Anda di halaman 1dari 51

Putri Mutiara Sari

1102011212
1. Memahami & Menjelaskan Anatomi & Fisiologi Saraf Kranialis

Nomor Nama Jenis Fungsi
I Olfaktori Sensori Menerima rangsang dari hidung dan
menghantarkannya ke otak untuk diproses sebagai
sensasi bau
II Optik Sensori Menerima rangsang dari mata dan menghantarkannya
ke otak untuk diproses sebagai persepsi visual
III Okulomotor Motorik Menggerakkan sebagian besar otot mata
IV Troklear Motorik Menggerakkan beberapa otot mata
V Trigeminal Gabungan Sensori: Menerima rangsangan dari wajah untuk
diproses di otak sebagai sentuhan
Motorik: Menggerakkan rahang
VI Abdusen Motorik Abduksi mata
VII Fasial Gabungan Sensorik: Menerima rangsang dari bagian anterior
lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa
Motorik: Mengendalikan otot wajah untuk
menciptakan ekspresi wajah
VIII Vestibulokoklear Sensori Sensori sistem vestibular: Mengendalikan
keseimbangan
Sensori koklea: Menerima rangsang untuk diproses di
otak sebagai suara
IX Glosofaringeal Gabungan Sensori: Menerima rangsang dari bagian posterior lidah
untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa
Motorik: Mengendalikan organ-organ dalam
Putri Mutiara Sari
1102011212
X Vagus Gabungan Sensori: Menerima rangsang dari organ dalam
Motorik: Mengendalikan organ-organ dalam
XI Aksesori Motorik Mengendalikan pergerakan kepala
XII Hipoglosal Motorik Mengendalikan pergerakan lidah
SARAF OLFAKTORIUS (N.I)
Sistem olfaktorius dimulai
dengan sisi yang menerima
rangsangan olfaktorius. Sistem
ini terdiri dari bagian berikut:
mukosa olfaktorius pada
bagian atas kavum nasal, fila
olfaktoria, bulbus subkalosal
pada sisi medial lobus
orbitalis.
Saraf ini merupakan saraf
sensorik murni yang serabut-
serabutnya berasal dari
membran mukosa hidung dan menembus area kribriformis dari tulang etmoidal untuk bersinaps
di bulbus olfaktorius, dari sini, traktus olfaktorius berjalan dibawah lobus frontal dan berakhir di
lobus temporal bagian medial sisi yang sama.
Sistem olfaktorius merupakan satu-satunya sistem sensorik yang impulsnya mencapai korteks
tanpa dirilei di talamus. Bau-bauan yang dapat memprovokasi timbulnya nafsu makan dan
induksi salivasi serta bau busuk yang dapat menimbulkan rasa mual dan muntah menunjukkan
bahwa sistem ini ada kaitannya dengan
emosi. Serabut utama yang
menghubungkan sistem penciuman dengan
area otonom adalah medial forebrain
bundle dan stria medularis talamus. Emosi
yang menyertai rangsangan olfaktorius
mungkin berkaitan ke serat yang
berhubungan dengan talamus, hipotalamus
dan sistem limbik.
SARAF OPTIKUS (N. II)
Saraf Optikus merupakan saraf sensorik
murni yang dimulai di retina. Serabut-
serabut saraf ini, ini melewati foramen
optikum di dekat arteri optalmika dan
bergabung dengan saraf dari sisi lainnya
pada dasar otak untuk membentuk kiasma
optikum. Orientasi spasial serabut-serabut
Putri Mutiara Sari
1102011212
dari berbagai bagian fundus masih utuh sehingga serabut-serabut dari bagian bawah retina
ditemukan pada bagian inferior kiasma optikum dan sebaliknya.
Serabut-serabut dari lapangan visual temporal (separuh bagian nasal retina) menyilang kiasma,
sedangkan yang berasal dari lapangan visual nasal tidak menyilang. Serabut-serabut untuk indeks
cahaya yang berasal dari kiasma optikum berakhir di kolikulus superior, dimana terjadi
hubungan dengan kedua nuklei saraf okulomotorius. Sisa serabut yang meninggalkan kiasma
berhubungan dengan penglihatan dan berjalan di dalam traktus optikus menuju korpus
genikulatum lateralis. Dari sini serabut-serabut yang berasal dari radiasio optika melewati bagian
posterior kapsula interna dan berakhir di korteks visual lobus oksipital.
Dalam perjalanannya serabut-serabut tersebut memisahkan diri sehingga serabut-serabut
untuk kuadran bawah melalui lobus parietal sedangkan untuk kuadaran atas melalui lobus
temporal. Akibat dari dekusasio serabut-serabut tersebut pada kiasma optikum serabut-serabut
yang berasal dari lapangan penglihatan kiri berakhir di lobus oksipital kanan dan sebaliknya.
SARAF OKULOMOTORIUS (N. III)
Nukleus saraf okulomotorius
terletak sebagian di depan
substansia grisea periakuaduktal
(Nukleus motorik) dan sebagian
lagi di dalam substansia grisea
(Nukleus otonom).
Nukleus motorik bertanggung
jawab untuk persarafan otot-otot
rektus medialis, superior, dan
inferior, otot oblikus inferior dan
otot levator palpebra superior.
Nukleus otonom atau nukleus
Edinger-westhpal yang bermielin
sangat sedikit mempersarafi otot-
otot mata inferior yaitu spingter
pupil dan otot siliaris.



SARAF TROKLEARIS (N.
IV)
Nukleus saraf troklearis
terletak setinggi kolikuli
Putri Mutiara Sari
1102011212
inferior di depan substansia grisea periakuaduktal dan berada di bawah Nukleus okulomotorius.
Saraf ini merupakan satu-satunya saraf kranialis yang keluar dari sisi dorsal batang otak. Saraf
troklearis mempersarafi otot oblikus superior untuk menggerakkan mata bawah, kedalam dan
abduksi dalam derajat kecil.

SARAF TRIGEMINUS (N. V)
Saraf trigeminus bersifat campuran terdiri dari serabut-
serabut motorik dan serabut-serabut sensorik. Serabut
motorik mempersarafi otot masseter dan otot temporalis.
Serabut-serabut sensorik saraf trigeminus dibagi menjadi
tiga cabang utama yatu saraf oftalmikus, maksilaris, dan
mandibularis. Daerah sensoriknya mencakup daerah kulit,
dahi, wajah, mukosa mulut, hidung, sinus. Gigi maksilar dan
mandibula, dura dalam fosa kranii anterior dan tengah
bagian anterior telinga luar dan kanalis auditorius serta
bagian membran timpani.

SARAF ABDUSENS (N. VI)
Nukleus saraf abdusens terletak pada masing-masing sisi
pons bagian bawah dekat medula oblongata dan terletak
dibawah ventrikel ke empat saraf abdusens mempersarafi
otot rektus lateralis.




Putri Mutiara Sari
1102011212
SARAF FASIALIS (N. VII)

Saraf fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik fungsi motorik berasal dari Nukleus
motorik yang terletak pada bagian ventrolateral dari tegmentum pontin bawah dekat medula
oblongata. Fungsi sensorik berasal dari Nukleus sensorik yang muncul bersama nukleus motorik
dan saraf vestibulokoklearis yang berjalan ke lateral ke dalam kanalis akustikus interna.
Serabut motorik saraf fasialis mempersarafi otot-otot ekspresi wajah terdiri dari otot orbikularis
okuli, otot buksinator, otot oksipital, otot frontal, otot stapedius, otot stilohioideus, otot
digastriktus posterior serta otot platisma. Serabut sensorik menghantar persepsi pengecapan
bagian anterior lidah.

SARAF VESTIBULOKOKLEARIS (N. VIII)

Saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen yaitu serabut-serabut aferen yang mengurusi
pendengaran dan vestibuler yang mengandung serabut-serabut aferen yang mengurusi
keseimbangan. Serabut-serabut untuk pendengaran berasal dari organ corti dan berjalan menuju
inti koklea di pons, dari sini terdapat transmisi bilateral ke korpus genikulatum medial dan
kemudian menuju girus superior lobus temporalis. Serabut-serabut untuk keseimbangan mulai
dari utrikulus dan kanalis semisirkularis dan bergabung dengan serabut-serabut auditorik di
dalam kanalis fasialis. Serabut-serabut ini kemudian memasuki pons, serabut vestibutor berjalan
menyebar melewati batang dan serebelum.

Putri Mutiara Sari
1102011212
SARAF GLOSOFARINGEUS (N. IX)
Saraf Glosofaringeus menerima gabungan dari
saraf vagus dan asesorius pada waktu
meninggalkan kranium melalui foramen tersebut,
saraf glosofaringeus mempunyai dua ganglion,
yaitu ganglion intrakranialis superior dan
ekstrakranialis inferior. Setelah melewati foramen,
saraf berlanjut antara arteri karotis interna dan
vena jugularis interna ke otot stilofaringeus. Di
antara otot ini dan otot stiloglosal, saraf berlanjut
ke basis lidah dan mempersarafi mukosa faring,
tonsil dan sepertiga posterior lidah.




SARAF VAGUS (N. X)
Saraf vagus juga mempunyai dua ganglion
yaitu ganglion superior atau jugulare dan
ganglion inferior atau nodosum, keduanya
terletak pada daerah foramen jugularis, saraf
vagus mempersarafi semua visera toraks dan
abdomen dan menghantarkan impuls dari
dinding usus, jantung dan paru-paru.

Putri Mutiara Sari
1102011212
SARAF ASESORIUS (N. XI)
Saraf asesorius mempunyai radiks spinalis
dan kranialis. Radiks kranial adalah akson
dari neuron dalam nukleus ambigus yang
terletak dekat neuron dari saraf vagus.
Saraf aksesoris adalah saraf motorik yang
mempersarafi otot sternokleidomastoideus
dan bagian atas otot trapezius, otot
sternokleidomastoideus berfungsi memutar
kepala ke samping dan otot trapezius
memutar skapula bila lengan diangkat ke
atas.



SARAF HIPOGLOSUS (N. XII)
Nukleus saraf hipoglosus terletak pada medula oblongata pada setiap sisi garis tengah dan depan
ventrikel ke empat dimana semua menghasilkan trigonum hipoglosus. Saraf hipoglosus
merupakan saraf motorik untuk lidah dan mempersarafi otot lidah yaitu otot stiloglosus,
hipoglosus dan genioglosus.
Putri Mutiara Sari
1102011212
1.2. Menjelaskan Jaras Motorik dan Sensorik
1. Motorik

Sistem motorik merupakan sistem yang mengatur segala gerakan pada manusia. Gerakan
diatur oleh pusat gerakan yang terdapat di otak, diantaranya yaitu area motorik di korteks,
ganglia basalis, dan cerebellum. Jaras untuk sistem motorik ada dua, yaitu traktus piramidal dan
ekstrapiramidal :

A. Traktus piramidal s. Traktus Corticospinalis
Merupakan jaras motorik utama yang pusatnya di girus precentralis (area 4 Broadmann),
yang disebut juga korteks motorik primer. Impuls motorik dari pusat motorik disalurkan
melalui traktus piramidal berakhir pada cornu aanterior medulla spinalis.

Pusat jaras Motorik
Neuron Motorik Atas
Semua serabut saraf turun yang berasal dari sel pyramid cortex cerebri (Pusat
Supraspinal). Meliputi :
o Ganglia basalis tractus corticostriata
o Di-encephalon tractus cortico-diencephalon
o Batang otak cortico bulbaris

Motorik atas terletak pada cortex cerebri, neuron yang ada dicortex cerebri
sebagai Neuron orde pertama (sel pyramidalis). Axo neuron pertama turun melalui
corona radiata masuk crus posterior capsula interna mes-encephalon, pons,
medulla oblongata dan medulla spinalis bersinap dengan neuron orde kedua pada cornu
anterior subt.grisea medulla spinalis.

