Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PEMERIKSAAN 12 SARAF KRANIAL DAN

PEMERIKSAAN REFLEK
mata kuliah : keperawatan medikal bedah II
Dosen pembimbing : Aida Khairunisa SST, M.Si

Disusun oleh:
Andrean 13403521118
Ikhwana 13403521124
Mutia ulfa 13403521140

AKADEMI KEPERAWATAN IBNU SINA


KOTA SABANG
KATA PENGANTAR

uji syukur kehadirat Allah


SWT yang telah
memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul“
Pemeriksaan Syaraf
Kranial“ ini tepat pada
waktunya
uji syukur kehadirat Allah
SWT yang telah
memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul“
Pemeriksaan Syaraf
Kranial“ ini tepat pada
waktunya
Puji syukur kami hantarkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini
tentang “pemeriksaan 12 pasang saraf kranial dan pemeriksaan reflek”.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya tugas makalah ini.
Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai
pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik


dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya tugas makalah ini.
Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki tugas makalah ini. Kami berharap semoga tugas
makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk para
pembaca.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

B. Penyakit saraf
termasuk salah satu
jenis penyakit yang
menyerang sistem
C. saraf manusia.
Terutama pusat sistem
saraf manusia yang
berada di otak.
Penyakit
D. saraf dapat
menyerang segala usia,
mulai dari usia bayi
hingga orang tua.
E. Gangguan atau
kelainan sistem saraf
pada manusia dapat
menimbulkan efek
yang
F. sangat kritikal sekali
G. Penyakit saraf
termasuk salah satu
jenis penyakit yang
menyerang sistem
H. saraf manusia.
Terutama pusat sistem
saraf manusia yang
berada di otak.
Penyakit
I. saraf dapat
menyerang segala usia,
mulai dari usia bayi
hingga orang tua.
J. Gangguan atau
kelainan sistem saraf
pada manusia dapat
menimbulkan efek
yang
K. sangat kritikal sekali
mata kuliah ini membahas tentang masalah Kesehatan yang lazim terjadi pada
usia dewasa, akut maupun kronis yang meliputi gangguan funsi tubuh sistem
persyarafan dan pemeriksaan reflek.
Penyakit persyarafan termasuk salah satu jenis penyakit yang menyerang
sistem saraf manusia. Terutama pusat sistem saraf manusia yang berada di otak.
Penyakit saraf dapat menyerang semua usia, mulai usia bayi hingga orang tua.
Gangguan atau kelainan sistem saraf pada manusia dapat menimbulkan efek yang
sangat kritis sekali.
Saraf kranial atau dalam Bahasa latin disebut dengan gugup tengkorak adalah
12 pasang saraf pada manusia yang mencuat langsung dari otak manusia. Berbeda
demikian pula dengan saraf tulang belakang yang mencuat dari tulang belakang
manusia. Pasangan saraf kranial diberikan nomor sesuai dengan letaknya dari depan
sampai belakang. Dari 12 pasang saraf kranial, terdapat 3 saraf kranial yang
berperan sebagai saraf sensorik, 5 pasang sebagai saraf motoric, dan 4 pasang saraf
sebagi saraf gabungan (motoric dan sensorik). Saraf kranial adalah bagian dari
susunan saraf tepi, meskipun begitu letaknya yang berdekatan dengan saraf pusat
(SSP). Saraf kranial sendiri terhubung ke organ-organ tubuh manusia, seperti mata,
telinga, hidung, tenggorkan dan lain-lain.
Sedangkan jalur-jalur saraf yang berperan dalam pelaksanaan aktivitas reflek
dikenal sebagai lengkung reflek. Reflek sangat penting untuk pemeriksaan keadaan
fisis secara umum, fungsi nervus, dan koordinasi tubuh. Dari reflek atau respon
yang diberikan oleh anggota tubuh Ketika sesuatu mengenainya dapat diketahui
normal tidaknya fungsi dalam tubuh.
Reflek adalah respon yang terjadi secara otomatis atau tidak sadar. Ada dua
jenis reflek yaitu, reflek sederhana atau reflek dasar yaitu reflek built-in yang tidak
perlu dipelajari misalnya mengedipkan mat ajika ada sesuatu yang masuk, dan
reflek didapati atau reflek terkondisi yang terjadi Ketika belajar atau berlatih
misalnya seorang pianis yang menekan tuts tertentu sewaktu melihat suatu di kertas
partitus.
B. Rumusan Masalah
1. apa itu saraf kranial?
2. Apa fungsi saraf kranial?
3. Pemeriksaan 12 saraf kranial?
4. Apa yang di maksud dengan reflek?
5. Apa saja jenis-jenis reflek?
6. Bagaimana cara pemeriksaan reflek?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi saraf kranial
Saraf kranial atau dalam Bahasa latin disebut dengan gugup tengkorak adalah
12 pasang saraf pada manusia yang mencuat langsung dari otak manusia. Berbeda
demikian pula dengan saraf tulang belakang yang mencuat dari tulang belakang
manusia. Pasangan saraf kranial diberikan nomor sesuai dengan letaknya dari depan
sampai belakang. Dari 12 pasang saraf kranial, terdapat 3 saraf kranial yang berperan
sebagai saraf sensorik, 5 pasang sebagai saraf motoric, dan 4 pasang saraf sebagi
saraf gabungan (motoric dan sensorik). Saraf kranial adalah bagian dari susunan
saraf tepi, meskipun begitu letaknya yang berdekatan dengan saraf pusat (SSP). Saraf
kranial sendiri terhubung ke organ-organ tubuh manusia, seperti mata, telinga,
hidung, tenggorkan dan lain-lain.
B. Fungsi saraf kranial.

