Anda di halaman 1dari 10

GAMBARAN BURNOUT PADA DOSEN FAKULTAS ILMU-ILMU

KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


Reni Dian Saputri1, Keksi Girindra Swasti2, Wahyu Ekowati3
Renidian48@gmail.com

ABSTRAK

Latar belakang: Burnout adalah sindrom kelelahan fisik, emosional dan mental
yang timbul sebagai konsekuensi dari ketidaksesuaian antara individu dengan
lingkungan dan desain pekerjaan. Sindrom burnout rentan dialami oleh profesi
yang bersifat human service dan bekerja erat dengan masyarakat seperti tenaga
pengajar, dokter , dan perawat.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran burnout pada
dosen Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif kuantitatif dengan
jenis desain cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik total
samplin dengan jumlah 60 orang sampel penelitian yang memenuhi kriteria
inklusi dan ekslusi. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner Maslach
Burnout Inventory-Human Service Survey. Data dianalisis menggunakan analisis
univariat yang disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.
Hasil: Karakteristik responden didominasi oleh usia dewasa awal, berjenis
kelamin perempuan, sudah menikah, belum memiliki anak, memiliki pendidikan
terakhir S2, status pekerjaan PNS, masa kerja lebih dari 7 tahun, bekerja 40
jam/minggu, tidak menduduki jabatan struktual, dan memiliki jabatan fungsional
asisten ahli. Gambaran burnout pada penelitian ini 73,3% sedang, 18,3% berat,
dan hanya 8,3% pada burnout ringan,.
Kesimpulan: Mayoritas responden berada pada burnout tingkat sedang.
Kata kunci: burnout, dosen, kelelahan.
1
Nursing Student, Nursing Program, Faculty of Health Sciences Jenderal Soedirman University
2
Nursing Program, Medical Surgical Nursing Department, Faculty of Health Sciences Jenderal
Soedirman University
3
Nursing Program, Community Health Nursing Department, Faculty of Health Sciences Jenderal
Soedirman University

1
DESCRIPTION OF BURNOUT IN LEACTURERS AT FACULTY OF
HEALTH SCIENCES JENDERAL SOEDIRMAN UNIVERSITY
Reni Dian Saputri1, Keksi Girindra Swasti2, Wahyu Ekowati3
Renidian48@gmail.com

ABSTRACT

Background: Burnout is a syndrome of physical, emotional and mental


exhaustion that arises as a consequence of the discrepancy between the individual
with the environment and the design of his work. Burnout syndrome is commonly
experienced by professions that are human service and work closely with the
community such as teaching staff, doctors, and nurses.
Aim: This study aims to determine the description of burnout in Lecturer Faculty
of Health Sciences Jenderal Soedirman University.
Method: This study uses quantitative descriptive study method with cross
sectional design type. Sampling using total sampling technique with the number of
60 research samples that meet the criteria of inclusion and exclusion. The research
instrument used the Maslach Burnout Inventory-Human Service Survey
questionnaire. Data were analyzed using univariate analysis presented in the form
of frequency distribution.
Result: Characteristics of the respondent are dominated by the early adult
respondents, female, married, not having children, recent magister education,
employment status, working more than 7 years, working 40 hours in a week, no
structural positions, and having functional positions of expert assistants. Burnout
in this study was 73,3% moderate,18,3% by heavy, and 8,3% in light burnout.
Conclusion: Majority respondents are in moderate burnout.
Keyword: burnout, exhaustion, leacturer.
1
Nursing Student, Nursing Program, Faculty of Health Sciences Jenderal Soedirman University
2
Nursing Program, Medical Surgical Nursing Department, Faculty of Health Sciences Jenderal
Soedirman University
3
Nursing Program, Community Health Nursing Department, Faculty of Health Sciences Jenderal
Soedirman University

