ABSTRAK
Stres kerja adalah suatu bentuk tanggapan seseorang, baik fisik maupun mental terhadap
suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya
terancam. Stres kerja perawat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, kelebihan beban kerja,
organisasi dan individu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan beban kerja dan
lingkungan kerja dengan stres kerja perawat ICU dan IGD di Rumah Sakit Harapan Bunda dan
Rumah Sakit Camatha Sahidya Kota Batam. Penelitian ini menggunakan rancangan cross
sectional. Sampel dalam penelitian sebanyak 47 perawat. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah secara total sampling Hasil penelitian adalah perawat yang memiliki beban
kerja berat sebanyak 55,3%, perawat memiliki lingkungan yang baik 53,2% dan perawat y ang
mengalami stres kerja berat sebanyak 53,2%. Setelah dilakukan uji statistik didapatkan
hubungan bermakna antara beban kerja dan lingkungan kerja dengan stres kerja perawat
(p<0.05). Manajemen Rumah Sakit Harapan Bunda dan Rumah Sakit Camatha Sahidya
diharapkan untuk lebih meningkatkan lingkungan kerja yang kondusif, optimalkan sarana dan
prasarana dan meningkatkan hubungan interpersonal yang baik dengan perawat.
Kata Kunci : Stres kerja, Beban kerja, Lingkungan kerja
ABSTRACT
Job stress is a person response, both physically and mentally for a environment changing
that is fell disruptive and make his / her being threatened. Job stress of nurses are effeted
environmental factors, excessive workloads, organizations and individuals.This study aims to
examine the relationship of workload and job stress with work environment of nursing staf ICU
and IGD at Harapan Bunda Hospital and Camatha Sahidya Hospital. This study used cross
sectional design. The sample consisted of 47 nurses. The sampling technique was total
sampling. The result showed heavy workload proportion in 53,3%, good enviroment proportion
in 53,2% and severe job stress proportion in 53,2%. There is significant relationship between
workload and work environment with nurse job stress (p<0,05). Management of Harapan
Bunda Hospital and Camatha Sahidya Hospital need move improve the condition of work
environment,optimize the infrastructure and improve interpersonal relationships with nurses.
379
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.1(February, 2020):379-390 Jurnal Human Care
383
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.1(February, 2020):379-390 Jurnal Human Care
Beban kerja memberikan gambaran kurang bersih akan berpengaruh terhadap kerja
terhadap terjadinya stres kerja yang berbeda karyawan.
dimana setiap kita memiliki batasan ukuran Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
kemampuan dalam bekerja, bila beban terlalu bahwa sebagian besar perawat (53,2%)
ringan maka timbul kebosanan dan bila terlalu mengalami stres berat. Sedangkan menurut
berat akan menimbulkan kelelahan yang penelitian Sukma Noor Akbar tahun 2013 di
berpengaruh terhadap stres kerja (Cooper, 1983). Rumah Sakit Banjarbaru didapatkan perawat
Faktor yang mempengaruhi beban kerja sebagian besar mengalami stress kerja sedang
perawat adalah kondisi pasien yang selalu (50,85%). Menurut penelitian Haryanti 2013 di
berubah, jumlah rata-rata jam perawatan yang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Semarang
sudah dibutuhkan untuk memberikan pelayanan didapatkan stres kerja perawat adalah stres
langsung pada pasien melebihi dari kemampuan sedang (82,8%).
seseorang, keinginan untuk berprestasi kerja, Pada penelitian ini didapatkan bahwa lebih
tuntutan pekerjaan tinggi serta (Munandar, 2008). dari sebagian (66,6%) perawat merasa tertekan
Hal ini sejalan dengan penelitian Supardi (2007) dengan pekerjaannya. Hal ini disebabkan oleh
didapatkan bahwa kondisi kerja melibatkan pekerjaan yang banyak dan tidak sesuai dengan
kontribusi paling besar terhadap terjadinya stress rencana karena lebih dari sebagian perawat
kerja. (53,2%) perawat mengatak kalau berganti-ganti
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rencana. Perasaan tertekan yang dirasakan oleh
bahwa lingkungan kerja fisik dan lingkungan non sebagian besar perawat membuat perawat
fisik sebagian besar memiliki lingkungan baik kehilangan konsentrasi dalam melakukan
(53,2%). Menurut penelitian Nur Abib Asriyanto pekerjaan. Jumlah kunjungan yang sekarang
tahun 2013 di CV Kalika Intergraha di Semarang sudah meningkat membuat perawat tidak cukup
bahwa sebagian besar lingkungan baik baik waktu untuk menyelesaikan pekerjaan seperti
(64%). Sedangkan menurut penelitian Laila pembuatan asuhan keperawatan yang lengkap.