NO NAMA SARAF JENIS FUNGSINYA


1. Olfaktorius Sensorik Menerima rangsangan dari hidung
dan menghantarkannya ke otak
untuk diproses sebagai sensasi
bau.
2. Optikus Sensorik Menerima rangsangan dari mata
dan menghantarkannya ke otak
untuk di proses sebagai persepsi
visual.
3. Okulomotorius Motoric Menggerakkan Sebagian besar
otot mata.
4. Troklearis Motoric Menggerakkan beberapa otot
mata.
5. Trigeminus Motoric Menggerakakan rahang.
Sensorik Menerima rangsangan dari wajah
untuk di proses di otak sebagai
sensasi rasa.
6. Abdusen Motoric Abduksi mata.
7. Fasialis Sensorik Menwrima ransangan dari bagian
depan lidah untuk diproses di otak
sebagai sensasi rasa.
motorik Mengendalikan otot wajah
untukmenciptakan ekspresi wajah.
8. Vastibulokoklearis Sensorik - Sesorik sistem vestibular:
mengendalikan keseimbangan
- Sensorikoklea: menerima
rasangan untuk diproses diotak
sebagai suara.
9. Glosofaringeus Sensorik Menerima ransangan bagaian
posterior lidah untuk diproses di
otak sebagai sensi rasa
Motoric Mengendalikan organ-organ
tubuh.
10. Vagus Sensorik Menerima rangsangan dari organ
dalam
Motoric Mengendalikan organ-organ dalam
11. Aksesorius Motoric Mengendalikan pergerakan kepala
12. Hipoglossus Motoric Mengendalikan pergerakan lidah.

C. Pemeriksaan 12 saraf kranial.


1. Nervus olfaktorius/N (sensorik).
Nervus olfaktorius diperiksa dengan zat-zat (bau-bauan) seperti : kopi, teh dan
tembakau. Pada pemeriksaan ini yang perlu diperhatikan adalah adanya penyakit
intranasal seperti influenza karena dapat memberikan hasil negative atau
hasil pemeriksaan menjadi samara tau tidak valid.
Cara pemeriksaan : tiap lubang hidung diuji terpisah. Pasien atau pemeriksaan
menutup salah satu lubang hidung pasien kemudian pasien disuruh mencium salah
satu zat dan tanyakan apakah pasien mencium sesuatu dan tanyakan zat yang dicium.
Untuk hasil yang valid, lakukan dengan beberapa zat atau bau-bauan yang berbeda,
tidak hanya pada 1 macam zat saja.
Penilaian : pasien yang dapat mengenal semua zat dengan baik desebut daya
cium baik (normosmi). Bila daya cium kurang disebut hiposmi dan bila tidak dapat
mencium sama sekali disebut anosmia.

