Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN BURNOUT PADA

PERAWAT DI IRD RSUD Dr. M.M DUNDA LIMBOTO


KABUPATEN GORONTALO

CORELATION WORK MOTIVATION WITH NURSE BURNOUT IN


HOSPITALS D.r M.M DUNDA LIMBOTO
GORONTALO REGENCY

Febriani Limonu
Ilmu Keperawatan UNG
(Febrianilimonu@gmail.com)

ABSTRAK

Febriani Limonu. 2013. Hubungan Motivasi Kerja dengan Burnout pada


perawat IRD RSUD Dr. M.M Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo. Skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan
Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Ibu Werna Nontji,
dan Pembimbing II Ibu Vivien Novarina Kasim.

Kejenuhan kerja adalah suatu kondisi fisik, emosi dan mental, yang tidak
baik akibat situasi kerja yang berat, terjadi dalam jangka waktu yang panjang, dan
dipengaruhi oleh motivasi kerja.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan
motivasi kerja dan burnout pada perawat di IRD RSUD Dr. M.M Dunda Limboto
Kabupaten Gorontalo.
Penelitian ini menggunakan metode korelasi analisis dengan pendekatan
Cross Sectional Studi. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 30 responden dan
sampel 30 responden. Teknik pengambilan sampel, Total Sampling. Pengumpulan
data dilakukan dengan angket. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan
Analisis Univariat dan Analisis Bivariat (Chi-Square).
Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara motivasi kerja dengan
burnout pada perawat di IRD. RSUD Dr. M.M Dunda Limboto. Hasil Chi-Square
P 0.000 < 0,05. Dengan demikian H1 dalam peneltian ini diterima dan H0 di tolak.
Kesimpulannya ada hubungan antara motivasi kerja dengan burnout pada perawat
IRD. RSUD. Dr. M.M Dunda Limboto. Saran untuk instansi RSUD. Dr. M.M
Dunda Limboto harus mengkaji ulang faktor penunjang motivasi kerja perawat.

Kata Kunci : Motivasi Kerja, Burnout, Perawat


ABSTRACT

Febriani Limonu. 2013 The relationship between work motivation and


nurses burnout, in emergensy room hospitasl RSUD Dr. M.M Dunda Limboto.
Minithesis, Nursing Science Program, Faculty of Health Sciences and Sport,
Gorontalo Stage in University, Adviser I Mrs. Werna Nontji, and Adviser II Mrs.
Vivien Novariana Kasim.

Burnout is a state of physical, emotional and mental, which is not good


due to the severe employment situation is influenced by motivation, occur in the
long term. research objective of this study to determine the relationship between
motivation and burnout in nurses working in hospitals IRD RSUD Dr. M.M
Dunda Limboto Gorontalo regency.

This study uses the research. Analytical approach Corelasi Cross Sectional
Study. The population sample of 30 respondents and 30 respondents. Sampling
technique. Total Sampling data collection questionnaires. Analysis of the data in
this study using Analysis Univariate and Bivariate Analysis (Chi-Squere).

The results showed no relationship between motivation to burnout in


nurses working at IRD. Hospital Dr. M.M Dunda Limboto. Results Chi-Squere
0.000 P <0.05. Thus in this research received H1 and H0 is rejected. There is the
Relationship Between Burnout At Work Motivation With Nurses Hospital Dr.
IRD. M.M Dunda Limboto. Then hospitals should review the contributing factors
of support work nurse motivation.

