SKRIPSI
SHINTIA SILVANA
1206240543
SKRIPSI
SHINTIA SILVANA
1206240543
NPM : 1206240543
Tanda Tangan :
ii
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 30 Juni 2016
iii
iv
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dengan balasan yang baik dan
membawa keberkahan. Saya sangat berharap agar skripsi ini tidak hanya
bermanfaat bagi diri saya, namun juga bermanfaat untuk umat manusia.
Peneliti
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
(Shintia Silvana)
vi
Sebagian besar pasien yang mengalami kondisi kritis atau henti jantung
menunjukkan minimal satu tanda klinis abnormal pada 6–8 jam sebelumnya.
Karakteristik tenaga kesehatan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
mortalitas pasien di rumah sakit. Pengetahuan perawat mempengaruhi
kemampuannya dalam mengidentifikasi pasien dengan perburukan kondisi.
Penelitian ini merupakan studi korelasi dengan pendekatan cross-sectional untuk
mengidentifikasi hubungan antara karakteristik perawat, yaitu usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, lama bekerja, beban kerja dan pengalaman seminar atau
pelatihan, dengan tingkat pengetahuan tentang Early Warning Score. Sebanyak 110
perawat dipilih secara total sampling. Hasil penelitian menujukkan sebagian besar
perawat memiliki pengetahuan cukup (66,7%) dan terdapat hubungan antara jenis
kelamin dengan tingkat pengetahuan (p = 0,009; CI = 95%; α = 0,05). Penelitian
selanjutnya diharapkan agar meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi
efektivitas penerapan Early Warning Score. Pelatihan dan evaluasi rutin perlu
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan perawat. Materi Early Warning Score
sebaiknya mulai diperkenalkan kepada mahasiswa di institusi pendidikan
keperawatan.
vii
viii
1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 5
ix
6. PEMBAHASAN ....................................................................................... 47
6.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil.............................................................. 47
6.1.1 Karakteristik Perawat ................................................................. 47
6.1.2 Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Early Warning Score .... 50
7. PENUTUP ................................................................................................. 62
7.1 Kesimpulan ......................................................................................... 62
7.2 Saran dan Rekomendasi ...................................................................... 63
xii
xiii
Tabel 4.1 Jumlah Perawat di IRNA Prof. Dr. Soelarto RSUP Fatmawati Jakarta
Periode Mei 2016 .............................................................................................. 29
Tabel 4.2 Penjabaran Sub Topik Early Warning Score .................... 31
Tabel 4.3 Analisis Uji Univariat Data Penelitian .............................................. 37
Tabel 4.4 Analisis Uji Bivariat Data Penelitian ................................................ 38
Tabel 5.1 Karakteristik Perawat di IRNA Prof. Dr. Soelarto RSF Periode Mei 2016
(n = 110) ............................................................................................................ 39
Tabel 5.2 Tingkat Pengetahuan Perawat Secara Umum tentang EWS di IRNA Prof.
Dr. Soelarto RSF Periode Mei 2016 (n = 110) .................................................. 41
Tabel 5.3 Tingkat Pengetahuan Perawat Berdasarkan Sub Topik tentang EWS di
IRNA Prof. Dr. Soelarto RSF Periode Mei 2016 (n = 110) .............................. 41
Tabel 5.4 Hubungan antara Usia dengan Tingkat Pengetahuan (n = 110) ........ 43
Tabel 5.5 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Tingkat Pengetahuan (n = 110)
............................................................................................................................ 43
Tabel 5.6 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan (n =
110) ................................................................................................................... 44
Tabel 5.7 Hubungan antara Lama Bekerja dengan Tingkat Pengetahuan (n = 110)
............................................................................................................................ 45
Tabel 5.8 Hubungan antara Beban Kerja dengan Tingkat Pengetahuan (n = 110)
............................................................................................................................ 45
Tabel 5.9 Hubungan antara Pengalaman Mengikuti Seminar/Pelatihan dengan
Tingkat Pengetahuan (n = 110) ......................................................................... 46
xiv
xvi
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasien yang dirawat di rumah sakit memiliki risiko untuk mengalami perburukan
kondisi akibat adanya gangguan fisiologis yang sedang dialaminya (Atkinson,
2013). American Heart Association (2012) menyatakan sebanyak 17,7% pasien
dewasa mengalami henti jantung di rumah sakit dan hanya 43% yang bertahan
hidup. Deteksi dini terhadap perburukan tanda-tanda vital pasien memberikan
kesempatan kepada tenaga kesehatan untuk memberikan intervensi dini dan
mengurangi kejadian henti jantung dan henti napas (Stoffel-Lowis, 2011).
Sejumlah 66-84% pasien dengan kondisi kritis di rumah sakit atau yang mengalami
henti jantung menunjukkan paling sedikit satu tanda klinis abnormal yang muncul
dalam waktu 6 hingga 8 jam sebelumnya (Buist et al, 2004; Duncan, McMullan &
Barbara, 2012; Goldhill & McGinley, 2005; Ludikhuize et al, 2012). Tanda-tanda
klinis abnormal yang muncul pada pasien menggambarkan terjadinya penurunan
fungsi sistem kardiovaskular, respirasi dan neurologi (Gwinutt, 2010 dalam
Atkinson, 2013). Oleh karena itu, identifikasi pasien yang berisiko mengalami
perburukan merupakan tindakan yang sangat penting, terutama pada pasien yang
berada dalam ruang rawat untuk waktu yang cukup lama. Hal ini merupakan tugas
yang wajib dilakukan oleh semua tenaga kesehatan, termasuk perawat.
Perawat adalah tenaga kesehatan yang paling sering berinteraksi dengan pasien.
