Anda di halaman 1dari 14

TUGAS INDIVIDUAL DISKUSI PEMICU KELOMPOK

PEMICU 1 : “OH.. GIGI BUNGSUKU…”

BLOK 6 (REGULASI)

DISUSUN OLEH :

ANISA WANDA HAFIDZAH

190600082

KELAS B

FAKULTAS KEDOKTERANGIGI

UNIVERSITAS SUMATERAUTARA

MEDAN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gigi bungsu adalah gigi molar ketiga, terletak di rahang atas dan bawah, yang terbentuk dan
mengalami erupsi paling akhir. Umumnya erupsi terjadi pada usia 16 -25 tahun, suatu periode dalam
kehidupan yang disebut age of wisdom sehingga gigi bungsu disebut sebagai wisdom teeth.Gigi
akan tumbuh normal ke dalam rongga mulut tanpa halangan bila benih gigi terbentuk dalam posisi
yang baik, lengkung rahang cukup ruang untuk menampungnya. Sebaliknya, pertumbuhan
terganggu bila benih malposisi, lengkung rahang tidak cukup luas atau keduanya. Kondisi di atas
berakibat gangguan erupsi yang disebut impaksi. Gigi impaksi dapat terjadi pada gigi-gigi lain,
namun frekuensi tertinggi ditemukan pada molar ketiga bawah dan atas, diikuti oleh gigi kaninus
atas, gigi premolar bawah, dan gigi berlebih (supernumerary tooth). Sebanyak sembilan dari
10 orang mengalami satu gigi bungsu yang impaksi. 1

Gigi molar ketiga rahang bawah impaksi dapat menggangu fungsi pengunyahan dan sering
menyebabkan berbagai komplikasi sehingga perlu dilakukan tindakan pencabutan. Upaya
pengeluaran gigi impaksi terutama pada gigi molar ketiga rahang bawah dilakukan dengan
tindakan pembedahan yang disebut dengan odontektomi.2
1.2 Deskripsi Topik

Nama Pemicu : Oh.. Gigi Bungsu-ku…

Penyusun : dr. Eka Roina Megawati, M.Kes; dr. Lita Feriyawati M.Kes., Sp.PA.; dr. Tri
Widyawati, M.Si, Ph.D.

Hari/tanggal : Rabu/06 Mei 2020

Seorang laki-laki berumur 21 tahun datang ke praktek dokter gigi dengan keluhan rasa sakit
berdenyut di daerah gigi paling belakang sebelah kanan dan terasa bengkak ± sejak 3 hari yang
lalu. Pasien mengalami kesulitan saat makan akibat pembengkakan tersebut dan telah berusaha
mengobatinya sendiri dengan meminum obat yang dibelinya di warung, namun rasa sakit hanya
hilang sementara dan pembengkakan semakin besar. Pasien juga mengeluh badannya terasa
demam 2 hari belakangan ini. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik dan sebelumnya
tidak pernah melakukan perawatan gigi.

Pada pemeriksaan ekstraoral dijumpai pipi sebelah kanan terlihat sedikit membengkak dan
terasa hangat ketika dipalpasi. Pada pemeriksaan intraoral terlihat adanya gigi impaksi dengan
posisi mesioangular pada gigi 38 dimana sebagian gusi menutupi mahkota gigi dan sulit dipakai
untuk mengunyah sehingga pasien hanya mengunyah memakai satu sisi.

Tindakan awal yang dilakukan oleh dokter gigi adalah eksisi untuk membantu supaya
membantu jalan erupsi gigi tersebut. Kemudian dokter gigi memberikan resep sebagai berikut:
Antibiotik kapsul Clindamycin 300 mg 4 kali sehari selama 5 hari ; Analgetik-antipiretik yaitu
paracetamol tablet 500 mg 3 kali sehari selama 3 hari pada pasien tersebut.

Pasien dijadwalkan untuk kontrol tujuh hari lagi.