2
PENDAHULUAN
Burnout adalah sindrom kelelahan fisik, emosional dan mental yang timbul
sebagai konsekuensi dari ketidaksesuaian antara individu dengan lingkungan dan
desain pekerjaannya (Gunarsa & Singgih, 2004). Menurut Mutiasari (2010)
sindrom ini sering dialami oleh individu yang bekerja pada situasi dimana harus
melayani orang banyak. Sindrom burnout awalnya diperkenalkan oleh
Freudenberger Herbet pada tahun 1974. Menurut Freudenberger dalam Putri
(2014), burnout merupakan sindrom kelelahan yang disebabkan oleh individu
bekerja terlalu intens, berdedikasi dan berkomitmen, serta memandang kebutuhan
dan keinginan sebagai hal kedua.
Sindrom burnout rentan dialami oleh profesi yang bersifat human service dan
bekerja erat dengan masyarakat seperti tenaga pengajar, penasihat, dokter, dan
perawat (Putri, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Suharti dan Daulima (2013)
pada perawat di salah satu rumah sakit metropolitan Jakarta menunjukan hasil
bahwa sebagian besar responden mengalami burnout sedang.
Dosen merupakan tenaga pengajar yang menjadi salah satu komponen
esensial dalam sistem pendidikan diperguruan tinggi (Dikti, 2005). Menurut
Undang-undang (UU) Republik Indonesia pasal 60 dijelaskan bahwa dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan tri dharma perguruan tinggi yaitu
melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Selain
pengajaran dosen juga mempertanggungjawabkan hasil kinerjanya dalam bentuk
portofolio, dengan mengisi kedalam sebuah program yang diserta data
pendukungnya (Sunarni & Setyadin, 2016). Selain itu, dosen juga harus
melakukan penelitian sekurang-kurangnya dua kali dalam setahun untuk
menambah pengetahuan mengaplikasikan ilmunya pada masyarakat. Banyaknya
tanggung jawab yang harus diemban membuat dosen harus membawa
pekerjaannya kerumah sehingga mengganggu waktu istirahat.
Besarnya tanggungjawab seorang dosen dapat memicu terjadinya burnout.
Hal ini ditunjukkan oleh penelitian Yogisutanti (2011) pada dosen disebuah
perguruan tinggi swasta dan negeri yang menunjukan hasil bahwa seluruh dosen
mengalami kelelahan kerja baik secara fisik maupun psikologis. Selain dari dalam
diri, sindrom burnout juga dapat disebabkan oleh lingkungan tempat bekerja. Hal
ini dibuktikan oleh penelitian Aloe et al. (2014) yang menyebutkan bahwa
kenakalan peserta didik dapat menimbulkan burnout pada tenaga pengajar.
Burnout yang dialami oleh dosen tidak hanya berdampak pada diri pribadi
tetapi juga prestasi kerja. Menurut Sedjo (2005) dampak yang dapat ditimbulkan
apabila dosen mengalami burnout yaitu, kecenderungan mengabaikan pekerjaan,
ketidakhadiran, dan turnover (berhenti dari tempat bekerja). Menurut Satriyo
(2014) sindrom burnout apabila tidak segera diatasi akan berdampak pada kinerja
pengajar ditempat kerja. Sehingga ketika mengalami burnout, dosen mengalami
gangguan emosional dan mental. Dosen yang seharusnya melayani kebutuhan
mahasiswa menjadi cuek, mudah marah, cenderung mengabaikan pekerjaan dan
tidak peka terhadap masalah dan kebutuhan mahasiswanya. Hal tersebut tentu
merugikan mahasiswa sebagai pengguna jasa dosen. Menurunnya kualitas kinerja
dan pelayanan dosen berdampak pada penurunan produktivitas dan efektivitas
suatu intitusi tempat dosen bekerja.

