Anda di halaman 1dari 12

e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.

1(February, 2020):379-390 Jurnal Human Care

HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA


DENGAN STRES KERJA PERAWAT RUANGAN ICU DAN IGD

Isna Aglusi Badri 1


Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Email : isna_loushe@yahoo.co.id

Submitted: 22-03-2020, Reviewer: 23-03-2020, Accepted: 23-03-2020

ABSTRAK
Stres kerja adalah suatu bentuk tanggapan seseorang, baik fisik maupun mental terhadap
suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya
terancam. Stres kerja perawat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, kelebihan beban kerja,
organisasi dan individu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan beban kerja dan
lingkungan kerja dengan stres kerja perawat ICU dan IGD di Rumah Sakit Harapan Bunda dan
Rumah Sakit Camatha Sahidya Kota Batam. Penelitian ini menggunakan rancangan cross
sectional. Sampel dalam penelitian sebanyak 47 perawat. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah secara total sampling Hasil penelitian adalah perawat yang memiliki beban
kerja berat sebanyak 55,3%, perawat memiliki lingkungan yang baik 53,2% dan perawat y ang
mengalami stres kerja berat sebanyak 53,2%. Setelah dilakukan uji statistik didapatkan
hubungan bermakna antara beban kerja dan lingkungan kerja dengan stres kerja perawat
(p<0.05). Manajemen Rumah Sakit Harapan Bunda dan Rumah Sakit Camatha Sahidya
diharapkan untuk lebih meningkatkan lingkungan kerja yang kondusif, optimalkan sarana dan
prasarana dan meningkatkan hubungan interpersonal yang baik dengan perawat.
Kata Kunci : Stres kerja, Beban kerja, Lingkungan kerja

ABSTRACT

Job stress is a person response, both physically and mentally for a environment changing
that is fell disruptive and make his / her being threatened. Job stress of nurses are effeted
environmental factors, excessive workloads, organizations and individuals.This study aims to
examine the relationship of workload and job stress with work environment of nursing staf ICU
and IGD at Harapan Bunda Hospital and Camatha Sahidya Hospital. This study used cross
sectional design. The sample consisted of 47 nurses. The sampling technique was total
sampling. The result showed heavy workload proportion in 53,3%, good enviroment proportion
in 53,2% and severe job stress proportion in 53,2%. There is significant relationship between
workload and work environment with nurse job stress (p<0,05). Management of Harapan
Bunda Hospital and Camatha Sahidya Hospital need move improve the condition of work
environment,optimize the infrastructure and improve interpersonal relationships with nurses.

Keywords : Job stress, Workload, Work environment

379
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.1(February, 2020):379-390 Jurnal Human Care

PENDAHULUAN Berdasarkan keterangan dari Diklat Rumah


Sakit PHC Surabaya (2007) bahwa tugas dan
Rumah Sakit merupakan salah satu bentuk tanggung jawab perawat di ruang kritis dan gawat
sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh darurat cukup berat, baik terhadap klien, keluarga
pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi dan dokter. Hal ini perlu kesiapan mental, fisik,
untuk melakukan upaya pelayanan kesehatan pengetahuan dan keterampilan yang tinggi.
dasar, kesehatan rujukan dan upaya kesehatan Sedangkan menurut Nur’aini (2007) bekerja di
penunjang. Keberhasilan suatu rumah sakit dalam ruang kritis dan gawat darurat membutuhkan
menjalankan fungsinya ditandai dengan adanya kecekatan, keterampilan dan kesiagaan setiap
peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit. Mutu saat. Hal ini dikarenakan tingkat keter- gantungan
pelayanan Rumah Sakit sangat dipengaruhi oleh pasien di ruang kritis dan gawat darurat adalah
beberapa faktor. Faktor yang paling dominan sebagian sampai dengan ketergantungan total.
adalah sumber daya manusia (Departemen Pasien harus selalu diobservasi setiap jam bahkan
Kesehatan RI, 2001). lebih sering lagi. Keadaan tersebut dapat
menyebabkan stres kerja di ruang kritis dan gawat
Sumber daya manusia merupakan sumber darurat.
daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu
secara efisien dan efektif serta dapat digunakan Menurut Sri (2006) perawat juga harus
secara maksimal sehingga tercapai tujuan sanggup mengatasi stres karena dalam dunia
bersama sebuah perusahaan. Menurut Wijaya, keperawatan tidak boleh melakukan kekeliruan
dkk (2006) banyak jenis pekerjaan yang harus sedikitpun. Perawat dalam melakukan
dipantau selama 24 jam salah satunya adalah pekerjaannya harus dapat menyesuaikan diri agar
layanan rumah sakit. Perawat merupakan salah dapat melaksanakan pekerjanya tanpa
satu pekerjaan yang memberikan pelayanan di mengorbankan mutu pekerjanya. Selanjutnya
rumah sakit dalam waktu 24 jam. Menurut Hamid menurut Danang (2009) perawat bertanggung
(2001) pekerja kesehatan rumah sakit yang jawab terhadap tugas fisik, administratif dan
terbanyak adalah perawat yang berjumlah sekitar menghadapi keluhan klien dalam menjalani
60% dari tenaga kesehatan yang ada di rumah proses keperawatan seperti kecemasan,
sakit. Perawat merupakan ujung tombak ketegangan, kejenuhan klien dan keluarga dalam
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Perawat di kondisi sakit kritis atau keadaan terminal.
rumah sakit bertugas pada pelayanan rawat inap,
rawat jalan atau poliklinik dan pelayanan gawat Faktor penyebab stres yang bersumber dari
darurat. Menurut Departemen Kesehatan RI tekanan psikologis tersebut, rentannya kondisi
(2001) pelayanan kesehatan meliputi pendekatan perawat terhadap stres kerja dapat juga
bio-psiko-sosial-spiritual yang disebabkan oleh beberapa factor yang bersumber
berkesinambungan. pada pekerjaan itu sendiri, faktor yang bersumber
dari organisasi tempat bekerja dan faktor
Adanya tuntutan idealisme profesi menurut eksternal di luar pekerjaan seperti lingkungan,
Perancis et al dalam Mark & Smith (2011) keluarga, peristiwa krisis dalam kehidupan dan
menerangkan bahwa perawat setiap hari dapat lain-lain ( Grenserg, 2002). Salah satu faktor yang
terkena stres, yaitu konflik dengan dokter, bersumber pada pekerjaan diantaranya beban
diskriminasi, beban kerja yang tinggi, kerja. Beban kerja adalah semua pekrjaan yang
menghadapi pasien, kematian dan keluarga ditanggung oleh pekerja untuk menyelesaikan
pasien. Perawat dihadapkan dengan tugas kerja pekerjaannya (Depkes RI, 2003).
yang berbeda, bekerja dengan shift, kondisi kerja,
situasi terkait stres, penderitaan, dan kematian Beberapa faktor yang mempengaruhi
pasien. munculnya stres kerja perawat ruang kritis dan
gawat darurat antara lain : kelebihan beban kerja,
380
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.1(February, 2020):379-390 Jurnal Human Care

