Disusun Oleh:
190600145
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Seluruh aktivitas didalam tubuh manusia diatur oleh sistem saraf. Dengan kata lain, sistem
saraf berperan dalam pengontrolan tubuh manusia. Sistem saraf sering juga disebut sebagai sitem
koordinasi. Dimana sistem saraf ini adalah pengendali seluruh aktivitas yang dikerjakan oleh tubuh
manusia.
Adanya pengaruh sistem saraf yaitu sikap terhadap adanya perubahan keadaan lingkungan
yang merangsangnya. Sebagai pengendalu dan pengatur susunan alat tubuh, susunan saraf mampu
menerima rangsangan dan mengirimkan impuls saraf ke susunan saraf pusat ataupun susnan saraf
perifer yang selanjutnya akan membuat kita memberikan tanggapan terhadap rangsangan tersebut.
Selain itu, kesadaran, daya pikir, daya ingat, bahasa, sensasi, dan gerakan berasal dari sistem saraf.
Sehingga dapat kita ketahui bahwa sistem saraf merupakan sistem yang sangat penting bagi tubuh
manusia.
Oleh karena itu, dalam pembahasan pemicu ini kita dituntun untuk mempelajari dan
memahami lebih dalam dasar-dasar sistem saraf manusia yang meliputi anatomi, fisiologi, dan
farmakologi terhadap sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer.
Sp.PA.;dr.Tri Widyawati,M.Si,Ph.D
Seorang laki-laki berumur 21 tahun datang ke praktek dokter gigi dengan keluhan rasa sakit
berdenyut di daerah gigi paling belakang sebelah kanan dan terasa bengkak ± sejak 3 hari yang
lalu. Pasien mengalami kesulitan saat makan akibat pembengkakan tersebut dan telah berusaha
mengobatinya sendiri dengan meminum obat yang dibelinya di warung, namun rasa sakit hanya
hilang sementara dan pembengkakan semakin besar. Pasien juga mengeluh badannya terasa
demam 2 hari belakangan ini. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik dan sebelumnya
tidak pernah melakukan perawatan gigi.
Pada pemeriksaan ekstraoral dijumpai pipi sebelah kanan terlihat sedikit membengkak dan
terasa hangat ketika dipalpasi. Pada pemeriksaan intraoral terlihat adanya gigi impaksi dengan
posisi mesioangular pada gigi 38 dimana sebagian gusi menutupi mahkota gigi dan sulit dipakai
untuk mengunyah sehingga pasien hanya mengunyah memakai satu sisi.
Tindakan awal yang dilakukan oleh dokter gigi adalah eksisi untuk membantu supaya
membantu jalan erupsi gigi tersebut. Kemudian dokter gigi memberikan resep sebagai berikut:
Antibiotik kapsul Clindamycin 300 mg 4 kali sehari selama 5 hari ; Analgetik-antipiretik yaitu
paracetamol tablet 500 mg 3 kali sehari selama 3 hari pada pasien tersebut.
Pasien dijadwalkan untuk kontrol tujuh hari lagi.
1.2.2.Pertanyaan
PEMBAHASAN
Saraf trigeminal adalah saraf kranial terbesar dan memegang kedua fungsi motorik
maupun sensorik. Saraf trigeminal dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
Saraf Optalmikus: Mengirim sensori dari wajah bagian atas, seperti dahi, kulit kepala,
dan kelopak mata
Saraf Maksilaris: Mengirim informasi sensori dari bagian tengah wajah, sepertipipi, bibir
atas, dan rongga hidung. Maksilaris juga mensarafi gigi-gigi yang ada di rahang atas.
Saraf Mandibular: Berfungsi dalam hal sensorik dan motorik. Bertugas mengirim
informasi dari telinga, bibir bawah, dan dagu. Saraf ini mengatur pergerakan otot rahang,
dan telinga. Selain itu, saraf mandibular ini juga mensarafi gigi-gigi yang ada di rahang
bawah.
