PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan salah satu sektor kesehatan yang mempunyai misi
Oleh karena itu rumah sakit didaerah dituntut untuk memperbaiki manajemen,
potensi yang ada termasuk sumber daya manusia karena mutu pelayanan sangat
secara holistic dan profesional untuk individu sehat maupun sakit, perawat
merupakan bagian integral dari layanan ksehatan yang di dasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan. Fungsi utama perawat adalah membantu klien, baik dalam
kondisi sakit maupun sehat, guna mencapai derajat kesehatan yang optimal
1
melalui layanan keperawatan. Layanan keperawatan diberikan karena adanya
komunikator, dan sebagai manajer (Potter & Perry, 2005). Perawat profesional
juga harus mampu bekerja di semua unit kerja di rumah sakit dengan berbagai
macam pasien dan karakteristik lingkungan kerja yang berbeda (Brunner &
Suddarth, 2002)
diruang rawat inap, karena dengan klasifikasi tersebut pasien merasa lebih di
hargai sesuai haknya dan dapat diketahui bagaimana kondisi dan beban kerja
perawat dimasing-masing ruang rawatan. Kondisi kerja berupa situasi kerja yang
juga dengan beban kerja baik secara kuantitas dimana tugas-tugas yang harus
dikerjakan terlalu banyak/sedikit maupun secara kualitas dimana tugas yang harus
kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia maka akan
2
Stres merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap
tuntutan atau beban kerja atasnya. Stres dapat muncul apabila seseorang
mengalami beban atau tugas berat dan orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas
yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak mampu terhadap
tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami stres (Selye, 1950 dalam
Hidayat, 2011). Stres kerja perawat dapat terjadi apabila perawat dalam bertugas
tersebut dikatakan mengalami stres kerja. Manifestasi dari stres kerja perawat
antara lain akibat karakterisasi pasien, pengkajian terhadap pasien, dan aspek
Penyebab stres yang terjadi pada petugas kesehatan meliputi kerja shift, jam
konflik peran, dan terpaparnya petugas kesehatan terhadap infeksi dan substansi
kesehatan terhadap infeksi dan substansi bahaya lainnya yang ada di rumah sakit.
Beberapa penelitian tentang stres kerja terhadap perawat juga telah dilakukan
pengerjaan tugas yang cepat, tidak adanya dukungan sosial dalam bekerja
lebih tinggi), terpapar penyakit infeksi, tertusuk jarum, dan berhubungan dengan
3
pasien sulit atau kondisi sulit pasien yang serius (NIOSH, 2008 dalam
Mutmainah, 2012)
Perawat yang rentan mengalami stres pada pekerjaan yaitu perawat yang
bekerja di Unit Gawat Darurat (UGD) atau Instalasi Gawat Darurat (IGD) karena
merupakan bagian dari rumah sakit yang menjadi tujuan pertama kali pasien yang
proses pencatatan kasus dan tindakan yang dilakukan di IGD serta proses
pemindahan pasien dari IGD ke rawat inap jika memang pasien membutuhkan
perawat tersebut juga sangat besar sehingga mengharuskan perawat yang bertugas
di IGD selalu ada setiap saat karena pasien atau orang yang membutuhkan
dengan kemampuan maksimum kinerja perawat maka pada titik ini stres yang
dialami perawat terlalu besar, maka kinerja akan mulai menurun, karena stres
akibatnya kinerja akan menjadi nol, perawat mengalami gangguan, menjadi sakit,
dan tidak kuat lagi untuk bekerja, menjadi putus asa, keluar dan menolak bekerja
4
Fenomena stres kerja sudah menjadi masalah didunia. Hal ini bisa di lihat dari
kejadian stres di Inggris terhitung ada 285.000 kasus, di Wales 11.000 sampai
26.000 kasus (Health & Safty Exercutive, 2013). Dari empat puluh kasus stres
kerja, stres kerja pada perawat berada diurutan paling atas dan perawat juga dapat
Hasil penelitian Labour Force Survey pada tahun 2014 menemukan adanya
440.000 kasus stres akibat kerja di Inggris dengan angka kejadian sebanyak 1.380
kasus per 100.000 pekerja yang mengalami stres akibat kerja. Stres kerja pada
MH. Thamrin Jakarta, 54% perawat di Rumah Sakit PELNI “Pertamburan”, serta
51,2% perawat di Intersive Care Unit (ICU) dan Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi mengami stres kerja dengan penybab yang
Penelitian yang di lakukan oleh PPNI sekitar 50,9% perawat yang bekerja di
empat provinsi mengalami stres kerja, sering pusing, tidak bisa istirahat karena
beban kerja terlalu tinggi dan menyita waktu, serta gaji rendah tanpa di ikuti
intensif yang memadai, tetapi keadaan yang paling mempengaruhi stres perawat
Sektor kesehatan merupakan salah satu sektor dengan prevalensi stress kerja
paling tinggi (ILO, 2016). Menurut Perwitasari et al (2016), bahwa seluruh tenaga
professional dirumah sakit memiliki risiko stress, namun perawat memiliki tingkat
5
stress yang lebih tinggi. Angka prevalensi stress kerja perawat di Vietnam sebesar
18,5% (Tran et al. 2017), sementara di Hongkong mencapai 41,1% (Cheung and
Yip, (2015). PPNI pada tahun 2006 menyebutkan, bahwa 50,9% perawat
perawat menempati ranking empat puluh kasus teratas stress pada pekerja (Fuada
et al, 2017).