Keywords : Motivation, Burnout, Nurse’s


PENDAHULUAN

Setiap manusia mempunyai suatu alasan untuk melakukan suatu pekerjaan


tertentu, mengapa individu satu bekerja lebih giat dan yang lainnya biasa-biasa
saja. Hal ini sangat tergantung pada motivasi yang mendasari individu tersebut,
motivasi ini merupakan salah satu aspek yang dapat mempengaruhi perilaku
seseorang.
Pieter (2010: 33) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
perilaku seseorang adalah motivasi, motivasi diartikan dorongan untuk bertindak
guna mencapai suatu tujuan tertentu, hasil motivasi akan diwujudkan dalam
bentuk perilakunya, karena dengan motivasi individu terdorong memenuhi
kebutuhan fisiologis, psikologis, dan sosial.
Dalam dunia keperawatan sangat di butuhkan motivasi kerja dalam
memberikan suatu pelayanan kesehatan. Disisi lain banyak hambatan-hambatan
yang harus dialami oleh perawat tapi bagaimanapun kondisinya perawat harus
menjaga situasi emosionalnya. Rahmawati (2007), menyebutkan hasil survei
yang dilakukan Persatuan Perawat Nasional Indonesia tahun 2006, Menunjukan
sekitar 50,9% perawat yang bekerja di empat provinsi di Indonesia mengalami
stres kerja. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Schaufeli (dalam
Eviaty, 2005) menunjukkan profesi bidang kesehatan dan pekerja sosial
menempati urutan pertama yang paling banyak mengalami burnout, yaitu sekitar
43%.
Fokus penelitian ini yaitu hubungan antara motivasi kerja dengan burnout
perawat. Kecenderungan mengalami burnout pada perawat di RSUD. Berdasarkan
survei awal dari data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo,
jumlah rasio perawat di Gorontalo berada pada urutan ke 19, dimana jumlah
perawat di provinsi gorontalo berjumlah 124,6 perseratusribu jumlah penduduk di
Indonesia pada tahun 2011, sedangkan tenaga perawat di kabupaten gorontalo,
berdasarkan grafik jumlah tenaga perawat, di kabupaten gorontalo 49,7%
perseratus ribu penduduk (Dikes, 2012).
Berdasarkan wawancara dengan salah satu kepala bidang keperawatan di
RSUD Dr. M.M Dunda Limboto motivasinya perawat untuk melayani pasien
belum maksimal, Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang di
uraikan dalam penelitian ini adalah “Apakah Ada Hubungan Antara Motivasi
Kerja dengan Burnout pada Perawat di IRD RSUD Dr. M.M Dunda Limboto.”
Penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara motivasi
kerja dengan terjadinya burnout pada perawat di IRD RSUD Dr. M.M Dunda
Limboto.
TINJAUAN PUSTAKA
Motivasi Kerja
Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya potensi
bawahan agar mau bekerja secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan
tujuan yang telah di tentukan. Motivasi kerja terdiri dari dua kata yaitu motivasi
dan kerja. motivasi berasal dari kata dasar Motif, yang mempunyai arti suatu
perangsang, keinginan dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang. Motivasi
adalah pemberian daya penggerak menciptakan kegairahan kerja seseorang agar
mereka mau bekerja sama dengan efektif dan terintegrasi dangan segala daya
upayanya untuk mencapai kepuasan (Hasibuan, 2008: 33).
Kerja adalah sejumlah aktifitas fisik dan mental untuk mengerjakan suatu
pekerjaan Hasibuan (2009:97). Teori-Teori Motivasi Kerja Teori Motivasi 2
faktor atau teori iklim sehat oleh Hezberg Ada 2 faktor ekstrintik dan intrinstik
yang mempengaruhi seseorang bekerja, yang termasuk dalam faktor ekstrinstik
yaitu (higienes) hubungan interpersonal antara atasan dan bawahan, tehnik
supervisi, kondisi kerja dan kehidupan pribadi. Sedangkan faktor instrinstik
(motivator) adalah faktor yang kehadirannya dapat menimbulkan kepuasan kerja
dan meningkatkan prestasi atau hasil kerja individu (Hezberg, 2008:110). Teori
motivasi prestasi kerja David Mc. Teori ini berpendapat bahwa karyawan
mempunyai cadangan energi potensial, bagaimana energi ini dilepaskan dan di
gunakan tergantung pada kekuatan dorongan yaitu:
1. Kekuatan Motif dan kekuatan dasar yang terlibat
2. Harapan dan Keberhasilannya
3. Nilai Insentif yang terletak pada tujuan.