1.3 Learning issue


 Farmakologi : Penggolongan antibiotic dan analgetik-antipiretik, Aspek farmakologi
Clindamycin dan paracetamol (Mekanisme kerja, farmakokinetik, farmakodinamik,
indikasi dan kontraindikansi dan efek non-terapi dan interaksi obat).
 Fisiologi : Sistem saraf, patofisiologi nyeri.
 Anatomi : Anatomi sistem saraf.
BAB II

PEMBAHASAN

Pertanyaan penuntun untuk menggali learning issue :

1. Jelaskan pembagian saraf trigeminal!

Jawaban :

Nervus trigeminus memiliki 3 cabang :

1) Nervus ophthalamicus

(Ophthalamicu : mata), cabang paling kecil, berjalan ke dalam orbita melalui fissure orbitalis
superior.

2) Nervus maxillaris

(Maxilla : rahang atas), ukurannya menengah diantara nervus ophthalamicus dan nervus
mandibularis, dan berjalan melalui foramen rotundum.

3) Nervus mandibularia

(Mandibularis : rahang bawah), cabang paling besar, berjalan melalui foramen ovale.3

2. Jelaskan anatomi persarafan gigi!

Jawaban :

Anatomi persarafan gigi berada dibagain nervus trigeminus cabang :

1) Nervus maxillaris (rahang atas)


 Rami alveolares superiors posteriors sensorik : gigi molar rahang atas
(berhubungan dengan gingiva dan mukosa bukal) dan sinus maxillaris. Serabut –
serabut berjalan pada facies infratemporalis maxilla. Rami alveo lares superiors
berkontribusi ke plexus dentalis superiors.
 Nervus infraorbitalis sensorik : sinus maxillaris dan gigi rahang atas (melalui
cabang – cabang alveolaris superior medius dan superiors anteriors).
- Rami alveolaris superior medius : serabut sensorik dan premolar rahang atas
( berhubungan dengan gingiva, mukosa bukal dan sinus maxillaris).
- Rami alveolaris superiors anteriors : serabut sensorik dari incisivus dan
caninus rahang atas. Cabang – cabang nasal : serabut sensorik dari bagian
anterior dinding nasal, lantai dan septum nasi.
2) Nervus mandibularis (rahang bawah)
 Nervus buccalis sensorik : gingiva bukal pada gigi gigi molar.
 Nervus alveolaris inferior sensorik : gigi-gigi rahang bawah dan atas.4
3. Jelaskan saraf yang menyampaikan informasi sensorik dari wajah/rahang!

Jawaban :

Nervus trigeminus (V) adalah nervus cranialis campuran dan merupakan nervus cranialis
paling besar. Nervus trigeminus keluar dari dua akar pada permukaan anterolateral pons. Akar
sensorik besar memiliki pembengkakan yang disebut ganglion trigeminale (semilunaris).
Yang terletak pada fossa dipermukaan dalam pars petrosa ossis tempolaris. Ganglion terdiri
dari badan sel sebagian besar neuron sensorik primer. Neuron pada radix motoric yang lebih
kecil berasal dari dalam nucleus dipons.

Nervus trigeminus memiliki 3 cabang :

1) Nervus ophthalamicus (mata) (V!)


2) Nervus maxillaris (rahang atas) (V2)
3) Nervus mandibularis (rahang bawah) (V3).3
4. Bagaimana mekanisme terjadinya nyeri? Dimana lokasi reseptor nyeri
(nonsiseptor)?

Jawaban :

Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu nosisepsi,


sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik, reorganisasi
struktural, dan penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif
nyeri terdapat empat proses tersendiri : tranduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.
Transduksi adalah suatu proses dimana akhiran saraf aferen menerjemahkan stimulus
(misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls nosiseptif.

