Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT DI

RUMAH SAKIT RAFLESIA


KOTA BENGKULU

Septi Andrianti1, Ikhsan2 Nurlaili2 Sardaniah2

Program Studi Keperawatan STIKes Bhakti Husada Bengkulu1


Program Studi Keperawatan FMIPA Univeritas Bengkulu2
Email : andriantisepti@gmail.com

ABSTRAK
Tenaga keperawatan yang melayani di pelayanan rawat inap cenderung memiliki beban kerja yang
lebih banyak dibandingkan ruangan lainnya. Setiap hari, dalam melaksanakan pengabdiannya seorang
perawat tidak hanya berhubungan dengan pasien, tetapi juga dengan keluarga pasien, teman pasien,
rekan kerja sesama perawat, berhubungan dengan dokter dan peraturan yang ada di tempat kerja serta
beban kerja yang terkadang dinilai tidak sesuai dengan kondisi fisik, psikis dan emosional. Tugas yang
harus dilakukan perawat seperti melakukan asuhan keperawatan, pencatatan laporan asuhan
keperawatan, observasi pasien, menerima pasien baru atau rujukan pasien ke rumah sakit lain. Masalah
penelitian masih adanya perawat yang mengalami stress kerja di Rumah Sakit Raflesia. Tujuan
penelitian diketahuiya hubungan beban kerja dengan stress kerja pada perawat di Rumah Sakit Raflesia
Kota Bengkulu.
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah survey analitik dengan rancangan cross
sectional total populasi yaitu seluruh populasi dijadikan sampel dalam penelitian ini yang artinya
jumlah sampel sebanyak 85. Data dianalisis secara univariat dan bivariate dengan uji chi-square
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar (58,8%) dengan beban kerja tingkat sedang dan
sebagian besar (51,8%) responden dengan tingkat stress rendah dengan nilai p 0,001.
Simpulan terdapat hubungan beban kerja dengan tingkat stress kerja pada perawat di Rumah Sakit
Raflesia Tahun 2018
Kata kunci : Beban Kerja, Stress Kerja Pada Perawat