Salah satu tugas rutin yang dilakukan perawat yaitu melakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital pasien. Pemeriksaan tanda-tanda vital pasien adalah bagian dari
pengkajian dan pemantauan terhadap kondisi pasien. Observasi pasien di ruang
rawat yang dilakukan secara efektif adalah langkah awal dalam mendeteksi pasien
yang mengalami perburukan kondisi (Odell et al, 2009). Dalam melaksanakan tugas
ini, perawat seringkali berhadapan dengan situasi klinis pasien yang kompleks yang
membutuhkan keterampilan dan pengetahuan yang baik untuk membantu perawat
dalam mengambil keputusan (Benner & Wrubel, 1989 dalam Leonard & Kyriacos,
Deteksi dini terhadap perburukan kondisi pasien dapat diperoleh dari dokumentasi
tanda-tanda vital pasien yang dilakukan secara akurat dan interpretasi terhadap
tanda-tanda vital tersebut untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan
(Hammond et al, 2013). Early Warning Score (EWS) adalah sebuah sistem untuk
melakukan deteksi dini perburukan kondisi pasien yang dapat dilakukan oleh
perawat dan dokter (Carberry, 2014). EWS pertama kali dikembangkan di United
Kingdom (UK) oleh Morgan et al pada tahun 1997 sebagai salah satu cara untuk
melakukan identifikasi dini pada pasien dengan penyakit kritis (Morgan et al,
1997). Deteksi dini kondisi pasien menggunakan Early Warning Score mampu
mengurangi jumlah panggilan kegawatdaruratan medis (blue code) di rumah sakit
(Moon et al, 2011).
Modified Early Warning Score (MEWS) adalah salah satu bentuk modifikasi dari
Early Warning Score. Sistem ini dikembangkan untuk mengkaji, memantau dan
melacak pasien dewasa yang berada dalam kondisi penyakit yang akut dan kritis,
tidak untuk digunakan pada anak berusia dibawah 16 tahun dan wanita hamil
(Liddle, 2013). Data-data yang perlu dikaji dengan sistem ini yaitu berupa tanda-
tanda vital pasien, terdiri atas tekanan darah sistolik, frekuensi nadi, frekuensi
napas, suhu tubuh dan tingkat kesadaran (Stoffel-Lowis, 2011).
Tanda dan gejala fisiologis yang dapat terdeteksi ini sering kali diabaikan atau tidak
ditangani secara baik oleh tenaga kesehatan (Odell, Victor & Oliver, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Goldhill & McNarry (2004) menunjukkan sebanyak
6% pasien rawat inap meninggal di rumah sakit, rata-rata mereka dirawat selama
26 hari. Masa rawat inap yang mencapai puluhan hari seharusnya memberikan
banyak waktu tenaga kesehatan untuk mengkaji, mengobservasi dan memberikan
intervensi. Terlambatnya deteksi dan penanganan terhadap pasien yang kondisinya
memburuk dapat mengakibatkan kondisi kesehatan pasien semakin buruk, angka
harapan hidup pasien berkurang, pasien mengalami henti jantung dan henti napas,
bahkan kematian (Hogan et al, 2012; Jones et al, 2006; Moon et al, 2011).
Selain itu, proses penyampaian informasi tanda-tanda vital pasien tidak dilakukan
dengan benar (Johnson & Barach, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh
Ludikhuize et al (2011) terhadap kelompok perawat yang mendapat pelatihan
Modified Early Warning Scores (MEWS) dan kelompok perawat yang tidak
mendapat pelatihan menunjukkan bahwa hanya satu orang yang menerapkan
komunikasi yang benar sesuai format Situation-Background-Assessment-
Recommendation (SBAR) dalam menyampaikan hasil MEWS kepada sesama
tenaga kesehatan. Kurangnya komunikasi diantara sesama tenaga kesehatan dapat
menghambat tersampainya informasi vital mengenai kondisi pasien (Carberry,
2014).
RSUP Fatmawati Jakarta adalah rumah sakit pusat rujukan yang berlokasi di Jakarta
Selatan. Rumah sakit ini adalah salah satu rumah sakit di Indonesia yang telah
menerapkan Early Warning Score, yaitu sejak tahun 2013. Early Warning Score
yang diterapkan di RSUP Fatmawati Jakarta merupakan bentuk modifikasi yang
terdiri atas tingkat kesadaran, frekuensi napas, tekanan darah dan frekuensi nadi.
Pasien di rumah sakit berpotensi untuk mengalami perburukan kondisi, terlebih jika
pasien tersebut dirawat dalam waktu yang cukup lama di rumah sakit. Perburukan
kondisi yang dialami pasien dapat mengarah pada keadaan gawat darurat seperti
henti jantung dan henti napas, bahkan kematian. Pasien yang mengalami
perburukan kondisi umumnya menunjukkan perubahan tanda-tanda vital abnormal
pada 6 hingga 8 jam sebelum kejadian. Fakta ini menunjukkan adanya rentang
waktu yang memungkinkan perawat untuk melakukan identifikasi dan pencegahan
dini sebelum kejadian kegawatdaruratan terjadi.
Panduan praktik klinis (clinical practice guidelines) adalah suatu alat yang
digunakan sebagai standarisasi rencana perawatan dan membantu tenaga kesehatan
dalam membuat keputusan klinis berdasarkan temuan di lapangan (Institute of
Medicine, 2011). Panduan dikembangkan berdasarkan tinjauan literatur secara
sistematis serta analisis terhadap keuntungan dan risiko dalam setiap perawatan
yang dilakukan (Institute of Medicine; 2011; Pronovost, 2013). Penggunaan Early
Warning Score diharapkan mampu mencegah pasien dari mengalami kondisi
kegawatdaruratan.
Steen (2010) menyatakan bahwa identifikasi dini dan intervensi yang tepat dalam
menangani perburukan kondisi pasien dapat mengurangi jumlah pasien yang masuk
ke ruang intensive care unit (ICU) dan mengurangi kejadian henti jantung di rumah
sakit. Melakukan pendekatan sistematis dalam mengkaji pasien juga dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya kelalaian dalam kondisi kritis, karena
perburukan kondisi pasien umumnya menimbulkan kepanikan bagi perawat
(Endacott et al, 2010; Steen, 2010). Early Warning Score adalah salah satu bentuk
panduan praktis klinis yang dapat digunakan perawat dan dokter untuk melakukan
deteksi dini perburukan kondisi pasien.
