Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH NERVUS CRANIALIS

Oleh:

KELOMPOK 01

1. AZHARI JUNITA RONA (04)


2. IDA AYU DYAH PERTIWI SUSANTHI (07)
3. KADEK ENI YUNDARI (09)
4. NI PUTU INTAN OCTA DEWI (10)
5. KADEK MAYSA YUSTISARI (13)
6. SANG AYU MADE INDRA PURNAMA DEWI (19)

SMK GANDHI USADA BALI

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya saya
bisa menyelesaikan makalah tentang Nervus Cranialis

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat Saya
harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan informasi,bermanfaat untuk pengembangan wawasan


dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Rabu,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................

BAB I . PENDAHULUAN .....................................................................................................

A. Latar Belakang.............................................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................................
C. Tujuan ..........................................................................................................................

BAB II. PEMBAHASAN.........................................................................................................

A. Pengertian Saraf Kranials.............................................................................................


B. Penyusun Saraf Kranialis ...........................................................................................
C. Fungsi Saraf Kranialis..................................................................................................
D. Perbedaan Sistem Saraf Parasimpatik & Simpatik.......................................................
E. Pemeriksaan Nervus Cranialis......................................................................................

BAB III. PENUTUP.................................................................................................................

A. Kesimpulan...................................................................................................................
B. Saran ............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bagaimana kita bisa merasakan sakit ketika di cubit?, bagaimana terjadi reflek ketika
tangan tersulut api?, bagaimana kita melihat, mendengar dan lain sebagainya? mungkin
jawabannya ada dalam pembahasan berikut, makalah ini akan membahas tentang sistem saraf.

Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem organ agar
dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi itu bekerja untuk menerima rangsangan,
mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk menaggapi rangsangan. Setiap rangsangan-
rangsangan yang kita terima melalui indera kita, akan diolah di otak. Kemudian otak akan
meneruskan rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud saraf kranial ?


2. Apa saja penyusun sel saraf kranial ?
3. Apa saja fungsi saraf kranial ?
4. Perbedaan Sistem Saraf Parasimpatik & Simpatik?
5. Bagaimana cara pemeriksaan saraf kranial?

C. Tujuan

Adapun tujuan dibuatkannya makalah ini yaitu:

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah anatomi fisiologi.


2. Untuk mengetahui pengertian, penyusun, fungsi, dan klasifikasi saraf kranial

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Saraf Kranials

Saraf kranial (Latin: nervii craniales) adalah 12 pasang saraf pada manusia yang mencuat
dari otak, berbeda dari saraf spinal yang mencuat dari sumsum tulang belakang. Saraf kranial
merupakan bagian dari sistem saraf sadar. Dari 12 pasang saraf, 3 pasang memiliki jenis sensori
(saraf I, II, VIII); 5 pasang jenis motorik (saraf III, IV, VI, XI, XII) dan 4 pasang jenis gabungan
(saraf V, VII, IX, X). Pasangan saraf-saraf ini diberi nomor sesuai urutan dari depan hingga
belakang, lazimnya menggunakan angka romawi Saraf kranial sendir merupakan bagian dari
sistem saraf tepi namun berlokasi di dekat sistem saraf pusat yakni kranium/tengkorak. Sehingga
seringkali mereka disalah klasifikasikan.Saraf-saraf ini terhubung utamanya dengan struktur
yang ada di kepala dan leher manusia seperti mata, hidung, telinga, mulut dan lidah. Pasangan I
dan II mencuat dari otak besar, sementara yang lainnya mencuat dari batang otak.

Nukleus saraf kranialis, Setelah membicarakan sarafnya, ada baiknya kita juga mengetahui
dari mana saraf tersebut berasal yaitu nukleus saraf kranialis yang terletak di batang otak. Sel
saraf motorik dari saraf kranialis yang berada di batang otak merupakan bagian dari LMN,
sedangkan bagian UMNnya diperankan oleh sel saraf motor kortikal. Yang luar biasa dari
nukleus saraf kranialis adalah persarafannya yang berasal dari serat saraf dari 2 sisi hemisfer
otak.

2. Penyusun Saraf Kranialis

3. Nomo Nama Jenis Fungsi


r
I Olfaktorius Sensori Menerima rangsang dari
hidung dan menghantarkannya
ke otak untuk diproses sebagai
sensasi bau

II Optikus Sensori Menerima rangsang dari mata


dan menghantarkannya ke

2
otak untuk diproses sebagai
persepsi visual

III Okulomotor Motorik Menggerakkan sebagian besar


otot mata

IV Troklearis Motorik Menggerakkan beberapa otot


mata

V Trigeminus Gabungan Sensori:Menerima rangsangan


dari wajah untuk diproses di
otak sebagai sentuhan
Motorik:Menggerakkan
rahang
VI Abdusen Motorik Abduksi mata
VII Fasialis Gabungan Sensorik: Menerima rangsang
dari bagian anterior lidah
untuk diproses di otak sebagai
sensasi rasa
Motorik: Mengendalikan otot
wajah untuk menciptakan
ekspresi wajah
VIII Vestibulokoklearis Sensori Sensori sistem vestibular:
Mengendalikan keseimbangan
Sensori koklea: Menerima
rangsang untuk diproses di
otak sebagai suara
IX Glosofaringeal Gabungan Sensori: Menerima rangsang
dari bagian posterior lidah
untuk diproses di otak sebagai
sensasi rasa
Motorik: Mengendalikan
organ-organ dalam

