Anda di halaman 1dari 32

PELANGGARAN KODE ETIK SEORANG DOKTER TERHADAP PASIEN

DI RUANG MEDICAL CHECK UP DI HOSPITAL NASIONAL GUIDO


VALADARES (HNGV)
DILI TIMOR LESTE

Disusun Oleh :

Nama : Zelia Fernandes Orleans da Silva

Nim : 196070203141001

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas “ PELANGGARAN KODE ETIK
SEORANG DOKTER TERHADAP PASIEN DI RUANG MEDICAL CHECK
UP DI HOSPITAL NASIONAL GUIDO VALADARES (HNGV) DILI TIMOR
LESTE” yang menjadi tugas individu mata kuliah Ilmu Filsafat Program Studi
Magister Manajemen Rumah Sakit Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya,
sehingga dapat terselesaikan tepat waktu. Penulis juga ingin mengucapkan terimakasi
kepada:
1. Ibu Dr. dr. Tita Hariyanti., M.Kes selaku kepala Program Studi S2 MMRS Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya, serta dosen mata kuliah ilmu Filsafat.
2. Ibu Dr. Indah Winarni., MA selaku dosen mata kuliah Ilmu Filsafat yang telah
memberikan tugas makalah ini.
3. Ibu Dr. dr. Ratnawati., MSc selaku dosen mata kuliah Ilmu Filsafat. Penulis
menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan
makalah ini.

Malang, 23 Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………..........ii


DAFTAR ISI ………….……………………………………………………….......iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3. Tujuan .......................................................................................................... 2
1.3.1. Tujuan Umum ..................................................................................... 2
1.3.2. Tujuan Khusus .................................................................................... 2
1.4 Sistematik Penulisan .................................................................................... 2
BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI
2.1. Pengertian Kedokteran ................................................................................ 5
2.2.Sejarah Hospital Nasional Guido Valadares (HNGV) Dili Timor Leste ..... 4
2.3.Visi, Misi dan Tujuan HNGV ....................................................................... 5
2.4.Tujuan HNGV ............................................................................................... 5
2.5.Struktur Hospital Nasional Guido Valadares (HNGV) Dili Timor Leste .... 7
2.6. Uraian Tugas ................................................................................................ 8
BAB III LANDASAN TEORI
3.1. Pengertian Filsafat .......................................................................................8
3.2. Kode Etika Profesi .......................................................................................9
BAB IV PEMBAHASAN DAN PEMECAHAN ATAU SOLUSI
4.1. Pembahasan ...............................................................................................17
4.2. Pemecahan masalah atau Solusi ................................................................18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ................................................................................................22
5.2.Saran ............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................24
3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Negara Timor Leste merestaurasikan kemerdekannya pada tanggal 20 mei


2002, dengan segala kekurangan dalam membangun dan mengisi kemerdekaan
terutama masalah sumber daya manusia dan sangat membutukan dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia diberbagai bidan yang handal dan professional dalam
menangani masalah-masalah dalam hal ini yang berkaitan dengan kode etik professi di
Rumah Sakit seperti kasus kesalahan penanganan pada pasien serta tidak mempunyai
kompotensi sehingga menyebabkan terjadinya pelanggaran kode etik profesi dokter
terhadap pasien di Hospital Nasional Guido Valadares (HNGV) Dili Timor Leste.
Hospital Nasional Guido Valadares (HNGV) salah satu Rumah Sakit Nasional
terbesar di negara Timor-Leste, yang sangat membutuhkan tenaga medis dan non
medis yang handal dan professional dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
sehingga tidak terjadi pelanggaran dalam melayani pasien serta tetap menjaga kode etik
di rumah sakit Hospital Nasional Guido Valadares (HNGV). Dalam situasi
penanganan para medis terhadap pasien di Hospital Nasional Guido Valadares
(HNGV) yang meningkat pesat tiap tahunnya tetapi masih kuranya tenaga medis
sehingga banyak kegagalan dalam penanganan pasien. seperti yang dikutip dalam
jurnal Etika Kedokteran (Helena,2018) bahwa, Adanya heteroginitas dalam
masyarakat, akan menjadi sulit untuk mencegah kaburnya definisi telos. Meskipun
telos telah diperjelas seperti dalam konteks kedokteran, namun tetap ada etika kebaikan
yang melekat didalamnya.

4
Perbuatan baik secara moral, didefinisikan sebagai apa yang akan orang baik
lakukan, dan orang yang baik adalah orang yang melakukan kebaikan. Namun pada
kondisi dilema yang cukup sulit, etik yang berbasis pada kebaikan tidak bisa menjadi
sebuah petunjuk untuk melakukan suatu hal yang konkrit. Dalam hal ini juga
manajemen waktu dibutuhkan dalam profesi kedokteran manjemen menurut George
R. Terry dalam bukunya “Principles of Management” menyampaikan pendapatnya
“manajemen adalah suatu proses yang membeda-bedakan atas perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan dan pengawasan, dengan memanfaatkan
baik ilmu maupun seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya” (Management is a distinct process consisting of planning, organizing,
actuating, and controlling, utilizing in each both science and art, and followed in order
to accomplish predetermined objectives) sama halnya dengan Hospital Nasional Guido
Valadares etika dan manajemen sangat dibutuhkan dalam menjalankan profesi seorang
dokter.
Namun hal ini belum sepenuhnya diterapkan pada Rumah sakit tersebut seperti
contoh salah satu kasus yang terjadi. Dan juga kurangnya kesadaran para dokter dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang Dokter hal ini menjadi alasan
saya memilih judul Pelanggaran Kode Etik Seorang Dokter Terhadap Pasien Di
Ruangan Medical Check Up Pada di Hospital Nasional Guido Valadares (HNGV).
Yakni dokter menulis surat kesehatan tampa mengadakan check up pada pasien seperti
kasus real yang dikutip dari laporan HNGV tribulan dari bulan januari sampai dengan
bulan Maret tahun 2019 daftar pasient yang mengambil surat keterangan sehat tampa
melakukan check up terlebih dahulu yaitu bulan januari mencapai 2129 orang, bulan
februari berjumlah 398 orang dan bulan maret sebanyak 78 orang. Seperti yang
diketahui bahwa kode etik merupakan pegangan bagi seorang dokter dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara profesional seperti kode etik
kedokteran Timor Leste pasal 1 tentang Prinsip dasar Kedokteran O alvo de toda a

5
atenção do médico é a saúde do ser humano, em benefício da qual deverá agir com o
máximo de zelo e o melhor de sua capacidade profissional (seorang dokter menaru
perhatian sepenuhnya kepada kesehatan pasien dan kepentingan pasien dan bertindak
secara hati-hati dan sesuai kemampuan dan profesi yang terbaik )
Seorang dokter seharusnya senantiasa berupaya melaksanakan profesinya
sesuai dengan standard profesi yang tertinggi sesuai kode etik yang ada Namun hal ini
belum sepenuhnya dijalankan dan dilanggar oleh para dokter di HNGV seperti kasus
yang suda dijelakan diatas. Hal ini yang menjadi alasan saya memilih judul
Pelanggaran Kode Etika Seorang Dokter Terhadap Pasien Di Ruang Medical Check
Up Di Hospital Nasional Guido Valadares (HNGV).