jumlah dan tingkat ketergantungan pasien, tersinggung, menurunnya konsentrasi dalam


tuntutan pelayanan menjadi perawat professional, bekerja, kehilangan nafsu makan dan nyeri
tingkat pendidikan, pengalaman sebelumnya pinggang serta punggung.
dengan stres, kepribadian perawat dan
mekanisme koping (Potter dan Perry , 2005) Stres kerja dalam jangka pendek dibiarkan
begitu saja tanpa penanganan yang serius
Faktor stres yang sering dialami karyawan membuat karyawan menjadi tertekan, tidak
adalah berada dalam lingkungan kerja yang tidak termotivasi dan frustasi menyebabkan karyawan
kondusif dan tidak baik karena lingkungan kerja bekerja tidak optimal sehingga kinerjanya pun
sangat mempengaruhi akan kinerja dan akan terganggu sedangkan dalam jangka panjang,
performance yang baik. Jika karyawan berada karyawan yang tidak dapat menahan stres kerja
dalam lingkungan yang tidak mendukung contoh maka ia tidak mampu lagi bekerja. Pada tahap
sistem kerja dan manajemen kantor yang tidak yang semakin parah, stres bisa membuat
cocok dengan kepribadian karyawan, maka akan karyawan menjadi sakit atau bahkan akan
menimbulkan hambatan jalinan kekerabatan mengundurkan diri (turnover) (Robbins, 2008)
antara atasan dan rekan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Menurut survei di Perancis ditemukan bahwa mengetahui hubungan beban kerja dan
persentase kejadian stres sekitar 74% dialami lingkungan kerja dengan stres kerja perawat
perawat. Berdasarkan penelitian Mealer perawat ruangan ICU dan IGD di Rumah Sakit Harapan
ICU juga rentan mengalami Post Traumatic Bunda dan Rumah Sakit Camatha Sahidya Kota
Stress Disorder (PTSD) dibandingkan dengan Batam.
perawat umum yang mana didapatkan hasil
bahwa dari 121 responden dari perawat umum METODE PENELITIAN
terdapat 17 responden (14%) yang mengalami
PTSD sedangkan dari 230 perawat ICU, terdapat Penelitian ini menggunakan desain penelitian
54 responden (24%) yang mengalami PTSD Cross sectional corelasi, merupakan rancangan
(Mealer, M. L 2007). Sedangkan di Indonesia penelitian dengan melakukan pengamatan pada
menutut hasil penelitian yang dilakukan oleh saat bersamaan dimana peneliti akan melihat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) hubungan beban kerja dan lingkungan kerja
tahun 2006 terdapat 50,9 % perawat mengalami dengan stres kerja perawat ICU dan IGD di
stres dengan keluhan sering merasa pusing, lelah, Rumah Sakit Harapan Bunda dan Rumah Sakit
tidak ada istirahat, beban kerja yang terlalu tinggi Camatha Sahidya Kota Batam. Populasi dari
dan pekerjaan yang menyita waktu. penelitian ini adalah seluruh perawat ICU dan
IGD di Rumah Sakit Kota Batam sedangkan
Berdasarkan hasil wawancara pada perawat sampel dari penelitian adalah perawat ICU dan
di Rumah Sakit Tipe C Kota Batam tersebut pada IGD di Rumah Sakit Harapan Bunda dan Rumah
hari Selasa tanggal 7 April 2015 didapatkan Sakit Camatha Sahidya Kota Batam. Teknik
bahwa perawat ruang ICU mengatakan selama pengambilan sampel adalah total sampling dan
jam kerja harus mengobservasi pasien secara jumlah sampel adalah sebanyak 47 orang. Alat
ketat, melakukan perawatan total yang diperlukan yang digunakan untuk mengumpulkan data
pasien selama jam kerja dengan beragam adalah lembar kuesioner yang diisi oleh Perawat
pekerjaan yang harus dikerjakan serta belum yang ada di ruangan ICU dan IGD. Pengolahan
semua perawat memiliki ketrampilan sesuai data dilakukan dengan proses editing, coding,
kompetensi yang ada di ruang ICU. Selanjutnya scoring, entry data, tabulating dan cleaning.
berdasarkan hasil wawancara dengan perawat
IGD mengatakan bahwa pada saat banyak pasien, HASIL DAN PEMBAHASAN
sering kekurangan tenaga perawat sehingga
pekerjaan meningkat. Hal tersebut mengakibatkan Tabel 1
perawat sering mengalami mudah marah, mudah
381
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.1(February, 2020):379-390 Jurnal Human Care