perawat yang harus berkolaborasi dengan profesi lain, seperti pengiriman resep
mengambil diet makanan pasien dan masih banyak lagi (Kurniadi, 2013).
Permasalahan ini bisa terjadi salah satunya karena kurangnya tenaga keperawatan
yang dapat membuat beban kerja perawat bertambah (Tjandra YP 2017 dalam
Megarista Aisyana, dkk 2016). Menurut Suyanto (2008), faktor lain yang
Perawat dalam melayani klien dituntut untuk memberikan waktu dan tenaga
dalam memenuhi setiap kebutuhan dasar klien. Dengan adanya tanggung jawab
akan berdampak dan mempengaruhi pada beban kerja perawat. Beban kerja
perawat adalah seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seorang
perawat selama bertugas oleh seorang perawat selama bertugas di suatu unit
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi beban kerja perawat adalah kondisi
pasien yang selalu berubah, jumlah rata-rata jam perawatan yang dibutuhkan
6
untuk memberikan pelayanan langsung pada pasien, serta banyaknya tugas
tambahan yang harus dikerjakan oleh seorang perawat (Kusmiati 2003, dalam
Gian 2010).
Menurut munandar (2008), stres kerja sangat berkaitan dengan beban kerja
keinginan pasien.
Ilyas (2004) mengatakan beban kerja perawat yang tinggi dapat menyebabkan
terjadi bila perawat bekerja lebih dari 80% dari waktu kerja mereka. Dengan kata
lain waktu produktifitas perawat adalah kurang lebih 80%, jika lebih maka beban
kerja perawat dikatakan tinggi atau tidak sesuai dan perlu dipertimbangkan untuk
dan setiap perawat pasti mempunyai cara yang berbeda dalam menahan ataupun
mengatasi stres tergantung lama dan frekuensi stres yang di alami oleh perawat
(Lilis Dian Prihatini, 2008). Dari berbagai uraian diatas maka sangatlah
diperlukan suatu tindakan untuk mengurangi masalah tersebut yaitu dengan cara
lingkungan dan beban kerja yang dapat menyebabkan stres (Haryanti, 2013).
Hasil penelitian Fansiska Dewi tahun 2013 terdapat hubungan yang signifikan
antar beban kerja perawat terhadap stres kerja perawat. Beban kerja perawat
7
memandikan pasien, membantu pasien ke kamar mandi, dan sebagainya.
Sedangkan beban kerja yang bersifat mental dapat berupa bekerja dengan shift
mental dan rohani pasien dan keluarga terutama bagi yang akan memerlukan
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bogor merupakan rumah sakit
Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Sebelumnya RSUD merupakan
rumah sakit swasta yaitu Rumah Sakit Karya Bhakti dibawah pengelolan yayasan
pemerintah Kota Bogor selama 30 (tiga puluh) tahun menjadi Rumah Sakit yang
A. Rumusan Masalah
dalam enelitian ini adalah “Hubungan Beban Kerja dengan Tingkat Stress pada
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
8
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat stress kerja perawat di
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis sebagai
berikut :
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
pelayanan keperawatan.
b. Bagi Perawat
9
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi awal dan
D. Ruang Lingkup
Materi dalam penelitian ini adalah “Hubungan Beban Kerja dengan Tingkat
Subyek penelitian yang diteliti adalah semua perawat di Ruang IGD RSUD
Kota Bogor
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2020
E. Keaslian Penelitian
Penelitian
10
Pada Perawat sectional dengan sebesar 46,2%,
11
dr. yang diambil beban kerja
tau.
12
Probability Ho di tolak dan
13
Semarang gunakan tehnik adalah sedang
sebanyak 29 responden
Kendall Tau
judul Pengaruh Beban Kerja Fisik dan Mental Terhadap Stres Kerja Pada
14
2) Pada penelitian yang dilakukan oleh Patriot Cahyo Pambudi dengan judul
3) Pada penelitian yang dilakukan oleh Shieva Nur Azizah Ahmad dengan
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. BEBAN KERJA
pekerjaan dalam jangka waktu tertentu. Beban kerja meliputi beban kerja fisik
maupun mental. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan baik
Perawat juga dapat diartikan sebagai seorang yang memiliki kemampuan dan
pasien. Beban kerja juga dapat diartikan jumlah total waktu keperawatan baik
keperawatan yang diperlukan oleh pasien dan jumlah perawat yang diperlukan
16
Beban kerja bisa bersifat kuantitatif bila yang dihitung berdasarkan
menjadi tanggung jawab yang harus dilaksanakan sebaik mungkin. Bila beban
kerja perawat yang berat dikhawatirkan pula dapat menurunkan ketepatan dan
Jadi, definisi beban kerja perawat adalah kemampuan tubuh perawat dalam
menjalani tugas serta menjalin kontak langsung dengan pasien yang tingkat
keparahanya tidak dapat diprediksi setiap harinya. Beban dapat berupa fisik
dan mental. Beban fisik seperti jenis pekerjaan yang dilakukan sedangkan
beban mental dapat berupa tingkat keahlian atau prestasi antar individu.
Maupun keahlian dan waktu yang tersedia maka akan menjadi sumber stres
17
waktu, yaitu setiap tugas diharapkan dapat diselesaikan secepat mungkin
alih oleh mesin-mesin atau robot, sehingga pekerjaan manusia beralih titik
dan motivasi yang rendah untuk bekerja. Tenaga kerja akan merasa bahwa
keterampilannya.
18
1) Aspek Fisik
Analisa beban kerja dapat dilihat dari aspek seperti tugas-tugas yang
selain itu banyaknya jumlah psien tidak sesuai dengan jumlah perawat.
2) Aspek Psikologis
tugasnya. Adanya kerja sama antara perawat dengan perawat, dan perawat
dengan kepala ruang serta kerja sama antara perawat dengan psien yang
dirawatnya. Akibat beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik
3) Aspek Waktu
yang berlangsung setiap hari. Waktu kerja dalam observasi adalah jumlah
jam kerja produktif yang digunakan oleh perawat untuk mengerjakan tugas
19
utamanya sesuai dengn uraian tugas perawat, maupun tugas-tugas
hari kerja) dengan waktu efektif tiap perawat adalah 6,4 jam perhari.
Menurut carayon (Dalam Prawitasari, 2009) model sistem kerja yang dapat
dalam beban kerja. Adapun sistem kerja tersebut terdiri dari 5 elemen antara lain
a) Individu perawat
kerja.
Beban kerja perawat tiap waktu akan berubah. Perubahan ini dapat
disebabkan oleh faktor intern (jumlah pasien dalam ruang rawat) atau faktor
20
a) Faktor Eksternal, yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti :
1) Tugas-tugas yang bersifat fisik, seperti stasiun kerja, tata ruang, tempat
kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, dan tugas-tugas
kebisingan)
udara)
b) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri
akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Faktor internal meliputi faktor
21
somatis (jenis kelamin, usia, ukuran tubuh, status gizi, dan kondisi
dan kepuasan).
keselamatan pasien
22
f. Tuntutan keluarga untuk keselamatan pasien
Salah satu untuk mengurangi beban kerja perawat yang terlalu tinggi
yang ditangani perawat maka semakin berat atau besar beban kerja perawat
Rumah Sakit.
fisik atau psikis sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit dimana
Dampak negatif dari kelebihan beban kerja yang tidak sesuai dengan
23
Beban kerja yang terlalu berat tidak diimbangi dengan kemampuan tenaga
kerja.
b. Keluhan Pelanggan
Keluhan pelanggan timbul karena hasil kerja yaitu karena pelayanan yang
diterima tidak sesuai dengan harapan seperti harus menunggu lama, hasil
Beban kerja yang terlalu banyak bisa juga mengakibatkan pegawai terlalu
lelah atau sakit. Hal ini akan berakibat buruk bagi kelancaran kerja
B. TINGKAT STRESS
1. DEFINISI STRES
Dalam masyarakat umum, stres diartikan bingung, takut, susah. Dunia tanpa
stresor tidak mungkin, seperti jugadunia tanpa kuman juga tidak mungkin.
kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan atau situasi yang menekan.
24
Kondisi ini mengakibatkan perasaan cemas, marah, dan frustasi. Menurut
2) Tekanan
Stres adalah suatu reaksi fisik dan psikis terhadap setiap tuntutan yang
2. SUMBER STRES
dalam istilah yang lebih umum disebut stresor. Stresor adalah keadaan atau
situasi, objek atau individu yang dapat menimbulkan stres. Secara umum,
stresor dapat dibagi menjadi tiga, yaitu stresor fisik, sosial dan psikologis.
1) Stresor Fisik
Bentuk dari stresor fisik adalah suhu (panas dan dingin), suara bising,
2) Stresor Sosial
25
b. Keluarga, misalnya peran seks, iri, cemburu, kematian anggota
buruk.
3) Stresor Psikologis
a. Frustasi
hambatan.
b. Ketidakpastian
3. GEJALA STRES
a. Gejala Fisik
Beberapa bentuk gangguan fisik yang sering muncul pada stres adalah
nyeri dada, diare selama beberapa hari, sakit kepala, mual, jantung
26
b. Gejala Psikis
sepele, daya kemampuan berkurang, tidak mampu santai pada saat yang
tepat, tidak tahan terhadap suara atau gangguan lain, dan emosi tidak
terkendali.
4. TAHAPAN STRES
perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat. Dan, baru dirasakan
1) Stres tahap 1
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan biasanya
tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (all uot) diserti rasa gugup
27
2) Stres Tahap II
waktu untuk istirahat. Istirahat antara lain dengan tidur yang cukup
28
c. Perasaan ketidaktenagngan dan ketegangan emosiaonal semakin
meningkat
pingsan).
4) Stres Tahap IV
organ tubuhnya. Bila hal ini terjadi dan yang bersangkutan terus
memaksakan diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat, maka gejala stres
apa penyebabnya.
5) Stres Tahap V
29
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V
dan sederhana
6) Stres Tahap VI
panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang
mengalami stres tahap VI ini berulang kali dibawa ke Unit Gawat Darurat
ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah
sebagai berikut :
manusia biasa yang belum pernah merasakan stress. Stress kini menjadi
30
manusiawi selama tidak berlarut-larut berkepanjangan. Berdasarkan
1. Stress Ringan
teratur, seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu lintas, kritikan dari
atasan. Situasi seperti ini biasanya berlangsung beberapa menit atau jam.
perasaan tidak santai. Stress yang ringan berguna karena dapat memacu
tantangan hidup.
2. Stress Sedang
3. Stress Berat
31
perselisihan perkawinan secara terus menerus, kesulitan financial yang
perubahan fisik, psikologis, sosial pada usia lanjut. Makin sering dan
hari umumnya mengacu pada perasaan atau reaksi negatif terhadap suatu
peristiwa. Sebenrnya stres bukan hanya sesuatu hal yang “buruk” karena
hal yang “baik” pun. Istilah yang dapat membedakan tipe stres, yaitu :
netral yaitu tidak memberikan efek buruk maupun baik. Ini terjadi bila
32
Dampak akibat stres, faktor-faktor yang memperngaruhi reaksi
a. Pengalaman sebelumnya.
muncul lagi.
b. Informasi.
c. Perbedaan Individu
Sebagian orang berusaha untuk melindungi diri meraka dari dampak stres
d. Dukungan Sosial
e. Kontrol
6. DAMPAK STRES
1. Dampak Fisiologik
33
Secara umum orang yang mengalami stress mengalami sejumlah gangguan
a. Gangguan pada organ tubuh hiperaktif dalam salah satu system tertentu
dst.
2. Dampak Psikologik :
bersangkutan.
34
c. Pencapaian pribadi yang bersangkutan menurun, sehingga berakibat
3. Dampak Perilaku
terjadi tingkah laku yang tidak yang tidak diterima oleh masyarakat
c. Stress yang berat seringkali banyak membolos atau tidak aktif mengikuti
kegiatan pembelajaran.
A. Faktor Pekerjaan
Faktor pekerjaan merupakan faktor yang meliputi lingkungan dan faktor dari
pekerjaan itu sendiri. Menurut HSE (2014) dan ILO (2016), karakteristik
pekerjaan yang dapat menyebabkan stres terdiri dari beban kerja, variasi beban
interpesonal.
A. Beban Kerja.
35
Beban kerja berlebih dan beban kerja terlalu sedikit merupakan
pembangkit stres. Beban kerja dapat dibedakan lebih lanjut ke dalam beban
bekerja selama jumlah jam yang sangat banyak, yang merupakan sumber
(overload) akan menjadi sumber munculnya stres kerja pada perawat, baik
pada tingkat yang ringan maupun sedang, hal ini tergantung dari mekanisme
sebesar 0,003, Haryanti (2013) dengan P-value sebesar 0,000, Aiska (2014)
sebesar 0,000.
Variasi beban kerja dapat menjadi salah satu penyebab stres pada pekerja.
Hal ini terjadi ketika pekerja merasa tidak mampu melaksanakan tugas
36
mempengaruhi penialaian diri seseorang terhadap dirinya. Tuntutan tugas
yang beragam dan tidak sesuai dengan kompetensi serta skill yang dimiliki
alat bantu atau adanya pekerja lain yang melakukan tugas tersebut. Kondisi
D. Ketaksaan Peran
37
tertentu (Munandar, 2001). Semakin tidak jelas peranan seseorang maka
pekerjaan, kurang memiliki kepercayaan diri, rasa tak berguna, rasa harga
Hal ini merupakan tanda stres dalam bekerja. Hubungan positif antara
E. Ketidakpastian Pekerjaan
dianggap tidak diperlukan lagi merupakan hal-hal biasa yang dapat terjadi
dalam kehidupan kerja. Hal ini terjadi karena adanya reorganisasi untuk
38
stres yang potensial yang mencakup ketidakpastian pekerjaan (Siringoringo,
2013).
peluang promosi dan kenaikan jabatan, peran yang tidak jelas sehingga
kinerja karyawan. Hal ini yang paling rentan dan paling sering terjadi adalah
terjadinya stress kerja (Indrawan, 2009). Hal ini sejalan dengan hasil
F. Shift Kerja
Shift kerja merupakan pola pengaturan jam kerja sebagai pengganti atau
tambahan kerja siang hari sebagaimana yang biasa dilakukan, shift kerja
biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam. Shift kerja menjadi salah
keselamatan pekerja. Karena dapat merubah ritme dan pola istirahat tubuh.
Pekerja harus dilatih untuk menghadapi efek stres yang ditimbulkan akibat
kerja shift dengan merencanakan waktu tidur, kontak sosial, dan kontak
2005).
39
Secara umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua
pengaturan jam kerja, sebagai pengganti atau tambahan kerja siang hari
para pekerja shift lebih sering mengeluh tentang kelelahan dan gangguan
perut daripada pekerja pagi/siang dan dampak dari kerja shift terhadap
yang signifikan ditinjau dari shift kerja pada karyawan (P-value = 0,000)
G. Konflik Peran
sebagian orang. Konflik peran timbul jika seorang tenaga kerja mengalami
tuntutan yang bertentangan dari atasan, rekan, bawahan-nya, atau orang lain
yang dinilai penting bagi dirinya, serta pertentangan dengan nilai-nilai dan
2001). Hasil peelitian pada perawat ruang rawat inap disalah satu rumah
konflik peran ganda dengan stres kerja pada perawat (P-value = 0,000),
semakin tinggi konflik peran ganda maka semakin tinggi stres kerja yang
dengan stres kerja sejalan dengan penelitian Indrawan (2009) yang memiliki
nilai probabilitas sebesar 0,048. Selain itu, adanya hubungan antara konflik
40
peran dengan stres kerja ditunjukkan oleh beberapa penelitian lain
H. Kurangnya Kontrol
dan respon afektif selama hari kerja, dan respon ini dapat menyebabkan
antara tuntutan pekerjaan yang tinggi dengan rendahnya kontrol kerja dapat
masalah kesehatan.
I. Konflik Interpersonal
41
interaksi sosial antara oekerja dengan orang lain seperti rekan kerja, pasien,
Soebandi Jember (Martha, 2016). Selain itu, hasil penelitian Dewi (2016)
stres kerja pada Kantor Sekretariat Daerah Kota Denpasar. Hal ini
42
pribadi dan organisasi yang bertentangan, konflik antara tuntutan keluarga
dampak yang negatif pada kehudipan keluarga dan pribai. Namun demikian,
stres kerja.
C. PERAWAT
a. Definisi Perawat
baik didalam maupun diluar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan
keperawatan).
43
b. Peran Perawat
1. Care Giver
atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah
psikologis.
44
Perawat juga berperan sebagai advokat atau pelindung klien, yaitu
klien dari efek yang tidak diinginkan yang berasal dari pengobatan atau
akibat dari tindakan yang akan dilakukannya apakah aman atau tidak bagi
kesehatan klien.
Manajer kasus juga merupakan salah satu peran yang dapat dilakoni
oleh perawat, disini perawat betugas untuk mengatur jadwal tindakan yang
akan dilakukan terhadap klien oleh berbagai profesi kesehatan yang ada
Tugas perawat :
kepadanya.
karena klien yang sakit dan dirawat dirumah sakit akan berinteraksi
45
dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah anggota tim
Hak privacy
3. Conselor
46
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan
Peran Perawat :
sakitnya.
4. Educator
sebagainya.
47
5. Collaborator
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan
selanjutnya.
6. Coordinator
hal-hal berikut :
7. Change Agent
48
agar menjadi sehat. Elemen ini mencakup perencanaan, kerjasama,
8. Consultant
peran ini dapat dikatakan, perawat adalah sumber informasi yang berkaitan
Peran perawat :
Dalam hal ini perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam
49
kualitas asuhan keperawatan atau pelayanan keperawatan serta
c. Fungsi Perawat
50
menyeluruh dan utuh, dilandasi keyakinan tentang manusia sebagai makhluk
1. Fungsi Independent
aktualisasi diri.
keperawatan yang lain dan bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan
51
2. Fungsi Dependen
pesan atau instruksi dari perawat lain atau dokter. Sehingga sebagian
tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini bisasanya dilakukan oleh
3. Fungsi Interdependen
ketergantungan diantara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat
diatasi dengan tim peawat saja melainkan juga dari dokter ataupun yang
lainnya.
Jika dilihat dari segi pengertian dan tugas pelaksananya ada perbedaan
antara perawat yang jaga diruangan khusus dan umum, yaitu sebagai berikut ini
52
1. Perawat di Ruang Khusus, yaitu seorang tenaga kesehatan yang memiliki
Pengertian Intalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit adalah salah satu
bagian dari rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien
Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit yang tertuang dalam
53
Ilyas (2002) juga menyatakan bahwa Kualitas pelayanan keperawatan
tidak terlepas dari peran klasifikasi pasien diruang rawat inap, karena
dengan klasifikasi tersebut pasien merasa lebih dihargai sesuai haknya dan
masing ruang rawatan. Kondisi dan beban kerja di instalasi gawat darurat
kualitas tenaga perawat yang diperlukan dalam ruangan IGD sehingga tidak
terjadi beban kerja yang tidak sesuai yang akhirnya menyebabkan stres
kerja. Kondisi kerja berupa situasi kerja yang mencakup fasilitas, peraturan
beban kerja baik secara kuantitas dimana tugas-tugas yang harus dikerjakan
dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia
54
2. Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit harus memberikan
3. Rumah Sakit tidak boleh meminta uang muka pada saat menangani
4. Pasien gawat darurat harus ditangani paling lama 5 (lima) menit setelah
sampai di IGD
55