WORK LOAD RELATIONSHIP WITH WORK STRESS ON NURSES IN RAFLESIA


HOSPITAL BENGKULU CITY

ABSTRACT

Nursing personnel who serve in inpatient services tend to have more workloads than other rooms.
Every day, in carrying out his service a nurse not only deals with patients, but also with the patient's
family, friends, colleagues, nurses, contact with doctors and regulations in the workplace as well as
workloads which are sometimes considered not in accordance with physical conditions. Psychological
and emotional preliminary. Tasks that must be performed by nurses such as nursing care, recording
nursing care reports, observing patients, accepting new patients or referring patients to other
hospitals. The research problem is there are still nurses who experience work stress at Raflesia
Hospital. The purpose of the study was to find out the relationship between workload and work stress
on nurses at the Bengkulu City Raflesia Hospital.
The type of research used in this study was an analytic survey with a total population cross sectional
design, that is the entire population sampled in this study, which means 85 samples were analyzed.
Data were analyzed univariate and bivariate by chi-square test.
The results showed most (58.8%) with a moderate level of workload and most (51.8%) respondents
with low stress levels with a p value of 0.001.
Conclusion there is a relationship between workload and stress level of work for nurses at Raflesia
Hospital in 2018
Keywords: Workload, Job Stress in Nurses
Pendahuluan terhadap pasien yang ada di rumah
sakit. Tenaga keperawatan merupakan
Rumah sakit merupakan salah the caring profession yang memiliki
satu tempat kerja yang berpotensi peranan penting dalam menghasilkan
menimbulkan bahaya. Rumah sakit di kualitas pelayanan kesehatan di rumah
Amerika Serikat mencatat rata-rata 6,8 sakit. Pelayanan yang diberikan
cedera atau kecelakaan yang berdasarkan pendekatan bio-psiko-
berhubungan dengan pekerjaan dan sosial-spiritual (Departemen
penyakit untuk setiap 100 karyawan Kesehatan RI , 2001).
penuh pada tahun 2011, hal ini hampir Tenaga keperawatan yang
dua kali lipat untuk industri swasta melayani di pelayanan rawat inap
secara keseluruhan (OSHA, 2013). cenderung memiliki beban kerja yang
Data survei Self-reported Work- lebih banyak dibandingkan ruangan
related Illness (SWI) dalam European lainnya. Setiap hari, dalam
Agency For Safety an Health at Work melaksanakan pengabdiannya seorang
(2014) pada tahun 2011 menunjukkan perawat tidak hanya berhubungan
bahwa perawat memiliki prevalensi dengan pasien, tetapi juga dengan
stres tinggi yang berhubungan dengan keluarga pasien, teman pasien, rekan
pekerjaan. The Daily (2007) kerja sesama perawat, berhubungan
menemukan bahwa dua pertiga, atau dengan dokter dan peraturan yang ada
67% dari kepala perawat dan di tempat kerja serta beban kerja yang
supervisor perawat dilaporkan terkadang dinilai tidak sesuai dengan
mengalami stres kerja yang tinggi dari kondisi fisik, psikis dan emosionalnya
pekerjaan pelayanan kesehatan. (Almasitoh, 2011).
American National Association for Kondisi dan beban kerja di rawat
Occupational (2010) menempatkan inap perlu diketahui agar dapat
kejadian stres kerja pada perawat ditentukan kebutuhan kuantitas dan
berada diurutan paling atas pada empat kualitas tenaga perawat yang
puluh pertama kasus stres kerja. diperlukan dalam ruang sehingga tidak
Tingginya angka kejadian stres kerja terjadi beban kerja yang tidak sesuai
pada perawat juga terlihat di yang akhirnya menyebabkan stres
Indonesia. kerja. Bila banyaknya tugas tidak
Hasil survei yang dilakukan oleh sebanding dengan kemampuan baik
PPNI (2010) sekitar 50,9% perawat fisik maupun keahlian dan waktu yang
yang bekerja di empat provinsi di tersedia maka akan menjadi sumber
Indonesia mengalami stres kerja yaitu stres (Ilyas, 2000)
sering pusing, lelah, tidak bisa Kondisi kerja memperlihatkan
beristirahat karena beban kerja tinggi kontribusi paling besar terhadap
dan menyita waktu. Stres kerja juga terjadinya stres kerja kemudian tipe
merupakan penentu penting timbulnya kepribadian dan beban kerja. Beban
depresi, penyebab keempat terbesar kerja yang berlebihan ini sangat
timbulnya penyakit di seluruh dunia. berpengaruh terhadap produktifitas
Tenaga keperawatan adalah tenaga kesehatan dan tentu saja
salah satu tenaga kesehatan yang juga berpengaruh terhadap produktifitas
ikut dalam melaksanakan penanganan perawat. Perawat merasakan bahwa
jumlah perawat yang ada tidak Apabila stres mencapai titik
sebanding dengan jumlah pekerjaan puncak yang kira-kira sesuai dengan
yang harus diselesaikan (Supardi, kemampuan maksimum kinerja
2007). karyawan maka pada titik ini stres
Stres merupakan ketegangan tambahan cenderung tidak
yang disebabkan oleh fisik, emosi, menghasilkan perbaikan kinerja
sosial, ekonomi, pekerjaan atau selanjutnya bila stres yang di alami
keadaan, peristiwa serta pengalaman karyawan terlalu besar, maka kinerja
yang sulit untuk bertahan (Nasir dan akan mulai menurun, karena stres
Muhith, 2011). Stres yang terlalu tersebut mengganggu pelaksanaan
banyak membuat kinerja seseorang kerja karyawan dan akan kehilangan
menurun dan cenderung tidak kemampuan untuk mengendalikannya
produktif, tetapi stres yang sedikit atau menjadi tidak mampu untuk
akan membantu seseorang mengambil keputusan dan perilakunya
memusatkan perhatian dan kinerja menjadi tidak menentu. Akibat yang
seseorang (Noordiansah, 2010). Stres paling ekstrim adalah kinerja menjadi
merupakan respon tubuh yang bersifat nol, karyawan mengalami gangguan,
tidak spesifik terhadap setiap tuntutan menjadi sakit, dan tidak kuat lagi
atau beban atasnya. Stres dapat muncul untuk bekerja, menjadi putus asa,
apabila seseorang mengalami beban keluar atau menolak bekerja