Asal Neuron Orde pertama :
o 1/3 berasal dari Area 4 Brodmann (pusat motorik primer) pada gyrus precentralis
o 1/3 berasal dari Area 6 Brodmann (pusat motorik sekunder) pada gyrus
precentralis
o 1/3 berasal dari Area 3,2,1 Brodmann (pusat somastesi) pada gyrus postcentralis
Putri Mutiara Sari
1102011212



Neuron Motorik Bawah (Pusat Spinal)
Cornu anterius medulla spinalis (Pusat Spinal) tractus corticospinalis. Letak columna
subt.grisea medulla spinalis terdapat dua neuron :
o Neuron orde kedua (neuron antara) terletak pada pangkal columna anterior
subt.grisea
o Neuron orde ketiga axon neuron ketiga keluar dari medulla spinalis sebagai
radix anterior n.spinalis yang bergabung dengan radix posterior membentuk
n.spinalis dan akhirnya pergi ke efektor sadar

B. Traktus Ekstrapyramidal
Datang dari Batang Otak menuju Medulla Spinalis
1. Tractus reticulospinalis
Asal : Formatio reticulare yang terletak sepanjang mes-encephalon, pons dan medulla
oblongata (neuron orde pertama).
Jalan :
Dari neuron yang ada di pons, dikirmkan axon lurus kebawah : traktus
reticulospinlis pontinus
Dari neuron di medulla oblongata, menyilang garis tengah baru turun ke medulla
spinalis : traktus reticulospinalis medulla spinalis
Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal: neuron orde kedua dan ketiga)
Putri Mutiara Sari
1102011212
Fungsi : mengontrol neuron orde kedua dan ketiga dalam bentuk fasilitasi dan inhibisi
kontraksi otot skelet berkaitan dengan fungsi kseimbangan tubuh.


2. Tractus Tectospinalis
Asal : colliculus superior mes-encephalon (neuron orde pertama)
Jalan : menyilang garis tengah dan turun melalui pons, medulla oblongata. Jalannya
dekat sekali dengan fasciculus longitudinale medialis
Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal) dan bersinaps dengan neuron
orde kedua dan ketiga
Fungsi :
1) terjadinya reflex pupilodilatasi sbg. respon kalau lagi berada dalam ruang gelap
2) terjadinya reflex gerakan tubuh sbg. respon terhadap ransang penglihatan
Putri Mutiara Sari
1102011212

3. Tractus Rubrospinalis
Asal : nucleus ruber (neuron orde pertama) pada tegmentum mes-encephalon setinggi
coliculus superior.
Jalan : axon neuron orde pertama menyilang garis tengah turun kebawah melewati
pns, medulla oblongata menuju cornu anterior meulla spinalis subt. grisea (pusat
spinal)
Fungsi : memacu kontraksi otot fleksor dan menghambat kontraksi otot ekstensor
berkaitan dengan fungsi keseimbangan tubuh











Putri Mutiara Sari
1102011212
4. Tractus vestibulospinalis
Asal : nuclei vestibularis = neuron orde pertama (dalam pons dan med. oblongata),
menerima akson dari auris interna melalui N.vestibularis dan cerebelum
Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal)
Fungsi: memacu kontraksi otot ekstensor dan menghambat kontraksi otot fleksor
berkaitan dengan fungsi keseimbangan tubuh

5. Tractus olivospinalis
Asal : nucleus olivarius inferius (neuron orde pertama), menerima axon dari : cortex
cerebrii, corpus striatum, nuceu ruber
Tujuan : cornu anterius med. spinalis (pusat spinal)
Fungsi : mempengaruhi kontraksi otot skelet berkaitan dengan fungsi keseimbangan
tubuh

Datang dari Cortex Cerebri menuju Batang Otak
a. Tractus Corticothalamus
Putri Mutiara Sari
1102011212
Asal : area brodmann 10, 11, 12
Tujuan : nucleus medialis thalami
Asal : area brodmann 9 dan 11
Tujuan : nuclei septi thalami
Asal : area brodmann 9
Tujuan : nucleus medialis et lateralis thalami
Asal : area brodmann 6
Tujuan : nuclei septi thalami, nucleus medualis et lateralis thalami
Asal : area brodmann 4
Tujuan : nuclei lateralis thalami
b. Tractus corticohypothalamicus
Asal : cortec hypocampi
Tujuan : hypothalamus
c. Tractus corticosubthalamicus
Asal : area brodman 6
Tujuan : subthalamus
d. Tractus Corticonigra
Asal : area brodmann 4, 6 dan 8
Tujuan : substantia nigra
e. Tractus yang berasal dari area brodmann 4 dan 6
Tujuan : tegmentum (mes-encephalon), nuclei pontis (pons), nucleus olivarius
inferius (medulla oblongata)

2. Sensorik
Reseptor adalah sel atau organ yang berfungsi menerima rangsang atau stimulus. Dengan alat
ini sistem saraf mendeteksi perubahan berbagai bentuk energi di lingkungan dalam dan luar.
Setiap reseptor sensoris mempunyai kemampuan mendeteksi stimulus dan mentranduksi energi
fisik ke dalam sinyal (impuls) saraf.
Menurut letaknya, reseptor dibagi menjadi:
Exteroseptor : perasaan tubuh permukaan (kulit), seperti sensasi nyeri, suhu, dan raba
Proprioseptor : perasaan tubuh dalam, seperti pada otot, sendi, dan tendo.
Interoseptor : perasaan tubuh pada alat-alat viscera atau alat-alat dalam, seperti jantung,
lambung, usus, dll.
Menurut tipe atau jenis stimulus, reseptor dibagi menjadi :
Mekanoreseptor
Kelompok reseptor sensorik untuk mendeteksi perubahan tekanan, memonitor tegangan pada
pembuluh darah, mendeteksi rasa raba atau sentuhan. Letaknya di kulit, otot rangka,
persendn dna organ visceral. Contoh reseptornya : corpus Meissner (untuk rasa raba ringan),
corpus Merkel dan badan Paccini (untuk sentuhan kasar dan tekanan).
Putri Mutiara Sari
1102011212

Thermoreseptor
Reseptor sensoris unuk mendeteksi perubahan suhu. Contohnya : bulbus Krause (untuk suhu
dingin), dan akhiran Ruffini (untuk suhu panas).
Nociseptor
Reseptor sensorik untuk mendeteksi rasa nyeri dan merespon tekaan yang dihasilkan oleh
adanya kerusakan jaringan akibat trauma fisik maupun kimia. Contoh reseptornya berupa
akhiran saraf bebas (untuk rasa nyeri) dan corpusculum Golgi (untuk tekanan).
Chemoreseptor
Reseptor sensorik untuk mendeteksi rangsang kimiwa, seperti : bu-bauan yang diterima sel
reseptor olfaktorius dalam hidung, rasa makanan yang diterima oleh sel reseptor pengecap di
lidah, reseptor kimiawi dalam pembuluh darah untuk mendeteksi oksigen, osmoreseptor
untuk mendeteksi perubahan osmolalitas cairan darah, glucoreseptor di hipotalamus
mendeteksi perubahan kadar gula darah.
Photoreseptor
Reseptor sensorik untuk mendeteksi perbahan cahaya, dan dilakukan oleh sel photoreceptor
(batang dan kesrucut) di retina mata.

Jaras somatosensorik yang dilalui oleh sistem sensorik adalah sebagai berikut :
A. Untuk rasa permukaan (eksteroseptif) seperti rasa nyeri, raba, tekan, dan suhu : sinyal
diterima reseptor dibawa ke ganglion spinale melalui radiks posterior menuju cornu
posterior medulla spinalis berganti menjadi neuron sensoris ke-2 lalu menyilang ke
sisi lain medulla spinalis membentuk jaras yang berjalan ke atas yaitu traktus
spinotalamikus menuju thalamus di otak berganti menjadi neuron sensoris ke-3
menuju korteks somatosensorik yang berada di girus postsentralis (lobus parietalis)

B. Untuk rasa dalam (proprioseptif) seperti perasaan sendi, otot dan tendo :
sinyal diterima reseptor ganglion spinale radiks posterior medulla spinalis lalu
naik sebagai funiculus grasilis dan funiculus cuneatus berakhir di nucleus Goll
berganti menjadi neusron sensoris ke-2 menyilang ke sisi lain medulla spinalis
menuju thalamus di otak berganti menjadi neuron sensoris ke-3 menuju ke korteks
somatosensorik di girus postsentralis (lobus parietalis).

1.3. Menjelaskan vaskularisasi otak
VASKULARISASI OTAK
Darah mengalir ke otak melalui dua arteri carotis dan dua arteri vertebralis :
Arteri carotis interna, setelah memisahkan diri dari arteri carotis comunis, naik dan masuk
ke rongga tengkorak melalui canalis carotikus, berjalan dalam sinus cavernosus,
mempercabangkan arteri untuk nervus opticus dan retina, akhirnya bercabang dua : arteri cerebri
anterior dan arteri cerebri media :
Putri Mutiara Sari
1102011212
Arteri carotis interna memberikan vaskularisasi pada regio sentral dan lateral
hemisfer.
Arteri cerebri anterior memberikan vaskularisasi pada korteks frontalis, parietalis
bagian tengah, corpus calosum dan nukleus caudatus.
Arteri cerebri media memberikan vaskularisasi pada korteks lobus frontalis,
parietalis dan temporalis.
Sistem vertebral dibentuk oleh arteri vertebralis kanan dan kiri yang berpangkal di arteri
subclavia, menuju dasar tengkorak melalui canalis transversalis di kolumna vertebralis
cervikalis, masuk rongga kranium melalui foramen magnum, lalu mempercabangkan masing-
masing sepasang arteri cerebelli inferior. Pada batas medulla oblongata dan pons, keduanya
bersatu menjadi arteri basilaris dan setelah mengeluarkan 3 kelompok cabang arteri, pada tingkat
mesencephalon, arteri basilaris berakhir sebagai sepasang cabang arteri cerebri posterior.
Arteri vertebralis memberikan vaskularisasi pada batang otak dan medula spinalis
atas.
Arteri basilaris memberikan vaskularisasi pada pons.
Arteri serebri posterior memberikan vaskularisasi pada lobus temporalis, oksipitalis,
sebagian kapsula interna, talamus, hipokampus, korpus genikulatum dan mamilaria,
pleksus koroid dan batang otak bagian atas
Arteria basilaris (aa. vertebrales a. Basilaris) terdiri dari :
Inferior anterior cerebelli (a. labyrinthi)
Aa. pontis
Aa. mesencephalicae
Superior cerebelli
Aa. cerebri posteriores circulus arteriosus cerebri Willisi

Circulus Arteriosus Wilisi
Merupakan anastomose yang penting antara 4 arteri (a.vertebralis & a.carotis interna) yang
memasok darah ke otak. Dibentuk oleh a.cerebri posterior, a.communicans posterior, a.carotis
interna, a.cerebri anterior, dan a.comunicans anterior.
Masing-masing a.cerebralis mengantar darah ke satu permukaan dan satu kutub cerebrum :
1. A. cerebri anterior mengantar darah hampir seluruh permukaan medial & superior serta
polus frontalis
2. A. cerebri media mengantar darah ke permukaan lateral & polus temporalis
3. A. cerebri posterior mengantar darah ke permukaan inferior & polus occipitalis.

Pembuluh balik di otak
Ada 2 kelompok pembuluh balik :
Putri Mutiara Sari
1102011212
1. Vv.cerebrales superficialis (v.cerebri externa)
2. Vv.cerebrales profunda (v.cerebri interna)
Cabang v.cerebri externa : v.cerebri superior, v.cerebri media, v.cerebri anterior dan
v.basilaris v. cerebri externa terdapat dirongga subarachnoid.
Cabang v.cerebri interna : v. terminalis & v. choroidea v. terminalis & v. choroidea
bergabung membentuk v. cerebri magna.