Ada tiga tipe serabut saraf yang terlibat dalam proses ini, yaitu serabut A-beta, A-delta, dan C.
Serabut yang berespon secara maksimal terhadap stimulasi non noksius dikelompokkan sebagai
serabut penghantar nyeri, atau nosiseptor. Serabut ini adalah A-delta dan C. Silent nociceptor,
juga terlibat dalam proses transduksi, merupakan serabut saraf aferen yang tidak bersepon
terhadap stimulasi eksternal tanpa adanya mediator inflamasi.
Transmisi adalah suatu proses dimana impuls disalurkan menuju kornu dorsalis medula
spinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik menuju otak. Neuron aferen primer merupakan
pengirim dan penerima aktif dari sinyal elektrik dan kimiawi. Aksonnya berakhir di kornu
dorsalis medula spinalis dan selanjutnya berhubungan dengan banyak neuron spinal.
Modulasi adalah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain related neural
signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis medula spinalis, dan mungkin juga terjadi
di level lainnya. Serangkaian reseptor opioid seperti mu, kappa, dan delta dapat ditemukan di
kornu dorsalis. Sistem nosiseptif juga mempunyai jalur desending berasal dari korteks frontalis,
hipotalamus, dan area otak lainnya ke otak tengah (midbrain) dan medula oblongata, selanjutnya
menuju medula spinalis. Hasil dari proses inhibisi desendens ini adalah penguatan, atau bahkan
penghambatan (blok) sinyal nosiseptif di kornu dorsalis.
Persepsi nyeri adalah kesadaran akan pengalaman nyeri. Persepsi merupakan hasil dari
interaksi proses transduksi, transmisi, modulasi, aspek psikologis, dan karakteristik individu
lainnya. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri.
Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang
berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secaara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut
juga Nociseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri (nociseptor) ada yang bermiyelin dan ada
juga yang tidak bermiyelin dari syaraf aferen.5
5. Bagaimana jalur yang dilalui dalam susunan saraf, sehingga suatu stimulus yang
menyebabkan nyeri tanpa disadari?
Jawaban :
 Jalur Asenden
Serabut saraf C dan A delta halus, yang masing-masing membawa nyeri akut tajam dan
kronik lambat, bersinap disubstansia gelatinoa kornudorsalis, memotong medula spinalis dan naik
ke otak di cabang neospinotalamikus atau cabang paleospinotalamikus traktus spino talamikus
anterolateralis. Traktus neospinotalamikus yang terutama diaktifkan oleh aferen perifer A delta,
bersinap di nukleus ventropostero lateralis (VPN) talamus dan melanjutkan diri secara langsung
ke kortek somato sensorik girus pasca sentralis, tempat nyeri dipersepsikan sebagai sensasi yang
tajam dan berbatas tegas. Cabang paleospinotalamikus, yang terutama diaktifkan oleh aferen
perifer serabt saraf C adalah suatu jalur difus yang mengirim kolateral-kolateral ke formatio
retikularis batang otak dan struktur lain. Serat-serat ini mempengaruhi hipotalamus dan sistem
limbik serta kortek serebri.

 Jalur Desenden
Salah satu jalur desenden yang telah di identifikasi adalah mencakup 3 komponen yaitu:
a. Bagian pertama adalah substansia grisea periaquaductus (PAG ) dan substansia grisea
periventrikel mesenssefalon dan pons bagian atas yang mengelilingi aquaductus Sylvius.
b. Neuron-neuron di daerah satu mengirim impuls ke nukleus ravemaknus (NRM) yang terletak
di pons bagian bawah dan medula oblongata bagian atas dan nukleus retikularis
paragigantoselularis (PGL) di medula lateralis.
c. Impuls ditransmisikan ke bawah menuju kolumna dorsalis medula spinalis ke suatu komplek
inhibitorik nyeri yang terletak di kornu dorsalis medula spinalis.5
6. Jelaskan penggolongan antibiotik dan analgetik-antipiretik!
Jawaban :
Antibiotik dikenal ada dua tipe, yaitu antibiotik yang bersifat bakteriostatik dengan
aktivitas menghambat perkembangan bakteri dan memungkinkan sistem kekebalan inangnya
mengambil alih sel bakteri yang dihambat, contohnya tetrasiklin. Tipe kedua ialah antibiotik
yang bersifat bakterisidal yang dapat membunuh bakteri dengan cara menghambat pembentukan
dinding sel dan bersifat toksik pada sel bakteri, contohnya penisilin.