Early Warning Score (EWS) adalah sistem skoring fisiologis yang dapat digunakan
tenaga kesehatan di unit medikal-bedah untuk melakukan pemantauan terhadap
kondisi pasien melalui tanda-tanda vital berupa denyut nadi, tekanan darah,
frekuensi napas, suhu tubuh dan tingkat kesadaran (Carberry, 2014; Duncan,
McMullan & Barbara, 2012). EWS pertama kali dikembangkan di United Kingdom
(UK) oleh Morgan et al pada tahun 1997 sebagai salah satu cara untuk melakukan
identifikasi dini pada pasien dengan penyakit kritis (Morgan et al, 1997). Seiring
Tekanan darah ketika ventrikel berkontraksi dan darah mengalir ke seluruh tubuh
disebut tekanan darah sistolik. Tekanan darah ketika ventrikel berelaksasi dan darah
mengalir ke dalam jantung disebut tekanan darah diastolik. Saat memantau pasien
yang mengalami perburukan kondisi, tekanan darah sistolik menjadi fokus
perhatian utama. Keadaan hipotensi pada pasien yang kondisinya memburuk
menandakan kondisi yang mengancam jiwa. Dalam hal ini, kondisi hipotensi pasien
dilihat dari nilai tekanan darah sistoliknya.
Tekanan darah berubah-ubah sepanjang siklus jantung. Tekanan darah dapat diukur
secara manual dengan menggunakan sfigmomanometer atau dengan melihat nilai
tekanan darah pasien pada monitor pemantauan disamping tempat tidur pasien.
Tekanan darah normal pada orang dewasa yaitu 101 – 159 mmHg. Tekanan darah
Beban kerja atau rasio antara perawat dengan pasien yang besar menjadikan
perawat terkadang mengandalkan alat monitor tekanan darah untuk mengurangi
waktu pengkajian. Keterampilan psikomotor yang tidak adekuat, kurangnya tingkat
kepercayaan diri atau budaya di rumah sakit turut berkontribusi dalam penggunaan
alat tersebut. namun, pengukuran tekanan darah dengan menggunakan monitor
meningkatkan risiko terjadinya kesalahan pengukuran. Penelitian yang dilakukan
oleh Johnson (1999) menunjukkan terdapat perbedaan nilai sebesar 5 mmHg pada
hasil pengukuran tekanan darah dengan menggunakan monitor aneroid dan
sfigmomanometer (Elliot & Coventry, 2012).
Frekuensi nadi yaitu jumlah denyut yang terjadi pada pembuluh nadi atau arteri
dalam satu menit. Pemeriksaan frekuensi nadi dapat dilakukan dengan palpasi
Perawat adalah tenaga kesehatan memiliki waktu interaksi paling lama dengan
pasien. Pengukuran tanda-tanda vital adalah kegiatan pemantauan yang sudah
menjadi bagian dalam tindakan keperawatan. Observasi kondisi pasien dapat
membantu perawat dalam mendeteksi apakah pasien membutuhkan observasi yang
lebih ketat dan harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, sehingga mengurangi
risiko perburukan kondisi dan kematian (National Institute for Health and Clinical
Excellence, 2007; National Patient Safety Agency, 2007). Kemampuan tenaga
kesehatan dalam mengenali pasien yang mengalami perburukan kondisi sangat
penting dalam suatu sistem respon cepat guna mengurangi kejadian-kejadian yang
tidak diharapkan (DeVita et al, 2006).
Chinn & Kramer (2011) mendeskripsikan pengetahuan sebagai rasa tahu yang
diutarakan dalam bentuk yang dapat dibagi dan dikomunikasikan dengan orang
lain. Tahu adalah konsep abstrak yang mencakup persepsi, pengalaman dan
pemikiran secara tidak sadar (Bell-Gordon, Gigliotti & Mitchell, 2014). Seorang
perawat memiliki semua sumber rasa tahu untuk memperoleh pengetahuan,
termasuk pengetahuan mengenai identifikasi dan penanganan perburukan kondisi
pasien.
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent) dan variabel
terikat (dependent).
24
Setiap kerangka konsep pada suatu penelitian harus memiliki batasan tertentu dalam
bentuk istilah yang operasional agar terhindar dari kerancuan dalam melakukan
pengukuran, analisis atau penarikan kesimpulan (Sastroasmoro & Ismael, 2011).
Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap dewasa, yaitu instalasi rawat inap
(IRNA) Prof. Dr. Soelarto RSUP Fatmawati Jakarta pada tanggal 18 – 30 Mei 2016.
Data primer diperoleh langsung dari perawat dengan menggunakan kuesioner.
Peneliti memilih lokasi di RSUP Fatmawati Jakarta dengan pertimbangan RSUP
Fatmawati telah menerapkan Early Warning Score, dan menjadi lahan praktik bagi
mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. IRNA Prof. Dr.
Soelarto dipilih karena ini merupakan instalasi rawat inap yang terdiri dari 6 lantai
untuk merawat pasien dewasa (tanpa perawatan obstetri dan ginekologi).
28
Kuesioner bagian pengetahuan perawat tentang Early Warning Score terdiri atas 25
penyataan mengenai EWS. Semua pernyataan dalam kuesioner ini disusun oleh
peneliti berdasarkan konsep di Tinjauan Pustaka dan panduan Early Warning Score
dari NHS Trust (2013). Kuesioner ini terdiri atas beberapa sup topik, meliputi
fungsi EWS, kelebihan dan kekurangan EWS, indikasi pasien yang dipantau dengan
EWS, komponen EWS, skoring EWS, dan penatalaksanaan EWS. Responden
mengisi kuesioner bagian pengetahuan dengan memilih jawaban “Benar” atau
“Salah” pada setiap pernyataan sesuai dengan yang responden ketahui.