Mutia Heriani tahun 2007 di PT Persero Unit Berdasarkan dengan hasil kuesioner juga
Pelayanan Blimbing Malang bahwa sebagian dapat dilihat bahwa lebih dari sebagian perawat
besar lingkungan kerja sedang (75%). merasa merasa kecewa dengan hasil
Setiap karyawan dituntut untuk dapat pekerjaannya. Sebagian besar (76,6%) merasa
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jabatan jenuh dengan pekerjaannya. Kejenuhan yang
yang dipegang dan beradaptasi dengan dirasakan perawat karena perawat yang berada di
lingkungan serta rekan kerja yang memiliki ruangan ICU dan IGD sering melakukan
karakter berbeda-beda. Interaksi antara individu pekerjaan yang terlalu menoton seperti
dalam lingkungan kerja dapat menimbulkan mengontrol TTV pasien dengan jarak waktu yang
dampak negative yang memicu terjadinya konflik singkat.
dan masalah dalam pekerjaan dan dampak positif Secara gejala biologis perawat di ruangan
yaitu terciptanya kondisi lingkungan kerja yang ICU dan IGD Rumah Sakit Harapan Bunda dan
dinamis karena adanya penyesuaian terhadap Rumah Sakit Camatha Sahidya Kota Batam juga
tantangan dalam lingkungan internal organisasi merasakan hal-hal yang memicu untuk terjadinya
dan eksternal karena pengaruh globalisasi, stres kerja. Lebih dari sebagian perawat merasa
ledakan informasi melalui teknologi, obsesi sakit perut/nyeri pada perut saat melakukan
kualitas, yang dapat menimbulkan terjadinya pekerjaan dan merasa otot kaku saat / setelah
konflik di tempat kerja (Anatan, 2009). melakukan pekerjaan. Lebih dari sebagian
Lingkungan kerja yang buruk berpotensi perawat juga merasakan kehilangan nafsu makan
menjadi penyebab karyawan mudah jatuh sakit, sebelum / sesudah melakukan pekerjaan dan perut
mudah stress, sulit berkosentrasi dan menurunnya terasa mulas, tegang dan kembung saat
produktivitas kerja. Jika ruangan kerja tidak melakukan pekerjaan. Selain itu lebih dari
nyaman, panas, cahaya, suhu, udara terpolusi, sebagian perawat merasa nyeri punggung, nyeri
ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja pinggang, betis terasa pegal dan persendian terasa
sakit setelah melakukan pekerjaan.
384
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.1(February, 2020):379-390 Jurnal Human Care
Dilihat dari gejala sosial perawat di ruangan memang tidak dapat dihindarkan, yang dapat
ICU dan IGD Rumah Sakit Harapan Bunda dan dilakukan adalah bagaimana mengelola,
Rumah Sakit Camatha Sahidya Kota Batam mengatasi atau mencegah terjadinya stres
sering mengeluh mudah tersinggung sehingga tersebut, sehingga tidak menganggu pekerjaan
perawat merasa adanya ketegangan dalam (Notoatmodjo, 2002).
berinterkasi dengan tim kesehatan lain. Perawat Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
juga mudah marah tanpa sebab yang berarti. bahwa perawat yang beban kerja langsung dan
Stres merupakan respon tubuh yang bersifat beban kerja tidak langsung berat dengan stres
tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban kerja tinggi sebanyak 19 perawat (73,1%).
