Anda di halaman 1dari 5

SKRIPSI

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN STRESS KERJA


PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Pendidikan Strata I Keperawatan

PRAMITA DEWI
1914201029
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
TAHUN 2022

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
dan atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya pelayanan kesehatan dasar atau kesehatan rujukan
dan atau upaya kesehatan penunjang. Keberhasilan suatu rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai
dengan adanya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit (Kemenkes RI, 2019).
Pelayanan gawat darurat adalah salah satu ujung tombak pelayanan kesehatan di sebuah rumah sakit,
setiap rumah sakit pasti memiliki layanan IGD yang melayani pelayanan medis 24 jam dengan beberapa dokter
umum dan beberapa perawat yang melayaninya. Peran perawat sangat penting karena sebagai ujung tombak di
IGD (Rahardjo, 2017).
Kondisi dan beban kerja di instalasi gawat darurat (IGD) perlu diketahui agar dapat ditentukan kebutuhan
kuantitas dan kualitas tenaga perawat yang diperlukan dalam ruang IGD sehingga tidak terjadi beban kerja yang
tidak sesuai yang akhirnya menyebabkan stres kerja. Bila banyaknya tugas tidak sebanding dengan kemampuan
baik fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia maka akan menjadi sumber stres (Muhith, 2017 ; Ike
Prapita Sari, 2020).

Perawat merupakan salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam penyelenggaraan
upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pada standar tentang evaluasi dan pengendalian mutu
dijelaskan bahwa pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dengan
terus-menerus melibatkan diri dalam program pengendalian mutu di rumah sakit (Aditama, 2016).
Prevalensi stres kerja pada tenaga kesehatankhususnya
perawat bervariasi pada setiap Negara di dunia. Di Negara Amerika pada tahun 2017 stres kerja
pada perawat mencapai 89,2% diikuti olehbeberapa negara lain seperti Korea selatan 85,2% pada tahun 2017,
Eropa 58,2% pada tahun 2017, India 50% dan Australia 44,82%. Jadi, pada Negara yang lebih maju stres kerja
perawat lebih tinggi. Hal yang sama di tunjukkan oleh negara berkembang salah satunya Indonesia (WHO,
2017).
Indonesia merupakan negara berkembang dengan banyak pulau yang memiliki latar belakang stres
kerja yang berbeda. Di Semarang prevalensi stres kerja pada perawat pada tahun 2018 mencapai angka 82,8%,
diikuti oleh Manado dengan angka 54,3%, Kalimantan 60,9%, Banda Aceh 52,5 %, Gorontalo 55,1%,
Yogyakarta 80,3% dan Padang 55,8%. Dari beberapa data di dapat di simpulkan bahwa stres kerja di setiap kota
di Indonesia memiliki nilai yang cukup tinggi. Stres kerja yang tinggi jika di biarkan akan berdampak negatif
pada individu dan organisasi (Kemenkes RI, 2018).