Definisi Burnout
Burnout merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menunjukan satu
jenis stress. Istilah burnout pertama kali diperkenalkan oleh Bradlei pada tahun
1969. Namun tokoh yang di kenal sebagai penemu dan penggagas istilah burnout
Herbert Freudenberger pada tahun 1974.
Freudenberger menggunakan istilah yang ada pada awalnya digunakan
pada tahun 1960-an untuk merujuk pada efek penyalagunaan obat-obatan
terlarang yang kronis (Freudenberger dan Richelson dalam Farber, 1991).
Deskripsi awal Freudenberger mengenai seseorang yang menderita kena Sindrom
Burnout sebenarnya diawali pada dirinya sendiri. Ia mengatakan bahwa
“....dan anda menyempatkan sebagian besar diri anda dalam pekerjaan.
Anda sebagai gradual terbentuk didalam lingkungan sekitar anda dan di dalam
diri anda ada perasaan bahwa mereka membutuhkan anda. Anda merasakan sense
of comitmenn yang utuh” (Faber, 1991:105).
Maksudnya adalah jika kita bekerja pada suatu pelayanan, misalnya
perawat maka kita akan terbentuk secara keseluruhan oleh atmosfir layanan
kesehatan secara intens dengan membiarkan keterlibatan pada diri kita dan
sumber emosi kita sampai pada akhirnya kita akan menemukan diri kita dalam
kelelahan. Burnout merupakan perubahan sikap dan perilaku dalam bentuk reaksi
menarik diri secara psikologis dari pekerjaan seperti menjaga jarak dengan klien
maupun bersikap sinis, membolos, sering terlambat dan keinginan pindah kerja
yang kuat. Pandangan Chernis ini nampak sejalan dengan pandangan
Freudenberger bahwa seseorang memiliki sikap antusias dan tujuan yang hendak
mereka capai pada awal bekerja. Ia merasa terpanggil untuk bekerja sehingga
idealisme merekapun tinggi namun stres yang dialami secara kronis menyebabkan
mereka mengalami perubahan motivasi mereka mengalami burnout (Faber,
1991:70).
Gejala-gejala burnout yaitu :
A. Kelelahan Fisik.
B. Kelelahan Mental
C. Kelelahan Emosional
D. Penghargaan diri yang rendah
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan diatas nampak bahwa
penekanan burnout terletak pada karakteristik individu dan wujud dari sindrom itu
terletak pada interaksinya dengan lingkungan kerja. Maslach berpendapat bahwa
sumber utama timbulnya burnout adalah karena adanya stres yang berkembang
secara akumulatif akibat keterlibatan pemberi dan penerima pelayanan dalam
jangka panjang namun Maslach sangat tersirat mengakui bahwa penting mencari
faktor di lingkungan kerja tempat terjadinya interakasi antara pemberi layanan dan
penerima pelayanan. Selain itu analisis juga perlu mengkaji faktor individu yang
ada pada pemberi pelayanan yang turut memberi sumbangan terjadinya burnout
(Chernis, 2007:39)
Faktor-Faktor Penyebab Burnout
A. Karakteristik Individu
B. Lingkungan Kerja
C. Keterlibatan emosional dengan penerima pelayanan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Burnout Dalam Kerja.
A. Desain Organisasi
B. Kepemimpinan
C. Interaksi Sosial Dan Dukungan Rekan Kerja
Alat Ukur Burnout
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur burnout dikembangkan oleh
Maslach yang dikenal sebagai Maslach Burnout Inventory (MBI). MBI diciptakan
oleh Maslach dan Jackson pada tahun 1981 untuk mengukur burnout pada pekerja
bidang Pelayanan Sosial dan dikenal sebagai MBI-Human Services Survey (MBI-
HSS). MBI versi kedua kemudian didesain bagi para pendidik yaitu MBI-
Educators Survey (MBI-ES). Kedua versi tersebut sama-sama terfokus pada jenis
pekerjaan yang mengharuskan individu berinteraksi secara intensif dengan orang
lain yaitu klien dan pasien atau mahasiswa dan murid (Maslach, Schaufeli &
Leiter, 2001).
Alat ukur MBI terdiri dari 22 item pertanyaan yang menggambarkan tiga
skala/dimensi. Schaufeli & Leiter, (2001). pengukuran yaitu :
1. Physical Exhaustion (Kejenuhan Fisik)
2. Emotional Exhaustion/Depersonalization (Kejenuhan
Emosional/Depersonalisasi)
3. Personal Accomplishment (Pencapaian personal)
Berdasarkan landasan teori diatas maka hipotesis dari penelitian ini adalah
sebagai berikut : “Ada Hubungan Antara Motivasi Kerja dengan Burnout Pada
Perawat di IRD RSUD Dr. M.M Dunda Limboto.
H0 Tidak ada hubungan antara motivasi kerja dengan burnout pada perawat
IRD RSUD Dr. M.M Dunda Limboto. H1 Ada hubungan antara motivasi kerja
denga burnout pada perawat IRD RSUD. Dr. M.M Dunda Limboto.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. M.M Dunda Limboto, Kabupaten
Gorontalo. Penelitian ini di laksanakan selama 1 bulan yakni dari tanggal 9 Mei
s/d 9 Juni Tahun 2013. Desain Penelitian yang di gunakan adalah desain
penelitian dengan Crooss Sectional Study. Variabel dalam penelitian ini meliputi
variabel bebas atau variabel independent, motivasi kerja. Sedangkan variabel
terikat atau variabel dependent burnout. Dalam penelitian ini populasinya adalah
populasi terjangkau dimana populasinya seluruh perawat di ruang IRD RSUD Dr.
M.M Dunda Limboto. Kabupaten Gorontalo yang berjumlah 30 orang. Sampel
pada penelitian ini diambil dengan Total Sampling, dimana besarnya sampel yaitu
seluruh responden. Dalam penelitian ini menggunakan kriteia-kriteria sampel
yang meliputi:Kriteria Inklusi Merupakan pegawai tetap.Kriteria EkslusiPerawat
IRD RSUD Dr. M.M Dunda Limboto yang tidak hadir saat penelitian dan perawat
yang hadir tetapi tidak bersedia dijadikan responden. Data Primer.
Data primer di peroleh melalui penyebaran daftar pertanyaan motivasi
kerja dan burnout kepada responden yang dijadikan instrumen dasar penelitian
atau kuisioner. Data Sekunder Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi
Gorontalo, dan Kabupaten Gorontalo dan data yang telah tersedia pada RSUD
M.M Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo, dimana data tersebut dianggap
berkaitan atau relevan dengan masalah yang di bahas.penelitian ini menggunakan
tekhnik analisis data dengan Metode analisis yang digunakan untuk membuktikan
hipotesis yang diajukan menggunakan 2 metode yaituanalisis univariat dan
analisis bivariat. Penelitian ini peneliti menggunakan perawat sebagai responden,
oleh karena itu peneliti menjaga kerahasiaan tenaga perawat dengan menggunakan
prinsip mengohormati hak asasi, autonomi serta kepercayaan. Fasilitas yang
digunakan adalah informnet consent, amonimity dan confidality.
HASIL PENELITIAN

