Anda di halaman 1dari 111

MAKALAH SISTEM SARAF

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah BMS 1

Kelompok Tutorial 12

Gina Aulia Suwandi 160110150151


Vania Aldiana 160110150152
Tsuroyya 160110150153
Myranda Dwi Rachmia 160110150154
Nina Kusuma H. 160110150155
Ellania Ramadhani 160110150156
Jeahani Trisya Oktawati 160110150157
Ifrialda Fatwa F. 160110150158
Muhammad Hisyam Nazhir F. 160110150159
Iqbal Ibnu Faizal 160110140046
Wina Meiliza 160110157001
Novela Riyani A. 160110157002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Illahi Robbi Allah SWT, tuhan semesta alam

yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat

dan salam semoga senantiasa tercurah pada Nabi Besar Muhammad SAW, Rasil

pembawa berkah, penerang bumi dari kegelapan dan seorang refolusioner yang

merubah dunia dan peradaban menjadi lebih baik. Keselamatan dan berkah juga

semoga selalu terlimpah kepada keluarganya, para sahabatnya, sampai kepada

umatnya yang senantiasa taat dan patuh kepada ajaranya sampai akhir zaman.

Aamiin.

Alhamdulillah atas ridho Allah SWT lah, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan makalah ini. Salah satu tujuan terselesaikannya tugas ini yaitu

guna memenuhi salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas pada blok BMS I.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam proses penyusunan makalah ini

tidak dapat terwujud tanpa bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak

yang dengan ikhlas meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran. Untuk itu dengan

segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih.

Sumedang, 2 Oktober 2015

Penulis (Tutor 12)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Overview Kasus .................................................................................. 1

1.2 Tabel 7 Jumps...................................................................................... 2

1.3 Mekanisme .......................................................................................... 4

1.4 Learning Issues .................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 6

2.1 Komponen Jaringan Saraf .................................................................... 6

2.2 Sinapsis .............................................................................................. 11

2.3 Saraf Perifer dan Struktur Mikroskopisnya ....................................... 13

2.4 Lobus pada Serebrum dan Medula Spinalis ...................................... 36

2.5 Mekanisme Kerja Sistem Saraf Pusat dan Perifer ............................ 41

2.6 Transmitter ....................................................................................... 61

2.7 Reseptor Sensorik dan Sensasi Somatik............................................ 65

2.8 Anatomi Saraf Mandibula ................................................................ 73

2.9 Stereognosis ................................................................................... 82

2.10 Perasaan Sintetik dan Diskriminasi Dua Titik ............................... 84

ii
2.11 Kelainan Sistem Saraf dan Penyembuhannya .............................. 87

2.12 Akhiran Saraf ................................................................................. 99

BAB III PEMBAHASAN ............................................................................. 103

3.1 Analisa Kasus .................................................................................. 103

3.2 Kesimpulan...................................................................................... 104

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 105

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Overview Kasus

Dua (2) minggu kemudian setelah perawatan, Rani datang kembali ke RSGM

FKG Unpad untuk melakukan kontrol. Rani masih mengeluhkan rasa sakit dan

timbul rasa kesemutan di daerah rahang bawah sebelah kiri.

Nama : Nn. Rani

Umur : 16 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Keadaan Umum : Sehat

Pemeriksaan Ekstraoral : Rasa sakit dan kesemutan di daerah rahang bawah

sebelah kiri.

Pemeriksaan Intraoral : -

1
2

1.2 Tabel 7 Jumps

I
More Learning
Terminologi Problems Hypothesis Mekanisme Don’t
Info Issues
Know

Kesemutan Rasa sakit dan Saraf Terbentur - - Sebutkan

kesemutan trigeminal pada mikroskopis

pada rahang dan saraf permukaan dan macam-

bawah sebelah facial jalan macam saraf

kiri terganggu perifer.

Luka Jelaskan

terbuka dan pembentukan

tidak bisa akhiran aaraf.

membuka

mulut

Perawatan Bagaimana

mekanisme

kerja sistem

saraf pusat

dan perifer?

Rasa sakit Jelaskan

dan interaksi
3

kesemutan transmitter

pada pada sel saraf.

bagian

rahang

bawah

sebelah kiri

Jelaskan

reseptor

sensorik dan

sensasi

somatik.

Jelaskan

pembentukan

sel saraf.

Sebutkan

persarafan

pada bagian

mandibular.

Jelakan

bagian-bagian

saraf pusat.
4

1.3 Mekanisme

Terbentur pada Luka terbuka dan


Trauma
permukaan jalan tidak bisa membuka

mulut

Rasa sakit dan


Kontrol setelah
kesemutan pada Perawatan
perawatan dua (2)
bagian rahang
minggu
bawah sebelah

kiri
5

1.4 Learning Issues

1. Jelaskan komponen jaringan saraf!

2. Jelaskan tentang sinapsis pada persarafan!

3. Jelaskan struktur mikroskopis saraf dan saraf perifer!

4. Jelaskan lobus pada cerebrum dan medula spinalis!

5. Jelaskan mekanisme kerja sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer!

6. Jelaskan tentang interasksi transmitter!

7. Jelaskan tentang sensasi somatik!

8. Jelaskan sistem persarafan pada mandibular!

9. Jelaskan tentang streognosis!

10. Jelaskan tentang perasaan sintetik dan diskriminasi dua titik!

11. Jelaskan kelainan pada sistem saraf!

12. Jelaskan tentang akhiran saraf!


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komponen Jaringan Saraf (Jeahani Trisya 157)

Jaringan saraf merupakan jenis keempat dari jaringan dasar. Terdapat hamper

di seluruh tubuh sebagai jaringan komunikasi. Dalam melaksanakan fungsinya

jaringan saraf mampu menerima rangsang dari lingkungannya, mengubah

rangsang tersebut menjadi impuls, meneruskan impuls tersebut menuju pusat dan

akhirnya pusat akan memberikan jawaban atas rangsang tersebut. Rangkaian

kegiatan tersebut dapat terselenggara oleh karena bentuk sel saraf yang khas yaitu

mempunyai tonjolan yang panjang dan bercabang-cabang. Selain berkemampuan

utama dalam merambatkan impuls, sejenis sel saraf berkemampuan pula untuk

bersekresi seperti halnya sel kelenjar endokrin. Sel saraf mensekresikan hormon

melatonin untuk perkembangan reproduksi dan siklus fisiologis sehari-hari.

Komponen jaringan saraf terdiri atas sel saraf dan sel penyokong.

2.1.1 Sel Saraf

Sel saraf dinamakan pula sel neuron, berbeda degan sel-sel dari jaringan

dasar lainnya karena adanya tonjolan-tonjolan yang panjang dari badan selnya.

Berperan dalam menghantarkan dan memproses informasi, yaitu dengan

menjalankan fungsi sistem saraf seperti mengingat, berfikir, dan mengontrol

semua aktivitas tubuh. Bagian sel saraf secara umum terdiri atas nukleus, badan

sel, dendrit, lapisan mielin, akson, ujung-ujung saraf, neurilema, dan nodus

ranvier.

6
7

1. Bagian Sel Saraf

Gambar 2.1 Sel saraf

1) Nukleus. Terletak di dalam badan sel. Protoplasma sel saraf terdapat

granula yang disebut nissl bodies. Berfungsi sebagai pengendali sel saraf.

2) Dendrit. Bagian sel saraf yang merupakan percabangan pendek tempat

impuls saraf masuk ke dalam sel.Berfungsi sebagai serabut yang

menghantar impuls-impuls ke badan sel. Dendrit pada sel saraf sensorik

lebih panjang dibandingkan dengan sel saraf motorik.

3) Badan sel. Berfungsi sebagai tempat melekatnya akson dan dendrit.

Tempat sintesis dan integrasi impuls saraf. Sering disebut juga dengan

soma atau perikaryon.

4) Akson/neurit. Disebut juga silinder aksis. Berupa serat tunggal tempat

impuls keluar dari sel. Panjang akson mulai dari beberapa millimeter

hingga beberapa sentimeter tergantung tipe sel saraf tersebut. Berfungsi

sebagai serabut yang menghantar impuls keluar dari sel. Akson pada sel

saraf ne

5) Lapisan mielin. Myelin sheath. Merupakan lapisan lemak tipis yang

menyelubungi akson dan beberapa dendrit(pada umumnya). Berfungsi


8

sebagai isolator, sebagai pelindung serabut saraf dari tekanan dan cedera.

Selain itu, mielin juga berfungsi sebagai penyekat serabut saraf sehingga

impuls-impuls tidak ditransmisikan ke saraf yang berdekatan atau

jaringan terdekat tanpa melalui ujung serabut. Lapisan mielin pada

beberapa artikel penelitian menjelaskan bahwa memiliki fungsi sebagai

penyimpan ingatan.

6) Neurilema. Jaringan penyambung yang berada tepat diatas lapisan

myelin. Neurilema adalah lapisan terluar sel saraf.

7) Nodus ranvier. Bagian sel saraf yang tidak mengandung lapisan mielin

akibat tertekannya lapisan lemak tersebut. Akibatya, nodus ranvier sendiri

bukanlah sebuah struktur dari sel saraf. Nodus ranvier hanyalah penunjuk

atau penanda bahwa bagian tersebut terjadi pembelokan akibat tidak

adanya lapisan mielin diantaranya. Hal ini mengakibatkan hanya

neurilema saja yang membungkusnya. Berfungsi sebagai tempat

terjadinya pertukaran nutrien dan bahan-bahan sisa serta mempercepat

impuls yang ada.

8) Akson hillock. Bagian akson yang melebar.

2. Macam-Macam Sel Saraf

Sel saraf berdasarkan fungsinya terdiri atas tiga macam yaitu sel

saraf sensorik, sel saraf motorik, dan sel saraf intermediet atau

interneuron.
9

1) Sel saraf sensorik. Pada umumya terhubung dengan sel reseptor. Sel

saraf sensorik sudah tentu merupakan bagian terpenting dari 5 indera

yang dimiliki oleh manusia. Sel saraf sensorik merupakan tipe neuron

unipolar.

2) Sel saraf motorik. Pada umumnya terhubung dengan efektor seperti

otot. Sel saraf motorik merupakan bagian dari sistem saraf yang

mengakibatkan kita mampu bergerak berdasarkan perintah dari otak

ataupun bagian pengendali lainnya. Sel saraf motoric merupakan sel

saraf multipolar.

3) Sel saraf interneuron. Berfungsi sebagai penghubung antara sel saraf

motorik dan sel saraf sensorik. Sel saraf interneuron merupakan sel

saraf bipolar.

Gambar 2.2 Tipe-tipe sel saraf

2.1.2 Sel Penyokong

Sel penyokong yang biasa disebut juga dengan neuroglia merupakan

jaringan pengisi. Sering juga disebut dengan sel glia. Meliputi semua komponen
10

jaringan saraf yang tidak ikut berperan dalam merambatkan impuls saraf, tetapi

bukan jaringan pengikat oleh karena berasal dari jaringan ektoderm. Berperan

sebagai penopang structural dan nutrisional bagi neuron, isolasi elektrikal, dan

menaikkan konduksi impuls di sepanjang akson. Jaringan pengisi dibedakan

untuk sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.

1. Sel Glia pada Sistem Saraf Pusat

1) Astrocytes. Memiliki ukuran paling besar, bentuk sferis, tidak teratur,

fungsi utama nya yaitu untuk memberi sokongan struktur sel, memberi

nutrisi, membentuk barrier darah-otak.

2) Oligodendrocytes. Memiliki jumlah paling banyak. Berfungsi untuk

membentuk myelin pada sistem saraf pusat.

3) Sel ependima. Merupakan neuro epitel. Terdapat dalam ventrikel otak.

Berfungsi sebagai penghasil cairan serebrospinal dan perlindungan nutrisi

sel.

4) Mikroglia. Memiliki ukuran paling kecil. Berfungsi sebagai komponen

fagositik, yaitu melindungi sel dari pengaruh luar.


11

Gambar 2.3 Sel penyokong pada sistem saraf pusat

2. Sel Glia pada Sistem Saraf Tepi

1) Sel schwann. Terdapat disepanjang akson. Berfungsi sebagai penghasil

myelin pada sel saraf tepi, maka membantu meningkatkan konduksi

impuls saraf.

2) Sel satelit. Merupakan sel penyokong pada sel saraf tepi.

2.2 Sinapsis (Jeahani Trisya 157)

Sinapsis atau sinaps adalah titik pertemuan satu neuron dengan neuron

berikutnya. Fibril yang membentuk akson memiliki ujung yang tipis dan melebar

yang disebut end feet yang dekat dengan dendrit atau badan sel neuron lain akan

tetapi tidak bersentuhan. Fibril tersebut memungkinkan hantaran impuls saraf

pada satu arah saja.kantong pada ujung akson disebut dengan bulbus akson yang

terdapat neurotransmitter di dalamnya. Neuro transmitter berperan dalam


12

penyampaian impuls saraf pada sinapsis. Neurotransmitter mengandung

asetilkolin yang berfungsi untuk menyebrangkan impuls dan mengandung enzim

kolinestrase yang berfungsi sebagai penyetop kerja otot supaya beristirahat.

2.2.1 Komponen Sinaps

1. Membran presinaps. Letaknya berdektan dengan sel asal

impuls,mengandung penebalan padat elektron, saat stimulasi akan

mengeluarkan neurotransmitter.

2. Celah sinaptik. Celah berisi cairan. Letaknya diantara membran

presinaps dan membrane postsinaps. Merupakan media yang

menghantarkan neurotransmitter ke membrane postsinaps.

3. Membran postsinaps. Merupakan penebalan membrane plasma pada

sel target.