atau tugas berat dan orang tersbut tidak (Munandar, 2008)
dapat mengatasi tugas yang Rumah Sakit Raflesia
dibebankan itu, maka tubuh akan merupakan salah satu rumah sakit
berespon dengan tidak mampu sebagai pelayanan tingkat pertama dan
terhadap tugas tersebut, sehingga menerima pasien pengguna kartu
orang tersebut dapat mengalami stres Badan Penyelengara Jaminan Sosial
(Hidayat, 2011) (BPJS) sehingga jumlah kunjungan di
Seseorang yang mengalami stres rumah sakit raflesia meningkat.
mempunyai perilaku mudah marah, Fasilitas yang ada diantaranya, ruang
murung, gelisah, cemas dan semangat rawat penyakit dalam, ruang rawat
kerja yang rendah. Sehingga, ketika bedah, Instalasi Diklat dan Litbang,
seorang perawat terkena stres maka Instalasi Farmasi, Instalasi Gizi,
kinerja dalam memberikan pelayanan Instalasi Rawat Darurat, Instalasi
keperawatan akan menurun, pada Laboratorium, Instalasi Laundry dan
akhirnya akan mendatangkan keluhan CSSD, Instalasi Pemeliharaan Sarana
dari pasien (Nurmalasari, 2012). RS dan Sanitasi, Instalasi Radiologi,
Sedangkan Levin (2013) menyatakan Instalasi Rawat Jalan (IRJA), Instalasi
bahwa manifestasi dari stres kerja Rekam Medik dengan total sumber
perawat antara lain akibat karakterisasi daya manusia yang ada 257 orang
pasien, pengkajian terhadap pasien, dengan rincian dokter umum sebanyak
dan aspek lingkungan kerja yang 24, dokter spesialis 21, 85 perawat, 12
mengganggu ahli gizi dan tenaga laboratorium 8
orang dan bidan 7 orang. Adapun
waktu kerja di Rumah Sakit Raflesia orang di ruang kebidanan dengan
terbagi 3 yaitu shif pagi dari pukul pembagian shift kerja menjadi 3
07.30 – 14.00, shift sore dari pukul kelompok yaitu shift pagi jam 07.30-
13.00 – 20.00 dan shift malam dari 14.00 WIB, shift sore jam 14.00-20.00
pukul 19.30 – 08.00. WIB, dan shift malam jam 20.00-07.30
Dalam kurun tiga tahun dari WIB.Tugas yang harus dilakukan
tahun 2015 sampai 2017 jumlah pasien perawat seperti melakukan asuhan
yang berkunjung di Rumah Sakit keperawatan, pencatatan laporan
Raflesia mengalami penurunan, yaitu asuhan keperawatan, observasi pasien,
pada tahun 2015 sebanyak 42.040 menerima pasien baru atau rujukan
pasien, 2016 sebanyak 40.648 pasien, pasien ke rumah sakit lain.
dan tahun 2017 sebanyak 38.393 Hasil pra penelitian dengan cara
pasien. Meskipun mengalami wawancara kepada 5 orang perawat
penurunan jumlah pasien namun tidak yang sedang dinas terdapat 4 orang
berarti beban kerja perawat RS. merasakan beban yang paling berat
Raflesia menurun, karena rata-rata yaitu pada shift malam karena
pasien yang berkunjung setiap harinya mengantuk, merasa repot jika ada
sebanyak 107 pasien. Apabila rujukan pasien ke rumah sakit lain,
membandingkan antara jumlah harus meninggalkan keluarga serta
perawat dan pasien dalam satu hari waktu untuk beristirahat berkurang.
maka satu perawat dapat menangani 34 Keluhan lain yang dirasakan seperti
pasien (RS. Raflesia, 2017). lingkungan kerja yang kurang nyaman,
Penelitian yang dilakukan oleh merasa bosan, manajemen yang kurang
Wibowo (2012) menunjukkan bahwa baik dan kurangnya perhatian dari
beban kerja berpengaruh positif atasan.
terhadap stres kerja. Adanya pengaruh Berdasarkan uraian diatas
tersebut dikarenakan beban kerja pekerjaan yang menumpuk, deadline
sebagai perawat yang dirasakan oleh dan tekanan kerja merupakan salah
perawat terasa membebani yang pada satu penyebab terjadinya stres pada
akhirnya berdampak pada munculnya pekerja sehingga dampak stres tersebut
stres kerja. Hal tersebut sejalan dengan dapat menyebabkan kelelahan,
hasil penelitian yang dilakukan kecemasan, panik, berkeringat dan
Nurmalasari (2012) yaitu beban kerja tremor. Hal ini dapat menyebabkan
berpengaruh positif dan signifikan gangguan tubuh untuk rileks,
terhadap stres kerja. gangguan nafsu makan, pola tidur
Berdasarkan survei pendahuluan yang terganggu, perasaan tertekan dan
yang dilakukan pada bulan Januari stres juga dapat meningkatkan
2018 didapat data jumlah seluruh seseorang rentan untuk terkena
perawat di Rumah Sakit Raflesia yaitu gangguan mental, penyakit jantung dan
85 orang dengan rincian 17 orang beberapa gangguan lain-lainnya.
ruangan Seruni, 18 orang di Melati, 18 Berdasarkan hal tersebut maka
orang di ruangan angrek, 18 diruangan stres pada perawat sangat perlu
IGD, 6 orang di Kamar Operasi, 8 diperhatikan, karena apabila seorang
perawat mengalami stres yang tinggi yang artinya jumlah sampel sebanyak
akan berdampak pada kualitas 85 orang dengan kiteria inklusi
pelayanannya. Pada dasarnya perawat a. Perawat yang tidak cuti
dituntut untuk mampu memberikan b. Bersedia jadi responden
pelayanan secara teratur dan tepat c. Perawat yang dinas di ruangan
waktu yang harus didukung oleh sikap rawat inap
ramah tamah, sopan santun dan mau Kriteria Ekslusi:
bersabar serta mau menyisihkan a. Perawat yang cuti
waktunya untuk mendengarkan b. Tidak bersedia menjadi responden
keluhan pasien dengan memberikan c. Perawat di poli rawat jalan
informasi yang jelas dan mudah
dimengerti. Jenis Data
Berdasarkan penjelasan diatas Kuesioner 1 memuat data demografi
sehingga peneliti untuk melakukan responden. Pernyataan pada kuesioner
penelitian dengan judu hubungan diberikan sebagai berikut :
beban kerja dengan stress kerja pada a. Nama (inisial) :
perawat di Rumah Sakit Raflesia Kota b. Jenis kelamin : Laki-laki (diberi
Bengkulu. kode 1), perempuan (diberi kode 0)
c. Masa bekerja : 1 tahun atau kurang
Metode Penelitian 1 tahun (diberi kode 0), lebih 1
Jenis penelitian yang digunakan tahun – 5 tahun (diberi kode 1) dan
pada penelitian ini adalah survey lebih dari 5 tahun (diberikan kode
analitik dengan rancangan cross 2)
sectional, dimana variable independen d. Status Perkawian : Kawin