Skor total dalam kuesioner tingkat pengetahuan yaitu 25. Penentuan tingkat
pengetahuan perawat dilakukan sesuai dengan teori Arikunto (2006). Seseorang
dikatakan memiliki pengetahuan baik jika mampu menjawab kuesioner dengan
benar sebanyak 76 – 100% (19 – 25), pengetahuan cukup jika jawaban benar 56 –
75% (14 – 18), dan pengetahuan kurang jika jawaban benar kurang dari 56% (0 –
13).
Setelah itu, peneliti melakukan uji korelasi Pearson Product Moment untuk
mengukur validitas instrumen penelitian dengan menghitung korelasi antar item-
item dalam instrumen. Item instrumen dinyatakan valid jika nilai koefisien korelasi
lebih besar dari 0,30, atau jika nilai r hitung > r tabel. Item pertanyaan yang tidak valid
akan dihilangkan atau diubah. Peneliti menyebar kuesioner kepada perawat yang
bekerja di instalasi rawat inap Teratai lantai 4-6 RSUP Fatmawati Jakarta yang
sesuai dengan kriteria inklusi sampel penelitian. Jumlah sampel dalam uji ini yaitu
33 perawat. Setiap butir pernyataan dalam instrumen dikatakan valid jika nilai r
hitung > r tabel (0,355 pada df-2 = 31 dan ɑ = 0,05).
Nilai Cronbach’s Alpha yang dapat diterima tergantung dari tujuan penelitiannya.
Pada tahapan awal riset, nilai reliabilitas 0,50 sampai 0,60 dianggap cukup.
Meningkatkan reliabilitas melebihi nilai 0,80 dianggap terlalu tinggi untuk riset
dasar. Nilai reliabilitas yang diterima di banyak penelitian berkisar antara 0,70
hingga 0,80 (Jogiyanto, 2013). Penelitian ini memiliki nilai reliabiltas sebesar
0,633.
4.7.1 Administrasi
a. Setelah melakukan seminar proposal dan proposal telah disetujui oleh
pembimbing, peneliti membuat surat izin ke Bagian Akademik Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia untuk melakukan penelitian di RSUP
Fatmawati Jakarta.
b. Peneliti memasukkan surat izin penelitian dari kampus dan beberapa dop
proposal ke Bagian Pendidikan dan Pelatihan RSUP Fatmawati Jakarta.
Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui frekuensi dan
persentase dari setiap variabel yang diteliti, yaitu karakteristik perawat dan tingkat
pengetahuan tentang early Warning Score. Karakteristik perawat mencakup usia,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama bekerja, beban kerja dan pengalaman
mengikuti seminar atau pelatihan tentang Early Warning Score.
Tabel 5.1 Karakteristik Perawat di IRNA Prof. Dr. Soelarto RSF Periode Mei
2016 (n = 110)
Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)
Usia
Dewasa awal (20–40 tahun) 90 81,8
Dewasa tengah (41–60 tahun) 20 18,2
Jumlah 110 100
Jenis kelamin
Laki-laki 28 25,5
Perempuan 82 74,5
39
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar perawat berada pada tahapan usia
dewasa awal (20 – 40 tahun), yaitu sebanyak 90 orang (81,8%). Sedangkan perawat
yang berada pada tahapan usia dewasa akhir (41 – 60 tahun) sebanyak 20 orang
(18,2%). Mayoritas perawat berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 82 orang
(74,5%). Perawat yang berjenis kelamin laki-laki memiliki jumlah yang lebih
sedikit yaitu sebanyak 28 orang (25,5%). Sebanyak 72 orang perawat (65,5%)
memiliki latar belakang pendidikan vokasi atau D3. Sedangkan perawat dengan
latar belakang pendidikan sarjana atau S1 berjumlah lebih sedikit, yaitu sebanyak
38 orang (34,5%). Sebanyak 75 orang perawat memiliki masa kerja < 10 tahun
(68,2%). Perawat yang telah bekerja selama ≥ 10 tahun sebanyak 35 orang (31,8%).
Perawat yang merawat < 6 pasien dalam setiap dinas yaitu sebanyak 84 orang
(76,4%). Sementara itu, perawat yang merawat ≥ enam pasien dalam setiap dinas
sebanyak 26 orang (23,6%). Sebagian besar perawat telah mengikuti seminar atau
pelatihan tentang Early Warning Score, yaitu sebanyak 58 orang (52,7%). Namun,
jumlah perawat yang belum mengikuti pelatihan juga cukup besar, yaitu sebanyak
52 orang (47,3%).
Tabel 5.3 Tingkat Pengetahuan Perawat Berdasarkan Sub Topik tentang EWS
di IRNA Prof. Dr. Soelarto RSF Periode Mei 2016 (n = 110)
Sub Topik EWS Frekuensi (n) Persentase (%)
Fungsi
Baik 39 35,9
Cukup 0 0
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa perawat telah memiliki pengetahuan yang baik
tentang indikasi pasien yang dipantau dengan EWS (80,9%), komponen EWS
(95,5%), skoring EWS (84,5%), dan penatalaksanaan EWS (69,1%).
Sedangkan pengetahuan yang masih kurang dimiliki oleh perawat yaitu tentang
fungsi EWS (35,9%) dan kelebihan dan kekurangan EWS (34,5%).
Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
karakteristik perawat dengan tingkat pengetahuan tentang Early Warning Score.
Terdapat enam karakteristik perawat yang digunakan dalam analisis ini, yaitu usia,
jenis kelamin tingkat pendidikan, lama bekerja, beban kerja dan pengalaman
mengikuti seminar atau pelatihan tentang Early Warning Score.