3
X Vagus Gabungan Sensori: Menerima rangsang
dari organ dalam
Motorik:Mengendalikan
organ-organ dalam
XI Aksesorius Motorik Mengendalikan pergerakan
kepala
XII Hipoglossus Motorik Mengendalikan pergerakan
lidah

3. Fungsi Saraf Kranialis

Saraf Kranial, merupakan saraf yang secara letak berada di dekat otak dan terbagi
menjadi 12 pasang saraf. Ke-12 saraf tersebut melewati tulang kranium sehingga saraf-saraf ini
lazim disebut saraf kranial. Nama dari saraf-saraf tersebut berasal dari urutan letak mereka mulai
dari atas ke bawah. Fungsi utama dari saraf-saraf ini adalah mengatur segala fungsi organ-organ
yang berada di daerah kepala mulai dari kesadaran, fungsi berkomunikasi, fungsi mengunyah,
hingga fungsi menelan. Saraf kranial memiliki 3 macam fungsi yakni motorik, sensoris, dan
otonom dan berbeda pada masing-masing saraf.[3] Salah satu fungsi saraf kranialis adalah
fungsinya yang memungkinkan kita untuk menelan dan berbicara.

Seluruh tubuh manusia dipersarafi oleh saraf yang merupakan bagian dari sistem saraf.
Saraf ini membantu kita untuk merasakan semua panca indra kita. ini kranial saraf adalah saraf
yang muncul langsung dari otak seperti terhadap saraf tulang belakang yang muncul dari segmen
dari sumsum tulang belakang. Pada manusia, ada total dua belas pasang saraf kranial. Hanya
saraf pertama dan pasangan kedua muncul langsung dari otak besar, sedangkan sisanya sepuluh
pasang muncul dari batang otak dan bagian terkait, seperti pons dan perbatasan medulla.

Saraf cranial yang berbeda dan fungsinya

• Saraf Penciuman

Ini memiliki inti penciuman anterior.

Ini adalah murni saraf sensorik. Ini membantu untuk mengirimkan indera penciuman dan
terletak di foramina penciuman dalam piring cribiform dari tulang ethmoid.

4
• Saraf Optik

Ini berisi sel-sel ganglion retina.

Saraf ini mentransmisikan informasi visual ke otak dan terletak di kanal optik.

• Saraf Oculomotor

Ini adalah terutama saraf motorik dan berasal di otak tengah.

Saraf ini innervates levator palpebrae superioris, rektus superior, rektus medialis, rektus
inferior, dan inferior miring, yang semua otot yang secara kolektif melakukan terutama
gerakan-gerakan Mata. Hal ini juga innervates sfingter pupillae. Hal ini terletak di fisura
orbital superior.

• Saraf Trochlear

ini trochlear saraf berasal di otak tengah.

Saraf ini innervates otot oblik superior, yang menekan, berputar lateral sekitar sumbu optik
dan membantu untuk intort bola mata. Hal ini terletak di fisura orbital superior.

• Saraf Trigeminal

Ini adalah saraf yang berasal dari pons.

Saraf trigeminal adalah saraf campuran, yaitu, mengandung sensasi baik sensorik dan
motorik. Ini menerima sensasi dari wajah dan innervates otot-otot pengunyahan. Hal ini
terletak di fisura orbital superior (oftalmik saraf – V1), foramen rotundum (maksila saraf –
V2), dan foramen ovale (saraf mandibula – V3).

• Saraf Abducens

Saraf ini berasal sepanjang margin posterior pons.

Saraf ini terutama motorik sifatnya. Ini innervates rektus lateral, yang membantu untuk
melarikan mata dan terletak di fisura orbital superior.

• Nervus Facialis

5
Saraf ini berasal dari pons.

Saraf wajah adalah baik sensorik dan motorik secara alami. Saraf wajah merupakan salah
satu saraf yang paling penting dalam tubuh. Saraf ini memberikan persarafan motor untuk
otot-otot ekspresi wajah, perut posterior dari otot digastric, dan otot stapedius, menerima
pengertian khusus rasa dari anterior 2/3 lidah, dan memberikan persarafan secretomotor ke
kelenjar ludah (kecuali parotis) dan kelenjar lakrimal. Hal ini terletak dan berjalan melalui
saluran akustik internal untuk kanalis facialis dan keluar pada foramen stylomastoideum.

• Saraf Vestibulocochlear

Saraf ini berawal sepanjang cerebellopontine angle.

Saraf sensorik ini sebagian besar secara alami. Seperti namanya, saraf ini indra suara, rotasi
dan gravitasi yang sangat penting untuk keseimbangan dan gerakan. ini vestibular bercabang
membawa impuls untuk keseimbangan dan cabang koklea membawa impuls untuk
pendengaran. Hal ini terletak di kanal akustik internal.

• Saraf Glossopharingeus

Saraf ini berasal dari medula.

