Anda di halaman 1dari 61

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS KERJA

PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP


RSI IBNU SINA PADANG TAHUN 2022

PROPOSAL
PENELITIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

OLEH
BELLA MUSTIKA
(181211428)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MERCUBAKTIJAYA PADANG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit didirikan dan bergerak di bidang Kesehatan untuk

melayani masyarakat. Rumah memiliki program paripurna,yang

menyediakan pelayanan rawat inap,rawat jalan,dan gawat darurat

(Undang-Undang No 44 2009) Rumah sakit juga merupakan suatu

organisasi yang padat dengan karya tenaga professional yang terlibat

dalam pelayanan kesehatan,tenaga medis seperti dokter,perawat dan lain-

lainnya. (Ratna D 2019).

Tenaga Kesehatan yang dominan di rumah sakit adalah perawat.

Hal tersebut juga di dukung oleh pernyataan bahwa proporsi tenaga

Kesehatan terbanyak yaitu tenaga keperawatan sebanyak 33,3% dari total

semua tenaga Kesehatan sebanyak (Profil Kesehatan Indonesia,2016)

Selain itu juga pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien

selama 24 jam. Sehingga sangat perlu diperhatikan beban kerja perawat

dalam memberikan pelayanan Kesehatan (Togatorop et al. 2021)

Perawat adalah profesi Kesehatan yang mengkhususkan diri pada

upaya penanganan perawatan pasien atau asuhan keperawatan dengan

tuntutan kerja yang bervariasi berdasarkan karakteristik

pekerjaan,karakteristik pekerjaan tersebut meliputi karakteristik

tugas,organisasi,lingkungan kerja fisik maupun sosial. Perawat sebagai

pelayanan keperawatan mempunyai durasi lebih lama bersama pasien dan

dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu cepat, tepat, dan


2

cermat dalam keadaan atau kondisi yang kompleks (Mariana,

Ramie, and Sidik 2021).

Stress kerja merupakan kondisi seseorang yang berasal dari

emosional, serta proses berfikir dan kondisi seseorang, stress kerja yang

terlalu besar akan memberi efek ketidak mampuan untuk menghadapi

lingkungan atau menghadapi pekerjaan. Stres kerja juga merupakan

perasaan tertekan yang dihadapi oleh individu dalam menghadapi

pekerjaan. stres kerja melebihi kemampuannya Permasalahan beban kerja

lain yang dihadapi oleh perawat dimana seorang perawat merasa bahwa

perawat yang ada tidak sebanding dengan jumlah pekerjaan yang harus

diselesaikan sehingga perawat tidak memenuhi tugas dan tanggung jawab

nya dengan tuntas (Samiadji 2016,dalam Erna 2020).

Stress dapat mucul apabila seseorang mengelami beban atau tugas

berat dan orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu,

maka tubuh akan berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut,

sehingga orang tersebut dapat mengelami stress, penyakit secara

psikologis dan fisik. ( Hidayat, Azizah, Hidia,2019).

Stress kerja perawat dapat terjadi apabila perawat dalam bertugas

mendapatkan beban kerja yang melebihi kemampuannya sehingga

perawat tersebut dikatakan mengelami stress kerja manifestasi dari stress

kerja perawat antara lain akibat karakterisasi pasien,pengkajian terhadap

pasien dan aspek lingkungan kerja yang menganggu merupakan Langkah

awal dalam menangani pelaksanaan tugas,serta adanya tuntutan untuk

menyelamatkan pasien.(Togatorop et al. 2021).


3

Faktor-faktor yang berhubungan dengan stress kerja pada perawat

di RS Mayapada Tangerang tahun 2020 oleh Krisna Natalya Rewo

menunjukkan bahwa dari 775 tenaga professional pada dua rumah sakit di

Taiwan terdapat 64,4% pekerja mengelami kegelisahan, 33,7%

mengelami mimpi buruk, 44,1% mengelami gangguan iritbilitas,40,8%

mengelami sakit kepala,35% insomnia, dan 41,4% mengelami gangguan

gastrointestinal (Rewo, Puspitasari, and Winarni 2020)

Orang-orang yang mengelami stress akan merasakan kekhawatiran

yang berlebihan sehingga mereka sering menjadi mudah marah,agresif,

tidak kooperatif yang akan berdampak pada kinerja seseorang, Hal ini

didikung oleh pendapat Robbins & Judge (2016) mendefinisikan stress

kerja sebagai beban kerja yang berlebihan,perasaan susah dan ketegangan

emosional yang menghambat Performance individu. (Alam, Suarni, and

Sunarjo 2021)

Menurut data World Health Organisation ( WHO ) terdapat

prevalensi stress kerja pada tenaga Kesehatan khususnya pada perawat

bervariasi pada setiap negara di dunia. Di Negara Amerika pada tahun

2018 stres kerja pada perawat mencapai 89,2% diikuti oleh beberapa

negara lain seperti korea selatan 85,2% diikuti oleh beberapa negara lain

seperti korea selatan 85,2% pada tahun 2019,Eropa 58,2% pada tahun

yang sama,india 50% Australia 44,82% pada tahun 2020 (Sailaxmi

ddk,2020). Jadi pada negara yang lebih maju stress kerja perawat lebih

tinggi.
4

Di Indonesia menunjukkan bahwa stress kerja perawat lebih tinggi

sama. Negara Indonesia sebagai negara berkembang yang memilki latar

belakang stress kerja yang berbeda. Di Semarang terdapat prevelansi stress

kerja pada perawat 2019 mencapai angka 82,8%,diikuti oleh manado,

Kalimatan 60,9%, Banda Aceh 52,5%, Gorontalo 55,1% Yogyakarta 80,3

dan Padang 55,8% pada tahun yang sama (Afra dkk,2019). Dari beberapa

data diatas dapat disimpulkan bahwa stress kerja di setiap kota di

Indonesia memiliki nilai yang cukup tinggi.Stres kerja yang tinggi jika

dibiarkan akan berdampak negatif pada individu dan organisasi.

Beban kerja merupakan hubungan antara tuntutan kerja yang

ditempatkan pada pekerjaan dengan jumlah waktu dan sumber daya

tertentu. Beban kerja menunjukkan sejauh mana pekerjaan merasa

terbebani dalam upaya mental,komleksitas kerja dan kecepatan kerja.

Beban kerja disebutkan sebagai prediktor paling penting dan kelelahan

dan stress. Selain itu beban kerja yang Panjang memiliki efek fisik dan

kognitif pada tenaga medis khususnya perawat terhadap munculnya stress.

Beban kerja yang banyak menyebabkan penurunan fungsi dan

berkonstribusi pada cedera,beban kerja juga menyebabkan fungsi dan

berkontribusi pada cedera dan kesalahan,beban kerja juga menyebabkan

bertambahnya jam kerja yang Panjang memperpanjang keterpaparan

terhadap bahaya pekerjaan dan memperpendek periode pemulihan.

Sehingga beban kerja yang banyak sangat berpengaruh terhadap

terjadinya stress (Togatorop et al. 2021)


5

Faktor yang mempengaruhi stres kerja terbagi menjadi enam

bagian yaitu (1) penyebab fisik (kebisingan, kelelahan, pergeseran

prestasi), (2) Suhu dan kelembapan, (3) beban kerja, (4) sifat pekerjaan

(Situasi baru dan asing, ancaman pribadi, percepatan, ambiguitas, umpan

balik.), (5) kebebasan, dan (6) kesulitan. (Sunyoto,2013).

Seseorang yang mengalami stres mempunyai perilaku mudah

marah, murung, gelisah, cemas dan semangat kerja yang rendah.

Sehingga, ketika seorang perawat terkena stres maka kinerja dalam

memberikan pelayanan keperawatan akan menurun, pada akhirnya akan

mendatangkan keluhan dari pasien,Manifestasi dari stres kerja perawat

antara lain akibat karakterisasi pasien, pengkajian terhadap pasien, dan

aspek lingkungan kerja yang mengganggu.(Hikmawati, Maulana, and ...

2020)

Stres kerja dapat berdampak pada individu, organisasi bahkan

sosial. Stress kerja berdampak negatif terhadap kesehatan fisik dan

mental. Dampak yang timbul dari stress kerja pada perawat terjadinya

penurunan kinerja perawat, pengambilan keputusan yang buruk, kurang

konsentrasi dalam bekerja kelelahan dalam bekerja atau kejadian tidak di

harapkan (KTD). Oleh karena itu stress kerja dapat ditimbulkan dari

adanya beban kerja yang berlebihan. (Faradilla 2016,dalam Erma E

2020). Bagi organisasi dampak stress kerja mengakibatkan tekanan tinggi

bagi masyarakat dan layanan sosial terutama bila permasalahan bertambah

buruk dan menyebabkan kehilangan pekerjaan, pengangguran atau

pensiunan atas alasan Kesehatan (Pelaksana et al. 2019).


6

Analisa beban kerja perawat dapat dilihat dari aspek-aspek seperti

tugas-tugas yang dijalankan berdasarkan fungsi utama dan tugas

tambahan yang dikerjakan, jumlah pasien yang harus dirawat, kapasitas

kerjanya, sesuai Pendidikan yang diperoleh, waktu kerja yang digunakan

untuk mengerjakan tugasnya sesuai dengan jam kerja yang berlangsung

setiap hari, serta kelengkapan fasilitas yang dapat membantu perawat

penyelesaian pekerjaan dengan baik (Syeir et al.,2019).

