Anda di halaman 1dari 14

KEMENTERIAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


FAKULTAS KEDOKTERAN &ILMU KESEHATAN PROGRAM PROFESI NERS

PROPOSAL TERAPI BERMAIN BONEKA TANGAN

OLEH
Nurul Asyifah, S.Kep
Indriyanti Arimurti Putri, S.Kep
Ade Novira, S.Kep
Marwani, S.Kep
Erlinda, S.Kep
Sri Astuti, S.Kep
Fauziah Ayu Pratiwi, S.Kep

PROGRAM PROFESI NERS XX


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
FAKULTAS KEDOKTERAN &ILMU KESEHATAN PROGRAM PROFESI NERS

PROPOSAL TERAPI BERMAIN “BONEKA TANGAN”


A. Latar Belakang
Hospitalisasi merupakan suatu proses, dimana karena suatu alasan tertentu
baik darurat atau berencana mengharuskan anak tinggal di rumah sakit menjalani
terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali k rumah. Proses hospitalisasi
pada anak usia prasekolah akan berdampak sangat serius. Perawatan di rumah
sakit juga membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinya. Selama proses
hospitalisasi anak dan orang tua dapat mengalami beberapa pengalaman yang
sangat traumatik dan penuh dengan kecemasan, hal ini akan berdampak negatif
bagi anak.
Hospitalisasi pada anak merupakan keadaan yang mengharuskan anak dirawat
dirumah sakit dan dapat membuat anak merasa tidak nyaman dan terancam
sehingga menimbulkan kecemasan. Anak yang pernah dirawat di rumah sakit
telah memiliki pengalaman akan kegiatan yang ada di rumah sakit, kemungkinan
hal ini berdampak terhadap tingkat kecemasan yang dialami. Sedangkan anak
yang baru pernah dirawat mungkin mengalami kecemasan yang lebih tinggi.
Pada keadaan seperti ini diperlukan suatu tindakan yang dapat menurunkan
tingkat kecemasan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan
kecemasan adalah melalui kegiatan terapi bermain.
Bermain merupakan salah satu alat komunikasi yang natural bagi anak-anak.
Bermain merupakan dasar pendidikan dan aplikasi terapeutik yang membutuhkan
pengembangan pada pendidikan anak usia dini. Bermain dapat dilakukan oleh
anak yang sehat maupun sakit. Walaupun anak sedang mengalami sakit, tetapi
kebutuhan akan bermain tetap ada. Salah satu fungsi bermain adalah sebagai
terapi dimana dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan
dan stress yang dialaminya. Melalui kegiatan bermain, anak dapat mengalihkan
rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya
melakukan permainan.
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
FAKULTAS KEDOKTERAN &ILMU KESEHATAN PROGRAM PROFESI NERS

Bermain pada anak dapat meningkatkan kecerdasan dalam berfikir dan


mengembangkan imajinasi serta melatih daya motorik halus dan kasar pada anak.
Pada anak pra sekolah umumnya perkembangan motorik kasar dan motorik
halusnya sudah baik. Pada tahap ini mereka berminat untuk mendapatkan
pengetahuan dan mulai mengalami peningkatan kompetensi. Dengan mengerti
tentang dunia anak terutama usia anak pra sekolah, maka dengan ini kami
bermaksud untuk melaksanakan program terapi bermain karena dengan bermain
membuat anak menjadi lebih rileks.
Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya,
kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya,
perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan
dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu yang ada
disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain
juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal sekitarnya
sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan
cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat
kesempatan bermain.
Terapi bermain yang akan dilaksanakan yaitu bermain boneka tangan. Alasan
memilih terapi bermain boneka peran adalah untuk mengembangkan motorik
halus, keterampilan kognitif dan kemampuan berbahasa. Boneka tangan
merupakan salah satu bentuk permainan yang bertujuan untuk menyampaikan
suatu cerita atau informasi, yang dilakukan oleh boneka supaya menjadi lebih
menarik dan mudah dipahami. Sehingga boneka peran merupakan jenis
permainan yang memiliki nilainilai edukatif.
B. Tujuan Terapi Bermain
1. Tujuan Umum
Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak
2. Tujuan Khusus
a. Menurunkan tingkat kecemasan pada anak
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
FAKULTAS KEDOKTERAN &ILMU KESEHATAN PROGRAM PROFESI NERS

b. Mengembangkan imajinasi pada anak


c. Memberikan kesenangan dan kepuasan
C. Manfaat Terapi Bermain
1. Untuk anak-anak sebagai salah satu terapi pengobatan dan menghilangkan
kejenuhan terhadap suasana rumah sakit.
2. Sebagai sarana orang tua untuk mengetahui suasana hati anak saat bermain
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
FAKULTAS KEDOKTERAN &ILMU KESEHATAN PROGRAM PROFESI NERS

TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Bermain merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sukarela untuk
memperoleh kesenangan dan kepuasan. Bermain merupakan aktivitas yang dapat
menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dan merupakan cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial sehingga bermain merupakan
media yang baik untuk belajar karene dengan bermain anak-anak akan belajar
berkomunikasi, menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, melakukan apa
yang dapat dilakukannya, dan dapat mengenal waktu, jarak serta suara.
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu
alat paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi
menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering
disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan
rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak
seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada
saat anak sakit atau anak di rumah sakit
B. Fungsi Bermain
1. Fungsi bermain adalah merangsang perkembangan sensorik-motorik,
perkembangan intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran diri, moral dan
bermain sebagai terapi.
2. Perkembangan sensorik-motorik merupakan komponen terbesar yang
digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan
pengobatan.
3. Perkembangan intelektual anak melakukan eksplorasi dan manipulasi
terhadap segala sesuatu yang ada dilingkungan sekitar.
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
FAKULTAS KEDOKTERAN &ILMU KESEHATAN PROGRAM PROFESI NERS

4. Perkembangan sosial anak akan memberi dan menerima serta


mengembangkan hubungan sesuai dengan belajar memecahkan masalah dan
hubungan sulit.
5. Perkembangan kreatifitas anak belajar merealisasikan diri.
6. Perkembangan kesadaran diri, anak belajar mengenal kemampuan dengan
mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya
terhadap orang lain.
7. Perkembangan moral, anak akan belajar mengenai nilai dan moral dan etika
belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah serta belajar
bertanggung jawab atas segala tindakan yang telah dilakukan.
8. Bermain sebagai terapi, anak akan mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya dan relaksasi melalui kesenangannya bermain.
C. Tujuan Bermain
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat
sakit, pada saat sakit anak mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan.
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
3. Pengembangan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah.
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan dirawat di
rumah sakit.
D. Faktor Yang Mempengaruhi Aktifitas Bermain
1. Tahap perkembangan
2. Jenis kelamin anak
3. Status kesehatan anak
4. Lingkungan yang tidak mendukung
5. Alat dan jenis permainan yang cocok atau sesuai dengan anak
E. Prinsip-Prinsip Dalam Aktifitas Bermain
1. Perlu energi ekstra
2. Waktu yang cukup
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
FAKULTAS KEDOKTERAN &ILMU KESEHATAN PROGRAM PROFESI NERS

3. Alat permainan
4. Ruang untuk bermain
5. Pengetahuan cara bermain
6. Teman bermain
F. Klasifikasi Bermain
1. Bermain aktif: Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan
diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif
meliputi:
a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play): Perhatian pertama
anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut,
memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba,
menekan dan kadang-kadang berusaha membongkar.
b. Bermain konstruksi (Construction Play): Pada anak umur 3-6 tahun
dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.
c. Bermain drama (Dramatic Play): Misal bermain sandiwara boneka,
main rumah-rumahan dengan teman-temannya.
d. Bermain fisik: Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.
2. Bermain pasif: Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan
melihat dan  mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah
bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan
keletihannya. Contoh ; Melihat gambar di buku/ majalah., mendengar cerita
atau musik, menonton televisi dsb. Dalam kegiatan bermain kadang tidak
dapat dicapai keseimbangan dalam bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal
seperti dibawah ini :
a. Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi
untuk aktif bermain.
b. Tidak ada variasi dari alat permainan.
c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
d. Tidak mempunyai teman bermain.
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
FAKULTAS KEDOKTERAN &ILMU KESEHATAN PROGRAM PROFESI NERS

IDENTITAS KLIEN

A. Nama Pasien :
B. Usia :
C. Diagnosa Medis :
D. Tingkat Perkembangan :
E. Jenis Permainan
Terapi bermain yang akan dilaksanakan yaitu bermain boneka tangan. Alasan
memilih terapi bermain boneka peran adalah untuk mengembangkan motorik
halus, keterampilan kognitif dan kemampuan berbahasa. Boneka tangan
merupakan salah satu bentuk permainan yang bertujuan untuk menyampaikan
suatu cerita atau informasi, yang dilakukan oleh boneka supaya menjadi lebih
menarik dan mudah dipahami. Sehingga boneka peran merupakan jenis permainan
yang memiliki nilainilai edukatif.
F. Alat Yang Digunakan
1. Boneka tangan
G. Aturan Permainan
1. setiap peserta wajib mengikuti kegiatan sampai selesai
2. perserta harus menyelesaikan tugas di kegiatan ini
3. peserta tidak boleh dibantu oleh orang tua
H. Peserta :
1. Jumlah peserta                   : 4 anak
2. Jumlah perawat                : 7 orang
3. Alat yang digunakan        : boneka tangan
I. Evaluasi
1. Keaktifan anak
2. Respon anak
3. Proses bermain
4. Situasi saat pelaksanaan
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
FAKULTAS KEDOKTERAN &ILMU KESEHATAN PROGRAM PROFESI NERS