Banyaknya beban kerja yang dilakukan perawat memicu terjadi stres. Hal ini dikarenakan setiap hari
perawat tidak hanya berhubungan dengan pasien namun juga dengan keluarga pasien, rekan kerja sesama
perawat, berhubungan dengan dokter, peraturan yang ada di tempat kerja. Beban kerja yang terkadang dinilai
tidak sesuai dengan kondisi fisik, psikis dan emosional. Tidak hanya hal tersebut yang dapat menimbulkan stres.
Permasalahan lain juga dapat berasal dari keterbatasan sumber daya manusia yang tidak mampu mengimbangi
antara jumlah perawat dengan jumlah pasien. Kondisi ini akan memicu terjadinya kelelahan dalam kerja dan
akan berdampak pada kesehatan psikis perawat seperti lelah, emosi, bosan, perubahan mood dan dapat
menimbulkan stres pada perawat (Almasitoh, 2018).
Stres adalah respon dari tubuh seseorang yang sifatnya tidak spesifik terhadap tuntutan atau beban yang
ada. Stres dapat timbul ketika seseorang mengalami tugas atau beban yang berat lalu orang tersebut tidak dapat
mengatasi semua tugas dan beban yang diberikan, selanjutnya tubuh akan tidak merespon dengan
ketidakmampuan mengatasi beban tersebut, sehingga individu tersebut dapat mengalami stress dalam tubuhnya.
Stres kerja adalah suatu kondisi yang yang memicu ketegangan dan menimbulkan ketidakseimbangan fisik dan
psikis yang dapat berpengaruh terhadap emosi, proses berpikir, dan kondisi seorang karyawan. Orang-orang
yang mengalami stres akan menjadi nervous dan merasakan kekhawatiran yang berlebihan sehingga mereka
sering menjadi marahmarah, agresif, tidak dapat rileks, atau memperlihatkan sikap yang tidak kooperatif
(Hasibuan, 2018).
Faktor penyebab stress kerja menurut Vanchapo (2020), faktor penyebab organisasional yaitu : kurangnya
otonomi serta kreativitas, relokasi pekerjaan, kurangnya pelatihan, karir yang melelahkan. Faktor individual
yaitu :pertentangan antara karier dengan tanggung jawab keluarga, ketidakpastian ekonomi, kurangnya
penghargaan dan pengakuan kerja, kejenuhan ketidakpuasan kerja, konflik dengan rekan kerja. Faktor
lingkungan yaitu : pencahayaan, kebisingan, diskriminasi ras, pelecehan seksual, kekerasan ditempat kerja,
kemacetan saat berangkat dan pulang kerja.
Beban kerja merupakan sejumlah proses atau kegiatan yang harus diselesaikan oleh seorang pekerja
dalam jangka waktu tertentu. Apabila seseorang pekerja mampu menyelesaikan dan menyesuaikan diri terhadap
sejumlah tugas yang diberikan, maka hal tersebut tidak menjadi suatu beban beban kerja. Namun, jika pekerja
tidak berhasil maka tugas dan kegiatan tersebut menjadi suatu beban kerja (Vanchapo 2020).
Manuaba (2000) dalam Paracina Sari (2013) mengatakan bahwa Beban kerja yang terlalu berlebihan akan
mengakibatkan stres kerja baik fisik maupun psikis dan reaksi-reaksi emosional, seperti sakit kepala, gangguan
pencernaan dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit akan menimbulkan
kebosanan. Beban kerja keperawatan yang berat tampaknya terkait dengan perawatan pasien yang tidak optimal
dan dapat menyebabkan penurunan kepuasan pasien. Perawatan (misalnya, infeksi saluran kemih, pneumonia
yang didapat di rumah sakit) dan hasil keselamatan pasien.
Penelitian dari Widodo (2017), Perawat IGD RSUD Dr.Moewardi di Surakarta dengan tingkat stres ringan
0%, tingkat stres sedang dengan 22 responden 73,3% dan terdapat 8 responden dengan tingkat stres berat 26,7%.
Penelitian Andriani (2015) tingkat stres perawat pelaksana ICU di Rumah Sakit Adi Husada Undaan Surabaya
didapatkan 11 orang 34% tidak mengalami stres, 12 orang 38% stres ringan dan 9 orang 28% mengalami stres
sedang dan tidak ada yang mengalami stres berat. MenurutNirwana, Wibowo & Wiyani (2017) hasil penelitian
stres kerja pada perawat ICU dan IGD RSUD Panembahan Senopati Bantul sebagian besar responden
mengalami stres ringan sebanyak 25 perawat dengan persentase 67.56%, sedangkan responden yang mengalami