2. Nervus optikus/N II (sensorik).


Kelainan-kelainan pada mata perlu dicatat sebelum pemeriksaan misalnya: katarak,
infeksi konjungtifa atau infeksi lainya. Bila pasien menggunakan kacamata tetap
diperkenankan dipakai.
a. Ketajaman penglihatan.
Pasien disuruh membaca buku dengan jarak 35 cm kemudian dinilai apakah
pasien dapat melihat tulisan dengan jelas, kalau tidak bisa lanjutkan dengan
jarak baca yang dapat digunakan klien, catat jarak baca klien tersebut.
Pasien disuruh melihat satu benda, tanyakan apakah benda yang dilihat jelas
atau kabur, dua bentuk atau tidak sama sekali atau buta.
b. Lapangan penglihatan.
Cara pemeriksaan: alat yang digunakan sebagai objek biasanya
jari pemeriksaan. Fungsi mata diperiksa bergantian. Pasien dan pemeriksa
duduk atau berdiri berhadapan, mata yang akan diperiksa berhadapan sejajar
dengan mata pemeriksa. Jarak antara pemeriksaa dan pasien berkisar 60-100
cm. mata yang lain ditutup. Objek digerakkan oleh pemeriksaan pada bidang
Tengah kedalam sampai pasien melihat objek, catat beberapa derajat
lapangan penglihatan klien.

3. Nervus okulomotorius/NIII (motoric).


Merupakan nervus yang memper sarafi otot-otot bola mata eksterna, levator
palpeora dan konstriktor pupil.
Cara pemeriksaan: Dioperasikan apakah terdapat edema kelopak mata, hipermi
konjungtiva, hipermisklerata kelopak mata jatuh (ptosis), celah mata sempit
(endophtalamus), dan bolamata menonjol (exophtalamus).
4. Nervus trokhlearis/N IV (motoric).
Pemeriksaan pupil dengan menggunakan penerangan senter kecil. Yang
diperiksa adalah ukuran pupil (miosis bila ukuran pupil < 2 mm, normal dengan
ukuran 4-5mm, pin point pupil bila ukuran pupil sangat kecil dan mdiriasis dengan
ukuran>5 mm), bentuk pupil, kesamaan ukuran antara kedua pupil (isokor / sama,
anisokor / tidak sama), dan reak pupil terhadap cahaya (positif bila tampak kontraksi
pupil, negative bila tidak ada kontraksi pupil. Dilihat juga apakahterdapat perdarahan
pupil (diperiksa dengan funduskospi).
5. Nervus trigeminus /N V (motoric dan sesorik).
Merupakan saraf yang mempersarafi sensoris wajah dan otot pengunyah. Alat
yang digunakan: kapas, jarum, botol berisi air panas, kuliper/jangka dan garpu penala.