Berdasarkan mekanisme kerjanya terhadap bakteri, antibiotik dikelompokkan sebagai


berikut:

A. Inhibitor sintesis dinding sel bakteri yang memiliki efek bakterisidal dengan cara memecah
enzim dinding sel dan menghambat enzim dalam sintesis dinding sel. Contohnya antara lain
golongan β-laktam seperti penisilin, sefalosporin, karbapenem, monobaktam, serta inhibitor
sintesis dinding sel lainnya seperti vancomysin, basitrasin, fosfomysin, dan daptomysin.

B. Inhibitor sintesis protein bakteri memiliki efek bakterisidal atau bakteriostatik dengan cara
menganggu sintesis protein tanpa mengganggu sel- sel normal dan menghambat tahap-tahap
sintesis protein. Obat- obat yang aktivitasnya menginhibitor sintesis protein bakteri diantaranya
aminoglikosida, makrolida, tetrasiklin, streptogamin,klindamisin, oksazolidinon, dan
kloramfenikol.

C. Mengubah permeabilitas membran sel dan memiliki efek bakteriostatik dengan cara
menghilangkan permeabilitas membran oleh karena hilangnya substansi seluler sehingga
menyebabkan sel menjadi lisis. Obat-obat yang memiliki aktivitas ini antara lain polimiksin,
amfoterisin B, gramisidin, nistatin, dan kolistin.

D. Menghambat sintesa folat. Mekanisme kerja ini terdapat pada obat-obatan seperti sulfonamida
dan trimetoprim. Bakteri tidak dapat mengabsorbsi asam folat, tetapi harus membuat asam folat
dari PABA (asam para amino benzoat) dan glutamat. Asam folat merupakan vitamin namun pada
manusia tidak dapat mensintesis asam folat. Hal ini menjadi suatu target yang baik dan selektif
untuk senyawa-senyawa antimikroba.

E. Mengganggu sintesis DNA. Mekanisme kerja tersebut terdapat pada obat-obatan seperti
metronidasol, kinolon, dan novobiosin. Obat-obatan ini dapat menghambat asam
deoksiribonukleat (DNA) girase sehingga menghambat sintesis DNA. DNA girase adalah enzim
yang terdapat pada bakteri dengan cara menyebabkan terbuka dan terbentuknya superheliks pada
DNA sehingga menghambat replikasi DNA.6

Analgesik adalah obat yang digunakan untuk meng- urangi atau menghilangkan rasa sakit
atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Obat ini digunakan untuk
membantu meredakan sakit, sadar tidak sadar kita sering mengunakannya misalnya ketika kita
sakit kepala atau sakit gigi, salah satu komponen obat yang kita minum biasanya mengandung
analgesik atau pereda nyeri. Obat antipiretik adalah obat untuk menurunkan panas. Hanya
menurunkan temperatur tubuh saat panas tidak berefektif pada orang normal. Dapat menurunkan
panas karena dapat menghambat prostaglandin pada CNS. NSAID (non-steroidal anti- inflamatory
drugs) adalah obat yang mengurangi rasa sakit, demam, dan peradangan.
Golongan obat analgesik di bagi menjadi dua yaitu analgesik opioid/narkotik dan analgetik
non- narkotik. Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium
atau morfin. Golongan obat ini digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri seperti
pada fraktura dan kanker. Contoh : Metadon, Fentanil, Kodein. Obat Analgesik Non-Narkotik
dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan istilah Analgetik/Analgetika/ Analgesik
Perifer. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik
dan tidak bekerja sentral. Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer
ini cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem
susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-
Narkotik /Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek adiksi pada penggunanya.