stres sedang sebanyak 12 perawat dengan persentase 32.44%.
Hasil penelitian yang dilakukan Andika (2018), yang berjudul hubungan beban kerja dengan stress kerja
perawat di IGD RSUD Syekh Yusuf Kab.Gowa, Analisis data mencakup analisis univariat dengan mencar
idistribusi frekuensi, analisis bivariat dengan uji chi square (p <0,05) untuk mengetahui hubungan antar variabel
dan ujiperson untuk mengetahui kekuatan korelasi. dimana hasil penelitian mengatakan analisis bivariate
didapatkan hubungan antara beban kerja dengan stress kerja (p<0,001). Kesimpulan pada penelitian yang
dilakukan oleh Yuli Nur Andika terdapat hubungan beban kerja dan stress kerja perawat di IGD RSUD Syekh
Yusuf Kab.Gowa.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prafita, dkk (2020) menyatakan ada hubungan yang bermakna beban
kerja dengan stress kerja dengan hasil uji bivariate didapatkan p-value 0,019 di Ruang IGD RSI Ummah
Lamongan. Penelitian yang dilakukan oleh Suratmi, dkk (2015), Hasil penelitian menunjukkan beban kerja
perawat pelaksana di RSUD Dr. Soegiri Lamongan hampir seluruh responden atau sebanyak 18 orang (78%)
mengalami beban kerja ringan atau merasa tidak terbebani Untuk stres kerja hampir seluruh responden atau
sebanyak 18 orang (78%) mengalami stres kerja ringan . hasil pengujian statistik diperoleh hasil ada hubungan
yang sangat signifikan antara beban kerja dengan stres kerja perawat pelaksana dengan tingkat signifikansi r
= 0,000 (p<0,05) di Ruang IGD RSUD DR.Soegiri Lamongan.
Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
telaah artikeltentang “Hubungan beban kerja dengan stress kerja perawat di Instalasi Gawat Darurat”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah pada penilisan ini apakah terdapat “hubungan beban kerja
dengan stress kerja di Instalasi Gawat Darurat?”.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan stress kerja di Instalasi Gawat
Darurat berdasarkan penelusuran artikel ilmiah.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui literasi beban kerja perawat di Instalasi Gawat Darurat berdasarkan penelusuran artikel ilmiah
b. Diketahui literasi stress kerja perawat di Instalasi Gawat Darurat berdasarkan penelusuran artikel ilmiah
c. Diketahui literasi hubungan beban kerja dengan stress kerja di Instalasi Gawat Darurat berdasarkan
penelusuran artikel ilmiah.
D. Manfaat Penulisan
Penelitian ini di harapkan dapat memberi manfaat kepada :
1. Teoritis
a. Bagi peneliti
Diharapkan dapat di jadikan sebagai tambahan sumber ilmu pengetahuan tentang hubungan beban kerja
dengan stress kerja di Instalasi Gawat Darurat.
b. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan dapat di jadikan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya sebagai bahan perbandingandalam
meneliti tentang hubungan beban kerja dengan stress kerja di Instalasi Gawat Darurat.
2. Praktis
a. Bagi institusi
Dapat memberikan informasi terkait hubungan beban kerja dengan stress kerja di Instalasi Gawat Darurat
dan sumber bacaan untu referensi melakukan penelitian dengan mengunakan tekhnik-tekhnik penelitian
yang ada.
E. Ruang Lingkup
Penelitian ini di lakukan untuk mengetahui hubungan beban kerja dengan stress kerja di Instalasi Gawat Darurat
berdasarkan penelusuran artikel ilmiah. Variabel Independen dalam penelitianini adalah beban
kerja sedangkan variabel dependen stress kerja. Metode penelitian yang digunakan adalah literature
review. Sumber literature reviewyang digunakan dalam penelitian ini ditelusuri melalui google schoolar. Study
literature yang diambil adalah 5 tahun terakhir 2015-2020 dengan minimal 10 artikel yang terakreditasi.
Pencarian artikel dimulai dari pembuatan Proposal sampai tahap pembahasan hasil pencarian artikel dalam
jangka waktu dari bulan Februari - Agustus 2021.

Anda mungkin juga menyukai