Gambar 2.4 Sinapsis

2.2.2 Macam-Macam Sinaps

1. Axodentric. Pertemuan akson dengan dendrit.

2. Axosomatic. Pertemuan antara akson dengan badan sel saraf.

3. Axoaxonic. Pertemuan antara akson dengan akson.


13

2.3 Saraf Perifer dan Struktur Mikroskopisnya (Ellania R. 156 & Novela R. 002)

2.3.1 Struktur Mikroskopis Saraf Perifer

Susunan saraf perifer terdiri dari neuron, sel penunjang, saraf, dan

akson yang terletak di luar susunan saraf pusat. Susunan ini mencakup saraf

kranialis dan saraf spinalis. Saraf di susunan saraf perifer mengandung

akson motorik dan sensorik. (Eroschenko, 2008)

1. Lapisan Jaringan Ikat di Susunan Saraf Perifer

Pada susunan saraf perifer, terdapat beberapa lapisan jaringan ikat.

Lapisan jaringan ikat yang paling luar adalah epineurium yang

menyatukan semua fasikulus. Suatu lapisan jaringan ikat di dalamnya

adalah perineurium membungkus beberapa fasikulus saraf. Di dalam

setiap fasikulus terdapat akson-akson dan sel Schwann. Setiap akson

yang berkaitan dengan sel Schwann dibungkus oleh endoneurium.

(Eroschenko, 2008)

Gambar 2.5 Lapisan Epineurium, Perineurium, Endoneurium


14

2. Saraf Perifer dan Pembuluh Darah

Gambar 2.6 Saraf Tepi

Pada potongan melintang di atas terlihat sejumlah fasikulus

saraf (1) dan pembuluh darah di dekatnya. Setiap fasikulus saraf

dikelilingi oleh perineurium (5) yang menyatu dengan jaringan ikat

interfasikularis (9). Dari perineurium terbentuk lapisan paling

dalam yaitu endoneurium. (Eroschenko, 2008)

Terdapat banyak inti sel Schwann (2). Sel Schwann

membentuk selubung mielin pada susunan saraf perifer.

(Eroschenko, 2008)

3. Selubung Mielin dan Nodus Ranvier

Gambar 2.7 Serat Saraf Bermielin


15

Pada gambar di atas, selubung mielin (1) tampak sebagai pita

hitam tebal yang membungkus akson (2) di bagian tengah yang

lebih terang. Pada interval beberapa milimeter, selubung mielin

tampak terputus di antara sel-sel Schwann yang berdekatan. Bagian

yang terputus ini disebut nodus Ranvier (4). Fungsi nodus Ranvier

adalah sebagai loncatan untuk mempercepat impuls saraf.

(Eroschenko, 2008)

2.3.2 Saraf Perifer

Sistem saraf tepi merupakan sistem saraf yang menghubungkan semua

bagian tubuh dengan sistem saraf pusat. Sistem ini terdiri dari jaringan saraf yang

berada di bagian luar otak dan medulla spinalis (sumsum tulang belakang) seperti

daerah kulit, dan indra lainnya. Sistem ini juga mencakup saraf kranial yang

berasal dari otak, saraf spinal yang berasal dari medulla spinalis, ganglia, reseptor

sensorik yang berhubungan, dan sistem saraf otonom yang mempunyai dua divisi

utama: sistem saraf simpatis (torakolumbar) dan sistem saraf parasimpatis

(kraniosakral) (Sloane, 2003).

Susunan saraf tepi terdiri dari neuron, sel penunjang, saraf (sensorik dan

motorik) dan akson yang terletak di luar susunan saraf pusat. Saraf (sensorik &

motorik) atau reseptor terletak pada organ, bertugas mendeteksi perubahan

lingkungan luar atau dalam tubuh, serta mengkomunikasikannya pada sistem saraf

pusat melalui saraf sensorik aferen. (Atlas histologi difiore, 2008)


16

Mekanisme sistem saraf berdasarkan jenisnya. Berikut merupakan jenis-

jenis dari saraf tepi yang terbagi menjadi dua yaitu sistem sistem saraf tepi terdiri

dari sistem saraf sadar (somatic) dan sistem saraf tak sada (otonom).

1. Sistem Saraf Sadar (Somatik)

Sistem saraf sadar disusun oleh serabut saraf otak (saraf

kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak dan serabut saraf sumsum

tulang belakang (saraf spinal), yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum

tulang belakang (Sloane, 2003). Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala

dan leher, kecuali nervus vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah

toraks dan rongga perut. Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh

karena daerah jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut saraf

pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak yang paling penting. (Sloane,

2003)

1) Saraf Kranial

Mekanisme saraf tepi terlihat dari 12 pasang saraf kranial yang terdiri

dari :

(1) Saraf Kranial I (Olfactorius)

Saraf Kranial I (olfactorius) merupakan saraf sensorik. Berfungsi untuk

penciuman, sensori menerima rangsang dari hidung, dan menghantarkannya

ke otak untuk diproses sebagai sensasi bau II. Mekanisme:sistem olfaktorius

dimulai dengan sisi yang menerima rangsangan olfaktorius. Saraf ini

merupakan saraf sensorik murni yang serabut-serabutnya berasal dari


17

membran mukosa hidung dan menembus area kribriformis dari tulang

etmoidal untuk bersinaps di bulbus olfaktorius, dan dari sinilah traktus

olfaktorius berjalan dibawah lobus frontal dan berakhir di lobus temporal

bagian medial sisi yang sama.

(2) Saraf Kranial II (Opticus)

Saraf Kranial II (Opticus) adalah saraf sensorik. Berfungsi untuk

penglihatan, input refleks focusing, dan konstriksi pupil di limbic, sensori

menerima rangsang dari mata, serta menghantarkannya ke otak untuk

diproses sebagai persepsi visual III. Mereka saraf optikus merupakan saraf

sensorik murni yang dimulai di retina. Serabut-serabut saraf ini, ini melewati

foramen optikum di dekat arteri optalmika dan bergabung dengan saraf dari

sisi lainnya pada dasar otak untuk membentuk kiasma optikum, Serabut-

serabut dari lapangan visual temporal (separuh bagian nasal retina)

menyilang kiasma, sedangkan yang berasal dari lapangan visual nasal tidak

menyilang. Serabut-serabut untuk indeks cahaya yang berasal dari kiasma

optikum berakhir di kolikulus superior, dimana terjadi hubungan dengan

kedua nuklei saraf okulomotorius. Sisa serabut yang meninggalkan kiasma

berhubungan dengan penglihatan dan berjalan di dalam traktus optikus

menuju korpus genikulatum lateralis. Dari sini serabut-serabut yang berasal

dari radiasio optika melewati bagian posterior kapsula interna dan berakhir

di korteks visual lobus oksipital.Dalam perjalanannya serabut-serabut

tersebut memisahkan diri sehingga serabut-serabut untuk kuadran bawah

melalui lobus parietal sedangkan untuk kuadaran atas melalui lobus


18

temporal. Akibat dari dekusasio serabut-serabut tersebut pada kiasma

optikum serabut-serabut yang berasal dari lapangan penglihatan kiri berakhir

di lobus oksipital kanan dan sebaliknya.

(3) Saraf Kranial III (Okulomotorius)

Saraf Kranial III (Okulomotorius) adalah saraf motoric Berfungsi

pergerakan bola mata elevasi alis, konstriksi pupil, dan memfokuskan lensa.

Saraf ini mengontrol sebagian besar gerakan mata, konstriksi pupil, dan

mempertahankan terbukanya kelopak mata (saraf kranial IV dan VI juga

membantu pengontrolan gerakan mata).

(4) Saraf Kranial IV (Trochearis)

SK IV (Trochlearis) adalah saraf motoric Berfungsi sebagai

pergerakan bola mata ke bawah. merupakan satu-satunya saraf kranial untuk

keluar dari bagian punggung otak. Saraf troklearis mensarafi otot obliks

superior dan menghasilkan gerakan mata depresi, rotasi internal dan sedikit

abduksi.

(5) Saraf Kranial V (Trigeminus)

Saraf Kranial V (Trigeminus) adalah saraf motorik dan saraf

sensorik. Merupakan saraf yang bertanggung jawab untuk sensasi di wajah

dan motor berfungsi seperti menggigit dan mengunyah. Yang terbesar dari

saraf kranial, namanya ("trigeminal" = tri-, atau tiga dan -geminus, atau

kembar; tiga kali kembar) berasal dari fakta bahwa setiap saraf trigeminal

(satu di setiap sisi dari pons) memiliki tiga besar cabang yang Terbagi atas

saraf optalmik adalah saraf sensorik. Berfungsi input dari kornea, rongga
19

hidung bagian atas, kulit kepala bagian frontal, dahi, bagian atas alis,

konjungtiva kelenjar air mata. Saraf maksilaris adalah saraf sensorik.

Berfungsi: input dari dagu, bibir atas, gigi atas, mukosa rongga hidung,

palatum, faring. Saraf mandibularis adalah saraf motorik dan sensorik.

Berfungsi:sensorik untuk input dari lidah (bukan pengecapan), gigi bawah,

kulit di bawah dagu; motorik untuk mengunyah.

(6) Saraf Kranial VI (Abdusen)

Saraf Kranial VI (Abdusen) adalah saraf motorik. Berfungsi :

pergerakan mata ke lateral. Somatik eferen saraf yang, pada manusia,

mengontrol pergerakan otot tunggal, otot rektus lateralis mata. abducens

saraf meninggalkan batang otak di persimpangan dari pons dan medula,

medial ke saraf wajah. Untuk mencapai mata, berjalan ke atas (superior) dan

kemudian membungkuk ke depan (anterior).

7) Saraf Kranial VII (Fasialis)

Saraf Kranial VII (Fasialis) adalah saraf motorik dan sensorik.

Berfungsi: sensorik untuk menerima rangsang dari bagian anterior lidah

untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa; motoric untuk mengendalikan

otot wajah untuk menciptakan ekspresi wajah.

Mekanisme saraf fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik.

Fungsi motorik berasal dari nukleus motorik yang terletak pada bagian

ventrolateral dari tegmentum pontin bawah dekat medulla oblongata. Fungsi

sensorik berasal dari nukleus sensorik yang muncul bersama nukleus


20

motorik dan saraf vestibulokoklearis yang berjalan ke lateral ke dalam

kanalis akustikus interna.Serabut motorik saraf fasialis mempersarafi otot-

otot ekspresi wajah yang terdiri dari otot orbikularis okuli, otot buksinator,

otot oksipital, otot frontal, otot stapedius, otot stilohioideus, otot digastriktus

posterior, dan otot platisma. Serabut sensorik menghantar persepsi

pengecapan bagian anterior lidah.

(7) Saraf Kranial VIII(Vestibulocochlearis)

Saraf Kranial VIII(Vestibulocochlearis) adalah saraf sensorik.

Berfungsi vestibular untuk keseimbangan, sedangkan cochlearis untuk

pendengaran. Mekanism saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen,

yaitu serabut-serabut sensorik (aferen) yang mengurusi pendengaran dan

vestibuler yang mengandung serabut-serabut sensorik (aferen) yang

mengurusi keseimbangan. Serabut-serabut untuk pendengaran berasal dari

organ corti dan berjalan menuju inti koklea di pons, dari sini terdapat

transmisi bilateral ke korpus genikulatum medial, dan kemudian menuju

girus superior lobus temporalis. Serabut-serabut untuk keseimbangan mulai

dari utrikulus dan kanalis semisirkularis dan bergabung dengan serabut-

serabut auditorik di dalam kanalis fasialis. Serabut-serabut ini kemudian

memasuki pons, serabut vestibutor berjalan menyebar melewati batang dan

serebelum.

(8) Saraf Kranial IX(Glossofaringeus)

Saraf Kranial IX(Glossofaringeus) adalah saraf motorik dan

sensorik. Berfungsi motorik untuk membantu menelan; sensorikuntuk


21

menerima rangsang dari bagian posterior lidah untuk diproses di otak

sebagai sensasi rasa. Mekanisme saraf glosofaringeus menerima gabungan

dari saraf vagus dan asesorius pada waktu meninggalkan kranium melalui

foramen tersebut, saraf glosofaringeus mempunyai dua ganglion, yaitu

ganglion intrakranialis superior dan ekstrakranialis inferior. Setelah

melewati foramen, saraf berlanjut antara arteri karotis interna dan vena

jugularis interna ke otot stilofaringeus. Di antara otot ini dan otot stiloglosal,

saraf berlanjut ke basis lidah dan mempersarafi mukosa faring, tonsil dan

sepertiga posterior lidah.

(9) Saraf Kranial X (Vagus)

Saraf Kranial X (vagus) adalah saraf motorik dan sensorik.

Berfungsi sensori untuk menerima rangsang dari organ dalam; motorik

untuk mengendalikan organ-organ dalam XI.

Mekanisme nervus vagus meninggalkan anterolateral bagian atas

medula oblongata sebagai rangkaian dalam jalur oliva dan pedunculus

serebelaris inferior. Serabut saraf meninggalkan tengkorak melalui foramen

jugulare. Nervus vagus memiliki dua ganglia sensorik, yaitu ganglia

superior dan ganglio inferior. Nervus vagus kanan dan kiri akan masuk

rongaa toraks dan berjalan di posterior radix paru kanan untuk ikut

membentuk plexus pulmonalis. Selanjutnya, nervus fagus berjalan ke

permukaan posterior esofagus dan ikut membentuk plexus esogafus. Nervus

fagus kanan kemudian akan didistrubusikan ke permukaan posterior gaster


22

melalui cabang celiaca yang besar ke duodenum, hepar, ginjal, dan usus

halus serta usus besar sampai sepertiga kolon transversum.