Saraf ini bersifat sensorik dan motorik secara alami. Saraf ini menerima rasa dari posterior
sepertiga dari lidah, memberikan persarafan secretomotor ke kelenjar parotis, dan
memberikan persarafan motorik para stylopharyngeus, yang penting untuk taktil, nyeri, dan
sensasi termal. Beberapa sensasi juga disampaikan ke otak dari tonsil palatina. Sensasi
disampaikan ke talamus berlawanan dan beberapa inti hipotalamus. Saraf ini terletak di
foramen jugularis.

• Saraf Vagus

Saraf ini berasal dari sulkus posterolateral medula.

Saraf ini bersifat sensorik dan motorik secara alami. Saraf ini memasok persarafan
branchiomotor untuk sebagian laring dan semua otot faring (kecuali stylopharyngeus, yang
dipersarafi oleh saraf glossopharingeus). Ini juga menyediakan serat parasimpatis ke hampir
semua dada dan perut jeroan ke fleksura lienalis, dan menerima rasa khusus rasa dari

6
epiglotis. Fungsi utama dari saraf ini adalah untuk mengontrol otot-otot untuk suara dan
resonansi bersama dengan langit-langit lunak. Saraf ini juga terletak di foramen jugularis.

• Saraf Aksesori

Saraf ini berasal dari akar tengkorak dan tulang belakang.

Saraf ini mengontrol otot sternokleidomastoid dan trapezius, dan tumpang tindih dengan
fungsi saraf vagus. Saraf ini terletak di foramen jugularis.

• Saraf Hypoglossal

Saraf ini berasal dari medula.

Saraf ini terutama motorik secara alami. Ini memberikan persarafan motorik otot-otot lidah
(kecuali untuk palatoglossus, yang dipersarafi oleh saraf vagus) bersama dengan otot yg
berhubung dgn bahasa lainnya. Ini adalah saraf yang penting untuk menelan dan berbicara
artikulasi. Hal ini terletak di kanal hypoglossus.

Fungsi saraf kranial bervariasi tergantung pada asal dan jenis saraf. Namun, penting untuk
mengetahui segala sesuatu tentang berbagai fungsi mereka, karena setiap jenis masalah yang
mempengaruhi saraf ini dapat menyebabkan masalah serius dan komplikasi kesehatan mental
orang tersebut.

Fungsi Motoris Saraf Kranial

• Fungsi somatis motorik dari saraf kranial diperankan oleh saraf III, IV, VI, XII: – Otot
ekstrinsik okular yang menggerakkan bola mata dan kelopak mata bagian ataas disarafi
oleh saraf oculomotor (III), trochlear (IV) and abducens (VI). – Otot lidah dipersarafi
oleh saraf hipoglosus (XII).
• Branchiomotor: V, VII, IX, X , XI. Lima lengkungan brakialis terdiri atas tonjolan
meesoderm yang melewati bagian ventral–dorsal pada kedua sisi embrio. Perlu
diperhatikan, penomeran saraf tersebut berasal dari urutan letak dilihat dari atas ke
bawah. Masing-masing lekungan brakialis membentuk struktur tulang, otot, saraf, dan
arteri. Sehingga otot pada setiap lengkungan brakialis disarafi oleh saraf yang berada
pada lengkungan yang sama. Baik saraf somatis maupun branchiomotor, memilik akson

7
dibagian sistem saraf tepi yang berjalan dari badan sel di nukleus motorik batang otak
menunju otot yang dituju tanpa adanya gangguan yang berarti.[3]

Fungsi Otonom

Serat parasimpatis yang berasal dari otak hanya melalui empat saraf kranial: III, VII, IX dan
X, mereka menuju tempat persarafannya di percabang saraf V. Keempat saraf kranial tersebut
mensarafi otot silier dan iris dari bola mata, serta kelenjar ludah, lakrimal/air mata, hidung dan
kelenjar palatal. Pengaturan saraf-saraf parasimpatis ini melalui 2 sel saraf tepi yang terpisah
ganglion yaitu sel saraf (neuron) pra-dan postganglionik. Badan sel neuron preganglionik berada
di nuklus parasimpatis di batang otak, dan aksonnya bersinaps dengan neuron postganglionik di
ganglia parasimpatis perifer.[3]

Fungsi Sensoris

Saraf kranialis yang mengirimkan serat sensorik (selain saraf I, II, VIII) adalah saraf trigeminus
(V), fasialis (VII), glosofaringeal (IX) dan vagus (X). Serat sensoris saraf kranialis secara umum
terbagi menjadi 2 jenis yakni somatis dan visceral.

a. Saraf sensoris somatik (somatosensori):

Saraf somatosensori di saraf kranial menyampaikan impuls rasa sakit, suhu, sentuhan dan sensasi
proprioseptif dari kulit kulit kepala, wajah, pipi, rongga mulut, gigi dan gusi, rongga hidung dan
sinus, serta sendi temporomandibular dan ototnya. Saraf kranialis trigeminus sejatinya
merupakan saraf kranialis somatosensoris. Karena semua saraf kranialis lainnya yang bersifat
somatosensori harus melalui inti sensorik dari saraf trigeminus, terlepas dari serat mana yang
dilalui saraf tersebut untuk masuk ke batang otak.