Beban kerja yang terlalu berat akan menganggu kemampuan

mental dan fisik seseorang sehingga kinerja atau pelayanan yang

diberikan kurang optimal. Tugas yang diberikan bersifat mental yaitu

pekerjaan yang dilakukan perawat terlalu berat, pasien yang terlalu

banyak keluhan, tuntutan kelurga pasien terhadap keselamatan pasien,

selalu dituntut untuk mengambil keputusan yang tepat, dan pengetahuan

keterampilan yang dimiliki perawat tidak mampu mengimbangi sulitnya

pekerjaan sehingga hal tersebut menjadi beban bagi diri perawat

(Dwiyana, Sastria, and ... 2021)

Berdasarkan penelitian Barahama (2019) menunjukkan bahwa

beban kerja perawat di Ruangan Dewasa RSU GMIM Pancaran Kasih

Manado adalah beban kerja berat sebanyak 39 responden (67,22%)

sedangkan kerja ringan sebanyak 19 responden (32,8). Beban kerja

perawat adalah menghitung aktivitas kerja perawat dan ketergantungan

klien pada pelayanan keperawatan.

Berdasarkan penelitian Virginia (2018) tentang beban kerja fisik

dengan stress kerja perawat di ruang instalasi rawat inap menunjukkan


7

bahwa prestasi beban kerja di ruang rawat inap sebagian besar berat yaitu

23 orang (56,1) dan paling sedikit beban kerja ringan dengan 18 orang

(43,9%). Beban kerja berat terjadi dikarenakan banyak perawat harus

mengerjakan pekerjaan diluar pekerjaan perawat yaitu membersihkan

ruangan dan menganti laken sehingga menambah beban kerja perawat.

(Perawat et al., 2019).

Berdasarkan penelitian Tisa (2017) menunjukkan bahwa responden

yang memiliki beban kerja rendah dan merasa sangat stress berjumlah 25

orang (73,5%),responden yang memiliki beban kerja rendah dan merasa

cukup stress berjumlah 8 oang (14,5). Responden yang memiliki beban

kerja tinggi dan merasa stress berjumlah 9 orang (26,5), responden yang

memiliki beban kerja rendah dan merasa cukup stress berjumlah 8 orang

(614,5%),dan responden yang memiliki beban kerja tinggi dan merasa

cukup stress berjumlah 1 orang (1,8). Dimana hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat hubungan beban kerja dengan stress kerja

pada perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Bitung.

Menurut cooper (1993 dalam Antonius Rino 2020 ) dalam buku

yang bejudul “Faktor beban kerja dengan stress kerja” yang

mengemukakan bawah “Faktor atau sumber yang mempengaruhi stress

kerja ada empat yaitu faktor beban kerja yang berlebihan (work overload)

seperti beban kerja yang melebihi kemampuan karyawan,faktor

lingkungan kerja,pekerjaan resiko tinggi,faktor personal yang disebabkan

stress antar pribadi,seperti perbedaan karakter,kepribadian.


8

Dampak dari beban kerja perawat yang berlebihan akan

berpengaruh dan berdampak pada produktifitas tenaga Kesehatan

terutama pada perawat seperti stress kerja baik maupun psikis dan reaksi-

reaksi emosional,seperti sakit kepala,gangguan pencernaan,muntah,mudah

marah,Apabila adanya ketidakseimbangan antara tugas-tugas dengan

kemampuan fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia maka akan

menimbulkan stress kerja pada perawat (Erma E 2020).

Berdasarkan penelitian Anoraga (2019) bahwa beban kerja

berlebih secara fisik maupun mental,yaitu harus melakukan terlalu banyak

hal,merupakan kemungkinan sumber stress pekerjaan.Unsur yang

menimbulkan beban berlebih ialah desakan waktu.setiap tugas diharapkan

dapat diselesaikan secepat mungkin secara tepat dan cermat.paa saat

tertentu,dalam hal tertentu waktu akhir justru dapat meningkatkan

motivasi dan menghasilkan prestasi kerja yang tinggi.namun,bila desakan

waktu menyebabkan timbulnya banyak kesalahan akan menyebabkan

stress (Anoraga,2019).

Berdasarkan penelitian dari Ike Prafita Sari & Rayni (2020) bahwa

ada hubungan antara beban kerja dan tingkat stress perawat,semakin

tinggi beban kerja maka semakin tinggi juga tingkat stress

perawat.Banyaknya pekerjaan yang melebihi kapasitas menyebabkan

kondisi fisik perawat mudah Lelah dan mudah tegang. Pelayanan

keperawatan juga sangat kompleks,dimana membutuhkan kemampuan

secara teknis dan pengetahuan yang lebih. Beban pekerjaan yang sudah
9

berat hendaknya tidak ditambah lagi dengan beban-beban lain di luar

tugas sebagai perawat.

Berdasarkan dari beberapa penelitian hasil di atas dapat

disimpulkan bahwa jika tuntutan beban kerja perawat begitu berat maka

akan menyebabkan stress kerja. Sehingga berdampak pada menurunya

produktivitas kerja perawat dalam memberikan pelayanan dan dapat

mengakibatkan kerugian baik untuk rumah sakit maupun orang lain.

Rumah sakit RSI Ibnu Sina Padang merupakan rumah sakit islam

yang merupakan rumah sakit pelayanan Kesehatan bagi masyarakat kota

padang dan rumah sakit RSI Ibnu Sina Padang rumah sakit yang bertipe

C, serta RSI Ibnu Sina Padang merupakan rumah sakit rujukan dari

puskesmas-puskesmas yang ada disekitar kota padang.

Berdasarkan data didapatkan jumlah pelayanan keperawatan di

RSI Ibnu Sina Padang sebanyak 125 perawat. Menurut latar belakang

Pendidikan perawat ada 87 orang DIII Keperawatan,28 orang ners,dan

DIII Kebidanan 10 orang. Adapun jumlah perawat pelaksana di Ruang

rawat inap RSI Ibnu Sina Padang 2022 yaitu, Ruangan Ar-Raudhah

dengan jumlah perawat 10 orang,Multazam 12 orang,Ash-Shafa 9

orang,Zam-Zam 17 orang,An-Nisa 10 orang,Al-Marwa 12 orang. (Data

profil bidang keperawatan).

Berdasarkan hasil survey awal dengan perawat rawat inap RSI

Ibnu Sina padang pada tanggal 25 Februari 2022, sistem kerja perawat

dibagi atas tiga shift yaitu pagi,sore dan malam dengan tugas pokok

perawat di ruang rawat inap yaitu mulai dari Tindakan tidak langsung ke
10

pasien berupa pengkajian, Analisa data, merumuskan diagnosa

keperawatan, melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan,

mendampingi visite dokter, serah terima pasien, serta mengadakan pre

dan post conference, selain itu perawat juga melakukan Tindakan

langsung kepasien berupa pemberian obat,perawatan luka,perawatan area

infus hingga membantu ADL pasien. Didapatkan 6 orang perawat yang

bekerja di ruangan tersebut mengeluhkan stress kerja berat mengeluh

sering pusing,kelelahan,mudah marah,emosi yang tidak terkontrol,sulit

berkonsentrasi dalam bekerja,merasakan kebosanan dan beban kerja yang

begitu berat karena kondisi pasien atau keluarga yang tidak kooperatif

Sedangkan 4 orang perawat lainnya mengelami stress ringan perawat

yang mengelami stress kerja memilih untuk istirahat sejenak sharing

hingga bertukaran shift dengan rekan kerja untuk dapat melepas stress,

Berdasarkan dari uraian diatas maka dapat diketahui bahwa stres

kerja perawat yang terjadi di rumah sakit tersebut anatra lain karena

kondisi pekerjaan yang menyebabkan beban kerja berlebihan baik secara

kuantitatif maupun kualitatif sehingga dapat meningkatkan ketengangan

dan menyebabkan kelelahan mental. Maka peneliti berkeinginan untuk

melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Beban Keja dengan Stres

Kerja Perawat di Instalasi Rawat Inap RSI Ibnu Sina Padang”.


11

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas,maka pada penelitian ini adalah

“ Apakah Ada Hubungan beban kerja dengan Stres kerja perawat di

Instalasi Rawat Inap RSI Ibnu Sina Padang Tahun 2022 ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan

antara beban kerja dengan stres kerja perawat di Instalasi Rawat Inap

RSI Ibnu Sina Padang tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi stres kerja perawat di Instalasi

Rawat Inap RSI Ibnu Sina Padang tahun 2022.

b. Diketahuinya distribusi frekuensi beban kerja perawat di Instalasi

RSI Ibnu Sina Padang tahun 2022.

c. Diketahuinya hubungan antara beban kerja terhadap stres kerja

perawat di Instalasi Rawat Inap Padang tahun 2022.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan bagi pelayanan

keperawatan sebagai dasar pertimbangan untuk membuat kebijakan

menegnai manajemen keperawatan terkhusus stres kerja pada perawat

agar dapat meningkatkan pelayanan yang semakin baik dan berkualitas.


