Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada masa kini kita mengetahui mengenai penyakit jantung yang bukan hanya dapat diderita
oleh orang dewasa, namun dapat juga diderita oleh anak-anak bahkan saat baru lahir. Biasanya penyakit
jantung pada anak memang tidak dapat langsung diketahui, namun seiring bertambahnya usia, tanda-
tanda dan gejala dari penyakit jantung ini akan sangat mudah diketahui. Banyak anak-anak dengan usia
yang masih muda mengalami kematian akibat penyakit jantung karena ketidakwaspadaan dan
ketidaktahuan orang tua terntang tanda dan gelaja dari penyakit jantung, terutama untuk penyakit jantung
bawaan (dibawa dari lahir/dalam kandungan).
Salah satu penyakit jantung pada anak adalah TOF (Tetralogi of fallot) kelainan jantung
kongenital dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi empat hal yang abnormal meliputi
Defek Septum Ventrikel, Stenosis Pulmonal, Overriding Aorta dan Hipertrofi Ventrikel Kanan.
Oleh karena itu di dalam makalah ini akan dibahas mengenaipenyakit TOF yang dapat
mempermudah seorang perawat atau ahli kesehatan lain dalam mempelajari penyakit jantung pada anak
khususnyaTOF.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang dibahas dalam penyusunan makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana konsep dasar yang meliputi, pengertian, etiologi/penyebab, manifestasi klinis,
patofisiologi, dan pemeriksaan penunjang dari penyakit jantung tetralogi of fallot (TOF)?
2. Bagaimana asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan tetralogi of fallot (TOF)?

C. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dari penyususnan makalah ini, yaitu:
1. Tujuan umum
a. Mengetahui dan memahami konsep dasar dari penyakit tetralogi of fallot (TOF)
b. Memahami asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan tetralogi of fallot (TOF)

2. Tujuan khusus
a. Menyelesaikan persyaratan dalam mata kuliah sistem kardiovaskuler dengan menyusun
makalah mengenai tetralogi of fallot (TOF)

1
BAB II
KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN
Tetralogi of Fallot (TOF) adalah kelainan jantung congenital dengan gangguan sianosis yang
ditandai dengan kombinasi empat hal yang abnormal meliputi Defek Septum Ventrikel, Stenosis
Pulmonal, Overriding Aorta dan Hipertrofi Ventrikel Kanan. (Buku Ajar Kardiologi Anak, 2002).
Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal
dari sangat ringan sampai berat.. Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat.
Frekuensi TOF lebih kurang 10 %.
Derajat stenosis pulmonal sangat menentukan gambaran kelainan; pada obstruksi ringan tidak
terdapat sianosis, sedangkan pada obstruksi berat sianosis terlihat sangat nyata. Pada klien dengan TOF,
stenosis pulmonal menghalangi aliran darah ke paru-paru dan mengakibatkan peningkatan ventrikel
kanan sehingga terjadi hipertropi ventrikel kanan. Sehingga darah kaya CO2 yang harusnya dipompakan
ke paru-paru berpindah ke ventrikel kiri karena adanya celah antara ventrikel kanan akibat VSD
(ventrikel septum defek), akibatnya darah yang ada di ventrikel kiri yang kaya akan O2 dan akan
dipompakan ke sirkulasi sistemik bercampur dengan darah yang berasal dari ventrikel kanan yang kaya
akan CO2. Sehingga percampuran ini mengakibatkan darah yang akan dipompakan ke sirkulasi
sistemik mengalami penurunan kadar O2.
Empat kelainan secara anatomi :
1. Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga ventrikel.
2. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang keluar dari bilik kanan
menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan menimbulkan penyempitan
3. Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kiri mengangkang sekat
bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik kanan
4. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena peningkatan tekanan di
ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal.