 Sensibilitas wajah.
Rasa raba: pemeriksaan dilakukan dengan kapas yang digulung memanjang,
dengan menyentuhkan kapas kewajah pasien dimulai dari area normal ke area
dengan kelainan.
 Bandingkan rasa raba pasien antara wajah kiri dan kanan.
Rasa nyeri : dengan menggunkan tusukan jarum tajam dan tumpul. Tanyakan
pada klien apakah merasakan rasa tajam dan tumpul. Dimulai dari area normal
kearea dengan kelainan.
Rasa suhu : dengan cara yang sama tapi dengan menggunakan botol berisi air
dingin dan air panas, diuji dengan bergantian (panas-dingin). Pasien disuruh
menyebutkan panas atau dingin yang dirasakan.
Rasa sikap : dilakukan dengan menutup kedua mata pasien, pasien diminta
menyebutkan area wajah yang disentuh (atas atau bawah).
Tasa getar : pasien disuruh membedakan ada atau tidak getaran garpu penala
yang disentuhkan ke wajah pasien.
 Otot pengunyah
Cara pemeriksaan : pasien disuruh mengatup mulut kuat-kuat kemudian
dipalpasikedia otot pengunyah (muskulus maseter dan temporalis) apakah
kontraksinya baik, kurang atau tidak ada. Kemudian dilihat apakah posisi
mulut klien simetris atau tidak, mulut miring.
 Reflek kornea
Cara pemerikasaan: pada saat pasien melihat keatas, lakukan sentuhan
ringandengan sebuah gumpalan kampas kecil di daerah temporal masing-
masing kornea bila terjadi kedipan mata, dan keluarnya air mata adalah respon
yang normanl.

6. Nervus abdusen/N VI (Motorik).


Fungsi otot bola mata dinilai dengan keenam arah utama yaitu lateral. Latera
atas, medial atas, medial bawah, lateral bawah, keatas dan kebawah. Pasien disuruh
mengikuti arah pemeriksaan yang dilakukan pemeriksa sesuai dengan kemana arah
tersebut. Normal bila pasien dapat mengikuti arah dengan baik. Terbatas bila pasien
tidak dapat mengikuti dengan baik karrena kelemahan otot mata, ninstagmus bila
gerakan bola mata pasien bolak balik involunto.
7. Nervus fasialis/N VII (motoric dan sensorik).
Cara pemeriksaan : dengan memberikan sedikit berbagai zat di 2/3 lidah bagian
depan seperti fula, garam dan kina. Pasien disuruh menjulurkan lidah pada waktu
diuji dan selama menentukan zat-zat yang dirasakan klien disebutkan atau ditulis
dikertas oleh klien.
8. Nervus akustikus/N VIII (Sensorik).
a. Pengdengaran : diuji dengan mendekatkan, arloji ketelinga pasien di ruang
yang sunyi. Telinga diuji bergantian dengan menutup salah satu telinga
yang lain. Normal klien dapat mendengar detik arloji 1 meter. Bila
jaraknya kurang dari satu meter kemungkinan pasien mengalami
penurunan pendengaran.
b. Keseimbangan : dilakukan dengan memperhatikan apakah klien
kehilangan keseimbangan hingga tubuh bergoyah-goyah (keseimbangan
menuurun) dan normal bila pasien dapat berdiri/berjalan dengan seimbang.

9. Nervus glosso-faringeus/N IX (Motorik dan sensorik).


Cara pemeriksaan dengan menyentuhkan tongspatel keposterior faring pasien.
Timbulnya reflek muntah adalah normal (positif), negative bila tidak ada reflek
muntah (motorik).
10. Nervus vagus/N X (motoric dan sensorik).
Cara pemeriksaan pasien disuruhn membuka mulut lebar-lebar dan disuruh
berkata “aaah” kemudian dilihat apakah terjadi regurgitasi kehidung. Lihat
kesimetrisan pita suara dan observasi denyut jantung klien apakah ada takikardi atau
brakardi.
11. Nervus aksesorius/ N XI (motoric).
Cara pemeriksaan : dengan menyuruh pasien menengok kesatu sisi
melawantangan pemeriksa sedang mempalpasi otot wajah test angkat bahu dengan
pemeriksa menekan bahu pasien ke bawah dan pasien berusaha mengangkat
bahukeatas. Normal bila klien dapat melakukannya dengan baik, bila tidak
dapatkemungkinan klien mengalami parase.
12. Nervus hipoglosus (motoric).
Cara pemeriksaan : pasien disuruh menjulurkan lidah dan menarik lidah
kembali,dilakukan berulang kali. Normal bila gerakan lidah terkoordinasi dengan
baik, parese /miring bila terdapata lesi pada hipoglosus.

Anda mungkin juga menyukai