b. Saraf sensoris viseral

Serabut saraf sensoris visceral terdiri atas saraf perasa, saraf dari saluran pencernaan kecuali gigi,
rongga mulut, dan gusi, dan serat dari kemoreseptor dan thoracoabdominal viseral. Semua
serabut saraf kranial sensoris viseral melewati inti dari saluran soliter, terlepas dari serat mana
yang dilalui saraf tersebut untuk masuk ke batang otak.[3]

8
4. Perbedaan Sistem Saraf Parasimpatik & Simpatik:

Saraf Simpatik: melebarkan pupil, menghambat produksi saliva, mempercepat denyut jantung,
relaksasi paru2, menghambat aktivitas lambung dan prelaksasi urinaria, menghambat struktur
seks

Saraf Parasimpatik: menyempitkan pupil, merangsang produksi saliva, memperlambat denyut


jantung, kontraksi paru2, merangsang aktivitas lambung dan pankreas, kontraksi vesika urinaria,
merangsang struktur seks.

5. PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS

Nervus
Pemeriksaan sistem syaraf atau disebut juga PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS

1. Nervus Olfaktorius/N I (sensorik)


Cara pemeriksaan : tiap lubang hidung diuji terpisah. Pasien atau pemeriksa menutup salah satu
lubang hidung pasien kemudian pasien disuruh mencium salah satu zat dan tanyakan apakah
pasien mencium sesuatu dan tanyakan zat yang dicium. Untuk hasil yang valid, lakukan dengan
beberapa zat/bau-bauan yang berbeda, tidak hanya pada 1 macam zat saja.

9
Penilaian : Pasien yang dapat mengenal semua zat dengan baik disebut daya cium baik
(normosmi). Bila daya cium kurang disebut hiposmi dan bila tidak dapat mencium sama sekali
disebut anosmi.

2. Pemeriksaan N. II : Optikus
Fungsi : Sensorik khusus melihat
Tujuan pemeriksaan :
a. Mengukur ketajaman penglihatan / visus dan menentukan apakah kelaianan pada visus
disebabkan oleh kelaianan okuler lokal atau kelaianan syaraf.
b. Mempelajari lapangan pandangan
c. Memeriksa keadaan papil optik

Cara Pemeriksaan :
Jika pasien tidak mempunyai keluhan yang berhubungan dengan nervus II dan pemeriksa juga
tidak mencurigai adanya gangguan, maka biasanya dilakukan pemeriksaan nervus II , yaitu :
a. Ketajaman penglihatan
b. Lapangan pandangan
Bila ditemukan kelainan, dilakuakn pemeriksaan yang lebih teliti. Perlu dilakukan pemeriksaan
oftalmoskopik.

Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan :


1. Dilakukan dengan cara memandingkan ketajaman penglihatan pasien dengan pemeriksa yang
normal.
2. Pasien disuruh mengenali benda yang letaknya jauh, misalnya jam dinding dan ditanyakan
pukul berapa.
3. Pasien disuruh membaca huruf-huruf yang ada di koran atau di buku.
4. Bila ketajaman penglihatan pasien sama dengan pemeriksa, maka dianggap normal.
5. Pemeriksaan ketajaman penglihatan yang lebih teliti dengan pemeriksaan visus dengan
menggunakan gambar snellen.
6. Pemeriksaan snellen chart
a. Pasien disuruh membaca gambar snellen dari jarak 6 m

10
b. Tentukan sampai barisan mana ia dapat membacanya.
c. Bila pasien dapat membaca sampai barisan paling bawah, maka ketajaman penglihatannya
norma (6/6)
d. Bila tidak normal :
i. Misal 6/20, berarti huruf yang seharusnya dibaca pada jarak 20 m, pasien hanya dapat memaca
pada jaral 6 m, namun bila pasien dapat melihat melalui lubang kecil (kertas yang berluang,
lubang peniti), huruf bertambah jelas, maka pasien mengalami kelainan refraksi.
ii. 1/300 = Pasien dapat melihat gerakan tangan / membedakan adanya gerakan atau tidak

iii. 1/~ = pasien hanya dapat membedakan gelap dan terang

Pemeriksaan Lapangan Pandangan :

Dilakukan dengan jalan membandingkan dengan penglihatan pemeriksa yang dianggap normal.,
dengan menggunakan metode konfrontasi dari donder.1. Pasien disuruh duduk atau berdiri
berhadapan dengan pemeriksa dengan jarak kira-kira 1 m.

2. Jika kita hendak memeriksa mata kanan, maka mata kiri pasien harus ditutup, misalnya
dengan tangan atau kertas, sedangkan pemeriksa harus menutup mata kanannya.
3. Kemudian pasien disuruh melihat terus pada mata kiri pemeriksa dan pemeriksa harus selalu
melihat mata kanan pasien.
4. Setelah itu pemeriksa menggerakkan jari tangannya di bidang pertengahan antara pemeriksa
dan pasien.
5. Lakukan gerakan dari arah luar ke dalam
6. Jika pasien mulai melihat gerakan jari-jari pemeriksa, ia harus memberi tahu dan
dibandingkan dengan pemeriksa, apakah pemeriksa juga melihatnya
7. Bila sekiranya ada gangguan kampus penglihatan, maka pemeriksa akan lebih dahulu melihat
gerakan tersebut.
8. Lakukan pemeriksaan pada masing-masing mata pasien.