atasnya. Stres dapat muncul apabila seseorang Perawat yang beban kerja langsung dan beban
mengalami beban atau tugas berat dan orang kerja tidak langsung ringan dengan stres kerja
tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang ringan sebanyak 15 perawat (71,4%).
dibebankan. Tubuh akan berespon dengan tidak Pada penelitian ini beban kerja langsung
mampu terhadap tugas tersebut sehingga orang didapatkan sebagian perawat mengatakan bahwa
tersebut dapat mengalami stres kerja (Hidayat, merasa terbebani saat mengobservasi pasien
2011). Stres kerja perawat dapat terjadi apabila secara ketat selama jam kerja. Walaupun itu
perawat dalam bertugas mendapatkan beban kerja merupakan salah satu pekerjaannya sebagai
yang melebihi kemampuannya sehingga perawat seorang perawat namun perawat di ruangan ICU
tersebut tidak mampu memenuhi atau dan IGD merasa berat untuk mengerjakan. Selain
menyelesaikan tugasnya, maka perawat tersebut harus melakukan observasi pasien secara ketat,
dikatakan mengalami stres kerja. Manifestasi dari perawat juga harus banyak melakukan pekerjaan
stres kerja perawat antara lain akibat karakterisasi demi keselamatan pasien. Pekerjaan yang
pasien, pengkajian terhadap pasien, dan aspek dilakukan bukanlah pekerjaan yang mudah karena
lingkungan kerja yang mengganggu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh perawat
langkah awal dalam menangani masalah-masalah yang ada di ICU dan IGD merupakan pekerjaan
yang datang mengenai tingkat kepadatan ruangan atau tindakan yang akan menyelatkan pasien. Hal
emergency, efisiensi pelaksanaan tugas, serta ini dapat dilihat dari hasil kuesioner bahwa
adanya tuntutan untuk menyelamatkan pasien tindakan tersebut merupakan beban kerja yang
(Levin et al, 2004). harus dilakukan oleh perawat.
Apabila stres mencapai titik puncak yang Dilihat dari beban kerja tidak langsung
kira-kira sesuai dengan kemampuan maksimum perawat didapatkan bahwa perawat merasa tidak
kinerja karyawan maka pada titik ini stres mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan. Perawat
tambahan cenderung tidak menghasilkan merasa sulit bukannya kurang ilmu pengetahuan
perbaikan kinerja selanjutnya bila stres yang namun karena pengalaman yang sedikit saat
dialami karyawan terlalu besar, maka kinerja berdinas di ruangan ICU dan IGD. Sebagian
akan mulai menurun, karena stres tersebut perawat mengatakan bahwa penempatan kerja
mengganggu pelaksanaan kerja karyawan dan langsung ditempatkan di ruangan ICU dan IGD
akan kehilangan kemampuan untuk setelah mengalami orientasi.
mengendalikannya atau menjadi tidak mampu Perawat merasa beban kerja yang
untuk mengambil keputusan dan perilakunya dibebakan kepada perawat terlalu besar dan sulit
menjadi tidak menentu. Akibat yang paling untuk mereka lakukan sehingga perawat lebih
ekstrim adalah kinerja menjadi nol, karyawan cendrung mengalami stres kerja. Menurut
mengalami gangguan, menjadi sakit dan tidak perawat pemimpin kurang memperhatikan dan
kuat lagi untuk bekerja, menjadi putus asa, keluar kurang memberi dukungan dalam menyelesaikan
atau menolak bekerja (Munandar, 2008). pekerjaan. Lebih dari sebagian perawat
Stres dapat terjadi pada hampir semua mengatakan bahwa komunikasi dengan pimpinan
pekerja, baik tingkat pimpinan maupun dan karyawan lainnya kurang. Selain komunikasi
pelaksana. Kondisi kerja yang lingkungannya perawat juga mengatakan belum pernah
tidak baik sangat potensial untuk menimbulkan mengikuti pelatian yang terkait dengan perawatan
stres bagi pekerjanya. Stres dilingkungan kerja yang diberikan di ruangan IGD dan ICU seperti
385
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.1(February, 2020):379-390 Jurnal Human Care
pelatihan PPGD, BTCLS dan pelatihan lainnya memilah pasien sesuai dengan kebutuhan ataupun
yang berhubungan dengan penanggan pasien. penanganannya. Sementara yang dihadapi oleh
Dilihat dari jumlah kunjungan dan jumlah perawat berbagai desakan yang harus perawat
perawat yang berdinas sering tidak sesuai. lakukan secara bersamaan. Perawat yang dinas
Dimana untuk perawat yang berdinas di ruangan dalam satu shift hanya ada 3 sampai 4 orang.