(beban kerja) dan variable dependen ( diberikan kode 0) dan belum
(stress kerja) diukur dan dikumpulkan kawin (diberikan kode 1).
secara simultan atau dalam waktu yang
bersamaan (Notoatmodjo, 2010). Kuesioner 2 merupakan kuesioner
Populasi penelitian ini adalah seluruh beban kerja dengan jumlah pertanyaan
perawat yang dinas di rumah Sakit sebanyak 8 item pertanyaan. : 1 =
Raflesia dengan jumlah sebanyak 85 sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3
orang. = tidak tahu, 4 = Setuju dan 5 = sangat
Sampel adalah bagian dari setuju. Kemudian dari tiap-tiap item
populasi terjangkau yang dapat pertanyaan dijumlahkan dengan nilai
dipergunakan sebagai subjek penelitian dikatakan berat jika skor 56-80%
melalui sampling (Notoatmodjo, (diberikan kode 0), sedang jika skor
2010). Sedangkan sampling adalah 31-55% (diberikan kode 1), dan ringan
proses menyeleksi porsi dari populasi jika skor <30% (diberikan kode 2).
yang dapat mewakili populasi yang
ada. Dalam penelitian ini sample yang Kuesioner 3 : data stress kerja adalah
diambil menggunakan teknik total dengan menggunakan kuisioner OSI-R
populasi yaitu seluruh populasi (Occupational Stress Inventory –
dijadikan sampel dalam penelitian ini Resived Edition) Oleh (Osipow dan
Spokane (1998) yang telah kerja. Adapun hasil penelitian dapat
dimodifikasi penggunaannya dan telah dilihat pada tabel dibawah ini ;
diuji pertanyaan yang diajukan untuk Distribusi Karakteristik Responden
menggukur stress sebanyak 30 Tabel 1 : Distribusi Frekuensi
pertanyaan dengan pilihan skor 1 – 5. Distribusi Karakteristik Responden
Nilai terendah pada penelitian ini di Rumah Sakit Raflesia Tahun 2018
adalah 30 dan tertinggi 150 dengan Karakteristik
F %
kriteria 1 = tidak pernah , 2 = jika Responden
menurut anda jarang, 3 = jika menurut Lama Kerja
anda sering, 4 = jika menurut anda < 1 tahun 26 30,6
hampir selalu, 5 = jika menurut anda 1– 5 Tahun 35 41,2
selalu. Hasil penelitian dikelompokan >5 Tahun 24 28,2
menjadi 2 yaitu stress tingkat sedang Jenis Kelamin
(bila skore 79 – 117) dan diberikan Perempuan 43 50,6
kode 0, stress tingkat rendah (bila Laki – Laki 42 49,4
skore 30 – 78) dan diberikan kode 1 Status
Perkawinan 34 40,0
Analisis bivariat dilakukan untuk Kawin 51 60,1
mengetahui hubungan antara kedua Belum Kawin
variabel. Uji yang digunakan adalah Jumlah 85 100
uji beda rata-rata untuk sampel yang Tabel 1 diatas menunjukan bahwa
berhubungan (Paired t test), yaitu uji hampir sebagian besar (41,2%)
yang menggunakan asumsi-asumsi responden dengan lama kerja 1-5
data berdistribusi normal, dengan tahun, sebagian besar (50,6%)
varians homogen dan diambil dari responden berjenis kelamin
sampel yang acak. Analisa bivariat perempuan, dan sebagian besar
adalah analisa yang digunakan untuk (60,1%) responden dengan status
melihat hubungan beban kerja perawat perkawinan belum kawin.
dengan stress kerja di Rumah Sakit
Raflesia Kota Bengkulu dengan Distribusi Beban Kerja Perawat
menggunakan uji statistic Tabel 2 : Distribusi Frekuensi
menggunakan rumus Chi-Square ( X2 ) Distribusi Beban Kerja Perawat di
Rumah Sakit Raflesia Tahun 2018
Hasil Penelitian dan pembahasan Beban Kerja Frekuensi %
Berat 20 23,5
Analisis Univariat Sedang 50 58,8
Rendah 15 17,6
Analisis univariat digunakan untuk Jumlah 85 100
melihat gambaran distribusi frekuensi
dan karakteristik masing-masing Tabel 2 diatas menunjukan bahwa
variable meliputi usia, jenis kelamin, hampir sebagian (23,5%) responden
masa kerja, beban kerja dan stress dengan beban kerja yang berat.
Distribusi Stress Kerja Perawat terdapat sebagian besar (53,3%)
Tabel 3 : Distribusi Frekuensi dengan tingkat stress kerja sedang.
Distribusi Stress Kerja Perawat di Hasil uji statistik dengan
Rumah Sakit Raflesia Tahun 2018 menggunakan uji chi-square
Stress Kerja Frekuensi % didapatkan nilai p sebesar 0,012 (p
Sedang 41 48,2 value < 0,05) artinya ada hubungan
Rendah 44 51,8 beban kerja dengan tingkat stress kerja
Jumlah 85 100 pada perawat di Rumah Sakit Raflesia
Tahun 2018
Tabel 3 diatas menunjukan bahwa
hampir sebagian (48,2%) responden Pembahasan
memiliki stress kerja tingkat sedang. 1. Beban Kerja Perawat
Hasil penelitian didapatkan data
Analisis Bivariat bahwa sebagian besar (58,8%)
Analisis bivariat bertujuan untuk responden dengan beban kerja yang
mengetahui hubungan atau perbedaan tingkat sedang. Berdasarkan hasil
pada variabel independen dan observasi dan wawancara diketahui
dependen. Pada penelitian ini analisis bahwa beban kerja pada perawat di
bivariat bertujuan untuk mengetahui RS. Raflesia pada beberapa kegiatan
hubungan beban kerja dengan tingkat antara lain mengantar pasien ke
stress kerja pada perawat. ruangan, pemasangan kateter
Tabel 4 : Hubungan Beban Kerja intravena, melakukan heating pada
Dengan Tingkat Stress Kerja Pada luka, melakukan ganti balut serta
Perawat di Rumah Sakit Raflesia melakukan dokumentasi asuhan
Tahun 2018 keperawatan gawat darurat.
Stress Kerja Total Beban kerja pada tingkat berat
Beban Sedang Rendah sebanyak 23% terjadi pada perawat di
Kerja f % f % N RS. p
% Raflesia terjadi karena belum ada
tenaga khusus yang melakukan
Berat 15 75,0 5 25 20 100tindakan
0,0 non keperawatan seperti
Sedang 18 36,0 32 64 50 100membersihkan ruangan seperti
12
Rendah 8 53,3 7 46,7 15 100 membereskan sampah habis pakai,
Jumlah 41 48,2 44 51,8 85 100 membersihkan instrumen medis,
jumlah tenaga non medis yang
Berdasarkan tabel 4 menunjukan bertugas mengantarkan pasien ke
bahwa dari 20 responden dengan ruangan juga masih terbatas
beban kerja berat terdapat sebagian jumlahnya. Selain itu jumlah tenaga
besar (75%) dengan stress kerja yang perawat di masing – masing ruangan
sedang, dan dari 50 orang responden belum berdistribusi sesuai dengan
dengan beban kerja sedang terdapat jumlah beban kerja yang ada sehingga