11
3. Saraf okulomotoris (N. III)
Pemeriksaan meliputi ; Ptosis, Gerakan bola mata dan Pupil
1. Ptosis
Pada keadaan normal bila seseorang melihat ke depan maka batas kelopak mata atas akan
memotong iris pada titik yang sama secara bilateral. Ptosis dicurigai bila salah satu kelopak mata
memotong iris lebih rendah dari pada mata yang lain, atau bila pasien mendongakkan kepal ke
belakang / ke atas (untuk kompensasi) secara kronik atau mengangkat alis mata secara kronik
pula.

2. Gerakan bola mata.


Pasien diminta untuk melihat dan mengikuti gerakan jari atau ballpoint ke arah medial, atas, dan
bawah, sekaligus ditanyakan adanya penglihatan ganda (diplopia) dan dilihat ada tidaknya
nistagmus. Sebelum pemeriksaan gerakan bola mata (pada keadaan diam) sudah dilihat adanya
strabismus (juling) dan deviasi conjugate ke satu sisi.

3. Pupil
Pemeriksaan pupil meliputi :
i. Bentuk dan ukuran pupil
ii. Perbandingan pupil kanan dan kiri
Perbedaan Æ pupil sebesar 1mm masih dianggap normal
iii. Refleks pupil
Meliputi pemeriksaan :
1. Refleks cahaya langsung (bersama N. II)
2. Refleks cahaya tidak langsung (bersama N. II)
3. Refleks pupil akomodatif atau konvergensi
Bila seseorang melihat benda didekat mata (melihat hidungnya sendiri) kedua otot rektus
medialis akan berkontraksi. Gerakan kedua bola mata ini disebut konvergensi. Bersamaan
dengan gerakan bola mata tersebut maka kedua pupil akan mengecil (otot siliaris berkontraksi)
(Tejuwono) atau pasien disuruh memandang jauh dan disuruh memfokuskan matanya pada suatu
objek diletakkan pada jarak ± 15 cm didepan mata pasien dalam keadaan normal terdapat
konstriksi pada kedua pupil yang disebut reflek akomodasi.

12
4. Pemeriksaan N. IV Trokhlearis Fungsi : Somatomotorik
Pemeriksaan pupil dengan menggunakan penerangan senter kecil. Yang diperiksa adalah ukuran
pupil (miosis bila ukuran pupil < 2 mm, normal dengan ukuran 4-5 mm, pin point pupil bila
ukuran pupil sangat kecil dan midiriasis dengan ukuran >5 mm), bentuk pupil, kesamaan ukuran
antara kedua pupil (isikor / sama, aanisokor / tidak sama), dan reak pupil terhadap cahaya (positif
bila tampak kontraksi pupil, negative bila tidak ada kontraksi pupil. Dilihat juga apakah terdapat
perdarahan pupil (diperiksa dengan funduskopi).

5. Pemeriksaan N. V Trigeminus Fungsi : Somatomotorik, somatosensorik


Bagian motorik mengurus otot-otot untuk mengunyah, ayitu menutup mulut, menggerakkan
rahang ke bahwa dan samping dan membuka mulut.
Bagian sensorik cabang Oftalmik mengurus sensibilitas dahi, mata, hidung, kening, selaput otak,
sinus paranasal dan sebagian mukosa hidung.
Bagian sensorik cabang maksilaris mengurus sensibilitas rahang atas, gigi atas, bibir atas, pipi,
palatum durum, sinus maksilaris dan mukosa hidung.
Bagian sensorik cabang mandibularis mengurus sensibilitas rahang bawah, bibir bawah, mukosa
pipi, 2/3 bagian depan lidah dan sebagian telinga, meatus dan selaput otak.

Cara pemeriksaan fungsi motorik :


a. Pasien disuruh merapatkan giginya sekuat mungkin dan kita raba m. Masseter dan m.
Temporalis, perhatikan besarnya, tonus serta bentuknya.
b. Kemudian pasien disuruh membuka mulut dan perhatikan apakah ada deviasi rahang bawah.
c. Bila ada parise, maka rahang bawah akan berdeviasi ke arah yang lumpuh

Cara pemeriksaan fungsi sensorik :


a. Diperiksa dengan menyelidiki rasa raba, rasa nyeri dan suhu daerah yang dipersyarafi.
b. Periksa reflek kornea