Obat-obat golongan analgetik dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu: parasetamol,


salisilat, (asetasol, salisilamida, dan benorilat), penghambat Prostaglandin (NSAID) ibuprofen,
derivate-derivat antranilat (mefena- milat, asam niflumat glafenin, floktafenin, derivate-derivat
pirazolinon (aminofenazon, isoprofil penazon, isopro- filaminofenazon), lainnya benzidamin.
Obat golongan analgesic narkotik berupa, asetaminofen dan fenasetin. Obat golongan anti-
inflamasi nonsteroid berupa aspirin dan salisilat lain, derivate asam propionate, asam indolasetat,
derivate oksikam, fenamat, fenilbutazon.7

7. Jelaskan aspek farmakologi obat dari clindamycin dan paracetamol?

Jawaban :

Klindamisin merupakan antibiotik yang efektif untuk pengobatan infeksi berbagai


jenis bakteri fakultatif anaerob serta beberapa bakteri anaerob. Secara in vitro, klindamisin
memiliki aktivitas tinggi terhadap bakteri gram positif fakultatif anaerob, terutama bakteri dari
golongan Streptococcus, seperti bakteri Enterococcus faecalis. Klindamisin berkerja dengan
menghambat sintesis protein dari subunit ribosom 50S, sehingga akan mengganggu proses
pembentukan rantai peptida bakteri. Selain itu, klindamisin juga menghambat ikatan dari
aminoacyl-transfer ribonucleic acid (tRNA) atau translokasi dari messenger ribonucleic acid
(mRNA) serta ikatan asam amino pada ribosom, yang menyebabkan terganggunya sintesis protein.
Klindamisin meru- pakan satu-satunya antibiotik yang dapat mengurangi perlekatan bakteri pada
sel epitel pada permukaan mukosa dan menghambat ekspresi dari faktor virulensi. Selain itu,
klindamisin juga menghambat produksi faktor virulensi berupa protein M, dengan demikian akan
menghambat pembentukan kapsul pada golongan bakteri Streptococcus gram positif fakultatif
anaerob. Klindamisin menginduksi perubahan morfologis pada permukaan bakteri sehingga
mudah dieliminasi serta dapat menstimulasi kemotaksis, sehingga akan memicu mobilisasi dari
leukosit polimorfonuklear (PMN) pada lokasi infeksi yang berujung pada proses fagositosis
bakteri.8

Parasetamol atau asetaminofen merupakan obat analgesik antipiretik yang sangat populer
di masyarakat dan biasa digunakan sebagai pereda nyeri dari nyeri ringan sampai sedang.
Parasetamol bekerja dengan menghambat prostaglandin yang lemah pada jaringan. Parasetamol
telah terbukti efek analgesik dan antipiretiknya, namun efek antiinflamasinya sangat lemah dan
mulai banyak digunakan sebagai pereda rasa nyeri akut pasca operasi.9
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Gigi bungsu adalah gigi molar ketiga, terletak di rahang atas dan bawah, yang terbentuk
dan mengalami erupsi paling akhir. Gigi molar ketiga rahang bawah impaksi dapat menggangu
fungsi pengunyahan dan sering menyebabkan berbagai komplikasi sehingga perlu dilakukan
tindakan pencabutan. Upaya pengeluaran gigi impaksi terutama pada gigi molar ketiga rahang
bawah dilakukan dengan tindakan pembedahan yang disebut dengan odontektomi.

Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu nosisepsi, sensitisasi
perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, eksitabilitas ektopik, reorganisasi struktural, dan
penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat
empat proses tersendiri : tranduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.

Antibiotik dikenal ada dua tipe, yaitu antibiotik yang bersifat bakteriostatik dengan
aktivitas menghambat perkembangan bakteri dan memungkinkan sistem kekebalan inangnya
mengambil alih sel bakteri yang dihambat, contohnya tetrasiklin. Tipe kedua ialah antibiotik yang
bersifat bakterisidal yang dapat membunuh bakteri dengan cara menghambat pembentukan
dinding sel dan bersifat toksik pada sel bakteri, contohnya penisilin.

Analgesik adalah obat yang digunakan untuk meng- urangi atau menghilangkan rasa sakit
atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Golongan obat analgesik di bagi
menjadi dua yaitu analgesik opioid/narkotik dan analgetik non- narkotik. Golongan obat ini
digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri seperti pada fraktura dan kanker.