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa perawat yang berada pada tahapan usia dewasa awal
(20 – 40 tahun) sebagian besar memiliki pengetahuan baik dan cukup, yaitu
sebanyak 13 orang (86,7%) dan 60 orang (82,2). Sebagian besar perawat yang
berada pada tahapan usia dewasa tengah (41 – 60 tahun) juga memiliki pengetahuan
baik dan cukup, yaitu sebanyak 2 orang (13,3%) dan 13 orang (17,8%). Namun,
hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara usia
dengan tingkat pengetahuan (p = 0,461; α = 0,05).
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa perawat berjenis kelamin laki-laki yang memiliki
pengetahuan baik sebanyak 7 orang (46,7%) dan pengetahuan cukup sebanyak 12
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa jumlah perawat dengan latar belakang pendidikan
D3 dan S1 yang memiliki pengetahuan baik dan cukup jumlahnya lebih banyak
dibandingkan yang memiliki pengetahuan kurang. Perawat lulusan D3 yang
memiliki pengetahuan baik sebanyak 10 orang (66,7%) dan pengetahuan cukup
sebanyak 47 orang (64,4%). Sedangkan perawat lulusan S1 yang memiliki
pengetahuan baik sebanyak 5 orang (33,3%) dan pengetahuan cukup sebanyak 26
orang (35,6%) Akan tetapi, hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang
bermakna antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan (p = 0,942; α =
0,05).
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa sebagian besar perawat yang bekerja < 10 tahun
memiliki pengetahuan baik sebanyak 9 orang (62,2%) dan pengetahuan cukup
sebanyak 50 orang (68,5%) Perawat yang telah bekerja ≥ 10 tahun juga sebagian
besar memiliki pengetahuan baik dan cukup, yaitu sebanyak 6 orang (40,0%) dan
23 orang (31,5%). Namun, hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang
bermakna antara lama bekerja dengan tingkat pengetahuan (p = 0,713; α = 0,05).
Tabel 5.8 Hubungan antara Beban Kerja dengan Tingkat Pengetahuan (n = 110)
Tingkat Pengetahuan
Jumlah
Beban Kerja Baik Cukup Kurang p value
n % n % n % n %
< 6 pasien 9 60 57 78,1 18 81,8 84 76,4
0,258
≥ 6 pasien 6 40 16 21,9 4 18,2 26 23,6
Jumlah 15 100 73 100 22 100 110 100
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa sebanyak 9 orang perawat (60%) yang merawat < 6
pasien dalam setiap dinas memiliki pengetahuan baik dan sebanyak 57 orang
(78,1%) memiliki pengetahuan cukup. Selain itu, sebanyak 6 orang perawat (40%)
yang merawat ≥ 6 pasien dalam setiap dinas memiliki pengetahuan baik dan
sebanyak 16 orang (21,9%) memiliki pengetahuan cukup. Hasil uji statistik
menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara beban bekerja dengan
tingkat pengetahuan (p = 0,258; α = 0,05).
Tabel 5.9 menunjukkan bahwa perbandingan jumlah jumlah perawat yang pernah
dan tidak pernah mengikuti pelatihan yang memiliki pengetahuan baik dan cukup
hampir sama. Diantara perawat yang pernah mengikuti seminar atau pelatihan,
sebanyak 7 orang (46,7%) memiliki pengetahuan baik dan sebanyak 41 orang
(56,2%) memiliki pengetahuan cukup. Sedangkan perawat yang belum pernah
mengikuti seminar atau pelatihan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 8
orang (53,3%) dan pengetahuan cukup sebanyak 32 orang (43,8%). Walaupun
demikian, hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna
antara pengalaman mengikuti seminar atau pelatihan dengan tingkat pengetahuan
(p = 0,596; α = 0,05).
Hasil penelitian ini sejalan dengam teori yang menyatakan bahwa tahapan usia
dewasa muda (20 – 40 tahun) adalah tahapan dimana individu aktif dalam
berkarir dan tahap ini merupakan fase yang produktif untuk melakukan
pekerjaan (Potter & Perry, 2013). Tahap usia dewasa muda adalah tahap
perkembangan seseorang dimana pada tahap ini timbul kemandirian, mulainya
kompetensi, terjadi perubahan gaya hidup dan adanya hubungan dengan
lingkungan disekitar (Berman et al, 2008). Menurut peneliti, jumlah perawat
berusia muda yang banyak dapat menjadi modal bagi pihak rumah sakit dalam
rangka peningkatakan kualitas pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan
keperawatan
Jenis Kelamin
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat berjenis
kelamin perempuan, yaitu sebanyak 82 orang (74,5%). Hasil ini sama dengan
penelitian yang dilakukan Myny et al (2012) dimana 71,2% perawat berjenis
47
b. Tingkat Pendidikan
Menurut Undang-Undang No. 38 Tahun 2014, jenjang pendidikan
keperawatan di Indonesia terdiri dari pendidikan vokasi (D3) dan pendidikan
akademik (sarjana, profesi, magister, spesialis dan doktor). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa sebagian besar perawat memiliki latar belakang
pendidikan vokasi atau D3, yaitu sebanyak 72 orang (65,5%). Hasil ini sama
dengan penelitian yang dilakukan Douw et al (2016), sebesar 57% perawat
memiliki latar belakang pendidikan diploma (n = 96).
c. Lama Bekerja
Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Myny et al (2012)
dimana sebagian besar perawat telah bekerja ≥ 10 tahun, yaitu sebesar 69,5%.
Hal ini disebabkan karena jumlah sampel dalam penelitian tersebut lebih besar.