6. Pemeriksaan N. VI Abdusen
Fungsi : Somatomotorik

13
Meninervasi m. Rektus eksternus (lateralis). Kerja mata ini menyebabkan lirik mata ke arah
temporal

Untuk N. III, IV dan VI fungsinya saling berkaitan. Fungsinya ialah menggerakkan otot mata
ekstra okuler dan mengangkat kelopak mata. Searbut otonom N III, mengatur otot pupil. Cara
pemeriksaannya bersamaan, yaitu :
1. Pemeriksa melakukan wawancara dengan pasien
2. Selama wawancara, pemeriksa memperhatikan celah matanya, apakah ada ptosis, eksoftalmus
dan strabismus/ juling dan apakah ia cendrung memejamka matanya karena diplopia.
3. Setelah itu lakukan pemeriksaan yang lebih teliti mengenai ptosis, besar pupil, reaksi cahaya
pupil, reaksi akomodasi, kedudukan bola mata, gerakan bola mata dan nistagmus.
4. Untuk menilai m. Levator palpebra, pasien disuruh memejamkan matanya, kemudia disuruh ia
membuka matanya.
5. Waktu pasien membuka matanya, kita tahan gerakan ini dengan jalan memegang / menekan
ringan pada kelopak mata.
6. Dengan demikian dapat dinilai kekuatan kelopak mata.
7. Untuk menilai pupil, perhatikan besarnya pupil pada kiri dan kanan, apakah sama ukurannya,
apakah bentuknya bundar atau tidak rata tepinya. Miosis = pupil mengecil, midriasis = pupil
membesar
8. Reflek cahaya pupil terdiri dari reaksi cahaya langsung atau tidak langsung., caranya :
i. Pasien disuruh melihat jauh.
ii. Setelah itu pemeriksa mata pasien di senter/ diberi cahaya dan lihat apakah ada reaksi pada
pupil. Normal akan mengecil
iii. Perhatikan pupil mata yang satunya lagi, apakah ikut mengecil karena penyinaran pupil mata
tadi disebut dengan reaksi cahaya tak langsung
iv. Cegah reflek akomodasi dengan pasien disuruh tetap melihat jauh.7. Pemeriksaan N. VII
FasialisFungsi : Somatomotorik, viseromotorik, viserosensorik, pengecapan, somatosensorik
Cara Pemeriksaan fungsi motorik :
a. Perhatikan muka pasien, apakah simetris atau tidak, perhatikan kerutan dahi, pejaman mata,
plika nasolabialis dan sudut mulut.
b. Bila asimetris muka jelas disebabkan kelumpuhan jenis perifer.

14
c. Pada kelumpuhan jenis sentral, kelumpuhan nyata bila pasien disuruh melakukan gerakan
seperti menyeringai dan pada waktu istirahat, muka simetris.
d. Suruh pasien mengangkat alis dan mengkerutkan dahi
e. Suruh pasien memejamkan mata
f. Suruh pasien menyeringai (menunjukkan gigi geligi)
g. Gejala chvostek, dengan mengetuk N. VII di bagian depan telinga. (+) bila ketokan
menyebabkan kontraksi otot mata yang di persyarafi.

Fungsi pengecapan :
a. Pasien disuruh menjulurkan lidah
b. Taruh bubuk gula, kina, asam sitrat atau garam secara bergiliran
c. Pasien tidak boleh menarik lidahnya ke dalam mulut.
d. Pasien disuruh menyatakan pengecapan yang dirasakan dengan isyarat.

7. Saraf fasialis (N. VII)


Pemeriksaan saraf fasialis dilakukan saat pasien diam dan atas perintah (tes kekuatan otot) saat
pasien diam diperhatikan :
• Asimetri wajah
Kelumpuhan nervus VII dapat menyebabkan penurunan sudut mulut unilateral dan kerutan dahi
menghilang serta lipatan nasolabial, tetapi pada kelumpuhan nervus fasialis bilateral wajah masih
tampak simetrik
• Gerakan-gerakan abnormal (tic facialis, grimacing, kejang tetanus/rhisus sardonicus tremor dan
seterusnya
• Ekspresi muka (sedih, gembira, takut, seperti topeng)
- Tes kekuatan otot
1. Mengangkat alis, bandingkan kanan dan kiri.
2. Menutup mata sekuatnya (perhatikan asimetri) kemudian pemeriksa mencoba membuka kedua
mata tersebut bandingkan kekuatan kanan dan kiri.
3. Memperlihatkan gigi (asimetri)
4. Bersiul dan mencucu (asimetri / deviasi ujung bibir)
5. Meniup sekuatnya, bandingkan kekuatan udara dari pipi masing-masing.

15
6. Menarik sudut mulut ke bawah.
- Tes sensorik khusus (pengecapan) 2/3 depan lidah)
Pemeriksaan dengan rasa manis, pahit, asam, asin yang disentuhkan pada salah satu sisi lidah.
- Hiperakusis
Jika ada kelumpuhan N. Stapedius yang melayani otot stapedius maka suara-suara yang diterima
oleh telinga pasien menjadi lebih keras intensitasnya.