(10) Saraf Kranial XI(Aksesorius)

Saraf Kranial XI(Aksesorius) adalah saraf motorik. Berfungsi

motorik untuk mengendalikan pergerakan kepal. Saraf ini dilengkapi saraf

asesoris, yaitu saraf motorik yang mempersarafi otot sternokleidomastoideus

dan bagian atas otot trapezius. Otot sternokleidomastoideus yang berfungsi

memutar kepala ke samping dan otot trapezius memutar skapula bila lengan

diangkat ke atas.

Mekanisme nervus asesoris merupakan saraf motorik yang dibentuk oleh

gabungan radix cranialis dan radix spinalis. Radix spinalis berasal dari C1-

C5 dan masuk ke dalam tengkorak melalui foramen magnum, bersatu

dengan saraf kranial membentuk nervus asesoris. Nervus asesoris ini

kemudian keluar dari tengkorak melalui foramen jugulare dan kembali

terpisah, saraf spinalnya akan menuju otot sternocleidomastoid dan trapezius

di leher yang berfungsi untuk menggerakkan leher dan kepala, sedangkan

saraf kranialnya akan bersatu dengan vagus melakukan fungsi motorik

brakial di faring, laring, dan palate.

12) Saraf Kranial XII(Hipoglosus)

Saraf Kranial XII(Hipoglosus) adalah saraf motorik. Berfungsi

pergerakan lidah saat bicara dan mengunyah. Mekanismenya saraf motoric

menggerakan rangsang yang diterima ke otak kemudian berproses


23

mengendalikan pergerakan lidah saat berbicara dan juga berfungsi

menyalurkan serat saraf dari C1 yang berfungsi mensarafi otot-otot tali.

Gambar 2.8 Dua belas saraf kranial

Tabel 2.1 Inti fungsi-fungsi saraf kranial

Nomo Nama Jenis Fungsi

I Olfaktorius Sensorik Menerima rangsang

dari hidung dan

menghantarkannya

ke otak untuk
24

diproses sebagai

sensasi bau

II Optikus Sensorik Menerima rangsang

dari mata dan

menghantarkannya ke

otak untuk diproses

sebagai persepsi

visual

III Okulomotor Motorik Menginervasi

sebagian besar otot

mata ekstraokular

dan memberikan

persarafan

parasimpatis ke

otot-otot mata

intrinsik

IV Troklearis Motorik Menginervasi satu

otot mata

ekstraokular: the

superior oblique

V Trigeminus Gabungan Memberikan

persarafan sensorik

ke bagian utama
25

kepala,

menggunakan

lemniskus

trigeminothalamic

untuk membawa

impuls sensorik

kepada kesadaran,

dan menginervasi

otot-otot

pharyngeal arch

pertama.

VI Abdusen Motorik Menginervasi satu

otot mata

ekstraokular: the

lateral rectus

VII Fasialis Gabungan Sensorik:

Menerima rangsang

dari bagian anterior

lidah untuk

diproses di otak

sebagai sensasi

rasa.

Motorik:
26

Mengendalikan

otot wajah untuk

menciptakan

ekspresi wajah.

VIII Vestibulokoklearis Sensorik Sensori sistem

vestibular:

Mengendalikan

keseimbangan

Sensori

koklea: Menerima

rangsang untuk

diproses di otak

sebagai suara

IX Glosofaringeal Gabungan Sensori: Menerima

rangsang dari

bagian posterior

lidah untuk

diproses di otak

sebagai sensasi rasa

Motorik:

Mengendalikan

organ-organ dalam

X Vagus Gabungan Sensori: Menerima


27

rangsang dari organ

dalam

Motorik:

Mengendalikan

organ-organ dalam

XI Aksesorius Motorik Mengendalikan

pergerakan kepala

XII Hipoglossus Motorik Mengendalikan

pergerakan lidah
28

2) Saraf Spinal

Gambar 2.9 Saraf Spinalis

Saraf-saraf spinal manusia dewasa berukuran panjang sekitar 45

cm dan lebar 14 mm. Medula spinalis terdiri atas 31 segmen jaringan

saraf dan masing-masing memiliki sepasang saraf spinal yang keluar

dari kanalis vertebralis melalui foramina intervertebrales. Saraf-saraf

spinal diberi nama sesuai dengan foramen intervertebratis tempat

keluarnya saraf-saraf tersebut kecuali saraf servikal pertama yang keluar


29

di antara tulang oksipital dan vertebra servikal pertama. Dengan

demikian ada 8 pasang saraf servikal, 12 pasang saraf torakalis, 5 pasang

saraf lumbalis, 5 pasang saraf sakralis, dan 1 pasang saraf koksigeal.

(Mutaqin, 2009)

Adapun ke 31 saraf spinalis, yaitu:

(1) Nervus hipoglossus : Nervus yang mempersarafi lidah dan

sekitarnya.

(2) Nervus occipitalis minor : Nervus yang mempersarafi bagian otak

belakang dalam trungkusnya.

(3) Nervus thoracicus : Nervus yang mempersarafi otot serratus anterior.

(4) Nervus radialis: Nervus yang mempersyarafi otot lengan bawah

bagian posterior,mempersarafi otot triceps brachii, otot anconeus,

otot brachioradialis dan otot ekstensor lengan bawah dan

mempersarafi kulit bagian posterior lengan atas dan lengan bawah.

Merupakan saraf terbesar dari plexus.

(5) Nervus thoracicus longus: Nervus yang mempersarafi otot

subclavius, Nervus thoracicus longus. berasal dari ramus C5, C6, dan

C7, mempersarafi otot serratus anterior.

(6) Nervus thoracodorsalis: Nervus yang mempersarafi otot deltoideus

dan otot trapezius, otot latissimus dorsi.

(7) Nervus axillaris: Nervus ini bersandar pada collum chirurgicum

humeri.
30

(8) Nervus subciavius: Nervus subclavius berasal dari ramus C5 dan C6,

mempersarafi otot subclavius..

(9) Nervus supcapulari: Nervus ini bersal dari ramus C5, mempersarafi

otot rhomboideus major dan minor serta otot levator scapulae,

(10) Nervus supracaplaris: Berasal dari trunkus superior, mempersarafi

otot supraspinatus dan infraspinatus.

(11) Nervusphrenicus: Nervus phrenicus mempersyarafi diafragma.

(12) Nervus intercostalis

(13) Nervus intercostobrachialis: Mempersyarafi kelenjar getah bening.

(14) Nervus cutaneus brachii medialis: Nervus ini mempersarafi kulit

sisi medial lengan atas.

(15) Nervus cutaneus antebrachii medialis: Mempersarafi kulit sisi

medial lengan bawah.

(16) Nervus ulnaris: Mempersarafi satu setengah otot fleksor lengan

bawah dan otot-otot kecil tangan, dan kulit tangan di sebelah medial.

(17) Nervus medianus: Memberikan cabang C5, C6, C7 untuk nervus

medianus.

(18) Nervus musculocutaneus: Berasal dari C5 dan C6, mempersarafi

otot coracobrachialis, otot brachialis, dan otot biceps brachii.

Selanjutnya cabang ini akan menjadi nervus cutaneus lateralis dari

lengan atas.

(19) Nervusdorsalis scapulae: Nervus dorsalis scapulae bersal dari

ramus C5, mempersarafi otot rhomboideus.


31

(20) Nervus transverses colli

(21) Nervus nuricularis: Nervus auricularis posterior berjalan

berdekatan menuju foramen, Letakanatomisnya: sebelah atas dengan

lamina terminalis,

(22) Nervus Subcostalis: Mempersarafi sistem kerja ginjal dan letaknya.

(23) Nervus Iliochypogastricus: Nervus iliohypogastricusberpusat pada

medulla spinalis.

(24) Nervus Iliongnalis: Nervus yang mempersyarafi system genetal,

atau kelamin manusia.

(25) Nervus Genitofemularis: Nervus genitofemoralis berpusat pada

medulla spinalis L1-2, berjalan ke caudal, menembus m. Psoas major

setinggi vertebra lumbalis ¾.

(26) Nervus Cutaneus Femoris Lateralis: Mempersyarafi tungkai atas,

bagian lateral tungkai bawah, serta bagian lateral kaki.

(27) Nervus Femoralis: Nervus yang mempersyarafi daerah paha dan

otot paha.

(28) Nervus Gluteus Superior: Nervus gluteus superior (L4, 5, dan

paha, walaupun sering dijumpai percabangan dengan letak yang

lebih tinggi.

(29) Nervus Ischiadicus: Nervus yang mempersyarafi pangkal paha

(30) Nervus Cutaneus Femoris Inferior: Nervus yang mempersyarafi

bagian (s2 dan s3) pada bagian lengan bawah.


32

(31) Nervus Pudendus: Letak nervus pudendus berdekatan dengan

ujung spina ischiadica. Nervus pudendus, Nervus pudendus

menyarafi otot levator ani, dan otot perineum(ke kiri / kanan ),

sedangkan letak kepalanya dibuat sedikit lebih rendah.

2. Sistem Saraf Otonom

Gambar 2.11 Saraf otonom

Sistem saraf otonom mengatur kerja jaringan dan organ tubuh yang tidak

disadari atau yang tidak dipengaruhi oleh kehendak kita. Jaringan dan organ

tubuh diatur oleh sistem saraf otonom adalah pembuluh darah dan jantung.

Sistem saraf tak sadar memiliki peran yang sangat baik di dalam tubuh

contohnya menggerakkan usus, otot polos, mengembang kempiskan pupil,

dan mengerutkan pembuluh darah, mengeluarkan keringat, anda pasti akan

sangat kecapaian bila harus mengontrolnya satu persatu. Sistem saraf otonom

terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. (Wilson,

2005)

Saraf otonom terdiri dari 2 macam yaitu :

1) Saraf simpatik
33

Saraf simpatik adalah Sistem saraf tak sadar yang menyebabkan

gerakan tidak disadari atau gerak refleks. Gerak refleks merupakan suatu

reaksi yang bersifat otomatis atau tanpa disadari. Impuls saraf pada gerak

refleks melalui alur impuls pendek. Alur impuls dimulai dari reseptor

sebagai penerima rangsangan, kemudian dibawa oleh neuron ke sumsum

tulang belakang, tanpa diolah oleh pusat saraf. Kemudian tanggapan

dikirim oleh saraf motorik menuju ke efektor. Alur impuls pada gerak

refleks disebut lengkung refleks. Sistem saraf simpatik disebut juga sistem

saraf torakolumbar, karena saraf preganglion keluar dari tulang belakang

toraks ke-1 sampai dengan ke-12. Sistem saraf ini berupa 25 pasang

ganglion atau simpul saraf yang terdapat di sumsum tulang belakang yang

mempunyai aktivitas perangsangan. Fungsi dari sistem saraf simpatik

adalah untuk mempercepat denyut jantung, memperlebar pembuluh darah,

memperlebar bronkus, mempertinggi tekanan darah, memperlambat gerak

peristaltis, memperlebar pupil, menghambat sekresi empedu, menurunkan

sekresi ludah, dan meningkatkan sekresi adrenalin. (Wilson, 2005)

2) Saraf parasimpatik

Saraf parasimpatik adalah saraf yang pangkalnya terletak di

sumsum lanjutan (medula oblongata) . Sistem saraf parasimpatik disebut

juga dengan sistem saraf kraniosakral, karena saraf preganglion keluar dari
34

daerah otak dan daerah sakral. Susunan saraf parasimpatik berupa jaring-

jaring yang berhubung-hubungan dengan ganglion yang tersebar di

seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh yang dikuasai oleh

susunan saraf simpatik. Sistem saraf parasimpatik berkaitan dengan

pertahanan tubuh dan perbaikan sumber-sumber tubuhdan memiliki fungsi

yang berkebalikan dengan fungsi sistem saraf simpatik. Misalnya pada

sistem saraf simpatik berfungsi mempercepat denyut jantung, sedangkan

pada sistem saraf parasimpatik akan memperlambat denyut jantung atau

memperlambat kerja dari organ – organ tubuh kita yang penting (Wilson,

2005). Ada dua macam gerak refleks yaitu :

(1) Refleks otak, adalah gerak refleks yang melibatkan saraf perantara yang

terletak di otak, misalnya berkedipnya mata, refleks pupil mata karena

rangsangan cahaya.

(2) Refleks sumsum tulang belakang, adalah gerak refleks yang melibatkan

saraf perantara yang terletak di sumsum tulang belakang, misalnya

sentakan lutut karena kaki menginjak batu yang runcing.


35

Gambar 2.12 Sistem Saraf Spinal

Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan

(antagonis). Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus

vagus" bersama cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak

lain dan saraf sumsum sambung.

Tabel 2.2 Fungsi saraf otonom

Parasimpatik Simpatik

Memperlambat denyut jantung Mempercepat denyut jantung

Mengecilkan pupil Memperbesar pupil

Menstimulasi aliran ludah Menghambat air ludah

Membesarkan bronkus Mengecilkan bronkus

Menstimulasi sekresi kelenjar Menghambat sekresi kelenjar Pencernaan

Pencernaan
36

Mengerutkan kantung kemih Menghambat kontraksi kandung kemih

2.4 Lobus pada Serebrum dan Medula Spinalis (Nina Kusuma 155)

Serebrum merupakan struktur sistem saraf terbesar dan paling

rumit.Bagian otak ini terdiri dari sepasang hemisfer yang tersusun oleh tiga hal:

(1) Korteks serebrum (massa kelabu/susbstansia grisera), (2) Massa putih

(substansia alba),dan ganglia basal.Korteks terdiri dari sel saraf,sementara massa

putih berisi serabut-serabut saraf (akson).Kedua hemisfrer serebri serebri

dihubungkan oleh korpus kalosum yang berfungsi untuk menyampaikan impuls

di antara keduanya.
37

Gambar 2.13 Bagian-bagain pada otak.Sumber : netter’s head and neck

anatomy for dentistry,2nd edition

2.4.1 Lobus Frontalis

Lobus ini terletak di fosa anterior.Lobus ini terlibat dalam dua fungsi

serebral utama yaitu : (1) kontrol gerakan volunter termasuk fungsi bicara dan (2)

kontrol berbagai ekspresi emosi.Fungsi ativitas motorik diekspresikan melalui

korteks somato-motorik primer,korteks premotor dan suplemen,frontal eye

field,dan pusat bicara Broca.Kontrol ekspresif dari emosi dan moral dilaksanakan

oleh korteks prefrontal.

