Anda di halaman 1dari 16

CARING DALAM KEPERAWATAN

Oleh :

1. Dewa Ayu Komang Dian Sumiseptiari 04


2. Kadek Ayu Ratna Dewi 11
3. Ni Komang Saskia Prabayani 15
4. Ni Putu Abelia Monika Cyntia 19

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROGRAM B

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas berkat rahmat-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas dari mata kuliah Keperawatan Dasar II. Makalah ini
berjudul “Caring Dalam Keperawatan”

Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Dosen pengampu mata kuliah Keperawatan
Keperawatan Dasar II yang telah membimbing kami untuk menyelesaikan makalah ini.

Mohon maaf apabila ada kekurangan dalam menyampaikan materi, kami


mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Denpasar,14 Oktober 2021

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengetahuan tentang proses pengembangan empiris teori/model konseptual
merupakan dasar untuk memahami disiplin ilmu keperawatan, sehingga perawat
menyadari kebutuhan akan teori-teori keperawatan untuk membimbing penelitian dan
praktek profesional keperawatan/ pelayanan keperawatan dimana kualitas pelayanan
keperawatan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan. Peningkatan mutu
pelayanan keperawatan akan berjalan dengan baik jika didukung dengan  adanya
pengembangan model teori keperawatan karena teori keperawatan sangat penting bagi
pengembangan profesionalisme keperawatan.   Salah satu teori keperawatan yang
memberikan pengaruh di dalam pelayanan keperawatan adalah A Theory of
Caring yang diperkenalkan oleh Kristen Swanson.
Lingkungan kesehatan seperti rumah sakit, perawat akan berhadapan dengan
klien dan tenaga kesehatan lainnya.Oleh karena itu, perawat harus terus meningkatkan
profesionalismenya, yaitu meningkatkan perilaku caring. Caring bukan semata-mata
perilaku. Caring merupakan cara yang memiliki makna dan memotivasi
tindakan. Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan
asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan
keselamatan klien (Carruth et all, 1999).
Caring adalah sentral praktik keperawatan karena caring merupakan suatu cara
pendekatan yang dinamis, yang mana tolak ukurnya pada saat perawat bekerja
memberikan pelayanan keperawatan untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada
klien baik individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian caring ?
2. Bagaimana susunan altruistic humanistic sebagai sistem?
3. Bagaimana sensitifitas individu terhadap individu lain
4. Bagaimana perkembangan helping-trust?
5. Bagaimana sistematika problem solving sebagai metode dalam membuat
keputusan?
6. Bagaimana penerapan teori caring dan praktek caring pada tatanan pelayana
kesehatan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian caring
2. Untuk mengetahui susunan altruistic humanistic sebagai sistem
3. Untuk mengetahui sensitifitas individu terhadap individu lain
4. Untuk mengetahui perkembangan helping-trust
5. Untuk mengetahui sistematika problem solving sebagai metode dalam membuat
keputusan
6. Untuk mengetahui penerapan teori caring dan praktek caring pada tatanan
pelayana kesehatan
D. Manfaat
Agar dapat mengetahui dan memahami lebih jelas tentang konsep caring
seperti pengertian caring, susunan altruistic humanistic sebagai sistem, sensitifitas
individu terhadap individu lain, perkembangan helping-trust, sistematika problem
solving sebagai metode dalam membuat keputusan, penerapan teori caring dan
praktek caring pada tatanan pelayana kesehatan.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Caring

Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan suatu
cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan
kepeduliannya kepada klien. Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang
penting terutama dalam praktik keperawatan. Saat ini, caring adalah isu besar dalam
profesionalisme keperawatan. Banyak ahli keperawatan yang mengungkapkan
mengenai teori caring, antara lain sebagai berikut:(Sartika,Nanda.(2011) Konsep
Caring. Diambil dari http://www.pedoman.news.com).
Caring adalah sebagai jenis hubungan yang diperlukan antara pemberi dan
penerima asuhan keperawatan untuk meningkatkan dan melindungi pasien, yang
nantinya akan mempengaruhi kemampuan pasien untuk sembuh (Watson, 2007).
Caring juga merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai orang lain, artinya
memberi perhatian dan mempelajari kesukaan–kesukaan seseorang dan bagaimana
seseorang berfikir dan bertindak (Sitorus, 2006). Dengan demikian Caring adalah
esensi dari keperawatan dimana perawat harus dapat melayani pasien dengan sepenuh
hati.