Selain itu, penelitian tersebut dilakukan di beberapa hingga lebih dari puluhan
rumah sakit, sehingga kemungkinan variasi masa kerja perawat lebih besar dan
jumlah perawat yang bekerja ≥ 10 tahun lebih banyak.
d. Beban Kerja
Terdapat beberapa indikator untuk mengukur beban kerja perawat, salah
satunya yaitu rasio perbandingan antara jumlah perawat dengan jumlah pasien
yang dirawat (Junttila et al, 2016). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
sebagian besar perawat merawat < 6 pasien dalam setiap dinas, yaitu sebanyak
84 orang (76,4%). Hal ini berarti sebagian besar perawat merawat 1 – 5 pasien
dalam setiap dinas (shift).
Rumah sakit tempat dilakukannya penelitian ini merupakan salah satu rumah
sakit pusat yang setiap harinya merawat banyak sekali pasien, baik pasien rawat
jalan maupun rawat inap. Kondisi ini berdampak pada bertambahnya beban
kerja yang harus dilakukan perawat. Menurut Abrahamson et al (2012), apabila
pasien yang menjadi tanggungjawab perawat berjumlah banyak banyak, maka
junlah pasien yang dirawat oleh setiap perawat akan turut bertambah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahwa sebagian besar perawat memiliki
pengetahuan cukup tentang Early Warning Score secara umum, yaitu sebanyak 73
orang (66,7%). Perawat yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 15 orang
(13,6%) Berdasarkan sub topik Early Warning Score, perawat telah memiliki
Responden dalam penelitian ini merupakan perawat yang bekerja di rumah sakit
yang telah menerapkan Early Warning Score selama kurang lebih 2 tahun. Sebagian
perawat telah memperoleh pelatihan atau seminar tentang Early Warning Score,
sehingga perawat telah memiliki pengetahuan terkait Early Warning Score. Selain
itu, perawat yang menjadi responden pun telah memiliki masa kerja selama
bertahun-tahun, bahkan sebesar 31,8% perawat telah bekerja selama ≥ 10 tahun.
Keadaan ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa perawat telah memiliki
pengalaman yang banyak dalam merawat pasien dengan berbagai karakteristik dan
penyakit.
Penelitian lain yang mendukung yaitu penelitian dilakukan oleh Fiqi (2014)
didapatkan hasil yaitu salah satu faktor yang berhubungan dengan kelengkapan
pengkajian keperawatan oleh perawat di instalasi rawat inap yaitu pengetahuan
perawat. Dalam penelitian ini, terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan perawat dengan kelemgkapan pengkajian (p = 0,000; CI = 95%; α =
0,05). Selain itu, penelitian yang dilakukan Mastini (2013) juga menunjukkan
adanya hubungan adanya pengetahuan dengan kelengkapan pendokumentasian
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Martini (2007)
yang hasilnya menunjukkan tidak adanya hubungan antara usia dengan praktik
pendokumentasian asuhan keperawatan. Sedangkan penelitian yang dilakukan
Quiros et al (2007) memberikan hasil yang berkebalikan. Penelitian ini
menunjukkan bahwa tenaga kesehatan yang berusia dewasa tengah ke atas
memiliki sikap dan pengetahuan yang lebih baik dalam menerima dan
menggunakan panduan praktik klinis dibandingkan yang berusia dewasa muda
(p < 0,004).
Walaupun individu pada tahapan dewasa muda aktif dalam berkarir (Potter &
Perry, 2013), individu yang telah berada pada tahapan usia dewasa tengah atau
dewasa akhir umumnya memiliki tanggung jawab dan ketelitian yang lebih
baik dibandingkan dengan individu yang berusia dewasa muda (Saifudin,
2005). Peneliti juga berasumsi tidak adanya hubungan antara usia dengan
tingkat pengetahuan kemungkinan terjadi karena individu pada tahapan dewasa
muda dapat telah memperoleh pengalaman yang lebih banyak dibandingkan
individu pada tahapan dewasa muda. Kemungkinan faktor usia tidak menjadi
faktor yang mempengaruhi pengetahuan perawat di RSF, yang artinya semua
rentang usia perawat yang bekerja dapat memiliki pengetahuan yang baik.
Semakin lama perawat bekerja, maka secara tidak langsung perawat akan
memiliki relasi kerja di lingkungan kesehatan yang semakin banyak. Kondisi
ini memungkinkan antar perawat untuk saling bertukar informasi mengenai
hal-hal medis yang dapat membantu perawat dalam memahami sesuatu dan
mengaplikasikannya dalam tindakan keperawatan. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Scott et al (2003) di Australia untuk meneliti
sikap perawat dalam menggunakan panduan praktisi klinis, hasilnya
menunjukkan bahwa perawat mempelajari panduan praktik klinis melalui
diskusi bersama dengan kolega perawat lainnya (p < 0,003). Ketika perawat
mempersepsikan bahwa suatu panduan praktik klinis bermanfaat dan sesuai
untuk digunakan, perawat yang satu akan mendorong perawat yang lainnya
untuk menggunakan panduan tersebut (McCluskey et al, 2013).
Karena perawat yang pernah dan tidak pernah mengikuti pelatihan atau
seminar memiliki jumlah yang hampir sama, peneliti berasumsi walaupun
sebagian perawat telah mengikuti pelatihan dan memperoleh tambahan
pemabahan tentang Early Warning Score, namun sebagian perawat lagi belum
pernah mengikuti pelatihan. Apabila peneliti melakukan pengukuran tingkat
pengetahuan pada keduanya secara bersamaan, maka hasilnya dapat saling
mempengaruhi antara perawat yang pernah dan tidak pernah mengikuti
pelatihan.
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
62
Abrahamson, K., Fox, R., & Doebbeling, B.N. (2012). Facilitators and barriers to
clinical practice guideline use among nurses. Am. J. Nurs, 112(7), 26-35.
Aitken, L.H., Cimioti, J.P, Sloane, D.M., Smith, H.L., Flynn, L., & Donna, F.
(2011). The effect of nurse staffing and nurse education on patient deaths in
hospital with different nurse works environments. Med. Care, 49(12), 1047-
1053.
