Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MK.

METODOLOGI PENELITIAN
LITERATURE RIVIEW
HUBUNGAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP BURNOUT
SYNDROME PADA PERAWAT

Oleh:
Ni Luh Cica Kusumadewi
NIM. 2082111048

Program Studi Megister (S2) Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Tahun 2020
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit adalah institusi pelayanan teradap kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan baik secara paripurna yang
menyediakan layanan rawat inap rawat jalan dan gawat darurat (RI, 2009). Rumah
sakit dikatakan baik apabila masyarakat atau konsumen dari rumah sakit dapat
terpuaskan dengan jasa pelayanan medis maupun fasilitas medis yang disediakan.
Rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan
standar yang ditetapkan. Pelayanan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
ditunjukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik sehat maupu
sakit.
Rumah Sakit menyadari pentingnya pelayanan terhadap pasien yang
bertumpu pada perkembangan teknologi dan sumber daya manusia. Pengelolaan
rumah sakit tidak akan terlepas dari sumber daya manusia yang ada dalam organisasi
rumah sakit tersebut. Manajemen sumber daya manusia pada hakekatnya merupakan
bagian integral dari keseluruhan manajemen rumah sakit dan sumber daya manusia
merupakan modal dan kekayaan yang terpenting dari seluruh kegiatan dilaksanakan
di rumah sakit (Fathoni, 2006). Sumber daya manusia yang ada di rumah sakit sekitar
60% adalah perawat. Secara teknis tugas perawat lebih memakan waktu karena harus
mengawasi perkembangan pasien secara intensif dalam 24 jam (Depkes, 2005)
khususnya perawat pada ruang rawat inap yang mengutamakan kesembuhan dan
perawatan kepada pasien. Perawat di tuntut untuk memberikan pelayanan profesional
agar pelayanan yang diberikan lebih bermutu.
Perawat dituntut dapat menjadi figur yang dibutuhkan oleh pasiennya, yang
dapat bersimpati, selalu perhatian, fokus dan hangat kepada pasien. Semakin banyak
tuntutan kepada perawat membuat beban kerja perawat menjadi tinggi dalam
memberikan praktek keperawatan yang aman dan efektif serta bekerja dalam
lingkungan yang memiliki standar klinik yang tinggi. Beban kerja berlebih secara
fisik maupun mental yaitu harus melakukan terlalu banyak pekerjaan yang merupakan
sumber stres dalam pekerjaan. Stres dapat meningkatnya tekanan darah, dan gejala
mental seperti depresi. Karyawan yang beban kerja berlebihan tidak mampu untuk
menyeimbangkan tuntutan dan tanggungjawab pekerjaan dan keluarga, dampak dari
beban kerja yang berlebih karyawan akan mengalami kelelahan kerja hingga stres
(Davis, et al., 2013).
Kondisi perawat dengan beban kerja tinggi dalam jangka panjang dapat
menimbulkan rasa tertekan pada perawat, sehingga perawat mudah sekali mengalami
stres. Stres merupakan ketegangan mental yang mengganggu kondisi emosional, fisik
dan proses berpikir seseorang . Stres yang berlebihan akan berakibat buruk terhadap
individu dalam berhubungan dengan lingkungannya, kinerja menjadi buruk dan
secara tidak langsung berpengaruh terhadap organisasi dimana individu bekerja
(Akintola, et al., 2013). Konstantinos dan Christina mengungkapkan bahwa stress
yang disebabkan oleh faktor organisasi terkait dengan kurangnya jumlah perawat
dalam perawatan pasien. Stress yang diakibatkan oleh beban kerja akan berpengaruh
terhadap kelelahan kerja (Karatpe, 2010).
Burnout adalah istilah yang digunakan untuk mengenali satu jenis stres.
Burnout Syndrome adalah suatu kondisi dimana individu mengalami kelelahan fisik,
mental, dan emosional akibat stres yang terjadi dalam jangka waktu yang lama
disertai dengan situasi dengan keterlibatan emosional yang tinggi (Tawale, et al.,
2011). Prevalensi kelelahan kerja pada perawat lebih tinggi dibandingkan petugas
kesehatan lainnya. Berdasarkan hasil penelitian di Taiwan, perawat paling banyak
mengalami burnout syndrome kerja sebesar 66%, sedangkan tenaga kesehatan
lainnya seperti dokter 38,6%, staf administrasi 36,1% dan teknisi medis 31,9% (Chou,
et al., 2014).
Penelitian yang dilakukan di Taiwan pada tahun 2014 menunjukkan bahwa
sekitar 30,1% dari perawat yang disurvei melaporkan jenuh atau lelah untuk bekerja
(Chou, et al., 2014). Selain itu sebuah penelitian di Inggris menemukan bahwa sekitar
42% dari perawat di Inggris dilaporkan menderita burnout syndrome, sedangkan di
Yunani sekitar 44% dari perawat melaporkan perasaan ketidakpuasan di tempat kerja
dan keinginan untuk meninggalkan pekerjaan. Perawat yang bekerja pada rumah sakit
besar di Brasil Selatan menunjukan bahwa prevalensi perawat yang mengalami
burnout syndrome sebanyak 35,7% (Moreira, et al., 2009). Penelitian di Arab
menunjukkan hasil 45,6% staf perawat mengalami emotional exhaustion, 42%
mengalami depersonalization, dan 28,5% mengalami lowpersonal accomplishment