B. ETIOLOGI
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara pasti. diduga karena
adanya faktor endogen dan eksogen.
Faktor- faktor tersebut antara lain :
1. Faktor Endogena

2
a. Berbagai jenis penyakit genetik seperti, kelainan kromosom, contohnya down syndrome dan
marfan syndrome.
b. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan misalnya VSD, pulmonary
stenosis, and overriding aorta.
c. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, kolesterol
tinggi, penyakit jantung atau kelainan bawaan.

2. Faktor Eksogen
a. Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan
tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin, jamu).
b. Ibu menderita penyakit infeksi seperti rubella.
c. Efek radiologi (paparan sinar X).
d. Ibu mengonsumsi alkohol dan merokok saat mengandung.

Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah menyebabkan
penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adalah multifaktor.

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Murmur mungkin merupakan tanda pertama yang biasa ditemukan oleh dokter. Murmur merupakan
suara tambahan atau tidak biasa yang dapat didengar pada denyut jantung si bayi. Kebanyakan bayi
yang menderita tetaralogy of fallot mempunyai suara murmur jantung
2. Cyanosis juga merupakan pertanda umum pada tetralogy of fallot. Cyanosis adalah suatu keadaan di
mana pada sirkulasi bayi kekurangan darah yang telah mengalami oksigenasi sehingga dapat timbul
dengan kulit, kuku, serta bibir yang kebiruan.
3. Warna kulit pucat
4. Frekuensi pernafasan yang meninggi
5. Kulit terasa dingin
6. Berat badan (BB) yang rendah
7. Susah untuk diberi makan karena klien cepat lelah ketika diberimakan
8. Clubbing finger’s.
D. PATOFISIOLOGIS
Tetralogy of fallot biasanya berakibatkan oksigenasi yang rendah berhubungan dengan
tercampurnya darah yang deoksigenasi dan oksigenasi pada ventricle kiri yang akan dipompakan ke aorta
karena obstruksi pada katup pulmonal. Ini dikenal dengan istilah right-to-leftshunt. Hal ini sering
3
mengakibatkan kulit bayi menjadi pucat dan terlihat biru. Apabila Tetralogy of fallot tidak ditangani
pada jangka waktu yang panjang, maka akan mengakibatkan hipertrofi ventricle kanan progressive dan
dilatasi berhubung dengan resistensi yang meningkat pada ventricle kanan. Hal ini dapat menyebabkan
DC kanan yang bisa berakhir dengan kematian.
Proses pembentukan jantung pada janin mulai terjadi pada hari ke-18 usia kehamilan.
Pada minggu ke-3 jantung hanya berbentuk tabung yang disebut fase tubing. Mulai akhir minggu ke-3
sampai minggu ke-4 usia kehamilan, terjadi fase looping dan septasi, yaitu fase dimana terjadi proses
pembentukan dan penyekatan ruang-ruang jantung serta pemisahan antara aorta dan arteri pulmonalis.
Pada minggu ke-5 sampai ke-8 pembagian dan penyekatan hampir sempurna. Akan tetapi, proses
pembentukan dan perkembangan jantung dapat terganggu jika selama masa kehamilan terdapat faktor-
faktor resiko.
Kesalahan dalam pembagian Trunkus dapat berakibat letak aorta yang abnormal (overriding),
timbulnya penyempitan pada arteri pulmonalis, serta terdapatnya defek septum ventrikel. Dengan
demikian,bayi akan lahir dengan kelainan jantung dengan empat kelainan, yaitu defek septum ventrikel
yang besar, stenosis pulmonal infundibuler atau valvular, dekstro posisi pangkal aorta dan hipertrofi
ventrikel kanan. Derajat hipertrofi ventrikel kanan yang timbul bergantung pada derajat stenosis pulmonal.
Pada 50% kasus stenosis pulmonal hanya infundibuler, pada 10%-25% kasus kombinasi infundibuler dan
valvular, dan 10% kasus hanya stenosis valvular. Selebihnya adalah stenosis pulmonalperifer.
Hubungan letak aorta dan arteri pulmonalis masih di tempat yang normal, overriding aorta terjadi
karena pangkal aorta berpindah ke arah anterior mengarah ke septum. Klasifikasi overriding menurut
Kjellberg:
1. Tidak terdapat overriding aorta bila sumbu aorta desenden mengarahke belakang ventrikel kiri,
2. Pada overriding 25% sumbu aorta asenden ke arah ventrikel sehingga lebih kurang 25% orifisium
aorta menghadap ke ventrikel kanan
3. Pada overridng 50% sumbu aorta mengarah keseptum sehingga 50% orifisium aorta menghadap
ventrikel kanan
4. Pada overriding 75% sumbu aorta asenden mengarah ke depan venrikel kanan.
Derajat overriding ini bersama dengan defek septum ventrikel dan derajat stenosis menentukan
besarnya pirau kanan ke kiri.(Ilmu Kesehatan anak, 2001).