1.2. Perumusan Masalah


Dari penulisan tugas Filsafat penulis dapat merumuskan masalah-masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana Pelanggaran Kode Etik Seorang Dokter Terhadap Pasien Di
Ruangan Medical Check Up Pada di Hospital Nasional Guido Valadares
(Hngv)?
2. Bagaimanakah pihak Manasgemen rumah sakit menanggapi fenomena
pasien mengambil surat keterangan sehat tampa melakukan check up?
1.3. Tujuan
Dari penulisan makalah ilmu filsafat ini maka tujuan yang akan dicapai dari
tugas ini adalah :
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan Umum dari makalah ini yaitu :
1. Untuk memberikan kontribusi pendapat dalam meningkatkan
sumberdaya manusia pada Hospital Nasional Guido Valadares (HNGV).

6
2. Untuk mengakaji tentang pelanggaran kode etik seorang dokter terhadap
pasien di Hospital Nasional Guido Valadares (HNGV).

1.3.2. Tujuan Khusus


Tujuan Khusus dari makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui permasalahn kode etik kedokteran pada Hospital
Nasional Guido Valadares (HNGV)
2. Menganalis obyek formal dan obyek material kajian.
1.4. Sistematik Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
1.2. Perumusan Masalah
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Sistematik Penulisan
BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI
2.1. Sejarah Hospital Nasional Guido Valadares (HNGV) Dili Timor Leste
2.2. Visi, Misi dan Tujuan HNGV
2.3. Struktur Hospital Nasional Guido Valadares (HNGV) Dili Timor Leste
2.4. Uraian Tugas
BAB III LANDASAN TEORI
3.1 Pengertian Filsafat
3.2 Kode Etika Profesi
3.3 Penegertian Manajemen
3.4 Filsafat Kedokteran Sebagai Teleologis
BAB IV PEMBAHASAN

7
4.1. Pembahasan
4.2. Penegertian Manajemen
4.3. Filsafat Kedokteran
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran

BAB II
GAMBARAN UMUM ORGANISASI

8
2.1 Pengertian kedokteran
Menurut Pellegrino bahwa kedokteran pada dasarnya adalah disiplin antara seni
dan ilmu. Kedokteran membutuhkan kompetensi dalam pengetahuan ilmiah dan
kemampuan kreatif dalam menerapkannya kepada individu/pasien. Pellegrino
menggambarkan kedokteran sebagai "yang paling ilmiah dari humaniora dan yang
paling manusiawi dari sains". Ilmu kedokteran terdapat fakta bahwa dokter dan pasien
masuk ke dalam hubungan penyembuhan, maka terdapat hak, tugas, dan keistimewaan
bagi dokter dan pasien. Jadi, telos pengobatan adalah kebaikan pasien.
Tujuan pendidikan etika dalam pendidikan dokter adalah untuk menjadikan
calon dokter lebih manusiawi dengan memiliki kematangan intelektual dan emosional.
Etik profesi kedokteran merupakan seperangkat perilaku para dokter dan dokter gigi
dalam hubungannya dengan pasien, keluarga, masyarakat, ternan sejawat dan mitra
kerja. Rumusan perilaku para anggota profesi disusun oleh organisasi profesi
bersama-sama pemerintah menjadi suatu kode etik profesi yang bersagkutan. Tiap-
tiap jenis tenaga kesehatan telah memiliki kode etiknya, namun kode etik tenaga
kesehatan tersebut mengacu pada kode etik kedokteran.

2.2 Sejarah Hospital Nasional Guido Valadares (HNGV) Dili Timor Leste
Rumah Sakit Nasional Guido Valadares merupakan salah satu Rumah Sakit
Nasional yang terletak di ibu kota Dili Timor-Leste, yang merupakan Rumah Sakit
terbesar di Negara Republik Demokratik Timor-Leste. Pada Jaman Portugis tahun 1975
Rumah sakit ini di beri nama Rumah Sakit Pusat dokter Antonio de Carvalho tahun
1976. Kemudian pada jaman Indonesia diganti dengan nama Rumah Sakit Wirausada
Dili terletak di Lahane sampai dengan tahun 1982. Kemudian pada tahun 1982-1983
membangun Rumah Sakit baru di Bidau (toko Baru) dan di resmikan pada bulan April

9
1983 dengan nama Rumah Sakit Umum Pusat Dili (RSUPD) sampai dengan tahun
1999. Pada bulan september 1999 Timor-Leste memutuskan untuk pisah dengan
Indonesia melalui jajak pendapat 30 Agustus 1999, Rumah Sakit tersebut di ambil alih
oleh International Committee a Cross (ICRC) sebagai Rumah Sakit Pusat pada 19 juni
2001.
Dimana pada waktu itu Pemerintahan transisi Kemerdekaan Timor-Leste East
Timor Transition Administration (ETTA) mengantikan nama Rumah Sakit Pusat
menjadi Rumah Sakit Nasional Guido Valadares (HNGV) sampai dengan sekarang
terletak di Bidau Kecamatan Kristo Rei Municipio Dili. Seiring dengan meningkatnya
jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat dalam kesehatan sehingga pengunjung
Rumah Sakit Nasional Guido Valadares, kota Dili meningkat, karena itu perlu mutu
pelayananan dengan penambahan Sumber sumber daya yang ada serta adanya fasilitas
pendukung antara lain seperti fasilitas gedung, tenaga medis dan non medis, fasilitas
parkir dan areal parkir yang memadai. Hal ini perlu diperhatikan baik fasilitas fasilitas
fisik maupun fasilitas penunjang lainnya seperti penambahan anggaran, penambahan
tenaga dan perubahan pada struktur organisasi Rumah Sakit Nasional Guido Valadares
(HNGV) Timor-Leste, mengingat keberadaan Rumah Sakit ini dari tahun ke tahun
jumlah pasien beserta tenaga medis terus mengalami peningkatan.
Semenjak berdirinya Rumah Sakit Nasional Guido Valadares (HNGV) pada era
Restorasi Kemerdekaan Timor-Leste pada 20 Mei 2002 hingga saat ini terus
membenahi diri dengan perubahan-perubahan dalam menjawab kebutuhan dalam
memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Timor-Leste. Perubahan-
perubahan ini dibarengi dengan telah empat kali terjadi pergantian pimpinan. Dengan
tugas mangku jabatan selama 4 tahun.