(Al-Turki, et al., 2010). Hasil survey PPNI tahun 2006 didapatkan bahwa sekitar 50,9
% perawat yang bekerja di empat propinsi mengalami stress kerja, serta di rumah sakit
Muhammadiyah Palembang didapatkan perawat memiliki stress kerja yang tinggi
sebesar 55,3 % (Muthmainah, 2014), stress kerja yang berkepanjangan pada perawat
dapat menimbulkan burnout syndrome.
Burnout syndrome dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Faktor internal
seperti kondisi dari individu, jenis kalamin, usia, harga diri, tingkat pendidikan, masa
kerja, karakteristik kepribadian, serta penanggulangan terhadap stress. Menurut
penelitian Sari menyatakan usia < 30 tahun cenderung mengalami burnout syndrome
ringan yaitu sebanyak 30 orang (56,6%) sedangkan usia ≥ 30 tahun cenderung
mengalami burnout syndrome sedang yaitu sebanyak 5 orang (9,5%), wanita
dilaporkan memiliki level burnout lebih tinggi dibanding laki-laki, masa kerja
memiliki hubungan dengan burnout dimana masa kerja yang lama membuat perawat
lebih berpengalaman dan status perkawinan memiliki hubungan dengan burnout
perawat (Sari, 2015).
Faktor eksternal burnout dipengaruhi oleh kurangnya kesempatan untuk
promosi, tuntutan pekerjaan, dukungan sosial, kurangnya gaji, pekerjaan yang
monoton dan repetitif, adanya prosedural serta aturan yang kaku, dan gaya
kepemimpinan . Burnout syndrome dapat mengakibatkan lebih tinggi pergantian staf,
cuti sakit yang berlebihan, mengurangi produktivitas dan efisiensi, yang sering
berdampak pada memburuknya kualitas pelayanan kesehatan, serta menurunnya
motivasi terhadap kerja, sinisme, timbulnya sikap negatif, frustasi, timbul perasaan
ditolak oleh lingkungan, gagal dan self esteem rendah (Basinska & Wilczek, 2013).
Munculnya kondisi burnout tidak terlepas dari karakteristik kepribadian yang dimiliki
oleh individu.
Tanda dan gejala yang diperlihatkan perawat telah menunjukan perawat
mengalami burnout. Burnout syndrome merupakan kelelahan fisik, emosional dan
respon terhadap situasi dari penerima pelayanan. Karakteristik kepribadian atau
lingkungan dapat mencegah ketegangaan terkait dengan stres dalam pekerjaan,
Individu dengan stress dapat dikendalikan dengan locus of control sehingga dapat
mengatasi stres yang terjadi pada dirinya.
Locus of control merupakan representasi sejauh mana individu dapat
mengontrol kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidupnya sehingga akan
mempengaruhi hasil akhir. Locus of control dapat mengontrol stres yang terjadi pada
individu (Injeyan, et al., 2011). Menurut Rotter, locus of control ada dua jenis yaitu
internal dan eksternal. Individu dengan locus of control internal menyadari bahwa
hasil yang dicapai bergantung pada upaya. Sedangkan individu dengan locus of
control eksternal berasumsi bahwa penguasaan dirinya berasal dari pihak luar. Setiap
individu dapat memiliki kedua jenis lokus kendali tetapi cenderung pada satu jenis.
Locus of control tidak tetap tetapi mungkin berubah tergantung pada keadaan dan
kondisi yang menyertainya (Ghufron & Risnawita, 2010).
Menurut penelitian (Sari,2015) mengenai hubungan Locus of control dan
Burnout Syndrome pada Perawat di ruang IRD yang memiliki karakteristik pasien
yang dalam keadaan gawat dan perlu penanganan segera dan dalam lingkungan kerja
penuh stres menyatakan ada hubungan. Selain itu terdapat penelitian mengenai locus
of control dan burnout pada fisioterapi, burnout pada guru dengan tujuan untuk
melihat bagaimana burnout terjadi pada pekerja seperti guru dan fisioterapi (Sari,
2015).
Penelitian mengenai burnout syndrome dan pekerjaan telah banyak di teliti,
selain itu Rotter menggambarkan gambaran umum harapan dari kontrol eksternal dan
internal yaitu locus of control. Namun hanya beberapa studi yang menguji hubungan
locus of control dan burnout syndrome. Pada penelitian ini yang akan dilakukan
peneliti adalah untuk mengidentifikasi hubungan locus of control dengan burnout
perawat dengan rutinitas yang tinggi dalam melayani pasien dan keluarganya, untuk
itu peneliti ingin memahami lebih jauh mengenai burnout syndrome perawat dan
hubungannya dengan locus of control.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan locus of control terhadap burnout syndrome pada
perawat di Rumah Sakit X
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik perawat berdasarkan usia, jenis kelamin,
pendidikan, masa kerja dan status pernikahan
b. Mendeskripsikan locus of control internal pada perawat
c. Mendeskripsikan locus of control eksternal pada perawat
d. Mendeskripsikan burnout syndrome pada perawat
e. Menganalisis hubungan karakteristik perawat berdasarkan usia, jenis
kelamin, pendidikan, masa kerja dan status pernikahan
f. Menganalisis hubungan locus of control internal dengan burnout syndrome
g. Menganalisis hubungan locus of control eksternal dengan burnout syndrome
C. HASIL LITERATURE RIVIEW