12

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi mengenai stres

kerja perawat dan beban kerja perawat sehingga bisa menjadi bahan

masukan dan pengembangan pembelajaran didalam pendidikan ilmu

keperawatan khususnya mata kuliah manajemen keperawatan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau sumber

untuk bahan masukan bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan

penelitian yang berkaitan dengan keperawatan terkhsus pada manajemen

stres kerja.
13
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PERAWAT

1. Pengertian Perawat

Perawat (nurse) berasal dari Bahasa latin yaitu nutrix yang berarti

merawat atau memelihara. Menurut UU No 38 Tahun 2014 perawat

adalah seseorang yang telah lulus Pendidikan tinggi keperawatan, baik

dalam maupun diluar negri yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan. Perawat adalah mereka

memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan Tindakan

keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh melalui

Pendidikan keperawatan.

Luminting, (2015) juga mengatakan salah satu tenaga Kesehatan

yang jumlahnya banyak adalah perawat. Sebagai salah satu tenaga

kesehtan di rumah sakit, prosesi keperawatan memegang peranan

penting didalam rumah sakit dengan memberi layanan-layanan

Kesehatan dalam bentuk asuhan Kesehatan dalam bentuk asuhan

keperawatan secara bio sosial, kultural, spiritual secara komprehensif

kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat

maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia

(PPNI,2012). Posisi tenaga keperawatan juga menjadi penting sebagai

tangan kanan dokter yang menentukan keberhasilan kerja

(saran/rujukan/arahan) sang dokter, oleh karena itu perawat di tuntut

untuk memberi pelayanan dengan mutu yang baik.


15

2. Fungsi perawat

Menurut widyawati 2012 Dalam menjalankan tugasnya,perawat

perawat memiliki beberapa fungsi yaitu :

a. Fungsi Independen

Fungsi peran independent merupakan fungsi mandiri dan tidak

tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan

tugasnya dilakukan keputusan sendiri dalam melaukan Tindakan

untuk mandiri secara memenuhi kebutuhan dasar manusia.

b. Fungsi Dependen

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan atas

peran atau instruksi dari teman sejawat lain. Sehingga sebagian

Tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya hanya

dilakukan oleh perawat denga gelar spesialis kepada perawat

umum atau dari perawat primer ke perawat pasien.

c. Fungsi Interpenden

Dalam pelaksanaanya fungsi ini dapat dilakukan dengan

membentuk kelomok tim yang bersifat saling mendukung dan

saling membutuhkan diantara tim yang satu dengan fungsi ini

dapat terlaksana hanya apabila yang lainnya. Bentuk pelayanan

membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian pelayanan seperti

dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang

mempunyai penyakit yang kompleks.


16

3. Macam -Macam Peran Perawat

Menurut Budiono 2016 perawat dalam melaksanakan keperawatan

mempunyai asuhan keperawatan:

a. Pemberian Asuhan Keperawatan

Peran pertama adalah memberikan asuhan keperawatan dengan

memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang

dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan

menggunkan melalui pemberian pelayanan keperawatan

dengan proses keperawatan dari sederhana sampai dengan

kompleks.

b. Sebagai Advocate

Perawat juga mampu sebagai advocate atau sebagai pembela

dalam beberapa hal seperti dalam menentukan haknya sebagai

pasien dengan menginterprestasikan sebagai informasi dari

pemberian pelayanan atau informasi lain khususnya dalam

pengambilan persetujuan atas Tindakan yang diberikan kepada

pasien, ,mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien.

c. Pendidik/ Educator

Perawat bertugas memberikan pendidik Kesehatan kepada

pasien, dalam hal ini individu, keluarga serta masyrakat sebagai

upaya menciptakan perilaku individua tau masyarakat yang

kondusif bagi Kesehatan, untuk dapat melaksanakan peran

perawat sebagai syarat utama yaitu berupa wawasan ilmu

pengetahuan yang luas, kemapuan berkomunikasi, pemahaman


17

psikologi dan kemampuan menjadi model atau contoh dalam

perilaku professional.

d. Koordinator

Mengarahkan dan merencanakan serta mengorganisai pelaynan

Kesehatan dari tim Kesehatan sehingga pemberian pelayanan

Kesehatan dapat tterrarah sesuai dengan kebutuhan pasien.

e. Kolaborator

Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim

Kesehatan yang terdiri dari dokter,fisoterapi.ahli gizi dan lain-

lain berupa mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang

diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam

penentuan bentuk pelaynan Kesehatan selanjutnya.

f. Konsultan

Perawat sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau

Tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini

dilakukan atas permintaan pasien terhadap informasi tentang

tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.

g. Sebagai Pengelola (Manager)

Perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam

mengelola pelayanan keperawatan di semua tatanan Kesehatan

maupun tatanan Pendidikan yang berbeda dalam tanggung

jawab sesuai dengan konsep manajemen keperawatan.

Manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai proses

pellasanaan layanan keperawatan melalui staf keperawatan


18

dalam memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa

aman kepada pasien atau keluarga dan masyarakat.

(Giliies,1985 dalam Budiono,2016).

4. Tanggung Jawab Perawat

Menurut Febriani,(2017) tanggung jawab perawat sebagai berikut:

a. Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa

berpedoman pada tanggung jawab yang bersumber pada adanya

kebutuhan terhadap keperawatan individu, keluarga dan masyrakat.

b. Perawat terhadap keperawatan melaksankan pengandian di bidang

keperawatan,memelihara suasana lingungan yang mengormati

nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama

dari individu =, keluarga dan mayrakat.

c. Peran dalam melaksankan kewajibannya terhadap individu,

keluarga dan mayarakat, senantiasa dilandasi rasa tulus ikhlas

sesuai dengan martabat dan tradisi lihur keperawatan.

d. Perawat menjalin hubungan kerja sama dengan individu, keluarga

dan masyarakat, khususnya dalam mengambil Prakarsa dan

mengadakan upaya Kesehatan, serta upaya kesejjahteraan pada

umumnya sebagai bagian dari tugas dan kewajiban bagi

kepentingan masyarakat. Berdasarkan uraian diatas maka dapat

disimpulkan bahwa tanggung jawab perawat yaitu : perawat

melaksanakan pengabdiannya, perawat melaksanakan

pengabdiannya dibidang keperawatan, perawat melaksanakan


19

kewajiban terhadap individu, perawat menjalin hubungan kerja

sama dengan individu.

B. KONSEP STRES KERJA

1. Pengertian Stres Kerja

Stres kerja merupakan perasaan tertekan yang dialami oleh pekerja

dalam menghadapi pekerjaan yang disebabkan oleh beberapa faktor

yakni tidak adanya dukunga sosial, kondisi lingkungan kerja,

manajemen yang tidak sehat ( gaya kepemimpinan ), tipe kepribadian,

pengalaman pribadi, beban kerja, peran individu dalam organisasi,

hubungan dalam pekerjaan (Relasi Interpersonal), struktur dan iklim

organisasi (Fahrepi,2019).

Stress adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi tuntutan

pekerjaan sehingga ia merasa tidak nyaman dan tidak senang.

(Wahyuni & Saam,2014). Berdasarkan pengertian tersebut dapat

dikatakan stress apabila seseorang mengelami beban atau tugas yang

berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang di

bebankan itu, maka tubuh akan merespon dengan tidak mampu

terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengelami

stress (Hidayat,2012).

2. Penyebab Stres Kerja

Menurut Sheridan dan Radmacher dalam Almasitoh (2011), ada

tiga faktor penyebab stress kerja, yaitu berkaitan dengan lingkungan,

organisasi, dan individu. Faktor lingkungan, yaitu keadaan secara

global. Lingkungan yang dapat menyebabkan stress adalah ketidak


20

pastina lingkungan, seperti ketidakpastian ekonomi, politik dan

perubahan teknologi. Faktor organisional, yaitu kondisi organisasi

yang langsung mempengaruhi kinerja individu. Kondisi organisasi ini

akan mempengaruhi individu yang terlibat didalamnya. Berikut faktor

individual, terdapat dalam kehidupan diluar pekerjaan seperti masalah

ekonomi dan keluarga.