2.3. Visi, Misi dan Tujuan HNGV


2.3.1. Visi HNGV

10
Visi HNGV adalah menjadi institusi kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan yang baik dan berkualitas tinggi.
2.3.2. Misi HNG
1. Memberikan pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas yang dapat
diakses oleh seluruh masyarakat.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang memenuhi harapan
dan kebutuhan masyarakat.
3. Menjadi pusat pelatihan dan penelitian, dalam rangka upaya
mengembangkan sektor kesehatan di Timor-Leste.
2.4. Tujuan HNGV
Dalam memenuhi misi dan visinya , HNGV mempunyai tujuan-tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mempromosikan dan menyediakan pelayanan kesehatan yang
berkualitas, dapat
diakses oleh semua orang Timor-Leste tepat waktu.
2. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas layanan yang diberikan, dalam rangka
adanya keseimbangan layanan kesehatan yang setara.
3. Menjadi pusat pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi Masyarakat Timor-
Leste untuk detail tenaga kerja atau pegawai yang bekerja di Rumah Sakit
Nasional Guido.

2.5. Struktur Hospital Nasional Guido Valadares (HNGV) Dili Timor Leste

11
Struktur Hospital Nasional Guido Valadares (HNGV) Dili Timor Leste pada
gambar berikut

DIRETOR EXECUTIVO CEO

CHEFE GABINETE Kepala Kabinet CEO

COMISSAO COMISSAO Komisi Komisi

DIRETOR ADM. GERAL & DIRETOR INFERMAZEN DIRETOR DIAGNOSTICO


DIRETOR CLINICA
FINANCAS Diretor adm.umum Director keperawatan TERAPEOTICO
Direktor Klinik
& keuangan

Depart. AF Dep. Adm. Keperawatan


Adm. Keuangan Depart. Pelayanan Medik Depart. Laboratorium

Depart Perencanaan
Dan Keuangan Depart. Pelayanan
Depart. Pelayanan Penunjang Keperawatan Depart.Radiologi
Medik
Deprt. SDM

Depart.Pengawsan /Quality Depart. Monitorng Alat Medis Depart.Farmasia


Depart. Logistik control

Depart. Gizi
Depart.Emergency

Depart. Pediatria Depart. Penyakit Dalam

Depart.Forensik Depart.Beda

Gambar 2.1. Struktur Rumah sakit / Hospital Nasional Guido Valadares (HNGV)

12
2.6. Uraian Tugas
Valadares (HNGV) terdiri dari Tenaga ahli, Tenaga Medis, Tenaga non
Medis sejumlah 1.129 orang yang mengabdi di Rumah Sakit Nasional Guido
Valadares (HNGV) Timor-Leste dengan komposisi Pegawai adalah sebagai
berikut:
1. Diretor Eksekutive 1 orang
2. Diretor Direksi 4 orang
3. Kepala Departemen 18 0rang
4. Kepala Unit 16 0rang
5. Dokter Spesialist 15 orang
6. Dokter umum 80 orang
7. Perawat 324 orang
8. Asistent perawat 30 orang
9. Bidan 70 orang
Selain Pegawai Rumah Sakit Nasional Guido Valadares (HNGV) ada beberapa
sstaf ahli dan para penasehat dari beberapa negara sebagai Partner diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. ST. Jhonof Gon 21 orang
2. RACS 11 orang
3. Cuba 15 orang
4. China 11 orang
Dari 4 Direktor (direksi) di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Direktor Direksi Administrasi Umum dan Keuangan

13
Direksi ini membawahi 3 Departemen dan beberapa unit dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari dilingkungan HNGV. 3 Dpeartemen ini diantaranya
adalah:
a. Departemen Administrasi umum dan Keuangan HNGV.
b. Departemen Perencanan dan keuangan.
c. Departemen Sumber daya manusia di HNGV.
2. Direktor Direksi Klinik
Direksi ini membawahi 9 departemen dan beberapa Unit. Departemen ini
merupakan departemen yang paling besar di antara 4 departemen yang ada di
Rumah Sakit Nasional Guido Valadares (HNGV). 9 Departemen itu adalah
sebagai berikut :
a. Departemene Pelayanan Medik
b. Departemen Penunjang Pelayanan Medik
c. Departemen Quality Control
d. Departemen Emergencya
e. Penyakit Dalam
f. Departemen Beda
g. Departemen Pediatria
h. Departemen Ginocologi
i. Departemen Forensik
3. Direktor Direksi Keperawatan
Direksi ini membawahi 3 Departemen dan beberapa unit di lingkungan HNGV.
Departemen itu diantaranya adalah :
a. Departemen Adm. Keperawatan
b. Departemen Pelayanan Keperawatan
c. Departemen Monitoring alat Medis
4. Direktor Direksi Diagnostico dan Terapiotico
Direksi ini membawahi 4 departemen dan beberapa unit di lingkungan Rumah Sakit
Nasional Guido Valadares (HNGV). Antara lain adalah :
a. Departemen Laboratorium
14
b. Departemen Radiologi
c. Departemen Farmasia
d. Departemen Gizi.

BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Pengertian filsafat
Berhubungan dengan tugas filsafat maka penulis dapat memberikan beberapa teori
menurut para ahli filsafat yang mendefinisikan beberapa teori sebagai berikut Menurut
ahli Philosophy Paul Kleinman (2013). Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani philein
berarti “mencintai” sedangkan philos berarti “teman”. Selanjutnya istilah Sophos
berarti “bijaksana”, sedangkan Sophia berarti “kebijaksanaan”.filsafat merupakan ilmu
social. Jadi kata Filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti dunia dalam hal
makna dan nilai-nialainya. Filsafat termasuk ilmu pengetahuan yang paling luas
cakupannya, oleh karena itu titik tolak untuk mengahami dan mengerti filsafat adalah
meninjauh dari segi etimologi. Tinjau dari etimiologi adalah membahas sesuatu istilah
atau kata dari segi asal usul kata filosofi kita dapat mengexplorasi konsep-konsep
seperti makna hidup, pengetahuan, moralitas, realitas, keberadaan Tuhan, kesadaran,
politik, agama, ekonomi, seni, linguistik-filsafat tidak punya batas.
Dalam arti yang sangat luas, ada enam tema utama yang di sentuh filosofi (1)
Metafisika merupakan studi tentang alam semesta dan kenyataan. (2) Logika yang
merupakan cara membuat argument yang sesuai dan valid. (3) Epistemologi studi
pengetahuan dan bagaimana kita memperoleh pengetahuan. (4) Estetika merupakan
studi seni dan kecantikan (5) Politik merupakan studi tentang hak-hak politik,
pemerintah dan peran warga negara (6) Etika merupakan studi moralitas dan
bagaimana seseorang harus menjalani kehidupannya.

15
Menurut Socrates (469-399 dalam mendefinisikan filsafat fokus pada moralitas
individu, tentang apa yang membuat hidup baik dan membahas pertanyaan sosial dan
politik. Socrates percaya bahwa seseorang menjadi bijaksana individu itu harus dapat
memahami dirinya sendiri. Tindakan individu berhubungan langsung dengan
kecerdasan dan ketidaktahuannya. Socrates percaya orang harus mengembangkan diri
mereka sendiri, daripada berkonsentrasi pada objek material dan dia berusaha
memahami perbedaan antara bertindak baik dan menjadi baik.

3.2. Penegertian kode etik kedokteran


Menurut Kamus Kedokteran (Kamali dan Pamuncak,1987), etika adalah
pengetahuan tentang perilaku yang benar dalam satu profesi. Istilah etika dan etik
sering dipertukarkan pemakaiannya dan tidak jelas perbedaan antara keduanya. Dalam
buku ini, yang dimaksud dengan etika adalah ilmu yang mempelajari azas akhlak,
sedangkan etik adalah seperangkat asas atau nilai yang berkaitan dengan akhlak seperti
dalam Kode Etik. Istilah etis biasanya digunakan untuk menyatakan sesuatu sikap atau
pandangan yang secara etis dapat diterima (ethically acceptable) atau tidak dapat
diterima (ethically unacceptable, tidak etis).
Etik (Ethics) berasal dari kata Yunani ethos, yang berarti akhlak, adat kebiasaan,
watak, perasaan, sikap, yang baik, yang layak. Menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia (Purwadarminta, 1953), etika adalah ilmu pengetahuan tentang azas akhlak.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa. Indonesia dari Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (1988), etika adalah:
a. Ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral.
b. Kumpulan atau seperangkat asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak 3.
Nilai yang benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

16
Pekerjaan profesi (professio berarti pengakuan) merupakan pekerjaan yang
memerlukan pendidikan dan latihan tertentu, memiliki kedudukan yang tinggi dalam
masyarakat, seperti ahli hukum (hakim, pengacara), wartawan, dosen, dokter, dokter
gigi, dan apoteker. Pekerjaan profesi umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Pendidikan sesuai standar nasional
b. Mengutamakan panggilan kemanusiaan
c. Berlandaskan etik profesi, mengikat seumur hidup.
d. Legal melalui perizinan
e. Belajar sepanjang hayat
f. Anggota bergabung dalam satu organisasi profesi.
Dalam pekerjaan profesi sangat dihandalkan etik profesi dalam memberikan
pelayanan kepada publik. Etik profesi merupakan seperangkat perilaku anggota profesi
dalam hubungannya dengan orang lain. Pengamalan etika membuat kelompok menjadi
baik dalam arti moral.
Ciri-ciri etik profesi adalah sebagai berikut.
a. Berlaku untuk lingkungan profesi
b. Disusun oleh organisasi profesi bersangkutan
c. Mengandung kewajiban dan larangan
d. Menggugah sikap manusiawi.
Profesi kedokteran merupakan profesi yang tertua dan dikenal sebagai profesi
yang mulia karena ia berhadapan dengan hal yang paling berharga dalam hidup
seseorang yaitu masalah kesehatan dan kehidupan.

3.3. Penegertian Manajemen


Jurnal masyarakat kebudayaan dan politik (Volume 21, Nomor 2:193-202) oleh
Siswanto Ilmu manajemen telah berkembang dengan pesat termasuk dibidang
manajemen kesehatan. Spektrum ilmu manajemen telah berkembang secara evolutif

17
mulai dari pendekatan klasik (rasional), kemanusiaan, kesisteman (sistem organik),
kontijensi, sampai dengan pendekatan politik dan budaya. Ilmu manajemen merupakan
kumpulan ilmu yang membentuk mosaic (puzzle) yang kadang-kadang sulit
membedahnya secara filsafat ilmu. Beberapa hal yang dipakai dalam ilmu Filsafat
yakni:
1. Asumsi Asumsi dasar ilmu manajemen adalah bahwa terdapat prinsip-prinsip
umum untuk mengelola sekelompok orang dalam mencapai tujuan bersama.
2. Ontologi, obyek yang harus dipelajari:
a. Obyek material (obyek benda yang dipelajari): sekelompok orang yang
terdiri dari dua orang atau lebih dengan pola interaksi tertentu (definisi
organisasi).
b. Obyek Formal (dimensi yang mana dari benda tersebut yang
dipelajari/dimensi ilmu)
Dari obyek material dan formal maka terdapat 6 cara pandang ilmu manajemen:
1. Manajemen Klasik (cara pandang mesin)
2. Manajemen Kemanusiaan (cara pandang hubungan antar manusia)
3. Manajemen Kesisteman (cara pandang sistem organik)
4. Manajemen Kontijensi (cara pandang entitas matematik
5. Manajemen Budaya (cara pandang entitas budaya
6. Manajemen Politik (cara pandang entitas politik)

3. Epistemologi
Epistomologi adalah segenap proses yang terlibat dalam usaha untuk
memperoleh ilmu pengetahuan. Epistemologi adalah metode keilmuan yang
digunakan dalam penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

18
4. Aksiologi Aksiologi adalah pembahasan terhadap ilmu pengetahuan yang di
dapat untuk kepentingan umat manusia. Aksiologi adalah Pemanfaatan ilmu
pengetahuan. Ilmu organisasi dan manajemen dibagi menjadi dua kelompok
cara pandang, yakni cara pandang instrumental (instrumental view) dan cara
pandang tindakan sosial (social action view). Cara pandang instrumental dalam
ilmu manajemen adalah penguasaan ilmu yang bersifat teknik untuk
menjalankan organisasi, sedangkan cara pandang tindakan sosial dalam ilmu
manajemen adalah membahas apa yang dikerjakan individu dalam membangun
interaksinya dengan individu lain sehingga terbentuklah organisasi.