2.4.2 Lobus Parietal

Lobus pareital dikaitkan utuk evaluasi sensorik umum dan rasa

kecap,dimana selanjutnya akan diintegrasikan dan diproses untuk menimbulkan

kesiagaan tubuh terhadap lingkungan eksternal.Lobus parietal mempunyai dua

sulkus utama yaitu sulkus pascasentral dan sulkys intra-parietal.Sulkus tersebut


38

membagi lobus ini menjadi : girus pascasentral yang merupakan sulkus integrasi

seluruh sensai,lobus parietalis superior dan inferior,dan girus

supramarginalis.Area pusat rasa kecap (area gustatorius atau area 43) terletak di

bagian dalam basis girus pascasentralis.

2.4.3 Lobus temporalis

Lobus temporalis merupakan lobus yang letaknya paling dekat dengan

telinga dan mempunyai peran fungsional yang berkaitan dengan

pendengaran,keseimbangan,dan sebagian dari emosi-memori.Lobus temporalis

mumpunyai dual sulkus yaitu sulkus temporalis superior dan inferior yang

membaginya atas tiga girus : girus temporalis superior,medius,dan inferior.Di

permukaan atas lobus ini ada satu girus lainnya yaitu girus transversum lobus

temporalis (Hesch/area broadmann 41,42) yang merupakan lokasi radiasio

akustikus (Korteks auditorius primer atau pusat pendengaran).Pengertiaan kata-

kata suatu pembicaraan melibatkan peranan girus angularis (area broadmann 39)

2.4.4 Lobus Oksipitalis

Lobus oksipitalis berperan sangat penting sehubungan dengan fungsinya

sebagai korteks visual.Lobus ini terdiri dari beberapa area yang mengatur

pengelihatan dan juga sebagai pusat asosiasinya.Korteks visual primer adalah

area striata (area broadmann 17) yang terletak di sekitar sulkus kkalkarinus.Pusat

asosiasi pengelihatan terletak di daerah sekitar sulkus kalkarina yaitu area 18 dan
39

19.

Gambar 2.14 Area-area fungsional menurut broadmann dan van

economo.Sumber : ilmu bedah saraf

2.4.5 Medula spinalis/sum-sum tulang belakang

Medula spinalis atau sum-sum tulang belakang bermula pada medula

oblongata,menjulu ke arah kaudal melalui foramen magnum dan berakhir di

antara vetebrata lumbalis pertama dan kedua.Di sini medula spinalis meruncing

sebagai konus medularis,kemudian sebuah sambungan tipis dari pia mater yang

disebut filum terminale,yang menembus kantong dura mater,bergerak menuju

koksigis.Sum-sum tulang belakang yang berukuran panjang sekitar 45 cm

ini,pada bagian depannya dibelah oleh sebuah fisura anterior yang

dalam,sementara bagian belakang dibelah oleh sebuah fisura sempit.Pada

sumsum tulang belakang terdapat dua penebalan yaitu penebalan servikal dan

penebalan lumbal.Dari penebalan ini,plexus-plexus saraf bergerak guna melayani


40

anggota badan atas dan bawah; dan plexus dari daerah torax membentuk saraf-

saraf interkostalis.

Fungsi sumsum tulang belakang adalah (a) mengadakan komunikasi

antara otak dan semua bagian tubuh dan (b) gerak refleks.

Untuk terjadinya gerak refleks,maka dbutuhkan struktur-struktur sebagai

berikut:

Organ sensorik yang menerima impuls,misalnya kulit.

Serabut saraf sensorik yang mengantarkan impuls-impuls tersebut menuju

sel-sel dalam ganlion radix posterior,dan selanjutnya serabut sel-sel itu sksn

meneruskan impuls-impuls itu menuju substansi kelabu pada kornu posterior

medula spinalis.

Sumsum tulang belakang tempat serabut-serabut saraf penghubung

menghantarkan impuls-impuls menuju kornu anterior medula spinalis.

Sel saraf motorik dalam kornu anterior medula spinalis yang menerima

dan mengalihkan impuls tersebut melalui serabut saraf motorik.


41

Gambar 2.15 Sumsum tulang belakang. Sumber : netter’s head and neck

anatomy for dentistry 2nd edition.

2.5 Mekanisme Kerja Sistem Saraf Pusat dan Perifer (Gina Aulia 151)

2.5.1 Mekanisme Kerja Sistem Saraf Pusat

Neuroglia ( berasal dari nerve glue ) mengandung berbagai macam sel

yang secara keseluruhan menyokong, melindungi dan sumber nutrisi sel

saraf (Neuron) pada otak dan Medulla spinalis; sedangkan sel Schwann

merupakan pelindung dan penyokong neuron – neuron di luar system saraf

pusat. Ada empat sel Neuroglia yang berhasil diidentifikasi yaitu :

Oligodendroglia, Ependima, Astroglia dan Microglia. Masing – masing

mempunyai fungsi yang khusus. Oligodendroglia merupakan sel glia yang

bertanggungjawab menghasilkan myelin dalam susunan saraf pusat. Sel ini


42

mempunyai lapisan dengan substansi lemak mengelilingi penonjolan atau

sepanjang sel saraf sehingga terbentuk selubung mielin. Mielin pada susunan

saraf tepi dibentuk oleh sel Schwann. Mielin merupakan suatu kompleks

protein lemak bewarna putih yang mengisolasi tonjolan saraf. Mielin

menghalangi aliran ion Natrium dan Kalium melintasi membran neuronal

dengan hampir sempurna. Selubung myelin tidak kontinu di sepanjang

tonjolan saraf, dan terdapat celah – celah yang tidak memiliki myelin,

dinamakan nodus Ranvier. Serabut saraf yang mempunyai selubung myelin

dinamakan serabut bermielin, dan dalam SSP dinamakan massa putih

(Substansia Alba). Serabut – serabut yang tak bermielin dinamakan serabut

tak bermielin dan terdapat dalam massa kelabu (Substansia Grisea) SSP.

Transmisi impuls saraf di sepanjang serabut bermielin lebih cepat dari

transmisi di sepanjang serabut tak bermielin, karena impuls berjalan dengan

cara “ meloncat “ dari nodus ke nodus yang lain di sepanjang selubung

myelin. Cara transmisi seperti ini dinamakan konduksi saltatorik. Ependima

berperanan dalam produksi Cerebro Spinal Fluid. Ependima adalah

neuroglia yang membatasi system ventrikel SSP. Sel - sel inilah yang

merupakan epithel dari Plexus Coroideus ventrikel otak. Microglia mempunyai

sifat - sifat phagocyte yang menyingkirkan debris – debris yang dapat berasal

dari sel – sel otak yang mati, bakteri dan lain – lain. Sel jenis ini ditemukan di

seluruh SSP dan dianggap berperanan penting dalam proses melawan infeksi.

Astrocytes atau Astroglia berfungsi sebagai “ sel pemberi makan “ bagi

neuron yang halus. Badan sel Astroglia berbentuk bintang dengan banyak
43

tonjolan dan kebanyakan berakhir pada pembuluh darah sebagai kaki

perivaskular atau “foot processes “ .Bagian ini juga membentuk dinding

perintang antara aliran kapiler darah dengan neuron, sekaligus mengadakan

pertukaran zat diantara keduanya. Dengan kata lain membantu neuron

mempertahankan potensial bioelektris yang sesuai untuk konduksi impuls

dan transmisi sinaptik. Dengan cara ini pula sel – sel saraf terlindungi dari

substansi yang berbahaya yang mungkin saja terlarut dalam darah. Tetapi

fungsinya sebagai sawar darah otak tersebut masih memerlukan pemastian

lebih lanjut, karena diduga celah endothel kapiler darahlah yang lebih berperan

sebagai sawar darah otak. Walaupun Neuroglia secara struktur menyerupai

neuron, tetapi tidak dapat menghantarkan impuls saraf, suatu fungsi yang

merupakan bagian yang paling berkembang pada neuron. Perbedaan lain

yang penting adalah neuroglia tidak pernah kehilangan kemampuan untuk

membelah dimana tidak dipunyai oleh neuron. Karena alasan inilah

kebanyakan tumor – tumor otak adalah Gliomas atau tumor yang berasal dari sel

– sel glia. Neuron adalah suatu sel saraf dan merupakan unit anatomis dan

fungsional system saraf. Setiap neuron mempunyai badan sel yang

mempunyai satu atau beberapa tonjolan. Dendrit berfungsi menghantarkan

informasi menuju badan sel. Tonjolan tunggal dan panjang yang

menghantarkan informasi keluar dari badan sel disebut Axon. Dendrit dan

akson secara kolektif sering disebut sebagai serabut saraf atau tonjolan saraf.

Kemampuan untuk menerima, menyampaikan dan meneruskan pesan – pesan

neural disebabkan oleh karena sifat khusus membran sel neuron yang mudah
44

dirangsang dan dapat menghantarkan pesan elektrokimia. Neurotransmtter

merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan dalam

gelembung sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini dilepaskan dari ujung

akson terminal dan juga direabsorbsi untuk daur ulang.

Neurotransmiter merupakan cara komunikasi amntar neuron. Setiap

neuron melepaskan satu transmitter. Zat – zat kimia ini menyebabkan

perubahan permeabilitas sel neuron, sehingga neuron menjadi lebih

kurang dapat menyalurkan impuls. Diketahui atau diduga terdapat sekitar

tigapuluh macam neurotransmitter, diantaranya adalah Norephinephrin,

Acetylcholin, Dopamin, Serotonin, Asam Gama-Aminobutirat (GABA) dan

Glisin. Tempat –tempat dimana neuron mengadakan kontak dengan dengan

neuron lain atau dengan organ –organ efektor disebut sinaps. Sinaps

merupakan satu – satunya tempat dimana suatu impuls dapat lewat dari

suatu neuron ke neuron lainnya atau efektor. Ruang antara satu neuron dan

neuron berikutnya ( atau organ efektor ) dikenal dengan nama celah sinaptik

(synaptic cleft). Neuron yang menghantarkan impuls saraf menuju ke

sinaps disebut neuron prasinaptik. Neuron yang membawa impuls dari sinaps

disebut neuron postsinaptik.

Komponen listrik dari transmisi saraf menangani transmisi impuls

di sepanjang neuron. Permeabilitas membran sel neuron terhadap ion natrium

dan kalium bervariasi dan dipengaruhi oleh perobahan kimia serta listrik dalam

neuron tersebut ( terutama neurotransmitter dan stimulus organ receptor ). Dalam

keadaan istirahat , permeabillitas membran sel menciptakan kadar kalium


45

intrasel yang tinggi dan kadar natrium intra sel yang rendah, bahkan pada pada

kadar natrium extrasel yang tinggi. Impuls listrik timbul oleh pemisahan

muatan akibat perbedaan kadar ion intrasel dan extrasel yang dibatasi membran

sel. Secara skematis perjalanan impuls saraf dapat dilihat pada bagan berikut ini :

1. Na+ K+ 

+++++++++++++++++++++++++++

K+  Na+ 

---------------

+++++++++++++++++++++++++++

Keadaan listrik pada membran istirahat (polarized). Extrasel lebih

banyak ion natrium, sebaliknya intrasel lebih banyak ion kalium. Membran

dalam keadaan relatif impermeable terhadap kedua ion.

2. Stimulus

- - - - - +++++++++++++++++++++++

+++- - - - - - - - - - - -

+++- - - - - - - - - - - - Na+

- - - - - +++++++++++++++++++++++

Depolarisasasi

Potensial membran istirahat berubah dengan adanya stimulus. Ion

Natrium masuk ke intrasel secara cepat. Pembentukan potensial aksi pada tempat

perangsangan.
46

1. - - - - - - - +++++++++++++

++++++++- - - - - - - - -

++++++++- - - - - - - - -

- - - - - - +++++++++++

Jika stimulus cukup kuat, potensial aksi akan dialirkan secara cepat ke

sepanjang membran sel

2. +++++- - - - - - - - - - - - - -

- - - - -+++++++++++

K+

- - - - -+++++++++++

++++- - - - - - - - - - - -

Repolarisasi

Potensial istirahat kembali terjadi. Ion kalium keluar dari dalam

sel dan permeabilitas membran berubah kembali. Terjadi pemulihan keadaan

negatif di dalam sel dan positif diluar sel. Potensial aksi yang terjadi atau

impuls pada saat terjadi depolarisasi dialirkan ke ujung saraf dan mencapai

ujung akson ( akson terminal ). Saat potensial aksi mencapai akson terminal

akan dikeluarkanlah neurotransmitter, yang melintasi synaps dan dapat saja

merangsang saraf berikutnya.

1) Proses penghantaran impuls


47

Impuls dapat dihantarkan melalui beberapa cara, di antaranya melalui

sel saraf dan sinapsis. Berikut ini akan dibahas secara rinci kedua cara tersebut.

(1) Penghantaran Impuls Melalui Sel Saraf

Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun tanggapan

melalui serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial

listrik antara bagian luar dan bagian dalam sel. Pada waktu sel saraf

beristirahat, kutub positif terdapat di bagian luar dan kutub negatif terdapat di

bagian dalam sel saraf. Diperkirakan bahwa rangsangan (stimulus) pada indra

menyebabkan terjadinya pembalikan perbedaan potensial listrik sesaat.