Karena pada TOF terdapat empat macam kelainan jantung yang bersamaan, maka :
1. Darah dari aorta sebagian berasal dari ventrikel kanan melalui lubang pada septum
interventrikuler dan sebagian lagi berasal dari ventrikel kiri, sehingga terjadi percampuran darah
yang sudah teroksigenasidan belum teroksigenasi.
4
2. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari ventrikel kanan ke paru-
paru jauh lebih sedikit dari normal.
3. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang septum ventrikel dan
kemudian ke aorta atau langsung ke aorta, akan tetapi apabila tekanan dari ventrikel kanan lebih
tinggi dari ventrikel kiri maka darah akan mengalir dari ventrikel kanan ke ventrikel kiri (right to
left shunt).
4. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke dalam aorta yg
bertekanan tinggi serta harus melawan tekanan tinggi akibat stenosis pulmonal maka lama
kelamaan otot-ototnya akan mengalami pembesaran (hipertrofi ventrikel kanan).

Pengembalian darah dari vena sistemik ke atrium kanan dan ventrikel kanan berlangsung
normal. Ketika ventrikel kanan menguncup,dan menghadapi stenosis pulmonalis, maka darah akan
dipintaskan melewati defek septum ventrikel tersebut ke dalam aorta. Akibatnya darah yang dialirkan
ke seluruh tubuh tidak teroksigenasi, hal inilah yang menyebabkan terjadinya sianosis. (Ilmu
Kesehatan anak, 2001).
Pada keadaan tertentu (dehidrasi, spasme infundibulum berat, menangis lama, peningkatan
suhu tubuh atau mengedan), pasien denganTOF mengalami hipoksia spell yang ditandai dengan :
sianosis (pasien menjadi biru), mengalami kesulitan bernapas, pasien menjadi sangat lelah dan pucat,
kadang pasien menjadi kejang bahkan pingsan. Keadaan ini merupakan keadaan emergensi yang
harus ditangani segera, misalnya dengan salah satu cara memulihkan serangan spell yaitu
memberikan posisi lutut ke dada (knee chest position).

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
Pemeriksaan dignostik yang dapat dilakukan meliputi;
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin penting pada setiap penyakit jantung bawaan sianotik
untuk menilai perkembangan penyakit. Hemoglobin dan hematokrit merupakan indikator
yang cukup baik untuk derajat hipoksemia. Peningkatan hemoglobin dan hematokritini merupakan
mekanisme kompensasi akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin
dipertahankan antara 16-18 g/dl, sedangkan hematokrit 50-65%. Bila kadar hemoglobin dan

5
hematokrit melampaui batas tersebut timbul bahaya terjadinya kelainan trombo emboli, sebaliknya
bila kurang dari batas bawah tersebut berarti terjadi anemia relatif yang harus diobati.