2. Susunan Altruistic Humanistic Sebagai Sistem


Pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistik mulai berkembang di usia dini
dengan nilai-nilai yang berasal dari orang tuanya. Sistem nilai ini menjembatani
pengalaman hidup seseorang dan mengantarkan ke arah kemanusiaan. Keperawatan
yang berdasarkan nilai-nilai humanistik dan altruistik dapat dikembangkan melalui
penilaian terhadap pandangan diri seseorang, kepercayaan, interaksi dengan berbagai
kebudayaan dari pengalaman pribadi. Hal ini dianggap penting untuk pendewasaan
diri perawat yang kemudian akan meningkatkan sikap altruistic. Melalui sistem nilai
humanistik dan altruistik perawat mampu menumbuhkan rasa puas karena mampu
memberikan sesuatu kepada klien.
3. Sensitifitas Individu Terhadap Individu Lain
Pengembangan perasaan akan membawa pada aktualisasi diri melalui penerimaan
diri antara perawat dan klien. Perawat belajar menghargai kesensitifan dan perasaan
klien, sehingga ia sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni dan bersikap wajar pada
orang lain. Perawat yang mampu untuk mengenali dan mengekspresikan perasaannya
akan lebih mampu untuk membuat orang lain mengekspresikan perasaan mereka.
Pengembangan kepekaan terhadap diri dan orang lain, mengeksplorasi kebutuhan
perawat untuk mulai merasakan suatu emosi yang muncul. Hal itu hanya dapat
berkembang melalui perasaan diri seseorang yang peka dalam berinteraksi dengan
orang lain. Jika perawat berusaha meningkatkan kepekaan dirinya, maka ia akan lebih
autentik tampil apa adanya. Autentik akan menambah pertumbuhan diri dan
aktualisasi diri baik bagi perawat sendiri maupun bagi orang-orang yang berinteraksi
dengan perawat.