Perubahan potensial ini (depolarisasi) terjadi berurutan sepanjang serabut

saraf. Kecepatan perjalanan gelombang perbedaan potensial bervariasi antara 1

sampai dengart 120 m per detik, tergantung pada diameter akson dan ada atau

tidaknya selubung mielin. Bila impuls telah lewat maka untuk sementara

serabut saraf tidak dapat dilalui oleh impuls, karena terjadi perubahan

potensial kembali seperti semula (potensial istirahat). Untuk dapat berfungsi

kembali diperlukan waktu 1/500 sampai 1/1000 detik. Energi yang digunakan

berasal dari hasil pemapasan sel yang dilakukan oleh mitokondria dalam sel

saraf. Stimulasi yang kurang kuat atau di bawah ambang (threshold) tidak akan

menghasilkan impuls yang dapat merubah potensial listrik. Tetapi bila

kekuatannya di atas ambang maka impuls akan dihantarkan sampai ke ujung


48

akson. Stimulasi yang kuat dapat menimbulkan jumlah impuls yang lebih besar

pada periode waktu tertentu daripada impuls yang lemah.

(2) Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis

Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron

lain dinamakan sinapsis. Setiap terminal akson membengkak membentuk

tonjolan sinapsis. Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis terdapat struktur

kumpulan membran kecil berisi neurotransmitter; yang disebut vesikula sinapsis.

Neuron yang berakhir pada tonjolan sinapsis disebut neuron pra-sinapsis.

Membran ujung dendrit dari sel berikutnya yang membentuk sinapsis disebut

post-sinapsis. Bila impuls sampai pada ujung neuron, maka vesikula bergerak

dan melebur dengan membran pra-sinapsis. Kemudian vesikula akan

melepaskan neurotransmitter berupa asetilkolin. Neurontransmitter adalah

suatu zat kimia yang dapat menyeberangkan impuls dari neuron pra-sinapsis

ke post- sinapsis. Neurontransmitter ada bermacam-macam misalnya asetilkolin

yang terdapat di seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di sistem saraf simpatik,

dan dopamin serta serotonin yang terdapat di otak. Asetilkolin kemudian

berdifusi melewati celah sinapsis dan menempel pada reseptor yang terdapat

pada membran post-sinapsis. Penempelan asetilkolin pada reseptor

menimbulkan impuls pada sel saraf berikutnya. Bila asetilkolin sudah

melaksanakan tugasnya maka akan diuraikan oleh enzim asetilkolinesterase

yang dihasilkan oleh membran post-sinapsis. Antara saraf motor dan otot
49

terdapat sinapsis berbentuk cawan dengan membran pra- sinapsis dan

membran post-sinapsis yang terbentuk dari sarkolema yang mengelilingi sel

otot. Prinsip kerjanya sama dengan sinapsis saraf-saraf lainnya.

2.5.2 Mekanisme Sistem Saraf Perifer

Sistem saraf tepi memiliki fungsi: membawa informasi aferen ke SSP.

membawa perintah eferen ke efektor (co. otot).

1. Saraf Kranial

Saraf otak / saraf kranial adalah saraf perifer yang berpangkal pada otak

dan batang otak.. Fungsinya yaitu sebagai motorik, sensorik dan khusus. Yang

dimaksud khusus adalah fungsi yang bersifat pancaindera.. Dengan saraf kranial

manusia dapat mencium bau, melihat, mengecap, mendengar, merasakan nyeri

dam perasaan2 protopatik lainnya pada wajah dan dapat memelihara

keseimbangan yang diperlukan untuk mengatur sikap dan gerakan &

menghidupkan raut muka sesuai dengan keadaan dan suasana. Terdapat 12 pasang

saraf cranial. inti nn.craniales terdapat di:

- Otak NI

- Mesensefalon N II,III

- Pons N IV,V,VI,VII

- Medula Oblongata N VIII,IX,X,XI,XII


50

Gambar 2.16 Sumber: Putz, R. & Pabst, R. (2006). Sobotta: Atlas der natomie

des menschen, band 1. München: Elsevier GmbH.

2. Saraf Spinal

Saraf spinalis diberi nama sesuai daerah kolumna vertebralis tempat

keluarnya. Seperti di otak, substansia grisea terdiri dari badan-badan sel saraf

serta dendritnya, antar neuron pendek dan sel-sel glia; substansia alba tersusun

menjadi traktus (jaras) yaitu berkas serat-serat saraf dengan fungsi serupa.
51

Gambar 2.17 Sumber: Putz, R. & Pabst, R. (2006). Sobotta: Atlas der

natomie des menschen, band 1. München: Elsevier GmbH.

Setiap traktus berawal dan berakhir di dalam daerah tertentu di otak, dan

masing-masing memiliki kekhususan mengenai informasi yang disampaikannya.

1) Traktus ascendens (korda ke otak)  menyalurkan sinyal dari

masukan aferen ke otak.


52

2) Traktus descendens (otak ke korda)  menyampaikan pesan-

pesan dari otak ke neuron eferen

Traktus diberi nama berdasarkan asal dan ujungnya. Contoh:

1) Traktus kortikospinalis  suatu jalur descendens, badan selnya

terutama berasal dari daerah motorik korteks serebrum, dan

akson-aksonnya berjalan ke bawah untuk berakhir di korda

spinalis pada badan-badan sel neuron motorik eferen yang

mempersarafi otot-otot rangka.

2) Traktus spinotalamikus lateral  jalur ascendens yang berasal

dari korda spinalis dan berjalan secara lateral di sepanjang

korda sampai bersinaps di talamus. (membawa informasi

sensorik mengenai rasa nyeri dan suhu yang berasal dari

berbagai bagian tubuh melalui korda spinalis ke talamus, yg

kemudian menyortir dan menyalurkan informasi tersebut ke

korteks somatosensorik.)

3) Perlu diketahui bahwa di dalam korda spinalis berbagai jenis

sinyal dipisah-pisahkan dan dengan demikian, kerusakan

daerah tertentu di korda dapat mengganggu sebagian fungsi

tetapi fungsi lain tetap utuh.


53

Gambar 2.18 Sumber: Sherwood, L. (2007). Human physiology: From cells to

systems. Belmont, CA: Thomson.

3. Selubung Saraf Perifer

Saraf tepi disusun oleh berkas-berkas serat saraf yang dipersatukan oleh

jaringan ikat. Mencakup saraf-saraf spinal yang berhubungan dengan medula

spinalis maupun saraf-saraf kranial yang berhubungan dengan otak. Saraf tepi

putih karena mengandung lapisan mielin.


54

Gambar 2.19 Sumber: Sherwood, L. (2007). Human physiology: From

cells to systems. Belmont, CA: Thomson


55

Gambar 2.20 Sumber: Sherwood, L. (2007). Human physiology: From

cells to systems. Belmont, CA: Thomson.

Akar ventral dan dorsal di setiap tingkat menyatu membentuk sebuah saraf

spinalis (mengandung serat aferen dan eferen) yang keluar dari kolumna

vertebralis. Walaupun mereka berjalan bersamaan namun tidak saling

mempengaruhi, hanya untuk kemudahan. Seperti sambungan telepon yang

berjalan dalam satu kabel, namun tiap-tiap sambungan bersifat pribadi dan tidak

mengganggu atau mempengaruhi sambungan lain dalam kabel yang sama. Tiga

puluh satu pasang saraf spinal, bersama dengan duabelas saraf kranial yang
56

berasal dari otak membentuk sistem saraf perifer. Pada tingkat yang paling

sederhana, korda spinalis mengintegrasikan banyak refleks evakuatif dan protektif

dasar yang tidak memerlukan partisipasi kesadaran. Misalnya: menarik diri dari

suatu rangsangan nyeri dan mengosongkan kandung kemih.

Korda spinalis memiliki dua fungsi vital. Pertama, bagian ini berfungsi

sebagai penghubung saraf antara otak dan sistem saraf perifer. Semua komunikasi

ke atas dan ke bawah korda spinalis terletak di jaras-jaras (traktus) ascendens dan

descendens yang berbatas tegas dan independent pada substansia alba korda

spinalis. Kedua, korda merupakan pusat integrasi untuk refleks spinal, termasuk

sebagian refleks protektif dan postural serta refleks-refleks yang berkaitan dengan

pengosongan organ-organ panggul. Saraf spinal melekat ke korda spinalis

berpasangan di sepanjang korda. Saraf-saraf tersebut mempersarafi daerah-daerah

tertentu di tubuh.

• Sistem saraf somatik  cabang volunter divisi eferen perifer.


• Mempersarafi otot rangka.

• Sistem saraf otonom  cabang involunter divisi eferen perifer.


• Mempersarafi otot jantung, otot polos, sebagian besar kelenjar
eksokrin, dan sebagian kelenjar endokrin.

Hanya dua neurotransmiter yang dikeluarkan ujung saraf eferen ini untuk
menimbulkan berbagai respons pada hampir semua organ efektornya –
asetilkolin & norepinefrin.

4. Sistem Saraf Otonom


57

Terdiri dari dua divisi: Sistem simpatis dan Sistem parasimpatis.

Gambar 2.21 Sumber: Sherwood, L. (2007). Human physiology: From cells to

systems. Belmont, CA: Thomson.


58

Gambar 2.22 Sumber: Sherwood, L. (2007). Human physiology: From cells to

systems. Belmont, CA: Thomson.

Mengatur aktivitas alat-alat dalam tubuh (viseral) yang dalam keadaan

normal di luar kesadaran dan kontrol volunter. Contoh: sirkulasi, pencernaan,

berkeringat, dan ukuran pupil. Dianggap sebagai cabang involunter divisi eferen.

Berbeda dengan cabang volunter somatik, yang mempersarafi otot rangka dan

dapat dikontrol secara volunter.


59

Gambar 2.23 Sumber: Sherwood, L. (2007). Human physiology: From

cells to systems. Belmont, CA: Thomson

Sebagian besar organ viseral dipersarafi oleh serat saraf simpatis dan

parasimpatis yang menimbulkan efek bertentangan pada organ tertentu. Simulasi

simpatis meningkatkan kecepatan denyut jantung, sementara parasimpatis

menurunkannya. Simulasi simpatis memperlambat gerakan pencernaan, sementara


60

parasimpatis meningkatkan motilitas saluran pencernaan. Perhatikan bahwa satu

sistem tidak selalu bersifat eksitatorik dan yang lain selalu inhibitorik. Kedua

sistem meningkatkan aktivitas beberapa organ dan menurunkan aktivitas organ-

organ lain. Sistem simpatis meningkatkan respons2 yang mempersiapkan tubuh

untuk melaksanakan aktivitas fisik yang berat dalam menghadapi situasi penuh

stres atau darurat. Misalnya, ancaman fisik dari lingkungan luar. Respon semacam

ini disebut sebagai fight-or-flight response.

Sistem parasimpatis, mendominasi pada situasi yang tenang dan rileks.

Pada keadaan yang tidak mengancam, tubuh dapat lebih memusatkan diri pada

aktivitas “rumah tangga umum”-nya sendiri. Misalnya: pencernaan dan

pengosongan kandung kemih.


61

Gambar 2.24 Sumber: Sherwood, L. (2007). Human physiology: From

cells to systems. Belmont, CA: Thomson

2.6 Transmitter (Vania Aldiana 152)

2.6.1 Potensial aksi membran sel saraf


62

Potensial aksi merupakan pembalikan cepat potensial membran akibat

perubahan permeabilitas membran. Potensial aksi berfungsi sebagai sinyal jarak

jauh. Istilah-istilah:

1. Polarisasi (potensial istirahat) adalah saat membran memiliki potensial dan

terdapat pemisahan muatan berlawanan.

2. Depolarisasi adalah potensial lebih kecil daripada potensial istirahat

(menuju 0 mV).

3. Hiperpolarisasi adalah potensial lebih besar daripada potensial istirahat

(potensial lebih negatif dan lebih banyak muatan yang dipisah

dibandingkan dengan potensial istirahat).

Mekanisme pontensial aksi adalah sebagai berikut.

1. Potensial membran istirahat-polarisasi

Pada istirahat, keadaan polaritas (-) di dalam dan (+) di luar

membran akson membran dalam keadaan polarisasi konsentrasi ion

K+ tinggi dan ion Na+ rendah.

2. Potensial aksi-depolarisasi

Rangsangan yang cukup kuat lebih dari ambang rangsang

permeabilitas Na+ meningkat masuknya ion Na+ dan keluarnya ion

K+ (Na-K pump) potensial aksi.

3. Repolarisasi

Fase depolarisasi berlangsung kurang dari satu milisekon, selama

Na+ masuk, membran plasma permeable selektif terhadap Na+. Na+


63

masuk ke dalam akson muatan intrasel (+) pada tempat

perangsangan . Pintu Na+ tiba-tiba menutup dan pintu K+ terbuka

K+ keluar dari akson melalui membran plasma sampai

potensial tenang tersusun lagi repolarisasi.

Selama potensial aksi, depolarisasi membran ke potensial ambang

menyebabkan serangkaian perubahan permeabilitas akibat perubahan konformasi

saluran-saluran gerbang-voltase. Perubahan permeabilitas ini menyebabkan

pembalikan potensial membran secara singkat, dengan influks Na+ (fase naik; dari

-70 mV ke +30 mV) dan efluks K+ (fase turun: dari puncak ke potensial istirahat).