sebagian besar (64%) dengan stress masih belum seimbang dengan jumlah
kerja yang rendah serta dari 15 orang kunjungan pasien yang ada.
dengan beban kerja yang rendah
Berdasarkan hasil kuesioner menghasilkan pelayanan yang efektif
didapatkan hasil bahwa 62,1% dan efisien harus diupayakan
reponden menyatakan bahwa beratnya kesesuaian antara ketersediaan tenaga
beban kerja yang dirasakan karena perawat dengan beban kerja yang ada.
terlalu banyaknya tuntutan dari Hasil penelitian ini sama dengan
keluarga pasien. Tingginya tuntutan yang disampaikan oleh Hay dan Oken
dari keluarga pasien kepad perawat (1972) dalam Lloyd (2007) yang
membuat perawat atau responden menyampaikan bahwa beban kerja
merasa kurang nyaman dalam bekerja perawat di ruang IGD tergolong berat.
dan tidak dapat menjaga keselamatan Beban kerja yang tergolong berat
pasien, hal ini dapat dilihat dari karena parawat dalam melakukan
kuesioner bahwa 57,9% responden kegiatannya harus secara cermat, cepat
menyatakan kurang nyaman terhadap dan tepat melakukan identifikasi setiap
tuntutan keluarga pasien untuk pasien yang datang karena dituntut
keselamatan pasien. Hasil penelitian dengan keberhasilan penyelamatan
ini sesuai dengan hasil penelitian yang jiwa tergantung dari pelayanan yang di
dilakukan oleh Haryanti (2013) berikan di IGD. Dalam waktu yang
mengatakan hampir 50% beban kerja bersamaan perawat harus selalu
perawat tinggi, dimana tugas perawat waspada terhadap kedatangan pasien
selain menerima dan mengantar pasien gawat maupun darurat yang harus
baru ke ruangan dan melakukan diselamatkan jiwanya.
tindakan keperawatan, perawat juga Hasil penelitian juga didapatkan
melayani tuntutan dari keluarga pasien. terdapat sebagian kecil perawat yang
Selain itu terdapat 52,9% memiliki beban kerja rendah. Hal ini
responden menyatakan bosan apabila dapat terjadi karena pada saat dinas
harus mengerjakan observasi pasien selama 6 hari tidak banyak terdapat
setiap jam. Hal tersebut sebagaimana kunjungan pasien, penanganan pasien
diungkapkan oleh Togia (2005) bahwa juga dilakukan secara bersama-sama
beban kerja yang tinggi dan tugas rutin sehingga secara singkat waktu
yang berulang dapat menyebabkan penyelesaian tindakan yang
kelelahan fisik, emosional dan mental. dibutuhkan sedikit.
Beratnya beban kerja pada Suma’mur (2009), setiap beban
penelitian diketahui rasio perawat yang kerja yang diterima oleh seseorang
tidak sesuai dengan jumlah pasien hal harus sesuai atau seimbang baik
ini diketahui bahwa 53% responden terhadap kemampuan fisik,
menyatakan sangat setuju jumlah kemampuan kognitif maupun
pasien tidak sesuai dengan jumlah keterbatasan manusia yang menerima
perawat yang ada. Hal ini didukung beban tersebut. Beban kerja optimum
oleh penelitian Jauhari (2005) bahwa harus dicapai bila ingin mendapatkan
standar beban kerja perawat senantiasa produktivitas yang tinggi, namun
harus sesuai dengan asuhan demikian jika beban pekerjaan terlalu
keperawatan yang berorientasi pada rendah atau terlalu tinggi maka akan
kebutuhan pasien. Untuk
menyebabkan produktivitas yang pelayanan/ askep yang dilakukan oleh
rendah pula. perawat profesional untuk
Beban kerja yang terlalu berlebih sekelompok klien semenjak masuk
menimbulkan kelelahan baik fisik RS sampai pulang adalah 2 (dua) –
atau mental dan reaksi-reaksi 3 (tiga) perawat untuk 8 (delapan) –
emosional seperti sakit kepala, 12 pasien.
gangguan pencernaan, dan mudah Faktor kedua, sebagian besar
marah. Sedangkan pada pekerjaan pasien menderita penyakit infeksi
yang terlalu sedikit dimana pekerjaan yang dapat menyebabkan perawat
yang terjadi kerena pengulangan merasa khawatir terjadinya infeksi
gerak akan menimbulkan kebosanan nosokomial atau kemungkinan tertular.
dan rasa monoton. Kebosanan dalam Faktor yang terakhir adalah shift
kerja rutin sehari-hari karena tugas work. Idealnya seorang pekerja
atau pekerjaan yang terlalu sedikit bekerja selama 40 jam/minggu.
mengakibatkan kurangnya perhatian Namun dengan adanya shift work,
pada pekerjaan sehingga secara rata-rata perawat dapat bekerja
potensial membahayakan pekerja. selama 52 jam/minggu. Overload jam
Beban kerja yang berlebih atau kerja akibat shift work pada perawat
rendah dapat menimbulkan stres kerja dapat menjadi salah satu pemicu
(Manuaba, 2000). terjadinya stres kerja.
Hasil ini sesuai dengan
Tingkat Stress Kerja pendapat Grain (1999) yang
Tabel 4 diatas menunjukan mengatakan bahwa profesi perawat
bahwa sebagian besar (51,8%) merupakan tenaga kesehatan yang
responden memiliki stress kerja tingkat paling tinggi interaksinya dengan
rendah dan 48,2% mengalami stress pasien sehingga dalam melaksanakan
tingkat sedang. Penelitian ini sesuai tugasnya menghadapi banyak stressor.
dengan penelitian yang dilakukan Kondisi tersebut diatas dapat berakibat
Simanjorang (2008) yang menyatakan terjadinya stres kerja pada perawat,
bahwa perawat di RSU Dr Pring yang pada akhirnya dapat
Medan mengalami stres kerja termasuk menyebabkan tidak terlaksananya
katagori sedang. pekerjaan secara maksimal dalam
Tingginya persentase stres kerja mewujudkan visi dan misi rumah
sedang yang dialami perawat di sakit. Selain itu bagi individu
ruang rawat inap dipengaruhi oleh perawat, konsekuensi stres kerja yang
beberapa faktor. Faktor pertama yaitu berkelanjutan akan menyebabkan
tidak seimbangnya jumlah rasio menurunnya produktivitas kerja.
tenaga perawat dengan jumlah pasien. Penelitian ini juga menunjukan
Seorang perawat di ruang rawat inap bahwa stres kerja pada tingkat
bertanggung jawab terhadap 12 sedang lebih banyak dialami oleh
pasien. H a l i n i sesuai dengan perempuan. Penelitian ini sejalan
pendapat Tutik (2012) yang dengan penelitian Gunawati (2006)
menyatakan bahwa idealnya, yang mengemukakan bahwa secara