IGD harus dihadapkan dengan pasien yang Hal yang sama juga harus dilakukan oleh
beraneka ragam. Mulai dari pasien demam tinggi, perawat yang dinas di ruangan ICU Rumah Sakit.
keracunan, sesak nafas, kecelakaan lalu lintas dan Pasien yang dirawat di ruangan ICU adalah
lainnya. Sementara pasien dilihat dari tingkat pasien yang membutuhkan tindakan resusitasi
ketergantungannya ada yang selfcare, partial jangka panjang yang meliputi dukungan hidup
cara dan totalcare. Sebagaimana didapatkan untuk fungsi-fungsi vital seperti airway ( fungsi
bahwa pasien yang banyak datang adalah pasien jalan napas ), breathing ( fungsi pernapasan ),
yang total care seperti pasien korban kecelakaan circulating ( fungsi sirkulasi ), brain ( fungsi otak
lalu lintas yang butuh diobservasi selama 3 jam ) dan fungsi organ lain, disertai dengan diagnosis
pertama. dan terapi definitive. Jumlah pasien di ICU bisa
Walaupun pasien yang banyak datang mencapai 3 orang dengan berbagai diagnosa
adalah korban kecelakaan tidak tertutup medis dan keluhan. Berbagai keluhan pasien
kemungkinan pasien lain juga banyak yang membuat berbagai tindakan juga yang harus
datang misalnya seperti pasien dengan keracunan dilakukan oleh perawat.
minuman keras. Pasien dengan keracunan Sarafino ( dalam Intam, 2009 ) menjelaskan
minuman keras sangat butuh pengawasan yang bahwa beberapa kondisi menyebabkan pekerjaan
intens sehingga perawat memang harus perawat menjadi sangat menekan. Beban kerja
mengawasi pasien dan tidak boleh terlengah. yang berat, keharusan untuk selalu berhubungan
Pasien dengan keracunan minuman keras dengan masalah hidup atau mati dan gambaran
membutuhkan banyak tindakan seperti menjaga tentang konsekuensi yang berat yang harus
jalan nafas karena orang yang keracunan ditanggung jika melakukan kesalahan pada
methanol dapat beresiko terjadi aspirasi ke dalam beberapa bagian di rumah sakit seperti bagian
paru-paru. Menjaga jalan nafas adalah menjamin ICU dan IGD, keputusan harus dibuat dengan
bahwa jalan masuknya udara ke paru tidak cepat, dilaksanakan segera dan tepat. Selain itu
terhambat sehingga kebutuhan oksigen kedalam perawat sering berhubungan dengan kondisi
tubuh terpenuhi. Memberikan banyak minum kematian atau menjelang ajal yang menakutkan.
untuk menghindari terjadi dehidrasi dan Beban kerja tidak terlepas dari masing-
mengurangi kadar racun didalam tubuh. masing individu perawat karena setiap individu
Tindakan keperawatan tersebut tidak akan memiliki beban kerja masing-masing, dimana
bisa dilakukan oleh perawat secara bersamaan beban kerja yang tidak sesuai dapat menimbulkan
dan harus intens satu perawat dan satu pasien. stres kerja. Bila terlalu berat akan menimbulkan
Sementara yang didapatkan di lapangan pasien kelelahan dan stres kerja sedangkan beban kerja
datang sering dengan waktu yang bersamaan terlalu ringan akan menimbulkan kebosanan
sehingga triase harus dilakukan oleh perawat. (Martha Davis, 2012 ).
Terkadang pasien dan keluarga pasien yang Setiap orang pernah stres dan akan
tergolong prioritas ketiga ( hijau ) seperti pasien mengalaminya, akan tetapi kadarnya berbeda-
dengan cedera minor dan tingkat penyakit yang beda serta dalam jangka waktu yang tidak sama
tidak membutuhkan pertolongan segera serta (Hardjana, 2004). Selye (1956 dalam Suliswati,
tidak mengancam nyawa dan tidak menimbulkan 2005) menyatakan bahwa stres merupakan
kecacatan mendesak perawat untuk melakukan tanggapan menyeluruh dari tubuh baik fisik
tindakan dengan segera. maupun mental terhadap setiap tuntutan ataupun
Tuntutan pasien dan keluarga membuat perubahan yang mengganggu, mengancam rasa
perawat akan terbebani dalam melakukan aman dan harga diri individu. Pengalaman stres
tindakan karena sebagai sebagai seorang perawat adalah pengalaman pribadi dan bersifat subjektif.
dia tidak boleh membeda-bedakan pesien dan
386
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.1(February, 2020):379-390 Jurnal Human Care
Stres terjadi apabila individu menilai situasi yang Beban kerja berlebih dapat menyebabkan
ada pada dirinya adalah situasi yang mengancam. stres. Penelitian tentang stres perawat ICU dan
Menurut Roy (1991) bahwa faktor beban IGD yang dilakukan di Malaysia oleh Lexshimi
kerja termasuk di dalam stimulus fokal dimana (2007), yang hasilnya menunjukkan bahwa 100%
secara langsung berhadapan dengan seseorang perawat yang menjadi responden mengatakan
dan responnya segera. Perawat IGD yang merasa pernah mengalami stres selama bertugas di ruang
beban kerjanya tinggi akan langsung berespon ICU dan IGD. Mereka mengalami keluhan sakit
untuk beradaptasi dengan kondisi yang ada. kepala, nyeri dada, nyeri perut, bahkan ada yang
Berbagai keluhan fisik yang dirasakan merupakan menyampaikan kehilangan libido. Dari responden
respon kelelahan dari beratnya beban kerja di didapatkan bahwa yang menyebabkan mereka
ruang IGD. Berdasarkan penelitian dari stres diantaranya adalah: beban bekerja dengan
Rodrigues (2010) bahwa ada hubungan antara alat canggih yang sangat menegangkan, adanya
beban kerja dan tingkat stres perawat IGD, ketidaknyamanan bekerjasama dengan staf lain
semakin tinggi beban kerja maka semakin tinggi dan kurangnya pengalaman bekerja di ruang ICU
juga tingkat stress perawat. dan IGD.
Menurut Manuaba (2000), akibat beban Beban kerja yang ditanggung oleh perawat
kerja yang terlalu berat dapat mengakibatkan IGD berbeda dengan di ruang rawat yang lain.
seorang pekerja menderita gangguan atau Perawat sangat merasa terbeban karena harus
penyakit akibat kerja. Beban kerja yang terlalu memberikan pelayanan keperawatan ekstra ketat
berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik dan cepat untuk menyelamatkan nyawa pasien.
fisik atau mental dan reaksi–reaksi emosional Selain itu dengan pemantauan dan pencatatan
seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan kondisi pasien secara rutin dan kontinyu juga
mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang merupakan beban tersendiri. Secara psikologis
terlalu sedikit dimana pekerjaan yang terjadi ada beban untuk dapat mempertahankan kondisi
karena pengulangan gerak akan menimbulkan pasien supaya tidak tambah memburuk. Terhadap
kebosanan, rasa monoton. Kebosanan dalam kerja keluarga pasien perawat juga merasa terbeban
rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yang untuk selalu menyampaikan segala kondisi pasien
terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya secara jujur. Beban yang dirasakan perawat IGD
perhatian pada pekerjaan sehingga secara akhirnya menyebabkan adanya suatu tekanan
potensial membahayakan pekerja. Beban kerja secara terus menerus yang memicu terjadinya
yang berlebihan atau rendah dapat menimbulkan stres kerja.
stres kerja.
Banyaknya pekerjaan yang melebihi Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
kapasitas menyebabkan kondisi fisik perawat di bahwa perawat yang lingkungan kerja fisik dan
ICU dan IGD mudah lelah dan mudah tegang. lingkungan kerja non fisik kurang baik dengan
Pelayanan keperawatan di ruang ICU dan IGD stres kerja berat sebanyak 16 perawat (72,7%).
sangat kompleks, dimana membutuhkan Perawat yang lingkungan kerja fisik dan
kemampuan secara teknis dan pengetahuan yang lingkungan kerja non fisik baik dengan stres
lebih. Beban pekerjaan yang begitu banyak kerja ringan sebanyak 16 perawat (64,0%).
pemenuhan kebutuhan, penanganan masalah dan Dilihat dari lingkungan fisik lebih dari
pada akhirnya sangat menguras energi baik fisik sebagian perawat menyatakan bahwa warna cat
ataupun kemampuan kognitif. Kondisi perawat tempat bekerja mereka kurang memperbesar
ICU dan IGD yang stres dengan adanya beban efisiensi kerja. Selain itu perawat juga
pekerjaan yang sudah berat hendaknya tidak mengatakan bahwa kurang setuju dengan
ditambah lagi dengan beban lain di luar tugas penerangan yang ada di ruangan ICU dan IGD
sebagai perawat ICU dan IGD. Sebagai contoh karena kurang terang sehingga terhalang saat
adalah beban bimbingan mahasiswa praktek, melakukan tindakan pekerjaan. Perawat juga
beban pengurus organisasi, atau beban lain yang merasakan bahwa ruangan tempat mereka bekerja
pada akhirnya semakin memperberat, sehingga kurang bersih mengakibatkan penurunan
tingkat stres perawat semakin meningkat. semangat dalam bekerja.
387
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.1(February, 2020):379-390 Jurnal Human Care
bersatu dalam organisasi perusahaan untuk Rumah Sakit Camatha Sahidya Batam tahun
mencapai tujuan perusahaan dengan 2015.
meningkatkan kinerja karyawan.
Fraser (1992) menjelaskan bahwa 74 %
perawat mengalami kejadian stres, yang mana DAFTAR PUSTAKA
sumber utamanya adalah lingkungan kerja yang
menuntut kekuatan fisik dan keterampilan. Stres
Andarika, R. 2004. Burnout Pada Perawat Puteri
adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang RS St. Elizabeth Semarang Ditinjau Dari
disebabkan oleh perubahan dan tuntutan
DukunganSosial.JurnalPsyche. Vol. 1 No.
kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh
1, Juli 2004
lingkungan maupun penampilan individu di
dalam lingkungan tersebut (Sunaryo, 2002). Anoraga,Panji, 2001. Psikologi Kerja.
Sarafino (Smet, 1994) menyebutkan stres kerja
PT.RinekaCipta,Jakarta
dapat disebabkan karena lingkungan fisik yang
terlalu menekan, kurangnya kontrol yang
Azwar, A. 1996. Pengantar Administrasi
dirasakan, kurangnya hubungan interpersonal, Kesehatan. Jakarta: Bina Rupa Aksara
dan kurangnya pengakuan terhadap kemajuan
pekerja. Efek stres dapat berimplikasi pada Danang, P (2009). Hubungan Stres Kerja Dengan
perubahan yang cukup luas dalam perilaku, Adaptasi Pada Perawat di Instalasi Gawat
suasana hati, kemampuan untuk melakukan Darurat RSUD Pandan Arang. Diakses
tugas-tugas mental (seperti berpikir, penalaran pada tanggal 23 Maret 2014 dari
logis, pemecahan masalah dan pengambilan http://etd.eprints.ums.ac.id
keputusan) dan fungsi neurofisiologis (Agrawal,
2001). Departemen Kesehatan RI (2001). Rencana
Strategi Pembangunan Kesehatan 2001-
SIMPULAN 2004. Jakarta. Departemen Kesehatan RI.
Berdasarkan hasil penelitian hubungan beban
kerja dan lingkungan kerja dengan stres kerja Diklat Rumah Sakit PHC Surabaya (2007).
perawat ICU dan IGD di Rumah Sakit Tipe C Materi Pelatihan Perawat ICU (Intensive
Batam tahun 2015 dapat diambil kesimpulan : Care Unit). Surabaya : RSPS.
1. Lebih dari setengah perawat ICU dan IGD Gibson,Ivancevich, Donnelly.(1996). Organisasi,
Rumah Sakit Tipe C Kota Batam tahun 2015 Perilaku,Struktur, Proses. BinaRupa
mengalami beban kerja langsung dan beban Aksara. Jakarta
kerja tidak langsung berat.
2. Lebih dari setengah perawat ICU dan IGD Golizeck, A. (2005). Second Manejemen Stres.
Rumah Sakit Harapan Bunda dan Rumah Sakit Jakarta. Bhuana Ilmu Populer.
Camatha Sahidya Batam tahun 2015
mengalami lingkungan kerja fisik dan Hamid, A, Y . 2001. Rencana Strategik
lingkungan non fisik yang baik. Keperawatan PPNI.
3. Lebih dari setengah perawat ICU dan IGD
Rumah Sakit Harapan Bunda dan Rumah Sakit Jayanti, N. (2009). Penyelesaian Hukum dan
Camatha Sahidya Batam tahun 2015 Malpraktek Kedokteran. Yogyakarta.
mengalami stres kerja yang berat. Pustaka Yustisia.
4. Adanya hubungan antara beban kerja perawat
Mark, G., & Smith, A.P., 2011. Occupational
dengan stres kerja perawat ICU dan IGD di
stress, job characteristics, coping, and the
Rumah Sakit Harapan Bunda dan Rumah Sakit
mental health of nurses. Journal of Health
Camatha Sahidya Batam tahun 2015 .
Psychology, Vol 1, No 1, 1-17.
5. Adanya hubungan antara lingkungan kerja
Martina, A. (2012). Gambaran Tingkat Stres
perawat dengan stres kerja perawat ICU dan
Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap
IGD di Rumah Sakit Harapan Bunda dan
389
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.1(February, 2020):379-390 Jurnal Human Care
Rumah Sakit Paru Dr. Moehammad Megister Kesehatan Kerja Program Pasca
Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor. Sarjana, Universitas Sumatera Utara.
Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
Nursalam. (2001). Metodologi Riset
Mealer, M.L., et al.,(2007). Increased Prevalence Keperawatan. Infomedika. Jakarta.
of Post-traumatic Stress Disorder
Symptoms in Critical Care Nurses, Nursalam. (2003). Pendekatan Praktis
American Journal of Respiratory & Critical Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta.
Care Medicine, 175(1), 693-697 Sagung Seto
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2010, Potter, P.A & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : Fundamental Keperawatan Vol 1. Jakarta.
340/Menkes/PER/III/2010 tentang EGC
Klasifikasi Rumah Sakit. Jakarta:
Purwanto, S. (2007). Kualitas Pelayanan
Departemen Kesehatan
Keperawatan. http:klinis.wordpress.com
Munandar, S. 2008. Psikologi Industri dan
Robbins, S ( 2008 ). Perilaku Organisasi. Jakarta.
Organisasi. Jakarta : UI Press
Salemba Empat
National Safety Council . (2004). Manajemen
Sondang, S (2003). Teori dan Praktek
Stres National Safety Council. Jakarta EGC
Kepemimpinan. Jakarta. Rineka Cipta
Nur’aini (2007). Aktivitas Program Intervensi
Sri Inawati (2006). Mengapa Perawat
Pengendalian Stres Kerja Perawat dalam
dibutuhkan?. www//http:kaltengpos.com
Upaya Meningkatkan Mutu Pelayanan
Keperawatan diUnit Perawatan Intensive Waluyo, M. (2009). Psikologi Teknik Industri.
Rumah sakit Haji Medan. Program Studi Jakarta. Graha Ilmu
Magister Kesehatan masyarakat Program
390