Semua saraf yang mempersarafi gigi dan gusi adalah cabang dari saraf trigeminal (V). Saraf
trigeminal bercabanf menjadi saraf alveolar (CN V2) yang mempersarafi gigi bagian atas
(maksilaris) & saraf alveolar (CN V3) yang mempersarafi gigi bagian bawah (mandibular).
1. Saraf alveolar inferior: Saraf ini dibafi menjadi cabang insisivus dan mentalus.
Cabang insisivus mempersarafi gigi premolar pertama, gigi seri, dan gigi taring.
Cabang mentalis mempersarafi dagu dan bibir bawah.
2. Saraf alveolar superior cabang anterior, medial, dan posterior.
Saraf alveolar superior cabang posterior: Percabangan langsung di saraf maksilari
(V2) dan mempersarafi gigi molar melalui pleksus alveolar superior.
Saraf alveolar cabang medial dan anterior: Berasal dari cabang infra-orbital dari
saraf maksilaris (V2). Saraf alveolar abang medial yaitu mempersarafi gigi
premolar melalui pleksus alveolar superior. Sedangkan saraf superior cabang
anterior yaitu mempersarafi gigi seri dan taring.
Terdapat 12 pasang saraf kranial pada wajah yang keluar dari bawah permukaan otak
melalui foramina kecil. Sara kranial diberi nomor sesuai urutan keluarnya dari depan ke
samping, yaitu :
Nomor Nama Jenis Fungsi
I Olfaktorius Sensorik Menghantarkan bau menuju otak dan
kemudian diproses lebih lanjut.
II Optik Sensorik Menghantarkan impuls dari retina menuju
kiasma optikum, kemudian melalui traktus
optikus menuju korteks oksipitalis untuk
dikenali dan diinterpretasikan..
III Okulomotor Motorik Menggerakkan sebagian otot mata
IV Troklearis Motorik Mengerakkan beberapa otot mata
V Trigeminus Gabungan Sensorik : menerima rangsangan dari wajah
sebagai sentuhan.
Motorik : menggerakkan rahang.
VI Abdusen Motorik Abduksi mata
VII Fasialis Gabungan Sensorik : menerima rangsangan dari anterior
lidah sebagai rasa.
Motorik : mengendalikan otot waah untuk
ekspresi.
VIII Vestibulokoklearis Sensorik Mempertahankan keseimbangan (vestibularis)
dan menghantarkan impuls untuk mendengar
(koklearis).
IX Glosofaringeus Gabungan Sensorik : menghantarkan pengecapan dari
bagian posterior lidah.
Motorik : mempersarafi dinding posterior
faring.
X Vagus Gabungan Mempersarafi semua visera toraks dan
abdomen dan menghantarkan impuls dari
dinding usus, jantung, dan paru-paru.
XI Aksesorius Motorik Mengendalikan otot untuk melakukan fleksio
leher.
XII Hipoglossus Motorik Mengendalikan otot lidah.
Saraf yang menyampaikan sensasi sensorik pada wajah/rahang adalah olfaktorius, optik,
trigeminus, fasialis, glosoaringeus, dan vagus.
Nyeri adalah mekanisme protektif untuk menimbulkan kesadaran dari kenyataan bahwa
sedang/akan terjadi kerusakan jaringan. Selain itu, simpanan pengalaman yang menimbulkan
nyeri dalam ingatan membantu kita menghindari kejadian-kejadian yang berpotensi
membahayakan dari masa mendatang.
Terdapat 3 kategori reseptor nyeri atau nosiseptor. Nosiseptor mekanis berespon terhadap
kerusakan mekanisme misalnya tersayat, terpukul, atau cubitan. Nosisepto suhu berespon
terhadap suhu ekstrim, terutama panas. Nosiseptor polimodal berespon sama kuat terhadap
semua jenis rangsangan yang merusak, termasuk bahan kimia iritan yang dikeluarkan oleh
jaringan yang cedera. Karena manfaatnya untuk kelangsungan hidup makan nosiseptor juga tidak
beradaptasi terhadap rangsangan yang menetap/berulang.