2. Gambaran Radiologi
Cardio thoracic ratio pasien tetralogi fallot biasanya normal atau sedikit membesar. Akibat
terjadinya pembesaran ventrikel kanan dengan konus pulmonalis yang hilang, maka tampak apeks
jantung terangkat sehingga tampak seperti “sepatu boot”. Pada 25% kasus arkus aorta terletak
di kanan yang seharusnya di kiri, dapat berakibat terjadinya suatu tarik bayangan trakeobronkial berisi
udara di sebelahkiri, yang terdapat pada pandangan antero-posterior atau dapat dipastikan oleh
pergeseran esophagus yang berisi barium ke kiri. Corakan vascular paru berkurang dan lapangan paru
relatif bersih,mungkin disebabkan oleh aliran darah paru-paru yang berkurang dan merupakan suatu
tanda diagnostik yang penting. Bila terdapat kolateral yang banyak mungkin corakan vascular paru
tampak normal, atau bahkan bertambah. Pada proyeksi lateral, ruangan depan yang bersih atau
kosong dapat atau tidak dipenuhi oleh ventrikel kanan yang hipertrofi

3. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan.Tampak pula hipertrofi ventrikel
kanan. Pada anak besar sering dijumpai P pulmonal.

4. Ekokardiogram
Ekokardiografi dapat memperlihatkan setiap kelainan padatetralogi fallot. Pelebaran dan
posisi aorta berupa diskontinuitas septum ventrikel dan dinding depan aorta serta pelebaran ventrikel
kanan mudah dilihat. Kelainan katup pulmonal seringkali sulit dinilai, demikian pula penentuan
perbedaan tekanan antara ventrikel kanan dan a.pulmonalis tidak selalu mudah dilakukan

5. Kateterisasi jantung
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahuidefek septum ventrikel multiple,
mendeteksi kelainan arteri koronaridan mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi
adanyapenurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan,dengan tekanan pulmonalis
normal atau rendah.

F. PENATALAKSANAAN
1. Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapiditujukan untuk memutus patofisiologi
serangan tersebut, antara laindengan cara :
6
a. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah
b. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau IV untuk menekan pusat pernafasan dan mengatasi
takipneu.
c. Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis
d. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena permasalahan
bukan karena kekuranganoksigen, tetapikarena aliran darah ke paru menurun. Dengan usaha
diatasdiharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis berkurang dan anak menjadi tenang.

Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan denganpemberian


a. Propanolo l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung sehingga
seranga dapat diatasi.Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit, dosis awal/bolus
diberikan separohnya, bila serangan belum teratasisisanya diberikan perlahan dalam 5-10 menit
berikutnya.
b. Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat inibekerja meningkatkan resistensi
vaskuler sistemik dan jugasedative
c. penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam penganan serangan
sianotik. Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan curah jantung, sehingga aliran
darah ke paru bertambah dan aliran darah sistemik membawa oksigen ke seluruh tubuh juga
meningkat. Lakukan selanjutnya yaitu :

1) Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangansianotik


2) Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi
3) Hindari dehidrasi.

2. Pembedahan
Merupakan suatu keharusan bagi semua penderita TOF. Pada bayi dengan sianosis yang jelas, sering
pertama-tama dilakukan operasi pintasan atau langsung dilakukan pelebaran stenosis trans-ventrikel.
Koreksi total dengan menutup VSD (Ventrikel Septum Defek) seluruhnya dan melebarkan PS pada
waktu ini sudah mungkin dilakukan. Umur optimal untuk koreksi total pada saat ini ialah 7-10tahun.
Walaupun kemajuan telah banyak dicapai, namun sampai sekarang operasi semacam ini selalu
disertai resiko besar.