4. Perkembangan Helping trust relationship/pemenhan kebutuhan manusia oleh


perawat
a. Pengertian Helping Relationship
Helping relationship adalah hubungan yang terjadi diantara dua (atau lebih)
individu maupun kelompok yang saling memberikan dan menerima bantuan atau
dukungan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sepanjang kehidupan.
Pada konteks keperawatan hubungan yang dimaksud adalah hubungan antara
perawat dan klien. Ketika hubungan antara perawat dan klien terjadi, perawat
sebagai penolong (helper) membantu klien sebagai orang yang membutuhkan
pertolongan, untuk mencapai tujuan yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar manusia
klien.
b. Karakteristik Helping Reletionship
Menurut Roger dalam Stuart G.W (1998), ada beberapa karakteristik seorang
helper (perawat) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang
terapeutik,yaitu:
a) Kejujuran
Kejujuran sangat penting, karena tanpa adanya kejujuran mustahil bisa
terbina hubungan saling percaya. Seseorang akan menaruh rasa percaya
pada lawan bicara yang terbuka dan mempunyai respons yang tidak
dibuat-buat, sebaliknya ia akan berhati-hati pada lawan bicara yang terlalu
halus sehingga sering menyembunyikan isi hatinya yang sebenarnya
dengan kata-kata atau sikapnya yang tidak jujur (Rahmat, J.,1996 dalam
Suryani,2005).
Sangat penting bagi perawat untuk menjaga kejujuran saat
berkomunikasi dengan klien, karena apabila hal tersebut tidak dilakukan
maka klien akan menarik diri, merasa dibohongi, membenci perawat atau
bisa juga berpura-pura patuh terhadap perawat.
b) Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat sebaiknya menggunakan
kata-kata yang mudah dipahami oleh klien dan tidak menggunakan kalimat
yang berbelit-belit. Komunikasi nonverbal perawat harus cukup ekspresif
dan sesuai dengan verbalnya karena ketidaksesuaian akan menimbulkan
kebingungan bagi klien.
c) Bersikap positif
Bersikap positif terhadap apa saja yang dikatakan dan disampaikan
lewat komunikasi nonverbal sangat penting baik dalam membina
hubungan saling percaya maupun dalam membuat rencana tindakan
bersama klien. Bersikap positif ditunjukkan dengan bersikap hangat, penuh
perhatian dan penghargaan terhadap klien.
Untuk mencapai kehangatan dan ketulusan dalam hubungan yang
terapeutik tidak memerlukan kedekatan yang kuat atau ikatan tertentu
diantara perawat dan klien akan tetapi penciptaan suasana yang dapat
membuat klien merasa aman dan diterima dalam mengungkapkan perasaan
dan pikirannya (Burnard,P dan Morrison P,1991 dalam Suryani,2005).
d) Empati bukan simpati
Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena
dengan sikap ini perawat akan mampu merasakan dan memikirkan
permasalahan klien seperti yang dirasakan dan dipikirkan klien
(Brammer,1993 dalam Suryani,2005).
Dengan bersikap empati perawat dapat memberikan alternative
pemecahan masalah karena perawat tidak hanya merasakan permasalahan
klien tetapi juga tidak berlarut-larut dalam perasaaan tersebut dan turut
berupaya mencari penyelesaian masalah secara objektif.
e) Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berorientasi
pada klien (Taylor, Lilis dan Le Mone, 1993), oleh karenaya perawat harus
mampu untuk melihat permasalahan yang sedang dihadapi klien dari sudut
pandang klien. Untuk mampu melakukan hal ini perawat harus memahami
dan memiliki kemampuan mendengarkan dengan aktif dan penuh
perhatian.
Mendengarkan dengan penuh perhatian berarti mengabsorpsi isi dari
komunikasi (kata-kata dan perasaan) tanpa melakukan seleksi. Pendengar
(perawat) tidak sekedar mendengarkan dan menyampaikan respon yang di