No Nama Penliti & Judul Penelitian Tempat Outcome Study Methods Jumlah
Tahun Penelitian Sampel
1 (Chou, et al., Job stress and Regional - Menunjukkan bahwa jenis kelamin dan usia, Kuantitatif 1329
2014) burnout in hospital in tetapi bukan tingkat pendidikan atau status Cross Sectional
hospital Taiwan perkawinan memiliki hubungan yang
employees: signifikan dengan kelelahan.
comparisons of - Bekerja lembur dan bekerja dalam shift
different medical memiliki efek tambahan terkait dengan
professions kelelahan
- Perawat dan asisten dokter memiliki burnout
yang lebih tinggi secara signifikan daripada
tiga profesi medis lainnya
- Ketegangan pekerjaan, komitmen berlebihan
dan dukungan sosial menunjukkan hubungan
yang luar biasa dengan kelelahan yang
berhubungan dengan pekerjaan, yaitu 30,1%
variasi dalam kelelahan.
- Mereka yang merasakan ketegangan kerja
tinggi atau aktif memiliki prevalensi kelelahan
yang jauh lebih tinggi daripada mereka yang
memiliki ketegangan rendah
2 (Apiradee, et al., Nurse Burnout , Thai Hospital - 32% dari perawat dilaporkan kelelahan Kuantitatif 2084
2016) Nurse- Reported emosional tinggi, 18% depersonalisasi tinggi, Cross Sectional
Quality of Care, dan 35% prestasi pribadi yang rendah.
and Patient - Sebagai tambahan, 16% dari perawat dinilai
Outcomes in Thai kualitas pelayanan jelek, 5% dilaporkan
Hospitals kejadian pasien jatuh, 11% melaporkan
kesalahan pengobatan dan 14% melaporkan
infeksi.
- Kesimpulann ya bahwa burnout berhubungan
dengan peningkatan pelaporan hasil yang
negatif pada pasien.