Akhlaq, B.A. (2014). Study on the self esteem and strength of motivation of medical
students. International Journal of Bussiness, Humanities and Technology,
4(5), 58-63.
American Heart Association. (2012). Heart disease and stroke statistics – 2013
update. Circulation. DOI: 10.1161/CIR.0b013e31828124ad.
Berman, Audrey, Snyder, Shirlee J., Kozier, Barbara, & Erb, Glenora. (2008).
Kozier & Erb’s Fundamentals of nursing: concepts, process, and practice
(8th ed.). New Jeyser: Pearson Education, Inc.
Buist, M. (2008). The rapid response team paradox: why doesn’t anyone call for
help? Crit Care Med, 36, 634-636.
64
Burch, C., Tarr, G., & Morroni, C. (2008). Modified early warning score predicts
the need for hospital admissions and in hospital mortality. Emerg. Med. J.,
25, 674-678.
Carberry, M. et al. (2014). Early warning systems 1: how helpful are early warning
scores? Nursing Times, 110(1/3), 12-14.
Chinn, P.L., & Kramer, M.K. (2011). Integrated theory and knowledge
development in nursing (8th ed.). St. Louis: Elsevier Mosby.
Cooper, N., Forrest, K., & Cramp, P. (2006). Essential guide to acute care (2nd
ed.). Oxford: BMJ Books.
Cretikos, M., Chen, J., Hillman, K., Bellomo, R., Finfer, S., & Flabouris, A. (2007).
The objective medical emergency team activation criteria: a case-control
study. Resuscitation, 73(1), 62-72.
DeVita, M.A., Bellomo, R., Hillman, K., Kellum, J., Rotondi, A., Teres, D., et al.
(2006). Findings of the first consensus conference on medical emergency
teams. Crit Care Med, 34(9), 2463-2478.
Duncan, Kathy D., McMullan, C., & Barbara, M. (2012). Early warning systems:
The next level of rapid response. Lippincott Williams & Wilkins, 42(2), 38-
44. DOI-10.1097/01.NURSE.0000410304.26165.33.
Elliot, Malcolm, & Coventry, Alysia. (2012). Critical care: the eight vital signs of
patient Monitoring. British Journal of Nursing, 21(10).
Endacott, R., et al. (2010). Final-year nursing students’ ability to assess, detect and
act on clinical cues of deterioration in a simulated Environment. J Adv Nurs,
66(12), 2722-2731. http://dx.doi.org/10.1111/j.1365-2648.2010.05417.x.
Hammond, N., Spooner, A., Barnett, A., Corley, A., Brown, P., & Fraser, J. (2013).
The effect of implementing a modified early warning score (MEWS)
System on the adequacy of vital sign documentation. Aust. Crit. Care, 26,
18-22.
Hogan, J. (2006). Why don’t nurses monitor the respiratory rates of patients? Br J
Nurs, 15(9), 489-492.
Jansson, M., Ala-Kokko, T., Ylipalosaari, P., Syrjala, H., & Kyngas, H. (2013).
Critical care nurses’ knowledge of, adherence to and barriers towards
evidence-based guidelines for the Prevention of ventilator-associated
pneumonia – a survey study. Intensive Crit. Care Nurs, 29(4), 216-227.
Johnson, J.K., & Barach, P. (2009). Patient care handovers: what will it take to
ensure quality and safety during times of transition? Med J Aust, 190, S110-
S112.
Jones, D.A. et al. (2006). Increasing the use of an existing medical emergency team
in a teaching hospital. Anaesth Intensive Care, 34(6), 731-735.
Jun, J., Kovner, C.T., & Stimpfel, A.W. (2016). Barriers and facilitators of nurses’
use of clinical practice guidelines: An integrative review. International
Journal of Nursing Studies, 60, 54-68.
Koh, S.S.L., Manias, E., Hutchinson, A.M., Donath, S., & Johnston, L. (2008).
Nurses’ perceived barriers to the implementation of a fall prevention clinical
practice guideline in Singapore hospitals. BMC Health Serv. Res, 8, 105.
http://dx.doi.org/10.1186/1472-6963-8-105.
Komisi Etik Riset Universitas Indonesia. (2013). Buku kode etik riset Universitas
Indonesia. Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Liaw, S.Y., Scherpbier, A., Klainin-Yobas, P., & Rethans, J.J. (2011). A review of
educational strategies to improve nurses’ roles in recognizing and
responding to deteriorating patients. Int Nurs Rev, 58, 296-303.
http://dx.doi.org/10.1111/j.1466-7657.2011.00915.x.
Mastini, I. Gusti A.A.P. (2013). Hubungan pengetahuan, sikap dan beban kerja
dengan kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan di IRNA
RSUP Sanglah Denpasar [Tesis]. Denpasar: Universitas Udayana.
McCluskey, A., Vratsistas-Curto, A., & Schurr, K. (2013). Barriers and enablers to
implementing multiple stroke guideline recommendations: a qualitative
study. BMC Health Serv. Res, 13, 323-336. http:// dx.doi.org/10.1186/1472-
6963-13-323.
Moon, A., Cosgrove, J.F., Lea, D., Fairs, A., & Cressey, D.M. (2011). An eight year
audit before and after the introduction of modified early warning score
(MEWS) charts, of patients admitted to a tertiary referral intensif care unit
after CPR. Resuscitation, 82, 150-154.
Morgan, R.J.M., Williams, F., & Wright, M.M. (1997). An early warning scoring
system for detecting developing critical illness. Clin Intensive Care, 8, 100.
National Health Service Foundation Trust. (2013). Adult modified early warning
score (MEWS) policy and escalation pathway. London: NHS Foundation
Trust.
National Health Service Trust. (2015). The deteriorating patient policy: general
policy no. 50. London: NHS Trust.
Nurmi, J., Harjola, V.P., Nolan, J., & Castren, M. (2005). Observations and warning
signs prior to cardiac arrest. Should a medical emergency team intervene
earlier? Acta Anaesthesiol Scand, 49, 702-706.