Pada tanggal 1 september tahun 2009 RSUD Dr. M.M Dunda merubah
status rumah sakit dari badan pengelola menjadi Badan Layanan Umum Daerah.
Dan kini RSUD Dr. M.M. Dunda beralih status menjadi tipe kelas B melalui SK
Menteri Kesehatan RI No : HK.03.05/I/1077/2011.

Penelitian Yang dilaksanakan yaitu di ruangan Instalasi Rawat Darurat


RSUD. M.M Dunda Limboto. Instalasi Rawat Darurat RS.M.M Dunda Limboto
memiliki standar pelayanan gawat darurat yaitu memiliki kemampuan menangani
masalah kesehatan anak dan dewasa 100%, jam buka pelayanan gawat darurat 24
jam, pemberi pelayanan kegawatdaruratan memiliki sertifikat yang masih berlaku,
waktu tanggap pelayanan dokter di gawat darurat indikator < 5 menit setelah
pasien datang, kepuasan pelanggan indikator > 70%, dan tidak adanya pasien
yang membayar uang muka.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di IRD RSUD Dr. M.M
Dnda Limboto Tanggal 9 Mei- 9 Juni

Karakteristik F %
Jenis Kelamin
Laki- laki 11 36,60%
Perempuan 19 63,30%
Jumlah 30 100,00%
Umur
20-30 26 87%
31-40 4 13%
41-50 0 0%
>50 0 0%
Jumlah 30 100,00%
Pendidikan
SPK 10 33.3%
D III 18 60%
Keperawatan
S1- Keperawatan 1 3.3%
S.Kep.Ners 1 3.3%
Jumlah 30 100,00%
Lama Kerja
< 1 Tahun 16 53.3%
1-5 Tahun 10 33.3%
6-10 Tahun 2 6.67 %
>10 Tahun 2 6.67%
Jumlah 30 100,00%
Sumber data: Data Primer, 2013
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Motivasi Kerja Perawat IRD RSUD Dr. M.M
Dunda Limboto Tanggal 9 Mei - 9 juni 2013