Saraf Kranial Tempat keluar-masuk pada Otak
N. I : Fila olfaktoria Bulbus olfaktorius
N. II : N. Opticus Chiasma optikum
N. III : N. Oculomotorius Pedunculus Cerebri, sulcus oculomotorius
N. IV : N.Trochlearis Dorsal dari tectum mesencephali
N. V : N. Trigeminus
-N. opthalmicus [V/1]
-N. Maxillaris [V/2]
-N. Mandibularis [V/3]
Tepi samping pons.
Ketiga cabang N. Trigeminus di ganglion trigeminale
(Gasseri)
N. VI : N. Abducens Antara pons dan pyramis
N. VII : N. Facialis Sudut jembatan otak kecil (Angulus
pontocerebellaris)
N. VIII : N.
Vestibulocochlearis
N. IX : N. Glossopharyngeus Medula oblongata, Sulcus posterolateralis
(retroolivaris)
N. X : N. Vagus
N. XI : N. Accessorius
N. XII : N. Hypoglossus Medula oblongata, Sulcus anterolateralis

Putri Mutiara Sari
1102011212


2. Memahami dan Menjelaskan Stroke
2.1. Definisi
Stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit
pembuluh darah otak.yg tersumbat atau terputus.
2.2 Etiologi
Faktor resiko :
Antara lain Hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi)
Kolesterol
Aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah)
Gangguan jantung
Diabetes
Riwayat stroke dalam keluarga
Migrain
Merokok (aktif & pasif)
Makanan tidak sehat (junk food, fast food)
Alkohol
Kurang olahraga
Putri Mutiara Sari
1102011212
Mendengkur
Kontrasepsi oral
Narkoba
Obesitas
2.3. Klasifikasi
Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak
sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke Iskemik. Stroke iskemik ini dibagi
menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Stroke Trombotik :Proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan.
2. Stroke Embolik : Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
3. Hipoperfusion Sistemik : Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena
adanya gangguan denyut jantung.
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak.
Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Stroke hemoragik ada 2
jenis, yaitu:
1. Hemoragik Intraserebral : pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak.
2. Hemoragik Subaraknoid : pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang sempit
antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).
Stroke dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria. Menurut Misbach (1999) dalam
Ritarwan (2002), klasifikasi tersebut antara lain:
A. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya:
1. Stroke iskemik
Transient Ischemic Attack (TIA)
Trombosis serebri
Emboli serebri
2. Stroke hemoragik
Perdarahan intraserebral
Perdarahan subarakhnoid
B. Berdasarkan stadium atau pertimbangan waktu:
1. Serangan iskemik sepintas atau Transient Ischemic Attack (TIA)
Pada bentuk ini gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak
akan menghilang dalam waktu 24 jam.
2. Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam,
tetapi tidak lebih dari seminggu.
3. Progressing stroke atau stroke in evolution
Gejala neurologik yang makin lama makin berat.
4. Completed stroke
Gejala klinis yang telah menetap.
C. Berdasarkan sistem pembuluh darah:
Putri Mutiara Sari
1102011212
Sistem karotis dan sistem vertebrobasiler.

Stroke juga umumnya diklasifikasikan menurut patogenesisnya. Dalam hal ini stroke terbagi
dalam dua klasifikasi, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Berdasarkan penelitian,
dijumpai prevalensi stroke iskemik lebih besar dibandingkan dengan stroke hemoragik. Menurut
Sudlow dan Warlow (1996) dalam Davenport dan Dennis (2000), 80% dari seluruh kejadian
stroke pada orang kulit putih merupakan stroke iskemik.




2.4. Patofisiologi
Berikut ini adalah skema terjadinya stroke :
Putri Mutiara Sari
1102011212

Stroke Iskemik
Adanya aterotrombosis atau emboli, memutuskan aliran darah otak (cerebral blood flow/CBF).
Nilai normal CBF = 53 ml/100 mg jaringan otak/menit. Jika CBF < 30 ml/100 mg/menit, maka
akan terjadi iskemik. Jika CBF < 10 ml/100 mg/menit kekurangan oksigen, maka proses
fosforilasi oksidatif terhambat dan produksi ATP (energi) berkurang. Hal ini menyebabkan
pompa Na-K-ATPase tidak berfungsi, sehingga terjadi depolarisasi membran sel saraf yang
menyebabkan pembukaan kanal ion Ca. hal ini akan memicu kenaikan influks Ca secara cepat
sehingga terjadi gangguan padanCa homeostasis. Ca merupakan signalling molekul yang
mengaktivasi berbagai enzim dan memicu proses biokimia yang bersifat eksitotoksik yang
menyebabkan kematian sel saraf (nekrosis maupun apotosis), sehingga gejala yang timbul
tergantung pada saraf mana yang mengalami kerusakan/kematian
Putri Mutiara Sari
1102011212

Stroke Hemoragik
Hemoragik merupakan penyebab ketiga tersering serangan stroke. Penyebab utamanya:
hipertensi yang terjadi jika tekanan darah meningkat dengan signifikan, sehingga pembuluh
arteri robek dan menyebabkan perdarahan pada jaringan otak. Hal tersebut menimbulkan
membentuk suatu massa yang menyebabkan jaringan otak terdesak, bergeser, atau tertekan
(displacement of brain tissue) sehingga fungsi otak terganggu. Semakin besar hemoragi yang
terjadi, semakin besar displacement jaringan otak yang terjadi. Pasien dengan stroke hemoragik
sebagian besar mengalami ketidaksadaran dan akhirnya meninggal.
2.5. Manifestasi Klinis
Berikut ini adalah manifestasi klinis stroke berdasarkan lokasi penyumbatan
1. Pembuluh besar dalam sirkulasi anterior
a. Arteri cerebri media
Sumbatan total :
Contralateral hemiplegia, hemianasthesia, homonymous hemianopia, pandangan
cenderung pada sisi ipsilateral. Dapat pula terjadi global aphasia pada hemisphere
yang dominan dan ansognosia, constructional aphasia, dysarthria pada hemisphere
non dominan.
Sumbatan partial :
Lemah tangan / lengan atau lemah wajah dengan aphasia broca dengan atau tanpa
kelemahan lengan. Ataupun dapat terjadi aphasia wernicke tanpa kelemahan.
b. Arteri cerebri anterior
Respons motorik dan verbal menurun, paraparesis, dan inkontinensia urin.
c. Arteri choroid anterior
Hemiplegia contralateral, hemianasthesia, homonymous hemianopia.
d. Arteri carotis interna
Gejala mirip dengan gejala pada arteri cerebri media, namun juga terdapat transient
monocular blindness.
e. Arteri carotis communis
Gejala sama dengan pada carotis interna.

2. Pembuluh darah besar dalam sirkulasi posterior
a. Arteri cerebri posterior
Infark pada lesi lateral subthalamus, thalamus medial, ipsilateral pedunculus cerebral, dan
midbrain. Dapat pula terjadi palsy N. III dengan ataxia contralateral atau hemiplegia
contralateral.
Penyumbatan pada bagian distal arteri ini mengakibatkan infark pada temporal medial
dan occipital, yang kemudian menyebabkan contralateral homonymous hemianopia,
gangguan ingatan apabila hippocampus terlibat. Infark pada splenium corpus callosum
menyebabkan alexia tanpa agraphia.
b. Arteri vertebral dan cerebri posterior inferior
Vertigo, kaku wajah ipsilateral dan badan kontralateral, diplopia, hoarseness, dysarthria,
dysphagia, Wallenbergs syndrome.
Putri Mutiara Sari
1102011212
Infark cerebral dan edema dapat mengakibatkan respiratory arrest.
c. Arteri basilaris
Gejala pusing (dizziness), diplopia, dysarthria, kaku wajah, gejala hemisensorik.
d. Arteri cerebelli superior
Ataxia cerebellar ipsilateral, mual muntah, dysarthria, rasa kebal kontralateral, tidak
merasakan sensasi suhu pada ekstremitas, badan, dan wajah.
e. Arteri cerebelli anterior inferior
Penurunan pendengaran ipsilateral, lemah wajah, vertigo, mual muntah, nystagmus,
tinnitus, cerebellar ataxia, kebal contralateral.

3. Pembuluh kecil (lacunar stroke)
Gejala dapat berupa hemiparesis motorik, ataxic hemiparesis, dysarthria, dan aphasia broca.

2.6. Diagnosis
Anamnesis
a. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, dokter yang merujuk, pemberi informasi (misalnya pasien,
keluarga,dll), dan keandalan pemberi informasi.
b. Keluhan utama
Pernyataan dalam bahasa pasien tentang permasalahan yang sedang dihadapinya.
c. Riwayat penyakit sekarang (RPS).
d. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
Berupa pengobatan yang dijalani sekarang, termasuk OTC, vitamin dan obat herbal.Allergi
(alergi obat dan yang lainnya yang menyebabkan manifestasi alergi spesifik), operasi, rawat
inap di rumah sakit, transfusi darah termasuk kapan dan berapa banyak jumlah produk
darahnya, trauma dan riwayat penyakit yang dulu.
Pada pasien dewasa : Tanya apakah menderita penyakti DM, HTN, stroke, PUD, asthma,
emphysema, tyroid, hepar dan ginjal, penyakit perdarahan, kanker, TB, hepatitis dan
penyakit menular seksual. Pada pasien anak-anak: mencakup riwayat prenatal dan kelahiran,
makanan, intoleransi makana, riwayat imunisasi, temperatur pemanas aiat dan penggunaan
helm waktu bersepeda.
e. Riwayat Keluarga
Umur, status anggota keluarga (hidup, mati) dan masalah kesehatan pada anggota keluarga
(tanya apakah ada yang menderita kanker terutama payudara, kolon dan prostat), TB, asma,
infark miokard, HTN, penyakit tyroid, penyakit ginjal, PUD, DM, penyakit perdarahan,
glaukoma, degenerasi makular dan depresi atau penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan.
Gunakan skema keluarga (pedagre).
Putri Mutiara Sari
1102011212
f. Riwayat psychosocial (sosial)
Stressor (finansial, hubungan spesial, lingkungan kerja atau sekolah, kesehatan) dan
dukungan (keluarga, teman, dll), faktor resiko gaya hidup (alkohol, obat-obatan, tembakau
dan penggunaan kafein, diet, olah raga, paparan terhadap agen lingkungan dan prilaku
seksual, profil pasien (mencakup status pernikahan, anak, orientasi seksual, pekerjaan
sekarang dan sebelumnya, dukungan finansial dan asurasi, pendidikan, agama, hoby,
kepercayaan, kondisi tempat tinggal), untuk veteran mencakup riwayat militer. Pasien
pediatrik mencakup tingkat sekolah dan kebiasaan tidur dan bermain.
Pemeriksaan fisik nervus cranialis :
a. N.I : olfaktorius (daya penciuman)
Pasien memejamkan mata, disuruh membedakan yang dirasakan (kopi, tembakau,alkohol,
dll)
b. N.II : optikus (tajam penglihatan)
Dengan snellen card, funduscope, dan periksa lapang pandang.
c. N.III : okulomorius (gerakan kelopak mata ke atas, kontriksi pupil, gerakan otot mata)
Tes putaran bola mata, menggerakkan konjungtiva, palpebra, refleks pupil dan inspeksi
kelopak mata.
d. N.IV : trochearis (gerakan mata ke bawah dan ke dalam)
Sama seperti N.III
e. N.V : trigeminal (gerakan mengunyah, sensasi wajah, lidah dan gigi, refleks kornea dan
refleks kedip) :
Menggerakkan rahang ke semua sisi, pasien memejamkan mata, sentuh dengan kapas pada
dahi dan pipi. Reaksi nyeri dilakukan dengan benda tumpul. Reaksi suhu dilakukan dengan
air panas dan dingin, menyentuh permukaan kornea dengan kapas.
f. N.VI : abducend (deviasi mata ke lateral)
Sama seperti N.III.
g. N.VII : facialis (gerakan otot wajah, sensasi rasa 2/3 anterior lidah)
Senyum, bersiul, mengerutkan dahi, mengangkat alis maja, menutup kelopak mata dengan
tahanan, menjulurkan lidah untuk membedakan gula dengan garam.
h. N.VIII : vestibulocochlearis (pendengaran dan keseimbangan)
Putri Mutiara Sari
1102011212
Tes webber dan rinne.
i. N.IX : glosofaringeus (sensasi rasa 1/3 posterior lidah)
Membedakan rasa manis dan asam (gula dan garam).
j. N.X : vagus (refleks muntah dan menelan)
Menyentuh pharing posterior, pasien menelan ludah / air, disuruh mengucap ah!.
k. N.XI : accesorius (gerakan otot trapezius dan sternocleidomastoideus)
Palpasi dan catat kekuatan otot trapezius, suruh pasien mengangkat bahu dan lakukan
tahanan sambil pasien melawan tahanan tersebut. Palpasi dan catat kekuatan otot
sternocleidomastoideus, suruh pasien memutar kepala dan lakukan tahanan dan suruh pasien
melawan tahan.
l. N.XII : hipoglosus (gerakan lidah)
Pasien suruh menjulurkan lidah dan menggerakkan dari sisi ke sisi. Suruh pasien menekan
pipi bagian dalam lalu tekan dari luar, dan perintahkan pasien melawan tekanan tadi.
Pemeriksaan neurologik dalam penanganan kegawatdaruratan, termasuk kasus stroke iskemik,
haruslah cepat, tepat dan menyeluruh. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan skala atau
sistem skoring yang formal seperti National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS). NIHSS
tidak hanya menilai derajat defisit neurologis, tetapi juga memfasilitasi komunikasi antara pasien
dan tenaga medis, mengidentifikasi kemungkinan sumbatan pembuluh darah, menentukan
prognosis awal dan komplikasi serta menentukan intervensi yang diperlukan. Skor NIHSS <20
mengindikasikan stroke dalam tingkat ringan sampai sedang. Skor NIHSS 20 mengindikasikan
stroke dalam tingkat yang parah (Adams, dkk., 2007).
Tabel 2.1. National Institute of Health Stroke Scale
Putri Mutiara Sari
1102011212

