Anda di halaman 1dari 5

Beban Kerja Dengan Stres Kerja Perawat Di Ruang IGD Dan ICU

Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara


Sri Meutia 1, Safrina Edayani 2
1
Mahasiswa STIKes Muhammdiyah Lhokseumawe
2
Dosen STIKes Muhammdiyah Lhokseumawe
Email: eda_safrine@yahoo.com
ABSTRAK
Beban kerja adalah keadaan dimana perawat dihadapkan pada tugas yang harus di selesaikan pada
waktu tertentu. Beban kerja perawat di rumah sakit meliputi beban kerja fisik dan mental, dimana
tuntutan beban kerja yang terlalu berat dapat memicu timbulnya stress sehingga menyebabkan kualitas
pelayanan di rumah sakit menjadi menurun. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan beban
kerja dengan stress kerja perawat di ruang IGD dan ICU Rumah Sakit Umum Cut Meutia. Penelitian
ini bersifat deskriptif korelatif dengan metode cross sectional. Responden dalam penelitian berjumlah
50 perawat. Penentuan jumlah sampel menggunakan teknik total sampling. Hasil penelitian yang
diperoleh yaitu ada hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat di Ruang IGD dan ICU
Rumah Sakit Umum Cut Meutia (p-value: 0,004). Diharapkan kepada bidang keperawatan Rumah
Sakit Umum Cut meutia Kabupaten Aceh Utara untuk melakukan sistem rotasi bagi perawat sehingga
tidak menimbulkan kejenuhan apabila bekerja pada satu ruangan dalam waktu yang lama yang dapat
menimbulkan stres kerja. Perlu dipertahankan tingkat stres kerja pada perawat dengan meningkatkan
kemampuan dalam diri perawat untuk menyeimbangkan beban internal dan eksternal yaitu
memisahkan beban kerja pada keluarga (rumah) dengan beban kerja pada saat melakukan pelayanan
keperawatan di rumah sakit.
Kata Kunci
Daftar Bacaan

: Beban Kerja, Stres Kerja.


: 32 Buku, 3 internet (2000 2011)
ABSTRAK

Workload is a condition when the nurses faced to the tasks that must be completed at a certain times.
Nurses workload in hospital consist of physical and mental workload, where the burden of workloads
could trigger the stress leaded to decrease the service quality in the hospital. The purpose of this study
was to identify the coloration between workload and work stress among nurses who work in
emergency and critical care units in general hospital of Cut Meutia. This correlative research using
cross-sectional. The respondents in this study were 50 nurses. Sample size decided using total
sampling technique. The result showed that there were correlation between workload and work stress
among nurses who work in emergency and critical care units (p=0,004). It was recommended for
nursing management to rotate the nurses so that wouldnt be bored due to long appointed in a unit
which might lead to the stress. It was need to improve the nurses ability in balancing work stress
internally and externally and separate them from their personal matters.
Key Words: Workload. Work Stress.

PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan salah
bentuk sarana kesehatan, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah atau
masyarakat yang berfungsi untuk melakukan
upaya pelayanan kesehatan dasar atau
kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan
penunjang. Keberhasilan rumah sakit dalam
menjalankan fungsinya di tandai dengan
adanya peningkatan mutu pelayanan rumah
sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Faktor yang paling
dominan adalah sumber daya manusia
(Depkes RI, 2008)
Majunya peningkatan teknologi di
bidang pelayanan kesehatan yang dibarengi
dengan semakin kompleksnya kebutuhan
masyarakat modern akan system pelayanan
kesehatan, memberikan pengaruh terhadap
para
praktisi
kesehatan
dalam
mengimplementasikan system pelayanan
kesehatan masyarakat, tidak terkecuali bagi
perawat. Pada era globalisasi ini seorang
perawat dituntut untuk melakukan perbaikan
dan meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan. Untuk mencapai kualitas
pelayanan kesehatan yang baik maka
seorang perawat di tuntut untuk menjadi
perawat professional (Depkes RI, 2004).
Keperawatan di Indonesia saat ini
masih dalam suatu proses profesionalisasi,
yaitu terjadinya suatu perubahan dan
perkembangan karakeristik sesuai tuntutan
secara
global
dan
lokal.
Untuk
mewujudkannya maka perawat harus
mampu memberikan asuhan keperawatn
secara professional kepada klien. Salah satu
bukti asuhan keperawatan yang professional
tercermin dalam pendokumentasian proses
keperawatan dimana professional perawat
identik dengan beban kerja perawat
(Nursalam,2008,)
Menurut Manuaba (2000) beban
kerja dapat berupa tuntutan tugas atau
pekerjaan, organisasi dan lingkungan kerja.
Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian
Ilmiah (2003) bahwa terdapat lima besar
urutan stressor pada perawat. Pertama yaitu
beban kerja yang berlebihan (82,2 %),
pemberian upah tidak adil (57,9 %), kondisi
kerja (52,3 %), beban kerja yang kurang
(48,6 %) , dan tidak diikutkan dalam
pengambilan keputusan (44,9 %).

Faktor yang mempengaruhi beban


kerja perawat adalah kondisi pasien yang
selalu berubah, jumlah rata-rata jam
perawatan yang di butuhkan untuk
memberikan pelayanan langsung pada
pasien melebihi dari kemampuan seseorang,
keinginan untuk berprestasi kerja, tuntutan
pekerjaan tinggi serta dokumentasi asuhan
keperawatan (Munandar, 2008). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Supardi
(2007) didapatkan bahwa kondisi kerja
memperlihatkan kontribusi paling besar
terhadap terjadinya stres kerja kemudian tipe
kepribadian dan beban kerja.
Akibat negatif dari meningkatnya
beban kerja adalah kemungkinan timbul
emosi perawat yang tidak sesuai yang
diharapkan pasien. Beban kerja yang
berlebihan ini sangat berpengaruh terhadap
produktifitas tenaga kesehatan dan tentu saja
berpengaruh terhadap produktifitas perawat.
Perawat merasakan bahwa jumlah perawat
yang ada tidak sebanding dengan jumlah
pekerjaan yang harus diselesaikan. Kondisi
ini dapat memicu munculnya stres kerja.
Stres merupakan respon tubuh yang
bersifat tidak spesifik terhadap setiap
tuntutan atau beban atasnya seseorang. Stres
dapat muncul apabila seseorang mengalami
beban atau tugas berat dan orang tersebut
tidak dapat mengatasi tugas yang
dibebankan itu, maka tubuh akan berespon
dengan tidak mampu terhadap tugas
tersebut, sehingga orang tersebut dapat
mengalami stres (Selye, 1950 dalam
Hidayat, 2011).
Apabila stres mencapai titik puncak
yang kira-kira sesuai dengan kemampuan
maksimum kinerja karyawan maka pada titik
ini stres tambahan cenderung tidak
menghasilkan perbaikan kinerja selanjutnya
bila stres yang dialami karyawan terlalu
besar, maka kinerja akan mulai menurun,
karena
stres
tersebut
mengganggu
pelaksanaan kerja karyawan dan akan
kehilangan
kemampuan
untuk
mengendalikannya atau menjadi tidak
mampu untuk mengambil keputusan dan
perilakunya menjadi tidak menentu. Akibat
yang paling ekstrim adalah kinerja menjadi
nol, karyawan mengalami gangguan,
menjadi sakit, dan tidak kuat lagi untuk

bekerja, menjadi putus asa, keluar atau


menolak bekerja (Munandar, 2008).
Tuntutan beban kerja yang begitu
berat
dari
seorang
perawat
maka
dikhawatirkan akan menyebabkan stres yang
mengakibatkan penurunan kinerja dapat
merugikan baik untuk rumah sakit dan orang
lain atau menurunnya produktifitas kerja
perawat dalam melayani pasien, berkaitan
dengan hal tersebut pelayanan keperawatan
merupakan pelayanan utama yang harus
dilakukan untuk mencapai kesembuhan
pasien yang dirawat di rumah sakit sangat
ditunjang oleh peranan perawat dalam
pemberian pelayanan asuhan keperawatan,
pelayanan yang tidak memuaskan yang
diberikan oleh perawat terhadap pasien
dapat memburuknya pelayanan berupa
kecepatan perawat dalam memberikan
Pelayanan, keramahan dan kesopanan
perawat, Pemberian informasi yang jelas dan
tepat dari perawat, kepedulian terhadap
kebutuhan dan keinginan pasien yang akan
berdampak negatif terhadap pelayanan yang
diberikan oleh perawat ( Zaidin, 2001).
Menurut survei di Perancis (Frasser,
1997) ditemukan bahwa persentase kejadian
stress sekitar 74 % dialami perawat. Mereka
mengeluh terhadap lingkungan kerjanya
yang menuntut kekuatan fisik dan
ketrampilan. Sedangkan di Indonesia
menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh
Persatuan Perawatan Nasional Indonesia
(2006) perawat mengalami stress kerja,
menyatakan keluhan sering merasa pusing,
lelah, tidak ada istirahat, yang antara lain
dikarenakan beban kerja yang terlalu tinggi
dan pekerjaan yang menyita waktu.
Dari hasil wawancara dengan 10
perawat yang bertugas di Rumah Sakit
Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara,
perawat
mengatakan
faktor
yang
mempengaruhi beban kerja dengan stress
kerja yaitu banyak jumlah pasien yang
masuk mengharuskan perawat berperan
sebagai tenaga yang serba bisa, pemicu
terhadap timbulnya stress seperti kelelahan,
emosi yang labil, komunikasi kurang baik
antara pasien dan perawat maupun sesama
perawat sehinga terjadi mis komunikasi,
kelalaian, sehingga memungkin terjadinya
kecelakaan kerja.

Berkaitan dengan alasan tersebut


maka peneliti perlu mengkaji tentang
hubungan beban kerja dengan stres kerja
perawat di Ruang IGD dan ICU Rumah
Sakit Umum Cut Meutia Kabupaten Aceh
Utara Tahun 2014.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan
adalah deskriptif korelatif. Penelitian
dilakukan di rumah sakit Cut Meutia
Kabupaten Aceh Utara. Populasi dalam
penelitian ini adalah perawat yang bertugas
di ruang IGD dan ICU Rumah Sakit Umum
Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara sebanyak
50 orang. Pengambilan sampel dilakukan

secara total sampling. Analisa data


dilakukan secara univariat dan bivariat
menggunakan rumus Chi-square.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian data karakteristik
responden didapatkan bahwa distribusi
frekuensi tertinggi umur perawat berada
pada 26-35 tahun yaitu sebanyak 40 orang
(80,0%), jenis kelamin perempuan 29 orang
(58,0%), pendidikan Akper 41 orang
(82,0%), dan lama bekerja 1-10 tahun 39
orang
(78,0%).
Distribusi
frekuensi
karakteristik responden dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik
Demografi
No
.
1.

2.
3.
4.

Karakteristik
Responden
Usia
17-25
26-35
36-45
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Pendidikan
Akper
S1
Lama Bekerja
1-10
10-20

8
40
2

16
80
4

21
29

42
58

41
9

82
18

64
103

33
53,1

Beban Kerja Perawat

Rata-rata beban kerja perawat


ringan yaitu sebanyak 30 orang (60,0%),
dapat dilihat pada table 2.
Tabel 2 Beban kerja perawat (n=20)
No.

Beban kerja

1.
2.
3.

Berat
Sedang
Ringan

8
12
30

%
16
24
60

Stres Kerja Perawat


Rata-rata stres kerja perawat ringan
yaitu sebanyak 30 orang (60,0%), dapat
dilihat pada table 2.
Tabel 2 Beban kerja perawat (n=20)
No
.
1.
2.
3.

Beban kerja

Berat
Sedang
Ringan

13
18
19

%
26
36
38

Hubungan beban kerja perawat dengan


stres kerja perawat
Hasil uji korelasi chi-square didapat
p value 0,004 (< 0,05) yang artinya adanya
hubungan yang signiikan antara beban kerja
dengan stress kerja perawat (Ha diterima).
Stres kerja
Beban
kerja

Berat

Sedan
g

Total

P
val
ue

Ringa
n

Berat

75,0 0

0,0

25,0

Sedang

16,7 3

25,0 7

58,3

Ringan

16,7 15

50,0 10 33,3

Jumla
h

13 26,0 18

36,0 19 38,0

10
0
12 10
0
30 10
0
50 10
0

0,05 0,004

PEMBAHASAN
Hubungan Beban Kerja Dengan Stres
Kerja Perawat
Berdasarkan hasil uji statistik
menunjukkan bahwa ada hubungan beban
kerja dengan stres kerja perawat (p-value
0,004 < 0,05). Hal ini sesuai dengan
pendapat Rodrigues (2010) bahwa ada
hubungan antara beban kerja dan tingkat

stres perawat, dimana semakin tinggi beban


kerja maka semakin tinggi juga tingkat stres
pada perawat.
Menurut Manuaba (2000), akibat
beban kerja yang terlalu berat dapat
mengakibatkan seorang pekerja menderita
gangguan penyakit akibat kerja. Beban kerja
yang telalu berlebihan akan menimbulkan
kelelahan baik fisik (mengakat pasien,
memandikan pasien) dan juga kelelahan
mental seperti beban kerja shift atau
bergiliran, dan reaksi-reaksi emosional
seperti sakit kepala, gangguan pencernaan
dan mudah marah.
Beban kerja berlebihan pada
perawat dapat memicu timbulnya stres. Dan
perawat
yang
mengalami
stres
memungkinkan mereka untuk tidak dapat
melakukan pelayanan yang efektif dan
efisien dikarenakan kemampuan fisik dan
kognitif
mereka
menjadi
berkurang
(Carayon, 2008).
Hampir setiap beban kerja dapat
mengakibatkan timbulnya stres kerja,
tergantung bagaimana reaksi pekerja itu
sendiri menghadapinya dan besarnya stres.
Stres terhadap perawat akan mempengaruhi
munculnya terhadap masalah kesehatan,
psikologi dan interaksi interpersonal. Pada
gangguan fisik seseorang mengalami stres
akan mudah terserang penyakit, pada stres
mental berkepanjangan akan mengakibatkan
ketegangan, hal ini cenderung merusak
tubuh dan gangguan kesehatan. Reaksi
terhadap stres dapat berupa reaksi psikis
maupaun fisik. Biasanya pada perawat stres
akan menunjukkan perubahan perilaku.
Usaha perilaku berupa melawan stres atau
berdiam diri, dalam kehidupan sehari-hari
reaksi ini berlaku bergantian tergantung
situai dan bentuk stres (Fraser, 2008).
Beban kerja penting menjadi
perhatian untuk mengindentifikasi penyebab
stres yang potensial di rumah sakit , karena
stres akan selalu menimpa perawat. Setiap
perawat mempunyai kemampuan yang
berbeda-beda dalam menahan stres, hal
tersebut bergantung jenis, lama dan
frekuensi stres yang dialami perawat.
Menurut Dantzer dkk dalam Widyastuti

(1999) makin kuat stressor, makin lama


dan sering terjadi sangat berpotensi

menurunkan daya tahan tubuh dan


mudah menimbulkan penyakit.
Jadi beban kerja yang tinggi
dapat meningkatnya stres kerja pada
perawat. Salah satu faktor nya yaitu
kelelahan dalam bekerja baik fisik
maupun mental. Sehingga hal tersebut
akan berdampak buruk bagi perawat,
seperti mudah terserang penyakit, seperti
sakit kepala, mudah marah serta
mempengaruhi
terhadap
kesehtan
lainnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

Rata-rata beban kerja perawat di


ruang IGD dan ICU Rumah Sakit Umum
Cut Meutia termasuk ringan dan beban
kerja yang juga ringan. Hasil uji korelasi
di dapatkan bahwa ada hubungan antara
beban kerja dengan stres kerja perawat
di ruang IGD dan ICU Rumah Sakit
Umum Cut Meutia.
Saran
Pihak manajemen rumah sakit
hendaknya
melaukan
pembinaan
terhadap perawat sehingga menjadi lebih
baik dalam mempertahankan beban kerja
dengan melakukan upaya sistem rotasi
sehingga tidak menimbulkan kejenuhan
pada perawat apabila bekerja pada satu
ruangan dalam jangka waktu yang lama
yang dapat menimbulkan stres kerja.
Sedangkan untuk tingkat stres agar

perawat
dapat
meningkatkan
kemampuan
dalam
diri
untuk
menyeimbangakan beban internal dan
beban eksternal yaitu memisahkan beban
kerja pada keluarga ( rumah ) dengan
beban kerja pada saat melakukan
pelayanan keperawatan di rumah sakit
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. (2006). Manajemen penelitian
(Edisi revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Arita Murwani. (2008). Pengantar konsep
dasar keperawatan. Yogyakarta:
Fitramaya.
Aziz, A. H. (2009). Pengantar konsep dasar
keperawatan.
Jakarta:
Salemba
Medika.
Ali, Z. H. (2001). Dasar-dasar keperawatan
profesional. Jakarta: Widya Medika.
Badra,W.(2004). Hubungan antara stres
kerja dan motivasi dengan kinerja
dosen tetap pada Akper Sorong. Tesis
Program Pasca Sarjana UGM.
Sugiyono. (2005). Metode penelitian
kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Setiadi. (2007). Konsep dan penulisan riset
keperawatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Note: (Masukkan seluruh referensi yang
ada).

Anda mungkin juga menyukai