3
Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKes) Universitas Jenderal Soedirman merupakan
salah satu fakultas yang menyediakan pendidikan akademik tingkat sarjana (S1)
dan keprofesian. FIKes terdiri dari 5 cabang ilmu kesehatan yang terdiri dari
jurusan kesehatan masyarakat, keperawatan, farmasi, ilmu gizi dan program studi
pendidikan jasmani, kesehatan dan rekreasi (PJKR). Terdapat juga program
profesi pada jurusan keperawatan (Ners) dan Farmasi (Apoteker). Semua cabang
ilmu kesehatan tersebut terdapat 96 orang dosen aktif. Diantara 104 dosen dan
tutor di FIKes, telah dilakukan studi pendahuluan melalui wawancara terhadap 5
orang dosen dari jurusan farmasi, keperawatan, kesehatan masyarakat, dan gizi.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan wawancara pada 5 orang dosen
di Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, seluruhnya mengatakan sering begadang dan
merasa kurang istirahat. Selanjutnya, 4 dari 5 orang mengatakan tugas sebagai
dosen termasuk berlebihan atau over load, sehingga sering membawa tugas untuk
dikerjakan di rumah. Hal tersebut mengurangi waktu istirahat dan kebersamaan
dengan keluarga. Selain itu, 2 dari 5 orang dosen mengaku ketika tugas
menumpuk ditambah tekanan keadaan membuat emosinya tidak stabil dan mudah
marah. Ketika keadaan emosi sudah tidak stabil dan mudah marah, 2 dari 5 dosen
tersebut mengatakan bahwa, hal tersebut berdampak kepada keluarga dirumah.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan tersebut, peneliti akan meneliti gambaran
burnout pada dosen Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal
Soedirman.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif kuantitatif yang
dilakukan di Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman mulai
bulan September 2016 hingga Agustus 2017. Populasi penelitian ini adalah
seluruh dosen di FIKes Unsoed. Pengambilan sampel menggunakan metode total
sampling. Sejumlah 60 responden memenuhi kriteria eksklusi dan inklusi.
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner
Maslach Burnout Inventory-Human Survey Service yang digunakan oleh Akhsani
(2017). Instrumen tersebut berupa kuesioner yang terdiri dari 22 pertanyaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berikut hasil analisis dan karakteristik responden pada penelitian berdasarkan
usia, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anak, pendidikan, status pekerjaan,
masa kerja, jam kerja, jabatan struktural, dan jabatan fungsional.
Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden (n=60)
Variabel Kategori (n) %
Usia Dewasa awal 50 83,3
Dewasa tengah 9 15
Dewasa akhir 1 1,7
Jenis Kelamin Laki-laki 21 35
Perempuan 39 65
Status Perkawinan Belum kawin 15 25
Sudah kawin 43 71,7
Janda/duda 2 3,3

Jumlah Anak Belum memiliki 19 31,7


1 orang 16 26,7

4
2 orang 16 26,7
3 orang 6 10
>3 orang 3 5
Pendidikan S2 55 91,7
S3 5 8,3
Status Pekerjaan PNS 44 73,3
Belum PNS 16 26,7
Masa kerja <1 Tahun 4 6,7
1-3 Tahun 10 16,7
4-6 Tahun 10 16,7
>7 Tahun 36 60
Jam Kerja <40 Jam/minggu 12 20
40 Jam/minggu 42 70
>40 Jam/minggu 6 10
Jabatan struktural Ya 10 16,7
Tidak 50 83,3
Jabatan Fungsional Belum memiliki 13 21,7
Asisten ahli 30 50
Lektor 16 26,7
Lektor kepala 1 1,7
Berdasarkan tabel 1 diketahui mayoritas responden berada pada usia dewasa
awal (83,3%). Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (65%), (71,7%)
sudah menikah, dan (67%) sudah memiliki anak. Selanjutnya diketahui mayoritas
responden (91,7%) memiliki pendidikan terakhir S2. Jumlah responden (73,3%)
sudah PNS, Mayoritas bekerja lebih dari 7 tahun (60%) dengan jam kerja
40jam/minggu (70%). Sebanyak 83,3% responden tidak memiliki jabatan
struktural dan sebanyak (50%) responden memiliki jabatan fungsional sebagai
asisten ahli.
Tabel 2. Gambaran burnout pada Dosen FIKes Unsoed (n=60)
Kategori Frekuensi (n) Persentase %
Tidak Burnout 0 0
Burnout Ringan 5 8,3
Burnout Sedang 44 73,3
Burnout Berat 11 18,3
Burnout Sangat Berat 0 0
Berdasarkan tabel 2 diketahui mayoritas Dosen Fakultas Ilmu-ilmu
Kesehatan Unsoed mengalami burnout sedang sebesar (73,3%) dan terdapat
(18,3%) dosen mengalami burnout berat.
Tabel 3. Gambaran dimensi burnout pada Dosen Fakultas Ilmu-ilmu
Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman (n=60)
Tingkat burnout
Dimensi burnout Ringan Sedang Berat Sangat berat
n % n % n % n %
Emotional exhaustion 5 8,3 36 60 16 26,7 3 5
Depersonalization 5 8,3 49 81,7 6 10 0 0
Low personal 9 15 46 76,7 5 8,3 0 0
accomplishment
Berdasarkan tabel 3 diketahui pada setiap dimensi burnout mayoritas
responden berada pada tingkat sedang yaitu 60% pada dimensi emotional

5
exhaustion, 81,7% depersonalization, dan 76,7% pada low personal
accomplishment.

Tabel 4. Gambaran burnout berdasarkan karakteristik responden (n=60)


Tingkat burnout
Variabel Kategori Ringan Sedang Berat
n % n % n %
Usia Dewasa muda 5 8,3 36 60 9 15
Dewasa tengah 0 0 7 11,7 2 3,3
Dewasa akhir 0 0 1 1,7 0 0
Jenis kelamin Laki-laki 3 5 11 18,3 7 11,7
Perempuan 2 3,3 33 55 4 6,7
Status pernikahan Belum menikah 3 5 10 16,7 2 3,3
Sudah menikah 2 3,3 32 53,3 9 15
Janda/duda 0 0 2 3,3 0 0
Jumlah anak Belum memiliki 4 6,7 13 21,7 2 3,3
1 orang 0 0 11 18,3 5 8,3
2 orang 1 1,7 14 21,7 2 3,3
3 orang 0 0 5 8,3 1 1,7
>3 orang 0 0 2 3,3 1 1,7
Pendidikan S2 4 6,7 41 68,3 10 16,7
S3 1 1,7 3 5 1 1,7
Status pekerjaan PNS 1 1,7 36 60 7 11,7
Belum PNS 4 6,7 8 13,3 4 6,7

Masa kerja <1 Tahun 2 3,3 2 3,3 0 0


1-3 Tahun 2 3,3 6 10 2 3,3
4-6 Tahun 1 1,7 9 15 0 0
>7 Tahun 0 0 27 45 9 15
Jam kerja <40 Jam/minggu 2 3,3 9 15 1 1,7
40 Jam/minggu 3 5 32 53,3 7 11,7
>40 Jam/minggu 0 0 3 5 3 5
Jabatan struktural Ya 0 0 8 13,3 2 3,3
Tidak 5 8,3 36 60 9 15
Jabatan fungsional Belum memiliki 3 5 8 13,3 2 3,3
Asisten ahli 2 3,3 23 38,3 5 8,3
Lektor 0 0 12 20 4 6,7
Lektor kepala 0 0 1 1,7 0 0
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa usia mayoritas responden dewasa awal
mengalami burnout tingkat sedang (60%). Diketahui responden laki-laki lebih
cenderung mengalami burnout berat yaitu (11,7%). Responden yang sudah
menikah cendrung mengalami burnout lebih tinggi, hanya 3,3% ringan.
Selanjutnya diketahui responden dengan jumlah anak 1 lebih cenderung
mengalami burnout sedang (18,3%). Pada variabel pendidikan tidak terlalu
terlihat perbedaan tingkat burnout antara responden dengan pendidikan terakhir
S2 dan S3. Pada status pekerjaan tidak ada perbedaan antara tingkat burnout pada
dosen PNS dengan Non-PNS belum. Berdasarkan masa kerja diketahui semakin
panjang masa kerja dosen semakin tinggi tingkat burnout yang dialami. Hasil
penelitian menunjukkan semakin lama jam kerja dosen dalam seminggu semakin
tinggi resiko mengalami burnout sedang (5%) dan berat (5%). Sedangkan pada

6
variabel jabatan struktural tidak ada perbedaan berarti antara burnout pada dosen
yang menjabat dan pada variabel jabatan fungsional, diketahui tidak terdapat juga
perbedaan tingkat burnout.

Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden Fakultas Ilmu-
ilmu Kesehatan Unsoed berada pada fase dewasa awal. Hal tersebut dikarenakan
FIKes memang belum terlalu lama didirikan. Dihitung dari awal berdirinya
tersebut, FIKes baru berdiri kurang lebih 16 tahun.
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui mayoritas responden berjenis
kelamin perempuan. Dilihat dari perbandingan jumlah mahasiswa laki-laki dan
perempuan disetiap jurusan, diketahui memang mayoritas didominasi oleh
perempuan. Hal tersebut menunujukkan bahwa bidang kesehatan memang lebih
diminati oleh perempuan, sehingga tidak heran jika dosen disetiap jurusan
didominasi oleh perempuan.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa mayoritas responden sudah menikah
dan sudah memiliki anak. Jika dilihat dari usia responden berada pade fase
kelompok dewasa awal, menurut Hurlok (1994) salah satu tugas perkembangan
dewasa awal yaitu membangun rumah tangga (menikah).
Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas responden memiliki pendidikan
terkahir S2. Hal itu dikarenakan adanya aturan negara dalam Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 17 Tahun 2013 memang telah
menetapkan persyaratan menjadi dosen berijazah paling rendah Magister (S2).
Selain itu FIKes yang baru didirikan 16 tahun membuat banyak merekrut dosen-
dosen muda.
Responden penelitian mayoritas memiliki status pekerjaan sebagai PNS.
Status pekerjaan pada dosen dalam penelitian dibedakan menjadi PNS dan belum
PNS. Dosen PNS merupakan dosen yang bekerja penuh waktu, berstatus sebagai
tenaga pendidik tetap serta memiliki pengakuan dari Kementrian Dikti dengan
pemberian NIDN (Nomor Induk Dosen Nasional). Sedangkan dosen kontrak
merupakan dosen belum PNS yang diangkat oleh pimpinan suatu institusi selama
jangka waktu tertentu.
Berdasarkan tabel 4 diketahui mayoritas responden bekerja lebih dari 7 tahun
dengan jam kerja 40 jam/minggu. Masa kerja yang masih singkat tersebut
dikarenakan FIKes baru berdiri 16 Tahun hingga tahun 2017 ini, sehingga dosen-
dosen masih muda dan baru diangkat. Sedangkan jam kerja responden tersebut
sesuai dengan Surat Edaran Dirjen Dikti Nomor 3298//D/T/99 dan Kepmendiknas
Nomor 36/D/0/2001 yang menjelaskan bahwa beban kerja normal dosen
seminggu 40 jam.
Mayoritas responden menduduki jabatan struktural dengan jabatan fungsional
sebagai asisten ahli. Sedikitnya dosen yang menjabat dikarenakan memang FIKes
merupakan fakultas yang terdiri dari 5 jurusan, sehingga hanya dibutuhkan 1
dekan dengan 2 wakil dekan, 5 ketua jurusan, 5 sekretaris jurusan dan pengurus
laboratorium. Sehingga didapatkan perbandingan antara seluruh dosen dengan
yang memiliki jabatan struktural sangatlah jauh. Sedangkan jabatan fungsional ini
sesuai jika dilihat dari lama berdiri FIKes dan mayoritas masa kerja yang 7 tahun.
Hasil penelitian ini pada tabel 2 menunjukkan mayoritas responden
mengalami burnout sedang. Data tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang

7
dilakukan Darmawan, Silviandari, dan Susilawati (2015), dari 98 responden dosen
PTS diketahui seluruhnya mengalami burout, namun perbedaannya terletak pada
hasil penelitian dimana responden diketahui paling banyak mengalami burnout
ringan. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tidak dialami oleh
responden pada penelitian tersebut.
Jika dilihat berdasarkan variabel usia pada tabel 4 diketahui responden
berusia dewasa awal lebih beresiko mengalami burnout. Hal tersebut dikarenakan
individu yang muda masih minim pengalaman hidup, harapan tinggi terhadap
cita-cita, idealisme, dan terlalu banyak tuntutan. Hasil tersebut sesuai dengan
penelitian Maslach dalam Ramdan dan Fadly (2016) yang menyatakan individu
dengan usia muda beresiko lebih tinggi mengalami burnout daripada yang berusia
lebih tua.
Berdasarkan variabel jenis kelamin laki-laki diketahui burnout lebih tinggi
beresiko dilamai oleh laki-laki. Hal tersebut mungkin dikarenakan perempuan
memiliki sifat emosional tetapi mudah mengekspresikan kemarahannya sehingga
kelelahan yang dialami dapat dikeluarkan. Selain itu, laki-laki memang memiliki
beban lebih berat daripada perempuan karena memang laki-laki bekerja sebagai
tulang punggung keluarga, sedangkan perempuan menurut Arsanti dan Setyowati
(2015) bekerja salah satunya untuk mengaktualisasikan diri. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian Djara (2013) yang menyatakan bahwa laki-laki
mengalami burnout lebih tinggi dari perempuan.
Hasil penelitian pada tabel 4 menjelaskan bahwa responden yang sudah
menikah dengan jumlah anak 1 mengalami burnout lebih tinggi. Hal ini mungkin
dikarenakan beban kerja yang diberikan kepada setiap dosen tidak berdasarkan
status pernikahan, dan responden dengan jumlah anak 1 masih dalam tahap
adaptasi pertamakali memiliki anak, sehingga belum memiliki banyak
pengalaman dalam mengurus anak sekaligus bekerja. Hasil penelitian ini
berlawanan dengan penelitian Daulima dan Suharti (2013) yang menunjukkan
bahwa burnout lebih tinggi dialami oleh responden yang belum menikah dan
dikaitkan karena kurangnya dukungan sosial.
Hasil penelitian pada variabel pendidikan dan status pekerjaan menunjukan
bahw tidak terdapat perbedaan tingkat burnout. Jika dilihat dari beban kerja tidak
terdapat perbedaan beban kerja berdasarkan pendidikan terakhir dan status
pekerjaan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Sari (2015) yang menyebutkan tidak
ada perbedaan burnout pada tiap tingkat pendidikan.
Berdasarkan jam kerja didapatkan hasil semakin lama individu bekerja
semakin tinggi burnout yang dialami. Hal tersebut disebabkan karena individu
yang bekerja lebih lama memiliki beban kerja yang sudah melewati batas
sehingga berkurang waktu istirahat dan aktivitas lainnya. Menurut penelitian Sari
(2015) terdapat hubungan signifikan antara beban kerja dengan tingkat burnout
yang dialami.
Hasil penelitian pada jabatan struktural dan fungsional menunjukkan tidak
terdapat perbedaan tingkat burnout antara yang menduduki jabatan dan tidak.
Mayoritas responden mengalami burnout sedang. Hasil tersebut tidak sesuai
dengan penelitian Putri (2017) yang menjelaskan burnout lebih tinggi dialami
oleh tenaga pengajar yang menduduki jabatan struktural dengan jabatan
fungsional lebih tinggi. Hal itu dikarenakan jabatan tersebut menambah beban
kerja terhadap tenaga pengajar.

8
Berdasarkan masing-masing dimensi burnout, pada dimensi emotional
exhaustion mayoritas responden mengalami burnout sedang tetapi terdapat 5%
mengalami burnout sangat berat. Sedangkan pada dimensi depersonalization dan
penurunan low personal accomplishment mayoritas responden mengalami
burnout sedang. Hal ini mungkin disebabkan karena memang di FIKes sendiri
mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yang memiliki sifat emosional.
Jika dilihat sesuai dengan kuesioner, kelelahan emosional dapat disebabkan
karena dosen merasa lelah dan frustasi karena tugas-tugas pekerjaan, bekerja
telalu keras sebagai pemberi jasa sehingga terus mengalami lesu walaupun sudah
beristirahat dengan cukup. Depersonalisasi disebabkan karena dosen merasa jenuh
dengan pekerjaannya, merasa tidak memberikan pengaruh positif terhadap
mahasiswa dan merasa merugikan mahasiswa sehingga muncul rasa tidak peduli
dengan orang-orang disekitar terutama mahasiswa sebagai objek pekerjaan.
Sedangkan dimensi penurunan penghargaan terhadap diri sendiri merupakan
dampak dari kelelahan emosional dan depersonalisasi yang dialami dosen,
sehingga pada dimensi ini dosen merasa tertekan dan stres menghadapi
mahasiswa, dan merasa memperlakukan mahasiswa seolah hanya objek pekerjaan
saja. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Schwarzer
dan Hallum (2008) pada tenaga pengajar di Syria yang menjelaskan dari tiga
dimensi burnout nilai terbanyak berada pada dimensi emotional exhaustion. Hasil
berbeda justru ditunjukkan oleh Holoteschu et al.(2013) dalam penelitiannya pada
tenaga pengajar yang menjelaskan bahwa nilai tetinggi terdapat pada dimensi low
personal accomplishment.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada Dosen Fakultas Ilmu-
ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman dapat disimpulkan mayoritas
responden berada pada usia dewasa awal, berjenis kelamin perempuan, sudah
menikah, belum memiliki anak, pendidikan terakhir S2, status pekerjaan PNS,
masa kerja lebih dari 7 tahun, jam kerja 40 jam/minggu, tidak menduduki jabatan
struktural, dan memiliki jabatan fungsional sebagai asisten ahli.
Gambaran burnout pada penelitian ini terdapat 8,3% pada tingkat ringan,
73,3% sedang dan 18,3 tingkat berat. Sedangkan gambaran dimensi burnout
didapatkan yaitu pada dimesni emotional exhaustion terdapat 60% pada tingkat
sedang dan 5% sangat berat, dimensi depersonalization 81,7% pada tingkat
sedang dan low personal accomplishment 76,7% sedang.
Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ditujukan kepada
dosen, institusi pendidikan dan bagi penelitian selanjutnya. Bagi dosen penelitian
ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan baru tentang
burnout pada dosen. Dosen diharapkan dapat melakukan manajemen waktu yang
lebih baik sehingga waktu istirahat dosen tidak terpakai untuk menyelesaikan
tugas pekerjaan. Bagi institusi diharapkan pihak institusi dapat
mempertimbangkan hasil penelitian ini untuk memberi dosen waktu piknik
bersama-sama, sehingga dapat mengurangi kejenuhan dosen terhadap pekerjaan
dan meningkatkan keakraban antar dosen. Bagi penelitian selanjutnya penelitian
ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya.
Selanjtunya, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang

9
mempengaruhi terjadinya burnout dan intervensi untuk mengurangi terjadinya
burnout pada Dosen FIKes Unsoed.

DAFTAR PUSTAKA
Akhsani, U., 2017, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Burnout pada
perawat ICU di RSUD Wilayah Kabupaten Banyumas, Skripsi, Universitas
Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Aloe, A. M., Shisler, S. M., Norris, B. D., Nickerson, A. B., dan Rinker, T. W.,
2014, A Multivariate Meta-analysis of Student Misbehavior and Teacher
Burnout, Educational Research Review, 12 : 30-44
Darmawan, A. A. Y. P., Silviandri, I. A., 2015, Hubungan Burnout dengan Work
Life Balance pada Dosen Wanita, Jurnal Mediapsi, 1 (1) : 28-39.
Gunarsa, N., dan Singgih, D., 2007, Psikologi Untuk Membimbing, Gunung
Mulia, Jakarta.
Mutiasari., 2010, Strategi Mengatasi Burnout di Tempat Kerja, STIE Satria
Purwokerto, Purwokerto.
Hamdi, A. S., 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi Dalam Pendidikan,
Edisi 1, Deepublish, Yogyakarta.
Holoteschu, C., Cismariu, L., Spina, M, F., Grosseck, G., Naaji, A., Dragomir,
M., 2013, Identifying and Preventing Educators’ Burnout Using a
Microbloging Community, Procedia – Social and Behavior Sciences, 8 (4) :
443-449.
Hurlock, E. B., 1994, Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang
rentang kehidupan, Edisi 5, Erkangga, Jakarta.
Khamisa, N., Oldenburg, B., Peltzer, K. & Ilic, D., 2015, Work Related Stress
Burnout, Job Satisfaction and General Health Of Nurses, International
Journal of Environmental Research and Public Health: 652-666.
Lapau, B., (2012), Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan
Skripsi, Tesis, dan Disertasi, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta.
Maslach, C., Schaufeli, W. B., dan Leiter M, P., 2001, Job Burnout, Burnout
Research, 89-100.
Putri, D. V. A., 2014, Analisis Dukungan Sosial Terhadap Burnout pada Perawat,
Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang.
Satriyo, M., 2014, Stress Kerja Terhadap Burnout Serta Implikasinya pada
Kinerja, Universitas Widyagama, Malang.
Sedjo, P., 2005, Kontribusi Budaya Organisasi Terhadap Burnout pada Tenaga
Pengajar, Universitas Gunadarma, Jakarta.
Sudarwan, D., 2003, Metode Penelitian Kebidanan, Kawan Pustaka, Jakarta
Universitas Jenderal Soedirman, 2016, Buku Panduan Skripsi Fakultas
Ilmu-Ilmu
Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Suharti, N., dan Daulima, N. H. C., 2013, Burnout dengan Kinerja Perawat di
Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre Jakarta
Sunarni., dan Setyadin, B., 2016, Analisis Pelaksanaan Beban Kerja Dosen
(BKD), Manajemen Pendidikan, 25 (1) : 47-56.
Yogisutanti, G., Kusnanto, H., Maurits, L. S., 2014, Hubungan antara Lama Tidur
dengan Akumulasi Kelelahan Kerja pada Dosen, Jurnal Ilmu Kesehatan, 2
(1).

10

Anda mungkin juga menyukai