Putri Mutiara Sari
1102011212

Fischer, dkk. (2005) menemukan hubungan antara skor NIHSS dengan adanya sumbatan
pembuluh darah sekaligus menentukan lokasi penyumbatannya. Skor NIHSS 10
mengindikasikan adanya sumbatan pembuluh darah terutama di arteri karotis dan arteri
vertebrobasilaris. Skor NIHSS 12 mengindikasikan adanya sumbatan pembuluh darah sentral.
Semakin kecil skor NIHSS makan semakin ke perifer sumbatan pembuluh darah yang terjadi.

Putri Mutiara Sari
1102011212

A complete exam should be done. Your doctor will:
Check for problems with vision, movement, feeling, reflexes, understanding, and
speaking. Your doctor and nurses will repeat this exam over time to see if your stroke is
getting worse or improving.
Listen for an abnormal sound, called a "bruit," when using a stethoscope to listen to the
carotid arteries in the neck. A bruit is caused by abnormal blood flow.
Check your blood pressure, which may be high.
Tests can help your doctor find the type, location, and cause of the stroke and rule out other
disorders.
Angiogram of the head can show which blood vessel is blocked or bleeding
Carotid duplex (ultrasound) can show if the carotid arteries in your neck have narrowed
CT scan of the brain is often done soon after symptoms of a stroke begin. An MRI scan
of the brain may be done instead or afterwards
Echocardiogram may be done if the stroke could have been caused by a blood clot from
the heart
Magnetic resonance angiography (MRA) or CT angiography may be done to check for
abnormal blood vessels in the brain
Other tests include:
Lab tests will include:
o Bleeding time
o Blood cholesterol and sugar
o Blood clotting tests (prothrombin time or partial thromboplastin time)
o Complete blood count (CBC)
Electrocardiogram (ECG) and heart rhythm monitoring -- to show whether an irregular
heartbeat (such as atrial fibrillation) caused the stroke

Putri Mutiara Sari
1102011212
2.7. Pemeriksaan penunjang
Skor yang dapat digunakan oleh tenaga medis untuk mengarahkan diagnosis diantaranya :
A. Skor Siriraj
1. Kesadaran ( x 2,5 )
siaga 0
Pingsan 1
Semi koma, koma 2

2. Muntah ( x 2 )
No 0
Yes 1

3. Nyeri kepala dalam 2 jam ( x2)
No 0
Yes 1

4. Tekanan Diastolik ( DBP )
DBP x 0,1

5. Atheroma markers ( x -3 )
Done 0
Diabetes, angina, claudicatio intermitten 1

6. Konstanta 12
Siriraj Stroke Score (SSS): ( 2,5 x derajat kesadaran ) + ( 2 x vomitus ) + ( 2 x nyeri kepala ) + (
0,1 x tekanan diastolik ) ( 3 x petanda ateroma ) 12
Interpretasi score : Skor -1 = Infark, 1 = Hemoragik

Poin-poin pada masing-masih gejala klinis tersebut ditambahkan, dan ditemukan hasil dengan
interpretasi < -1 adalah kemungkinan strok non-hemorrhagic, sedangkan pada skor >1 maka
kemungkinan strok hemorrhagic.
Pemeriksaan radiologis
a. CT-scan
CT-scan merupakan alat pencitraan yang dipakai pada kasus-kasus emergensi seperti
emboli paru, diseksi aorta, akut abdomen, semua jenis trauma dan menentukan tingkatan
Putri Mutiara Sari
1102011212
dalam stroke. Pada kasus stroke, CT-scan dapat menentukan dan memisahkan antara jaringan
otak yang infark dan daerah penumbra. Selain itu, alat ini bagus juga untuk menilai
kalsifikasi jaringan. Berdasarkan beberapa studi terakhir, CT-scan dapat mendeteksi lebih
dari 90 % kasus stroke iskemik, dan menjadi baku emas dalam diagnosis stroke.



Normal stroke(tanda-tanda perdarahan (warna
putih/hiperdens)
atau tanda iskemia/infark
(warna menurun/hipodens)


khas pada strok non-hemoragik


b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Secara umum lebih sensitif dibandingkan CT-scan. MRI juga dapat digunakan pada
kompresi spinal. Kelemahan alat ini adalah tidak dapat mendeteksi adanya emboli paru,
udara bebas dalam peritoneum dan fraktur. Kelemahan lainnya adalah prosedur pemeriksaan
yang lebih rumit dan lebih lama, hanya sedikit sekali rumah sakit yang mempunyai, harga
Putri Mutiara Sari
1102011212
pemeriksaan yang sangat mahal serta tidak dapat dipakai pada pasien yang memakai alat
pacemaker jantung dan alat bantu pendengaran.

2.8. Tatalaksana

Pengobatan Umum
Untuk pengobatan umum ini dipakai patokan 5 B yaitu:
1. Breathing
Harus dijaga agar jalan nafas bebas dan fungsi paru-paru baik. Pengobatan dengan oksigen
hanya perlu bila kadar oksigen darah berkurang.
2. Brain
Udem otak dan kejang-kejang harus dicegah dan diatasi. Bila terjadi udem otak, dapat dilihat
dari keadaan pasien yang mengantuk, adanya bradikardi atau dengan pemeriksaan
funduskopi, dapat diberikan manitol. Untuk mengatasi kejang-kejang yang timbul dapat
diberikan Diphenylhydantoin atau Carbamazepin.
3. Blood
Tekanan darah dijaga agar tetap cukup tinggi untuk mengalirkan darah ke otak. Pengobatan
hipertensi pada fase akut dapat mengurangi tekanan perfusi yang justru akan menambah
iskemik lagi.
Kadar Hb dan glukosa harus dijaga cukup baik untuk metabolisme otak. Pemberian infus
glukosa harus dicegah karena akan menambah terjadinya asidosis di daerah infark yang akan
mempermudah terjadinya udem. Keseimbangan elektrolit harus dijaga.
4. Bowel
Defekasi dan nutrisi harus diperhatikan. Hindari terjadinya obstipasi karena akan membuat
pasien gelisah. Nutrisi harus cukup. Bila perlu diberikan nasogastric tube (NGT).
5. Bladder
Miksi dan balance cairan harus diperhatikan. Jangan sampai terjadi retentio urin.
Pemasangan kateter jika terjadi inkontinensia.
Perawatan suportif
Pelihara oksigenasi jaringan secara adekuat; membutuhkan bantuan saluran napas dan
ventilasi. Cek aspirasi pneumonia yang mungkin terjadi.
Tekanan darah; pada kebanyakan kasus, tekanan darah tidak boleh diturunkan secara
cepat. Jika terlalu tinggi, menurunkan tekanan darah secara berhati-hati, karena status
neurologis dapat bertambah buruk ketika tekanan darah diturunkan.
Status volume darah; koreksi hipovolemia dan elektrolit-elektrolit tetap pada batas
normal.
Demam; harus dicari sumber dari demam dan diturunkan dengan anti piretik yang sesuai.
Hypoglycemia/dan atau hyperglycemia; harus dijaga dengan kontrol yang ketat.
Hiperglikemia dapat bertambah buruk pada cedera iskemik.
Profilaksis DVT; stroke dengan pasien yang mempunyai risiko tinggi untuk DVT.
Penting untuk menggunakan heparin subcutan 5,000 IU q. 8 atau 12 jam atau subkutan
enoksaparin 30 mg q. 12 jam pada ambulasi awal.
a. Penatalaksanaan Stroke Hemoragik
Putri Mutiara Sari
1102011212
Singkirkan kemungkinan koagulopati. Pastikan hasil masa protrombin dan masa
tromboplastin parsial adalah normal. Jika masa protrombin memanjang, berikan plasma
beku segar (FFP) 4-8 unit intravena setiap 4 jam dan vitamin K 15 mg intravena bolus,
kemudian 3 kali sehari 15 mg subkutan sampai masa protrombin normal. Koreksi
antikoagulasi heparin dengan protamin sulfat 10-50 mg bolus lambat (1 mg mengoreksi
100 unit heparin).
Kendalikan HT. Tekanan yang tinggi bisa menyebabkan perburukan perihematom.
Tekanan darah sisitolik >180mmHg dengan labetalol (20 mg intravena dalam 2 menit
ulangi 40-80 mg intravena dalam interval 10 menit sampai tekanan yang diinginkan
kemudian infus 2 mg/menit dan dirasi atau penghambat ACE 12,5 mg-25 mg, 2-3 kali
sehari atau antagonis kalsium (nifedipin oral 4x 10 mg).
Pertimbangkan bedah saraf apabila perdarahan serebelum diameter lebih dari 3 cm atau
volum lebih dari 50 ml. Pemasangan ventrikulo-peritoneal bila ada hidroefalus obstruktif
akut atau kliping aneurisma.
Pertimbangkan angiografi untuk menyingkirkan aneurisma/malformasi arteriovenosa.
Berikan manitol 20% (1 mg/kg BB intravena dalan 20-30 menit). Steroid tidak terbukti
efektif pada perdarahan intraserebral.
Pertimbangkan fenitoin (10-20 mg/kg BB intravena atau peroral). Pada umumnya anti
konvulsan diberikan bila terdapat kejang.
Pertimbangkan terapi hipervolemik dan nimodipin untuk mencegah vasospasme.
Untuk mengatasi perdarahan intracerebral : obati penyebabnya, turunkan TIK, beri
neuroprotektor, tindakan bedah dengan pertimbangan GCS >4 dilakukan pada pasien
dengan perdarahan serebelum > 3cm, hidrosefalus akibat perdarahan intraventrikel atau
serebelum, perdarahan lobar diatas 60 cc dengan tanda peningkatan TIK akut dan
encaman herniasi.

Pada TIK yang meninggi :
o Manitol bolus, 1 gr/kgBB dalam 20-30 menit lanjutkan dengan 0,25-0,5g/kgBB tiap 6
jam smpai maksimal 48 jam.
o Gliserol 50% oral, 0,25-1 gr/kgBB setiap 4-6 jam atau gliserol 10% intravena 10
ml/kgBB dalam 3-4 jam (untuk edema serebri ringan-sedang).
o Furosemid 1mg/ kg BB intravena.
o Intubasi dan hiperventilasi terkontrol sampai pCO
2
29-35 mmHg
o Penggunaan steroid masih kontroversial.
o Kraniotomi dekompresif.