umum wanita mengalami stres 30% dengan responden yang belum
lebih tinggi daripada laki-laki. Hal ini menikah. Hal ini disebabkan karena
disebabkan karena respon fisiologis permasalahan yang sering terjadi di
yang berbeda antara laki-laki dan keluarga, terutama karena sebagian
perempuan. Pada saat perempuan besar responden merupakan keluarga
menghadapi stres, tubuh akan muda yang masih memiliki anak
memberikan respon fisiologis berupa balita. Kondisi keluarga yang
aktivitas dari beberapa hormone membutuhkan perhatian khusus seperti
neurotransmitter di dalam otak. pada saat anak atau pasangan sakit
Lebih lanjut lagi perempuan lebih sementara harus tetap bekerja sehingga
menderita stres daripada laki-laki dapat menjadi stres tersendiri bagi
disebabkan karena prolaktin perawat yang sudah berkeluarga. Hal
perempuan lebih tinggi daripada laki- ini didukung oleh Santrock (2003)
laki. Hormone ini memberikan yang menyatakan bahwa keluarga
umpan balik negatif pada otak dapat menjadi salah satu faktor yang
sehingga dapat meningkatkan trauma dapat menjadi pencetus terjadinya
emosional stres fisik (Crowin, 2007). stres.
Faktor berikutnya pada Penelitian ini pula menyebutkan
penelitian ini jumlah responden bahwa pada tingkat stress kerja
perawat perempuan lebih banyak berdasarkan lama kerja menunjukan
dibandingkan dengan responden bahwa perawat dengan masa kerja
perawat la k i - laki, sehingga proporsi kurang dari 1 tahun tahun mempunyai
responden perawat laki-laki dan tingkat stres kerja yang paling tinggi
perawat perempuan tidak yang disebabkan oleh beberapa factor.
proporsional dan belum dapat Faktor pertama yaitu tidak adanya
menggambar perbedaan stres yang training dan atau pelatihan kepada
sesungguhnya. Penelitian lebih lanjut perawat baru, sehingga perawat baru
berdasar jenis kelamin dengan jumlah harus beradaptasi sendiri dan belajar
yang proporsional antara perawat tanpa adanya bimbingan dari perawat
laki-laki dan perempuan perlu lain. Faktor yang kedua yaitu
dilakukan sehingga didapat hasil perawat junior mempunyai beban
yang lebih tepat untuk tingkat stres kerja yang lebih tinggi akibat
kerja berdasarkan jenis kelamin. pendelegasian beban kerja dari
Pada tingkat stress berdasarkan perawat senior kepada perawat junior.
status perkawinan, penelitian Stres kerja perawat dapat terjadi
menunjukan bahwa stres kerja pada apabila perawat dalam bertugas
tingkat sedang lebih banyak dialami mendapatkan beban kerja yang
oleh perawat yang sudah menikah. melebihi kemampuannya sehingga
Penelitian ini sejalan den penelitian perawat tersebut tidak mampu
yang dilakukan oleh Vierdelina (2008) memenuhi atau menyelesaikan
yang menyatakan bahwa stres kerja tugasnya, maka perawat tersebut
mayoritas terjadi pada responden yang dikatakan mengalami stres kerja.
sudah menikah (55,8%) dibandingkan Manifestasi dari stres kerja perawat
antara lain akibat karakterisasi pasien, terdapat sebagian besar (53,3%)
pengkajian terhadap pasien, dan aspek dengan tingkat stress kerja sedang.
lingkungan kerja yang mengganggu Hasil uji statistik dengan
merupakan langkah awal dalam menggunakan uji chi-square
menangani masalah-masalah yang didapatkan nilai p sebesar 0,012 (p
datang mengenai tingkat kepadatan value < 0,05) artinya ada hubungan
ruangan emergency, efisiensi beban kerja dengan tingkat stress kerja
pelaksanaan tugas, serta adanya pada perawat di Rumah Sakit Raflesia
tuntutan untuk menyelamatkan pasien Tahun 2018. Menurut Everly dan
(Levin et al, 2004). Giordana (Munandar, 2001), beban
Apabila stres mencapai titik kerja secara kuantitatif dan kualitatif
puncak yang kira - kira sesuai dengan merupakan kemungkinan sumber stres
kemampuan maksimum kinerja pekerjaan, yang termasuk juga beban
karyawan maka pada titik ini stres kerja berlebih secara fisik maupun
tambahan cenderung tidak mental, yaitu harus terlalu banyak
menghasilkan perbaikan kinerja melakukan banyak hal. Perawat
selanjutnya bila stres yang dialami diruangan juga melaksanakan asuhan
karyawan terlalu besar, maka kinerja keperawatan selama 24 jam dan
akan mulai menurun, karena stres bekerja secara bergiliran / shift jaga.
tersebut mengganggu pelaksanaan Shift jaga sering tidak seimbang
kerja karyawan dan akan kehilangan dengan jumlah pasien akibatnya
kemampuan untuk mengendalikannya perawat sering bekerja melebihi
atau menjadi tidak mampu untuk kapasitasnya (PPNI, 2000).
mengambil keputusan dan perilakunya Setiap orang memiliki
menjadi tidak menentu. Akibat yang kemampuan yang berbeda-beda dalam
paling ekstrim adalah kinerja menjadi nenghadapi stres yang dihadapi.
nol, karyawan m engalami gangguan, Menurut Siagian (2002) secara sosial
menjadi sakit, dan tidak kuat lagi budaya, pegawai wanita yang bermoral
untuk bekerja, menjadi putus asa, tinggi akan memiliki tugas tambahan.
keluar atau menolak bekerja Berdasarkan pemikiran bahwa perawat
(Munandar, 2008). perempuan akan lebih teliti, lebih
sabar, lebih menghargai, lebih
Hubungan Beban Kerja Dengan bertanggung jawab dalam
Stress Kerja menyelesaikan tugas, sehingga tidak
Berdasarkan tabel 5 jarang pimpinan akan memberikan
menunjukan bahwa dari 20 responden tugas tambahan karena merasa yakin
dengan bebn kerja berat terdapat pasti akan diselesaikan dengan baik.
sebagian besar (75%) dengan stress Setiap orang pernah stres dan akan
kerja yang sedang, dan dari 50 orang mengalaminya, akan tetapi kadarnya
responden dengan beban kerja sedang berbeda-beda serta dalam jangka
terdapat sebagian besar (64%) dengan waktu yang tidak sama (Hardjana,
stress kerja yang rendah serta dari 15 2004).
orang dengan beban kerja yang rendah
Suliswati (2005) menyatakan sebagai tuntutan terhadap pelayanan
bahwa stres merupakan tanggapan kesehatan jika tidak dikelola dengan
menyeluruh dari tubuh baik fisik baik maka akan berakibat terjadinya