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN


TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengurangi kejenuhan anak pada saat menjalani perawatan.
b. Untuk meningkatkan adaptasi efektif pada anak terhadap stress karena
penyakit dan dirawat
c. Untuk meningkatkan kemampuan daya tangkap atau konsentrasi anak.
d. Untuk meningkatkan koping yang efektif untuk mempercepat
penyembuhan.
e. Untuk mengembangkan imajinasi pada anak.
B. Prinsip Bermain
1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
2. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang
3. Kelompok umur sama
4. Melibatkan keluarga/orangtua
C. Waktu
Kegiatan bermain akan dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Rabu, 6 Juli 2022
Waktu : pukul 10.00 WITA – Selesai
Tempat : Ruangan Pinang kamar Kemo
D. Tempat
RSUP Wahidin Sudiro Husodo
E. Metode
Kelompok
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
FAKULTAS KEDOKTERAN &ILMU KESEHATAN PROGRAM PROFESI NERS

G. Media Dan Alat


1. Boneka tangan
H. Peserta Bermain
1. Mahasiswa          
2. Pasien anak
I. Pengorganisasian
1. Leader
Bertanggung jawab terhadap terlaksananya terapi bermain, yaitu membuka
\dan menutup kegiatan ini.
2. Co Leader :
Menjelaskan pelaksanaan dan mendemonstrasikan aturan dan cara
bermain dalam terapi bermain.
3. Fasilitator :
Mempersiapkan alat dan tempat permainan serta mendampingi setiap
peserta dalam terapi bermain.
4. Observer :
Memfasilitasi pelaksanaan terapi bermain; mengobservasi, mengamati,
dan mencatat jalannya terapi bermain.

J. Kegiatan Permainan
No Waktu Tahap Penyaji Audiens
1. 5 Pembukaan 1.  co leader: Mendengar,
menit 1. membuka dan memperhatikan,
mengucapkan salam menjawab
2. Memperkenalkan diri
3. Memperkenalkan
pembimbing
4. Memperkenalkan anak
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
FAKULTAS KEDOKTERAN &ILMU KESEHATAN PROGRAM PROFESI NERS

satu persatu
5. Kontrak waktu dengan
anak
6. Mempersilahkan leader

2. 20 - Kegiatan 1.  1. Leader memperkenalkan Menerima alat permainan


menit bermain alat permainan dan bertanya tentang
- Menyimak 2.  2. Leader Menjelaskan cara kejelasan cara bermain
- Tanya bermain
jawab 3.  3. Menjawab pertanyaan
peserta
4.  4. Memotivasi peran aktif
5.  5. Memberi pujian kepada
peserta
6. Menanyakan pada anak,
anak mau bermain atau
tidak.
7. fasilitator membagikan
permainan
8. Leader, co leader, dan
fasilitator memotivasi anak
9. observer mengobservasi
anak.
3. 5 Penutup 1.  Menanyakan perasaan anak 1.   Memperhatikan
menit terhadap permainan yang 2.   Bertanya dan
telah dilakukan mendengarkan jawaban
2.  Menanyakan respon orang
tua/ guru
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
FAKULTAS KEDOKTERAN &ILMU KESEHATAN PROGRAM PROFESI NERS

K. SETING TEMPAT
Terapi bermain ini di lakukan Ruang Parawatan Anak dengan setting tempat
sebagai berikut:

Keterangan :
:Mahasiswa : pasien

: Pembimbing
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
FAKULTAS KEDOKTERAN &ILMU KESEHATAN PROGRAM PROFESI NERS

L. Evaluasi
a. Struktur
Evaluasi Dari Persiapan ,Tempat, Kontrak Waktu Sudah Dilakukan
1. Dimulai dari leader, co leader, observer, dan fasilitator
2. Terapi bermain dilakukan di RSUD
3. Berikan waktu 20 menit untuk mewarnai gambar
b. Evaluasi Proses
1. Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan tertib
dan teratur
2. Co. Leader dapat membantu tugas Leader dengan baik
3. Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam permainan
4. 100 % anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal sampai
akhir
c. Evaluasi Hasil
1. 100 % anak merasa aman dan nyaman
2. 100 % mampu mengikuti kegiatan yang dilakukan
3. 63,3 % anak dapat menyatakan perasaan senang
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
FAKULTAS KEDOKTERAN &ILMU KESEHATAN PROGRAM PROFESI NERS

Referensi :
Chamidah, A. . (2018). Deteksi Dini Perkembangan Balita Dengan Metode DDST II
di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Juanda Samarinda. Jurnal Endurance,
vol 3 (2).
Fazrin, I. (2018). pendidikan kesehatan deteksi dini tumbuh kembang anak di PAUD
lab school UNPGRI Kediri. Journal of Community Engagement in Heath, vol 1
no 2.
hairimus dkk. (2018). hubungan status gizi dan stimulasi tumbuh kembang dengan
perkembangan balita. Jurnal Sari Pediatrik, vol 3 no 2.
Kusbiantoro. (2015). Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK
ABA 1 Lamongan. Jurnal Surya, vol 7 (01).

Anda mungkin juga menyukai