Faktor -faktor penyebab stress dalam pekerjaan yaitu sebagai

berikut:

a. Faktor-faktor instrinsik dalam pekerjaan meliputi tuntutan fisik dan

tuntutan tugas. Tuntutan fisik berupa bising,vibrasi (getaran),

higene. Sedangkan tuntutan tugas mencakup kerja shift atau kerja

malam. Kerja shift merupakan sumber stress utama bagi para

pekerja di ruang rawat inap. Faktor instrinsik dalam pekerjaan yang

kedua yaitu beban kerja. Beban kerja berlebih dan beban kerja

terlalu sedikit merupakan pembangkit stress. Selanjutnya perang

terhadap resiko dan bahaya yang dikaitkan dengan jjabatan tertentu

merupakan sumber stress. Makin besar kesadaran akan bahaya

dalam pekerjaanya makin besar depresi dan kecemasan pada

perawat.

b. Peran individu dalam Organisasi

Setiap perawat mempunyai kelompok tugasnya yang harus

dilakukan sesuai aturan-aturan yang ada dan sesuai yang diharpkan

atasnya.Namun perawat tidak selalu berhasil memainkan perannya

sehingga timbul konflik peran dan ketaksaan peran dirasakan jika


21

seseorang perawat tidak memiliki cukup informasi untu dapat

mellaksanakan tugasnya atau tidak mengerti atau tidak

merelisasikan harapan-harapan yang berkaitan dengan peran

tertentu.

c. Pengembangan Karir

Pengebangan karir merupakan pembangkit stress potensional yang

mencakup ketidakpastian pekerjaan,promsi berlebihan dan promosi

yang kurang

d. Hubungan dalam Pekerjaan

Harus hidup dengan orang lain merupakan salah satu aspek dari

kehidupan yang penuh stress. Hubungan yang bai kantar anggota

dari satu kelompok kerja dianggap sebagai faktor utama dalam

Kesehatan individu dalam organisasi.

e. Kepuasaan dan Iklim Organisasi

Kepuasaan dalam ketidakpastian kerja berkaitan dengan penilaian

dari struktur dan iklim organisasi. Faktor stress yang ditemui

terpusat pada sejauh mana tenaga kerja dapat terlibat atau berperan

serta dalam organisasi.

f. Tuntutan Dari Luar Organisasi atau Pekerjaan

Kategori pembangkit stress potensional ini mencakup segala unsur

kehidupan seorang yang dapat berinteraksi dengan peristiwa-

peristiwa kehidupan dan kerja didalam satu organisasi dan dengan

demikian memberikan tekanan pada individu.


22

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stres Kerja

Menurut Sunyoto (2013) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

stress kerja terbagi menjadi enam macam bagian yaitu:

a. Penyebab Fisik

1) Kebisingan

Kebisingan terus menurus dapat menjadi sumber stress bagi

banyak orang namun perlu diketahui bahwa terlalu tegang juga

menyebabkan hal yang sama.

2) Kelelahan

Kelelahan dapat menyebabkan stress karena kemampuan untuk

bekerja menurun kemampuan bekerja menurun menyebabkan

prestasi menurun dan tanpa disadari menimbulkan stress.

3) Pergeseran Prestasi

Mengubah pola kerja yang terus menerus dapat menimbulkan

stress. Hal ini disebabkan karena seseorang karyawan sudah

terbiasa pola kerja yang lama dan sudah terbiasa dengan

kebiasaan-kebiasaan lama.

b. Suhu Dan Kelembapan

Bekerja dalam ruangan yang suhunya terlalu tinggi dapat

mempengaruhi tingkat prestasi karyawan suhu yang tinggi harus dapat

toleransi dengan kelembapan yang rendah.

c. Beban Kerja

Beban kerja yang terlalu banyak dapat menyebabkan ketegangan

dalam diri seseorang sehingga menimbulkan stress. Hal ini bisa


23

disebabkan oleh tingkat keahlian yang dituntut terlalu tinggi.

Kecepatan kerja mungkin terlalu tinggi, volume kerja, mungkin terlalu

banyak sebagiannya. Beban pekerjaan yang begitu banyak pemenuhan

kebutuhan penanganan masalah dan pada akhirnya sangat menguras

energi baik fisik maupun kongnitif, kondisi perawat yang stress dengan

adanya beban pekerjaan yang suda berat hendaknya jangan ditambah

lagi dengan beban-beban lain diluar tugas sebagai perawat.

d. Sifat Pekerjaan

1) Situasi Baru dan Asing

Menghadapi situasi baru dan asing dalam pekerjaan atau

organisasi. Seseorang akan merasa sangat tertekan sehingga dapat

menimbulkan stress.

2) Percepatan

Stress bisa terjadi ketidak mampuan seseorang untuk memacu

pekerjaan.

3) Ambiguitas

Kurang kejelasan terhadap apa yang harus dikerjakan akan

menibumbulkan suatu pekerjaan.

4) Umpan Balik

Standar kerja tidak jelas dapat membuat karyawan tidak puas

karena mereka tidak pernah tahu prestasi mereka. Disamping itu

standar kerja yang tidak jelas dapat juga dipergunakan untuk

menekan karyawan.
24

e. Kebebasaan

Kebebasaan yang diberikan kepada karyawan belum tentu merupakan

hal yang menyenangkan, ada sebagiankaryawan justru dengan adanya

kebebasaan membuat mereka ketidakpastian mampuan dalam

bertindak. Hal ini dapat merupakan sumber stress bagi seseorang.

f. Kesulitan

Kesulitan-kesulitan yang dialami dirumah seperti, ketidak cocokan

suami dan istri, masalah keuangan, perceraian dapat mempengaruhi

prestasi kerja. Hal-hal seperti ini dapat merupakan sumber stress bagi

seseorang.

4. Sumber Stres

Sumber stress terdiri dari tiga aspek yaitu

a. Stress Pribadi atau Individual

Sumber stress dalam diri sendiri pada umumnya dipengaruhi oleh

konflik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan berbeda,

dalam hal ini adalah berbagai permasalahan yang terjadi yang tidak

sesuai dengan dirinya dan tidak mampu di atasi yang dapat

menimbulkan stress. Pada stress ini masih dibagi lagi menjadi tiga

yaitu stress rohani ( Spritual), stress Mental (Psikologi), dan stress

jasmani (Fisikal).

b. Stress Dalam Keluarga

Stress ini bersumber dari masalah keluarga yang terjadi karena

adanya perselisihan, keuangan serta adanya tujuan yang berbeda

di antara anggota keluarga.


25

c. Stress Dalam Mayarakat Dan Lingkungan

Stress ini pada umumnya seperti lingkungan pekerjaan yang

bisa disebut dengan stress kerja karena kurangnya hubungan

interpersonal dan kurang adanya pengakuan di masyrakat

sehingga tidak dapat berkembang (Fahrepi,2019).

5. Indikator- Indikator Stres Kerja

Menurut Robbins (Amalia,2016) indikator stress kerja terbagi

menjadi lima yaitu :

a. Tuntutan tugas merupakan faktor yang dikaitkan pada pekerjaan

seseorang seperti kondisi kerja, tata kerja letak fisik.

b. Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada

seseorang sebagai suatu fungsi dari peran tertentu yang dimainkan

dalam suatu organisasi.

c. Tentukan antar pribadi merupakan tekanan yang diciptakan oleh

pegawai lain.

d. Struktur organisasi gambaran instansi yang diwarnai dengan

struktur organisasi yang tidak jelas. Kurangnya kejelasan mengenai

jabatan, peran,weweanang dan tanggung jawab.

e. Kepemimpinan organisasi memberikan gaya manajemen pda

organisasi beberapa pihak didalamnya dapat membuat iklim

organisasi yang melibatkan ketegangan, kekuatan dan kecemasan.

6. Ciri-Ciri Stres Kerja

Menurut sari (2016) ada beberapa ciri-ciri stress dalam lingkup

kongnitif yang bisa muncul terlebih dahulu ketimbang gejala fisik seperti:
26

a. Mudah merasa ingin marah (Sensitif)

b. Merasa putus asa saat harus menunggu

c. Selalu merasa takut pada hal tidak jelas dan tanpa alasan

d. Sering merasa linglung dan binggung tanpa alasan

e. Bermasalah dengan ingatan ( mudah lupa,susah mengingat).

f. Cenderung berfikir negative terutama pada diri sendiri

g. Merasa tidak memiliki cukup energi untuk menyelesaikan

sesuatu.

h. Merasa tidak mampu mengatasi masalah dan cenderung sulit

membuat suatu keputusan

7. Gejala stress

Gejala terjadinya stress secara umum terdiri dari dua gejala yaitu:

a. Gejala Fisik

Bentuk gangguan fisik yang sering muncul pada stress adalah

nyeri dada, diare selama beberapa hari, sakit kepala, mual,

jantung berdebar, Lelah, suka tidur dan lain-lain.

b. Gejala Psikis

Sementara bentuk psikis yang sering muncul pada stress adalah

cepat marah, ingatan melemah, tidak mampu berkonsentrasi,

tidak mampu menyelesaikan tugas, perilaku impulsive, reaksi

berlebihan terhadap hal yang sepele, dan kemampuan

berkurang dan tidak mampu santai pada saat yang tepat, tidak
27

tahan terhadap suara atau gangguan lain dan emosi tidak tidak

tergendali.

8. Alat ukur tingkat stress

Alat ukur untuk menilai tingkat stress yaitu menggunakan alat ukur

DASS. Depression Anxienty Sress Scale (DASS). DASS suatu penilain

skala subjektif dibentuk untuk mengukur status emosional negative

dari depresi, ansietas (kecemasan) dan stress. DASS suatu alat ukur

yang digunakan oleh Lovibond & Lovibond (1995) untuk menilai serta

mengetahui tingkat depresi,kecemasasan dan stress. Alat ukur ini telah

diterima secara intenational. Skala tingkat stress terdapat pada

pertanyaan nomor 1,6,8,11,12,,14,18,22,27,29,32,33,35,39

9. Dampak stress

Dampak negatif dari meningkatnya stress kerja perawat adalah

kemungkinan timbul emosi mudah marah, kurang nyaman dalam

menyelesaikan pekerjaan dan tidak sesuai dengan harapan pasien dan

perawat yag sering salah dalam penanganan pasien. Banyak dari

beberapa perawat yang sering terlambat atau absen kehadiran akibat

terlalu stress yang berlebihan. Stress kerja yang berlebihan ini sangat

berpengaruh terhadap produktifitas perawat.