Distribusi Frekuensi Karakterisktik Perawat di


Ruangan ICU dan IGD Rumah Sakit Harapan
Bunda dan Rumah Sakit Camatha Sahidya Batam Lingkungan Kerja Perawat
Tahun 2015 (n=47) Tabel 3
Distribusi Frekuensi Lingkungan Kerja Perawat
No Karakteristik Perawat F % di Ruangan ICU dan IGD Rumah Sakit Harapan
1 Jenis Kelamin Bunda dan Rumah Sakit Camatha Sahidya Batam
Laki-laki 20 43 Tahun 2015 (n=47)
Perempuan 27 57
2 Umur
Remaja akhir (17-25 tahun) 24 51 No Lingkungan Kerja F %
Dewasa awal (26-35 tahun) 21 45 1 Lingkungan Kerja Fisik
Dewasa akhir (36-45 tahun) 2 4 Kurang Baik 22 46,8
Baik 25 53,2
3 Pendidikan
D-III Keperawatan 47 100 2 Lingkungan Kerja Non
S-1 Keperawatan 0 0 Fisik
Total 47 100 Kurang Baik 22 46,8
Tabel 1 menunjukkan bahwa jenis kelamin Baik 25 53,2
Total 47 100
perawat di ruangan ICU dan IGD Rumah Sakit
Harapan Bunda dan Rumah Sakit Camatha
Tabel 3 menunjukkan untuk lingkungan
Sahidya Batam tahun 2015 adalah lebih dari
fisik dan lingkungan non fisik adalah lebih dari
sebagian perawat perempuan (57%). Perawat
setengah persepsi perawat lingkungan kerja
sebagian pada masa remaja akhir (17-25 tahun)
adalah baik (53,2%).
yaitu sebanyak 51%. Sedangkan untuk
pendidikan, semuanya perawat miliki latar
Tabel 4
pendidikan D-III Keperawatan (100%).
Distribusi Frekuensi Stres Kerja Perawat di
Ruangan ICU dan IGD Rumah Sakit Harapan
Bunda dan Rumah Sakit Camatha Sahidya Batam
Beban Kerja Perawat
Tahun 2015 (n=47)
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Beban Kerja Perawat di
No Stres Kerja F %
Ruangan ICU dan IGD Rumah Sakit Harapan
Bunda dan Rumah Sakit Camatha Sahidya Batam 1 Ringan 22 46,8
Tahun 2015 (n=47) 2 Berat 25 53,2
Total 47 100
No Beban Kerja F %
1 Beban Kerja Tabel 4 menunjukkan bahwa stres kerja
Langsung perawat lebih dari setengah perawat
Ringan 21 44,7 mengalami stres kerja berat ( 53,2% ).
Berat 26 55,3

2 Beban Kerja Tidak Analisa Bivariat


Langsung Tabel 5
Ringan 21 44,7 Hubungan Beban Kerja Dengan Stres Kerja
Berat 26 55,3 Perawat di Ruangan ICU dan IGD Rumah Sakit
Total 47 100 Harapan Bunda dan Rumah Sakit Camatha
Sahidya Batam Tahun 2015 (n=47)
Tabel 2 menunjukkan bahwa persepsi Stres Kerja
perawat lebih dari setengah beban kerja langsung Variabel Kategorik Ringan Berat p value
f % f %
dan beban kerja tidak langsung perawat adalah Beban Ringan 15 71,4 6 28,6
berat (55,3%). Kerja 0,006*
Langsung Berat 7 26,9 19 73,1
382
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.1(February, 2020):379-390 Jurnal Human Care

Beban Ringan 15 71,4 6 28,6


Tabel 6 menunjukkan bahwa lingkungan
Kerja kerja fisik perawat yang kurang baik yang
0,006*
Tidak Berat 7 26,9 19 73,1 mengalami stres kerja berat (72,7%), mayoritas
langsung
perawat yang lingkungan kerja fisik perawat baik
* bermakna pada α = 0,05 memiliki stres kerja ringan (64,0%). Hasil uji
Chi-square menunjukkan p = 0,026 OR 0,211
Tabel 5 didapatkan bahwa mayoritas (95% CI 0,06-0,73) artinya ada hubungan yang
perawat yang beban kerja langsung ringan bermakna antara lingkungan kerja fisik dengan
memiliki stres kerja yang ringan (71,4%), stres kerja. Lingkungan kerja fisik kurang baik
mayoritas perawat yang beban kerja langsung mempunyai peluang 0,2111 kali untuk stres
berat memiliki stress kerja yang berat (73,1%). ringan dibandingkan dengan lingkungan kerja
Hasil uji Chi-square menunjukkan nilai p = 0,006 fisik kurang baik.
OR 6,786 (95% CI 1,88-24,49) artinya ada Lingkungan kerja non fisik perawat yang
hubungan yang bermakna antara beban kerja kurang baik yang mengalami stres kerja berat
langsung dengan stres kerja. Beban kerja (72,7%), mayoritas perawat yang lingkungan
langsung yang berat mempunyai peluang 6,786 kerja non fisik perawat baik memiliki stres kerja
kali untuk stres berat dibandingkan dengan beban ringan (64,0%). Hasil uji chi-square
kerja langsung ringan. menunjukkan p = 0,026 OR 0,211 (95% CI 0,06-
Beban kerja tidak langsung didapatkan 0,73) artinya ada hubungan yang bermakna antara
mayoritas perawat yang beban kerja tidak lingkungan kerja non fisik dengan stres kerja.
langsung ringan memiliki stres kerja yang ringan Lingkungan kerja non fisik kurang baik
(71,4%), mayoritas perawat yang beban kerja mempunyai peluang 0,211 kali untuk stres ringan
tidak langsung berat memiliki stress kerja yang dibandingkan dengan lingkungan kerja non fisik
berat (73,1%). Hasil uji Chi-square menunjukkan kurang baik.
nilai p = 0,006 OR 6,786 (95% CI 1,88-24,49) Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
artinya ada hubungan yang bermakna antara bahwa beban kerja langsung dan beban kerja
beban kerja tidak langsung dengan stres kerja. tidak langsung perawat sebagian besar beban
Beban kerja tidak langsung berat mempunyai kerja berat (55,3%). Penelitian ini berbanding
peluang 6,786 kali untuk stres berat dibandingkan terbalik dengan penelitian Syamsir tahun 2007 di
dengan beban kerja tidak langsung ringan. Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makasar
didapatkan beban kerja perawat sebagian besar
Tabel 6 beban kerja ringan (63,5%). Sedangkan menurut
Distribusi Frekuensi Hubungan Lingkungan penelitian Supardi di Rumah Sakit TK II Putri
Kerja Dengan Stres Kerja Perawat di Ruangan hijau Kesdam Medan sebagian besar perawat
ICU dan IGD Rumah Sakit Harapan Bunda dan mengalami stres sedang (63,9%). Menurut
Rumah Sakit Camatha Sahidya Batam Tahun penelitian Haryanti 2013 di Instalasi Gawat
2015 (n=47) Darurat Rumah Sakit Semarang didapatkan beban
kerja tinggi yaitu sebanyak 27 responden
Stres Kerja (93,1%).
Variabel Kategorik Ringan Berat p value Pada penelitian ini didapatkan bahwa
No
F % F % perawat mengatakan merasa terbebani dengan
1 Lingkungan Kurang 6 27,3 16 72,7
baik 0,026*
pekerjaannya seperti harus melakukan observasi
kerja fisik Baik 16 64,0 9 36,0 pasien secara ketat selama jam dinas. Sementara
jumlah pasien yang berkunjung banyak sehingga
2 Lingkungan Kurang 6 27,3 16 72,7 perawat kekurangan tenaga dibangingkan dengan
baik pasien yang kritis yang harus diberikan asuhan
0,026*
Kerja non Baik 16 64,0 9 36,0
keperawatan. Selain itu perawat juga melakukan
fisik
pekerjaan yang beragam untuk keselamatan
* bermakna pada α = 0,05
pasien.

383
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.1(February, 2020):379-390 Jurnal Human Care

Beban kerja memberikan gambaran kurang bersih akan berpengaruh terhadap kerja
terhadap terjadinya stres kerja yang berbeda karyawan.
dimana setiap kita memiliki batasan ukuran Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
kemampuan dalam bekerja, bila beban terlalu bahwa sebagian besar perawat (53,2%)
ringan maka timbul kebosanan dan bila terlalu mengalami stres berat. Sedangkan menurut
berat akan menimbulkan kelelahan yang penelitian Sukma Noor Akbar tahun 2013 di
berpengaruh terhadap stres kerja (Cooper, 1983). Rumah Sakit Banjarbaru didapatkan perawat
Faktor yang mempengaruhi beban kerja sebagian besar mengalami stress kerja sedang
perawat adalah kondisi pasien yang selalu (50,85%). Menurut penelitian Haryanti 2013 di
berubah, jumlah rata-rata jam perawatan yang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Semarang
sudah dibutuhkan untuk memberikan pelayanan didapatkan stres kerja perawat adalah stres
langsung pada pasien melebihi dari kemampuan sedang (82,8%).
seseorang, keinginan untuk berprestasi kerja, Pada penelitian ini didapatkan bahwa lebih
tuntutan pekerjaan tinggi serta (Munandar, 2008). dari sebagian (66,6%) perawat merasa tertekan
Hal ini sejalan dengan penelitian Supardi (2007) dengan pekerjaannya. Hal ini disebabkan oleh
didapatkan bahwa kondisi kerja melibatkan pekerjaan yang banyak dan tidak sesuai dengan
kontribusi paling besar terhadap terjadinya stress rencana karena lebih dari sebagian perawat
kerja. (53,2%) perawat mengatak kalau berganti-ganti
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rencana. Perasaan tertekan yang dirasakan oleh
bahwa lingkungan kerja fisik dan lingkungan non sebagian besar perawat membuat perawat
fisik sebagian besar memiliki lingkungan baik kehilangan konsentrasi dalam melakukan
(53,2%). Menurut penelitian Nur Abib Asriyanto pekerjaan. Jumlah kunjungan yang sekarang
tahun 2013 di CV Kalika Intergraha di Semarang sudah meningkat membuat perawat tidak cukup
bahwa sebagian besar lingkungan baik baik waktu untuk menyelesaikan pekerjaan seperti
(64%). Sedangkan menurut penelitian Laila pembuatan asuhan keperawatan yang lengkap.
Mutia Heriani tahun 2007 di PT Persero Unit Berdasarkan dengan hasil kuesioner juga
Pelayanan Blimbing Malang bahwa sebagian dapat dilihat bahwa lebih dari sebagian perawat
besar lingkungan kerja sedang (75%). merasa merasa kecewa dengan hasil
Setiap karyawan dituntut untuk dapat pekerjaannya. Sebagian besar (76,6%) merasa
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jabatan jenuh dengan pekerjaannya. Kejenuhan yang
yang dipegang dan beradaptasi dengan dirasakan perawat karena perawat yang berada di
lingkungan serta rekan kerja yang memiliki ruangan ICU dan IGD sering melakukan
karakter berbeda-beda. Interaksi antara individu pekerjaan yang terlalu menoton seperti
dalam lingkungan kerja dapat menimbulkan mengontrol TTV pasien dengan jarak waktu yang
dampak negative yang memicu terjadinya konflik singkat.
dan masalah dalam pekerjaan dan dampak positif Secara gejala biologis perawat di ruangan
yaitu terciptanya kondisi lingkungan kerja yang ICU dan IGD Rumah Sakit Harapan Bunda dan
dinamis karena adanya penyesuaian terhadap Rumah Sakit Camatha Sahidya Kota Batam juga
tantangan dalam lingkungan internal organisasi merasakan hal-hal yang memicu untuk terjadinya
dan eksternal karena pengaruh globalisasi, stres kerja. Lebih dari sebagian perawat merasa
ledakan informasi melalui teknologi, obsesi sakit perut/nyeri pada perut saat melakukan
kualitas, yang dapat menimbulkan terjadinya pekerjaan dan merasa otot kaku saat / setelah
konflik di tempat kerja (Anatan, 2009). melakukan pekerjaan. Lebih dari sebagian
Lingkungan kerja yang buruk berpotensi perawat juga merasakan kehilangan nafsu makan
menjadi penyebab karyawan mudah jatuh sakit, sebelum / sesudah melakukan pekerjaan dan perut
mudah stress, sulit berkosentrasi dan menurunnya terasa mulas, tegang dan kembung saat
produktivitas kerja. Jika ruangan kerja tidak melakukan pekerjaan. Selain itu lebih dari
nyaman, panas, cahaya, suhu, udara terpolusi, sebagian perawat merasa nyeri punggung, nyeri
ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja pinggang, betis terasa pegal dan persendian terasa
sakit setelah melakukan pekerjaan.
384
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.1(February, 2020):379-390 Jurnal Human Care