3.4. Filsafat Kedokteran Sebagai Teleologis


Penelitian Pellegrino di bidang kedokteran menyatakan kebajikan kebajikan
belum terdapat telos (tujuan) yang jelas. Dia juga menyatakan terdapat
ketidakstabilan moral masyarakat majemuk. Moralitas internal kedokteran juga
berubah karena masyarakat terus berkembang. Ketiadaan telos menyebabkan
perkembangan praktik kedokteran tidak terlalu signifikan. Pengobatan yang tidak
sesuai dengan keinginan adat istiadat masyarakat juga merupakan suatu masalah
yang berbahaya. Perbedaan ini bukan suatu kerugian, melainkan sebagai
kesempatan untuk membangun kembali nilai-nilai sosial. Penentuan telos
pengobatan menjadi sangat sulit karena pluralisme yang kompleks. Oleh karena
itu Pellegrino memberikan alternatif lain dengan melihat moralitas internal
kedokteran melalui hubungan dokter-pasien.
Menurut Pellegrino menyatakan bahwa kedokteran pada dasarnya adalah
disiplin antara seni dan ilmu. Kedokteran membutuhkan kompetensi dalam
pengetahuan ilmiah dan kemampuan kreatif dalam menerapkannya kepada
individu/pasien. Pellegrino menggambarkan kedokteran sebagai "yang paling
ilmiah dari humaniora dan yang paling manusiawi dari sains". Ilmu kedokteran

19
terdapat fakta bahwa dokter dan pasien masuk ke dalam hubungan penyembuhan,
maka terdapat hak, tugas, dan keistimewaan bagi dokter dan pasien. Jadi, telos
pengobatan adalah kebaikan pasien.
Pellegrino mengartikulasikan bahwa kebaikan pasien adalah jenis kebaikan
tersendiri yang spesifik. Dia menggambarkan pasien mempunyai 4 aset/komponen.
Komponen pertama dan terpenting adalah gagasan pasien untuk pilihan hidupnya
dalam pengambilan keputusan klinis. Komponen kedua adalah manusia/pasien
adalah spesies yang unik dengan kemampuan untuk menggunakan akal. Komponen
ketiga, pasien harus menggabungkan persepsinya sendiri, ia harus membuat
penilaian kualitas hidup yang konsisten dengan nilai dan sistem kepercayaannya.
Komponen terakhir adalah kebaikan biomedis. Tanggung jawab dokter adalah
menyeimbangkan komponen-komponen pasien untuk penyembuhan. Kedokteran
adalah perpaduan unsur teknis dan moral untuk meningkatkan kesehatan secara
hati-hati dengan mengintegrasikan ilmu dan seni kedokteran. Perawatan
penderitaan residual pasien dilakukan jika penyembuhan tidak memungkinkan.

3.5. Tujuan akhir Pengobatan Medis dan Komunitas Moral Kedokteran


Pellegrino pada dasarnya berpendapat bahwa tujuan akhir pengobatan medis paling
dapat tercapai dalam konteks komunitas moral kedokteran. Sama seperti MacIntyre,
Pellegrino menyarankan bahwa kebaikan pada praktik hanya dapat dicapai ketika
semua praktisi sama-sama mengejar kebaikan. Dengan demikian, praktik kedokteran
paling dapat berkembang jika komunitas praktisi mengejar nilai kebaikan. Pengobatan
pada saat ini menghadapi dilema yang hampir tidak dapat dihindari - yaitu, konflik
antara keutamaan altruisme dan keutamaan kepentingan diri sendiri.
Dokter pada masa kini mengalami tarikantarikan pada berbagai peran - yaitu
pebisnis, ilmuwan, eksekutif perusahaan - yang berarti bahwa identitas moral dokter
mengalami tarikan ke segala arah. Kemungkinan-kemungkinan pluralisme memaksa

20
dokter individu untuk memilih antara keutamaan hubungan dokter-pasien yang
didasarkan atas perjanjian dan etos kepentingan diri sendiri. Dilema ini tidak hanya
membahayakan etika profesi kedokteran, tetapi juga mengurangi betapa pentingnya
kebaikan pasien.
Untuk mengatasi masalah ini, Pellegrino meminta komunitas moral profesi
untuk mengenali tujuan pengobatan medis secara komunal untuk mencegah pengikisan
integritas profesi. Pellegrino memberikan tiga alasan dasar filosofis mengapa
pengobatan medis tidak dapat terlepas dari komunitas moral, yaitu: sifat penyakit,
pengetahuan medis yang bersifat non-kepemilikan, serta sifat dan keadaan sumpah
profesional. Hubungan medis adalah hubungan yang didasarkan pada fenomena
penyakit universal. Sakit adalah sesuatu yang memaksa penderita untuk menunjukkan
kelemahan mereka, mengkompromikan harga diri mereka, dan mengungkapkan
kedekatan tubuh dan pikiran. Hubungan dokter-pasien didasarkan pada orang yang
rentan yang secara sukarela mempercayai dokter secara pribadi. Pasien relatif tidak
berdaya dalam hubungan yang tidak setara ini. Dengan demikian, akibat ketimpangan
eksistensial hubungan dan kerentanan pasien yang tak terhindarkan, profesi yang
terlibat dalam pengobatan medis memiliki klaim baik teknis maupun moral pada semua
dokter yang terlibat dalam praktik. Komunitas medis juga harus menjadi komunitas
moral karena pengetahuan medis memiliki sifat non-kepemilikan.
Kewajiban tertentu mengiringi pengetahuan medis sebagai konsekuensi dari
perjanjian antara dokter dengan masyarakat. Pengetahuan medis bukan milik pribadi
pribadi untuk dimanfaatkan demi keuntungan pribadi; sebaliknya dokter harus menjadi
pelayan untuk pengetahuan medis demi kebaikan pasien. Sumpah kedokteran
profesional, yang diambil saat kelulusan, berlaku sebagai perjanjian dengan
masyarakat. “Profesi” publik menandai pintu masuk dokter ke dalam profesinya.
Sumpahnya adalah pengumuman dokter kepada masyarakat bahwa dia memahami