Motivasi Kerja F %
Sangat Tinggi 14 46.6%
Tinggi 16 64.4%
Rendah 0 0%
Tidak ada 0 0%
motivasi
Jumlah 30 100%
Sumber data: Data Primer, 2013
Dari tabel 4.2, diatas dapat di ketahui perawat IRD RSUD Dr. M.M Dunda
Limboto yang memiliki motivasi kerja sangat tinggi sebanyak 14 responden atau
(46.6%) dan yang memiliki motivasi kerja tinggi 16 responden atau (64.4
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Burnout Responden di IRD RSUD Dr. M.M.
Dunda Limboto Tanggal 9 Mei - 9 juni 2013

Burnout F %
Tidak Burnout 18 60%
Burnout Ringan (SH) 12 40%
Burnout Sedang (SK) 0 0%
Burnout Berat ( SM) 0 0%
Jumlah 30 100%
Sumber data: Data Primer 2013
Berdasarkan tabel 4.3, di atas dapat di ketahui bahwa sebagian besar
responden memiliki kejenuhan kerja (burnout) ringan sebanyak 12 responden
(40%) dan 18 responden (60%) yang tidak burnout,
Tabel 4.4 Hubungan Motivasi Kerja dengan Burnout pada Perawat di IRD
RSUD Dr. M.M. Dunda Limboto Tanggal 9 Mei - 9 juni 2013

Burnout
Burnout Tidak Total P
Ringan Value
(SH) Burnout
Sangat 0 N 14 N 14 N
Motivasi
Tinggi 0% % 100% % 100% %
12 N 4 N 16 N
Kerja Tinggi 0.000
75.% % 25.% % 100% %
12 N 18 N 30 N
Total 40% % 60% % 100% %
Berdasarkan tabel 4.4 diatas, terlihat bahwa sebanyak 14 responden atau
(100%) memiliki motivasi kerja sangat tinggi dan tidak mengalami burnout. Dan
dari sebanyak 16 responden atau (100%) yang memiliki motivasi kerja tinggi dan
mengalami burnout ringan sebanyak 12 responden atau (75%) dan sebanyak 4
responden atau 25% yang tidak burnout dan memiliki motivasi kerja tinggi.
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.6 diatas di peroleh 0.000) < 0.05,
hal ini berarti H0 di tolak dan H1 diterima maka terdapat hubungan yang
signifikan antara motivasi kerja dengan burnout pada perawat.
Pembahasan
Motivasi Kerja
Menurut peneliti faktor yang memepengaruhi motivasi kerja perawat
tinggi di RSUD Dr. M.M Dunda Limboto yaitu pengakuan dan prestasi. Dari hasil
kuisioner didapatkan domain motivasi kerja yang paling menonjol pada penelitian
ini adalah pengakuan dan prestasi. Pengakuan disini dapat dilihat dari kuisisoner
motivasi kerja pada pertanyaan no 8 yang paling banyak mendapatkan respon dari
responden, responden menyatakan bahwa mereka senang bekerja karena atasan
selalu mengkomunikasikan dengan bawahan jika mengambil suatu keputusan dan
selalu kreatif dan inovatif dalam segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha
pencapaian tugas. Untuk indikator prestasi dapat dilihat dari dari kuisioner no 5
yang paling banyak mendapatkan respon dari responden, responden menyatakan
bahwa mereka tidak merasa rendah diri jika mengalami kegagalan dalam
menjalankan tugas atau pekerjaan, mereka malah ingin selalu belajar dengan hal-
hal yang baru mereka dapatkan di IRD. RSUD Dr. M.M Dunda Limboto,
walaupun sebagian besar dari mereka tingkat pendidikan mereka DIII
Keperawatan.
Penelitian ini sejalan dengan Teori motivasi kerja Hezberg, bahwa cara
terbaik cara terbaik untuk memotivasi seseorang adalah dengan memenuhi
kebutuhan tingkat tingginya. Hezberg mengatakan bahwa memberikan seseorang
kenaikan gaji atau kondisi kerja yang baik, tidak dapat memotivasi karena
kebutuhan tingkat rendah dapat di penuhi (Hezberg, 2008 :36).
Peneliti menyimpulkan dari hasil penelitian bahwa motivasi kerja adalah
suatu daya penggerak yang mampu menciptakan dorongan produktifitas kerja
yang baik dan tulus yang bersumber dari kemauan, niat, sehingga dapat sehingga
dapat memberikan pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya.
Kejenuhan Kerja (Burnout)

Hasil penelitian kejenuhan kerja ini mengacu pada 3 domain yaitu


kelelahan emosional, depersonalisasi dan penurunan prestasi pribadi. Hasil
kuisioner didapatkan domain kejenuhan yang paling menonjol pada penelitian ini
adalah kelehan emosional. Kelelahan emosional disini lebih kearah persepsi
responden terhadap perasaan capek dan lelah, baik dalam segi psikologis maupun
fisik, kelelahan emosional disini dapat dilihat dari kuisioner kejenuhan kerja pada
pertanyaan no 1-8, adapun pertanyaan yang paling banyak mendapatkan respon
dari responden adalah pertanyaan no 2 yang menyatakan perasaan lelah dan capek
setelah pulang kerja sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka
mengalami perasan letih dan lelah setiap hari. Menurut peneliti letih dan lelah
wajar bila dirasakan setiap selesai akhir kerja, tetapi apabila setiap hari merasakan
letih dan lelah setiap pulang kerja maka kemungkinan terjadi karena faktor
tertentu.
Motivasi seseorang turut berperan serta dalam terjadinya kejenuhan,
apabila motivasi rendah maka akan mempengaruhi sikap dan kepuasan dalam
bekerja dan pada akhirnya akan menjadi kejenuhan kerja dan untuk indikator
depersonalisasi mengacu pada sifat negatif, tangapan sinis ataupun memisahkan
diri dari individu lain di tempat kerja. Hal yang paling menonjol pada indikator
depersonalisasi ini pada pertanyaan no 15 tentang menyamaratakan keadaan klien
atau pasien yang berada di bawah tanggung jawabnya. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan dalam referensi Muslihudin tahun 2009 yang menyatakan bahwa salah
satu tanda dan gejala dari kejenuhan kerja yaitu menyamaratakan klien.
Pasien di rumah sakit memiliki keadaan berbeda-beda serta kebutuhan
yang berbeda-beda pula, apabila pasien dalam keadaan gawat dan pasien yang
tidak dalam keadaan gawat dalam penanganannya disamaratakan maka salah satu
pasien akan dirugikan dari segi kesembuhan pasien itu sendiri, sedangkan untuk
indikator penurunan prestasi pribadi hal yang paling menonjol dapat dilihat dari
pertanyaan no 8 yang menyatakan bekerja secara spontanitas dan kreatif. Hal ini
sesuai dengan teori Potter pada tahun 2005 yang menyatakan salah satu tanda dan
gejala kejenuhan kerja bersikap kreatif dan spontanitas, sikap kreatif dan
spontanitan kadang sangat diperlukan perawat dalam menghadapi keadaan yang
sangat mendesak. Tetapi setiap tindakan perawat memerlukan prosedur
operasional yang baku dan alangkah baiknya apabila perawat mengikuti prosedur
yang telah dibuat sehingga hasil yang didapatkan sesuai dengan yang diharapkan.
Hubungan Motivasi Kerja dengan Burnout

Berdasarkan hasil analisis statistik uji chi-squre di peroleh p value 0.000<


0.05, hal ini berarti H0 di tolak dan H1 diterima sehingga terdapat hubungan yang
signifikan antara motivasi kerja dengan burnout pada perawat. Adanya hubungan
yang signifikan antara motivasi kerja dengan burnout pada perawat IRD RSUD.
Dr. M.M Dunda Limboto dapat di dukung oleh pernyataan maslach burnout
inventori yang menekankan terjadinya suatu perubahan motivasi kerja. hilangnya
semangat yang dialami pekerja atau “penolong” berkaitan dengan stres atau
kekecewaan yang berlebih yang dialami dalam situasi kerja.
Hal yang diterangai pada penelitian ini penyebab tingginya motivasi kerja
perawat di IRD RSUD. Dr. M.M Dunda Limboto dipengaruhi oleh prestasi dan
pengakuan. Dalam melakukan pekerjaanya perawat selalu berusaha untuk
memberikan pelayanan terbaik bagi kesembuhan dan kenyamanan pasien, perawat
juga selalu bersikap positif terhadap pekerjaanya tanpa merasa mengeluh dan
terbebani dengan tanggung jawabnya sebagai perawat pada proses pemberian
pelayanan keperawatan. Perawat di IRD RSUD. Dr. M.M Dunda Limboto mampu
menunjukan perhatian yang baik pada pasien, rekan kerja ataupun atasannya dan
mampu bekerjasama dalam suatu tim kerja.
Penelitian ini menunjukan burnout yang dialami oleh perawat di ruang
IRD. RSUD Dr. M.M Dunda Limboto dalam katagori ringan. Berdasarkan
penelitian diatas maka dapat di simpulkan bahwa H1 pada penelitian ini di terima
dan H0 ditolak jadi pada penelitian ini ada hubungan yang signifikan antara
motivasi kerja dengan burnout pada perawat di IRD RSUD. Dr. M.M Dunda
Limboto.
Hasil penelitian berdasarkan korelasi statistik uji chi-square. Motivasi
kerja hanya merupakan salah satu faktor dari penyebab terjadinya burnout. Faktor
lain penyebab terjadinya burnout seperti yang di kemukakan oleh Chernis (dalam
Daud, 2007) yaitu gaya kepemimpinan yang di terapkan oleh atasan, kurangnya
dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga, teman kerja atau atasan, selain itu
juga faktor budaya dan sejarah yang sedang terjadi dalam suatu lingkungan.

Motivasi kerja sangat perlu ditingkatkan dan di evaluasi oleh institusi


karena motivasi kerja mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya
potensi bawahan agar mau bergerak serta mampu menciptakan produktifitas kerja
yang baik dan tulus yang bersumber dari kemauan atau niat sehingga dapat
memberikan pelayanan kualitas kerja yang sebaik-baiknya. Apabila motivasi
kerja perawat baik maka akan menghasilkan pelayanan keperawatan yang baik
sehingga pasien atau klien akan merasa puas dengan hasil kerja yang di berikan
oleh institusi.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 responden sebanyak 16
responden atau (64.4%) yang memiliki motivasi kerja tinggi sebanyak 18
responden atau (60%) tidak mengalami burnout.Hasil penelitian didapatkan
berdasarkan analisis statistik uji chi-square p value (0.000) <0.05, hal ini berarti
H0 di tolak dan H1 diterima maka terdapat hubungan yang signifikan antara
motivasi kerja dengan burnout pada perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Alex, 2008. Gaya Hidup Penghambat Alzaimer, Jakarta: PT Alex Komputindo


Anoraga. 2006. Perawat Profesional. Medan: Fisid UMSU
Arini, Windi, 2012. Hubungan Pelaksanaan Menejmen Konflik Kepala Ruangan
dengan Motivasi Perawat Dalam Pelaksanaan Keselamatan Pasien. 65,
291-311.
Asmadi, 2005. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Chernis, Scalen. Pendidikan Psikologi, Terjemahan Handayani. 2007. Jakarta:
PT. Remaja Rosda Karya
Deeprose, Donna. Smart Things To Know About Motivation, Terjemahan.
Soesanto B. 2006. Jakarta : PT Alex Media Komputindo.
Depkes, RI. Pengantar Psikologi Keperawatan, Jakarta: Trans Info Media
Daud R, Aulia, 2013. Burnout Pada Perawat UGD Gina Ganta. 2006. Jakarta :
Erlangga.
Diaz, Ramon. 2000, Hubungan Antara Burnout Dengan Motivasi Berpersetasi
Akademis Pada Mahasiswa Yang Bekerja, Vol.1 No 2. Hal.57-76.
Fattah, Nanang. 2008. Landasan Intelektual. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Farber, Hanberger. Stres dan Manejemen. Terjemahan. Alfriani. 1993 Jakarta:
Gramedia
Fraser. 2010. Psikologi Kepribadian, Bandung: Prenada Group
Gunarsa, H. 2008. Ilmu Keperawatan E/2 Jilid 2. Jakarta: EGC
Geroge. Stolar. Peran Motivasi Kerja Terjemahan, Mansyur Noor, 2006. Jakarata
:Media Utama
Hasibuan, Malayu. 2008. Organisasi Dan Motivasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hezberg. Kepemimpinan yang memotivasi, Terjemahan Rahman, 2008, Bandung:
CV Makmur Jaya
Hawley, Casey Fitts. 2004. 201 Cara untuk mendorong Setiap Karyawan
Berkinerja Bekerja Bintang. 2005. Jakarta: Erlangga.
Jhon, Robert, Michael. 2005. Perilaku dan Menejmen Organisasi E/7.
Terjemahan Gina Ganta. 2006. Jakarta: Erlangga.
Limdar, Yasik, 2006. Belajar Menejmen. Jakarta Selatan: PT Mizan Publika.
Kusumastuti, Khusnul.2005. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Lingkungan
Kerja Psikologis Dengan Burnout Pada Perawat RSU. Budi Rahayu
Pekalongan.
Kreitner & Kinichi, Theories and Strategies in Counseling and Psychotherapy,
Terjemahan W.A, Gerungan, 2001 Bandung: PT. Eresco.
Laihani, Fahresti 2012. Burnout pada perawat ditinjau dari efikasi diri dan
dukungan sosial. Vol 1. No 1.
Maslach, Burnout Inventory. 2001. Cara Pengukuram Bornout Terjemahan
Tasman, 2001 Jakarta: PT Bumi Aksara.
Mursi, Abdul Hamid, 1985. SDM yang produktif: Pendekatan Al-Quran dan
Sains. Terjemahan Drs.Moh Nurhakim, M.A.1999. Jakarta: PT Insani
Press.
Maslach, C. & Jackson, S. E. (1981). ”The measurement of experienced burnout.”
Journal of Occupational Behavior, 2, 99-113.
Muslihudin, Jhon. 2009. Kepemimpinan Yang Memotifasi. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Nursalam. Metode Penelitian Dalam Hidayat. 2007 Vol. 12 No.60-61.

Tanjung, Bahdin Nur dan Ardial. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah,
Skripsi, dan Tesis dan Mempersiapkan Menjadi Penulis Artikel. Jakarta:
Prenada Media Group.
Putri, H. Trikaloka. 2010. Etika Profesi Keperawatan. Jogja: Citra Pustaka.
Purwanto, Ngalim. 2008. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda
karya.
Robins, Stephen P. 2007. Manajmen Modern (Konsep dan Aplikasi Kerja).
Bandung: Sinar Baru.
Scaufelli, Clanton. Metode dalam Menejmen Stres. Terjemahan Sutrisno, 1993:
Yogyakarta: Gajah mada Universiti Press
Suyanti, 2006. Revolusi Organisasi Dengan Memberdayakan Kecerdasan
Spiritual Jogjakarta : CV Andi Ofset.
Steven, Bordui, Van Der Weyde. 1997. Ilmu Keperawatan E/2 Jilid 2. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Siswanto. 2006. Revolusi Organisasi, Jakarta: Gramedia Goup
Tawale, Novita. 2012. Hubungan antara Motivasi kerja perawat dengan
Kecenderungan mengalami Bornout. Vol.13 no 2.
Triyoga, Akde. 2012. Kejenuhan Kerja (Bornout) Dengan Kinerja Perawat
Dalam Pemberian Ashuan Keperawatan. 168,167-177.
W. Gulo, 2007 Metodologi Penelitian, Jakarta: P.T Grasindo.
Winardi, 2007. Motivasi Dan Permotivasian Dalam Menejmen, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persaja.
Walgito. 2000. Pengantar Psikologi. Jakarta: Trans Info Media
Yusuf, A. 2011. Faktor Faktor Motivasi Kerja Perawat, Yogyakarta: Gajahmada
Zan, Pieter Herri dan Lubis. 2005. 101 Cara Kinerja Bintang, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai