak dapat memperbaikinya maka anak telah belajar memecahkan
masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai
kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya
semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi, akan
melatih kemampuan intelektualnya.
c. Perkembangan sosial: perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan
berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan
belajar memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan
membantu anak untuk mengembangkan hubungan sosial dan belajar
memecahkan dari hubungan tersebut. Saat melakukan aktivitas bermain,
anak belajar berinteraksi dengan teman,memahami lawan bicara, dan
belajar tentang nilai sosial yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi
terutama pada anak usia sekolah dan remaja.
d. Perkembangan kreativitas: berkreasi adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu dan mewujudkannya ke dalam bentuk objek dan atau
kegiatan yang dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar
dan mencoba untuk merealisasikan ide-idenya.
e. Perkembangan kesadaran diri: melalui bermain, anak akan
mengembangkan kemampuannya dalam mengatur tingkah laku. Anak
juga akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkannya
dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran-
peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.
Dalam hal ini, peran orang tua sangat penting untuk menanamkan nilai
moral dan etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk
memahami dampak positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang
lain.
f. Nilai-nilai moral: anak mempelajari nilai benar dan salah dari
lingkungannya, terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan
aktivitas bermain, anak akan mendapat kesempatan untuk menerapkan
nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat
menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam
lingkungannya.
g. Bermain Sebagai Terapi : Pada saat anak dirawat di rumah sakit, anak
akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan
seperti: marah, takut, cemas, sedih dan nyeri. Perasaan tersebut
merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena
menghadapi beberapa stressor yang ada di 22 lingkungan rumah sakit.
Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas
dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan
permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya
(distraksi) (Saputro, 2017).

4. Macam-Macam Bermain
a. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan
diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif
meliputi :

1) Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)

Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat


permainan tersebut memperhatikan mengocok-ocok apakah ada bunyi,
mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha
membongkar.

2) Bermain konstruksi (Construction Play)\

Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-


rumahan.

3) Bermain drama (Dramatic Play)

Misal bermain sandiwara boneka main rumah-rumahan dengan


temannya.

4) Bermain fisik

Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain


b. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan
mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bermain aktif
dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan
keletihannya.Contoh : Melihat gambar di buku/majalah, mendengar cerita
atau musik,menonton televisi dan lain-lain. (Desmita, 2009).
c. Alat Permainan Edukatif
Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan
tingkat perkembangannya, serta berguna untuk :
1. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat
menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak, terdiri dari
motorik kasar dan halus. Contoh alat bermain motorik kasar :
sepeda, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll. Motorik
halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.

2. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan


kalimat yang benar. Contoh alat permainan : buku bergambar,
buku cerita, majalah, radio,tape, TV, dll.

3. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara,


ukuran, bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan : buku
bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll.

4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya


dengan interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat. Contoh
alat permainan : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll

5. Pengertian Mewarnai
Mewarnai adalah proses memberi warna pada suatu media. Mewarnai
gambar diartikan sebagai proses memberi warna pada media yang sudah
bergambar. Mewarnai gambar merupakan terapi permainan yang kreatif untuk
mengurangi stress dan kecemasan serta meningkatkan komunikasi pada anak.

6. Manfaat Mewarnai
a. Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat
terapeutik (sebagai permainan penyembuh/"therapeutic play").
b. Dengan bereksplorasi menggunakan gambar, anak dapat membentuk,
mengembangkan imajinasi dan bereksplorasi dengan ketrampilan motorik
halus.
c. Mewarnai gambar juga aman untuk anak usia toddler, karena
menggunakan media kertas gambar dan crayon.
d. Anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau memberikan pada anak
suatu cara untuk berkomunikasi, tanpa menggunakan kata.
e. Sebagai terapi kognitif, pada anak menghadapi kecemasan karena proses
hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan stress, kognitifnya tidak
akurat dan negative. Bermain mewarnai gambar dapat memberikan
peluang untuk meningkatkan ekspresi emosinal anak, termasuk pelepasan
yang aman dari rasa marah dan benci.
f. Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan
metode penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku anak selama
dirawat di rumah sakit.
Lampiran 2 . Daftar Nama Perserta Kegiatan

NO NAMA ANAK USIA ANAK TTD ORANG


TUA
Lampiran 3. Form Evaluasi Anak

NO KRITERIA EVALUASI
Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T

Bersedia mengikuti terapi


1
bermain

Mengikuti instruksi yang


2
diberikan selama kegiatan

Berperan aktif dalam


3
permainan

Melakukan permainan
4
dengan mandiri

Menyelesaikan permainan
5
sampai selesai

Mampu berinteraksi
6
dengan anak-anak lain

Merasa senang mengikuti


7
terapi bermain

TOTAL SKOR

Anda mungkin juga menyukai