21
“daya tarik” dan berjanji untuk memiliki kompetensi dan dedikasi bagi kebaikan
pasien.
Pengobatan medis saat ini memiliki dua konsepsi etis tentang peran dokter yang
pertama berfokus pada individualisme, kepentingan pribadi, pemisahan diri dari
masyarakat, dan akomodasi non-kritis dari tuntutan masyarakat dan pasien. Konsepsi
etis pengobatan medis yang lain mengidentifikasi bahwa pengobatan medis sebenarnya
adalah komunitas moral, yang mengharuskan dokter untuk mentransendensikan
kepentingan diri dan kekuatan politik dengan menganjurkan konsepsi kedua,
Pellegrino berpendapat bahwa karena sifat penyakit, sifat pengetahuan medis,
dan sumpah profesi, dokter memiliki tanggung jawab kolektif untuk melawan
kepentingan pribadi yang menyertai sistem pasar medis. Sebaliknya, secara kolektif,
dokter sebagai komunitas moral memiliki kewajiban utama untuk membantu pasien
mereka. Oleh karena itu, komunitas moral kedokteran adalah komunitas dokter yang
secara sukarela mengemban tugas dan kewajiban yang berkaitan dengan sifat dan
tujuan pengobatan medis. Untuk menegakkan sifat obat dan mencapai tujuan praktik
medis, dokter individu dan masyarakat secara keseluruhan harus berkomitmen pada
prinsip-prinsip etika kedokteran. Kebajikan adalah sifat-sifat karakter yang
memberikan seseorang kemampuan untuk menyusun prinsipprinsip dan mencapai
tujuan akhir pengobatan medis.

3.6. Etika Kebaikan dan Prinsip


Etika kebaikan dan prinsip merupakan heteroginitas dalam masyarakat, akan
menjadi sulit untuk mencegah kaburnya definisi telos. Meskipun telos telah diperjelas
seperti dalam konteks kedokteran, namun tetap ada etika kebaikan yang melekat
didalamnya. Perbuatan baik secara moral, didefinisikan sebagai apa yang akan orang
baik lakukan, dan orang yang baik adalah orang yang melakukan kebaikan. Namun

22
pada kondisi dilema yang cukup sulit, etik yang berbasis pada kebaikan tidak bisa
menjadi sebuah petunjuk untuk melakukan suatu hal yang konkrit.
Dengan demikian, untuk menghindari adanya subjektivitas, ahli etika akan
merubahnya menjadi suatu asas atau prinsip. Suatu prinsip, juga memiliki keterbatasan.
Secara definisi, prinsip adalah suatu pernyataan umum yang membimbing seseorang
untuk melakukan suatu tindakan yang bermoral. Namun, dalam proses seleksi,
interpretasi, urutan prioritas dan aplikasinya, prinsip ini sangat berhubungan dengan
karakter pelakunya. Sehingga, etika yang berdasar pada prinsip saja juga tidak cukup.
Pellegrino menyatakan, bahwa didalam dunia kedokteran, tidak cukup menggunakan
salah satu baik etik yang berbasis pada nilai kebaikan atau etik berdasarkan prinsip.
Keduanya harus digunakan bersama-sama untuk menilai suatu tindakan moral dalam
kedokteran.
Hal ini dikarenakan karena agen kedokteran membutuhkan interpretasi dari
prinsip, memilih mana yang digunakan dan diabaikan, serta melakukan penyesuaikan
dengan riwayat hidup dan kondisi hidup saat ini. Dengan adanya kondisi tersebut,
Thomas Aquinas datang dengan gagasan "recta ratio agibilium" atau alasan yang benar
dalam suatu tindakan didalam konteks kedokteran. Pada praktek kedokteran, aplikasi
prinsip pada kondisi dilapangan cukup sulit dan tidak jelas. Namun dengan adanya
sikap yang bijaksana, etika berbasis kebaikan akan menjembatani prinsip yang abstrak
sehingga dapat diwujudkan menjadi hal yang kongkrit. Melalui sebuah kebaikan,
seorang dokter dapat berperilaku sesuai dengan prinsip yang benar dibandingkan
berusaha bersikap sebaik mungkin dalam konteks pemenuhan implikasi dari prinsip.
Dengan memahami nilai kebaikan seperti kasih sayang, sikap yang bijaksana,
keingintahuan, dan keadilan, dokter dapat memahami lebih dalam arti dari prinsip yang
sebenarnya dalam suatu situasi.
Pellegrino menyimpulkan ada 8 kebaikan yang dibutuhkan dalam hubungan
penyembuhan dokter-pasien yaitu keyakinan pada kepercayaan, kasih sayang,

23
bijaksana, keadilan, ketabahan, kesederhanaan, integritas dan kemandirian. Sebagai
contoh hubungan antara prinsip dan etika kebaikan adalah nilai kebaikan kasih sayang,
bijaksana dan keadilan merupakan bentuk dari prinsip beneficience dan justice. Dokter
yang mampu memberikan kasih sayang kepada pasien dengan memahami bahwa setiap
pasiennya unik dikarenakan adanya latar belakanpg yang berbeda, akan mampu
memiliki hubungan yang baik. Hubungan ini merupakan hubungan yang profesional
dimana ada batasan hal baik berdasarkan penilaian medis untuk pasien. Nilai keadilan
sendiri bisa masuk dalam 2 kategori, yaitu prinsip atau nilai kebaikan. Adil sebagai
prinsip adalah adanya keharusan kita memberikan apa yang menjadi hak seseorang.
Sedangkan adil sebagai nilai kebaikan adalah kebiasaan memberikan apa yang menjadi
hak seseorang. Sederhananya, sebagai manusia yang hidup secara sosial, setiap orang
harus memberikan hal yang baik secara umum, dan memberikan sesauatu yang juga
hak orang lain.
Jadi, seorang dokter yang bijaksana adalah dokter yang menyayangi pasiennya.
Rasa kasih sayang akan membuat dokter memiliki pandangan setiap pasiennya adalah
individu yang unik, memiliki permasalahan dan kebutuhan yang juga unik. Sikap
bijaksana juga akan memperkaya cara dokter dalam menyeimbangkan keunikan dan
dinamika pasiennya. Dan prinsip keadilan, mengharuskan dokter memberikan apa yang
dibutuhkan oleh pasiennya. Sehingga, prinsip keadilan akan dipenuhi seorang dokter
jika ia telah mampu mengenali keunikan dari pasiennya dan mampu memberikan terapi
yang konkrit dan memenuhi apa yang dibutuhkannya sehingga sulit dan makin sedikit
pelanggaran kode etik profesi dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien
atau masyarakat.