Menurut Priyono (2014) dampak stress dibedakan menjadi dalam

tiga kategori, yakni dampak fisiologik, psikologik dan perilaku.

a. Dampak Fisiologik
28

Secara umum seseorang yang sedang mengelami stress akan

mengelami sejumlah gangguan fisik seperti : sering masuk angin,

mudah pusing, kejang otot (kram). Mengelami keremukan atau

bahkan menjadi kurus tidak dapat dijelaskan, juga bisa menderita

penyakit yang lebih serius seperti cardiovascular, hypertensi,

kolesterol. Secara rinci dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Gangguan pada organ tubuh hiperaktif salah satu system

tertentu.

a) Muscule myopathy : otot tertentu mengencang atau

melemah

b) Tekanan darah nauk : tertentu jantung dan arteri

c) System pencernaan : maag, diare

2) Gangguan pada organ tubuh hiperaktif dalam salah satu system

tertentu :

a) Amenorrhea : tertahannya menstruasi

b) Kegagalan ovulasi pada Wanita, impoten pada pria, kurang

produksi semen pada pria

c) Kehilangan gairah sex

d) Gangguan lainnya,seperti pening (migrane ) tegang otot,

rasa bosan dll.

b. Dampak Psikologik

a) Keletihan emosi, jenuh, penghayatan ini merupakan tanda

pertama dan punya peran sentral bagi terjadinya burn-out.


29

b) Kewalahan atau keletihan emosi, kita dapat melihat ada

kecenderungan yang bersangkutan.

c) Pencapaian pribadi menurun, sehingga berakibat

menurunnya rasa kompeten dan rasa sukses.

c. Dampak Perilaku

a) Manakala stress menjadi, prestasi belajar menurun dan

sering tejadi tingkah laku yang tidak diterima oleh

mayarakat.

b) Level stress yang cukup tinggi berdampak negatif pada

kemampuan mengingat informasi, mengambil keputusan,

mengambil Langkah tepat.

c) Stress yang berat seringkali banyak membuat tidk ingin

bekerja dan tidak aktif melakukan kegiatan apapun

(Fahrepi,2019).

C. KONSEP BEBAN KERJA

1. Pengertian Beban Kerja

Menurut Menpan, Dhania (Paramitadewi,2017) pengertian beban

kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus

diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam

jangka waktu tertentu. Beban kerja yang dimaksud meliputi beban fisik

maupun mental, ini disebabkan karena beban kerja yang dialami oleh

pegawai terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah

sehingga terjadi ketidak seimbangan mengakibatkan seorang perawat

menderita gangguan fisik atau penyakit akibat beban kerja, beban kerja
30

merupakan volume dari hasil kerja atau catatan-catatan tentang hasil

pekerjaan yang dapat menunjukkan volume yang dihasilkan oleh

sejumlah pegawai dalam suatu bagian tertentu. (Fahrepi,2019).

Menurut Mashkati, Hariyati (Saefullah,2017) dapat didefenisikan

sebagai suatu perbedaan antara kapasitas atau kemampuan pekerja

dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi. Mengingat kerja

manusia bersifat mental dan fisik, masing-masing mempunyai tingkat

pembedaan yang berbeda-beda. Tingkat perbedaan yang terlalu tinggi

memugkinkan pemakian energi yang berlebihan terjadi over stress.

Sebaliknya intensitas pembebanan yang terlalu rendah memungkinkan

rasa bosan dan kejenuhan.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa beban

kerja yaitu sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit

organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu dan

merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu juga

merupakan perbedaan antara kapasitas atau kemampuan pekerja

dengan tuntutan pekerja yang harus dihadapi.

2. Beban Kerja Perawat

Beban kerja perawat didefenisikan sebagai jumah dari perawatan

dan kerumitan perawatan yang diperlukan oleh pasien dirumah

sakit,beban kerja dalam bidang keperawatan sebagai jumlah hari

pasien, dalam istilah lain unit beban kerja dikaitan dengan jumlah

prosedur, pemeriksaan kunjungan pasien dan Tindakan lainnya yang

diberikan kepada pasien. Beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan


31

atau aktivitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di

suatu unit pelayanan keperawatan. (Marquis dan Huston dalam

Mastini, 2013).

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja

Menurut Gillies (Trihastuti, 2016) faktor-faktor yang

mempengaruhi beban kerja perawat adalah :

a. Jumlah pasien yang dirawat setiap hari,bulan,tahun di unit

tersebut

b. Kondisi penyakit atau tingkat ketergantungan

c. Rata-rata hari rawatan (AvLOS).

d. Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung

e. Frekwensi Tindakan perawatan yang dibutuhkan.

f. Rata-rata perawatan langsung dan tidak langsung.

Menurut (Suci R.Mar’ih 2017) faktor beban kerja

diantaranya adalah dibawah ini :

a. Keadaan Pekerjaan

Keadaan pekerjaan yang dimaksud adalah jumlah karyawan

dalam suatu pekerjaan tersebut sudah sesuai dengan

jobdesk masing-masing karyawan.

b. Pemakaian Jam Kerja

Waktu kerja sesuai SOP secara positif akan mmembatasi

tanggung jawab pekerjaan. Meski demikian ada kalanya


32

suatu asosiasi tidak memiliki SOP atau bertentangan dalam

menjalankan SOP pemanfaatan tenaga kerja yang

dilaksanakan pada karyawan pada umumnya akan

berlebihan atau sangat terbatas.

c. Tujuan Yang Perlu di Capai

Tujuan kerja yang ditetapkan oleh perusahaan secara

langsug akan mempengaruhi tanggung jawab yang di

emban oleh karyawab. Semakin kecil waktu yang diberikan

untuk melakukan pekerjaan tertentu atau ketidak teraturan

antara waktu penyelesaian tujuan yang dicapai dan volume

pekerjaan yang diberikan, semakin menambah tanggung

jawab yang didapatkan dan dirasakan oleh karyawan

tersebut.

4. Jenis Beban Kerja

Beban kerja meliputi dua jenis, sebagaimana dikemukakan oleh

Munandar (Trihastuti,2016) ada dua jenis beban kerja yaitu:

a. Beban Kerja Kuantitatif meliputi

1) Harus melaksanakan observasi pasien secara ketat selama jam

kerja

2) Banyaknya pekerjaan dan beragam pekerjaan yang harus

dikerjakan.

3) Kontak langsung perawat, pasien secara terus menerus selama

jam kerja

4) Rasio perawat dan pasien.


33

b. Beban Kerja Kualitatif meliputi:

1) Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki perawat tidak

mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan dirumah sakit.

2) Harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang

berkualitas

3) Tuntutan keluarga pasien terhadap keselamatan pasien

4) Setiap saat dihadapkan pada pengambilan keputusan yang tepat

5) Tugas memberikan obat secara intensif

6) Menghadapi pasien dengan karakteristik tidak berbahaya, koma

dan kondisi terminal.

7) Tanggung jawab yang tinggi terhadap asuhan keperawatan

pasien kritis.

Dari uraian diatas maka dapat disimplkan bahwa jenis

beban kerja terbagi menjadi beberapa jenis yaitu : beban kerja

kuantitatif, dan beban kerja kualitatif.

5. Pengkuran Beban Kerja

Trihastuti (2016). Ada tiga acara yang digunakan untuk

menghitung beban kerja:

a. Work Sampling : Teknik penghitungan beban kerja yang di

[angku oleh personil pada satu unit, bidang maupun jenis

tenaga tertentu. Pada metode Work Sampling dapat diamati

hal-hal spesifik tentang pekerjaan antara lain:

1) Aktivitas apa saja yang dilakukan pada jam kerja


34

2) Apakah aktivitas personel ada kaitannya dengan fungsi dan

tugasnya pada waktu jam kerja

3) Pola beban kerja dikaitkan dengan waktu dan jadwal jam

kerja.

4) Bentuk beban kerja berhubungan dengan waktu dan

schedule jam kerja

5) Pada work sampling yang diteliti ialah apa yang dilakukan

oleh perawat, informasi yang dibutuhkan oleh peneliti ini

adalah waktu dan kegiatannya bukan siapanya.

b. Time and Motion Study : Teknik penghitungan beban yang

mengikuti dan mengamati dengan cermat tentang kegiatan

yang dilakukan oleh personil yang kita amati. Melalui Teknik

ini dapat diketahui beban kerja dan kualitasnya. Langkah-

langkahnya:

1) Menentukan personel yang akan diamati untuk menjadi

sample dengan metode purposive sampling.

2) Membuat formolir daftar kegiatan yang dilakukan oleh

setiap personel.

3) Daftar kegiatan tersebut kemudian diklasifikasikan

seberapa banyak personel yang melakukan kegiatan secara

baik dan rutin selama dilakukan pengamatan.

4) Membuat klasifikasi atas kegiatan yang telah dilakukan

tersebut menjadi kegiatan medis, dengan keperawatan dan

kegiatan administrasi.
35

5) Menghitung waktu objektif yang diperlukan oleh personel

dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang dilakukan.