8. Pemeriksaan N. VIII Akustikus/vestibulokoklealis


Fungsi : Sensorik khusus pendengaran dan keseimbangan
Cara Pemeriksaan syaraf kokhlerais :
a. Ketajaman pendengaran
b. Tes swabach
c. Tes Rinne
d. Tes weber

Cara untuk menilai keseimbangan :


a. Tes romberg yang dipertajam :
- Pasien berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki yang lain, tumit kaki yang satu berada di
depan jari-jari kaki yang lain
- Lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup
- Orang normal mampu berdiri dalam sikap romberg yang dipertajam selama 30 detik atau lebih

b. Tes melangkah di tempat


- Pasien disuruh berjalan di tempat dengan mata ditutup, sebanyak 50 langkah dengan kecepatan
berjalan seperti biasa
- Suruh pasien untuk tetap di tempat
- Tes abnormal jika kedudukan pasien beranjak lebih dari 1 m dari tempat semula atau badan
berputar lebih 30 o

c. Tes salah tunjuk


- Pasien disuruh merentangkan lengannya dan telunjuknya menyentuh telunjuk pemeriksa

16
- Kemudian pasien disuruh menutup mata, mengangkat lengannya tinggi-tinggi dan kemudian
kembali ke posisi semula
- Gangguan (+) bila didapatkan salah tunjuk

9. Pemeriksaan N. IX Glossofaringeus
Fungsi : Somatomotorik, viseromotorik, viserosensorik, pengecapan, somatosensorik
Cara pemeriksaan dengan menyentuhkan tongs patel keposterior faring pasien. Timbulnya reflek
muntah adalah normal (positif), negative bila tidak ada reflek muntah.

10. Pemeriksaan N. X Vagus


Fungsi : Somatomotorik, viseromotorik, viserosensorik, somatosensorik

N IX dan N X diperiksa bersamaan. Cara Pemeriksaan Fungsi motorik :


- Pasien disuruh menyebutkan aaaaaa
- Perhatikan kualitas suara pasien, apakah suaranya normal, berkurang, serak atau tidak sama
sekali.
- Pasien disuruh memakan makanan padat, lunak dan menelan air
- Perhatikan apakah ada kesalahan telan / tidak bisa menelan / disfagia
- Pasien disuruh membuka mulut
- Perhatikan palatum mole dan faring, perhatikan sikap palatum mole, arkus faring dan uvula
dalam keadaan istirahat dan bagaimana pula waktu bergerak, misalnya waktu bernafas atau
bersuara. Abnormal bila letaknya lebih rendah terhadap yang sehat.

11. Pemeriksaan N. XI aksesorius


Fungsi : Somatomotorik
Cara Pemeriksaan :
a. Untuk mengukur kekuatan otot sternocleidomastoideus dilakukan dengan cara :
- pasien disuruh menggerakkan bagian badan yang digerakkan oleh otot ini dan kita tahan
gerakannya.
- Kita gerakkan bagian badan pasien dan disuruh ia menahannya.
- Dapat dinilai kekuatan ototnya.

17
b. Lihat otot trapezius
- apakah ada atropi atau fasikulasi,
- apakah bahu lebih rendah,
- apakah skapula menonjol
- Letakkan tangan pemeriksa diatas bahu pasien
- Suruh pasien mengangkat bahunya dan kita tahan.
- Dapat dinilai kekuatan ototnya.
12. Pemeriksaan N. XII HipoglosusFungsi : Somatomotorik
Cara Pemeriksaan :
a. Suruh pasien membuka mulut dan perhatikan lidah dalam keadaan istirahat dan bergerak
b. Dalam keadaan istirahat kita perhatikan :
- besarnya lidah,
- kesamaan bagian kiri dan kanan
- adanya atrofi
- apakah lidah berkerut
c. Apakah lidahnya mencong bila digerakkan atau di julurkan

12. Nervus Hipglosus (motorik)


Cara pemeriksaan : pasien disuruh menjulurkan lidah dak menarik lidah kembali, dilakukan
berulang kali. Normal bila gerakan lidah terkoordinasi dengan baik, parese/miring bila terdapat
lesi pada hipoglosus.

selain pemeriksaan nervus cranialis diatas pemeriksaan fisik lainya seperti dibawah ini :

A. Refleks Tendon / Periosteum


- Refleks Biceps (BPR) : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps
brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku. Respon : fleksi lengan pada sendi siku.
- Refleks Triceps (TPR) : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku
dan sedikit pronasi. Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku.

18
- Refleks Periosto Radialis : ketukan pada periosteum ujung distal os symmetric posisi lengan
setengah fleksi dan sedikit pronasi. Respon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi
karena kontraksi m.brachiradialis.
- Refleks Periostoulnaris : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi lengan setengah
fleksi dan antara pronasi supinasi. Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator
quadrates.
- Refleks Patela (KPR) : ketukan pada tendon patella dengan hammer. Respon : plantar fleksi
longlegs karena kontraksi m.quadrises femoris.
- Refleks Achilles (APR) : ketukan pada tendon achilles. Respon : plantar fleksi longlegs karena
kontraksi m.gastroenemius.
- Refleks Klonus Lutut : pegang dan dorong os patella ke arah distal. Respon : kontraksi
reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus berlangsung.
- Refleks Klonus Kaki : dorsofleksikan longlegs secara maksimal, posisi tungkai fleksi di sendi
lutut. Respon : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsung.