Nursing and Midwifery Council. (2009). Record keeping: guidance for nurses and
midwives. London: NMC.
Odell, M. (2010). Are early warning scores the only way to rapidly detect and
manage deterioration? Nursing Times, 106(8), 24-6.
Palmer, R., & Knight, J. (2006). Assessment of altered conscious level in clinical
practice. Br J Nurs, 15(22), 1255-1259.
Piper, T. (2008). Stedman’s medical dictionary for the health professions and
Nurdin (6th ed.). Philadelphia: Lippincott.
Potter, Patricia A., Perry, Anne Griffin, Stockert, Patricia A., & Hall, Amy M.
(2013). Fundamentals of nursing (8th ed.). St. Louis: Elsevier Mosby.
Quiros, D., Lin, S., & Larson, E. (2007). Attitudes toward practice guidelines
pamong intensif care unit personel: a cross-sectional anonymous survey.
Heart Lung, 36, 287-297.
Scott, I.A., Buckmaster, N.D., & Harvey, K.H. (2003). Clinical practice guidelines:
perspectives of clinicians in Queensland public hospitals. Intern. Med. J.,
33, 273-279.
Smith, Sue. (2011). Early warning scores: effective use. Nursing Times, 107(3), 16.
Spence, K., et al. (2006). Measuring nursing workload in neonatal intensive care.
Journal of Nursing Management, 14(3), 227-234.
Tourangeau, A.E., Giovannetti, P., Tu, J.V, & Wood, M. (2002). Nursing-related
determination of 30-mortality for hospital patients. Can. J. Nurs. Res., 33(4),
71-88.
Tucker, A.L., & Spear, S.J. (2006). Patient expectations and satisfactions with
health care. Health Service Research, 14(3 pt 1), 643-662.
Unruh, L.Y., & Fottler, M.D. (2006). Patient turnover and nursing staff adequacy.
Health Service Research, 41(2), 599-612.
Voogdt-Pruis, H., Beusmans, G.H.M.I., Gorgels, A.P.M., & van Ree, J.W. (2011).
Experiences of doctors and nurses implementing nurse-delivered
cardiovascular prevention in primary care: a qualitative study. J. Adv. Nurs.,
67(8), 1758-1766. http://dx.doi.org/10.1111/j.1365- 2648.2011.05627.x.
Nov Des Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agustus
No Kegiatan 2015 2015 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan/revisi
1. proposal dan
instrumen penelitian
Seminar proposal
2.
skripsi
Revisi proposal dan
3.
instrumen
Pembuatan surat izin
4. penelitian untuk
RSCM
Uji etik di Komite
Etik Penelitian
5.
Kesehatan FKUI-
RSCM
Memasukkan surat
izin penelitian dan
proposal ke Direktur
5.
dan Bagian Penelitian
RSCM, serta follow
up.
Pembuatan surat izin
penelitian untuk RSF
6. (pindah lokasi karena
di RSCM tidak bisa,
ada penilaian JCI).
Memasukkan surat
7. izin penelitian dan
proposal ke Bagian
Penelitian ini tidak akan menimbulkan efek samping atau kerugian bagi
Bapak/Ibu/Sdr/I. Jawaban Bapak/Ibu/Sdr/I akan saya jaga kerahasiaannya dan
hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika ada pertanyaan seputar
penelitian ini, Bapak/Ibu/Sdr/I dapat menghubungi peneliti pada nomor telepon
yang tersedia diatas.
Atas partisipasi Bapak/Ibu/Sdr/I, saya ucapkan terima kasih.
SHINTIA SILVANA
(Peneliti)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk ikut
berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang bernama SHINTIA
SILVANA (NPM: 1206240543) tentang “Hubungan antara Karakteristik
Perawat dengan Tingkat Pengetahuan tentang Early Warning Score di Irna
Prof. DR. Soelarto RSUP Fatmawati Jakarta”.
Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif terhadap diri saya
dan keluarga saya, sehingga jawaban yang saya berikan adalah jawaban yang
sebenarnya dan akan dirahasiakan oleh peneliti.
____________________
(Inisial Nama)
A. KARAKTERISTIK PERAWAT
Berilah tanda ( √ ) pada salah satu pilihan yang tersedia, atau tulislah jawaban pada
bagian yang tersedia.
2. Jenis kelamin
( ) Laki-laki
( ) Perempuan
3. Tingkat pendidikan
( ) D3
( ) S.Kep / Ners
4. Lama bekerja : ____ tahun ; atau ____ bulan [coret yang tidak perlu]
5. Jumlah pasien yang dirawat pada setiap shift (rata-rata dalam seminggu) :
____ pasien
3 2 1 0 1 2 3
Frekuensi
<8 8 9 - 17 18 - 20 21 - 29 > 30
Napas
Frekuensi
< 40 40-50 51 - 100 101 - 110 111 - 130 > 130
Nadi
Tekanan
101 -
Darah < 70 71-80 81-100 160 - 199 200 - 220 > 220
159
Sistolik
V
P (berespon U
Tingkat A (berespon
terhadap (tidak
Kesadaran (Alert) terhadap
nyeri) sadar)
suara)
< 35 35,05 - 36 36,05 - 38,05 -
Suhu Tubuh > 38,5 °C
°C °C 38 °C 38,5 °C
BIODATA PENELITI
A. Identitas Peneliti
Nama Lengkap : SHINTIA SILVANA
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 15 Desember 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Alamat Rumah : Jl. Pintu Air V Gg. Krekot II Dalam No. 19 RT 03
RW 02. Kel. Pasar Baru, Kec. Sawah Besar, Jakarta
Pusat 10710
No. Handphone : 085782220461
E-mail : shintiasilvana@gmail.com / shinta.silvana@ui.ac.id
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Golongan Darah : A+