Perdarahan subaraknoid
o Nimodipin digunakan untuk mencegah vasospasme.
o Tindakan operasi dapat dilakukan pada perdarahan subaraknoid stadium I dan II
akibat pecahnya aneurisma sakular berry dan adanya komplikasi hidrosefalus
obstruktif.


Putri Mutiara Sari
1102011212
b. Penatalaksanaan Stroke Non-Hemoragik

Tujuan terapi:
1. Pencegahan stroke melalui reduksi faktor risiko.
2. Pencegahan sejak awal atau pada stroke yang rekuren dengan memodifikasi proses patologik
mendasar.
3. Mereduksi kerusakan otak sekunder dengan pemeliharaan perfusi yang adekuat pada daerah
yang secara garis besar mengalami iskemik dengan mengurangi dan atau menurunkan edema.
Penanganan dari Serangan Iskemia Akut
1. Mengeleminasi atau mengontrol faktor-faktor risiko.
2. Memberi edukasi pada pasien mengenai pengurangan faktor risiko dan tanda serta gejala-
gejala dari TIA dan stroke ringan.
3. Intervensi-Bedah
Endarterektomi karotis ( Cea)
Pengeluaran plak ateromatosa dengan cara bedah.
Pasien yang direservasi untuk pengeluaran bekuan atau lesi berulserasi yang mengoklusi
> 70% dari aliran darah pada arteri karotis.
Dapat menurunkan risiko dari strok > 60% selama tahun keduanya setelah dioperasi dan
wajib mengikuti mengikuti prosedur.
Endarterektomi vertebra umumnya tidak lagi digunakan.

a. Angioplasti balon
Menempatkan suatu balon kecil yang dideflasikan pada pembuluh darah yang yang
mengalami stenose Balon kemudian dipompakan menekan plak ateromatosa ke arah
dinding. Mempunyai risiko melepasnya emboli kecil yang dapat berpindah ke retina atau
otak.
b. Penempatan Sten
Prosedur eksperimental; > 50-60% mengalami kekambuhan. Menempatkan suatu coil
baja tahan-karat kedalam pembuluh darah yang kemudian difiksasi pada salah satu
dinding dari arteri; saat ini coil ditambahkan dengan obat-obatan slow-release.

4. Agen-agen antiplatelet
Aspirin

Mekanisme kerja: a) Menghambat agregasi platelet. b) Menurunkan atau mengurangi pelepasan
substansi vasoaktif dari platelet. c) Menginaktivasi secara irreversibel siklooksigenase-platelet;
dan efeknya cukup berlangsung selama hidup dari platelet; 5-7 hari

Efikasi
a. ASA telah menunjukkan pengurangan yang bermakna secara klinis (22-24%) pada risiko
stroke dan kematian, pada uji-uji klinis acak pasien-pasien yang telah mengalami suatu TIA
sebelumnya atau strok sebagai pencegahan sekunder.
Putri Mutiara Sari
1102011212
b. Dosis berkisar dari 50 -1500 mg perhari.
Pada uji klinis terakhir; evaluasi dosis rendah (30-325 mg perhari); hasilnya
mengindikasikan bahwa dosis rendah mungkin lebih bermanfaat dengan berkurangnya
efek-efek tidak diinginkan dari asam salisilat pada lambung.
Pada beberapa studi menyatakan; bahwa ASA lebih efektif pada laki-laki dibanding
sejumlah kecil perempuan pada studi lain.
Peran pada pencegahan primer belum jelas.
Dipiridamol (Persantine)

Mekanisme kerja: a) Inhibitor lemah dari agregasi platelet. b) Sebagai inhibit fosfodiesterase
platelet.
Efikasi: a) Pada uji klinis belum mempunyai bukti yang kuat dalam penggunaan dipiridamol
pada iskemia otak. b) Tidak ada efek aditif yang ditemukan bersama dengan aspirin.




Sulfinpirazon (Anturane)

Mekanisme kerja: Innhibisi reversibel dari siklooksigenase.
Efikasi: Uji klinis belum mempunyai dukungan rekomendasi penggunaan.

Tiklopidin (Ticlid)
Mekanisme Kerja: a) Inhibisi agregasi platelet dan menginduksi ADP. b) Inhibisi agregasi
platelet yang diinduksi oleh kolagen, PAF, epinefrin dan thrombin. c) Waktu perdarahan
diperpanjang. d) Berefek minimal pada siklooksigenase.

Efikasi:
a. Telah menunjukkan dapat mereduksi insidens stroke, kira-kira 22% pada pasien-pasien yang
telah mengalami TIAs sebelumnya atau stroke.
b. Lebih efektif dibanding aspirin dengan kurangnya efek gastrointestinal.
c. Tidak ada perbedaan gender yang memperlihatkan tiklopidin bereaksi sama; seperti halnya
dengan ASA.
d. Dosis 500 mg perhari dibagi menjadi dua dosis (250 mg peroral-bid)
Putri Mutiara Sari
1102011212
Efek samping: diare, ruam pada kulit, total kolesterol serum yang meningkat.

Antikoagulasi (warfarin)
a. Belum ada studi-studi yang membuktikan superioritas dari antikoagulan ini sebagai agen
antiplatelet.
b. Dapat mereduksi risiko dari stroke pada pasien dengan infark miokard sebelumnya.
c. Bermanfaat pada pasien yang menderita keluhan simptomatik pada terapi antiplatelet.
d. Eksepsi mayor adalah pada pasien dengan embolisme otak yang berasal kardiac;
1. Antikoagulasi kronik dengan warfarin telah dibuktikan untuk mencegah keadaan
gangguan serebrovaskuler pada pasien dengan AF (atrial fibrilasi).
2. Penanganan terhadap stroke infarction /dan atau ischemic serebral akut.

Obat Antihipertensi Pada Stroke
Golongan/Obat Mekanisme Dosis Interaksi Obat Efek Samping
Tiazid
Diazoksid Aktivasi ATP
sensitive K-
channels
IV bolus: 50-
100 mg; IV
infus; 15-30
mg/menit
Awitan < 5
menit
Retensi cairan
dan garam,
hiperglikemia
berat, durasi
lama (1-12 jam).
ACEI
Enalaprit ACE inhibitor 0,625-1,25 mg
IV selama 15
menit.
Awitan < 15
menit.
Durasi lama (6
jam), disfungsi
renal.
Calcium Channel Blocker
Nikardipin
Clevidipin
Verapamil
Diltiazem
Penyekat kanal
kalsium
5 mg/jam IV,
2.5 mg/jam tiap
15 menit,
sampai 15
mg/jam.
Awitan cepat
(1-5 menit),
tidak terjadi
rebound.
Eliminasi tidak
dipengaruhi
oleh disfungsi
hati/ renal,
potensi
interaksi obat
rendah.
Bradikardia,
hipotensi, durasi
lama (4-6 jam).
Beta Blocker
Labetalol




Antagonis
reseptor 1, 1,
2


10-80 mg IV
tiap 10 menit
sampai 300
mg/hari; infus
0,5-2 mg/menit.
Awitan cepat
(5-10 menit).



Bradikardia,
hipoglikemia,
durasi lama (2-
12 jam). Gagal
jantung
Putri Mutiara Sari
1102011212





Esmolol


Antagonis
selektif reseptor
1.


0,25-0,5 mg/kg
IV bolus disusul
dosis
pemeliharaan.


Awitan segera,
durasi singkat <
15 menit.
kongestif,
bronkospasme.
Bradikardia,
gagal jantung
kongestif.
Alfa Blocker
Fentolamin Antagonis
reseptor 1, 2.
5-20 mg IV. Awitan cepat (2
menit), durasi
singkat (10-15
menit)
Takikardia,
aritmia.
Vasodilator Langsung
Hidralasin NO terkait
dengan
mobilisasi
kalsium dalam
otot polos.
2,5-10 mg IV
bolus (sampai
40 mg).
Serum sickness-
like, drug-
induced lupus,
durasi jam (3-4
jam), awitan
lambat (15-30
menit)
Thiopental



Trimetafan



Fenoldipam


Sodium
Nitroprusid







Nitrogliserin
Aktivasi reseptor
GABA


Blockade
ganglionik.


Agonis DA-1
dan reseptor alfa
2
Nitrovasodilator








Nitrovasodilator
30-60 mg IV.



1-5 mg/ menit
IV



0,001- 1,6
g/kg/ menit
IV; tanpa bolus
0,25-10/ kg/
menit IV.







5-1000
g/kg/menit IV
Awitan cepat (2
menit), durasi
singkat (5-10
menit).
Awitan segera,
durasi singkat
(5-10 menit)

Awitan < 15
menit, durasi
10-20 menit.
Awitan segera,
durasi singkat
(2-3 menit)






Awitan 1-2
menit, durasi 3-
5 menit.
Depresi
miokardial


Bronkospasme,
retensi urin,
siklopegia,
midriasis
Hipokalemia,
takikardia,
bradikardia.
Keracunan
sianid,
vasodilator
serebral (dapat
mengakibatkan
peningkatan
tekanan
intracranial)
refleks takikardi.
Produksi
methemoglobin,
reflek takikardia.
Putri Mutiara Sari
1102011212
Obat-obat yang digunakan pada terapi serangan akut
A. Terapi trombolitik : tissue plasminogen activator (t-PA), Alteplase Mekanisme:
mengaktifkan plasmin dan menyebabkan melisiskan tromboemboli. Penggunaan t-PA
sudah terbukti efektif jika digunakan dalam 3 jam setelah serangan akut. Catatan: tetapi
harus digunakan hati-hati karena dapat menimbulkan resiko perdarahan.
B. Terapi antiplatelet : aspirin, clopidogrel, dipiridamol-aspirin , tiklopidin yang masih
merupakan mainstay dalam terapi stroke. Urutan pilihan : Aspirin atau dipiridamol-
aspirin, jika alergi atau gagal maka diberikan clopidogrel, dan jika gagal juga : tiklopidin
C. Terapi antikoagulan masih kontroversial karena resiko perdarahan intracranial Agen:
heparin, unfractionated heparin, low-molecular-weight heparins (LMWH), heparinoids
warfarin
Terapi pemeliharaan (pencegahan) stroke
A. Terapi Antiplatelet
Aspirin menghambat sintesis tromboksan (senyawa yang berperan dlm proses
pembekuan darah)
Dipiridamol, atau kombinasi Dipiridamol Aspirin
Tiklopidin dan klopidogrel digunakan jika terapi aspirin gagal
Silostazol
B. Terapi Antikoagulan
Masih dalam penelitian, efektif untuk pencegahan emboli jantung pada pasien stroke
C. Terapi hormon estrogen
Pada wanita post-menopause terapi ini terbukti mengurangi insiden terjadinya stroke
D. Antihipertensi
Dibutuhkan karena hipertensi merupakan faktor resiko (50% pada stroke iskemik dan
60% pada stroke hemoragik). Penggunaan antihipertensi harus memperhatikan aliran
darah otak dan aliran darah perifer menjaga fungsi serebral
E. Obat pilihan : golongan AIIRA (angiotensin II receptor antagonis) contoh : candesartan
golongan ACE inhibitor
F. Terapi memulihkan metabolisme otak
Tujuan:
meningkatkan kemampuan kognitif
Meningkatkan kewaspadaan dan mood
Meningkatkan fungsi memori
Menghilangkan kelesuan
Menghilangkan dizziness (citicholin, codergocrin mesilate, piracetal)
G. Terapi rehabilitasi
misal : fisioterapi, terapi wicara dan bahasa, dll.