B. Refleks Patologis
- Babinsky : penggoresan telapak longlegs bagian lateral dari posterior ke anterior. Respon :
ekstensi ibu jari longlegs dan pengembangan jari longlegs lainnya.
- Chadock : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis dari
posterior ke anterior. Respon : seperti babinsky.
- Oppenheim : pengurutan krista anterior tibia dari proksimal ke distal. Respon : seperti
babinsky.
- Gordon : penekanan betis secara keras. Respon : seperti babinsky.
- Schaefer : memencet tendon achilles secara keras. Respon : seperti babinsky.
- Gonda : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari longlegs ke-4. Respon : seperti babinsky.
- Stransky : penekukan (lateral) jari longlegs ke-5. Respon : seperti babinsky.
- Rossolimo : pengetukan ada telapak kaki. Respon : fleksi jari-jari longlegs pada sendi
interfalangeal.
- Mendel-Beckhterew : pengetukan dorsum pedis pada daerah os coboideum. Respon : seperti
rossolimo.

19
- Hoffman : goresan pada kuku jari tengah pasien. Respon : ibu jari, telunjuk dan jari lainnya
fleksi.
- Trommer : colekan pada ujung jari tengah pasien. Respon : seperti Hoffman.
- Leri : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap lengan diluruskan dengan bagian
ventral menghadap ke atas. Respon : tidak terjadi fleksi di sendi siku.
- Mayer : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapak tangan. Respon : tidak terjadi
oposisi ibu jari.

d. Refleks Primitive
- Sucking Reflex : sentuhan pada bibir. Respon : gerakan bibir, lidah, dan rahang bawah seolah-
olah menyusui.
- Snout Reflex : ketukan pada bibir atas. Respon : kontraksi otot-otot disekitar bibir / di bawah
hidung.
- Grasps Reflex : penekanan jari pemeriksa pada telapak tangan pasien. Respon : tangan pasien
mengepal.

- Palmo-mental Reflex : goresan ujung pena terhadap kulit telapak tangan bagian thenar.
Respon : kontraksi otot mentalis dan orbikularis oris (ipsi lateral).
B. PEMERIKSAAN TINGKAT KESADARAN
Menggunakan Skala Koma Glasgow yang memperhatikan tanggapan / respon pasien terhadap
rangsang dan memberikan nilai pada respon tersebut. Tanggapan atau respon pasien yang perlu
diperhatikan ialah : ResponMembuka mata (Eye), Respon verbal (V), dan respon motorik (M).
Nilai Maximal 15 dan Minimal 

Parameter Nilai
Mata Membuka secara spontan 4
Terhadap suara 3
Terhadap nyeri 2
Tidak berespon 1
Respon Verbal Orientasi baik 5
Bingung 4
Kata-kata tidak jelas 3

20
Bunyi tidak jelas 2
Tidak berespon 1
Respon Motorik/Gerakan Mengikuti perintah 6
Gerakan local 5
Fleksi, menarik 4
Fleksi abnormal 3
Ekstensi abnormal 2
Tidak ada gerakan 1

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan
dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf
(neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau
tanggapan. Sistem saraf dibagi menjadi dua, yaitu sitem saraf pusat dan sistem saraf perifer.
Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Sistem saraf perifer terdiri dari
sitem saraf sadar dan sistem saraf tidak sadar.

B. Saran

Untuk dapat memahami sistem saraf, selain membaca dan memahami materi-materi dari sumber
keilmuan yang ada (buku, internet, dan lain-lain) kita harus dapat mengkaitkan materi-materi
tersebut dengan kehidupan kita sehari-hari, agar lebih mudah untuk paham dan akan selalu
diingat.

21
DAFTAR PUSTAKA

Sloane ethel.,2004,Anatomi dan fisiologi untuk pemula,penerbit buku kedokteran EGC,Jakarta.

Tan hoan tjong dan kirana rahardja,2002,Obat-obat penting edisi kelima,PT.Elex media
komputindo,Jakarta.

Mycek dkk,-,Farmakologi ulasan bergambar edisi 2,Widya medika,Jakarta.

Olson james,2003,Belajar mudah farmakologi,EKG,Jakarta.

Ganiswarna G sulistia,1995,Farmakologi dan terapi edisi 4,Fakultas kedokteran UI,Jakarta.

Anonim,2001,Buku ajar fisiologi tubuh manusia,Gajah mada press,Jakarta.

http//arahmancempi.blogspot.com

22
DAFTAR ISI

Halaman Judul.............................................................................................

Kata Pengantar........................................................................................... ii

Daftar Isi...................................................................................................... iii

BAB I Pendahuluan......................................................................................

1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1

23
1.2 Tujuan...................................................................................................... 1

1.3 Rumusan Masalah................................................................................... 1

BAB II Pembahasan.....................................................................................

2.1 Pengertian Saraf Kranial......................................................................... 2

2.2 Nukleus Saraf Kranial............................................................................. 2

2.3 Fungsi Saraf Kranial................................................................................ 2

2.4 Saraf-Saraf Kranial.................................................................................. 3

2.5 Saraf Kranial & Fungsinya...................................................................... 4

2.6 Fungsi Motoris Saraf Kranial…………………………………………… 6

2.7 Fungsi Otonom .................................................................................. …. 7

2.8 Fungsi Sensorik........................................................................................ 7

2.9 Perbedaan Saraf Simpatik & Saraf Parasimpatik………………………. 8

BAB III Penutup..........................................................................................

3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 11

3.2 Saran........................................................................................................ 11

Daftar Pustaka............................................................................................... 12

24

Anda mungkin juga menyukai