Sebelum kembali istirahat, potensial aksi menimbulkan potensial aksi baru yang

identik di dekatnya melalui aliran arus sehingga daerah tersebut mencapai

ambang. Potensial aksi ini menyebar ke seluruh membran sel tanpa menyebabkan

penyusutan. Cara perambatan potensial aksi:

1. Hantaran oleh aliran arus lokal pada serat tidak bermielin merupakan

potensial aksi menyebar di sepanjang membran.

2. Hantaran saltatorik yang lebih cepat di serat bermielin merupakan

impuls melompati bagian saraf yang diselubungi myelin.

2.6.2 Mekanisme fungsional sistem saraf

Manusia menerima berbagai rangsang dan informasi melalui organ

reseptor. Mekanisme penghantaran rangsang adalah sebagai berikut.


64

Informasi saraf sensorik SST (organ sensorik umum atau khusus)

impuls dihantarkan traktus asenden SSP pusat (otak atau sumsum

spinalis)

traktus desenden SSP saraf motorik eferen efektor.


65

Gambar 2.25 Mekanisme fungsional saraf

2.7 Reseptor Sensorik dan Sensasi Somatik (Myranda 154)

2.7.1 Reseptor Sensorik

1. Jenis-Jenis Reseptor Sensorik dan Stimulus yang Dideteksi

Ada lima tipe dasar reseptor sensorik yaitu, mechanoreceptors,

thermoreceptors, nociceptors, reseptor elektromagnetik, kemoreseptor. Kita akan

membahas fungsi dari tipe tertentu beberapa reseptor, menggambarkan beberapa

prinsip dimana reseptor beroperasi.

Setiap jenis reseptor sangat sensitif terhadap satu jenis stimulus yang

dirancang dan hampir tidak responsif dengan rangsangan jenis lain. Dengan

demikian, contohnya, batang dan kerucut mata sangat responsif terhadap cahaya,

tetapi hampir sepenuhnya responsif untuk rentang normal panas, dingin, tekanan

pada bola mata, atau perubahan kimia dalam darah.


66

Osmoreseptor dari inti supraoptik di hipotalamus mendeteksi perubahan

menit dalam osmolalitas dari cairan tubuh tetapi tidak pernah diketahui untuk

menanggapi mendengar. Akhirnya, rasa sakit reseptor di kulit hampir tidak pernah

dirangsang oleh sentuhan biasa atau stimuli tekanan, tetapi menjadi sangat aktif

saat rangsangan taktil menjadi cukup parah untuk merusak jaringan.

2. Prinsip Modalitas Sensasi "Berlabel Line"

Masing-masing jenis dari sensasi yang kita dapat alami seperti nyeri,

sentuhan, penglihatan, suara, dan sebagainya disebut modalitas sensasi. Meskipun

terdapat fakta bahwa kita mengalami modalitas sensasi yang berbeda dan serat

saraf hanya menghantarkan stimulus. Bagaimana serat saraf yang berbeda

mengirimkan modalitas sensasi yang berbeda?

Jawabannya adalah bahwa setiap saluran saraf berakhir di titik tertentu

dalam sistem saraf pusat, dan jenis-jenis sensasi terasa saat serat saraf yang

dirangsang ditentukan oleh titik tertentu dalam serat saraf yang dituju. Misalnya,

jika serat nyeri dirangsang, orang merasakan nyeri terlepas dari apa jenis stimulus

yang merangsang reseptor. Dapat berupa listrik, serat saraf yang mengalami

overheating, serat yang hancur, atau stimulasi rasa nyeri dari akhiran saraf karena

adanya kerusakan sel-sel jaringan. Dalam hal ini, orang merasakan sakit.

Demikian juga, jika serat sentuhan dirangsang oleh eksitasi listrik dari

reseptor sentuhan atau dengan cara lain, orang merasakan sentuhan karena serat

sentuhan menyebabkan daerah sentuhan tertentu di otak. Demikian pula, serat dari

retina mata mengakhiri di daerah otak, serat dari telinga mengakhiri di daerah
67

pendengaran pada otak, dan serat suhu berakhir pada daerah suhu. Spesifisitas

serat saraf yang hanya mengtransmisi salah satu modalitas sensasi disebut prinsip

baris berlabel.

3. Klasifikasi Reseptor Sensorik

Tabel 2.3 Jenis Reseptor dan Fungsinya

Reseptor Fungsi Akhiran Saraf

Mekanoreseptor Mendeteksi 1. Kepekaan taktil kulit

tekanan atau (epidermis dan dermis)

peregangan mekanis 2. Cakram Merkel

pada jaringan yang 3. Korpuskel Meissner ini

berdekatan dengan 4. Corpuscles Krause

reseptor. 5. Rambut end-organ

6. Kepekaan jaringan dalam

7. KorpuSke Pacinian

8. Ujung otot

9. Spindle otot

10. Golgi tendon reseptor

11. Pendengaran

12. Reseptor suara koklea

13. Kesetimbangan

14. Reseptor vestibular

15. Tekanan arteri


68

16. Baroreseptor sinus karotis

dan aorta

Nosiseptor Mendeteksi 1. Akhiran saraf bebas

(reseptor rasa kerusakan yang terjadi

sakit) pada jaringan, baik

kerusakan fisik

atau kerusakan kimia.

Propioceptor Merupakan 1. Sensasi kinestetik

indera somatik yang 2. Tendo, dan otot

berasal dari tempat 3. Tekanan dari dasar

yang berhubungan kaki,

dengan keadaan fisik 4. Keseimbangan.

tubuh.

Thermoreseptor Mendeteksi perubahan 1. Reseptor suhu dingin

temperatur, 2. Reseptor suhu panas

beberapa reseptor

mendeteksi dingin dan

hangat;

Kemoreseptor Mendeteksi rasa di 1. Pengecapan

mulut, bau di hidung, 2. Reseptor taste buds

tingkat oksigen dalam 3. Penciuman

nadi arteri, osmolalitas 4. Reseptor epitel


69

dari cairan tubuh, 5. Arteri oksigen

konsentrasi karbon 6. Reseptor aorta dan karotis

dioksida, dan faktor- tubuh

faktor lain yang 7. Osmolalitas

mungkin menyusun 8. Neuron di atau dekat inti

kimia tubuh. supraoptik

9. CO2 darah

10. Reseptor di dalam atau di

permukaan medulla dan di

aorta dan badan karotis

11. Glukosa darah, asam

amino, asam lemak

12. Reseptor dalam

hipotalamus

Reseptor Mendeteksi cahaya 1. Penglihatan

Elektromagnetik pada retina 2. Batang dan kerucut pada

mata; mata

2.7.2 Sensasi Somatik

1. Klasifikasi Sensasi Somatik

1) Sensasi somatic mekanoreseptif


70

Sensasi ini mencakup baik taktil dan posisi sensasi yang

dirangsang oleh perpindahan mekanik dari beberapa jaringan tubuh

2) Sensasi thermoreseptif

Sensasi yang mendeteksi panas dan dingin.

3) Sensasi sakit

Sensasi ini diaktifkan oleh berbagai faktor yang merusak

jaringan.

2. Klasifikasi lain dari sensasi somatik.

1) Sensasi exteroreceptive

Sensasi ini berasal dari permukaan tubuh.

2) Sensasi proprioseptif

Sensasi ini berkaitan dengan keadaan fisik tubuh, termasuk

sensasi posisi, tendon dan sensasi otot, sensasi tekanan dari bagian

bawah kaki, dan sensasi keseimbangan (yang sering dianggap

"khusus" sensasi daripada sensasi somatik).

3) Sensasi visceral

Sensasi yang berasal dari viscera tubuh; dalam

menggunakan istilah ini, satu biasanya mengacu khusus untuk

sensasi dari organ-organ internal.

4) Sensasi dalam

Sensasi yang berasal dari jaringan yang dalam, seperti dari

fasciae, otot, dan tulang. Ini juga termasuk tekanan, rasa sakit, dan

getaran yang paling dalam.


71

2.7.3Deteksi dan Penularan Tactile Sensations

1. Keterkaitan antara Tactile Sensations Setuhan, Tekanan, dan Getaran.

Meskipun sentuhan, tekanan, dan getaran sering diklasifikasikan

sebagai sensasi yang berbeda, mereka semua terdeteksi oleh reseptor

dengan jenis yang sama. Ada tiga perbedaan utama antara mereka:

1) Sensasi sentuhan umumnya hasil dari stimulasi reseptor taktil di kulit

atau pada jaringan di bawah kulit.

2) Sensasi tekanan umumnya hasil deformasi dari jaringan yang lebih

dalam.

3) Sensasi getaran merupakan hasil dari sinyal sensorik yang berulang

cepat, tetapi beberapa dari reseptor jenis yang sama digunakan untuk

sentuhan dan tekanan.

2. Reseptor Tactile

Terdapat enam jenis yang berbeda dari reseptor taktil, tetapi

banyak yang serupa. Beberapa ditunjukkan sebelumnya; karakteristik

khusus mereka adalah sebagai berikut.

1) Beberapa ujung saraf bebas

Ditemukan di kulit dan dalam banyak jaringan lain, dapat

mendeteksi sentuhan dan tekanan.

2) Reseptor sentuhan
72

Reseptor sentuhan dengan sensitivitas yang besar adalah

korpuskel meissner, merupakan akhiran saraf yang panjang dan

dikemas dari serabut saraf sensorik yang bermielin.

3) Ujung jari dan daerah lainnya

Mengandung sejumlah besar korpuskel Meissner biasanya juga

mengandung sejumlah besar diperluas reseptor ujung taktil, salah satu

jenis cakram Merkel.

4) Gerakan rambut apapun pada tubuh merangsang serat saraf melilit

dasarnya. Dengan demikian, masing-masing rambut dan serat saraf

basal, yang disebut rambut organ akhir, juga merupakan reseptor

receptor.This sentuhan menyesuaikan mudah dan, seperti korpuskel

Meissner ini, mendeteksi terutama pada

(1) Pergerakan benda di permukaan tubuh;

(2) kontak awal dengan tubuh.

5) Ruffini

Terletak di lapisan kulit yang lebih dalam dan jaringan internal

yang multibranched, serta akhiran yang dikemas. Akhiran saraf ini

beradaptasi dengan sangat lambat. Oleh karena itu, penting untuk

memberi sinyal secara terus menerus dari deformasi jaringan, seperti

sinyal sentuhan dan tekanan yang berat dan berkepanjangan. Ruffini

juga ditemukan dalam sendi kapsul (pertemuan) dan membantu

menandai derajat rotasi sendi.

6) Sel-sel pacinian,
73

Berada di bawah kulit dan jauh di dalam jaringan fasia tubuh.

Sel ini sangat penting untuk mendeteksi getaran jaringan atau

perubahan yang cepat lainnya di dalam jaringan.

2.8 Anatomi Saraf Mandibula (M. Hisyam 159)

Gambar 2.27 Saraf Mandibula

2.8.1 Nervus Trigeminal


74

1. Jalur saraf trigeminal

Dalam divisi opthalmic (v1),cabang dari saraf

trigeminal adalah fungsi sensorik yang keluar dari saraf

utama di tengah cranial fossa melewati bagian anterior

dalam lateral wall of the cavemous sinus dan langsung di

salurkan melalui inferior ke saraf oclumotor dan

trhoclear tetapi superior ke bagian divisi maxillary dari

saraf trigeminal.

Sebelum memasuki orbit melewati superior

orbital fissure saraf tersebut di bagi menjadi 3 yaitu:

1. lacrimal

2. frontal

3. nasociliary
75

Gambar 2.28 Cranial nerve superior view


76

Gambar 2.29 Divisi saraf trigeminal


77

Gambar 2.30 Cranial nerve buccal view

Gambar 2.31 Jalur saraf trigeminal


78

2.8.2 Persyarafan Facial

Gambar2.32 Bagian-bagian dari N.Facialis

Nervus facialis adalah saraf yang berasal dari Arcus Pharingeus 2 dan

memiliki beberapa macam serabut. Berikut penjelasannya.

1. SAU (SomatoAfferenUmum)

2. VAS (ViseroAfferenSpesifik)

3. VAU (ViseroAfferenUmum)

4. VEU (ViseroEfferenUmum)

5. VES (ViseroEfferenSpesifik)
79

Tabel 2.4 Jenis sera but saraf sensorik dan motorik dan

penjulurannya

Macam Asal serabut Akhiran Penjelasan Tambahan

- Serabut

macam

GSA Serabut Serabut rasa Serabut N. facil menyediakan

(SAU) afferent mulai sakit dan suhu SAU area sangat kecil dari

dari berbagai berhenti pada terdapat distribusi SAU

reseptor saraf spinal pada bagian Badan sel saraf dari

(nosiseptor, n.intermedi serabut primer terletak

mekaniseptor, us dari n. di geniculate ganglion

propioceptor) facial.

dari kulit Bertanggun

telinga luar g jawab

dan dalam

membrane persarafan

timpani. sensorik

untuk

bagian kulit

telinga luar

dan

membrane

timpani
80

SVA Serabut Serabut Bertanggun Badan sel saraf dari

(VAS) afferent yang afferent g jawab serabut primer terletak

dimulai dari primer membawa di geniculate ganglion

reseptor 2/3 menjalar di serabut

anterior lidah. tractus pengecap

solitarii dan dari taste

menghilang di buds pada

nucleus 2/3 anterior

solitari lidah.

GVA Serabut Serabut Serabut Badan sel saraf dari

(VAU) afferent yang afferent VAU serabut primer terletak

dimulai dari primer dibawa di di geniculate ganglion

reseptor menjalar di bagian n.

membrane tractus intermedius

mukosa dari solitarii dan dari n. facial

nasofaring. menghilang di Sera

nucleus but VAU

solitari melewati

jalur yang

sama seperti

serabut

SVA

GVE Serabut Serabut Serabut Serabut VEU


81

(VEU) Preganglionik Postganglioni VAU menggunakan 2

parasimpathet c dibawa di ganglion, yaitu:

ic dimulai parasimpathet bagian n. 1. Pterygopalatin

dari superior ic intermedius 2. Submandibular

nucleus mempersarafi dari n. facial

salivatory bagian

glandula

lacrimal,

nasal,

submandibula

r, dan

sublingualis

SVE Mulai dari Mempersarafi Serabut Dalam kasus Bell’s

(VES) saraf motoric otot-otot VES di Palcy, gejala yang

dari N.facial ekspresi Serabut paling mudah diamati

wajah, VES adalah otot yang

stylohyoid, bertanggung dipersarafi oles serabut

posterior jawab VES.

digastricus mensarafi

dan mm otot-otot

stapedius dari arcus

pharyngeus

2
82

2.9 Stereognosis (Wina Meiliza 001)

Stereognosis merupakan kemampuan untuk mengenali objek hanya

dengan meraba tanpa melihat, kemampuan ini sangat dipengaruhi oleh

kemampuan kinaesthesi dan kepekaan perasaan taktil. Apabila kedua

kemampuan ini dapat berfungsi dengan baik, maka seseorang akan

mempunyai daya stereognosis yang bagus.

Stereognosis melibatkan keterapilan persepsi yang meningkatkan

individu untuk mengidentifikasi bentuk umum dan objek tanpa menggunakan

visi. Hal ini tergantung pada fungsi parietal utuh kortikal. Stereognosis adalah

kemampuan atau keterampilan yang memungkinkan untuk merogoh kedalam

tas atau saku seseorang dan menemukan kunci atau masuk kedalam kamar

yang gelap dan menemukan lampu. Proprioception dan streognosis

memungkinkan penggunaan perkakas tangan dan kinerja kegiatan tangan

tanpa perlu konsentrasi visual pada alat-alat yang digunakan (misalnya,

merajut sambil menonton televisi, menggunakan garpu saat bercakap-cakap,

dan mengetik sambil melihat monitor komputer).

Orang yang normal dapat dengan mudah mengidentifikasi benda-

benda. Kemampuan ini jelas memliki komponen korteks yang besar.

Gangguan stereognosis adalah tanda awal adanya kerusakan korteks

serebrum dan kadang-kadang timbul tanpa adanya efek pada sensasi sentuh

dan tekan apabila terdapat lesi di lobus parientalis posterior dari girus pasca

sentralis.
83

Corpucullum trakrus adalah reseptor yang terdapat pada daerah-

daerah yang peka terhadap percobaan seperti pada ujung-ujung jari

rangsangan yang diterima dalam bentuk tekanan. Beberapa ujung saraf bebas

yang diteruskan didalam kulit dan didalam banyak jaringan lain dapat

mendeteksi rasa dan tekanan ujung jari dari daerah lain yang mengandung

reseptor taktil dengan ujung yang lebar.

Gerakan dari tiap rambut tubuh merangsang serabut saraf yang

memiliki dasarnya yang disebut organ akhir rambut juga merupakan jenis

reseptor raba yang ada di tubuh manusia, terutama terletak pada kulit

manusia.

Gangguan pada streognosis adalah tanda dini dari kerusukan kortex

cerebri dan kadang-kadang terjadi tanpa ada kelainan pada sensasi raba dan

tekanan. Alat indera yang berkaitan erat dengan stereognosis adalah kulit,

karena kulit dapat merasakan panas, dingin, tekanan, dan rasa sakit meskipun

hal tersebut tidak terjadi pada seluruh bagian kulit. Bagian utama dari

perasaan taktil adalah corpuccullum lamellosum dengan reseptor-reseptor

sebagai berikut

1. Akhiran saraf bebas

2. Cortopus tactus

3. Akhiran saraf yang melingkari folliculus rambut

4. Miniscus tactus (Ganong, 2006)

Dalam stereognosis terdapat pula yang dinamakan oral stereognosis.

Oral stereognosis adalah kemampuan untuk mengenali bentuk benda yang


84

terdapat pada lidah. Ini adalah sebuah fenomena sensori yang kompleks yang

melibatkan reseptor mukosa, terutama lidah, reseptor di mulut, periodontum

dan sendi. Kemampuan oral stereognosis ini akan menurun seiring

bertambahnya usia seseorang.

Kemampuan dalam mengenali benda tiga dimensi dengan meraba

tidak dapat dilakukan tanpa adanya peran kulit. Orang yang normal dapat

dengan mudah mengidentifikasi benda-benda. Kemamuan ini jelas tergantung

pada keutuhan rasa raba dan tekanan. Dan jika dalam columna dorsolis terjadi

kerusakan maka proses pengidentifikasian akan terganggu. Diperlukannya

peranan dari korteks serebri yang cukup dalam kemampuan ini. Stereognosis

menunjukkan kemampuan untuk mengidentifikasi objek umum dengan

palpasi, mengetahui bentuk, tekstur dan ukuran.

2.10 Perasaan Sintetik dan Diskriminasi Dua Titik (Ifrialda Fatwa 158)

Reseptor taktil adalah mekanoseptor, mekanoseptor berespons terhadap

perubahan bentuk dan penekanan fisik dengan mengalami depolarisasi dan

menghasilkan potensial aksi. Apabila depolarisasinya cukup besar, maka serat

saraf yang melekat ke reseptor akan melepaskan potensial aksi dan menyalurkan

informasi ke korda spinalis dan otak. Reseptor taktil yang berbeda memiliki

kepekaan dan kecepaatan mengirim impuls yang berbeda pula.

Kemampuan membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung benda

dari dua ujung disebut diskriminasi dua titik. Tubuh bervariasi dalam

kemampuan membedakan dua titik dibedakan pada ujung jari tangan, 30-40mm
85

dapat dibedakan pada dorsum pedis. Sensasi taktil dibawa ke korda spinalis oleh

satu dari tiga jenis neuron sensorik. Serat tipe A beta yang besar, serat tipe A

delta yang kecil, dan tipe C yang paling kecil.

Kedua jenis serat tipe A mengandung mielin dan menyalurkan potensial

aksi dengan sangat cepat. Semakin besar serat semakin cepat transmisinya

dibanding serat yang lebih kecil. Informasi taksil yang dibawa oleh serat A

biasanya terlokalisasi baik. Serat C yang tidak mengandung mielin dan

menyalurkan potensial aksi ke korda spinalis jauh lebih lambat daripada serat A.

Hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan, dan getaran masuk

ke korda spinalis melalui akar dorsal saraf spinal yang sesuai. Setelah bersirap di

spina, informasi dengan lokalisasi dibawa oleh serat serat A yang melepaskan

potensial aksi dengan cepat (beta dan delta) dikirim ke otak melalui sistem

lemniskus kolumna dorsalis. Serat serat saraf dalam sistem ini menyebrang dari

kiri ke kanan di batang otak sebelum bersinaps di talamus.

Informasi mengenai suhu dan tekanan yang lokalisasinya kurang baik

dibawa ke korda spinalis melalui serat serat C yang melepaskan potensial aksi

secara lambat. Info tersebut dikirim ke daerah retikularis di batang otak dan

kemudian ke pusat pusat yang lebih tinggi melalui serat di sistem antecolateral.

Indera raba (taktil) reseptor taktil adalah alat indra yang paling luasn

terletak diseluruh permukaan kulit dan beberapa selaput lendir. Ada dua fungsi

penting yaitu survival dengan mengidentifikasi sentuhan rinhan secara umum,

temperatur, dan rasa nyeri. Sedangkan fungsi diskriminasi yang berkembang


86

kemudian, penting untuk mengenal tekstur, bentuk, lokasi akurat dari suatu

sentuhan dan berperan penting dalam perkembangan persepsi

Reseptor indra taktil terletak pada kulit dan beberapa selaput lendir.

Indera taktil memberikan informasi tentang kualitas benda benda yang diraba

(keras, halus), arah gerak dari input taktil dan lokasi dari input tersebut (fungsi

diskriminatif). Selain itu sistem taktil juga merasakan raba halus, nyeri dan

temperatur (fungsi proyektif).

Terdapat beberapa reseptot taktil diantaranya:

1. Beberapa ujung saraf bebas, yang terdapat dijumpai di semua

bagian kulit dan jaringan jaringan lain, dapat mendeteksi rabaan

dan tekanan.

2. Reseptor raba dengan sensitivitas khusus, yakni baan meisner,

yang merupakan juluran saraf bermielin dari sendorik besar mielin

bentuk (A dan B). Reseptor ini juga peka terhadap pergerakan

objek di atas permukaan kulit seperti juga terhadap getaran

frekuensi rendah.

3. Ujung jari dan daerah daerah lainnya mengandung banyak sekali

badan meisner biasanya juga mengandung reseptor taktil yang

ujung nya meluas, yang salah satu jenis nya diskus merkel.

Berperan penting dalam melokalisasi sensasi raba di daerah

permukaan tubuh yang spesifik dan menentukan bentuk apa yang

disarankan.
87

4. Pergerakan sedikit saja pada setiap rambut tubuh akan merangsang

serabut saraf yang pangkal nya melilit, jadi setiap rambut dan

bagian dasar serabut saraf yang disebut organ ujung rambut.

Reseptor ini dapat mendeteksi pergerakan objek pada permukaan

tubuh atau kontak awal dengan tubuh.

5. Ruffini reseptor ini berguna untuk menjalarkan sinyal perubahan

jaringan yang terus menerus, misalnya sinyal raba dan tekanan

yang besar dan berkepanjangan.

6. Badan paccini, reseptor ini hanya dapat dirangsang oleh penekanan

lokal jaringan yanag cepat karena reseptor ini beradaptasi dalam

waktu sepersekian detik.

Kemampuan lokalisasi taktil seseorang tidak sama besar pada seluruh

baguan tubuh, hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan, dan getaran

masuk ke korda spinalis melalui akar dorsal saraf spinal yang seseuai. TPL

(lokasi taktil) lebih peka pada bagian yang menonjol seperti hidung, mata, bibir.

2.11 Kelainan Sistem Saraf dan Penyembuhannya (Iqbal I. 046 & Ifrialda F.

158)

2.11.1 Epilepsi
88

1) Definisi

Suatu keadaan neurologik menahun yang ditandai oleh bangkitan

epilepsi yang berulang, yang timbul tanpa provokasi dan mendadak.

Bangkitan epilepsi adalah Suatu manifestasi klinik yang disebabkan

oleh lepasnya muatan listrik yang abnormal, berlebih dan sinkron, dari

neuron yang terletak pada korteks serebri.

2) Penyebab

Belum ada penyebab khusus. Diduga kerusakan korteks serebri

baik pada saat kelahiran, luka kepala, stroke, tumor otak ataupun genetika,

tetapi bukan turunan.

3) Penyembuhan

(1) Operasi

(2) Stimlus sora vagus

(3) Diet Kartogenik

(4) Obat anti epilepsi

2.11.2 Stroke

1) Defenisi

Suatu keadaan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi neurologis

yang terjadi secara mendadak berlangsung lebih dari 24 jam atau

menyebabkan kematian.

2) Penyebab
89

Gangguan peredaran darah otak karena berkurangnya suplai darah

(stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah secara spontan (stroke

pendarahan).

3) Penyembuhan

(1) Terapi.

(2) Obat-obatan.

4) Pencegahan

(1) Menghindari pola makan berlebihan pada makanan

tinggi lemak dan tinggi garam.

(2) Olahraga secara teratur.

(3) Hindari obesitas dan stress.

2.11.3 Serebritis dan Abses Otak

1) Definisi

Pengumpulan material piogenik yang terlokalisasi di dalam/ di

antara parenkim otak.

2) Penyebab

Tabel 2.5 Penyebab Serebritis dan Abses Otak

Bakteri Staphylococcus aureus

Streptococcus anaerob

S. beta hemalitikus
90

S. alfa hemalitikus

E. coli Bacteriodes

Jamur N. asteroids

Spesies candida

Aspergillus

Parasit E. Histolitiha

Cystecircosis

Schistosomiasis

3) Penyembuhan

(1) Terapi Medikal

(2) Opersi

(3) Antibiotik

2.11.4 Meningitis

1) Definisi

Reaksi peradangan yang mengenai selaput otak menyebabkan

kerusakan kendali gerak, pikir, bahkan kematian.

2) Penyebab

Tabel 2.6 Penyebab Meningitis

Bakteri Neisseria meningitidis

Streptococcua pneumoniae

H. Influenzae

Staphylocococci
91

Listeriomonocytogenes

Basil gram negatif

Virus Herpes simplex virus

HIV

Virus West Nile

Jamur Kriptokkokus

3) Gejala

(1) Demam (sakit kepala dan kekakuan otak)

(2) Hilangnya pendengaran

(3) Leher kaku

(4) Muntah-muntah

(5) Napas cepat

(6) Gejala flu

(7) Potophobia

(8) Phonophobia

(9) Susah bangun dari tidur

4) Penyembuhan

Tabel 2.7 Penyembuhan meningitis

Bakteri Penyembuhan intensif di ICU dan pengobatan

antibiotik

Virus Istirahat dan minum obst pereda sakit kepala


92

2.11.5 Alzheimer

1) Definisi

Keadaan di mana daya ingatan seseorang merosot dengan parahnya

sehingga pengidapnya tidak mampu mengurus diri sendiri.

2) Penyebab

Belum diketahui secara pasti.

3) Gejala

(1) Bingung dan pelupa.

(2) Sering mengulang pertanyaan-pertanyan yang sama.

(3) Tersesat ketika berada di tempat yang sering dikunjungi.

4) Faktor-faktor Pemicu

(1) Pernah terjadi luka di kepala

(2) Faktor keturunan

5) Penyembuhan

Hanya untuk memperlambatnya sekita 6 – 18 bulan, yaitu dengan

Penyembuhan Cholinestrase inhibitor.