Obat-obat golongan analgetik dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu: parasetamol,


salisilat, (asetasol, salisilamida, dan benorilat), penghambat Prostaglandin (NSAID) ibuprofen,
derivate-derivat antranilat (mefena- milat, asam niflumat glafenin, floktafenin, derivate-derivat
pirazolinon (aminofenazon, isoprofil penazon, isopro- filaminofenazon), lainnya benzidamin.
Obat golongan anti-inflamasi nonsteroid berupa aspirin dan salisilat lain, derivate asam propionate,
asam indolasetat, derivate oksikam, fenamat, fenilbutazon.
Klindamisin merupakan antibiotik yang efektif untuk pengobatan infeksi berbagai jenis
bakteri fakultatif anaerob serta beberapa bakteri anaerob. Klindamisin berkerja dengan
menghambat sintesis protein dari subunit ribosom 50S, sehingga akan mengganggu proses
pembentukan rantai peptida bakteri.

Parasetamol atau asetaminofen merupakan obat analgesik antipiretik yang sangat populer
di masyarakat dan biasa digunakan sebagai pereda nyeri dari nyeri ringan sampai sedang.
Parasetamol telah terbukti efek analgesik dan antipiretiknya, namun efek antiinflamasinya sangat
lemah dan mulai banyak digunakan sebagai pereda rasa nyeri akut pasca operasi.
LAMPIRAN

PETUNJUK PENILAIAN LAPORAN TUGAS


INDIVIDUAL DISKUSI KELOMPOK

ASPEK URAIAN NILAI


Pelengkap a. Judul Pemicu/Judul makalah 5
b. Nama mahasiswa
Pengetikan a. Jumlah halaman : 6-10 halaman 5
(termasuk Daftar Pustaka)
b. Kertas ukuran A4
c. Font : Times New Roman 12
d. Jarak pengetikan :1,5 spasi
Pendahuluan : a. Latar belakang 20
b. Deskripsi topik
Pembahasan Lengkap sesuai dengan learning issues setiap pemicu 45
yang bersangkutan
Ringkasan/Penutup Inti dari pendapat tentang topik 10
Referensi a. Sistematika pengutipan(Vancouver) 5
b. Sistematika Pengetikan(Vancouver)
Bahasa a. Mudah dimengerti 10
b. Kalimat logis dan jelas
c. Menggunakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
TOTAL NILAI 100
DAFTAR PUSTAKA

1
Rahayu S. Odontettomi, tatalaksana gigi bungsu impaksi. Ejournal WIDYA kesehatan
lingkungan 2014;2(1):81.
2
Poernomo H. Pengaruh gigi impaksi molar ketiga terhadap ketebalan angulus mandibula
berdasarkan jenis kelamin. Majalah kedokteran gigi indonesia. Juni 2015;1(1):48.
3
Tortora Gerard J, Derrickson B. Dasar anatomi & fisiologi : sistem oerganisasi, sistem penunjang
& gerak, & kontrol. Ed.13. jakarta: EGC, 2016 :562-563.
4
Schuenke M, Schulte E, & Schumacher U. Anatomi Untuk Kedokteran Gigi : kepala & leher.
[ed.] Eric W. Baker. jakarta : EGC, 2014: 74 - 81.

5
Bahrudin M. Patofisiologi nyeri (pain). Ejournal umm 2017;1(13):8-9.
6
Pratiwi RH. Mekanisme pertahanan bakteri patogen terhadap antibiotic. Jurnal Pro-Life
2017;3(4):422-423..

7
Mita SR, Husni P. Pemberian pemahaman mengenai obat analgesic secara rasional pada
masyarakat di arjasari kabupaten bandung. Jurnal aplikasi iptek untuk masyarakat (dharmakarya)
2017;3(6): 193-194.

8
Gunawan S, Nugraheni T, Mulyawati E. PERBEDAAN DAYA ANTIBAKTERI MEDIKAMEN
SALURAN AKAR BERBASIS SENG OKSIDA KOMBINASI KLINDAMISIN HIDROKLORIDA 5%
DAN KALSIUM HIDROKSIDA TERHADAP BAKTERI Enterococcus faecalis. Jurnal Kedokteran
Gigi 2016;2(7):161.

9
Asmara D T, Nugroho T E. Pengaruh analgesic kombinasi paracetamol. Jurnal Kedokteran
diponegoro 2017;2(6):419.

Anda mungkin juga menyukai