3 (Maciej Wilski, Work Locus of Polandia - Terdapat hubungan antara locus of control Kuantitatif 155
2014) control And kerja eksternal dengan burnout fisioterapi Cross Sectional
Burnout In Polish yang dimediasi oleh hubungan emosional
Physiotherapis ts: coping dan hubungan coping berfokus pada
The Mediating masalah.
Effect Of Coping - 15% kelelahan emosional, 14%
Styles depersonalisasi dan 14% prestasi pribadi.

4 (Gunusen, et Work stress and University - Stres kerja berhubungan positif dengan locus Kuantitatif 347
al., 2014) emotional hospital in of control internal namun berhubungan negatif Cross Sectional
exhaustion in Izmir, Turkey dengan kelelahan emosional
nurses: the - Stres kerja secara langsung dan secara tidak
mediating role of langsung berhubungan dengan kelelahan
internal locus of emosional (dimediasi oleh locus of control
control internal
- Stres kerja secara langsung dan secara tidak
langsung terkait dengan kelelahan emosional
(dimediasi oleh lokus kontrol internal
- Meskipun hubungan antara kelelahan
emosional dan stres kerja dimediasi, dampak
dari lokus kontrol internal terbatas.
5 (Putri, et al., The Influence of Dr. - Faktor usia responden (26-35 th) sebanyak Kuantitatif 132
2019) Locus of Control Reksodiwiryo 84,1%. Burnout lebih sering dialami oleh Cross Sectional
individu di usia yang lebih muda karena
on Burnout Hospital, mereka belum terlalu siap untuk bekerja,
Among Nurse Padang kurangnya adaptasi, dan ketidaknyamanan di
lingkungan kerja atau memiliki ketidakjelasan
peran
- Faktor usia responden (26-35 th) sebanyak
84,1%. Burnout lebih sering dialami oleh
individu di usia yang lebih muda karena
mereka belum terlalu siap untuk bekerja,
kurangnya adaptasi, dan ketidaknyamanan di
lingkungan kerja atau memiliki ketidakjelasan
peran
- Faktor masa kerja responden, sebagian besar
perawat (66,7%) dengan masa kerja lebih dari
10 th cenderung memiliki locus of control
eksternal. Durasi kerja seorang individu juga
mempengaruhi perkembangan locus of
control yang sifatnya tidak kekal dan dapat
berubah sesuai dengan kondisi yang
menyertainya.
- Berdasarkan karakteristik status perkawinan
responden, sebagian besar perawat belum
menikah (69,6%) cenderung menjadi locus of
control eksternal. Status perkawinan tidak
berpengaruh signifikan terhadap
perkembangan kepribadian seseorang
- Perawat yang memiliki locus of control
eksternal dengan burnout kerja tinggi sebesar
68,9% dibandingkan perawat dengan locus of
control internal dengan burnout kerja tinggi
sebesar 36,2%.
- Hasil uji statistik selanjutnya diperoleh nilai p
= 0,000 (p <0,05) yang berarti ada hubungan
yang signifikan antara variabel locus of
control dengan variabel burnout pada perawat
di RSUD Dr. Reksodiwiryo Padang.
6 (Sari, 2015) Hubungan Beban IRD RSUP - Proporsi burnout syndrome tertinggi adalah Kuantitatif, 53
Kerja, Faktor Sanglah responden dengan tingkatan burnout Observasi
Demografi, syndrome ringan, sebagian besar responden Korelasi (Non-
Locus of Control mengalami beban keja yang tinggi, sebagian Eksperimental),
dan Harga Diri besar responden berusia kurang dari 30 tahun, Cross Sectional
Terhadap sebagian besar responden berjenis kelamin
Burnout perempuan, sebagian besar responden
Syndrome Pada memiliki masa kerja lebih atau sama dengan 5
Perawat tahun dan tingkat pendidikan responden
Pelaksana didominasi oleh tingkat pendidikan DIII
Keperawatan.
- Sebagian besar responden memiliki locus of
control internal dan sebagian besar responden
memiliki harga diri yang tinggi.
- Terdapat hubungan yang bermakna antara
beban kerja, usia, status pernikahan, masa
kerja, locus of control dan harga diri dengan
burnout syndrome.
- Tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara jenis kelamin dan tingkat pendidikan
dengan burnout syndrome pada perawat
pelaksana
- Nilai r yang didapatkan pada masing-masing
variabel yang berhubungan dengan burnout
syndrome berkisar antara 0,2-0,599. Hal ini
berarti kekuatan hubungan antar variabel yang
saling berhubungan adalah lemah hingga
sedang.
- Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang berhubungan dengan
burnout syndrome namun tidak diteliti dalam
penelitian ini seperti dukungan sosial dan
faktor kebudayaan.