2.11.6 Tumor Intrakranial

1) Definisi

Sebuah lesi yang terletak pada interkranial yang menempati di

dalam tengkorak dan selalu tumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk

bulati, tetapi dapat tumbuh menyebar dan juga masuk ke jaringan.

2) Penyebab
93

Kompresi dan infiltrasi jaringan akibat perubahan fisik bervariasi.

3) Gejala Umum

(1) Muntah

(2) Sakit kepala

(3) Gejala mata : Strabismus dan Edema pupil

(4) Pembesaran kepala

(5) Gangguan kesadaran

(6) Kejang

4) Penyembuhan

(1) Tindakan pembedahan

(2) Radiotrapi

(3) Kemotrapi

(4) Obat-obatan : Vinkristin, Methotrexate, dan sitosin arabinosid.

2.11.7 Neuralgia Trigeminal

1) Definisi

Kelainan saraf muka di bagian saraf trigeminus yang ditandai

dengan nyeri wajah di satu sisi, nyeri tajam, dan hilang timbul. Terkadang

sering di sekitar mulut dan pipi sehingga sering dikaitkan dengan nyeri

gigi dan sinus.

2) Penyebab
94

Penekanan oleh pembuluh darah di sekitar saraf trigeminal, tumor,

atau multiple sclerosis 9 peradangan otak dan sumsum tulang belakan

karen autoimun)

3) Penyembuhan

(1) Obat-obatan

(2) Penyinaran

(3) Penyuntikan

(4) Operasi Microvascular Decompression

Untuk menghilangkan tekanan pembuluh darah yang

menekan saraf trigeminal.

2.11.8 Parkinsion

1) Definisi

Penyakit susunan saraf yang serius dan berlangsung progresif,

ditandai gerakan tubuh abnormal sebagai akibat dari kegagalan otak

mengatur dan mengkoordinasi fungsi otak tersebut.

2) Penyebab

Masih belum diketahui, namun diduga ada kaitannya dengan faktor

genetik, usia, dan keracunan menahun oleh peptisida dan hirbisida.

3) Gejala

(1) Tremor

(2) Wajah kaku, kuarng ekspresi

(3) Suara lemah dan monoton


95

(4) Sulit memulai dan mengontrol gerakan

(5) Berjalan dengan langkah kecil

(6) Tak ada ayunan tangan saat berjalan

(7) Kekakuan oto leher, lengan, punggung, dan tungkai.

(8) Gangguan keseimbangan

(9) Tulisan kecil

(10) Air liur menetes

(11) Susah tidur

4) Penyembuhan

(1) Obat-obatan

(2) Operasi

2.11.9 Cedera Otak

1) Definisi

Cedera mengenai kepala dan otak, baik secara langsung maupun

tidak langsung.

2) Penyebab

Kerusakan karena cedera baik kecelakaan lalu lintas atau bukan.

3) Pengobatan

Terapi konservatif dan operasi.

2.11.10 Bell’s Palsy

1) Definisi
96

Kelumpuhan otat wajah di satu sisi akibat gangguan saraf otak ke

tujuh ( saraf fasial).

2) Penyebab

Belum diduga secara pasti, namun diduga virus Herpes.

3) Gejala

(1) Kelopak mata tak bisa membuka dan mata kering

(2) Nyeri kepala

(3) Wajah turun/miring

(4) Mulut kehilangan rasa

(5) Telinga menjadi pekal

4) Penyembuhan

(1) Terapi Farmakologi

(2) Fisoterapi

2.11.11 Dekompresi

1) Definisi

Penyakit yang disebabkan oleh pelepasan dan pengembangan

gelembung-gelembung gas dari fase larut dalam darah akibat penurunan

tekanan sekitar.

2) Penyebab

Penyelam naik terlalu cepat dan nitrogen lolos dari jaringan tubuh

terlalu cepat menjadi gelembung di dalam tubuh sehingga meningkatnya

kadar nitrogen dalam tubuh.\


97

3) Penyembuhan

Oksigenasi dan Rekompresi.

2.11.12 Kerusakan Traktus Desenden

Hal ini terjadi misalnya karena pemutusan pada satu sumsum spinal yang

menyebabkan paralisis spastik pada segmen tubuh di bawah lesi. Gejala arefleksi

berbulan bulan, hipertonus, hilangnya refleks kulit dan atrofi.

2.11.13 Kelumpuhan Motor and Plate

Kelainan ini menyebabkan paralisis dengan ciri arefleksi, atoni, atrofi

kehilangan resistensi terhadap gerak pasif serta fasikulasi atau kejang otot.

2.11.14 Kerusakan Ganglion Basal

Penderita kerusakan dalam memulai gerak sadar yang diinginkan dan

kelainan dalam aktivitas motorik normal. Jadi orang dengan kelainan ini

melakukan gerak yang tidak diinginkan, seperti gerakan yang menghentak paksa

dari tangan atau kaki.


98

Gambar 2.33 Area broadman

2.11.15 Ablasi Area Broadman 5 dan 7

Penderita tidak mengenali bagian tubuh pada sisi kontralateral lesi.

2.11.16 Ablasi Area Broadman 4

Terjadi epilepsi jacson atau kejang berpola yang merupakan gangguan

pada korteks motorik misalnya kontraksi berulang ulang pada otot wajah, lengan,

jadi dan pangkal kaki.

2.11.17 Ablasi Area Broadman 9, 10, 11, 12

Penderita lepas kendali , tadinya hidup rapi berubah kepribadian jadi

tak acuh, lusuh


99

2.11.18 Kerusakan Talamus bagian Ventral

Terjadi rigiditas pada penderita yang sering disebut juga parkinson

disease.

2.11.19 Disfungsi Cerebellum

Terjadi refleks lutut berayun asinergi (seperti boneka), berjalan ataksi

(terhuyung huyung seperti orang mabuk).

2.11.20 Lesi Lateral Pons

Kerusakan saraf kranial V – anastesi sisi muka, rongga mulut, rongga

hidung, paralisis, otot pengunyahan.

2.11.21 Lesi Sumsum Spinal

Akar dorsal – tabes dornalisis (jalan sempoyongan, tidak sadar

sepenuhnya). Kelainan pada tanduk posterior – hilangnya sensibilitas nyeri, suhu,

raba.

2.12 Akhiran Saraf (Tsuroyya 153)

2.12.1 Definisi

Akhiran saraf berupa ujung-ujung tonjolan saraf baik sebagai axon atau

berfungsi sebagai dendrit tidak selalu berhubungan dengan bagian saraf lain

melainkan berakhir bebas atau berhubungan dengan jaringan lain. Ujung saraf

tersebut berfungsi menerima rangsang dari lingkungan atau membawa pesan dari

saraf untuk lingkungan sebagai respon dari rangsangan yang datang.

Terdapat dua macam serabut saraf, serabut saraf aferen dan serabut saraf

eferen. Serabut saraf aferen merupakan serabut saraf yang membawa impuls dari

ujung saraf penerima rangsang menuju saraf pusat. Sebaliknya, serabut saraf
100

aferen membawa impuls sebagai respon dari saraf pusat menuju akhiran saraf

jenis kedua.

Ujung saraf aferen dapat berakhir bebas dalam jaringan atau membentuk

suatu bangunan yang disebut reseptor. Reseptor pada kulit dan selaput lendir

merupakan bagian dari saraf aferen yang bermielin, tetapi menjelang masuk

jaringan epitel akan keilangan selubung mielinnya dan membentuk anyaman

berupa plexus nervosus.

Reseptor yang membentuk bangunan khusus dengan selubung ada

beberapa jenis, diantaranya:

(1) Bulbus terminalis

(2) Corpusculum tactilum meissneri

(3) Corpusculum lamellosum vateri pacini

(4) Muscle spindle dan neurotendinal spindle

(5) Corpusculum ruffini


101

Tabel 2.1 Ciri-ciri beberapa jenis reseptor yang membentuk bangunan khusus

2.12.2 Akhiran saraf eferen

Akhiran saraf eferen berfungsi sebagai penghantar impuls yang

dikirimkan oleh susunan saraf pusat sebagai jawaban atau tanggapan terhadap

impuls yang datang dari perifer melalui serabut saraf aferen. Akhiran saraf eferen

akan membentuk efektor pada organ sasaran.

Menurut letaknya, akhiran saraf eferen dikelompokkan menjadi 2

kategori yaitu:

(1) Akhiran saraf somatik eferen

(2) Akhiran saraf visceral eferen

Akhiran saraf somatic eferen terdapat pada serabut-serabut otot kerangka

yang dinamakan motor endplate. Cabang-cabang halus axon yang mendekat

serabut otot sudah tidak bermielin lagi akan tetapi ditutupi oleh sel-sel Schwann.
102

Akhiran saraf visceral eferen terletak pada organ-organ dalam. Ujung-

ujung akhiran saraf yang merupakan efektor tidak terdapat selubung myelin dan

membentuk anyaman di sekeliling otot polos, otot jantung, atau di bawah epitel

kelenjar. Efektor pada akhiran saraf eferen visceral dinamakan berdasarkan

letaknya seperti kardiomotor pada jantung, viseromotor pada otot-otot alat

dalam, vasomotor pada otot pembuluh darah, pilomotor pada otot-otot folikel

rambut, dan sekretomotor pada epitel kelenjar.


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Analisa Kasus

Pasien : Rani

Umur : 16 tahun

Anamnesa : Menderita sakit di bagian rahang bawah sebelah

kiri (mandibular). Disebabkan jatuh dari motor yang

membuat luka terbuka dan sedikit perdarahan di

sekitar rahang bawah sebelah kiri, yang

menyebabkan rahang tidak dapat di buka dengan

benar. Dua (2) minggu setelah perawatan, adanya

rasa sakit dan timbul rasa kesemutan di daerah

rahang bawah sebelah kiri.

Analisa : Pasien mempunyai masalah tidak dapat membuka

mulutnya, pasien tersebut mengalami trauma yang

mengakibatkan kelumpuhan pada saraf kranial yang

terletak pada mandibula, di dalam mandibula

terdapat saraf trigeminus. Saraf trigeminus terdapat

serabut saraf motorik yang mensarafi bagian otot-

otot yang terdapat pada daerah mandibular yang

mana berfungsi untuk membuka, menutup mulut

dan juga berfungsi dalam

103
104

proses mengunyah. Terganggunya saraf tersebut

menyebabkan timbulnya rasa sakit dan rasa

kesemutan yang dirasakan oleh pasien.

3.2 Kesimpulan

Setelah dua (2) minggu perawatan, Rani datang kembali ke RSGM FKG

Unpad untuk melakukan kontrol. Rasa sakit dan kesemutan yang terjadi di daerah

rahang bawah sebelah kiri disebabkan oleh trauma. Trauma menyebabkan

kerusakan pada ujung syaraf, maka akan dirasakan kesemutan di daerah yang

terkena.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Atlas histologi difiore (2008), (Sloane, 2003), (Wilson, 2005),

(Gmbr : Biologi jilid 3 2004, 220)

Eroschenko, V. P., & Di Fiore, M. S. (2013). DiFiore's atlas of histology

with functional correlations. Lippincott Williams & Wilkins.

Feriyawati, Lita. Anatomi Sistem Saraf dan

Peranannya dalam Regulasi Kontraksi Otot Rangka. 3

Oktober 2015.

Ganong, W.F.(2006).Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta EGC Penerbit

Buku Kedokteran

Hall, John E. Ph.D, Guyton, Arthur C. M.D.. 2006. Textbook of Medical

Physiology. China: Elsevier.

Handoyo, B. Anastesi Blok Pada Mandibula. 3 Oktober 2015.

Kadaryanto, Wijaya., dkk.(2007).Biologi 3.Jakarta : Yudhistira

L., Sherwood. (2001). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.

Lita Feriyawati: Anatomi Sistem Saraf dan Peranannya Dalam

Regulasi Kontraksi Otot Rangka, 2005 USU Repository 2006

Mikrajuddin, A., Saktiyono., Lutfi.(2007).IPA Terpadu.Jakarta : Erlangga

Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Dgn Gangguan Sistem

Persarafan. Penerbit Salemba.

105
106

Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Dgn Gangguan Sistem

Persarafan. Penerbit Salemba.

Norton, N. S. (2011). Netter's head and neck anatomy for dentistry. Elsevier

Health Sciences.

Pearce,Evelyn C.2009.Anatomi dan fisiologi paramedis.Jakarta : Gramedia

PERDOSSI (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indoensia). Buku Pedoman

Standar Pelayanan medis (SPM) dan Standar Prosedur Operasional (SPO)

Neurologi. Jakarta. 2006:3-144

S., Snell R. (2001). Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran.

Jakarta: EGC.

Subowo, prof., dr., MSc, Phd. 2008. Histologi Umum. Bandung: Sagung

Seto

Urbayatun, Siti.(1997).Buku Pedoman Praktikum Psikologi Faal

II.Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan

Satyanegara.2010.Ilmu bedah saraf.Jakarta : Gramedia

Website

http://belajarbiologi.com/2015/04/sel-saraf-bagian-bagian-sel-saraf.html#

http://blogs.unpad.ac.id/histologi/2010/07/18/7-jaringan-saraf/

http://organisasi.org /. Diakses pada 21 Maret 2010. 22.00.

repository.binus.ac.id/2009-2/.../L004457711.ppt

repository.usu.ac.id/bitstream/.../3/06001194.pdf.txt
107

repository.usu.ac.id/bitstream/.../3/Chapter%20II.pdf

http://staff.ui.ac.id/system/files/users/kuntarti/material/anatomisaraf.pdf

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Jaringan_Saraf.pdf

Anda mungkin juga menyukai