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan baikaktual maupun potensial yang digambarkan dalambentuk kerusakan
tersebut. Mekanisme timbulnya nyeri didasari oleh proses multipel yaitu nosisepsi, sensitisasi
perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral, aksitabilitas ektopik, reorganisasi struktural, dan
penurunan inhibisi. Antara stimulus cedera jaringan dan pengalam subjektif nyeri terdapat 4
proses tersendiri yaitu: transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.
Rangsangan nyeri diterima oleh nosiseptor pada kulit bisa intensitas tinggi/rendah seperti
peregangan, suhu, serta lesi jaringan. Sel yang mengalami nekrotik akan merilis KT dan protein
intraseluler. Peningkatan KT ekstra seluler akan menyebabkan depolarisasi nosiseptor,
sedangkan protein pada beberapa keadaan akan menginfiltrasi mikroorganisme sehingga
menyebabkan peradangan/inflamasi. Akibatnya mediator nyeri dilepaskan sepertik leukotrien,
prostaglandin E2, dan histamin yang akan merangsang nosiseptor sehingga rangsangan berbaya
dan tidak dapat menyebabkan nyeri (hiperalgesia/allodysia). Selain itu lesi juga mengaktifkan
faktor pembekuan darah sehingga bradikinin dan serotonin akan terstimulasidan merangsang
nosiseptor. Jika oklusi pembekuan darah maka akan terjadi iskemia yang berakumulasi KT
ekstraseluler dan H+ yang akan mengaktifkan nosiseptor. Histamin, bradikinin, dan
prostaglandin E2 memiliki efek vasodilator dan meningkatkan permeabilitas pembekuan darah.
Hal ini menyebabkan edema loka, tekanan jaringan meningkat, dan terjadi perangsangan
nosiseptor.
Bila nosiseptor terangsng maka mereka melepaskan substansi peptida P(SP) dan
kalsitonin gen terkecil petida (CGRP), yang akan merangsang proses inflamasi dan juga
menghasilkan vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas darah. Vasokontriksi (oleh serotonin)
diikuti oleh vasodilatasi yang mungkin akan bertanggung jawab untuk serangan migran.
Perangsangan nosiseptor inilah yang menyebabkan nyeri.
5. Bagaimana jalur yang dilalui dalam susunan saraf, sehingga suau stimulusyang menyebabkan
nyeri dapat disadari?
Perjalan nyeri merupakan lalu lintas dua arah yaitu asenden dan desenden. Efek inhibisi
dicapai melalui arah desenden yang menjangkau dari otak sadar sampai kegerbang otak setengah
sadar dan medulla spinalis. Kornu dorsalis pada medulla spinalis zona mayor yang menrima
akson aferen primer (nosiseptor) yang mengirin informasi dari reseptor sensorik pada kulit,
visceral, sendi dan otot pada tungkai lengan ke sisi sentral kornu dorsalis yang menerima input
dari akson yang turun dari berbagai area di otak.
Sistem saraf otonom, seperti somatik, memiliki komponen aferen, pusat integrasi di
sentral, dan jalur efektor. Serat-serat aferen dari struktur alat dalam mencapai sistem saraf pusat
melalui jalur simpatis dan parasimpatis. Badan-badan sel terletak di akar dorsal dan ganglion
saraf kranialis yang homolog. Secara spesifik terdapat aferen viseral di saraf fasialis,
glosofaringeus, dan vagus; di akar dorsal torakal dan lumbal atas; dan di akar sacral. Badan sel
serat aferen viseral terdapat di serat aferen viseral dari mata di saraf trigeminus. Beberapa aferen
mengandung substansi P yang membuat hubungan dari kolateral ke neuron simpatis
pascaganglion, seperti pada ganglion mesenteric inferior yang berperan dalam kontrol refleks
alat dalam independen terhadap susunan saraf pusat.
Pada susunan saraf pusat, sensasi viseral beralan di sepanjang jalur yang sama dengan
sensasi somatik di traktus spinotalamikus dan radiasi talamus dan daerah korteks penerima
sensasi viseral bercampur dengan daerah korteks penerima sensasi somatik.