7 (Pinori, et al., Hubungan Antara RS - Hasil penelitian yang dilakukan responden Kuantitatif 39
2018) Locus of Control Bayangkara locus of control yang terbanyak yaitu internal Cross Sectional
dan Emotional TK. III 20 responden (51.3%) dan terendah eksternal
Quotient (EQ) Manado 19 responden (48.7%). Dari hasil penelitian
Dengan terlihat bahwa subjek locus of control internal
Kelelahan Kerja lebih banyak dari pada locus of control
Perawat eksternal
- Hasil penelitian yang dilakukan responden
untuk kelelahan kerja terbanyak yaitu lelah 24
responden (61.5%) dan untuk tidak lelah 15
responden (38.5%). Perawat yang merasa
kelelahan kerja lebih banyak daripada yang
tidak merasakan kelelahan.
- Perawat dengan locus of control eksternal
lebih cenderung mengalami kelelahan 16
responden (41%)
- Terdapat hubungan signifikan antara locus of
control dengan kelelahan kerja perawat di RS
Bhayangkara Tk. III Manado dan juga
terdapat hubungan signifikan antara
Emotional Quotient (EQ) dengan kelelahan
kerja perawat di RS Bhayangkara Tk. III
Manado.

8 (Ezdha & Putri, Faktor-Faktor RS PMC, - Hasil distribusi frekuensi berdasarkan faktor Kuantitatif 35
2019) Yang Pekanbaru individu responden di RS PMC didapatkan Cross Sectional
Mempengaruhi hasil sebagain besar responden memiliki umur
Burnout Pada 20-30 tahun sebanyak 32 responden (91,4%),
Perawat berjenis kelamin perempuan sebanyak 28
responden (80%), berpendidikan DIII
Keperawatan sebanyak 24 responden (68,6%),
bekerja selama >3 tahun sebanyak 28
responden (80%),dan berstatus belum
menikah sebanyak 21 responden (60%).
- Ada hubungan antara beban kerja dengan
burnout pada perawat diruang rawat inap RS
PMC dengan berdasarkan hasil analisa data
didapatkan p = 0,024.
- Ada hubungan yang signifikan antara gaya
kepemimpinan dengan burnout pada perawat
diruang rawat inap RS PMC dengan
berdasarkan hasil analisa data didapatkan p =
0,027.

9 (Tawale, et al., Hubungan antara RSUD Serui- - Pada penelitian ini menyatakan korelasi antara Kuantitarif 89
2011) motivasi kerja Papua motivasi kerja perawat dengan kecenderungan Korelasional
perawat dengan mengalami burnout, yakni rxy sebesar -0,526
kecenderungan pada taraf signifikansi (p) 0,000 (p < 0,01
mengalami artinya signifikan)
burnout pada - Menunjukkan adanya hubungan negatif antara
perawat kedua variabel.
- Jika motivasi kerja perawat rendah, maka
kecenderungan mengalami burnout pada
perawat akan tinggi.
- Jika motivasi kerja perawat tinggi, maka
kecenderungan mengalami burnout pada
perawat akan rendah.

10 (Artiningsih & Burnout dan - - Tingginya beban kerja dan ketidakpuasan Study Pustaka -
Chisan, 2020) Komitmen terhadap pekerjaan berkontribusi terhadap (Literature
Terhadap Tugas: burnout pada tenaga medis dalam menghadapi Riview)
Tantangan pandemi COVID
Tenaga Medis - Seseorang dengan komitmen yang tinggi
Dalam terhadap tugas akan lebih adaptif dalam
Menghadapi menyikapi burnout yang mereka alami
Pandemi Covid- - Mereka memiliki kecenderungan turnover
19 rendah dikarenakan senantiasa
mengidentifikasi masalah serta berusaha
mencari solusi atas permasalahan tersebut.
D. PEMBAHASAN

Sumber data pada rangkuman ini diperoleh dari research dengan keyword
“burnout, locus of control, nurses, relationship” di Googleschoolar, Pubmed, Neliti
dan Science Direct. Dari beberapa literature yang ditemukan diinklusikan sesuai
kriteria dan meneliti hubungan locus of control terhadap burnout syndrome. Adapun
bahasa yang digunakan yaitu bahasa Indonesia dan Inggris dengan rentang terbit yang
digunakan berkisar selama 10 tahun terakhir antara tahun 2010-2020. Sedangkan
kriteria eksklusinya yakni jurnal, report dan artikel yang lebih dari 10 tahun terakhir
kecuali berasal dari sumber buku, yang tidak relevan dengan tujuan penulisan dan
tidak free full text. Dari hasil research yang sudah dilakukan didapatkan 10 jurnal
yang sudah diinklusi yang dipublikasi tahun 2011-2020.
Karakteristik individual sebagai sumber burnout yang berpengaruh. Seperti
misalnya motivasi, kebutuhan sehari-hari (needs, nilai-nilai yang dianut, self esteem,
emotional expressiveness dan personal style. aktor internal tersebut menentukan
bagaimana seseorang mengatasi sumber eksternal dari emotional stress dan
menjelaskan mengapa individu A mengalami burnout dilingkungan kerja sementara
individu B tidak. Hal ini juga mempengaruhi individu yang bekerja sebagai perawat
atau “penolong” (Tawale, et al., 2011). Pendapat lain menyatakan bahwa burnout
muncul disebabkan oleh faktor karakteristik individu, lingkungan kerja, dan
keterlibatan emosional dengan penerimaan layanan. Karakteristik individu sebagai
pemicu munculnya burnout terdiri dari faktor demografik dan faktor kepribadian
(Sahrah, 2017).
Faktor demografi seperti usia, jenis kelamin, masa kerja dan tingkat
pendidikan juga mempengaruhi kejadian burnout syndrome. Menurut penelitian
(Sari, 2015) yang berusia 30 tahun ke atas memiliki tingkat burnout yang lebih tinggi
dibandingkan perawat yang berusia 30 tahun ke bawah. Perawat yang lebih tua
biasanya lebih menguasai pekerjaan yang mereka lakukan dan keinginan agar
mencapai kinerja lebih baik daripada perawat yang berusia lebih muda juga lebih
tinggi. Tuntutan dalam diri perawat yang berusia lebih tua cenderung membuat stres
hingga terjadinya kelelahan fisik, emosional dan psikologi. Perempuan cenderung
mengalami tingkatan burnout syndrome yang lebih tinggi dari laki-laki.Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Larasati S & Paramita,
2013) menunjukkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara burnout
syndrome dengan jenis kelamin. Sedangkan perawat yang sudah menikah mengalami
burnout syndrome berat. Tanggung jawab seseorang setelah menikah tentu berbeda
dengan yang belum menikah baik secara finansial maupun sosial.
Selain beban pekerjaan, seseorang yang sudah menikah juga memiliki
tanggung jawab untuk menghidupi keluarga dan harus mampu untuk menjalankan
fungsi sosial di masyarakat. Hal ini didukung oleh penelitian (Qord, 2012) perempuan
yang bekerja dan sudah menikah sering merasa tidak bahagia. Hal ini umumnya
terjadi karena merasa kewalahan dengan tanggung jawab, mengalami kesulitan dalam
mempertahakan hubungan yang akrab dengan pasangan sehingga hal tersebut
menimbulkan stres yang berkepanjangan. Sedangkan responden dengan masa kerja
kerja ≥ 5 tahun mengalami burnout syndrome berat. Walaupun dengan masa kerja
yang lama seorang perawat mendapatkan pengalaman kerja yang banyak, namun pola
pekerjaan perawat yang monoton dan bersifat human service justru menimbulkan
kelelahan fisik, emosi dan psikologi yang mengarah pada burnout syndrome. Hal ini
sejalan dengan penelitian (Pangastiti, 2011) yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara masa kerja perawat dengan burnout syndrome. Penelitian (Sari,
2015) mengemukakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
semakin besar keinginan untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan yang
dimilikinya serta semakin besar pula tuntutan pekerjaan sehingga berpengaruh
terhadap perilaku kerjanya. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
oleh (Chakraborty, 2012) yaitu tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan
dengan burnout syndrome.
Hubungan antara locul of control dengan burnout syndrome. Locus of
control berpengaruh terhadap pemilihan strategi koping individu. Selain itu,
kecenderungan locus of control pada individu akan mempengaruhi karakteristik
pekerjaan yang sesuai dengan dirinya. Locus of control internal cenderung memiliki
kepuasan kerja yang lebih tinggi dengan pekerjaan mereka dan terlihat lebih mampu
menahan stres dibandingkan dengan locus of control eksternal. Hasil penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Pinori, et al., 2018) yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara locus of control dengan burnout
syndrome. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh (Putri, et al., 2019) didapatkan
hubungan yang signifikan antara eksternal locus of control dan burnout syndrome.
Perawat dengan harga diri sedang cenderung mengalami burnout syndrome berat.
Harga diri yang positif akan membangkitkan rasa percaya diri, penghargaan diri, rasa
yakin akan kemampuan diri, rasa berguna serta yakin kehadirannya diperlukan.
Individu yang memiliki harga diri rendah cenderung merasa bahwa dirinya tidak
mampu dan berharga (Sari, 2015).
Dari bebarapa penelitian, terdapat hubungan yang bermakna antara beban
kerja,usia, status pernikahan, masa kerja, locus of control dan harga diri dengan
burnout syndrome. Namun tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis
kelamin dan tingkat pendidikan dengan burnout syndrome pada perawat. Hal ini
berarti kekuatan hubungan antar variabel yang saling berhubungan adalah lemah
hingga sedang. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
berhubungan dengan burnout syndrome namun tidak diteliti dalam penelitian ini
seperti dukungan sosial dan faktor kebudayaan.

E. KESIMPULAN

Berbagai macam faktor yang mempengaruhi burnout syndrome. Seperti


misalnya eksternal burnout contohnya dipengaruhi oleh kurangnya kesempatan untuk
promosi, tuntutan pekerjaan, dukungan sosial, kurangnya gaji, pekerjaan yang
monoton dan repetitif, adanya prosedural serta aturan yang kaku, dan gaya
kepemimpinan . Burnout syndrome dapat mengakibatkan pergantian staf, cuti sakit
yang berlebihan, mengurangi produktivitas dan efisiensi, yang sering berdampak pada
memburuknya kualitas pelayanan kesehatan, serta menurunnya motivasi terhadap
kerja, sinisme, timbulnya sikap negatif, frustasi, timbul perasaan ditolak oleh
lingkungan, gagal dan self esteem rendah. Masih terdapatnya gap pada faktor-faktor
tersebut seperti misalnya: berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja dan
status pernikahan.
Penelitian mengenai burnout dan pekerjaan telah banyak di teliti, namun ada
harapan untuk mengatasi burnout syndrome yaitu locus of control. Locus of control
dapat mengontrol stres yang terjadi pada individu. Locus of control ada dua jenis yaitu
internal dan eksternal.
Berdasarkan beberapa literature yang telah ditemukan ada beberapa perawat
menyatakan bahwa apapun yang terjadi dalam pekerjaannya itu tergantung dari apa
yang perawat lakukan dan bagaimana menyikapi suatu permasalahan dalam
pekerjaan, sedangkan perawat lainnya menyatakan bahwa semua yang terjadi dalam
pekerjaan itu tergantung lingkungan tempat dimana dia bekerja, terkadang apa pun
yang perawat lakukan tergantung dari atasannya, hal ini memperlihatkan bahwa ada
perawat yang lebih menggunakan locus of control internal dan ada juga perawat yang
lebih kuat pada locus of control eksternalnya.
DAFTAR PUSTAKA

Akca, F. & Yaman, B., 2010. The Effects of internal-external locus of control variables
on burnout levels of teachers. Elsevier, Procedia Social and Behavioral Sciences,
Volume 2 (2010), pp. 3976-3980.
Akintola, O., Hlengwa, W. & Dageid, W., 2013. A comparison of burnout among
oncology nurses working in adult and pediatric inpatient and outpatient settings.
Oncol Nurs Forum, Volume 40 (4):E303-11.
Al-Turki, H. et al., 2010. Burnout syndrome among multinational nurses working in
Saudi Arabia. Ann Afr Med, Volume 9(4):226-9.
Apiradee, N. ,. P. et al., 2016. Nurse Burnout , Nurse- Reported Quality of Care and
Patient Outcomes in Thai Hospitals. J Nurs Scholarsh, Pub Med.gov, Volume
48(1), pp. 83-90.
Artiningsih, R. A. & Chisan, F. K., 2020. Burnout dan Komitmen Terhadap Tugas:
Tantangan Tenaga Medis Dalam Menghadapi Pandemi Covid-19. Prosiding
Seminar Nasional 2020, pp. 199-203.
Basinska, B. & Wilczek, R., 2013. The role of rewards and demands in burnout among
surgical nurses. Int J Occup Med Environ Health, Volume 26(4), pp. 593-604.
Chou, L. P., Li, C. Y. & Hu, S. C., 2014. Job stress and burnout in hospital employees:
comparisons of different medical professions in a regional hospital in Taiwan. BMJ
Open, Volume 4: e004185, pp. 1-7.RI, U., 2009. Undang-Undang Nomor 44 Tahun
2009 Tentang Rumah Sakit. [Online]
Available at: https://ngada.org/uu44-2009bt.htm [Accessed 30 October 2020].
Davis, S., Lind, B. & Sorensen, C., 2013. A comparison of burnout among oncology
nurses working in adult and pediatric inpatient and outpatient settings. Oncol Nurs
Forum. [Online] Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/238033274
[Accessed 28 October 2020].
Depkes, R., 2005. Indikator Kinerja Rumah Sakit, Jakarta: s.n.
Ezdha, A. U. A. & Putri, D. A., 2019. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Burnout Pada
Perawat di Ruang Rawat Inap RS PM. Real in Nursing Journal (RNJ), Volume 2,
No. 3, pp. 144-152.
Fathoni, A., 2006. Manajemen Sumber Daya. Pertama ed. Jakarta: Rineka Cipta.
Ghufron, M. N. & Risnawita, R. S., 2010. Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar. Ruzz
Media.
Gunusen, N. P., Ustun, B. & Erdem, S., 2014. Work stress and emotional exhaustion in
nurse: the mediating role of internal locus of control. PubMed : National Library
of Meicine, Volume 28 (3).
Injeyan, M. C. et al., 2011. Personality Traits Associated with Genetic Counselor
Compassion Fatigue : The Roles of Dispositional Optimism and Locus of Control.
National Society of Genetic Counselors, pp. 526-540.
Karatpe, O., 2010. Work Family Conflic and Burnout in Frontline Service Jobs : Direct,
Mediating and Moderating Effect. ORS/Peroidical.
Maciej Wilski, B. C. A. M. T., 2014. Work Locus of control And Burnout In Polish
Physiotherapis ts: The Mediating Effect Of Coping Styles. Pubmed.ncbi, Volume
28(5):875-89.
Moreira, D., Mangnano, R. & Sakae, T. M., 2009. Prevalence of the syndrome of Burnout
in nursing from a large hospital, Southern Brazil: Cadsaude Publica.
Muthmainah, S., 2014. Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat
Inap Kelas III Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. STIKES Muhammadiyah.
Pinori, S. N., Kairupan, B. H. R. & Rompas, S., 2018. Hubungan Antara Locus of Control
dan Emotional Quotient (EQ) dengan Kelelahan Kerja Perawat. e-journal
Keperawatan (e-Kep), Volume 6 Nomor 1, pp. 1-7.
Putri, Z. M., Fatmadona, R. & Meilisya, S., 2019. The Influence of Locus of Control on
Burnout Among Nurses. In Book: Enhancing Capacity of Healthcare Scholars and
professionals in Responding to the Global Health Issues, Volume DOI:
10.2478/9783110680041-011, pp. 79-84.
Sari, D. Y., 2015. Hubungan Beban Kerja, Faktor Demografi, Locus of Control dan Harga
Diri Terhadap Burnout Syndrome Pada Perawat Pelaksana IRD RSUP Sanglah.
Coping Ners Journal, Volume 3 No.2, pp. 51-60.
Tawale, E. N., Budi, W. & Nurcholis, G., 2011. Hubungan antara motivasi kerja perawat
dengan kecenderungan mengalami burnout pada perawat di RSUD Serui-Papua.
Insan Media Psikologi, Volume 13 No. 2, pp. 74-84.
Wilskli, M., Chmielewski, B. & Tomczak, M., 2014. Work Locus of Control and Burnout
in Polish Physiotherapists: The Mediating Effect of Coping Styles. International
Journal of Occupational Medicine and Environmental Health, Volume 28(5), pp.
875-889.

Anda mungkin juga menyukai