Dilihat dari gejala sosial perawat di ruangan memang tidak dapat dihindarkan, yang dapat
ICU dan IGD Rumah Sakit Harapan Bunda dan dilakukan adalah bagaimana mengelola,
Rumah Sakit Camatha Sahidya Kota Batam mengatasi atau mencegah terjadinya stres
sering mengeluh mudah tersinggung sehingga tersebut, sehingga tidak menganggu pekerjaan
perawat merasa adanya ketegangan dalam (Notoatmodjo, 2002).
berinterkasi dengan tim kesehatan lain. Perawat Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
juga mudah marah tanpa sebab yang berarti. bahwa perawat yang beban kerja langsung dan
Stres merupakan respon tubuh yang bersifat beban kerja tidak langsung berat dengan stres
tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban kerja tinggi sebanyak 19 perawat (73,1%).
atasnya. Stres dapat muncul apabila seseorang Perawat yang beban kerja langsung dan beban
mengalami beban atau tugas berat dan orang kerja tidak langsung ringan dengan stres kerja
tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang ringan sebanyak 15 perawat (71,4%).
dibebankan. Tubuh akan berespon dengan tidak Pada penelitian ini beban kerja langsung
mampu terhadap tugas tersebut sehingga orang didapatkan sebagian perawat mengatakan bahwa
tersebut dapat mengalami stres kerja (Hidayat, merasa terbebani saat mengobservasi pasien
2011). Stres kerja perawat dapat terjadi apabila secara ketat selama jam kerja. Walaupun itu
perawat dalam bertugas mendapatkan beban kerja merupakan salah satu pekerjaannya sebagai
yang melebihi kemampuannya sehingga perawat seorang perawat namun perawat di ruangan ICU
tersebut tidak mampu memenuhi atau dan IGD merasa berat untuk mengerjakan. Selain
menyelesaikan tugasnya, maka perawat tersebut harus melakukan observasi pasien secara ketat,
dikatakan mengalami stres kerja. Manifestasi dari perawat juga harus banyak melakukan pekerjaan
stres kerja perawat antara lain akibat karakterisasi demi keselamatan pasien. Pekerjaan yang
pasien, pengkajian terhadap pasien, dan aspek dilakukan bukanlah pekerjaan yang mudah karena
lingkungan kerja yang mengganggu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh perawat
langkah awal dalam menangani masalah-masalah yang ada di ICU dan IGD merupakan pekerjaan
yang datang mengenai tingkat kepadatan ruangan atau tindakan yang akan menyelatkan pasien. Hal
emergency, efisiensi pelaksanaan tugas, serta ini dapat dilihat dari hasil kuesioner bahwa
adanya tuntutan untuk menyelamatkan pasien tindakan tersebut merupakan beban kerja yang
(Levin et al, 2004). harus dilakukan oleh perawat.
Apabila stres mencapai titik puncak yang Dilihat dari beban kerja tidak langsung
kira-kira sesuai dengan kemampuan maksimum perawat didapatkan bahwa perawat merasa tidak
kinerja karyawan maka pada titik ini stres mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan. Perawat
tambahan cenderung tidak menghasilkan merasa sulit bukannya kurang ilmu pengetahuan
perbaikan kinerja selanjutnya bila stres yang namun karena pengalaman yang sedikit saat
dialami karyawan terlalu besar, maka kinerja berdinas di ruangan ICU dan IGD. Sebagian
akan mulai menurun, karena stres tersebut perawat mengatakan bahwa penempatan kerja
mengganggu pelaksanaan kerja karyawan dan langsung ditempatkan di ruangan ICU dan IGD
akan kehilangan kemampuan untuk setelah mengalami orientasi.
mengendalikannya atau menjadi tidak mampu Perawat merasa beban kerja yang
untuk mengambil keputusan dan perilakunya dibebakan kepada perawat terlalu besar dan sulit
menjadi tidak menentu. Akibat yang paling untuk mereka lakukan sehingga perawat lebih
ekstrim adalah kinerja menjadi nol, karyawan cendrung mengalami stres kerja. Menurut
mengalami gangguan, menjadi sakit dan tidak perawat pemimpin kurang memperhatikan dan
kuat lagi untuk bekerja, menjadi putus asa, keluar kurang memberi dukungan dalam menyelesaikan
atau menolak bekerja (Munandar, 2008). pekerjaan. Lebih dari sebagian perawat
Stres dapat terjadi pada hampir semua mengatakan bahwa komunikasi dengan pimpinan
pekerja, baik tingkat pimpinan maupun dan karyawan lainnya kurang. Selain komunikasi
pelaksana. Kondisi kerja yang lingkungannya perawat juga mengatakan belum pernah
tidak baik sangat potensial untuk menimbulkan mengikuti pelatian yang terkait dengan perawatan
stres bagi pekerjanya. Stres dilingkungan kerja yang diberikan di ruangan IGD dan ICU seperti
385
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.1(February, 2020):379-390 Jurnal Human Care

pelatihan PPGD, BTCLS dan pelatihan lainnya memilah pasien sesuai dengan kebutuhan ataupun
yang berhubungan dengan penanggan pasien. penanganannya. Sementara yang dihadapi oleh
Dilihat dari jumlah kunjungan dan jumlah perawat berbagai desakan yang harus perawat
perawat yang berdinas sering tidak sesuai. lakukan secara bersamaan. Perawat yang dinas
Dimana untuk perawat yang berdinas di ruangan dalam satu shift hanya ada 3 sampai 4 orang.
IGD harus dihadapkan dengan pasien yang Hal yang sama juga harus dilakukan oleh
beraneka ragam. Mulai dari pasien demam tinggi, perawat yang dinas di ruangan ICU Rumah Sakit.
keracunan, sesak nafas, kecelakaan lalu lintas dan Pasien yang dirawat di ruangan ICU adalah
lainnya. Sementara pasien dilihat dari tingkat pasien yang membutuhkan tindakan resusitasi
ketergantungannya ada yang selfcare, partial jangka panjang yang meliputi dukungan hidup
cara dan totalcare. Sebagaimana didapatkan untuk fungsi-fungsi vital seperti airway ( fungsi
bahwa pasien yang banyak datang adalah pasien jalan napas ), breathing ( fungsi pernapasan ),
yang total care seperti pasien korban kecelakaan circulating ( fungsi sirkulasi ), brain ( fungsi otak
lalu lintas yang butuh diobservasi selama 3 jam ) dan fungsi organ lain, disertai dengan diagnosis
pertama. dan terapi definitive. Jumlah pasien di ICU bisa
Walaupun pasien yang banyak datang mencapai 3 orang dengan berbagai diagnosa
adalah korban kecelakaan tidak tertutup medis dan keluhan. Berbagai keluhan pasien
kemungkinan pasien lain juga banyak yang membuat berbagai tindakan juga yang harus
datang misalnya seperti pasien dengan keracunan dilakukan oleh perawat.
minuman keras. Pasien dengan keracunan Sarafino ( dalam Intam, 2009 ) menjelaskan
minuman keras sangat butuh pengawasan yang bahwa beberapa kondisi menyebabkan pekerjaan
intens sehingga perawat memang harus perawat menjadi sangat menekan. Beban kerja
mengawasi pasien dan tidak boleh terlengah. yang berat, keharusan untuk selalu berhubungan
Pasien dengan keracunan minuman keras dengan masalah hidup atau mati dan gambaran
membutuhkan banyak tindakan seperti menjaga tentang konsekuensi yang berat yang harus
jalan nafas karena orang yang keracunan ditanggung jika melakukan kesalahan pada
methanol dapat beresiko terjadi aspirasi ke dalam beberapa bagian di rumah sakit seperti bagian
paru-paru. Menjaga jalan nafas adalah menjamin ICU dan IGD, keputusan harus dibuat dengan
bahwa jalan masuknya udara ke paru tidak cepat, dilaksanakan segera dan tepat. Selain itu
terhambat sehingga kebutuhan oksigen kedalam perawat sering berhubungan dengan kondisi
tubuh terpenuhi. Memberikan banyak minum kematian atau menjelang ajal yang menakutkan.
untuk menghindari terjadi dehidrasi dan Beban kerja tidak terlepas dari masing-
mengurangi kadar racun didalam tubuh. masing individu perawat karena setiap individu
Tindakan keperawatan tersebut tidak akan memiliki beban kerja masing-masing, dimana
bisa dilakukan oleh perawat secara bersamaan beban kerja yang tidak sesuai dapat menimbulkan
dan harus intens satu perawat dan satu pasien. stres kerja. Bila terlalu berat akan menimbulkan
Sementara yang didapatkan di lapangan pasien kelelahan dan stres kerja sedangkan beban kerja
datang sering dengan waktu yang bersamaan terlalu ringan akan menimbulkan kebosanan
sehingga triase harus dilakukan oleh perawat. (Martha Davis, 2012 ).
Terkadang pasien dan keluarga pasien yang Setiap orang pernah stres dan akan
tergolong prioritas ketiga ( hijau ) seperti pasien mengalaminya, akan tetapi kadarnya berbeda-
dengan cedera minor dan tingkat penyakit yang beda serta dalam jangka waktu yang tidak sama
tidak membutuhkan pertolongan segera serta (Hardjana, 2004). Selye (1956 dalam Suliswati,
tidak mengancam nyawa dan tidak menimbulkan 2005) menyatakan bahwa stres merupakan
kecacatan mendesak perawat untuk melakukan tanggapan menyeluruh dari tubuh baik fisik
tindakan dengan segera. maupun mental terhadap setiap tuntutan ataupun
Tuntutan pasien dan keluarga membuat perubahan yang mengganggu, mengancam rasa
perawat akan terbebani dalam melakukan aman dan harga diri individu. Pengalaman stres
tindakan karena sebagai sebagai seorang perawat adalah pengalaman pribadi dan bersifat subjektif.
dia tidak boleh membeda-bedakan pesien dan
386
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.1(February, 2020):379-390 Jurnal Human Care

Stres terjadi apabila individu menilai situasi yang Beban kerja berlebih dapat menyebabkan
ada pada dirinya adalah situasi yang mengancam. stres. Penelitian tentang stres perawat ICU dan
Menurut Roy (1991) bahwa faktor beban IGD yang dilakukan di Malaysia oleh Lexshimi
kerja termasuk di dalam stimulus fokal dimana (2007), yang hasilnya menunjukkan bahwa 100%
secara langsung berhadapan dengan seseorang perawat yang menjadi responden mengatakan
dan responnya segera. Perawat IGD yang merasa pernah mengalami stres selama bertugas di ruang
beban kerjanya tinggi akan langsung berespon ICU dan IGD. Mereka mengalami keluhan sakit
untuk beradaptasi dengan kondisi yang ada. kepala, nyeri dada, nyeri perut, bahkan ada yang
Berbagai keluhan fisik yang dirasakan merupakan menyampaikan kehilangan libido. Dari responden
respon kelelahan dari beratnya beban kerja di didapatkan bahwa yang menyebabkan mereka
ruang IGD. Berdasarkan penelitian dari stres diantaranya adalah: beban bekerja dengan
Rodrigues (2010) bahwa ada hubungan antara alat canggih yang sangat menegangkan, adanya
beban kerja dan tingkat stres perawat IGD, ketidaknyamanan bekerjasama dengan staf lain
semakin tinggi beban kerja maka semakin tinggi dan kurangnya pengalaman bekerja di ruang ICU
juga tingkat stress perawat. dan IGD.
Menurut Manuaba (2000), akibat beban Beban kerja yang ditanggung oleh perawat
kerja yang terlalu berat dapat mengakibatkan IGD berbeda dengan di ruang rawat yang lain.
seorang pekerja menderita gangguan atau Perawat sangat merasa terbeban karena harus
penyakit akibat kerja. Beban kerja yang terlalu memberikan pelayanan keperawatan ekstra ketat
berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik dan cepat untuk menyelamatkan nyawa pasien.
fisik atau mental dan reaksi–reaksi emosional Selain itu dengan pemantauan dan pencatatan
seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan kondisi pasien secara rutin dan kontinyu juga
mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang merupakan beban tersendiri. Secara psikologis
terlalu sedikit dimana pekerjaan yang terjadi ada beban untuk dapat mempertahankan kondisi
karena pengulangan gerak akan menimbulkan pasien supaya tidak tambah memburuk. Terhadap
kebosanan, rasa monoton. Kebosanan dalam kerja keluarga pasien perawat juga merasa terbeban
rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yang untuk selalu menyampaikan segala kondisi pasien
terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya secara jujur. Beban yang dirasakan perawat IGD
perhatian pada pekerjaan sehingga secara akhirnya menyebabkan adanya suatu tekanan
potensial membahayakan pekerja. Beban kerja secara terus menerus yang memicu terjadinya
yang berlebihan atau rendah dapat menimbulkan stres kerja.
stres kerja.
Banyaknya pekerjaan yang melebihi Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
kapasitas menyebabkan kondisi fisik perawat di bahwa perawat yang lingkungan kerja fisik dan
ICU dan IGD mudah lelah dan mudah tegang. lingkungan kerja non fisik kurang baik dengan
Pelayanan keperawatan di ruang ICU dan IGD stres kerja berat sebanyak 16 perawat (72,7%).
sangat kompleks, dimana membutuhkan Perawat yang lingkungan kerja fisik dan
kemampuan secara teknis dan pengetahuan yang lingkungan kerja non fisik baik dengan stres
lebih. Beban pekerjaan yang begitu banyak kerja ringan sebanyak 16 perawat (64,0%).
pemenuhan kebutuhan, penanganan masalah dan Dilihat dari lingkungan fisik lebih dari
pada akhirnya sangat menguras energi baik fisik sebagian perawat menyatakan bahwa warna cat
ataupun kemampuan kognitif. Kondisi perawat tempat bekerja mereka kurang memperbesar
ICU dan IGD yang stres dengan adanya beban efisiensi kerja. Selain itu perawat juga
pekerjaan yang sudah berat hendaknya tidak mengatakan bahwa kurang setuju dengan
ditambah lagi dengan beban lain di luar tugas penerangan yang ada di ruangan ICU dan IGD
sebagai perawat ICU dan IGD. Sebagai contoh karena kurang terang sehingga terhalang saat
adalah beban bimbingan mahasiswa praktek, melakukan tindakan pekerjaan. Perawat juga
beban pengurus organisasi, atau beban lain yang merasakan bahwa ruangan tempat mereka bekerja
pada akhirnya semakin memperberat, sehingga kurang bersih mengakibatkan penurunan
tingkat stres perawat semakin meningkat. semangat dalam bekerja.
387
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.1(February, 2020):379-390 Jurnal Human Care

Lingkungan fisik seharusnya memberikan sangat mempengaruhi timbulnya stres kerja.


motivasi kepada perawat ataupun tenaga Dalam menjalani kehidupan kita tidak akan luput
kesehatan lain yang bekerja di ruangan tersebut. dari kerjasama dengan orang disekitar kita. Hal
Terkadang kita menganggap lingkungan fisik itu juga akan dirasakan oleh perawat yang bekerja
adalah hal yang sepele namun semua itu sangat di ruangan ICU dan IGD Rumah Sakit.
memberi arti bagi individu yang ada di ruangan Lingkungan kerja fisik dalam suatu
tersebut. Kondisi lingkungan kerja dikatakan baik perusahaan merupakan suatu kondisi pekerjaan
atau sesuai apabila perawat dapat melaksanakan untuk memberikan suasana dan situasi kerja
kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman. karyawan yang nyaman dalam pencapaian tujuan
Kesesuaian lingkungan kerja dapat dilihat yang diinginkan oleh suatu perusahaan. Kondisi
akibatnya dalam jangka waktu yang lama, lebih kerja yang buruk berpotensi menjadi penyebab
jauh lagi lingkungan kerja yang kurang baik dapat karyawan mudah jatuh sakit, mudah stres, sulit
menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih berkonsentrasi dan menurunnya produktivitas
banyak dan tidak mendukung terhadap pekerjaan kerja. Bayangkan saja, jika ruangan kerja tidak
yang mereka kerjakan. nyaman, panas, sirkulasi udara kurang memadai,
Lingkungan non fisik tempat perawat ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja
bekerja juga akan mempengaruhi terjadinya stres kurang bersih, berisik, tentu besar pengaruhnya
kerja. Lebih dari sebagian perawat menyatakan pada kenyamanan kerja karyawan. alam
kalau pimpinan kurang memberikan perhatian mencapai kenyamanan tempat kerja antara lain
dan dukungan dalam menyelesaikan pekerjaan. dapat dilakukan dengan jalan memelihara
Kurang dari sebagian perawat juga menyatakan prasarana fisik seperti seperti kebersihan yang
bahwa memiliki komunikasi yang baik dengan selalu terjaga, penerangan cahaya yang cukup,
pimpinan dan karyawan lainnya. ventilasi udara, suara musik dan tata ruang kantor
Perawat yang bekerja di lingkungan kerja yang nyaman. Karena lingkungan kerja dapat
yang mendukung untuk bekerja maka secara menciptakan hubungan kerja yang mengikat
optimal akan menghasilkan kinerja yang baik, antara orang- orang yang ada di dalam
sebaliknya jika seorang perawat bekerja dalam lingkungannya (Nitisemito 1982).
lingkungan kerja yang tidak memadai dan tidak Hubungan baik dengan sesama perawat
mendukung untuk bekerja maka secara optimal akan mempengaruhi kinerja perawat tersebut.
akan membuat perawat yang bersangkutan Dengan adanya hubungan baik sesama perawat di
menjadi malas, cepat lelah sehingga kinerja suatu ruangan akan mempermudah dalam
perawat tersebut akan rendah. melakukan tindakan dan saling berkoordinasi.
Lingkungan kerja yang kurang baik dapat Jika hubungan antara perawat dengan perawat
menimbulkan gangguan dan ancaman, dalam tidak baik maka tidak dalam melakukan
lingkungan kerja seperti ini akan menyebabkan pekerjaan tidak ada koordinasinya. Hubungan
perawat menjadi pelupa, lebih banyak kesalahan baik ini tidak hanya antara perawat dengan
dalam aktivitas dan penurunan kemampuan dalam perawat saja namun perawat dengan tenaga
membuat rencana (Abraham, 2009). Perubahan kesehatan lainnya juga harus dibina apalagi
kondisi kerja menimbulkan reaksi pekerja untuk dengan pimpinan.
dapat menyesuaikan diri dalam kondisi yang ada. Pada kenyataannya sekarang yang kita
Apabila pekerja kurang mampu beradaptasi temui di Rumah Sakit Pimpinan sangat jarang
dengan kondisi kerja yang ada maka akan melakukan supervisi kepada bawahannya.
cenderung mengalami stres kerja (Anoraga, Pimpinan hanya terfokus ke administrasi sebuah
2001). Rumah Sakit tanpa terjun langsung melihat dan
Lingkungan kerja akan mempengaruhi mendengar keluh kesah perawat yang
timbulmya stres karena perubahan lingkungan memberikan pelayanan kepada pasien.
akan merangsang sikap pekerja untuk dapat Pihak manajemen perusahaan juga
menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja hendaknya mampu mendorong inisiatif dan
(Susilawati, 2004). Lingkungan kerja tidak hanya kreatifitas. Kondisi seperti inilah yang
secara fisik saja namun lingkungan non fisik juga selanjutnya menciptakan antusiasme untuk
388
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.1(February, 2020):379-390 Jurnal Human Care

bersatu dalam organisasi perusahaan untuk Rumah Sakit Camatha Sahidya Batam tahun
mencapai tujuan perusahaan dengan 2015.
meningkatkan kinerja karyawan.
Fraser (1992) menjelaskan bahwa 74 %
perawat mengalami kejadian stres, yang mana DAFTAR PUSTAKA
sumber utamanya adalah lingkungan kerja yang
menuntut kekuatan fisik dan keterampilan. Stres
Andarika, R. 2004. Burnout Pada Perawat Puteri
adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang RS St. Elizabeth Semarang Ditinjau Dari
disebabkan oleh perubahan dan tuntutan
DukunganSosial.JurnalPsyche. Vol. 1 No.
kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh
1, Juli 2004
lingkungan maupun penampilan individu di
dalam lingkungan tersebut (Sunaryo, 2002). Anoraga,Panji, 2001. Psikologi Kerja.
Sarafino (Smet, 1994) menyebutkan stres kerja
PT.RinekaCipta,Jakarta
dapat disebabkan karena lingkungan fisik yang
terlalu menekan, kurangnya kontrol yang
Azwar, A. 1996. Pengantar Administrasi
dirasakan, kurangnya hubungan interpersonal, Kesehatan. Jakarta: Bina Rupa Aksara
dan kurangnya pengakuan terhadap kemajuan
pekerja. Efek stres dapat berimplikasi pada Danang, P (2009). Hubungan Stres Kerja Dengan
perubahan yang cukup luas dalam perilaku, Adaptasi Pada Perawat di Instalasi Gawat
suasana hati, kemampuan untuk melakukan Darurat RSUD Pandan Arang. Diakses
tugas-tugas mental (seperti berpikir, penalaran pada tanggal 23 Maret 2014 dari
logis, pemecahan masalah dan pengambilan http://etd.eprints.ums.ac.id
keputusan) dan fungsi neurofisiologis (Agrawal,
2001). Departemen Kesehatan RI (2001). Rencana
Strategi Pembangunan Kesehatan 2001-
SIMPULAN 2004. Jakarta. Departemen Kesehatan RI.
Berdasarkan hasil penelitian hubungan beban
kerja dan lingkungan kerja dengan stres kerja Diklat Rumah Sakit PHC Surabaya (2007).
perawat ICU dan IGD di Rumah Sakit Tipe C Materi Pelatihan Perawat ICU (Intensive
Batam tahun 2015 dapat diambil kesimpulan : Care Unit). Surabaya : RSPS.
1. Lebih dari setengah perawat ICU dan IGD Gibson,Ivancevich, Donnelly.(1996). Organisasi,
Rumah Sakit Tipe C Kota Batam tahun 2015 Perilaku,Struktur, Proses. BinaRupa
mengalami beban kerja langsung dan beban Aksara. Jakarta
kerja tidak langsung berat.
2. Lebih dari setengah perawat ICU dan IGD Golizeck, A. (2005). Second Manejemen Stres.
Rumah Sakit Harapan Bunda dan Rumah Sakit Jakarta. Bhuana Ilmu Populer.
Camatha Sahidya Batam tahun 2015
mengalami lingkungan kerja fisik dan Hamid, A, Y . 2001. Rencana Strategik
lingkungan non fisik yang baik. Keperawatan PPNI.
3. Lebih dari setengah perawat ICU dan IGD
Rumah Sakit Harapan Bunda dan Rumah Sakit Jayanti, N. (2009). Penyelesaian Hukum dan
Camatha Sahidya Batam tahun 2015 Malpraktek Kedokteran. Yogyakarta.
mengalami stres kerja yang berat. Pustaka Yustisia.
4. Adanya hubungan antara beban kerja perawat
Mark, G., & Smith, A.P., 2011. Occupational
dengan stres kerja perawat ICU dan IGD di
stress, job characteristics, coping, and the
Rumah Sakit Harapan Bunda dan Rumah Sakit
mental health of nurses. Journal of Health
Camatha Sahidya Batam tahun 2015 .
Psychology, Vol 1, No 1, 1-17.
5. Adanya hubungan antara lingkungan kerja
Martina, A. (2012). Gambaran Tingkat Stres
perawat dengan stres kerja perawat ICU dan
Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap
IGD di Rumah Sakit Harapan Bunda dan
389
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.1(February, 2020):379-390 Jurnal Human Care

Rumah Sakit Paru Dr. Moehammad Megister Kesehatan Kerja Program Pasca
Goenawan Partowidigdo Cisarua Bogor. Sarjana, Universitas Sumatera Utara.
Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
Nursalam. (2001). Metodologi Riset
Mealer, M.L., et al.,(2007). Increased Prevalence Keperawatan. Infomedika. Jakarta.
of Post-traumatic Stress Disorder
Symptoms in Critical Care Nurses, Nursalam. (2003). Pendekatan Praktis
American Journal of Respiratory & Critical Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta.
Care Medicine, 175(1), 693-697 Sagung Seto

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2010, Potter, P.A & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : Fundamental Keperawatan Vol 1. Jakarta.
340/Menkes/PER/III/2010 tentang EGC
Klasifikasi Rumah Sakit. Jakarta:
Purwanto, S. (2007). Kualitas Pelayanan
Departemen Kesehatan
Keperawatan. http:klinis.wordpress.com
Munandar, S. 2008. Psikologi Industri dan
Robbins, S ( 2008 ). Perilaku Organisasi. Jakarta.
Organisasi. Jakarta : UI Press
Salemba Empat
National Safety Council . (2004). Manajemen
Sondang, S (2003). Teori dan Praktek
Stres National Safety Council. Jakarta EGC
Kepemimpinan. Jakarta. Rineka Cipta
Nur’aini (2007). Aktivitas Program Intervensi
Sri Inawati (2006). Mengapa Perawat
Pengendalian Stres Kerja Perawat dalam
dibutuhkan?. www//http:kaltengpos.com
Upaya Meningkatkan Mutu Pelayanan
Keperawatan diUnit Perawatan Intensive Waluyo, M. (2009). Psikologi Teknik Industri.
Rumah sakit Haji Medan. Program Studi Jakarta. Graha Ilmu
Magister Kesehatan masyarakat Program

390

Anda mungkin juga menyukai