Pengobatan Tumor Otak

Pasien dengan tumor otak memiliki beberapa pilihan pengobatan. Tergantung pada jenis
dan stadium tumor, pasien dapat diobati dengan operasi pembedahan, radioterapi, atau
kemoterapi.
Selain itu, pada setiap tahapan penyakit, pasien harus menjalani pengobatan untuk
mengendalikan rasa nyeri dari kanker, untuk meringankan efek samping dari terapi, dan untuk
Putri Mutiara Sari
1102011212
meringankan masalah emosional. Jenis pengobatan ini disebut perawatan paliatif.
a. Pembedahan
Pembedahan adalah pengobatan yang paling umum untuk tumor otak. Tujuannya adalah
untuk mengangkat tumornya dan meminimalisir sebisa mungkin peluang kehilangan fungsi
otak.
Operasi untuk membuka tulang tengkorak disebut kraniotomi. Hal ini dilakukan dengan
anestesi umum. Sebelum operasi dimulai, rambut kepala dicukur. Ahli bedah kemudian membuat
sayatan di kulit kepala menggunakan sejenis gergaji khusus untuk mengangkat sepotong tulang
dari tengkorak. Setelah menghapus sebagian atau seluruh tumor, ahli bedah menutup kembali
bukaan tersebut dengan potongan tulang tadi, sepotong metal atau bahan. Ahli bedah kemudian
menutup sayatan di kulit kepala. Beberapa ahli bedah dapat menggunakan saluran yang
ditempatkan di bawah kulit kepala selama satu atau dua hari setelah operasi untuk
meminimalkan akumulasi darah atau cairan.
Efek samping yang mungkin timbul pasca operasi pembedahan tumor otak adalah sakit
kepala atau rasa tidak nyaman selama beberapa hari pertama setelah operasi. Dalam hal ini dapat
diberikan obat sakit kepala.
Masalah lain yang kurang umum yang dapat terjadi adalah menumpuknya cairan
cerebrospinal di otak yang mengakibatkan pembengkakan otak (edema). Biasanya pasien
diberikan steroid untuk meringankan pembengkakan. Sebuah operasi kedua mungkin diperlukan
untuk mengalirkan cairan. Dokter bedah dapat menempatkan sebuah tabung, panjang dan tipis
(shunt) dalam ventrikel otak. Tabung ini diletakkan di bawah kulit ke bagian lain dari tubuh,
biasanya perut. Kelebihan cairan dari otak dialirkan ke perut. Kadang kadang cairan dialirkan ke
jantung sebagai gantinya.
Infeksi adalah masalah lain yang dapat berkembang setelah operasi (diobati dengan
antibiotic).
Operasi otak dapat merusak jaringan normal. Pasien akan mengalami masalah berpikir,
melihat, atau berbicara. Pasien juga mungkin mengalami perubahan kepribadian atau kejang.
Sebagian besar masalah ini berkurang dengan berlalunya waktu. Tetapi kadang-kadang
kerusakan otak bisa permanen. Pasien mungkin memerlukan terapi fisik, terapi bicara, atau terapi
kerja.

b. Radiosurgery stereotactic
Merupakan "knifeless" yang lebih baru untuk menghancurkan tumor otak tanpa membuka
tengkorak. CT scan atau MRI digunakan untuk menentukan lokasi yang tepat dari tumor di otak.
Energi radiasi tingkat tinggi diarahkan ke tumornya dari berbagai sudut untuk menghancurkan
tumornya. Alatnya bervariasi, mulai dari penggunaan pisau gamma, atau akselerator linier
dengan foton, ataupun sinar proton.
Kelebihan dari prosedur knifeless ini adalah memperkecil kemungkinan komplikasi pada
pasien dan memperpendek waktu pemulihan. Kekurangannya adalah tidak adanya sample
jaringan tumor yang dapat diteliti lebih lanjut oleh ahli patologi, serta pembengkakan otak yang
dapat terjadi setelah radioterapi.
Jika tumor terjadi di batang otak (brainstem) atau daerah-daerah tertentu lainnya, ahli bedah
tidak mungkin dapat mengangkat tumor tanpa merusak jaringan otak normal. Dalam hal ini
pasien dapat menerima radioterapi atau perawatan lainnya.

c. Radioterapi
Putri Mutiara Sari
1102011212
Radioterapi menggunakan X-ray untuk membunuh sel-sel tumor. Sebuah mesin besar
diarahkan pada tumor dan jaringan di dekatnya. Terkadang radiasi diarahkan ke seluruh otak atau
ke syaraf tulang belakang.
Radioterapi biasanya dilakukan sesudah operasi. Radiasi membunuh sel-sel sisa tumor yang
mungkin tidak dapat diangkat melalui operasi. Radiasi juga dapat dilakukan sebagai terapi
pengganti operasi. Jadwal pengobatan tergantung pada jenis dan ukuran tumor serta usia pasien.
Setiap sesi radioterapi biasanya hanya berlangsung beberapa menit.

Beberapa bentuk terapi radiasi
Fraksinasi. Radioterapi biasanya diberikan 5x seminggu selama beberapa minggu.
Memberikan dosis total radiasi secara periodik membantu melindungi jaringan di daerah tumor.
Hyperfractionation. Pasien mendapat dosis kecil radiasi 2/3x kali sehari, bukan jumlah yang
lebih besar sekali sehari.

Efek samping dari radioterapi: perasaan lelah berkepanjangan, mual, muntah, kerontokan
rambut, perubahan warna kulit di tempat radiasi, sakit kepala dan kejang.
Kemoterapi
Kemoterapi merupakan penggunaan satu atau lebih obat-obatan untuk membunuh sel-sel
kanker. Kemoterapi diberikan secara oral atau dengan infus intravena ke seluruh tubuh. Obat
obatan biasanya diberikan dalam 2-4 siklus yang meliputi periode pengobatan dan periode
pemulihan.
Dua jenis obat kemoterapi, yaitu: temozolomide (Temodar) dan bevacizumab (Avastin Lebih
efektif, dan memiliki efek samping lebih sedikit jika dibandingkan dengan obat-obatan kemo
versi lama. Temozolomide memiliki keunggulan lain, yaitu bisa secara oral.
Untuk beberapa pasien dengan kasus kanker otak kambuhan, ahli bedah biasanya melakukan
operasi pengangkatan tumor dan kemudian melakukan implantasi wafer yang mengandung obat
kemoterapi. Selama beberapa minggu, wafer larut, melepaskan obat ke otak. Obat tersebut
kemudian membunuh sel kankernya.
Efek samping dari kemoterapi: mual dan muntah, sariawan, kehilangan nafsu makan, rambut
rontok.


2.9. Komplikasi
1. Komplikasi Akut
Kenaikan tekanan darah. Keadaan ini biasanya merupakan mekanisme kompensasi
sebagai upaya mengejar kekurangan pasokan darah di tempat lesi. Oleh karena itu kecuali
bila menunjukkan nilai yang sangat tinggi (sistolik > 220/ diastolik >130) tekanan darah
tidak perlu diturunkan, karena akan turun sendiri setelah 48 jam. Pada pasien hipertensi
kronis tekanan darah juga tidak perlu diturunkan segera.
Kadar gula darah. Pasien stroke seringkali merupakan pasein DM sehingga kadar glukosa
darah pasca stroke tinggi. Akan tetapi seringkali terjadi kenaikan glukosa darah pasein
sebagai reaksi kompensasi atau akibat mekanisme stress.
Putri Mutiara Sari
1102011212
Gangguan jantung. Baik sebagai penyebab maupun sebagai komplikasi. Keadaan ini
memerlukan perhatian khusus, karena seringkali memperburuk keadaan stroke bahkan
sering merupakan penyebab kematian.
Gangguan respirasi. Baik akibat infeksi maupun akibat penekanan di pusat napas.
Infeksi dan sepsis. Merupakan komplikasi stroke yang serius pada ginjal dan hati.
Gangguan cairan, elektrolit, asam dan basa.
Ulcer stres. Yang dapat menyebabkan terjadinya hematemesis dan melena.

2. Komplikasi Kronik
Akibat tirah baring lama di tempat tidur bias terjadi pneumonia, dekubitus, inkontinensia
serta berbagai akibat imobilisasi lain.
Rekurensi stroke.
Gangguan sosial-ekonomi.
Gangguan psikologis.

2.10. Pencegahan

Rekomendasi American Stroke Association (ASA) tentang pencegahan stroke adalah sebagai
berikut:

1. Pencegahan Primer Stroke
Pendekatan pada pencegahan primer adalah mencegah dan mengobati faktor-faktor risiko
yang dapat dimodifikasi.
Hipertensi
Hipertensi harus diobati, untuk mencegah stroke ulang maupun mencegah penyakit
vaskular lainnya. Pengendalian hipertensi ini sangat penting artinya bagi para penderita
stroke iskemik dan TIA. Target absolut dalam hal penurunan tekanan darah belum dapat
ditetapkan, yang penting adalah bahwa tekanan darah < 120 / 80 mm Hg. Modifikasi
berbagai macam gaya hidup berpengaruh terhadap upaya penurunan tekanan darah secara
komprehensif.
Obatobat yang dianjurkan adalah diuretika dan ACE inhibitor; namun demikian
pilihan obat disesuaikan dengan kondisi / karakteristik masingmasing individu.
Diabetes melitus
Pada penderita diabetes melitus maka penurunan tekanan darah dan lipid darah perlu
memperoleh perhatian yang lebih serius. Dalam kasus demikian ini maka obat
antihipertensi dapat lebih dari 1 macam. ACE inhibitor merupakan obat pilihan untuk
kasus gangguan ginjal dan diabetes melitus
Pada penderita stroke iskemik dan TIA, pengendalian kadar gula direkomendasikan
sampai dengan mendekati kadar gula plasma normal (normoglycemic), untuk mengurangi
komplikasi mikrovaskular dan kemungkinan timbulnya komplikasi makrovaskular.
Sementara itu kadar HbA1c harus lebih rendah dari 7%.
Lipid
Penderita stroke iskemik atau TIA dengan kadar kolesterol yang tinggi, penyakit
arteri koroner, atau adanya bukti aterosklerosis, maka pasien harus dikelola secara
komprehensif meliputi modifikasi gaya hidup, diet secara tepat, dan pengobatan. Target
Putri Mutiara Sari
1102011212
penurunan kadar kolesterol adalah sebagai berikut: LDL < 100 mg% dan kadar LDL < 70
mg% bagi penderita dengan faktor risiko multipel.
Penderita stroke iskemik atau TIA yang dicurigai mengalami aterosklerosis tetapi
tanpa indikasi pemberian statis (kadar kolesterol normal, tanpa penyakit arteri koroner,
atau tidak ada bukti aterosklerosis) dianjurkan untuk diberi statin untuk mengurangi
risiko gangguan vaskular.
Penderita stroke iskemik atau TIA dengan kadar HDL kolesterol rendah dapat
dipertimbangkan untuk diberi niasin atau gemfibrozil.
Merokok
Setiap pasien stroke atau TIA harus segera menghentikan kebiasaan merokok.
Penghentian merokok dapat diupayakan dengan cara penyuluhan dan mengurangi jumlah
rokok yang dihisap / hari secara bertahap.
Obesitas
Bagi setiap penderita stroke iskemik atau TIA dengan obesitas/overweight sangat
dianjurkan untuk mempertahankan bodymass index (BMI) antara 18,524,9 kg/m
2
dan
lingkat panggul kurang dari 35 inci (perempuan) dan kurang dari 40 inci (lakilaki).
Penyesuaian berat badan diupayakan melalui keseimbangan antara asupan kalori,
aktivitas fisik dan penyuluhan kebiasaan hidup sehat
Aktivitas fisik
Setiap pasien stroke iskemik atau TIA yang mampu untuk melakukan aktivitas fisik
sangat dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik ringan selama 30 menit/hari. Untuk
pasien yang tidak mampu melakukan aktivitas fisik maka dianjurkan untuk melakukan
latihan dengan bantuan orang yang sudah terlatih.