BAB IV
PEMBAHASAN DAN PEMECAHAN ATAU SOLUSI

24
4.1. Pembahasan
Untuk membahas perumusan masalah yang telah dirumuskan pada bab
terdahulu maka dapat dijelaskan bahwa dalam menanggani kasus kasus adanya
pelanggaran kode etik atau apa yang disebut dengan “self control. Pelanggaran
kode etik kedokteran di HNGV berulang kali oleh dokter dengan menulis surat
keterangan pasien tampa melakukan check up terlebih dahulu hal ini yang jelas
melanggar kode etik profesi yang ada, karena segala sesuatu yang dibuat dan
diterapkan dari kepentingan kelompok social (profesi) itu sendiri. Pelanggaran
kode etik profesi adalah penyelewengan /penyimpangan terhadap norma yang
ditetapkan dan diterima oleh sekelompok profesi, yang mengarahkan atau
memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan
sekaligus menjamin mutu profesi itu di mata masyarakat sehingga tidak
mendapatkan hal-hal yang tidak diinginkan dapat terjadi.
Kebiasaan buruk dan ketidak sengajaan atau banyaknya beban kerja
tenaga medis dan non medis sehingga dalam memberikan layanan bisa terjadi dan
menyebakan terjadinya pelanggaran kode etik itu terjadi. Penyebab terjadinya
pelanggaran kode Etika Profesi yaitu:
a. Pengaruh sifat kekeluargaan
Misalnya yang melakukan pelanggaran ialah keluarga atau dekat hubungan
kekerabatannya dengan pihak yang berwenang memberikan sanksi terhadap
pelanggaran kode etika pada suatu profesi, maka ia akan cenderung untuk
tidak memberikan sanksi kepada kerabatnya yang melakukan pelanggaran
kode etika tersebut.
b. Pengaruh jabatan
Pengaruh jabatan misalnya tenaga medis yang melakukan pelanggaran kode
etika profesi itu adalah pimpinan atau orang yang memiliki kekuasaan yang
tinggi pada profesi tersebut, maka bisa jadi profesi orang lain yang posisi

25
dan kedudukannya berada dibawah orang tersebut, akan enggan untuk
melaporkan kepada pihak yang berwenang memberikan sanksi, karena
kekhawatiran akan berpengaruh kepada jabatan dan posisinya pada profesi
tersebut.
c. Kelemahan hukum
Pengaruh masih lemahnya penegakan hukum di Timor-Leste sehingga
menyebabkan pelaku pelanggaran kode etik profesi tidak merasa khawatir
jika melakukan pelanggaran.
d. Kekurangan Kontrol dari pihak yang terkait
Tidak berjalannya kontrol dan pengawasan dari masyarakat.
e. Hubungan Organisasi
Organisasi profesi tidak tidak dilengkapi dengan sarana dan mekanisme bagi
masyarakat untuk menyampaikan keluhan.
f. Kurangnya Sumberdaya manusia
Rendanya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode etik profesi
karena buruknya pelayanan sosialisasi dari pihak profesi itu sendiri.
g. Budaya
Belum terbentuknya budaya dan kesadaran dari para pengemban profesi
untuk menjaga martabat luhur profesinya.
h. Tingkat Kesadaran
Tidak adanya kesadaran etis moralitas diantara para pengemban untuk
menjaga martabat luhur profesinya.
Seperti yang dijelaskan sebagai berikut menurut Klausul penundukan pada
undang-undang.
a. Setiap undang-undang mencantumkan dengan tegas sanksi yang
diancamkan kepada pelanggarannya. Dengan demikian, menjadi
pertimbngan bagi warga, tidak ada jalan lain kecuali taat, jika terjadi

26
pelanggaran berarti warga yang bersangkutan bersedia dikenai sanksi yang
cukup memberatkan atau merepotkan baginya. Ketegasan sanksi undang-
undang ini lalu diproyeksikan dalam rumusan kode etik profesi yang
memberlakukan sanksi undang-undang kepada pelanggaranny.
b. Dalam kode etik profesi dicantumkan ketentuan “pelanggaran kode etik
dapat dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku”
c. Legalisasi kode etik profesi
Dalam rumusan kode etik dinyatakan apabila terjadi pelanggaran,
kewajiban mana yang cukup diselesaikan oleh Dewan kehormatan dan
kewajiban mana yang harus diselesaikan oleh pengadilan.
Untuk memperoleh legalisasi, ketua kelompok profesi yang
bersangkutan mengajukan permohonan kepada ketua pengadilan Negril
setempat agar kode etik itu disahkan dengan akta penetapan pengadilan yang
berisi perintah penghukuman kepada setiap anggota untuk mematuhi kode
etik itu.
Jadi, kekuatan berlaku dan mengikat kode etik mirip dengan akal
perdamaian yang dibuat oleh hakim. Apabila ada yang melanggar kode etik,
maka dengan surat perintah, pengadilan memaksakan pemulihan itu.
Jadi untuk menghindari terjadinya pelanggaran kode etik salah satu hal
penting yang harus diperhatikan adalah dengan menempatkan tenaga medis
dan medis the right man on the right place sesuai dengan ketrampilan,
pengalaman berdasarkan bidang bidang yang dikuasainya, sehingga
kemungkinan sedikit bahkan tidak adanya pelanggaran itu terjadi.

4.2. Obyek formal dan obyek material kajian


Yang merupakan obyek formal dari kajian ini adalah rumah sakit HNGV dalam
menangani fenomena mengeluarkan surat keterangan sehat kepada pasien tampa

27
melakukan chek up , dilihat dari sudut pandang kode etik kedokteran dalam
menjalakna tugas dan tanggung jawabnya, hal ini melanggar kode etik yang
menjadi landasan. Seharusnya seorang dokter menaru perhatian sepenuhnya
kepada kesehatan pasien dan kepentingan pasien dan bertindak secara hati-hati
dan sesuai kemampuan dan profesi yang terbaik. Dan Seorang dokter senantiasa
berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standard profesi yang tertinggi
sesuai kode etik yang ada. Obyek material dri kajian ini yakni dokter para medis
dan non medisdi rumah sakit HNGV yang menjalankan tugasnya tidak sesuai
kode etik yang ada.

4.3. Kajian Filsafat


Filsafat merupakan studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan
pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat
tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-
percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi
untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu.
seperti pada kasus yang menjadi pembahasan pada makalah ini yakni
pelanggaran kode etik seorang dokter terhadap pasien seperti pada kasus dokter
menulis surat keterangan sehat kepada pasien tampa melakukan check up pada
pasien di HNGV. Menurut kode etik kedokteran Timor Leste pasal 1 tentang
Prinsip dasar Kedokteran O alvo de toda a atenção do médico é a saúde do ser
humano, em benefício da qual deverá agir com o máximo de zelo e o melhor de
sua capacidade profissional (seorang dokter menaru perhatian sepenuhnya
kepada kesehatan pasien dan kepentingan pasien dan bertindak secara hati-hati
dan sesuai kemampuan dan profesi yang terbaik ) maka hal ini melanggar kode
etik kedokteran yang ada. Seorang dokter seharusnya senantiasa berupaya

28
melaksanakan profesinya sesuai dengan standard profesi yang tertinggi sesuai
kode etik yang ada
Dalam filsafat terdapat istilah ontologi, epistemologi dan aksiologi yang
bertindak sebagai basis atau ilmu dasar dari kajian filsafat ini.
a. Ontologi
Ontologi berasal dari bahasa Yunani, dari kata onto yang berarti ada
dan logos yang berarti ilmu. Maka, Ontologi diartikan sebagai ilmu yang
membahas mengenai keberadaan. Ontologi sendiri adalah cabang dari ilmu
filsafat tentang sifat (wujud) atau fenomena yang ingin diketahui manusia.
Dalam pengertian lain juga disebutkan bahwa ontologi filsafat membahas
tentang hakikat filsafat dan struktur filsafat.
b. Epistemologi
Epistemologi adalah bagaimana cara kita mengetahui bahwa orang
yang kita temui ini adalah orang yang sama dengan yang ada ingatan kita
sejak 15 tahun lalu. Pada awalnya, kita akan menangkap keberadaan dan
pengetahuan tentang rumah dan sahabat kita melalui panca indera yang kita
punya. Informasi yang kita tangkap melalui panca indera itu selanjutnya
akan dianalisa oleh otak atau akal yang kita miliki. Akal yang akan
mengklasifikasinya informasi yang kita terima menjadi sebuah ilmu
pengetahuan mengenai rumah dan sahabat kita. Inilah yang menjadi contoh
kasus sederhana mengenai epistemologi dalam kehidupan sehari-hari.
c. Aksiologi
Aksiologi membahas tentang manfaat dari ilmu pengetahuan yang kita
peroleh. Ranah dari aksiologi ini sendiri adalah tentang etika dan estetika.
Maka, dengan aksiologi kita bisa memilah apakah ilmu pengetahuan yang
kita peroleh tersebut bermanfaat atau tidak bermanfaat bagi kita. Maka, jika
kita masih membahas mengenai ilmu pengetahuan tentang rumah seperti

29
sebelumnya, maka dengan aksiologi kita mencoba untuk mengetahui
apakah rumah memberi manfaat atau tidak untuk kehidupan kita sehari-hari.
Misalnya, dengan kita mengetahui bahwa sesuatu itu adalah rumah, kita
bisa lebih mudah untuk menentukan dimana kita akan tinggal, tempat
seperti apa yang nyaman untuk kita dan kita bisa mengenali bahwa rumah
itu adalah komponen yang penting untuk kebahagiaan keluarga kita sehari-
hari. Atau, jika kita membahas tentang sahabat, dengan aksiologi kita
mengetahui apakah dengan kita masih mengenali sahabat lama kita
memberi manfaat untuk kita. Misalnya, kita bisa menjalin kembali
persahabatan yang telah lama berpisah, menjalin silaturahmi, atau
menghibur diri dengan bernostalgia bersama sahabat.

30
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
Dari makalah yang dibuat oleh penulis dengan topik pelanggaran Kode Etik
kedokokter tentang Seorang Dokter Terhadap Pasien di Ruangan Medical Check Up di
Hospital Nasional Guido Valadares (HNGV). Yakni dokter menulis surat kesehatan tampa
mengadakan check up pada pasien, menggunakan istila ontologi, epistemologi dan aksiologi
untuk menganalisis pelanggaran kode etika profesi dokter di rumah sakit HNGV, penulis
mendapatkan rule based dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Berdasarkan hasil analisis dari penulis terhadap pelanggaran kode etik Kedokter
disebabkan karena adanya.
a. Pengaruh sifat kekeluargaan
b. Pengaruh jabatan
c. Kelemahan hukum
d. Kekurangan Kontrol dari pihak yang terkait
e. Hubungan Organisasi
f. Kurangnya Sumberdaya manusia
g. Budaya
h. Tingkat kesadaran yang kurang
5.2. Saran
Diharapkan dengan Saran bagi penulisan makalah ini dapat memberikan masukan kepada
pihak managemen rumah sakit HNGV untuk tegas terhadap dokter dan seluruh staf dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawab sesuai kode etik profesi dan memberi konsekuensi berupa
hukuman jika tidak menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara profesional di rumah sakit
Hospital Nasional Guido Valadares (HNGV) Dili Timor Leste.

31
DAFTAR PUSTAKA

Paul Kleinam (2013) Philosophy 101. Adams Media, Aron Masschussates

Tim dosen Filsafat ilmu UGM (2010). Filsafat Ilmu. Penerbit Liberty Yokyakarta.

Siswanto (2010). Ilmu Manajemen prespektif Vs Descriptif Filsafat ilmu. Jurnal


Masyarakat kebudayaan dan politik, 21 (2): 193-202.

Helena M. Olivieri (2018). Recta Ratio Agibilium in Medical Context: The Role of Virtue in the
physician-patient relationship. Philosophy, Ethics and Humanities in Medicine 13:9

Basili 2010Kodigo de etica Medica Timor Leste Http://blogfityu, blogspot,co.id/2009/04/tugas


pelanggaran-kode-etik-profesi.htmlwww.mikroskil.ac.id/-erwin/etika%20profesi/03.ppt

http://mahrus.Wordpress.com/2008/02/04/penyebab-pelanggaran-kode-etik-profesi-it

www.mj.gov.tl>public dock, jornal da republica publicacao ofisial codigo penal da saude Achmad
Charis Zubai,1987, Etika

http://www.ilufk83.com/c2-kesehatan-dan-ilmu-kedokteran M.Jusuf Hanafiah & Amri Amir


(1999:87),malpraktek

32

Anda mungkin juga menyukai