Golongan antibiotik dalam arti sebenarnya, antibiotik merupakan zat anti bakteri yang
diproduksi oleh berbagai spesies mikroorganisme (bakteri, jamur, dan actinomycota) yang dapt
menekan pertumbuhan dan atau membunuh mikoroorganisme lainnya. Pengunaan umum sering
meluas kepada agen anti mikroba sintetik, seperti sulfonamid dan kuinolon. Antimikroba
diklasifikasi berdasarkan struktur kimia dan mekanisme kerjanya sebagai berikut:
1. Antibiotik yang menghamabt sintesis dinding sel bakteri, termasuk gol. β-laktam,
mislanya penisilin, sefalosporin, dan carbapenem.
2. Antibiotik yang bekerja langsung pada membran sel mikroorganisme, meningkatka
permeabilitas, dan menyebabkan kebocoran senyawa intraseluler. Misalnya antijamur
poliena poliena misalnya, nistatin dan amfoterisin B yang mengikat sterol dinding sel,
dan daptomycin lipopeptide.
3. Antibiotik yang mengganggu fungsi subunit ribosom 30S atau 50S untuk menghambat
sintesis protein secara reversibel, yang pada umumnya merupakan bakteriostatik
misalnya, kloramfenikol, tetrasiklin,eritromisin, klindamisin, streptogramin, dan
linezolid.
4. Antibiotik berikatan pada subunit ribosom 30S dan mengganggu sintesis protein,
yang pada umumnya adalah bakterisida Misalnya, aminoglikosida.
5. Antibiotik yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri, seperti rifamycin
misalnya, rifampisin dan rifabutin yang menghambat enzim RNA polimerase dan
kuinolon yang menghambat enzim topoisomerase.
6. . Antimetabolit, seperti trimetoprim dan sulfonamid, yang menahan enzim – enzim
penting dari metabolisme folat.
BAB III
3.1.Saran
Dengan adanya laporan tugas individual diskusi kelompok pemicu ini, mahasiswa S-1
kedokteran gigi dapat memahami mengenai saraf trigeminus yang mempersarafi wajah/rahang
terutama pada gigi, mengetahui mekanisme nyeri, jalur yang dilalui susunan saraf sehingga nyeri
dapat dirasakan, penggolongan antibiotik dan analgetik-antipiretik, dan aspek farmakologi dari
clindamicyn dan paracetamol.
3.2.Kesimpulan
Pada wajah terdapat 12 pasang sara kranial. Salah satu cabang saraf kranial adalah sara
trigeminus. Saraf trigeminus terbagi tiga, yaitu opthalmicus, maxillaris, dan mandibularis.
Persarafan sensorik pada gigi yang terutama adalah nervus maxillaris yang memberikan
persaraan di bibir atas, muksa bibir atas, gingiva rahang atas, dan palatum; dan nervus
mandibularis yang memberi persaraan ke gigi mandibularis, lidah, dan gingiva.
Impuls nyeri disalurkan ke susunan saraf pusat oleh 2 sistem ujung saraf. Suatu sistem
nosiseptor terbentuk oleh ujung serat-serat Aδ kecil bermielin dan serat C tidak bermielin.
Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri. Penggolongan
antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu: menghambat sintesis atau merusak dinding
sel bakteri (beta-laktam, basitrasin, vankomisin), memodifikasi atau menghambat sintesis protein
(aminoglikosid, tetrasiklin, kloramfenikol, makrolida, klindamisin, mupirosin, spektinomisin),
antimetabolit (sulfonamide dan trimetoprim), memengaruhi sintesis atau metabolisme asam
nukleat (kuinolon dan nitrofuran).
Analgetik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran. Analgetik memiliki efek antipiretik yang menyebabkan obat tersebut
mampu menurunkan suhu tubuh saat keadaan demam. Penggolongan obat analgetik adalah
opioid (tramadol, fentanil, kodein) dan non-opioid (paracetamol, ibu profen, mefinal).
DAFTAR PUSTAKA
1. 1.Putri NH. Peran 12 Saraf Kranial di Kepala, Penting untuk Penglihatan hingga
Jantung. 13 Februari 2020. https://www.sehatq.com/artikel/peran-12-saraf-kranial-di-
kepala-penting-untuk-penglihatan-hingga-jantung 9 April 2020.