maupun mental terhadap setiap stress kerja (Boenisch dkk, 2004).
tuntutan ataupun perubahan yang Menurut Roy (1991) bahwa
mengganggu, mengancam rasa aman faktor beban kerja termasuk di dalam
dan harga diri individu. Pengalaman stimulus fokal dimana secara langsung
stres adalah pengalaman pribadi dan berhadapan dengan seseorang dan
bersifat subjektif. Stres terjadi apabila responnya segera. Perawat yang
individu menilai situasi yang ada pada merasa beban kerjanya tinggi akan
dirinya adalah situasi yang langsung berespon untuk beradaptasi
mengancam. dengan kondisi yang ada. Berbagai
Hasil penelitian ini sesuai keluhan fisik yang dirasakan
dengan hasil penelitian yang dilakukan merupakan respon kelelahan dari
oleh Mahwidhi (2010) tentang beratnya beban kerja.
pengaruh beban kerja terhadap stres Berdasarkan penelitian dari
kerja pada perawat di RSU Dr.Soeroto Rodrigues(2010) bahwa ada hubungan
Ngawi didapatkan hasil bahwa antara beban kerja dan tingkat stres
terdapat pengaruh beban kerja fisik perawat IGD, semakin tinggi beban
(subyektif) dan beban kerja mental kerja maka semakin tinggi juga tingkat
(subyektif) terhadap stres kerja dengan stres perawat. Menurut Manuaba
nilai probabilitas masing-masing (2000), akibat beban kerja yang terlalu
sebesar 0,000 dan 0,043.Penelitian ini berat dapat mengakibatkan seorang
sejalan juga dengan penelitian Hay dan pekerja menderita gangguan atau
Oken (1972) dalam Lloyd (2007) juga penyakit akibat kerja. Beban kerja
menyampaikan bahwa beban kerja yang terlalu berlebihan akan
perawat di ruang IGD tergolong berat menimbulkan kelelahan baik fisik atau
karena harus melakukan penanganan mental dan reaksi–reaksi emosional
pada pasien yang datang dengan cepat seperti sakit kepala, gangguan
dan tepat. pencernaan dan mudah marah.
Bekerja di ruang rawat inap Sedangkan pada beban kerja yang
dalam setiap kesempatan akan terlalu sedikit dimana pekerjaan yang
menemui pasien yang memiliki terjadi karena pengulangan gerak akan
karakteristik yang bervariasi yang menimbulkan kebosanan, rasa
berdampak pada kondisi dan beban monoton. Kebosanan dalam kerja rutin
kerja yang berbeda. Untuk itu perawat sehari-hari karena tugas atau pekerjaan
harus peran sebagai tenaga serba bisa, yang terlalu sedikit mengakibatkan
memiliki inisiatif, berperilaku kreatif kurangnya perhatian pada pekerjaan
serta memiliki wawasan yang luas sehingga secara potensial
dengan motivasi kerja keras, cerdas, membahayakan pekerja. Beban kerja
iklas dan kerja berkualitas. Jenis yang berlebihan atau rendah dapat
pasien yang dirawat di ruangan rawat menimbulkan stress kerja
inap rumah sakit dapat dipandang
Secara umum stres kerja perawat yang menjadi responden
dipengaruhi oleh banyak faktor selain mengatakan pernah mengalami stres
beban kerja, seperti yang disebutkan selama bertugas di ruang IGD. Mereka
dalam penelitian Restiaty, et al (2006) mengalami keluhan sakit kepala, nyeri
tentang beban kerja dan perasaan dada, nyeri perut, bahkan ada yang
kelelahan menyimpulkan adanya menyampaikan kehilangan libido. Dari
hubungan beban kerja di tempat kerja responden didapatkan bahwa yang
dengan kelelahan kerja yang menyebabkan mereka stres diantaranya
merupakan gejala fisik stress kerja, adalah: beban bekerja dengan alat
artinya semakin berat beban kerja di canggih yang sangat menegangkan,
tempat kerja maka semakin tinggi adanya ketidaknyamanan bekerjasama
tingkat stress kerja. Lebih lanjut dengan staf lain dan kurangnya
dijelaskan bahwa variabel yang pengalaman bekerja di ruang IGD.
berhubungan dengan beban kerja
adalah tempat bekerja, jenis pekerjaan, Simpulan
serta beban mental. Responden sebagian besar (23,5%)
Banyaknya pekerjaan yang dengan beban kerja tingkat berat di
melebihi kapasitas menyebabkan Rumah Sakit Raflesia Tahun 2018.
kondisi fisik perawat mudah lelah dan Responden sebagian besar (48,2%)
mudah tegang. Pelayanan keperawatan responden dengan tingkat stress
juga sangat kompleks, dimana sedang di Rumah Sakit Raflesia.
membutuhkan kemampuan secara Terdapat hubungan beban kerja
teknis dan pengetahuan yang lebih. dengan tingkat stress kerja pada
Beban pekerjaan yang begitu banyak perawat di Rumah Sakit Raflesia
pemenuhan kebutuhan, penanganan Tahun 2018.
masalah dan pada akhirnya sangat Manajemen stres yang efektif
menguras energi baik fisik ataupun pengelolaan waktu, teknik relaksasi,
kemampuan kognitif. Kondisi perawat pemecahan masalah yang kreatif .
yang stres dengan adanya beban Perlu adanya kegiatan-kegiatan yang
pekerjaan yang sudah berat hendaknya ditujukan untuk mengurangi tingkat
tidak ditambah lagi dengan beban- stres kerja perawat. Rumah sakit perlu
beban lain di luar tugas sebagai mengalokasi dana untuk biaya
perawat. Sebagai contoh adalah beban rekreasi ke tempat yang dapat
bimbingan mahasiswa praktek, beban mendistraksi perawat dari lingkungan
pengurus organisasi, atau beban lain kerja minimal 1 (satu) tahun sekali.
yang pada akhirnya semakin Perlu adanya rotasi atau mutasi bagi
memperberat, sehingga tingkat stres perawat yang telah la bertugas di
perawat semakin meningkat. ruang perawatan rawat inap minimal
Beban kerja berlebih dapat sekali dalam (satu) tahun.Perlu adanya
menyebabkan stres. Penelitian tentang penambahan jumlah perawat di
stres perawat IGD yang dilakukan di ruang rawat inap dengan beban kerja
Malaysia oleh Lexshimi (2007), yang yang tinggi.
hasilnya menunjukkan bahwa 100%
Daftar Pustaka
Nurmalasari. 2012. Kontribusi
Almasitoh, U. H. 2011. Stres Kerja Hardiness dan Self Eficacy
Ditinjau dari Konflik Peran Terhadap Stres Kerja (Studi pada
Ganda dan Dukungan Sosial pada perawat RSUP dr. Soeradji
Perawat.Psikoislamika Jurnal Tirtonegoro Klaten). Jurnal
Psikologi Islam. Vol. 8 (1): 63-82 Psikologi. Halaman: 47-57