2. Pencegahan Sekunder Stroke
Pencegahan sekunder stroke mengacu pada kepada strategi untuk mencegah kekambuhan
stroke. Pendekatan utama adalah mengendalikan hipertensi, CEA, dan memakai obat
antiagregat antitrombosit. Aggrenox adalah satu-satunya kombinasi aspirin dan dipiridamol
yang telah terbukti efektif untuk mencegah stroke sekunder.


2.11. Prognosis
Indikator prognosis adalah: tipe dan luasnya serangan, age of onset, dan tingkat kesadaran.
Hanya 1/3 pasien bisa kembali pulih setelah serangan stroke iskemik. Umumnya, 1/3-nya lagi
adalah fatal, dan 1/3- nya mengalami kecacatan jangka panjang. Jika pasien mendapat terapi
dengan tepat dalam waktu 3 jam setelah serangan, 33% diantaranya mungkin akan pulih dalam
waktu 3 bulan.
Prognosis pasien dengan stroke hemoragik (perdarahan intrakranial) tergantung pada
ukuran hematoma hematoma > 3 cm umumnya mortalitas tinggi, hematoma yang massive
biasanya bersifat lethal.
Jika infark terjadi pada spinal cord prognosis bervariasi tergantung keparahan gangguan
neurologis jika kontrol motorik dan sensasi nyeri terganggu prognosis buruk.

Putri Mutiara Sari
1102011212
3. Memahami dan Menjelaskan Bells Palsy
3.1. Definisi
Bells Palsy adalah suatu bentuk kelumpuhan di daerah wajah yang disebabkan oleh
disfungsi nervus facialis, sehingga penderita tidak dapat mengontrol otot-otot wajah di sisi yang
terpengaruh.

3.2. Etiologi
Etiologi sebenarnya dari Bells palsy masih belum diketahui, namun penyakit ini
kemungkinan disebabkan oleh infeksi virus pada ganglion geniculata dan pada beberapa kasus
terhadap aktivasi dari infeksi herpes simpleks laten.

3.3. Patofisiologi
Perubahan patologis terdiri dari inflamasi dan edema nervus facialis pada canalis facialis.
Hal tersebut menyebabkan peningkatan tekanan pada nervus, yang mengakibatkan kelumuhan
yang diikuti dengan degenerasi akson wallerian

3.4. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala Bells palsy datang secara tiba-tiba, dan mungkin meliputi :
Kelemahan ringan hingga kelumpuhan total pada satu sisi wajah yang terjadi dalam
beberapa jam hingga hari sehingga sulit untuk tersenyum atau menutup mata pada sisi
yang terkena
Wajah terkulai dan kesulitan membuat ekspresi wajah
Sakit di sekitar rahang atau di belakang telinga pada sisi yang terkena
Peningkatan sensitivitas untuk suara pada sisi yang terkena
Sakit kepala
Penurunan kemampuan untuk mencicipi
Perubahan jumlah air mata dan air liur yang di hasilkan
Dalam beberapa, Bells palsy dapat mempengaruhi saraf di kedua sisi wajah

Karakteristik kelumpuhan N. Facialis dan penyebabnya :

Lokasi Karakteristik Penyebab
1 Lesi Supranuclear Kelemahan pada
kontralateral, wajah bawah
Lesi pada tractus
corticobulbar di atas
pons
2 Lesi nuclear atau pontine Lumpuh wajah total pada Sindrom Mobius
Putri Mutiara Sari
1102011212
sisi tersebut
Kelainan sekresi saliva
Taste intact
Kelainan lakrimasi
Kelumpuhan N. V atau VII
pada sisi yang sama
Mata menyimpang ke sisi
lesi
Ophtalmoplegia internuclear
Hemiparesis contralateral
Encephalitis, rabies,
meningitis
Encephalopathy
Wernicke
Pontine, glioma
Infark, hemoragi
Multiple sclerosis,
syringobulbia,
amyotrophic lateral
sclerosis
3
Extracranial pada angulus
cerebellopontine
Lumpuh wajah total
Hilang pendengaran
Vertigo episodik
Refleks kornea menurun
Kelainan sekresi saliva
Kelainan lakrimasi
Meningitis, TBC,
siphilis, fungi
Acoustic neuroma,
meningioma dermoid,
chordoma,
carcinomatosis
mening, aneurisma a.
Basilaris
Multiple sclerosis
4 Extracranial pada canalis fascialis
a
Antara meatus auditorius
internus dan ganglion
geniculata
Lumpuh wajah total
Pendengaran menurun
Kelainan lakrimasi
Kelainan sekresi saliva
Taste lost pada 2/3 anterior
tubuh
Fraktur tulang petrous
temporal
Otitis media,
mastoiditis, Ramsey-
Hunt syndrome,
sarcoidosis, Guillan-
Barre syndrome
b
Antara ganglion geniculata dan
asal nervus - stapedius
Lumpuh wajah total
Kelainan sekresi saliva
Taste lost pada 2/3 anterior
lidah
Hiperacusis
DM
Cholesteatoma, tumor
epidermoid tulang
temporal, tumor
kelenjar parotid,
deposit leukemik di
canalis fascialis
c
Antara asal nervus stapedius
dan asal chorda tympani
Lumpuh wajah total
Kelainan sekresi saliva
Taste lost pada 2/3 anterior
lidah
d Distal ke arah chorda tympani Lumpuh wajah total


3.5. Diagnosis dan diagnosis banding
Diagnosis

Tidak ada tes laboratorium khusus yang dapat mengkonfirmasi diagnosis Bells palsy. Dokter
Anda mungkin dapat membuat diagnosis awal Bells palsy dengan melihat wajah penderita dan
Putri Mutiara Sari
1102011212
meminta penderita untuk memindahkan otot-otot wajah dengan menutup mata, mengangkat alis,
menunjukkan gigi dan merengut, atau gerakan lain.
Anamnesis : rutinitas sehari-hari, riwayat bells palsy
PF neuro : PF N. VII seperti tersenyum, bersiul,mengerutkan dahi.
CT Scan
MRI

Diagnosis Banding
Lesi struktur telinga dan kelenjar parotis (kolesteatoma, tumor kelenjar ludah) dapat
menekan saraf.
Guillain-Barre syndrome
Lyme disease
otitis media
Ramsay Hunt syndrome


3.6. Tatalaksana
Hasil penelitian menunujukkan efektifitas kombinasi dua jenis obat yang biasa digunakan untuk
mengobati bells palsy yaitu : kortikosteroid dan antivirus.
Kortikosteroid, seperti prednison, adalah agen anti-peradangan yang kuat. Obat ini dapat
mengurangi pembengkakan pada saraf wajah dan akan lebih cocok karena lebih nyaman.
Obat antivirus, seperti acyclovir atau valacyclovir, dapat menghentikan perkembangan
infeksi jika virus diketahui sebagai penyebabnya.
Beberapa studi klinis menunjukkan manfaat dari perawatan dini dengan kortikosteroid, anti-virus
atau kombinasi dari kedua jenis obat. Bukti efektivitas kortikosteroid tampaknya lebih kuat
daripada obat antivirus, dan mereka cenderung paling efektif jika diberikan dalam waktu tiga
hari sejak munculnya gejala.
Terdapat pula pengobatan lainnya, seperti :
Terapi Fisik.
Otot yang lumpuh dapat menyusut sehingga dapat menyebabkan kontraktur permanen.
Seorang terapis fisik dapat mengajarkan penderita bagaimana pijatan dan latihan otot-otot
wajah untuk membantu mencegah hal ini terjadi.
Pasien yang tidak dapat menutup mata dapat diberikan tetes mata methylcellulose,
kemudian mata ditutup dengan eyepatch sampai kelopak mata dapat berfungsi kembali.
Obat herbal tradisional
Obat herbal atau obat tradisional yang dapat digunakan untuk membantu penyembuhan
bells palsy adalah jus mengkudu. Jus mengkudu memiliki efek anti radang dan antivirus.
Jus mengkudu sangat baik untuk kesehatan saraf.

3.7. Prognosis.
Secara umum penyakit ini dapat disembuhkan, kendati tergantung dari derajat kerusakan
sarafnya. Pada minggu kedua perbaikan sudah mulai dirasakan dan dalam 3-6 bulan wajah dapat
kembali normal.

3.8. Pencegahan.
Putri Mutiara Sari
1102011212
1. Jika berkendaraan motor, gunakan helm penutup wajah full untuk mencegah angin
mengenai wajah.
2. Jika tidur menggunakan kipas angin, jangan biarkan kipas angin menerpa wajah
langsung. Arahkan kipas angin itu ke arah lain. Jika kipas angin terpasang di langit-
langit, jangan tidur tepat di bawahnya. Dan selalu gunakan kecepatan rendah saat
pengoperasian kipas.
3. Kalau sering lembur hingga malam, jangan mandi air dingin di malam hari. Selain tidak
bagus untuk jantung, juga tidak baik untuk kulit dan syaraf.
4. Bagi penggemar naik gunung, gunakan penutup wajah / masker dan pelindung mata.
Suhu rendah, angin kencang, dan tekanan atmosfir yang rendah berpotensi tinggi
menyebabkan Anda menderita Bells Palsy.
5. Setelah berolah raga berat, JANGAN LANGSUNG mandi atau mencuci wajah dengan
air dingin.

Memahami dan Menjelaskan Bells Palsy
3.1. Definisi
Bells Palsy adalah suatu bentuk kelumpuhan di daerah wajah yang disebabkan oleh
disfungsi nervus facialis, sehingga penderita tidak dapat mengontrol otot-otot wajah di sisi yang
terpengaruh.
3.2. Etiologi
Etiologi sebenarnya dari Bells palsy masih belum diketahui, namun penyakit ini
kemungkinan disebabkan oleh infeksi virus pada ganglion geniculata dan pada beberapa kasus
terhadap aktivasi dari infeksi herpes simpleks laten.
3.3. Patofisiologi
Perubahan patologis terdiri dari inflamasi dan edema nervus facialis pada canalis facialis.
Hal tersebut menyebabkan peningkatan tekanan pada nervus, yang mengakibatkan kelumuhan
yang diikuti dengan degenerasi akson wallerian
3.4. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala Bells palsy datang secara tiba-tiba, dan mungkin meliputi :
Kelemahan ringan hingga kelumpuhan total pada satu sisi wajah yang terjadi dalam
beberapa jam hingga hari sehingga sulit untuk tersenyum atau menutup mata pada sisi
yang terkena
Wajah terkulai dan kesulitan membuat ekspresi wajah
Sakit di sekitar rahang atau di belakang telinga pada sisi yang terkena
Peningkatan sensitivitas untuk suara pada sisi yang terkena
Sakit kepala
Penurunan kemampuan untuk mencicipi
Perubahan jumlah air mata dan air liur yang di hasilkan
Putri Mutiara Sari
1102011212
Dalam beberapa, Bells palsy dapat mempengaruhi saraf di kedua sisi wajah

Karakteristik kelumpuhan N. Facialis dan penyebabnya :

Lokasi Karakteristik Penyebab
1 Lesi Supranuclear Kelemahan pada
kontralateral, wajah bawah
Lesi pada tractus
corticobulbar di atas
pons
2 Lesi nuclear atau pontine
Lumpuh wajah total pada
sisi tersebut
Kelainan sekresi saliva
Taste intact
Kelainan lakrimasi
Kelumpuhan N. V atau VII
pada sisi yang sama
Mata menyimpang ke sisi
lesi
Ophtalmoplegia internuclear
Hemiparesis contralateral
Sindrom Mobius
Encephalitis, rabies,
meningitis
Encephalopathy
Wernicke
Pontine, glioma
Infark, hemoragi
Multiple sclerosis,
syringobulbia,
amyotrophic lateral
sclerosis
3
Extracranial pada angulus
cerebellopontine
Lumpuh wajah total
Hilang pendengaran
Vertigo episodik
Refleks kornea menurun
Kelainan sekresi saliva
Kelainan lakrimasi
Meningitis, TBC,
siphilis, fungi
Acoustic neuroma,
meningioma dermoid,
chordoma,
carcinomatosis
mening, aneurisma a.
Basilaris
Multiple sclerosis
4 Extracranial pada canalis fascialis
a
Antara meatus auditorius
internus dan ganglion
geniculata
Lumpuh wajah total
Pendengaran menurun
Kelainan lakrimasi
Kelainan sekresi saliva
Taste lost pada 2/3 anterior
tubuh
Fraktur tulang petrous
temporal
Otitis media,
mastoiditis, Ramsey-
Hunt syndrome,
sarcoidosis, Guillan-
Barre syndrome
b
Antara ganglion geniculata dan
asal nervus - stapedius
Lumpuh wajah total
Kelainan sekresi saliva
Taste lost pada 2/3 anterior
lidah
Hiperacusis
DM
Cholesteatoma, tumor
epidermoid tulang
temporal, tumor
kelenjar parotid,
deposit leukemik di
canalis fascialis
c
Antara asal nervus stapedius
dan asal chorda tympani
Lumpuh wajah total
Kelainan sekresi saliva
Taste lost pada 2/3 anterior
lidah
d Distal ke arah chorda tympani Lumpuh wajah total
Putri Mutiara Sari
1102011212


3.5. Diagnosis dan diagnosis banding
Diagnosis

Tidak ada tes laboratorium khusus yang dapat mengkonfirmasi diagnosis Bells palsy. Dokter
Anda mungkin dapat membuat diagnosis awal Bells palsy dengan melihat wajah penderita dan
meminta penderita untuk memindahkan otot-otot wajah dengan menutup mata, mengangkat alis,
menunjukkan gigi dan merengut, atau gerakan lain.
Anamnesis : rutinitas sehari-hari, riwayat bells palsy
PF neuro : PF N. VII seperti tersenyum, bersiul,mengerutkan dahi.
CT Scan
MRI

Diagnosis Banding
Lesi struktur telinga dan kelenjar parotis (kolesteatoma, tumor kelenjar ludah) dapat
menekan saraf.
Guillain-Barre syndrome
Lyme disease
otitis media
Ramsay Hunt syndrome


3.6. Tatalaksana
Hasil penelitian menunujukkan efektifitas kombinasi dua jenis obat yang biasa digunakan untuk
mengobati bells palsy yaitu : kortikosteroid dan antivirus.
Kortikosteroid, seperti prednison, adalah agen anti-peradangan yang kuat. Obat ini dapat
mengurangi pembengkakan pada saraf wajah dan akan lebih cocok karena lebih nyaman.
Obat antivirus, seperti acyclovir atau valacyclovir, dapat menghentikan perkembangan
infeksi jika virus diketahui sebagai penyebabnya.
Beberapa studi klinis menunjukkan manfaat dari perawatan dini dengan kortikosteroid, anti-virus
atau kombinasi dari kedua jenis obat. Bukti efektivitas kortikosteroid tampaknya lebih kuat
daripada obat antivirus, dan mereka cenderung paling efektif jika diberikan dalam waktu tiga
hari sejak munculnya gejala.
Terdapat pula pengobatan lainnya, seperti :
Terapi Fisik.
Otot yang lumpuh dapat menyusut sehingga dapat menyebabkan kontraktur permanen.
Seorang terapis fisik dapat mengajarkan penderita bagaimana pijatan dan latihan otot-otot
wajah untuk membantu mencegah hal ini terjadi.
Pasien yang tidak dapat menutup mata dapat diberikan tetes mata methylcellulose,
kemudian mata ditutup dengan eyepatch sampai kelopak mata dapat berfungsi kembali.
Obat herbal tradisional
Putri Mutiara Sari
1102011212
Obat herbal atau obat tradisional yang dapat digunakan untuk membantu penyembuhan
bells palsy adalah jus mengkudu. Jus mengkudu memiliki efek anti radang dan antivirus.
Jus mengkudu sangat baik untuk kesehatan saraf.

3.7. Prognosis.
Secara umum penyakit ini dapat disembuhkan, kendati tergantung dari derajat kerusakan
sarafnya. Pada minggu kedua perbaikan sudah mulai dirasakan dan dalam 3-6 bulan wajah dapat
kembali normal.

3.8. Pencegahan.
6. Jika berkendaraan motor, gunakan helm penutup wajah full untuk mencegah angin
mengenai wajah.
7. Jika tidur menggunakan kipas angin, jangan biarkan kipas angin menerpa wajah
langsung. Arahkan kipas angin itu ke arah lain. Jika kipas angin terpasang di langit-
langit, jangan tidur tepat di bawahnya. Dan selalu gunakan kecepatan rendah saat
pengoperasian kipas.
8. Kalau sering lembur hingga malam, jangan mandi air dingin di malam hari. Selain tidak
bagus untuk jantung, juga tidak baik untuk kulit dan syaraf.
9. Bagi penggemar naik gunung, gunakan penutup wajah / masker dan pelindung mata.
Suhu rendah, angin kencang, dan tekanan atmosfir yang rendah berpotensi tinggi
menyebabkan Anda menderita Bells Palsy.
10. Setelah berolah raga berat, JANGAN LANGSUNG mandi atau mencuci wajah dengan
air dingin.


Putri Mutiara Sari
1102011212





Putri Mutiara Sari
1102011212
3. Pemeriksaan Fungsi Motorik dan Kelainan klinis neurologi yang timbul akibat
gangguan fungsi motoric
PEMERIKSAAN FUNGSI MOTORIK
PROSEDUR KERJA:
Pemeriksaan fungsi motorik membutuhkan kerjasama antara pemeriksa dan penderita.Dalam hal
ini pemeriksa hendaknya mengetahui otot bagian mana yang akan diperiksa, dan bagaimana arah
pergerakan otot tersebut, sehingga didapatkan hasil penilaian yang lebihobjektif dan akurat.
Untuk pergerakan otot rangka, seringkali penderita diminta untuk melakukan abduksi, adduksi,
fleksi, ekstensi, rotasi, dan sebagainya. Dalam hal ini hendaknya pemeriksa mencontohkan
gerakan itu terlebih dahulu sebelum melakukan penilaian kekuatanotot penderita.
Cara pemeriksaan :
1. Pemeriksa memposisikan penderita dengan nyaman dan rileks. Posisi penderita
bisadalam keadaan duduk atau berbaring, tergantung dengan otot mana yang akan
diperiksa.
2. Pertama-tama pemeriksa meminta penderita menggerakkan otot yang akan
diperiksasecara aktif sesuai arah pergerakan. Misalnya untuk lengan atas, pemeriksa
meminta penderita menggerakkan lengan atasnya secara abduksi atau adduksi.
3. Kemudian pemeriksa melakukan penilaian kekuatan otot penderita. Bila penderitamampu
menggerakkan otot anggota geraknya melawan gaya gravitasi, selanjutnya pemeriksa
memberikan tahanan pada otot yang diperiksa. Tahanan tersebut dilakukandari intensitas
ringan, sampai kuat sesuai daya kekuatan penderita.
4. Kekuatan otot anggota gerak dinilai pada masing-masing bagian dan pada kedua
sisitubuh, kiri dan kanan.
5. Pada lengan, penilaian dilakukan pada lengan atas, lengan bawah dan tangan.Sedangkan
untuk tungkai, dinilai kekuatan otot tungkai atas, tungkai bawah dan kaki.
Penilaian Kekuatan Otot :
5 = Normal
4 = Dapat melawan pemeriksa tetapi lemah
3 = Dapat melawan gravitasi tetapi tidak bisa melawan pemeriksa
2 = Dapat diseret tetapi tidak bisa melawan gravitasi
1 = Ada gerakan-gerakan lokal / gemetar dan sebagainya
0 = Lumpuh total
Putri Mutiara Sari
1102011212
Pemeriksaan fungsi motorik : mengerutkan dahi (dibagian yang lumpuh lipatannya tidak dalam),
mimik, mengangkat alis, menutup mata (menutup mata dengan rapat dan coba buka dengan
tangan pemeriksa), moncongkan bibir atau menyengir, memperlihatkan gigi, bersiul (suruh
pasien bersiul, dalam keadaan pipi mengembung tekan kiri dan kanan apakah sama kuat. Bila
ada kelumpuhan maka angin akan keluar kebagian sisi yang lumpuh)


4. Kewajiban Suami Istri Dalam Islam
Bergaul dengan istri dengan cara yang maruf (baik)
Dan bergaullah dengan mereka dengan baik. (QS. An Nisa: 19).
Sebaik-baik kalian adalah yan berbuat baik kepada keluarganya. Sedangkan aku adalah orang
yang paling berbuat baik pada keluargaku (HR. Tirmidzi no. 3895, Ibnu Majah no. 1977, Ad
Darimi 2: 212, Ibnu Hibban 9: 484. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Memberi nafkah, pakaian dan tempat tinggal dengan baik
Dalil Al Quran, Allah Taala berfirman,
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang
disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.
Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan
kepadanya (QS. Ath Tholaq: 7).
Mengajarkan istri masalah agama
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (QS. At
Tahrim: 6). Lihatlah tafsiran para salaf mengenai ayat tersebut.
Mengajak istri dan anak untuk rajin beribadah
Perhatikanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat ketika mereka berumur 7 tahun.
Jika mereka telah berumur 10 tahun, namun mereka enggan, pukullah mereka. (HR. Abu Daud
no. 495. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shahih sebagaimana dalam Irwaul Gholil 298).
Tidak mempersoalkan kesalahan kecil istri
Inilah petunjuk Nabi kita shallallahu alaihi wa sallam sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah,
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Janganlah seorang mukmin membenci seorang mukminah. Jika si pria tidak menyukai suatu
akhlak pada si wanita, maka hendaklah ia melihat sisi lain yang ia ridhoi (HR. Muslim no.
1469).
Tidak memukul istri di wajah dan tidak menjelek-jelekkan istri
Engkau memberinya makan sebagaimana engkau makan. Engkau memberinya pakaian
sebagaimana engkau berpakaian -atau engkau usahakan-, dan engkau tidak memukul istrimu di
wajahnya, dan engkau tidak menjelek-jelekkannya serta tidak memboikotnya (dalam rangka
nasehat) selain di rumah (HR. Abu Daud no. 2142. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits
ini hasan shahih).
Tidak meng-hajr (pisah ranjang) dalam rangka mendidik selain di dalam rumah
Dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sadi
rahimahullah mengatakan bahwa maknanya adalah tidak satu ranjang dengannya dan tidak
Putri Mutiara Sari
1102011212
berhubungan intim dengan istri sampai ia sadar dari kesalahannya (Lihat Taisir Al Karimir
Rahman, 177).
Kewajiban istri:
Mentaati perintah suami
Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Siapakah wanita yang
paling baik? Jawab beliau, Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati
suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat
suami benci (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini hasan shahih)
Berdiam di rumah dan tidaklah keluar kecuali dengan izin suami
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku
seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu (QS. Al Ahzab: 33).
Tidak mengizinkan orang lain masuk rumah kecuali dengan izin suami
Bertakwalah kalian dalam urusan para wanita (istri-istri kalian), karena sesungguhnya kalian
mengambil mereka dengan amanah dari Allah dan kalian menghalalkan kemaluan mereka
dengan kalimat Allah. Hak kalian atas mereka adalah mereka tidak boleh mengizinkan seorang
pun yang tidak kalian sukai untuk menginjak permadani kalian (HR. Muslim no. 1218)
Tidak berpuasa sunnah ketika suami ada kecuali dengan izin suami
Tidaklah halal bagi seorang wanita untuk berpuasa sedangkan suaminya ada (tidak
bepergian) kecuali dengan izin suaminya. (HR. Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026)
Tidak boleh seorang wanita berpuasa selain puasa Ramadhan sedangkan suaminya sedang
ada (tidak bepergian) kecuali dengan izin suaminya (HR. Abu Daud no. 2458. An Nawawi
dalam Al Majmu 6: 392 mengatakan, Sanad riwayat ini shahih sesuai dengan syarat Bukhari
dan Muslim)

Anda mungkin juga menyukai