Teknik ini dapat digunakan untuk melaukan evaluasi

tingkat kualitas suatu pelatihan atau Pendidikan yang bersertifikat,

serta dapat juga digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan suatu

metode yang di tetapkan secara baku disuatu rumah sakit. Dari

metode work sampling dan Time and motion study maka akan

dihasilkan out put sebagai berikut.

a. Diskripsi kegiatan menurut jenis dan alokasi waktu untuk

masing-masing pekerjaan. Selanjutnya dapat dihitung

proporsi waktu yang dibutuhkan untuk masing-masing

kegiatan selama jam kerja.

b. Pola kegiatan yang berkaitan dengan waktu kerja, kategori

tenaga atau karakteristik demografi dan sosial.

c. Kesesuaian beban kerja dengan variabel lain. Beban kerja

dapat dihubungkan dengan jenis tenaga,umur, Pendidikan,

jenis kelamin, atau variabek lain.

d. Kualitas kerja.

c. Daily Log

Bentuk sederhana dari work sampling yaitu pencatatan

kegiatan yang dilakukan sendiri oleh personil yang diamati dan

waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan tersebut. Metode

ini diperlukan kejujuran dari personel yang diamati. Pengukuran


36

beban kerja objektif dilakukan untuk mengetahui penggunaan

waktu tenaga keperawatan dalam melaksanakan aktifitas baik

untuk tugas pokok, tugas penunjang, kepentingan pribadi dan lain-

lain. Metode yang dipakai untuk pengukuran beban kerja objektif

time and motion study. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan

bahwa perhitungan beban kerja terbagi menjadi tiga yaitu : work

sampling, time and motion study dan daily log.

6. Aspek – Aspek Beban Kerja

Menurut Susianti (Trihastuti,2016) membagi beban kerja dalam

dua sudut pandang,yaitu secara objektif dimana meliputi : beban fisik,

sosial, beban mental dan objektif, dimana meliputi, keadaan nyata

dilapangan secara objektif dilihat dari keseluruhan waktu yang dipakai

atau jumlah aktivitas yang dilakukan. Kegiatan-kegiatan perawat

meliputi kegiatan produktif langsung maupun tidak langsung dan

kegiatan non produktif.

a. Kegiatan produktif langsung meliputi : menerima pasien baru,

melakukan anamnesa, mengukur TTV, observasi pasien, memenuhi

kebutuhan cairan dan elektrolit serta nutrisi, memenuhi kebutuhan

eliminasi urine dan BAB, memenuhi kebutuhan oksigen,

melakukan nezebulizing, mengoplos obat, memberikan terapi

injeksi, memberikan terapi peroral, memenuhi memperbaiki posisi

pasien, menganti alat tenun pasien, melakukan personal dan oral

hygine, merawat luka, melakukan genetalia higyene pasien,

memasang infus, memasang dan melepas kateter, mengukur urine,


37

memasang dan melepas NGT, menganti cairan infus, memasang

syrung pump, melakukan pemeriksaan GDA,EKG, melakukan

informed consent.

b. Kegiatan produktif tidak langsung meliputi : pendokumentasian

askep,laporan dokter, telekomunikasi dengan ruangan lain,

pendatangan pasien baru, timbang terima pasien, persiapan dan

sterilisasi alat, melakukan intervensi alat Kesehatan, membuat

inventaris dan sentralisasi obat, mengatur visite dokter, memasukan

pemakaian alat ke status pasien, memasukan data adminiatrasi ke

computer, menyiapkan pasien yang akan pulang, mengantar resep

ke kamar obat, melakukan discharge planning. Memerikasa

kelengkapan status pasien, mengirim bahan pemeriksaan ke

laboratorium, menyiapkan pasang infus, menyiapkan perawatan

luka, menyiapkan pasang NGT, membimbing mahasiswa praktek,

berdiskusi tentang kasus pasien, melakukan verifikasi pemakaian

alat.

c. Kegiatan non produktif meliputi : datang,absensi, makan,

minum,mengobrol, main HP atau telepon pribadi, berganti pekayan

dan berhias, shalat, toileting, diam di nurse station. Pemakaian

waktu pelaksanaan kegiatan produktif perawat pada shift pagi dan

sore lebih banyak dibandingkan dengan shift malam. Menurut

Hendiani (2012) rata-rata pemakaian waktu pelakasanaan kegiatan

produktif pada shift pagi dan sore mencapai 74,16% sedangkan

shift malam sebanyak 34,03%.


38

7. Klasifikasi Beban Kerja

Menurut Munandar (2010), mengklasifikasikan beban kerja

kedalam faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan sebagai berikut.

a. Tuntutan Fisik

Kondisi kerja tertentu dapat mengahsilkan prestasi kerja

yang optimal dampaknya terhadap kinerja, kondisi fisik

berdampak pula terhadap Kesehatan mental seseorang tenaga

kerja. Kondisi fisik pekerja mempunyai pengaruh terhadap

kondisi dan psikologi seseorang. Dalam hal ini bahwa kondisi

ksehatan pegawai harus tetap dalam keadaan sehat melakukan

pekerjaan, selain istirahat yang cukup juga dengan dukungan

sarana tempat kerja yang nyaman dan memadai.

b. Tuntutan Tugas

Kerja shift atau kerja malam sering kali menyebabkan

kelelahan akibat beban kerja berlebihan. Beban kerja

berlebihan dan beban kerja terlalu sedikit dapat berpengaruh

terhadap kinerja. Beban kerja dapat dibedakan menjadi dua

kategori yaitu:

1) Beban kerja terlalu banyak atau sedikit kuantitaif yang

timbul akibat tugas.

2) Tugas yang terlalu banyak atau sedikit diberikan kepada

tenaga kerja untuk diselesaikan dalam waktu tertentu.


39

3) Beban kerja berlebihan atau terlalu sedikit kualitatif yaitu

jika orang merasa tidak mampu untuk melaksanakan

keterampilan dan atau potensi dari tenaga kerja.

4) Beban kerja terlalu sedikit dapat menyebabkan kurang

adanya ksemangatan dan motivasi yang rendah untuk kerja.

Karena akan merasa tidak berdaya untuk memperlihatkan

bakat dan keterampilan.

D. Hubungan Beban Kerja Dengan Tingkat Stres Kerja Perawat

Faktor yang mempengaruhi stress kerja pada perawat terbagi

menjadi enam bagian yaitu penyebab fisik,suhu dan kelembapan,beban

kerja,sifat pekerjaan,kebebasan,kesulitan. Seseorang yang mengelami

stress mempunyai perilaku mudah marah, murung, gelisah, cemas dan

semangat kerja yang rendah. Sehingga,Ketika seorang perawat terkena

stress maka kinerja dalam memberi pelayanan keperawatan akan menurun,

pada akhirnya akan mendatangkan keluhan dari pasien. Manifestasi dari

stress kerja perawat antara lain akibat karakterisasi pasien, pengkajian

terhadap pasien, dan aspek lingkungan kerja yang menganggu.

(Hikmawati, Maulana, and ... 2020)

Akibat negatif dari meningkatnya beban kerja adalah semakin

tinggi juga tingkat stress perawat. Banyaknya pekerjaan yang melebihi

kapasitas menyebabkan kondisi fisik perawat mudah Lelah dan mudah


40

tegang. Pelayanan keperawatan juga sangat kompleks, dimana

membutuhkan kemampuan secara teknis dan pengetahuan yang lebih.

Beban pekerjaan yang begitu banyak pemenuhan kebutuhan, penanganan

masalah dan pada akhirnya sangat menguras energi baik fisik ataupun

kemampuan kognitif. Kondisi perawat yang stress dengan adanya beban

kerja pekerjaan yang sudah berat hendaknya tidak ditambah lagi dengan

beban-beban lain di luar tugas sebagai perawat.


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Teori

Stres merupakan masalah umum yang terjadi dalam kehidupan

umat manusia. Hal ini dikarenakan stress sudah menjadi bagian hidup

yang tidak bisa terelakkan. Baik pada lingkungan kerja,keluarga,atau

dimanapun,stress bisa dialami oleh seseorang. Dengan kata lain, stress

pasti terjadi pada siapapun termasuk perawat dan akan menjadi masalah

apabila stress tersebut tidak bisa diatasi. Hal ini didukung oleh pendapat

Muatsiroh dan Siswati (2017). Bahwa salah satu pekerjaan yang rentan

mengelami resiko stress adalah perawat. Dalam melaksanakan

pengabdiaanya,seorang perawat tidak hanya berhubungan dengan

pasiennya tetapi juga dengan keluarga,pasien,teman pasien,rekan kerja

sesama perawat,berhubungan dengan dokter peraturan yang ada di tempat

kerja serta beban kerja yang kadangkala dinilai tidak sesuai dengan

kondisi fisik,psikis dan emosionalnya. (Alam, Suarni, and Sunarjo 2021)

Beban kerja merupakan hubungan antara tuntutan kerja yang

ditempatkan pada pekerjaan dengan jumlah waktu dan sumber daya

tertentu. Beban kerja menunjukkan sejauh mana pekerjaan merasa

terbebani dalam upaya mental,komleksitas kerja dan kecepatan

kerja.Beban kerja disebutkan sebagai prediktor paling penting dan

kelelahan dan stress, Beban kerja yang banyak menyebabkan penurunan

fungsi dan berkonstribusi pada cedera,beban kerja juga menyebabkan

fungsi dan berkontribusi pada cedera dan kesalahan,beban kerja juga


42

menyebabkan bertambahnya jam kerja yang Panjang memperpanjang

keterpaparan terhadap bahaya pekerjaan dan memperpendek periode

pemulihan. Sehingga beban kerja yang banyak sangat berpengaruh

terhadap terjadinya stress (Togatorop et al. 2021)

Faktor yang mempengaruhi stres kerja terbagi menjadi enam

bagian yaitu (1) penyebab fisik (kebisingan, kelelahan, pergeseran prestasi,

jetlag.), (2) Suhu dan kelembapan, (3) beban kerja, (4) sifat pekerjaan

(Situasi baru dan asing, ancaman pribadi, percepatan, ambiguitas, umpan

balik.), (5) kebebasan, dan (6) kesulitan.