inginkan oleh pembicara (klien), tetapi berfokus pada kebutuhan
pembicara. Mendengarkan dengan penuh perhatian menunjukkan sikap
caring sehingga memotivasi klien untuk berbicara atau menyampaikan
perasaannya.
c. Menerima klien apa adanya
Seorang helper yang efektif memiliki kemampuan untuk menerima klien apa
adanya. Jika seseorang merasa diterima maka dia akan merasa aman dalam
menjalin hubungan interpersonal (Sullivan, 1971 dalam Antai Ontong, 1995
dalam Suryani, 2005). Nilai yang diyakini atau diterapkan oleh perawat terhadap
dirinya tidak dapat diterapkan pada klien, apabila hal ini terjadi maka perawat
tidak menunjukkan sikap menerima klien apa adanya.
a) Sensitif terhadap perasaan klien
Seorang perawat harus mampu mengenali perasaan klien untuk dapat
menciptakan hubungan terapeutik yang baik dan efektif dengan klien.
Dengan bersikap sensitive terhadap perasaan klien perawat dapat terhindar
dari berkata atau melakukan hal-hal yang menyinggung privasi ataupun
perasaan klien.
b) Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat
sendiri
Perawat harus mampu memandang dan menghargai klien sebagai
individu yang ada pada saat ini, bukan atas masa lalunya, demikian pula
terhadap dirinya sendiri.
5. Sistematika problem sloving sebagai metode dalam membuat keputusan
a. Berpikir Kritis dalam Setiap Proses Keperawatan
Saat perawat bertemu dengan klien, perawat akan selalu menggunakan
pemikiran. Misalnya, menggunakan pemikiran untuk mengumpulkan data dan
membuat kesimpulan. Setelah membuat kesimpulan, perawat kemudian
menerapkan problem solving dengan melakukan sesuatu pemecahan masalah guna
memenuhi kebutuhan dasar klien. Penerapan berpikir kritis dalam proses
keperawatan diintegrasikan kedalam tahap-tahap yang digunakan adalah
pengkajian, rumusan diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
keperawatan.
Berpikir kritis pada tahap pengkajian adalah proses pemahaman tentang
informasi apa yang dikumpulkan, metode pengumpulan data yang akan dilakukan,
berpikir tentang kesesuaian informasi, dan membuat suatu kesimpulan tentang
respons klien terhadap kondisi sakitnya. Berpikir kritis dalam tahap perencanaan
berarti menggunakan pengetahuan untuk mengembangkan hasil yang diharapkan.
Selain itu juga memerlukan keterampilan guna mensintesis ilmu yang dimiliki
untuk memiliki tindakan tindakan yang tepat. Perencanaan askep biasanya ditulis
berisikan di mana dan bagaimana menolong klien berdasarkan responsnya
terhadap kondisi penyakit. Berpikir kritis dalam tahap implementasi tindakan
keperawatan adalah keterampilan menguji hipotesis, karena tindakan keperawatan
adalah tindakan nyata yang menentukan tingkat keberhasilan untuk mencapai
tujuan. Berpikir kritis dalam tahap evaluasi adalah mengkaji efektivitas tindakan
dimana perawat harus dapat mengambil keputusan tentang pemenuhan kebutuhan
dasar klien, dan memutuskan apakah tindakan keperawatan perlu diulang.
Berpikir dan kumpulkan informasi tentang respons klien setelah beberapa
tindakan keperawatan dilakukan. Dalam penerapan berpikir kritis dalam proses
keperawatan, maka seorang praktisi keperawatan akan selalu bertanya dan
menjawab tentang “what, who, where, why, dan how” dalam setiap tahap proses
keperawatan. (Deswani, 2009).
Dalam menjalankan askep perawat dituntut untuk dapat berperan sebagai
pembuat keputusan etik dengan berdasarkan pada nilai moral yang diyakini
dengan penekanan pada hak pasien untuk mendapat otonomi, menghindari hal-hal
yang merugikan pasien, dan keuntungan askep, yaitu meningkatkan kesejahteraan
pasien. Perawat juga harus terlibat dalam perumusan rencana pelayanankesehatan
di tingkat kebijakan.perawat harus mempunyai suara untuk didengar oleh para
pemegang kebijakan dan harus aktif dalam gerakan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan klien. (Supartini, 2002).
b. Model pemikiran kritis untuk Pengambilan Keputusan Klinis
Berpikir kritis merupakan tanda atau standar untuk perawat professional yang
kompeten. Kemampuan untuk berpikir kritis, meningkatkan praktik klinik dan
mengurangi kesalahan pada penilaian klinis adalah visi dari praktik keperawatan
( Di Vito- Thomas, 2005). Untuk membantu anda membangun kemampuan
berpikir kritis, buku ini akan menawarkan sebuah model untuk berpikir kritis.
Model akan membantu menjelaskan sebuah konsep.
c. Berpikir Kritis dalam Proses Pengambilan Keputusan
Menurut (imansyah, 2017) dilihat dari segi pengertiannya, keputusan adalah
pemutusan satu pengakhiran dari proses pemikiran tentang satu masalah atau
problem, untuk menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat guna mengatasi
masalah tersebut, dengan menjadikan pilihan pada salahsatu alternative tertentu.
Siagian dalam (Imansyah, 2017) pengambilan keputusan sebagai usaha sadar
untuk menentukan satu alternatif dari berbagai alternatif untuk memecahkan
masalah.
Menurut Kusnanto (2003), dalam keterampilan intelektual perawat memiliki
pengetahuan teoretik, menguasai keterampilan menyelesaikan masalah (problem
solving skills), keterampilan mengambil keputusan dan berpikir kritis.
Dalam keperawatan, pengambilan keputusan bukanlah suatu hal yang asing
lagi bagi perawat. Pengambilan keputusan adalah bagian dari salah satu peran
perawat. Ketika klien datang dengan penuh keluhannya, disitulah perawat
berperan adil dalam membuat keputusan yang tepat dan tidak merugikan klien.
Tujuan utama profesi perawat adalah bertugas sebagai problem solver, yaitu
memecahkan masalah kesehatan pasiennya dengan menggunakan metode
pemecahan masalah. Metode pemecahan masalah digunakan sebgai kerangka bagi
perawat untuk membuat keputusan etik. Dengan cara sebagai berikut ; pertama,
menghubungkan kasus dengan teori yang paling tepat. Sehingga perawat
mendapatkan gambaran terkait pilihan keputusan yang harus diambilnya.
Mengumpulkan data dan mengidentifikasi masalah yang terjadi. Kedua, perawat
harus menghubungkan dengan prinsip prinsip etika profesi yang berlaku. Ketiga,
perawat perlu mengidentifikasi siapa saja yang ikut serta dalam pengambilan
keputusan. Keempat, perawat mengidentifikasi konsekwensi yang mungkin terjadi
dari alternatif keputusan yang ada. Dan kelima perlu memperhatikan keinginan
pasien dlam hal ini berkaitan dengan prinsip etik yaitu otonomi yang berarti hak
untuk membuat keputusan sendiri Blais dalam (Yunbaba, 2014). Sebagai
fungsinya sebagai konselor dan educator, Perawat harus mampu memberikan
penjelasan kepada pasien tentang kondisi dan pertimbangan pertimbangan yang
perlu dipikirkan demi kebaikan pasiennya. Perawat harus melindungi hak pasien
yang telah diatur dalam kode etik keperawatan.
Setiap hari, kita semua mengalami masalah, seperti program computer yang
tidak berfungsi, atau teman dekat yang kehilangan binatang peliharaannya. Jika
masalah terjadi, kita menggunakan informasi dan pengetahuan yang telah kita
punya untuk memecahkan masalah tersebut. Klien yang datang pada tempat
praktik kita biasanya datang dengan masalah tersebut. (Potter & Perry, 2010).
Dengan berpikir kritis perawat akan dengan mudah menemukan jalan keluar dari
masalah tersebut dengan berdasarkan kebutuhan.
Berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer
pengetahuan pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori kedalam praktik
keperawatan. (Aguatina, et.,all. 2016).

6. Penerapan teori caring dan praktik caring pada tatanan pelayanan kesehatan
“Inti Dari Keperawatan adalah Caring” inilah kalimat yang sering kita dengar
dari nara sumber diseminar-seminar keperawatan atau dari dosen saat kita mengukuti
kuliah. Pertanyaannya apakah kita sudah mengaplikasikan perilaku caring dalam
keseharian kita bekerja (khususnya saat memberikan asuhan keperawatan) atau
apakah kita sudah mengenal seperti apa caring perawat dan bagaimana penerapanya
pada pelayanan keperawatan?.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien/manusia/person
merupakan pusat/sentral asuhan keperawatan dan “CARE” sebagai dasar/landasan
dalam praktik/asuhan keperawatan (Nursalam, 2014).  Keunggulan perawat adalah
Perilaku Caringnya dan ini sudah dikenal sejak diakuinya profesi perawat di dunia
bahwa salah satu yang harus dimiliki seorang perawat adalah “Mother Insting” atau
jiwa keibuan yang memiliki kepedulian seperti seorang ibu yang merawat anaknya
(tidak perlu saya gambarkan lagi tentang jiwa keibuan ini, lihatlah ibu anda saat
merawat anda dan harapanya perawat saat merawat klien/pasien jiwanya seperti
seorang ibu yang merawat anaknya). Caring adalah esensi dari keperawatan yang
membedakan dengan profesi lain dan mendominasi serta mempersatukan dan
menjiwai tindakan keperawatan.
Teori caring pertama kali dikemukakan oleh Jean Watson yang dikenal dengan
10 Faktor Karatif Caring yang merupakan salah satu jenis teori filosofi keperawatan,
kemudian dikembangkan lagi oleh Swanson (1993) dengan teorinya Model Structure
of Caring (Swanson Caring Theory) yang terdiri dari Maintaining belief
(mempertahankan keyakinan pada kejadian atau transisi dan melihatnya dengan
penuh hikmahh), Knowing (berusaha keras untuk memahami makna atas kejadian
pada kehidupan orang lain), Being with (menunjukkan perasaan kepada orang lain),
Doing for (bekerja/melakukan sesuatu untuk orang lain seperti untuk diri snediri),
enabling (memfasilitasi orang lain pada kondisi transisi) yang masuk dalam jenis teori
keperawatan Middle Range, dan pada akhirnya di modifikasi oleh Carolina dikenal
dengan Carolina Care Model dimana ia membuat suatu model caring yang dapat
diaplikasikan pada pelayanan keperawatan ia memperkenalkan Multilevel rounding,
words and way that work, relationship/service component, dan partnerships with
support service.
Sebagai unggulan dari seorang perawat tentunya Perilaku Caring menjadi
dasar dan wajib untuk diterapkan pada pelayanan keperawatan baik dalam rumah
sakit, klinik, rumah perawatan, dll. Berikut contoh kecil aplikasi perilaku caring
perawat saat memberikan asuhan keperawatan pada klien yang dapat meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan dan keselamatan klien yang tentunya diharapkan dapat
membantu kesembuhan klien.
a. Perawat memperkenalkan diri saat pertama kali kontak dengan klien
b. Selalu tersenyum saat kontak dengan klien
c. Perawat Memiliki rasa empati (menolong klien misalnya dalam menghilangkan
rasa sakit)
d. Perawat menunjukan perhatian kepada klien (misalnya menyakan keadaan/keluhan
yang dirasakan)
e. Perawat selalu melibatkan keluarga klien dalam proses kesembuhan klien
f. Perawat melakukan pengkajian secara menyeluruh (pengkajian yang holistik/bio-
psiko-sosio-spritual-kultural)
g. Perawat memiliki pendekatan yang konsisiten pada klien
h. Perawat melakukan asuhan keperawatan dengan kemampuan yang kompeten
i. Perawat mendengar keluhan, perasaan, dan masukan dari klien
j. Perawat menunjukan sikap sabar dalam melakukan proses keperawatan pada klien
k. Perawat memberikan rasa aman dan nyaman kepada klien
l. Perawat menyarankan kepada klien bila ada kesulitan/menemui masalah segera
menghubungi perawat
m. Perawat melakukan tindakan sesuai SPO
n. Perawat menghormati hak-hak klien.
o. Perawat membantu klien dan memberikan kesempatan untuk memandirikan klien
dalam mengatasi masalah
p. Perawat memberikan motivasi klien untuk selalu berpikir positif tentang kondisi
sakitnya
q. Perawat mengajarkan cara untuk merawat diri sendiri jika itu memungkinkan untuk
dilakukan oleh klien.
r. Perawat mendiskusikan kndisi klien dan memberikan umpan balik pada klien.

- Bentuk Caring Dalam Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berikut 2 contoh situasi pelayanan pasien yang dilakukan oleh seorang
perawat :
Situasi 1 :
    Perawat  A memasuki kamar pasien, menyapa pasien dengan hangat dan
menyentuh  bahu pasien dengan lembut, melakukan kontak mata dengan
pasien dan duduk di samping tempat tidur lalu menanyakan keluhan  pasien.
Selama interaksi, perawat A mendengarkan cerita pasien dengan penuh
perhatian, memperhatikan infus yang tergantung dan memeriksa pasien secara
ringkas dan kemudian memeriksa data tanda vital pasien yang terdapat di
dalam kardeks sebelum meninggalkan ruangan.

Situasi 2 :
Perawat B memasuki ruangan pasien, melihat infus yang tergantung,
memeriksa data tanda-tanda vital yang terdapat di dalam kardeks, mengakui
keberadaan pasien namun tidak pernah duduk di samping pasien ataupun
menyentuh pasien. Kontak mata terjadi pada posisi perawat berdiri dan pasien
terbaring. Perawat B menanyakan beberapa pertanyaan singkat tentang gejala-
gejala yang dialami pasien dan kemudian meninggalkan ruangan.
    Dari 2 situasi yang digambarkan, perawat yang manakah yang diharapkan
oleh pasien?
  Perawat merupakan kelompok profesi yang paling depan dan terdekat
dengan penderitaan orang lain, kesakitan dan kesengsaraan yang dialami
masyarakat. Perawat merupakan anggota dari kelompok profesi yang
menggunakan ungkapan caring yang konsisten, sering dan terus-menerus.
Praktik caring dalam keperawatan menunjukkan bahwa perawat bekerja
dengan hati dan jiwa, tanpa caring keperawatan hanya kumpulan ketrampilan
yang tinggi yang hanya mengenal fisik tanpa jiwa.

    Mayehoff memandang caring sebagai suatu proses yang berorientasi pada


tujuan membantu orang lain bertumbuh dan mengaktualisasikan diri.
Mayehoff memperkenalkan sifat-sifat caring seperti jujur, sabar dan rendah
hati.
    Sobey mendefinisikan caring sebagai suatu rasa peduli, hormat dan
menghargai orang lain. Artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-
kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang berpikir, bertindak dan
berperasaan. Caring sebagai therapeutic intervention. Dalam hal ini  tindakan
caring yang dibutuhkan pasien seperti mendengarkan dengan aktif, mendidik
pasien, menjadi penasehat pasien, menyentuh, menemani pasien dan
kemampuan teknik mengenai prosedur atau intervensi keperawatan.

    Apabila perawat dalam perannya menempatkan caring sebagai pusat yang


sangat mendasar, maka perawat dapat membedakan caring dari curing tanpa
mengabaikan kerja sama sebagai tim pelayanan kesehatan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga ,


kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal. Keperwatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai
bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan
spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat
maupun sakit mencakup siklus hidup manusia.
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan
kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan
dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama (Primary Health care) untuk
memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif.

B. Saran
Sikap caring harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari – hari, agar perilaku caring
tumbuh secara alami dalam jiwa perawat. Ketika menghadapi klien, perawat dengan mudah
memberikan asuhan keperawatan. Klien yang sakit kadang hanya butuh perhatian dan empati
dari seseorang yang merawatnya agar ia lebih semangat dalam menghadapi penyakitnya.
Oleh karena itu sebagai perawat disarankan agar benar-benar paham tentang perilaku caring
ini.
DAFTAR PUSTAKAN

Ø  http://andaners.wordpress.com/2009/04/28/konsep-keperawatan-komunitas/
Ø  American Asociation of Occupational Health Nursing
Ø  Hirarki Maslow tentang Kebutuhan Dasar manusia
Ø  Konsorsium Ilmu kesehatan, 1992
Ø  Dikutip dari Taylor C. dkk. Fundamental of Nursing, 1989
Ø  Logan, BB, 1986
Ø  Potter, P.A.& Perry, A.G. (1997). Fundamental of nursing: concepts, process & practice.
4th ed. St. Louis: Mosby. (terj.hlm.158-159, 814-820)
https://mfr.osf.io/export?format=pdf&url=https
%3A//files.osf.io/v1/resources/wu62s/providers/osfstorage/5d8e1fdb4ab86b001bf23661%3Ff
ormat%3Dpdf%26action%3Ddownload%26direct%26version%3D1
https://gustinerz.com/penerapan-teori-caring-dalam-pelayanan-keperawatan/

Anda mungkin juga menyukai