Depkes RI. 2001. Keputusan menteri Noordiansah, Pasih. 2010. Pengaruh


kesehatan RI nomor: Lingkungan Kerja Terhadap Stres
836/MENKES/SK/VI/2005 tentang Kerja Perawat (Studi Pada.
pedoman pengembangan Rumah Sakit Muhammadiyah
manajemen kinerja perawat dan Jombang). Jurnal Ilmiah
bidan. Jakarta. Depkes RI.
OSHA. 2013. Exposure to Stress:
Hidayat, A. dan A. Alimul. 2011. Occupational Hazards in
Pengantar konsep dasar Hospitals.
keperawatan. Edisi Kedua. http://www.cdc.gov/niosh/docs/
Jakarta: Salemba Medika. PPNI. 2010. http://www.inna-
ppni.or.id.
Ilyas, Y. 2000. Kinerja, teori,
penilaian, dan penelitian. Jakarta. Supardi M. 2007. Pengaruh Faktor
Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan Organisasional pada Stres Kerja
FKM Universitas Indonesia. para Perawat dengan Pengalaman
Kerja Sebagai Variabel
Levin, Zeller, J. M., & Levin, P. F. Pemoderasi.Jurnal Manajemen
2013. Mindfulness Interventions to Bisnis Syariah. Vol. 2 (5): 955–
Reduce Stress Among Nursing 967
Personel: An Occupational Health
Perspective. Workplace Health
and Safety , Vol. 61, No. 2

Munandar. 2008. Psikologi Industri


dan Organisasi. Jakarta:
Universitas Indonesia (UI-Press)

Nasir, A & Muhith, A. 2011. Dasar


Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta
: Salemba. Medika.

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi


Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai