Anda di halaman 1dari 12

e-ISSN:2528-665X;Volume 5;No.

1(February,2020): 380-391 Jurnal Human Care

HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA


DENGAN STRES KERJA PERAWAT RUANGAN ICU DAN IGD

Isna Aglusi Badri 1


Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Email : isna_loushe@yahoo.co.id

ABSTRAK
Stres kerja adalah suatu bentuk tanggapan seseorang, baik fisik maupun mental terhadap
suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya
terancam. Stres kerja perawat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, kelebihan beban kerja,
organisasi dan individu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan beban kerja dan
lingkungan kerja dengan stres kerja perawat ICU dan IGD di Rumah Sakit Harapan Bunda dan
Rumah Sakit Camatha Sahidya Kota Batam. Penelitian ini menggunakan rancangan cross
sectional. Sampel dalam penelitian sebanyak 47 perawat. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah secara total sampling Hasil penelitian adalah perawat yang memiliki beban
kerja berat sebanyak 55,3%, perawat memiliki lingkungan yang baik 53,2% dan perawat y ang
mengalami stres kerja berat sebanyak 53,2%. Setelah dilakukan uji statistik didapatkan
hubungan bermakna antara beban kerja dan lingkungan kerja dengan stres kerja perawat
(p<0.05). Manajemen Rumah Sakit Harapan Bunda dan Rumah Sakit Camatha Sahidya
diharapkan untuk lebih meningkatkan lingkungan kerja yang kondusif, optimalkan sarana dan
prasarana dan meningkatkan hubungan interpersonal yang baik dengan perawat.

Kata Kunci : Stres kerja, Beban kerja, Lingkungan kerja

ABSTRACT

Job stress is a person response, both physically and mentally for a environment changing
that is fell disruptive and make his / her being threatened. Job stress of nurses are effeted
environmental factors, excessive workloads, organizations and individuals.This study aims to
examine the relationship of workload and job stress with work environment of nursing staf ICU
and IGD at Harapan Bunda Hospital and Camatha Sahidya Hospital. This study used cross
sectional design. The sample consisted of 47 nurses. The sampling technique was total
sampling. The result showed heavy workload proportion in 53,3%, good enviroment proportion
in 53,2% and severe job stress proportion in 53,2%. There is significant relationship between
workload and work environment with nurse job stress (p<0,05). Management of Harapan
Bunda Hospital and Camatha Sahidya Hospital need move improve the condition of work
environment,optimize the infrastructure and improve interpersonal relationships with nurses.

Keywords : Job stress, Workload, Work environment

380
e-ISSN:2528-665X;Volume 5;No.1(February,2020): 380-391 Jurnal Human Care

PENDAHULUAN tanggung jawab perawat di ruang kritis dan gawat


darurat cukup berat, baik terhadap klien, keluarga
Rumah Sakit merupakan salah satu bentuk dan dokter. Hal ini perlu kesiapan mental, fisik,
sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh pengetahuan dan keterampilan yang tinggi.
pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi Sedangkan menurut Nur’aini (2007) bekerja di
untuk melakukan upaya pelayanan kesehatan ruang kritis dan gawat darurat membutuhkan
dasar, kesehatan rujukan dan upaya kesehatan kecekatan, keterampilan dan kesiagaan setiap
penunjang. Keberhasilan suatu rumah sakit dalam saat. Hal ini dikarenakan tingkat keter- gantungan
menjalankan fungsinya ditandai dengan adanya pasien di ruang kritis dan gawat darurat adalah
peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit. Mutu sebagian sampai dengan ketergantungan total.
pelayanan Rumah Sakit sangat dipengaruhi oleh Pasien harus selalu diobservasi setiap jam bahkan
beberapa faktor. Faktor yang paling dominan lebih sering lagi. Keadaan tersebut dapat
adalah sumber daya manusia (Departemen menyebabkan stres kerja di ruang kritis dan gawat
Kesehatan RI, 2001). darurat.

Sumber daya manusia merupakan sumber Menurut Sri (2006) perawat juga harus
daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu sanggup mengatasi stres karena dalam dunia
secara efisien dan efektif serta dapat digunakan keperawatan tidak boleh melakukan kekeliruan
secara maksimal sehingga tercapai tujuan sedikitpun. Perawat dalam melakukan
bersama sebuah perusahaan. Menurut Wijaya, pekerjaannya harus dapat menyesuaikan diri agar
dkk (2006) banyak jenis pekerjaan yang harus dapat melaksanakan pekerjanya tanpa
dipantau selama 24 jam salah satunya adalah mengorbankan mutu pekerjanya. Selanjutnya
layanan rumah sakit. Perawat merupakan salah menurut Danang (2009) perawat bertanggung
satu pekerjaan yang memberikan pelayanan di jawab terhadap tugas fisik, administratif dan
rumah sakit dalam waktu 24 jam. Menurut Hamid menghadapi keluhan klien dalam menjalani
(2001) pekerja kesehatan rumah sakit yang proses keperawatan seperti kecemasan,
terbanyak adalah perawat yang berjumlah sekitar ketegangan, kejenuhan klien dan keluarga dalam
60% dari tenaga kesehatan yang ada di rumah kondisi sakit kritis atau keadaan terminal.
sakit. Perawat merupakan ujung tombak
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Perawat di Faktor penyebab stres yang bersumber dari
rumah sakit bertugas pada pelayanan rawat inap, tekanan psikologis tersebut, rentannya kondisi
rawat jalan atau poliklinik dan pelayanan gawat perawat terhadap stres kerja dapat juga
darurat. Menurut Departemen Kesehatan RI disebabkan oleh beberapa factor yang bersumber
(2001) pelayanan kesehatan meliputi pendekatan pada pekerjaan itu sendiri, faktor yang bersumber
bio-psiko-sosial-spiritual yang dari organisasi tempat bekerja dan faktor
berkesinambungan. eksternal di luar pekerjaan seperti lingkungan,
keluarga, peristiwa krisis dalam kehidupan dan
Adanya tuntutan idealisme profesi menurut lain-lain ( Grenserg, 2002). Salah satu faktor yang
Perancis et al dalam Mark & Smith (2011) bersumber pada pekerjaan diantaranya beban
menerangkan bahwa perawat setiap hari dapat kerja. Beban kerja adalah semua pekrjaan yang
terkena stres, yaitu konflik dengan dokter, ditanggung oleh pekerja untuk menyelesaikan
diskriminasi, beban kerja yang tinggi, pekerjaannya (Depkes RI, 2003).
menghadapi pasien, kematian dan keluarga
pasien. Perawat dihadapkan dengan tugas kerja Beberapa faktor yang mempengaruhi
yang berbeda, bekerja dengan shift, kondisi kerja, munculnya stres kerja perawat ruang kritis dan
situasi terkait stres, penderitaan, dan kematian gawat darurat antara lain : kelebihan beban kerja,
pasien. jumlah dan tingkat ketergantungan pasien,
tuntutan pelayanan menjadi perawat professional,
Berdasarkan keterangan dari Diklat Rumah tingkat pendidikan, pengalaman sebelumnya
Sakit PHC Surabaya (2007) bahwa tugas dan
381
e-ISSN:2528-665X;Volume 5;No.1(February,2020): 380-391 Jurnal Human Care

dengan stres, kepribadian perawat dan Stres kerja dalam jangka pendek dibiarkan
mekanisme koping (Potter dan Perry , 2005) begitu saja tanpa penanganan yang serius
membuat karyawan menjadi tertekan, tidak
Faktor stres yang sering dialami karyawan termotivasi dan frustasi menyebabkan karyawan
adalah berada dalam lingkungan kerja yang tidak bekerja tidak optimal sehingga kinerjanya pun
kondusif dan tidak baik karena lingkungan kerja akan terganggu sedangkan dalam jangka panjang,
sangat mempengaruhi akan kinerja dan karyawan yang tidak dapat menahan stres kerja
performance yang baik. Jika karyawan berada maka ia tidak mampu lagi bekerja. Pada tahap
dalam lingkungan yang tidak mendukung contoh yang semakin parah, stres bisa membuat
sistem kerja dan manajemen kantor yang tidak karyawan menjadi sakit atau bahkan akan
cocok dengan kepribadian karyawan, maka akan mengundurkan diri (turnover) (Robbins, 2008)
menimbulkan hambatan jalinan kekerabatan
antara atasan dan rekan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan beban kerja dan
Menurut survei di Perancis ditemukan bahwa lingkungan kerja dengan stres kerja perawat
persentase kejadian stres sekitar 74% dialami ruangan ICU dan IGD di Rumah Sakit Harapan
perawat. Berdasarkan penelitian Mealer perawat Bunda dan Rumah Sakit Camatha Sahidya Kota
ICU juga rentan mengalami Post Traumatic Batam.
Stress Disorder (PTSD) dibandingkan dengan
perawat umum yang mana didapatkan hasil METODE PENELITIAN
bahwa dari 121 responden dari perawat umum
terdapat 17 responden (14%) yang mengalami Penelitian ini menggunakan desain penelitian
PTSD sedangkan dari 230 perawat ICU, terdapat Cross sectional corelasi, merupakan rancangan
54 responden (24%) yang mengalami PTSD penelitian dengan melakukan pengamatan pada
(Mealer, M. L 2007). Sedangkan di Indonesia saat bersamaan dimana peneliti akan melihat
menutut hasil penelitian yang dilakukan oleh hubungan beban kerja dan lingkungan kerja
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dengan stres kerja perawat ICU dan IGD di
tahun 2006 terdapat 50,9 % perawat mengalami Rumah Sakit Harapan Bunda dan Rumah Sakit
stres dengan keluhan sering merasa pusing, lelah, Camatha Sahidya Kota Batam. Populasi dari
tidak ada istirahat, beban kerja yang terlalu tinggi penelitian ini adalah seluruh perawat ICU dan
dan pekerjaan yang menyita waktu. IGD di Rumah Sakit Kota Batam sedangkan
sampel dari penelitian adalah perawat ICU dan
Berdasarkan hasil wawancara pada perawat IGD di Rumah Sakit Harapan Bunda dan Rumah
di Rumah Sakit Tipe C Kota Batam tersebut pada Sakit Camatha Sahidya Kota Batam. Teknik
hari Selasa tanggal 7 April 2015 didapatkan pengambilan sampel adalah total sampling dan
bahwa perawat ruang ICU mengatakan selama jumlah sampel adalah sebanyak 47 orang. Alat
jam kerja harus mengobservasi pasien secara yang digunakan untuk mengumpulkan data
ketat, melakukan perawatan total yang diperlukan adalah lembar kuesioner yang diisi oleh Perawat
pasien selama jam kerja dengan beragam yang ada di ruangan ICU dan IGD. Pengolahan
pekerjaan yang harus dikerjakan serta belum data dilakukan dengan proses editing, coding,
semua perawat memiliki ketrampilan sesuai scoring, entry data, tabulating dan cleaning.
kompetensi yang ada di ruang ICU. Selanjutnya
berdasarkan hasil wawancara dengan perawat HASIL DAN PEMBAHASAN
IGD mengatakan bahwa pada saat banyak pasien,
sering kekurangan tenaga perawat sehingga Tabel 1
pekerjaan meningkat. Hal tersebut mengakibatkan Distribusi Frekuensi Karakterisktik Perawat di
perawat sering mengalami mudah marah, mudah Ruangan ICU dan IGD Rumah Sakit Harapan
tersinggung, menurunnya konsentrasi dalam Bunda dan Rumah Sakit Camatha Sahidya Batam
bekerja, kehilangan nafsu makan dan nyeri Tahun 2015 (n=47)
pinggang serta punggung.
382
e-ISSN:2528-665X;Volume 5;No.1(February,2020): 380-391 Jurnal Human Care

No Karakteristik Perawat F % Distribusi Frekuensi Lingkungan Kerja Perawat


1 Jenis Kelamin di Ruangan ICU dan IGD Rumah Sakit Harapan
Laki-laki 20 43 Bunda dan Rumah Sakit Camatha Sahidya Batam
Perempuan 27 57
2 Umur Tahun 2015 (n=47)
Remaja akhir (17-25 tahun) 24 51
Dewasa awal (26-35 tahun) 21 45 No Lingkungan Kerja F %
Dewasa akhir (36-45 tahun) 2 4 1 Lingkungan Kerja Fisik
Kurang Baik 22 46,8
3 Pendidikan Baik 25 53,2
D-III Keperawatan 47 100
S-1 Keperawatan 0 0 2 Lingkungan Kerja Non
Total 47 100 Fisik
Tabel 1 menunjukkan bahwa jenis kelamin Kurang Baik 22 46,8
perawat di ruangan ICU dan IGD Rumah Sakit Baik 25 53,2
Total 47 100
Harapan Bunda dan Rumah Sakit Camatha
Sahidya Batam tahun 2015 adalah lebih dari
Tabel 3 menunjukkan untuk lingkungan
sebagian perawat perempuan (57%). Perawat
fisik dan lingkungan non fisik adalah lebih dari
sebagian pada masa remaja akhir (17-25 tahun)
setengah persepsi perawat lingkungan kerja
yaitu sebanyak 51%. Sedangkan untuk
adalah baik (53,2%).
pendidikan, semuanya perawat miliki latar
pendidikan D-III Keperawatan (100%).
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Stres Kerja Perawat di
Ruangan ICU dan IGD Rumah Sakit Harapan
Beban Kerja Perawat
Bunda dan Rumah Sakit Camatha Sahidya Batam
Tabel 2
Tahun 2015 (n=47)
Distribusi Frekuensi Beban Kerja Perawat di
Ruangan ICU dan IGD Rumah Sakit Harapan
No Stres Kerja F %
Bunda dan Rumah Sakit Camatha Sahidya Batam
Tahun 2015 (n=47) 1 Ringan 22 46,8
2 Berat 25 53,2
No Beban Kerja F % Total 47 100
1 Beban Kerja
Langsung Tabel 4 menunjukkan bahwa stres kerja
Ringan 21 44,7 perawat lebih dari setengah perawat
Berat 26 55,3 mengalami stres kerja berat ( 53,2% ).
2 Beban Kerja Tidak
Langsung Analisa Bivariat
Ringan 21 44,7 Tabel 5
Berat 26 55,3 Hubungan Beban Kerja Dengan Stres Kerja
Total 47 100 Perawat di Ruangan ICU dan IGD Rumah Sakit
Harapan Bunda dan Rumah Sakit Camatha
Sahidya Batam Tahun 2015 (n=47)
Tabel 2 menunjukkan bahwa persepsi
perawat lebih dari setengah beban kerja langsung Stres Kerja
dan beban kerja tidak langsung perawat adalah Variabel Kategorik Ringan Berat p value
f % f %
berat (55,3%). Beban Ringan 15 71,4 6 28,6
Kerja 0,006*
Langsung Berat 7 26,9 19 73,1

Lingkungan Kerja Perawat Beban Ringan 15 71,4 6 28,6


Kerja
Tabel 3 Tidak Berat 7 26,9 19 73,1 0,006*
langsung

383
e-ISSN:2528-665X;Volume 5;No.1(February,2020): 380-391 Jurnal Human Care

* bermakna pada α = 0,05 memiliki stres kerja ringan (64,0%). Hasil uji
Chi-square menunjukkan p = 0,026 OR 0,211
Tabel 5 didapatkan bahwa mayoritas (95% CI 0,06-0,73) artinya ada hubungan yang
perawat yang beban kerja langsung ringan bermakna antara lingkungan kerja fisik dengan
memiliki stres kerja yang ringan (71,4%), stres kerja. Lingkungan kerja fisik kurang baik
mayoritas perawat yang beban kerja langsung mempunyai peluang 0,2111 kali untuk stres
berat memiliki stress kerja yang berat (73,1%). ringan dibandingkan dengan lingkungan kerja
Hasil uji Chi-square menunjukkan nilai p = 0,006 fisik kurang baik.
OR 6,786 (95% CI 1,88-24,49) artinya ada Lingkungan kerja non fisik perawat yang
hubungan yang bermakna antara beban kerja kurang baik yang mengalami stres kerja berat
langsung dengan stres kerja. Beban kerja (72,7%), mayoritas perawat yang lingkungan
langsung yang berat mempunyai peluang 6,786 kerja non fisik perawat baik memiliki stres kerja
kali untuk stres berat dibandingkan dengan beban ringan (64,0%). Hasil uji chi-square
kerja langsung ringan. menunjukkan p = 0,026 OR 0,211 (95% CI 0,06-
Beban kerja tidak langsung didapatkan 0,73) artinya ada hubungan yang bermakna antara
mayoritas perawat yang beban kerja tidak lingkungan kerja non fisik dengan stres kerja.
langsung ringan memiliki stres kerja yang ringan Lingkungan kerja non fisik kurang baik
(71,4%), mayoritas perawat yang beban kerja mempunyai peluang 0,211 kali untuk stres ringan
tidak langsung berat memiliki stress kerja yang dibandingkan dengan lingkungan kerja non fisik
berat (73,1%). Hasil uji Chi-square menunjukkan kurang baik.
nilai p = 0,006 OR 6,786 (95% CI 1,88-24,49) Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
artinya ada hubungan yang bermakna antara bahwa beban kerja langsung dan beban kerja
beban kerja tidak langsung dengan stres kerja. tidak langsung perawat sebagian besar beban
Beban kerja tidak langsung berat mempunyai kerja berat (55,3%). Penelitian ini berbanding
peluang 6,786 kali untuk stres berat dibandingkan terbalik dengan penelitian Syamsir tahun 2007 di
dengan beban kerja tidak langsung ringan. Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makasar
didapatkan beban kerja perawat sebagian besar
Tabel 6 beban kerja ringan (63,5%). Sedangkan menurut
Distribusi Frekuensi Hubungan Lingkungan penelitian Supardi di Rumah Sakit TK II Putri
Kerja Dengan Stres Kerja Perawat di Ruangan hijau Kesdam Medan sebagian besar perawat
ICU dan IGD Rumah Sakit Harapan Bunda dan mengalami stres sedang (63,9%). Menurut
Rumah Sakit Camatha Sahidya Batam Tahun penelitian Haryanti 2013 di Instalasi Gawat
2015 (n=47) Darurat Rumah Sakit Semarang didapatkan beban
kerja tinggi yaitu sebanyak 27 responden
Stres Kerja (93,1%).
Variabel Kategorik Ringan Berat p value Pada penelitian ini didapatkan bahwa
No
F % F % perawat mengatakan merasa terbebani dengan
1 Lingkungan Kurang 6 27,3 16 72,7
baik 0,026* pekerjaannya seperti harus melakukan observasi
kerja fisik Baik 16 64,0 9 36,0 pasien secara ketat selama jam dinas. Sementara
jumlah pasien yang berkunjung banyak sehingga
2 Lingkungan Kurang 6 27,3 16 72,7 perawat kekurangan tenaga dibangingkan dengan
baik pasien yang kritis yang harus diberikan asuhan
0,026*
Kerja non Baik 16 64,0 9 36,0
fisik keperawatan. Selain itu perawat juga melakukan
* bermakna pada α = 0,05 pekerjaan yang beragam untuk keselamatan
pasien.
Tabel 6 menunjukkan bahwa lingkungan Beban kerja memberikan gambaran
kerja fisik perawat yang kurang baik yang terhadap terjadinya stres kerja yang berbeda
mengalami stres kerja berat (72,7%), mayoritas dimana setiap kita memiliki batasan ukuran
perawat yang lingkungan kerja fisik perawat baik kemampuan dalam bekerja, bila beban terlalu
ringan maka timbul kebosanan dan bila terlalu
384
e-ISSN:2528-665X;Volume 5;No.1(February,2020): 380-391 Jurnal Human Care

berat akan menimbulkan kelelahan yang Rumah Sakit Banjarbaru didapatkan perawat
berpengaruh terhadap stres kerja (Cooper, 1983). sebagian besar mengalami stress kerja sedang
Faktor yang mempengaruhi beban kerja (50,85%). Menurut penelitian Haryanti 2013 di
perawat adalah kondisi pasien yang selalu Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Semarang
berubah, jumlah rata-rata jam perawatan yang didapatkan stres kerja perawat adalah stres
sudah dibutuhkan untuk memberikan pelayanan sedang (82,8%).
langsung pada pasien melebihi dari kemampuan Pada penelitian ini didapatkan bahwa lebih
seseorang, keinginan untuk berprestasi kerja, dari sebagian (66,6%) perawat merasa tertekan
tuntutan pekerjaan tinggi serta (Munandar, 2008). dengan pekerjaannya. Hal ini disebabkan oleh
Hal ini sejalan dengan penelitian Supardi (2007) pekerjaan yang banyak dan tidak sesuai dengan
didapatkan bahwa kondisi kerja melibatkan rencana karena lebih dari sebagian perawat
kontribusi paling besar terhadap terjadinya stress (53,2%) perawat mengatak kalau berganti-ganti
kerja. rencana. Perasaan tertekan yang dirasakan oleh
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar perawat membuat perawat
bahwa lingkungan kerja fisik dan lingkungan non kehilangan konsentrasi dalam melakukan
fisik sebagian besar memiliki lingkungan baik pekerjaan. Jumlah kunjungan yang sekarang
(53,2%). Menurut penelitian Nur Abib Asriyanto sudah meningkat membuat perawat tidak cukup
tahun 2013 di CV Kalika Intergraha di Semarang waktu untuk menyelesaikan pekerjaan seperti
bahwa sebagian besar lingkungan baik baik pembuatan asuhan keperawatan yang lengkap.
(64%). Sedangkan menurut penelitian Laila Berdasarkan dengan hasil kuesioner juga
Mutia Heriani tahun 2007 di PT Persero Unit dapat dilihat bahwa lebih dari sebagian perawat
Pelayanan Blimbing Malang bahwa sebagian merasa merasa kecewa dengan hasil
besar lingkungan kerja sedang (75%). pekerjaannya. Sebagian besar (76,6%) merasa
Setiap karyawan dituntut untuk dapat jenuh dengan pekerjaannya. Kejenuhan yang
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jabatan dirasakan perawat karena perawat yang berada di
yang dipegang dan beradaptasi dengan ruangan ICU dan IGD sering melakukan
lingkungan serta rekan kerja yang memiliki pekerjaan yang terlalu menoton seperti
karakter berbeda-beda. Interaksi antara individu mengontrol TTV pasien dengan jarak waktu yang
dalam lingkungan kerja dapat menimbulkan singkat.
dampak negative yang memicu terjadinya konflik Secara gejala biologis perawat di ruangan
dan masalah dalam pekerjaan dan dampak positif ICU dan IGD Rumah Sakit Harapan Bunda dan
yaitu terciptanya kondisi lingkungan kerja yang Rumah Sakit Camatha Sahidya Kota Batam juga
dinamis karena adanya penyesuaian terhadap merasakan hal-hal yang memicu untuk terjadinya
tantangan dalam lingkungan internal organisasi stres kerja. Lebih dari sebagian perawat merasa
dan eksternal karena pengaruh globalisasi, sakit perut/nyeri pada perut saat melakukan
ledakan informasi melalui teknologi, obsesi pekerjaan dan merasa otot kaku saat / setelah
kualitas, yang dapat menimbulkan terjadinya melakukan pekerjaan. Lebih dari sebagian
konflik di tempat kerja (Anatan, 2009). perawat juga merasakan kehilangan nafsu makan
Lingkungan kerja yang buruk berpotensi sebelum / sesudah melakukan pekerjaan dan perut
menjadi penyebab karyawan mudah jatuh sakit, terasa mulas, tegang dan kembung saat
mudah stress, sulit berkosentrasi dan menurunnya melakukan pekerjaan. Selain itu lebih dari
produktivitas kerja. Jika ruangan kerja tidak sebagian perawat merasa nyeri punggung, nyeri
nyaman, panas, cahaya, suhu, udara terpolusi, pinggang, betis terasa pegal dan persendian terasa
ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja sakit setelah melakukan pekerjaan.
kurang bersih akan berpengaruh terhadap kerja Dilihat dari gejala sosial perawat di ruangan
karyawan. ICU dan IGD Rumah Sakit Harapan Bunda dan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan Rumah Sakit Camatha Sahidya Kota Batam
bahwa sebagian besar perawat (53,2%) sering mengeluh mudah tersinggung sehingga
mengalami stres berat. Sedangkan menurut perawat merasa adanya ketegangan dalam
penelitian Sukma Noor Akbar tahun 2013 di
385
e-ISSN:2528-665X;Volume 5;No.1(February,2020): 380-391 Jurnal Human Care

berinterkasi dengan tim kesehatan lain. Perawat Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
juga mudah marah tanpa sebab yang berarti. bahwa perawat yang beban kerja langsung dan
Stres merupakan respon tubuh yang bersifat beban kerja tidak langsung berat dengan stres
tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban kerja tinggi sebanyak 19 perawat (73,1%).
atasnya. Stres dapat muncul apabila seseorang Perawat yang beban kerja langsung dan beban
mengalami beban atau tugas berat dan orang kerja tidak langsung ringan dengan stres kerja
tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang ringan sebanyak 15 perawat (71,4%).
dibebankan. Tubuh akan berespon dengan tidak Pada penelitian ini beban kerja langsung
mampu terhadap tugas tersebut sehingga orang didapatkan sebagian perawat mengatakan bahwa
tersebut dapat mengalami stres kerja (Hidayat, merasa terbebani saat mengobservasi pasien
2011). Stres kerja perawat dapat terjadi apabila secara ketat selama jam kerja. Walaupun itu
perawat dalam bertugas mendapatkan beban kerja merupakan salah satu pekerjaannya sebagai
yang melebihi kemampuannya sehingga perawat seorang perawat namun perawat di ruangan ICU
tersebut tidak mampu memenuhi atau dan IGD merasa berat untuk mengerjakan. Selain
menyelesaikan tugasnya, maka perawat tersebut harus melakukan observasi pasien secara ketat,
dikatakan mengalami stres kerja. Manifestasi dari perawat juga harus banyak melakukan pekerjaan
stres kerja perawat antara lain akibat karakterisasi demi keselamatan pasien. Pekerjaan yang
pasien, pengkajian terhadap pasien, dan aspek dilakukan bukanlah pekerjaan yang mudah karena
lingkungan kerja yang mengganggu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh perawat
langkah awal dalam menangani masalah-masalah yang ada di ICU dan IGD merupakan pekerjaan
yang datang mengenai tingkat kepadatan ruangan atau tindakan yang akan menyelatkan pasien. Hal
emergency, efisiensi pelaksanaan tugas, serta ini dapat dilihat dari hasil kuesioner bahwa
adanya tuntutan untuk menyelamatkan pasien tindakan tersebut merupakan beban kerja yang
(Levin et al, 2004). harus dilakukan oleh perawat.
Apabila stres mencapai titik puncak yang Dilihat dari beban kerja tidak langsung
kira-kira sesuai dengan kemampuan maksimum perawat didapatkan bahwa perawat merasa tidak
kinerja karyawan maka pada titik ini stres mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan. Perawat
tambahan cenderung tidak menghasilkan merasa sulit bukannya kurang ilmu pengetahuan
perbaikan kinerja selanjutnya bila stres yang namun karena pengalaman yang sedikit saat
dialami karyawan terlalu besar, maka kinerja berdinas di ruangan ICU dan IGD. Sebagian
akan mulai menurun, karena stres tersebut perawat mengatakan bahwa penempatan kerja
mengganggu pelaksanaan kerja karyawan dan langsung ditempatkan di ruangan ICU dan IGD
akan kehilangan kemampuan untuk setelah mengalami orientasi.
mengendalikannya atau menjadi tidak mampu Perawat merasa beban kerja yang
untuk mengambil keputusan dan perilakunya dibebakan kepada perawat terlalu besar dan sulit
menjadi tidak menentu. Akibat yang paling untuk mereka lakukan sehingga perawat lebih
ekstrim adalah kinerja menjadi nol, karyawan cendrung mengalami stres kerja. Menurut
mengalami gangguan, menjadi sakit dan tidak perawat pemimpin kurang memperhatikan dan
kuat lagi untuk bekerja, menjadi putus asa, keluar kurang memberi dukungan dalam menyelesaikan
atau menolak bekerja (Munandar, 2008). pekerjaan. Lebih dari sebagian perawat
Stres dapat terjadi pada hampir semua mengatakan bahwa komunikasi dengan pimpinan
pekerja, baik tingkat pimpinan maupun dan karyawan lainnya kurang. Selain komunikasi
pelaksana. Kondisi kerja yang lingkungannya perawat juga mengatakan belum pernah
tidak baik sangat potensial untuk menimbulkan mengikuti pelatian yang terkait dengan perawatan
stres bagi pekerjanya. Stres dilingkungan kerja yang diberikan di ruangan IGD dan ICU seperti
memang tidak dapat dihindarkan, yang dapat pelatihan PPGD, BTCLS dan pelatihan lainnya
dilakukan adalah bagaimana mengelola, yang berhubungan dengan penanggan pasien.
mengatasi atau mencegah terjadinya stres Dilihat dari jumlah kunjungan dan jumlah
tersebut, sehingga tidak menganggu pekerjaan perawat yang berdinas sering tidak sesuai.
(Notoatmodjo, 2002). Dimana untuk perawat yang berdinas di ruangan
386
e-ISSN:2528-665X;Volume 5;No.1(February,2020): 380-391 Jurnal Human Care

IGD harus dihadapkan dengan pasien yang Hal yang sama juga harus dilakukan oleh
beraneka ragam. Mulai dari pasien demam tinggi, perawat yang dinas di ruangan ICU Rumah Sakit.
keracunan, sesak nafas, kecelakaan lalu lintas dan Pasien yang dirawat di ruangan ICU adalah
lainnya. Sementara pasien dilihat dari tingkat pasien yang membutuhkan tindakan resusitasi
ketergantungannya ada yang selfcare, partial jangka panjang yang meliputi dukungan hidup
cara dan totalcare. Sebagaimana didapatkan untuk fungsi-fungsi vital seperti airway ( fungsi
bahwa pasien yang banyak datang adalah pasien jalan napas ), breathing ( fungsi pernapasan ),
yang total care seperti pasien korban kecelakaan circulating ( fungsi sirkulasi ), brain ( fungsi otak
lalu lintas yang butuh diobservasi selama 3 jam ) dan fungsi organ lain, disertai dengan diagnosis
pertama. dan terapi definitive. Jumlah pasien di ICU bisa
Walaupun pasien yang banyak datang mencapai 3 orang dengan berbagai diagnosa
adalah korban kecelakaan tidak tertutup medis dan keluhan. Berbagai keluhan pasien
kemungkinan pasien lain juga banyak yang membuat berbagai tindakan juga yang harus
datang misalnya seperti pasien dengan keracunan dilakukan oleh perawat.
minuman keras. Pasien dengan keracunan Sarafino ( dalam Intam, 2009 ) menjelaskan
minuman keras sangat butuh pengawasan yang bahwa beberapa kondisi menyebabkan pekerjaan
intens sehingga perawat memang harus perawat menjadi sangat menekan. Beban kerja
mengawasi pasien dan tidak boleh terlengah. yang berat, keharusan untuk selalu berhubungan
Pasien dengan keracunan minuman keras dengan masalah hidup atau mati dan gambaran
membutuhkan banyak tindakan seperti menjaga tentang konsekuensi yang berat yang harus
jalan nafas karena orang yang keracunan ditanggung jika melakukan kesalahan pada
methanol dapat beresiko terjadi aspirasi ke dalam beberapa bagian di rumah sakit seperti bagian
paru-paru. Menjaga jalan nafas adalah menjamin ICU dan IGD, keputusan harus dibuat dengan
bahwa jalan masuknya udara ke paru tidak cepat, dilaksanakan segera dan tepat. Selain itu
terhambat sehingga kebutuhan oksigen kedalam perawat sering berhubungan dengan kondisi
tubuh terpenuhi. Memberikan banyak minum kematian atau menjelang ajal yang menakutkan.
untuk menghindari terjadi dehidrasi dan Beban kerja tidak terlepas dari masing-
mengurangi kadar racun didalam tubuh. masing individu perawat karena setiap individu
Tindakan keperawatan tersebut tidak akan memiliki beban kerja masing-masing, dimana
bisa dilakukan oleh perawat secara bersamaan beban kerja yang tidak sesuai dapat menimbulkan
dan harus intens satu perawat dan satu pasien. stres kerja. Bila terlalu berat akan menimbulkan
Sementara yang didapatkan di lapangan pasien kelelahan dan stres kerja sedangkan beban kerja
datang sering dengan waktu yang bersamaan terlalu ringan akan menimbulkan kebosanan
sehingga triase harus dilakukan oleh perawat. (Martha Davis, 2012 ).
Terkadang pasien dan keluarga pasien yang Setiap orang pernah stres dan akan
tergolong prioritas ketiga ( hijau ) seperti pasien mengalaminya, akan tetapi kadarnya berbeda-
dengan cedera minor dan tingkat penyakit yang beda serta dalam jangka waktu yang tidak sama
tidak membutuhkan pertolongan segera serta (Hardjana, 2004). Selye (1956 dalam Suliswati,
tidak mengancam nyawa dan tidak menimbulkan 2005) menyatakan bahwa stres merupakan
kecacatan mendesak perawat untuk melakukan tanggapan menyeluruh dari tubuh baik fisik
tindakan dengan segera. maupun mental terhadap setiap tuntutan ataupun
Tuntutan pasien dan keluarga membuat perubahan yang mengganggu, mengancam rasa
perawat akan terbebani dalam melakukan aman dan harga diri individu. Pengalaman stres
tindakan karena sebagai sebagai seorang perawat adalah pengalaman pribadi dan bersifat subjektif.
dia tidak boleh membeda-bedakan pesien dan Stres terjadi apabila individu menilai situasi yang
memilah pasien sesuai dengan kebutuhan ataupun ada pada dirinya adalah situasi yang mengancam.
penanganannya. Sementara yang dihadapi oleh Menurut Roy (1991) bahwa faktor beban
perawat berbagai desakan yang harus perawat kerja termasuk di dalam stimulus fokal dimana
lakukan secara bersamaan. Perawat yang dinas secara langsung berhadapan dengan seseorang
dalam satu shift hanya ada 3 sampai 4 orang. dan responnya segera. Perawat IGD yang merasa
387
e-ISSN:2528-665X;Volume 5;No.1(February,2020): 380-391 Jurnal Human Care

beban kerjanya tinggi akan langsung berespon ICU dan IGD. Mereka mengalami keluhan sakit
untuk beradaptasi dengan kondisi yang ada. kepala, nyeri dada, nyeri perut, bahkan ada yang
Berbagai keluhan fisik yang dirasakan merupakan menyampaikan kehilangan libido. Dari responden
respon kelelahan dari beratnya beban kerja di didapatkan bahwa yang menyebabkan mereka
ruang IGD. Berdasarkan penelitian dari stres diantaranya adalah: beban bekerja dengan
Rodrigues (2010) bahwa ada hubungan antara alat canggih yang sangat menegangkan, adanya
beban kerja dan tingkat stres perawat IGD, ketidaknyamanan bekerjasama dengan staf lain
semakin tinggi beban kerja maka semakin tinggi dan kurangnya pengalaman bekerja di ruang ICU
juga tingkat stress perawat. dan IGD.
Menurut Manuaba (2000), akibat beban Beban kerja yang ditanggung oleh perawat
kerja yang terlalu berat dapat mengakibatkan IGD berbeda dengan di ruang rawat yang lain.
seorang pekerja menderita gangguan atau Perawat sangat merasa terbeban karena harus
penyakit akibat kerja. Beban kerja yang terlalu memberikan pelayanan keperawatan ekstra ketat
berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik dan cepat untuk menyelamatkan nyawa pasien.
fisik atau mental dan reaksi–reaksi emosional Selain itu dengan pemantauan dan pencatatan
seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan kondisi pasien secara rutin dan kontinyu juga
mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang merupakan beban tersendiri. Secara psikologis
terlalu sedikit dimana pekerjaan yang terjadi ada beban untuk dapat mempertahankan kondisi
karena pengulangan gerak akan menimbulkan pasien supaya tidak tambah memburuk. Terhadap
kebosanan, rasa monoton. Kebosanan dalam kerja keluarga pasien perawat juga merasa terbeban
rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yang untuk selalu menyampaikan segala kondisi pasien
terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya secara jujur. Beban yang dirasakan perawat IGD
perhatian pada pekerjaan sehingga secara akhirnya menyebabkan adanya suatu tekanan
potensial membahayakan pekerja. Beban kerja secara terus menerus yang memicu terjadinya
yang berlebihan atau rendah dapat menimbulkan stres kerja.
stres kerja.
Banyaknya pekerjaan yang melebihi Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
kapasitas menyebabkan kondisi fisik perawat di bahwa perawat yang lingkungan kerja fisik dan
ICU dan IGD mudah lelah dan mudah tegang. lingkungan kerja non fisik kurang baik dengan
Pelayanan keperawatan di ruang ICU dan IGD stres kerja berat sebanyak 16 perawat (72,7%).
sangat kompleks, dimana membutuhkan Perawat yang lingkungan kerja fisik dan
kemampuan secara teknis dan pengetahuan yang lingkungan kerja non fisik baik dengan stres
lebih. Beban pekerjaan yang begitu banyak kerja ringan sebanyak 16 perawat (64,0%).
pemenuhan kebutuhan, penanganan masalah dan Dilihat dari lingkungan fisik lebih dari
pada akhirnya sangat menguras energi baik fisik sebagian perawat menyatakan bahwa warna cat
ataupun kemampuan kognitif. Kondisi perawat tempat bekerja mereka kurang memperbesar
ICU dan IGD yang stres dengan adanya beban efisiensi kerja. Selain itu perawat juga
pekerjaan yang sudah berat hendaknya tidak mengatakan bahwa kurang setuju dengan
ditambah lagi dengan beban lain di luar tugas penerangan yang ada di ruangan ICU dan IGD
sebagai perawat ICU dan IGD. Sebagai contoh karena kurang terang sehingga terhalang saat
adalah beban bimbingan mahasiswa praktek, melakukan tindakan pekerjaan. Perawat juga
beban pengurus organisasi, atau beban lain yang merasakan bahwa ruangan tempat mereka bekerja
pada akhirnya semakin memperberat, sehingga kurang bersih mengakibatkan penurunan
tingkat stres perawat semakin meningkat. semangat dalam bekerja.
Beban kerja berlebih dapat menyebabkan Lingkungan fisik seharusnya memberikan
stres. Penelitian tentang stres perawat ICU dan motivasi kepada perawat ataupun tenaga
IGD yang dilakukan di Malaysia oleh Lexshimi kesehatan lain yang bekerja di ruangan tersebut.
(2007), yang hasilnya menunjukkan bahwa 100% Terkadang kita menganggap lingkungan fisik
perawat yang menjadi responden mengatakan adalah hal yang sepele namun semua itu sangat
pernah mengalami stres selama bertugas di ruang memberi arti bagi individu yang ada di ruangan
388
e-ISSN:2528-665X;Volume 5;No.1(February,2020): 380-391 Jurnal Human Care

tersebut. Kondisi lingkungan kerja dikatakan baik Lingkungan kerja fisik dalam suatu
atau sesuai apabila perawat dapat melaksanakan perusahaan merupakan suatu kondisi pekerjaan
kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman. untuk memberikan suasana dan situasi kerja
Kesesuaian lingkungan kerja dapat dilihat karyawan yang nyaman dalam pencapaian tujuan
akibatnya dalam jangka waktu yang lama, lebih yang diinginkan oleh suatu perusahaan. Kondisi
jauh lagi lingkungan kerja yang kurang baik dapat kerja yang buruk berpotensi menjadi penyebab
menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih karyawan mudah jatuh sakit, mudah stres, sulit
banyak dan tidak mendukung terhadap pekerjaan berkonsentrasi dan menurunnya produktivitas
yang mereka kerjakan. kerja. Bayangkan saja, jika ruangan kerja tidak
Lingkungan non fisik tempat perawat nyaman, panas, sirkulasi udara kurang memadai,
bekerja juga akan mempengaruhi terjadinya stres ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja
kerja. Lebih dari sebagian perawat menyatakan kurang bersih, berisik, tentu besar pengaruhnya
kalau pimpinan kurang memberikan perhatian pada kenyamanan kerja karyawan. alam
dan dukungan dalam menyelesaikan pekerjaan. mencapai kenyamanan tempat kerja antara lain
Kurang dari sebagian perawat juga menyatakan dapat dilakukan dengan jalan memelihara
bahwa memiliki komunikasi yang baik dengan prasarana fisik seperti seperti kebersihan yang
pimpinan dan karyawan lainnya. selalu terjaga, penerangan cahaya yang cukup,
Perawat yang bekerja di lingkungan kerja ventilasi udara, suara musik dan tata ruang kantor
yang mendukung untuk bekerja maka secara yang nyaman. Karena lingkungan kerja dapat
optimal akan menghasilkan kinerja yang baik, menciptakan hubungan kerja yang mengikat
sebaliknya jika seorang perawat bekerja dalam antara orang- orang yang ada di dalam
lingkungan kerja yang tidak memadai dan tidak lingkungannya (Nitisemito 1982).
mendukung untuk bekerja maka secara optimal Hubungan baik dengan sesama perawat
akan membuat perawat yang bersangkutan akan mempengaruhi kinerja perawat tersebut.
menjadi malas, cepat lelah sehingga kinerja Dengan adanya hubungan baik sesama perawat di
perawat tersebut akan rendah. suatu ruangan akan mempermudah dalam
Lingkungan kerja yang kurang baik dapat melakukan tindakan dan saling berkoordinasi.
menimbulkan gangguan dan ancaman, dalam Jika hubungan antara perawat dengan perawat
lingkungan kerja seperti ini akan menyebabkan tidak baik maka tidak dalam melakukan
perawat menjadi pelupa, lebih banyak kesalahan pekerjaan tidak ada koordinasinya. Hubungan
dalam aktivitas dan penurunan kemampuan dalam baik ini tidak hanya antara perawat dengan
membuat rencana (Abraham, 2009). Perubahan perawat saja namun perawat dengan tenaga
kondisi kerja menimbulkan reaksi pekerja untuk kesehatan lainnya juga harus dibina apalagi
dapat menyesuaikan diri dalam kondisi yang ada. dengan pimpinan.
Apabila pekerja kurang mampu beradaptasi Pada kenyataannya sekarang yang kita
dengan kondisi kerja yang ada maka akan temui di Rumah Sakit Pimpinan sangat jarang
cenderung mengalami stres kerja (Anoraga, melakukan supervisi kepada bawahannya.
2001). Pimpinan hanya terfokus ke administrasi sebuah
Lingkungan kerja akan mempengaruhi Rumah Sakit tanpa terjun langsung melihat dan
timbulmya stres karena perubahan lingkungan mendengar keluh kesah perawat yang
akan merangsang sikap pekerja untuk dapat memberikan pelayanan kepada pasien.
menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja Pihak manajemen perusahaan juga
(Susilawati, 2004). Lingkungan kerja tidak hanya hendaknya mampu mendorong inisiatif dan
secara fisik saja namun lingkungan non fisik juga kreatifitas. Kondisi seperti inilah yang
sangat mempengaruhi timbulnya stres kerja. selanjutnya menciptakan antusiasme untuk
Dalam menjalani kehidupan kita tidak akan luput bersatu dalam organisasi perusahaan untuk
dari kerjasama dengan orang disekitar kita. Hal mencapai tujuan perusahaan dengan
itu juga akan dirasakan oleh perawat yang bekerja meningkatkan kinerja karyawan.
di ruangan ICU dan IGD Rumah Sakit. Fraser (1992) menjelaskan bahwa 74 %
perawat mengalami kejadian stres, yang mana
389
e-ISSN:2528-665X;Volume 5;No.1(February,2020): 380-391 Jurnal Human Care

sumber utamanya adalah lingkungan kerja yang Andarika, R. 2004. Burnout Pada Perawat Puteri
menuntut kekuatan fisik dan keterampilan. Stres RS St. Elizabeth Semarang Ditinjau Dari
adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang DukunganSosial.JurnalPsyche. Vol. 1 No.
disebabkan oleh perubahan dan tuntutan 1, Juli 2004
kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh
lingkungan maupun penampilan individu di Anoraga,Panji, 2001. Psikologi Kerja.
dalam lingkungan tersebut (Sunaryo, 2002). PT.RinekaCipta,Jakarta
Sarafino (Smet, 1994) menyebutkan stres kerja
dapat disebabkan karena lingkungan fisik yang Azwar, A. 1996. Pengantar Administrasi
terlalu menekan, kurangnya kontrol yang Kesehatan. Jakarta: Bina Rupa Aksara
dirasakan, kurangnya hubungan interpersonal,
dan kurangnya pengakuan terhadap kemajuan Danang, P (2009). Hubungan Stres Kerja Dengan
pekerja. Efek stres dapat berimplikasi pada Adaptasi Pada Perawat di Instalasi Gawat
perubahan yang cukup luas dalam perilaku, Darurat RSUD Pandan Arang. Diakses
suasana hati, kemampuan untuk melakukan pada tanggal 23 Maret 2014 dari
tugas-tugas mental (seperti berpikir, penalaran http://etd.eprints.ums.ac.id
logis, pemecahan masalah dan pengambilan
Departemen Kesehatan RI (2001). Rencana
keputusan) dan fungsi neurofisiologis (Agrawal,
Strategi Pembangunan Kesehatan 2001-
2001). 2004. Jakarta. Departemen Kesehatan RI.
SIMPULAN Diklat Rumah Sakit PHC Surabaya (2007).
Berdasarkan hasil penelitian hubungan beban Materi Pelatihan Perawat ICU (Intensive
kerja dan lingkungan kerja dengan stres kerja Care Unit). Surabaya : RSPS.
perawat ICU dan IGD di Rumah Sakit Tipe C
Batam tahun 2015 dapat diambil kesimpulan : Gibson,Ivancevich, Donnelly.(1996). Organisasi,
1. Lebih dari setengah perawat ICU dan IGD Perilaku,Struktur, Proses. BinaRupa
Rumah Sakit Tipe C Kota Batam tahun 2015 Aksara. Jakarta
mengalami beban kerja langsung dan beban
kerja tidak langsung berat. Golizeck, A. (2005). Second Manejemen Stres.
2. Lebih dari setengah perawat ICU dan IGD Jakarta. Bhuana Ilmu Populer.
Rumah Sakit Harapan Bunda dan Rumah Sakit Hamid, A, Y . 2001. Rencana Strategik
Camatha Sahidya Batam tahun 2015 Keperawatan PPNI.
mengalami lingkungan kerja fisik dan
lingkungan non fisik yang baik. Jayanti, N. (2009). Penyelesaian Hukum dan
3. Lebih dari setengah perawat ICU dan IGD Malpraktek Kedokteran. Yogyakarta.
Rumah Sakit Harapan Bunda dan Rumah Sakit Pustaka Yustisia.
Camatha Sahidya Batam tahun 2015
mengalami stres kerja yang berat. Mark, G., & Smith, A.P., 2011. Occupational
4. Adanya hubungan antara beban kerja perawat stress, job characteristics, coping, and the
dengan stres kerja perawat ICU dan IGD di mental health of nurses. Journal of Health
Rumah Sakit Harapan Bunda dan Rumah Sakit Psychology, Vol 1, No 1, 1-17.
Camatha Sahidya Batam tahun 2015 . Martina, A. (2012). Gambaran Tingkat Stres
5. Adanya hubungan antara lingkungan kerja Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap
perawat dengan stres kerja perawat ICU dan Rumah Sakit Paru Dr. Moehammad
IGD di Rumah Sakit Harapan Bunda dan Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor.
Rumah Sakit Camatha Sahidya Batam tahun Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan
2015. Universitas Indonesia.

Mealer, M.L., et al.,(2007). Increased Prevalence


of Post-traumatic Stress Disorder
DAFTAR PUSTAKA
390
e-ISSN:2528-665X;Volume 5;No.1(February,2020): 380-391 Jurnal Human Care

Symptoms in Critical Care Nurses, Nursalam. (2001). Metodologi Riset


American Journal of Respiratory & Critical Keperawatan. Infomedika. Jakarta.
Care Medicine, 175(1), 693-697
Nursalam. (2003). Pendekatan Praktis
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2010, Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : Sagung Seto
340/Menkes/PER/III/2010 tentang
Klasifikasi Rumah Sakit. Jakarta: Potter, P.A & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar
Departemen Kesehatan Fundamental Keperawatan Vol 1. Jakarta.
EGC
Munandar, S. 2008. Psikologi Industri dan
Organisasi. Jakarta : UI Press Purwanto, S. (2007). Kualitas Pelayanan
Keperawatan. http:klinis.wordpress.com
National Safety Council . (2004). Manajemen
Stres National Safety Council. Jakarta EGC Robbins, S ( 2008 ). Perilaku Organisasi. Jakarta.
Salemba Empat
Nur’aini (2007). Aktivitas Program Intervensi
Pengendalian Stres Kerja Perawat dalam Sondang, S (2003). Teori dan Praktek
Upaya Meningkatkan Mutu Pelayanan Kepemimpinan. Jakarta. Rineka Cipta
Keperawatan diUnit Perawatan Intensive Sri Inawati (2006). Mengapa Perawat
Rumah sakit Haji Medan. Program Studi
dibutuhkan?. www//http:kaltengpos.com
Magister Kesehatan masyarakat Program
Megister Kesehatan Kerja Program Pasca
Waluyo, M. (2009). Psikologi Teknik Industri.
Sarjana, Universitas Sumatera Utara. Jakarta. Graha Ilmu

391

Anda mungkin juga menyukai