3. Pengobatan konservatif
7
Anak dengan serangan anoksia ditolong dengan knee-chest position, dosis kecil morfin (1/8-1/4 mg)
disertai dengan pemberian oksigen. Dengan tindakan ini serangan anoksia sering hilang dengan cepat.
Pada waktu ini diberikan pula obat-obat pemblok beta (propanolol) untuk mengurangi kontraktilitas
miokard. Pencegahan terhadap anoksia dilaksanakan pila dengan mencegah atau mengobati anemia
defisiensi besi relative, karena hal ini sering menambah frekuensi serangan. Asidosis metabolic harus
diatasi secara adekuat

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien TOF dilakukan mengkhusus yang meliputi;
1. Aktivitas / istirahat
a. Gejala : keletihan / kelelahan terus menerus sepangjang hari, insomnia, nyeri dada
dengan aktivitas. Dispnea pada istirahat atau pada pengerahan tenaga. Pusing dan rasa berdenyut.
b. Tanda : gelisah, takikardi, perubahan status mental misalnya : letargi. Tanda vital
berubah pada aktivitas

2. Sirkulasi
a. Gejala : Riwayat hipertensi, bengkak pada kaki, abdomen, IM baru atau akut.
b. Tanda : Warna : kebiruan, pucat, abu-abu, sianotik
c. Edema : Mungkin dependen, umum, atau pitting, khususnya pada ekstremitas.
d. Frekuensi jantung : Takikardi
e. Tekanan nadi : Mungkin sempit, menunjukan penurunanvolume sekuncup
f. Hepar : Pembesaran/dapat teraba
g. Bunyi nafas : Rongki
h. Irama jantung : Disritmia, misalnya fibrilasi atrium, kontraksi ventrikel prematur/takikardi,
blok jantung.
i. Punggung kuku : Pucat atau sianosis dengan pengisian kapiler lambat.
j. Murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis

3. Integritas
a. Gejala : Ansietas, rasa takut
b. Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, misalnya : ansietas, marah, ketakutan.

4. Eleminasi
a. Gejala : Penurunan berkemih, berkemih di malam hari
5. Makanan atau Cairan
a. Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, pembengkaan ekstremitas
bawah

9
b. Tanda : Distensi abdomen, edema (umum, dependen, tekanan, pitting)

6. Neorosensori
a. Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan
b. Tanda : Letargi, diorientasi, perubahan perilak.

7. Nyeri atau kenyamanan


a. Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas, sakit pada
otot
b. Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit (menarik diri)

8. Pernapasan
a. Gejala : Dipsnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal,
penggunaan bantuan pernapasan misalnya, oksigen atau medikasi
b. Tanda : Pernapasan : takipnea, napas dangkal,
c. Bunyi napas : Rongki
d. Fungsi mental : Kegelisahan
e. Warna kulit : Pucat atau sianosis

9. Pemeriksaan Diagnostik
a. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, iskemia, disritmia misalnya, takikardi,
fibrilasi atria.
b. Ekokardiogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik dan serambi, perubahan
dalam fungsi atau struktur katup atau area kontraktilitas ventricular.
c. Rontgen dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan
dilatasi atau hipertopi bilik atau serambi, atau perubahan dalam pembuluh darah mencerminkan
peningkatan tekanan pulmonal.
d. Enzim Hepar : Meningkat dalam gagal atau kongestif hepar.
e. AGD : Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan (dini)
atau hipoksemia denganpeningkatan PCO2 (akhir).

B. DIAGNOSA (MENURUT PRIORITAS)


1. Dx. 1 : Penurunan cardiac output b.d sirkulasi yang tidak efektif denganadanya malformasi jantung
2. Dx. 2 : Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan tubuh.
10
3. Dx. 3 : Kurang pengetahuan tentang kondisi, kebutuhan pengobatan b.d kurang terpajan pada
informasi tentang penyakit katup jantung

C. PERENCANAAN
No.
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Diagnosa
Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Kaji frekuensi nadi, RR, TD secara
selama 3 x 24 jam, diharapkan teratur setiap 4 jam.
penurunan cardiac output pada klien 2. Catat bunyi jantung.
dapat diatasi, dengan kriteria hasil : 3. Kaji perubahan warna kulit terhadap
1. Tanda vital dalam rentang sianosis dan pucat
Dx.1
normal 4. Pantau intake dan output setiap 24 jam.
2. Dapat mentoleransi aktivitas, 5. Batasi aktifitas secara adekuat.
tidak ada kelelahan 6. Berikan kondisi psikologi lingkungan
3. Tidak ada penurunan yang tenang
kesadaran
1. Ikuti pola istirahat pasien, hindari
pemberian intervensi pada saat istirahat.
Setelah diberikan asuhan keperawatan 2. Lakukan perawatan dengan cepat,
selama 3 x 24 jam, diharapkan hindari pengeluaran energy berlebih dari
masalah intoleransi aktivitas dapat pasien.
teratasi dengan kriteria hasil: 3. Bantu pasien memilih kegiatan yang
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tidak melelahkan.
tanpa disertai peningkatan TD, 4. Hindari perubahan suhu lingkungan
Dx.2
nadi, RR yangmendadak.
2. Tanda-tanda vital dalam rentang 5. Kurangi kecemasan pasien
normal denganmemberi penjelasan yang
3. Status kardiopulmunari adekuat dibutuhkan pasien dan keluarga.
6. Respon perubahan keadaan psikologis
pasien (menangis,murung dll)
denganbaik

Dx. 3 Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Jelaskan dasar patologi abnormalitas

11
selama 3x24 jam diharapkan kurang katup
pengetahuan dapat teratasi dengan 2. Jelaskan rasional pengobatan, dosis, efek
criteria hasil: samping, dan pentingnya minum obat
1. Menyatakan pemahaman proses sesuai resep
penyakit, program pengobatan 3. Diskusikan kebutuhan pasien untuk
dan potensial komplikasi keseimbangan aktivitas dan istirahat
2. Mengidentifikasi
perilaku/perubahan pola hidup
untuk mencegah komplikasi
3. Mengenali kebutuhan untuk kerja
sama dan mengikuti perawatan

D. IMPLEMENTASI
Pada tahap implementasi ini dilakukan pengerjaan atau implementasinya terhadap
intervensi yang ditentukan. Pada tahap ini persiapan sangatlah penting untuk menunjang
keberhasilan dalam implementasi

E. EVALUASI
Pada tahap evaluasi dilakukan penilaian terhadap hasil implementasi selama 3x24 jam.
Apabila masalah belum teratasi, maka intervensi dilanjutkan atau ditambah dengan
intervensi lainnya.

12
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Tetralogi of fallot (TOF) adalah kelainan
jantung bawaan dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi
defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan. Penyebab dari
TOF ini bisa dari dalam tubuh seperti genetic dan luar tubuh seperti infeksi (saat dalam kandungan).
Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu dengan pengecekan laboratorium, radiologi, EKG,
ekokardiogram. Pengobatan yang dapat dilakukan yaitu dengan pemberian obat-obatan, pembedahan dan
tindakan konservatif.

B. SARAN
Dapat disarankan bahwa sebaiknya seorang perawat dalam melakukan tidakan keperawatan yang akan
dilakukan harus memahami patofisiologi dari penyebab utama timbulnya penyakit TOF ini. Selain itu
memberikan edukasi terhadap keluarga tentang penyakit ini sangatlah penting.

13
DAFTAR PUSTAKA

Doenges E Marilynn. Rencana Asuhan Keperawatan; Jakarta, 1993. Penerbit


BukuKedokteran ECG.

Nelson. Ilmu Kesehatan Anak; Jakarta, 1992. Penerbit Buku Kedokteran ECG.

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction.

Ma’mun. 2014. Makalah Tof. http://www.scribd.com/doc/122452973/Makalah-Tof. diakses :


22 September 2014

Wong Donna L, dkk. Buku Ajar Keperawatan Pediatri, Edisi 6 vol 2; Jakarta, 2009.Penerbit
Buku Kedokteran ECG

14

Anda mungkin juga menyukai