43

Faktor yang
Stress kerja merupakan mempengaruhi stress
kondisi seseorang yang kerja perawat terbagi
berasal dari menjadi 6 macam
emosional,serta proses yaitu:
berfikir dan kondisi Stress
1. Penyebab fisik
seseorang,stress kerja kerja
2. Suhu dan
yang terlalu besar akan kelembapan
memberi efek ketidak 3. Sifat pekerjaan
mampuan untuk 4. Beban kerja
menghadapi lingkungan 5. Keberhasilan
atau menghadapi 6. kesulitan
pekerjaan

Ciri-ciri stress kerja:


1. Mudah marah
2. Putus asa
3. Merasa takut
4. Bingung
5. Mudah lupa
6. Cenderung berfikir negatif
7. mood berubah-ubah
8. merasa tidak memiliki cukup energi
9. sulit membuat keputusan

Dampak stress dibedakan dalam


tiga kategori yaitu:
1) Dampak Fisiologik
2) Dampak Psikologik
3) Dampak Perilaku

Skema 3.1 Kerangka Teori Penelitian


44

Sumber: Samiadji 2016,dalam (Erna 2020), Sunyoto (2013), Sari (2016) Priyono

(2014).

B. Kerangka Konsep

Kerangka kpnsep yaitu proses dari suatu realita agar dapat

dikomunikasikan dengan baik dan dapat membentuk suatu teori yang

menjelaskan adanya keterkaitan antar variabel. Baik variabel yang akan

diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam,2013).

Variabel Independen Variabel Dependen

Beban Kerja Tingkat Stres Kerja

Skema 3.2 Kerangka Konsep Penelitian

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pertanyaan yang diperlukan sebagai jawaban

sementara atas pertanyaan penelitian yang harus di uji kesahihanya secara

empiris (Nursalam,2015). Hipotesis dapat dipandang sebagai kesimpulan

yang sifatnya sangat sementara. Sehubungan dengan pendapat itu penulis

berkesimpulan bahwa hipotesis adalah merupakan suatu jawaban atau

dugaan sementara yang bisa di anggap benar dan bisa dianggap salah,

sehingga memerlukan pembuktiian dari kebenaran hipotesis tersebut

melalui penelitian yang akan dilakukan.

Ha : Ada hubungan beban kerja dengan tingkat stress kerja perawat

pelaksana di instalasi rawat inap RSI Ibnu Sina Padang.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan desain cross

sectional, dimana data yang terdiri dari variabel beban (beban kerja), dan

variabel terikat (tingkat stres kerja perawat pelaksana). Setiap objek

penelitian diukur atau dikumpulkan secara bersamaan dimana peneliti

ingin mengetahui hubungan beban kerja dengan tingkat stress kerja

perawat pelaksana.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah keseluruhan objek penelitian

atau objek diteliti (Notoatmodjo,2012). Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh perawat pelaksana di ruang rawat inap Ar-Raudhah,

Multazam, As-Shafa, Zam-Zam, An-Nisa, Al-Marwa di RSI Ibnu Sina

Padang dengan jumlah 70 orang perawat.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil dari keseluruhan

objek yang akan diteliti dianggap mewakili seluruh populasi

(Notoatmodjo,2017). Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah

perawat pelaksana di ruang rawat inap di RSI Ibnu Sina Padang.


46

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

Teknik total sampling adalah Teknik pengambilan sampel dimana

jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono,2011). Alasan

mengambil total sampling karena menurut (Sugiyono,2011) jumlah

populasi yang kurang dari 100, seluruh populasi dijadikan sampel

penelitian semuanya.

4. Kriteria Sampel

Adapun kriteria sampel dan penelitian ini sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

Menurut Notoatmodjo (2015), kriteria inkulusi adalah kriteria

dimana subjek penelitian mewakili sampel penelitian. Dalam

penelitian ini yang menjadi kriteria inklusi sebagai berikut

a) Perawat yang bersedia menjadi responden

b) Perawat yang berada ditempat saat dilakukan penelitian

c) Perawat yang tidak sedang sakit,izin dan cuti

d) Perawat dapat kooperatif dan mengikuti prosedur penelitian

sampai akhir.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan November 2021-Juli 2022 di

RSI Ibnu Sina Padang. Pengumpulan data akan direncanakan pada bulan

Agustus 2022.
47

D. Variabel dan Defenisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan

dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah beban kerja

sedangkan variabel dependen adalah tingkat stress.

2. Defenisi Operasional

Definisi operasional variabel adalah seperangkat petunjuk yang

lengkap tentang apa yang harus diamati dan mengukur suatu variabel

atau konsep untuk menguji kesempurnaan. Definisi operasional

variabel ditemukan item-item yang dituangkan dalam instrument

penelitian (Sugiyono,2014: dikutip dalam Edie Sugiarto,2016)


48

Table 4.1

Definisi Operasional

No Variabel Defenisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala


. operasional ukur
1. Variabel Beban kerja Kuesioner Angket 1.beban Ordin
independ yaitu terdiri dari kerja tinggi al
en beban seluruh 14 jika nilai ≥
kerja kegiatan pertanyaan. mean/
yang Pengukuran median
dilakukan menggunak 2.Beban
oleh an skala kerja
perawat di Likert yaitu rendah
suatu unit 1: Tidak jika nilai <
pelayanan Pernah mean/medi
keperawata 2: Kadang- an
n. Kadang
3: Sering
4: Sangat
Sering
2. Variabel Tingkat Kuesioner Angket 1.Tingkat Ordin
dependen stress Despressi terdiri dari stress berat al
Tingkat merupakan on 14 jika nilai ≥
stres suatu Anxienty pertanyaan mean/
tekanan Stres menggunak median
atau Scale an skala 2.Tingkat
sesuatu (DASS)- Likert stress
yang 42 yaitu: ringan jika
menekan 1:Tidak nilai <
dalam diri Pernah mean/
perawat 2: Kadang- median
dalam Kadang
pekerjaann 3: Sering
ya. 4: Selalu

E. Instrumen Penelitiaan

Instrument penelitian adalah alat alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo,2012). Instrument yang digunakan untuk

penelitian ini adalah yaitu menggunakan kuesioner:


49

Depression Anxiety Stress Scale (DASS) untuk tingkat stress dengan

pertayaan sebanyak 14 pertanyaan yang diberikan jawaban Tidak

Pernah (TP) bernilai 1, Kadang-Kadang (KK) bernilai 2, Sering (S)

bernilai 3, Sangat Sering (SS) bernilai 4. Sedangkan Beban kerja

perawat menggunakan kuesioner dengab 13 pertanyaan dengan skala

likert.

F. Etika Penelitian

Menurut (Nursalam,2013) masalah etika penelitian keperawatan

merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian mengingat

penelitian keperawatan berhubungan dengan manusia. Masalah etika

dalam penelitian yang harus diperhatikan adalah:

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Informed consent adalah persetujuan antara peneliti dengan

responden untuk menjadi responden penelitian dan mendatangani

lembar persetujuan tanpa paksaan dari peneliti maupun orang lain.

Tujuan dari Informed consent agar responden lebih percaya kepada

peneliti bahwa responden tidak akan dirugikan dan tetap menjaga

kerahasian informasi.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Anonimity adalah peneliti tidak mepaparkan nama responden, nama

responden hanya berupa inisial saja atau kode dalam bentuk angka atau

huruf. Sehingga identitas responden tetap terjaga dan tidak

terpublikasikan.
50

3. Kerahasiaan (Condidentiality)

Condidentiality adalah menjaga kerahasiaan informasi yang di

dapat dari responden. Informasi yang didapatkan hanya untuk

kepentingan penelitian tidak untuk disebarkan serta harus meminta izin

dari lokasi penelitian atau pihak yang berkepentingan. Dalam

penelitian ini peneliti menjelaskan kepada responden bahwa segala

informasi yang telah didapatkan dari responden tetap terjaga dan

terjamin dan tidak di publikasikan kepada umum.

4. Adil atau tidak membeda-bedakan (Justice)

Peneliti tidak membeda-bedakan responden selama proses

penelitian dilakukan. Responden akan mendapatkan perlakuan yang

sama sebelum maupun sesudah penelitian. Peneliti juga tidak

membeda-bedakan dari suku, ras,agama,budaya, dan status sosial

ekonomi.

G. Jenis dan Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer

meliputi beban kerja dan tingkat stress perawat yang diperoleh dengan

cara mengisi kuesioner.

2. Teknik pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada perawat Ruang Rawat Inap di

RSI Ibnu Sina Padang dengan cara beberapa tahap yaitu:

a. Tahap Persiapan
51

1) Peneliti memasukan surat permohonan izin penelitian pada

insitusi STIKes MERCUBAKTIJAYA.

2) Peneliti mangajukan surat permohonan izin ke RSI Ibnu Sina

Padang dan Diklat.

3) Peneliti mendapat izin, peneliti meminta izin ke RSI Ibnu Sina

Padang dengan Diklat pada tanggal 24 Januari 2022.

4) Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.

5) Peneliti memberikan informed consent kepada responden.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Peneliti memilih responden dalam penelitian ini sesuai dengan

kriteria inklusi dan kriteria ekslusi.

2) Peneliti berencana selama pengumpulan data,peneliti di bantu

oleh kepala ruangan dan enumerator 2 orang yang bertujuan

untuk memudah pengumpulan data.

3) Sebelum melakukan pengumpulan data peneliti

memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dari penelitian

serta meminta persetujuan untuk mengisi kuesioner.

4) Responden di minta untuk mendatangani informed consent

yang telah di sediakan sebagai bukti ketersediaanya.

5) Setelah melakukan persetujuan dan informed consent peneliti

menyatakan tentang isi kuesioner beban kerja terdiri dari 10

item pertanyaan dan kuesioner tingkat stress terdiri dari 25 item

pertanyaan.
52

6) Setelah semua kuesioner di isi dengan lengkap dan semua data

terkumpul kemudian di lakukan pengolahan data dan Analisa

data.

c. Tahap Terminasi

Mengucapkan terimakasih kepada responden dan enumerator

atas ketersediaan waktunya untuk ikut serta dalam penelitian ini.

H. Alur Penelitian

Skema 4.2 Alur Penelitian

Mulai Ajukan Judul ACC Judul

Mengurus surat izin Mengurus surat izin


Survey Awal penelitian ke RSI penelitian dari STIKes
Ibnu Sina Padang MERCUBAKTIJAYA

Apabila responden
Jelaskan kepada Meminta
bersedia menjadi
responden Tujuan Persetujuan
responden penelitian
Penelitian kepada
meminta untuk
responden
menandatangani
surat izin menjadi
responden.

Membagikan
Hasil Analisa Data
Kuesioner

Selesai
53

I. Teknik Pengelolahan Data

Pengolahan data adalah suatu kegiatan proses penataan data, karena

data hasil pengumpulan dalam rangkaian kegiatan penelitian masih

merupakan data kasar atau data dasar. Pengolahan data digunakan agar

data kasar atau data dasar tersebut dapat diorganisir,disajikan serta

dianalisis untuk kemudian ditarik suatu kesimpulan (Notoadmodjo,2010).

Pengolahan data dalam peneilitian ini dilakukan secara komputerisasi.

Setelah data terkumpul,dianalisi,kemudian data diolah dengan Langkah-

langkah sebagai berikut:

a) Pemeriksaan data (Editing)

Editing data adalaj proses melengkapi dan merapikan data yang telah

dikumpulkan dalam kuesioner. Editing kuesioner digunakan untuk

melengkapi data-data yang sudah diperoleh tetapi belum dituliskan

pada tempat yang telah disediakan dalam kuesioner.

b) Mengkode Data (Coding)

Coding adalah pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk

dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang di buat dalam

bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas

pada suatu informasi atau data yang akan dianalisis.

c) Memasukan Data (Entry Data)

Entry data adalah proses pemindahan data yang sudah diberi kode

kedalam suatu media yang mudah ditangani untuk pengolahan data


54

selanjutnya. Memasukkan data dapat dilakukan dengan cara

manual,media yang biasa digunakan adalah memasukkan jawaban

yang sudah ada dalam bentuk kode atau symbol tersebut kedalam

kartu.

d) Pembersihan data (Cleaning)

Cleaning adalah suatu proses pengecekakan kembali terhadap semua

data yang sudah terkumpul untuk melihat adanya kesalahan atau

tidak,sehingga data benar-benar siap untuk dianalisis.

e) Mentabulasi Data (Tabulating)

Tabulasi adalah Menyusun dan mengorganisir data sedemikian

rupa,sehingga akan dapat dengan mudah untuk dilakukan

penjumlahan,disusun dan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik.

J. Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisa univariat adalah analisis setiap variabel berdasarkan hasil

penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan karakteristik setiap

variabel penelitian ( Notoatmodjo, 2017). Analisa data yang dilakukan

dengan menganalisis setiap variabel yang diteliti adalah variabel

independent yaitu beban kerja terhdap variabel independen yaitu

tingkat stress. Analisa data menggunakan deskriktif berupa distribusi

dan frekuensi masing-masing variabel.

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat adalah Analisa yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi


55

(Notoatmodjo,2017). Pada penelitian ini Analisa bivariat digunakan

untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dengan tingkat stress

dengan menggunakan uji chi-square untuk melihat hubungan variabel

dependen dan independent dengan derajat kepercayaan 95% (α=0,05).

Uji statistik ini diolah menggunakan komputerisasi. Hasil dari Analisa

tersebut jika nilai p value ≤0,05 maka Ha diterima berarti ada

hubungan beban kerja dengan tingkat stress (Notoatmodjo,2017).


56
DAFTAR PUSTAKA

Alam, Putri Fitrah, Waode Suarni, and Ida Sriwaty Sunarjo. 2021. “Beban Kerja
Dan Stres Kerja Perawat.” Jurnal Sublimapsi 2(1): 10.
Amalia, U, R. Suwenda, W. & Bagia, W. (2016). Pengaruh Stres Kerja dan
Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Bisma Universitas
Pendidikan Ganesha. Vol 4.
Dwiyana, N, A Sastria, and ... 2021. “Hubungan Stres Kerja Dan Beban Kerja
Dengan Kepuasan Kerja Perawat Di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.”
JIKI Jurnal Ilmiah … 9.
Fahrepi, R. (2019). Stres Kerja Perawat (Penyebab dan Indikasinya). Ponorogo
Jawa Timur Indonesia: WADE GROUP
Hidayat, A. A. (2019). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika.
Hikmawati, A N, N Maulana, and ... 2020. “Beban Kerja Berhubungan Dengan
Stres Kerja Perawat.” Jurnal Ilmiah … 2(3): 95–102.
Kepada, D., Psikologi, F., Memenuhi, G., Dari, S., Untuk, P., Gelar, M.,
Psikologi, S., & Psikologi, P. S. (2018). Hubungan antara beban kerja
dengan stres kerja pada perawat di rumah sakit advent bandung. 14(1), 1–7.
Mariana, Evi Risa, Agustine Ramie, and Muhammad Irfan Sidik. 2021.
“LITERATURE REVIEW Politeknik Kesehatan Banjarmasin , Kalimantan
Selatan , Indonesia Email : Mevirisa@gmail.Com Abstract Abstrak.”
1(November): 158–68.
Munandar, A. (2009). Psikologis Industri dan Organisasi edisi 1. Jakarta: UI
Press.
Pelaksana, Perawat, D I Ruang, Rawat Inap, and Rumah Sakit. 2019. “Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Stres Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bethesda Gmim Tomohon.” Kesmas 8(3):
1–18.
Perawat, Yayasan, Sulawesi Selatan, and Stikes Panakkukang Makassar. 2019.
“Astuti 15.01.004.”
Putri, L. (2021). Hubungan Beban Kerja dengan Tingkat Stres Perawat.
Nusantara Hasana Journal, 1(1), 95–101.
Rewo, Kristina Natalya, Rina Puspitasari, and Lastri Mei Winarni. 2020. “Cross
Sectional .” (September): 2–10.
Saefullah, E. (2017). Pengaruh Beban Kerja dan Stres Kerja Terhadap
Produktivitas Kerja Karyawan. Jurnal AKADEMIKA. Vol 15. No 2.
2

Setiyo Utomo. (2019). Pengaruh Beban Kerja Dan Stres Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan Pada Pt. Mega Auto Central Finance Cabang Di Langsa.
Parameter, 4(2), 670–678. https://doi.org/10.37751/parameter.v4i2.37
Notoatmodjo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rinkes Cipta.
Notoatmodjo, S. (2015). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Sunarti, E., Supriyati, S., & Junaidi, J. (2021). Hubungan Antara Beban Kerja
Dengan Stres Kerja Pada Perawat Pelaksana Ruang Rawat Inap. Jurnal
Psikologi Malahayati, 3(1), 20–27. https://doi.org/10.33024/jpm.v3i1.3448
(Sholikhah et al., 2021)Sholikhah, M., Prasetyo, J., Aziz, A. N., Keperawatan, M.
S., Bahrul, S., Jombang, U., & Keperawatan, D. S. (2021). Hubungan Beban
Kerja Dengan Stres Kerja Terhadap Kinerja Perawat Di Igd. JURNAL
EDUNursing, 5(1).
Sunyoto, Danang. 2013 Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Caps.
Togatorop, Agustinawati et al. 2021. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Tingkat Stres Pada Perawat Rawat Iap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Medan.” 7(2): 1409–23.
Trihastuti, E. 2016. Pengaruh Kepemimpinan Motivasi dan Beban Kerja Terhadap
Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Ruang
Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit X Surabaya. Skripsi Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya. 41-42.

Anda mungkin juga menyukai