Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Sdr F. DENGAN PERSONAL HYGINE DI MAWAR KUNING BAWAH

Tempat Praktek : RSUD SIDOARJO


Kompetensi : KEPERAWATAN DASAR PROFESI

MAWAR KUNING BAWAH

Oleh :
SUCI FITRIA HANDAYANI HARAHAP
2232000023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NURUL JADID
PAITON PROBOLINGGO
2022-2023
LAPORAN PENDAHULUAN PERSONAL HYGIENE

A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Personal Hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti Personal yang
artinya perorangan dan Hygiene berarti sehat. Personal Hygiene adalah suatu tindakanu
ntuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisikdan
psikis (Wartonah, 2010). Perawatan diri atau kebersihan diri (personal hiygiene)
merupakan perawatan dirisendiri yang di lakukan untuk mempertahankan kesehatan,
baik secara fisikmaupun psikologis (Dwi Widiarti, 2010).
Personal hygiene merupakan upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan
kesehatannya. Kebersihan diri atau personal hygiene merupakan sesuatu yang sangat
penting dan tentunya perlu diperhatikan karena termasuk dalam pencegahan primer
yang spesifik, serta dapat mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan fisik dan kesehatan
mental seseorang dalam kehidupan hariannya (Putra, 2017).
Personal hygiene merupakan kebersihan dan kesehatan seorang individu yang
memiliki tujuan mencegah munculnya penyakit pada diri sendiri dan orang lain, baik
secara fisik maupun psikologis (Zakiudin, 2016). Sedangkan menurut Depkes RI (1987
dalam Ambarwati, 2014) personal hygiene merupakan salah satu tindakan keperawatan
dasar yang rutin dilakukan oleh perawat setiap hari di rumah sakit. Personal hygiene
termasuk ke dalam tindakan pencegahan primer yang spesifik, dan menjadi penting
ketika personal hygiene yang baik akan meminimalkan pintu masuk mikroorganisme
yang ada dimana-mana dan pada akhirnyan mencegah seseorang terkena penyakit

2. Faktor– Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene


Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan dalam
kehidupan sehari-hari karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis
seseorang. Pilihan higiene seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga
individu memiliki variasi praktik higiene (Potter & Perry, 2009)
a. Praktik Sosial
Manusia merupakan makluk sosial dan karenanya berada dalam kelompok sosial.
Kondisi ini akan memungkinkan seseorang untuk berhubungan, berinteraksi dan
bersosialisasi satu dengan yang lainnya (Laily & Sulistyo, 2012). Kelompok sosial
memengaruhi pilihan higiene, termasuk produk dan frekuensi perawatan pribadi.
Selama masa kankkanak, kebiasaan keluarga memengaruhi higiene, misalnya
frekuensi mandi, waktu mandi, dan jenis higiene mulut. Pada masa remaja, higiene
pribadi dipengaruhi oleh kelompok teman. Remaja wanita mislanya menjadi tertarik
pada penampilan pribadi dan mulai memakai riasan wajah. Pada masa dewasa,
teman dan kelompok kerja membentuk harapan tentang penampilan pribadi,
sedangkan pada lansia akan terjadi beberapa perubahan dalam 12 praktik higiene
karena perubahan dalam kondisi fisiknya dan sumber yang tersedia (Potter & Perry,
2009).
b. Pilihan Pribadi
Setiap orang memiliki keinginan sendiri dalam menentukan waktu bercukur, mandi,
dan mengurus rambut, pilihan produk didasarkan selera pribadi, kebutuhan, dan
dana. Pengetahuan tentang pilihan seseorang akan membantu perawatan yang
terindividualisasi. Selain itu, bantu seseorang untuk membangun praktik higiene
baru jika ada penyakitnya. Contohnya, anda harus mengajarkan perawatan higiene
kaki pada penderita diabetes (Potter & Perry, 2009)
c. Citra tubuh
Citra Tubuh Citra tubuh adalah cara pandang seseorang terhadap bentuk tubuhnya,
citra tubuh memengaruhi cara seseorang memelihara higiene. Ketika seorang
perawat dihadapkan pada klien yang tampak berantakan, tidak rapi, atau tidak peduli
dengan higiene dirinya, maka dibutuhkan edukasi tentang pentingnya higiene untuk
kesehatan, selain itu juga dibutuhkan kepekaan perawat untuk melihat kenapa hal ini
bisa terjadi, apakah memang kurang / ketidaktauan klien akan higiene perorangan
atau ketidakmauan dan ketidakmampuan klien dalam menjalankan praktik higiene
dirinya, hal ini bisa dilihat dari partisipasi klien dalam higiene harian (Laily &
Sulistyo, 2012). Penampilan umum seseorang menggambarkan pentingnya higiene
bagi dirinya. Citra tubuh adalah konsep tubuh seseorang tentang tubuhnya, termasuk
penampilan, struktur, atau fungsi flsik. Citra ini Sering berubah, saat klien menjalani
operasi, menderita penyakit, atau perubahan status 13 fungsional, citra tubuh akan
berubah dramatis. Untuk alasan ini, berusahalah untuk meningkatkan kenyamanan
dan penampilan higiene klien (Potter & Perry, 2009).
d. Status Sosial Ekonomi
Status ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik higiene
perorangan. Sosial ekonomi yang rendah memungkinkan higiene perorangan yang
rendah pula. Perawat dalam hal ini harus bisa menentukan apakah klien dapat
menyediakan bahan-bahan yang penting dalam praktik higiene seperti, sabun,
sampo, sikat gigi, pasta gigi, dsb (Laily & Sulistyo, 2012). Anda harus sensitif
terhadap status ekonomi klien dan pengaruhnya terhadap kemampuan pemeliharaan
higienenya. Jika klien mengalami masalah ekonomi, dirinya akan sulit berpartisipasi
dalam aktivitas promosi kesehatan seperti higiene dasar. Jika barang perawatan
dasar tidak dapat dibeli oleh klien, carilah alternatifnya. Pelajari juga apakah
penggunaan produk tersebut merupakan bagian kebiasaan yang dilakukan oleh
kelompok sosial klien. Contohnya, tidak semua klien menggunakan deodoran atau
kosmetik (Potter & Perry, 2009).
e. Pengetahuan dan Motivasi Kesehatan
Pengetahuan tentang higiene akan memengaruhi praktik higiene seseorang. Namun,
hal ini saja tidak cukup, karma motivasi merupakm kunci penting dalam pelaksanaan
higiene. Kesulitan internal yang memengaruhi akses praktik higiene adalah
ketiadaan motivasi karena kurangnya pengetahuan (Potter & Perry, 2009). Sebagai
seorang perawat yang bisa dilakukan dalam hal ini adalah mendiskusikannya dengan
klien, 14 memeriksa kebutuhan praktik higiene klien dan memberikan informasi
yang tepat dan adekuat kepada klien (Laily & Sulistyo, 2012). sesuai dengan
perilaku yang ingin dicapai, termasuk konsekuensi jangka panjang dan pendek bagi
klien. Klien berperan penting dalam menentukan kesehatan dirinya karena
perawatan diri merupakan hal yang paling dominan pada kesehatan masyarakat kita.
Banyak keputusan pribadi yang dibuat tiap hari yang membentuk gaya hidup dan
lingkungan sosial dan fisik (Fender, Murdaugh, dan Parsons, 2002 dalam Potter &
Perry, 2009). Tetapi bagaimananpun juga kembalinya adalah individu, bahwa
individulah yang berperan panting dalam menentukan kesehatan dirinya (Laily &
Sulistyo, 2012). Penting untuk mengetahui apakah klien merasa dirinya memiliki
risiko. Jika klien mengetahui resiko dan dapat bertindak tanpa konsekuensi negatif,
mereka lebih cenderung untuk menerima konseling oleh perawat (Potter & Perry,
2009)
f. Variabel Budaya
Kepercayaan budaya dan nilai pribadi klien akan mempengaruhi perawatan higiene
seseorang. Berbagai budaya memiliki praktik higiene yang berbeda. Beberapa
budaya memungkinkan juga menganggap bahwa kesehatan dan kebersihan tidaklah
penting. Dalam hal ini sebagai seorang perawat jangan menyatakan ketidaksetujuan
jika klien memiliki praktik higiene yang berbeda dari nilai-nilai perawat, tetapi
diskusikan nilai—nilai standar kebersihan yang bisa dijalankan oleh klien. di
amerika utara, 15 kebiasaan mandi dilakukan setiap hari, sedangkan pada budaya
lain hal ini hanya dilakukan satu minggu sekali. (Potter & Perry, 2009)
g. Kondisi Fisik Klien dengan keterbatasan fisik biasanya tidak memiliki energi dan
ketangkasan untuk melakukan higiene. Contohnya pada klien dengan traksi atau
gips, atau terpasang infus intravena. Penyakit dengan rasa nyeri membatasi
ketangkasan dan rentang gerak. Klien di bawah efek sedasi tidak memiliki
koordinasi mental untuk melakukan perawatan diri. Penyakit kronis (jantung,
kanker, neurologis, psikiatrik) sering melelahkan klien. Genggaman yang melemah
akibat artritis, stroke, atau kelainan otot menghambat klien untuk menggunakan sikat
gigi, handuk basah, atau sisir (Potter & Perry, 2009). Kondisi yang lebih serius akan
menjadikan klien tidak mampu dan akan memerlukan kehadiran perawat untuk
melakukan perawatan higiene total (Laily & Sulistyo, 2012).
3. waktu-waktu yang tepat dalam melaksanakan personal hygiene dengan baik
kepada pasien menurut Heriana (2014), yaitu:
a. Perawatan dini hari
perawatan dini hari ini dilakukan pada waktu bangun tidur, dimana tindakan yang
bisa dilakukan pada perawatan dini hari bisa seperti perapian dalam pengambilan
bahan pemeriksaan (urine atau fases), memberikan pertolongan, mempersiapkan
pasien dalam melakukan makan pagi dengan melakukan tindakan diri, seperti
mencuci muka, tangan, dan menjaga kebersihan mulut
b. Perawatan pagi hari,
dimana perawatan ini dilakukan setelah melakukan makan pagi dengan
menggunakan perawatan diri seperti melakukan pertolongan dalam mencuci rambut,
perawatan kulit, membersihkan mulut, kuku, dan rambut, melakukan pijatan pada
punggung, serta merapikan tempat tidur pasien.
c. Perawatan siang hari
dilakukan setelah melakukan berbagai tindakan pengobatan atau pemeriksaan dan
setelah makan siang. Perawatan siang hari ini seperti mencuci muka dan tangan,
membersihkan mulut, merapikan tempat tidur, dan melakukan pemeliharaan
kebersihan lingkungan kesehatan pasien.
d. Perawatan menjelang malam hari
dimana perawatan ini dilakukan saat pasien menjelang tidur agar pasien dapat tidur
atau beristirahat dengan tenang dengan kegiatan tersebut antara lain, pemenuhan
kebutuhan eliminasi (BAB & BAK), mencuci tangan dan muka, membersihkan
muka dan memijat daerah punggung.
4. macam-macam tindakan personal hygiene menurut Potter dan Perry (2012).
a. Perawatan kulit
Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung, sekresi, pengatur
temperatur, dan sensasi. Kulit memiliki 3 lapisan yaitu, lapisan epidermis, lapisan
dermis, dan jaringan subkutan. Lapisan epidermis (lapisan luar) disusun beberapa
lapisan tipis dari sel yang mengalami tahapan berbeda dari maturasi yang bertugas
melindungi jaringan yang berada dibawahnya terhadap kehilangan cairan dan cedera
mekanisme atau kimia serta mencegah masuknya mikroorganisme yang
memproduksi penyakit. Lapisan kedua yaitu dermis yang merupakan permukaan
luar kulit yang menjadi tempat tinggalnya bakteri (mis. korinebakterium) yang
merupakan flora normal yang tidak menyebabkan penyakit tapi menghalangi
penyakit yang masuk akibat mikroorganisme. Lapisan ketiga adalah jaringan
subkutan yang terdiri dari pembuluh darah, saraf, limfe, dan jaringan penyambung
halus yang terisi dengan sel-sel lemak yang dimana jaringan subkutan ini berfungsi
sebagai insulator panas bagi tubuh dan memberikan dukungan untuk lapisan atas
kulit untuk menahan stres dan tekanan tanpa cedera. Jaringan subkutan yang paling
sedikit ditemukan dibagian dasar mukosa oral (Potter & Perry, 2012)
b. Perawatan Perineum.
Perineum merupakan bagian dari mandi yang lengkap. Klien yang membutuhkan
perawatan perineum ini adalah klien yang beresiko terbesar memperoleh infeksi
(misalnya klien yang menggunakan kateter urin tetap), setelah operasi rektal atau
genitalia, setelah menjalani proses kelahiran (Ambarwati, 2014).
c. Perawatan Kaki dan Kuku Perawatan kaki dan kuku seringkali memerlukan
perhatian yang khusus untuk mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan.
Seringkali orang tidak sadar akan masalah kaki dan kuku sampai terjadinya nyeri
atau ketidaknyamanan. Masalah yang timbul karena perawatan yang salah akan
menimbulkan, seperti kalus, katimumul, kutil pada kaki, infeksi jamur kaki, kuku
yang tumbuh ke dalam, kuku tanduk ram, paronisia, dan bau kaki (Ernawati, 2012).
Untuk mencegah timbulnya masalah pada kaki klien bisa melakukan perendaman
untuk melembutkan kutikula dan lapisan sel tanduk, pembersihan dengan teliti,
pengeringan dan pemotongan kuku yang tepat ( Potter& Perry, 2012).
d. Perawatan Mulut Rongga mulut dilapisi dengan membran mukosa yang terus-
menerus pada kulit. Membran merupakan jaringan epitel yang melapisi dan
melindungi organ, mensekresi mukus untuk menjaga jalan saluran sistem
pencernaan tetap dalam keadaan basah. Perawatan mulut dapat membantu
mempertahankan status kesehatan mulut, gugi, gusi, dan bibir dengan cara
menggosok dan membersihkan gigi dari partikel-partikel makanan, plak, dan bakteri
serta dapat mengurangi ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang
tidak nyaman. Menurut Health People (2000 dalam Potter & Perry, 2012) tujuan
dilakukannya perawatan mulut ini adalah untuk mengurangi kehilangan gigi akibat
gigi yang rusak atau penyakit periodontal bagi orang yang berusia 35 tahun sampai
44 tahun, mengurangi jumlah lansia yang kehilangan gigi secara alami, dan
mengurangi prevalensi gingivitis. Masalah yang akan ditimbulkan pada klien jika
tidak melakukan perawatan mulut ini adalah: karies gigi, bau napas (halitosis),
gejala penyakit periodontal (seperti, gusi yang berdarah, bengkak, jaringan yang
meradang, dan kehilangan gigi secara tiba-tiba), peradangan pada lidah (glostitis),
dan peradangan pada gusi (gingivitis) (Potter & Perry, 2012).
e. Perawatan rambut Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi
sebagai proteksi serta pengatur suhu, melalui rambut perubahan status kesehatan diri
dapat diidentifikasi (Ernawati, 2012). Penyakit ataupun ketidakmampuan klien untuk
memelihara perawatan rambut dapat menyebabkan kekusutan pada pasien yang
imobilisasi. Masalah yang dapat terjadi pada rambut dapat berupa ketombe, adanya
kutu di rambut, kehilangan rambut, dan peradangan pada kulit kepala (seborrheic
dermatitis) (Ernawati, 2012). Menyikat, menyisir rambut, dan bersampo adalah cara-
cara dasar higienis untuk semua klien yang mengalami kerusakan rambut atau yang
akan melakukan perawatan rambut (Potter & Perry, 2012).
f. Perawatan mata, telinga, dan hidung Potter dan Perry (2012) mengatakan bahwa
tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk mata karena secara terus-menerus
membersihkan air mata, kelopak mata, dan bulu mata dapat mencegah masuknya
pertikel asing yang masuk ke mata. Untuk telinga, perawatan telinga mempunyai
implikasi pada ketajaman pendengaran bila substansi lilin atau benda asing
berkumpul pada kanal telinga luar yang dapat menggangu konduksi suara. Dan
perawatan hidung yang mempunyai indera penciuman yang tajam dapat memantau
temperatur dan kelembapan udara yang dihirup serta mencegah masuknya partikel
asing ke dalam sistem pernapasan. Tujuan dilakukannya perawatan mata, telinga,
dan mulut ini supaya dapat membantu kondisi dan fungsi dari mata, telinga, dan
hidung.
g. Perawatan Kulit Kulit merupakan organ yang aktif yang berfungsi sebagai
pelindung, sekresi, ekskresi, pengatur temperatur, dan sensasi yang terdiri dari tiga
lapis, yaitu lapisan epidermis (lapisan luar), lapisan dermis, dan lapisan
subkutan.kulit berfungsi sebagai pertukaran oksigen, nutrisi, dan cairan dengan
pembuluh darah yang berada dibawahnya yang sering merefleks sikap perubahan
pada kondisi fisik, baik warna, ketebalan, tekstur, turgor, temperatur, dan hidrasi.
Selama kulit masih utuh dan sehat, fungsi kulit masih optimal secara fisiologisnya
(Potter & Perry, 2012). Pada klien yang tidak mampu bergerak bebas karena
penyakit atau beberapa penghalang eksternal dapat beresiko terjadinya kerusakan
kulit, tergantung bagian mana yang terpapar tekanan dari dasar permukaan
(misalnya matras, gips tubuh, atau lapisan linen yang berkerut) (Potter & Perry,
2012). Kulit kering merupakan gangguan kulit yang umum yang banyak ditemukan
oleh individu, akan tetapi kulit kering dapat berubah menjadi gangguan kronis yang
meningkatkan resiko infeksi dan menimbulkan gangguan kulit lanjutan seperti
psoriasis dan eksem (Voegeli, 2007 dalam Dingwall, 2013). Mandi atau shower
membantu dalam membuat klien relaks, menstimulasi sirkulasi pada kulit,
memberikan latihan rentang gerak selama mandi, dan meningkatkan citra-diri (Potter
& Perry, 2012).
h. Perawatan Perineum (Pericare) Perawatan perineum merupakan bagian dari mandi
lengkap yang beresiko pada pasien yang terbesar memperoleh infeksi (misalnya
klien yang menggunakan kateter urine tetap), sembuh dari operasi rektal atau
genitalia, atau proses kelahiran. Klien yang paling beresiko terjadi kerusakan pada
daerah perineum adalah klien yang inkontenensia urine atau fekal, balutan operasi
rektal dan perineum, dan kateter urine lengkap. Mandi lengakap atau sebagian di
tempat tidur, mandi bak atau shower merupakan tindakan yang dapat dilakukan oleh
perawat dalam melakukan perawatan perineum pada pasien yang memperoleh resiko
infeksi (Potter & Perry, 2012).
i. Perawatan Kaki dan Kuku Kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus
untuk mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Masalah yang sering muncul
oleh perawatan kaki dan kuku yang salah atau kurang seperti menggigit kuku atau
pemotongan yang tidak tepat, pemaparan dengan zat-zat kimia yang tajam, dan
pemakaian sepatu yang tidak pas yang dapat mengarah kepada stres fisik dan
emosional.
j. Perawatan Mulut Kebersihan mulut merupakan suatu tindakan yang dilakukan pada
pasien yang tidak mampu mempertahankan kebersihan mulut. Mulut merupakan
bagian pertama dari sistem pencernaan dan merupakan bagian tambahan dari sistem
pernapasan. Dalam rongga mulut terdapat gigi dan lidah yang berperan penting
dalam proses pencernaan awal. Selain gigi dan lidah, juga terdapat saliva yang
penting untuk membersihkan mulut secara mekanis. Keruskanan gigi dapat
disebabkan oleh kebiasaan mengkonsumsi makanan manis, menggigit benda keras,
dan kebersihan mulut yang kurang (Ambarwati, 2014). Pemeliharaan ini bertujuan
untuk menjaga kebersihan mulut, mencegah infeksi pada mulut akibat kerusakan
pada daerah gigi dan mulut, membantu menambah nafsu makan, serta menjaga
kebersihan gigi dan mulut. Perawatan mulut sangat penting dilakukan karena
melalui mulut inilah berbagai kuman dapat masuk (Heriana, 2014). Potter dan Perry
(2012) mengemukakan masalah atau gangguan yang berhubungan dengan
kebersihan gigi dan mulut antara lain adalah sebagai berikut:
a. Karies gigi (radang pada gigi). Terdapat lubang akibat kerusakan email gigi
yang berhubungan dengan kekurangan kalsium.
b. Plak. Suatu lapisan transparan yang sangat tipis dan terdiri atas mukosa dan
bakteri yang menyelimuti permukaan gigi. Plak dapat menyebabkan karies gigi
(lubang gigi), kalkulus (karang gigi), gingivitas (radang pada gigi), dan
periondontitis (radang pada jaringan peyangga gigi).
c. Penyakit periondontal (periondontal disease) merupakan penyakit jaringan
sekitar gigi, penyakit seperti defisit kalkulus, gusi mudah berdarah dan bengkak,
dan peradangan.
d. Halitosis. Bau nafas tidak sedap yang disebabkan antara lain oleh asupan
makanan tertentu, infeksi kuman, serta kondisi sistemik akibat penyakit karena
penyakit liver atau diabetes.
e. Keilosis atau bibir yang pecah-pecah. Penyakit ini dapat disebabkan oleh
produksi saliva yang berlebihan, napas mulut, dan defisiensi riboflavin.
f. Stomatitis (sariawan). Dapat disebabkan oleh defisiensi vitamin, infeksi bakteri
atau virus, tembakau, dan kemoterapi.
g. Ginggivitas/ peradangan gusi yang terjadi tanda leukemia, defisiensi vitamin
atau diabetes melitus dan hygiene mulut yang buruk.
h. Gejala penyakit periodontal meliputi gusi berdarah (bengkak), jaringan yang
meradang (garis gusi yang menyusut), dan kehilangan gigi secara tiba-tiba.
Perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyakit mulut dan kerusakan
gigi tergantung kepada kondisi pada mulut rongga klien. Perawatan yang tepat
agar terhindar dari penyakit mulut dan kerusakan gigi yaitu: menggosok gigi,
membersihkan dengan serat (flossing), dan irigasi. Dan klien juga harus
memperhatikan diet yang diberikan karenaakan meningkatkan peningkatan plak
dan kerusakan gigi (Potter & Perry, 2012).
5. Manifestasi klinis
Menurut damaiyanti ( 2008). Tanda dan gejala personal hygiene adalah sbb:
a. Gangguan kebersihan diri, di tandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki
dan bau, kuku panjang dan kotor.
b. Ketidakmampuan berhias atau berdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak
bercukur, pada wanita tidak berdandan,
c. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.
d. Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri dengan BAB/BAK tidak pada
tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK

6. Etiologi
a. Gangguan kognitif
b. Penurunan motivasi
c. Kendala lingkungan ( ketidaksediaan sarana prasarana)
d. Kelemahan
e. Karena sakit, sehingga tidak mampu melakukan sendiri
f. Kurangnya pengetahuan dan informasi
g. Keterbatasan biaya
h. Lingkungan yang tidak mendukung
i. Tidak adanya fasilitas yang memadai

7. Patofisiologi
Upaya yang dilakukan seseorang untuk memelihara kebersihan diri. Personal hygiene
dapat terganggu apabila individu sedang sakit. Penurunan pada kondisi dapat
mempengaruhi personal hygiene seseorang. Kelemahan yang muncul akibat dari
penurunan kondisi tersebut akan menyebabkan penurunan kemampuan dan motivasi
seseorang untuk merawat diri, sehingga individu tidak mampu mandi, makan, toileting,
mengenakan pakaian dan berhias secara mandiri sehingga individu mengalami defisit
perawatan diri. Kurangnya pengetahuan tentang personal hygiene yang tepat, ekonomi
yang kurang dan faktor lingkungan sekitar. Akibatnya individu akan mengalami defisit
personal hygiene. Apabila defisit personal hygiene individu terganggu maka akan
menimbulkan dampak dilihat dari segi fisik maupun psikologis ( hidayat,2016).
8. Penatalaksanaan
Tindakan keperawatan dengan melakukan perawatan pada kulit yang mengalami atau
beresiko terjadi kerusakan jaringan lebih lanjut khususnya pada daerah yang mengalami
tekanan ( tonjolan) dengan tujuan mencegah dan mengatasi terjadinya luka dekubitus
akibat tekanan lama dan tidak hilang tindakan keperawatan pada pasien dengan cara
mencuci dan menyisir rambut. Tujuannya adalah membersihkan kuman yang ada pad
kulit kepala, menambah rasa nyaman, membasmi kutu atau ketombe yang melekat pada
kulit dan memperlancar sistem peredaran darah di bawah kulit.
Tindakan keperawatan pada pasien dengan cara membersihkan dan menyikat gigi dan
mulut secara teratur, tujuan perawatan diri, mencegah infeksi pada mulut akibat
kerusakan pada daerah gigi dan mulut, membantu menambah nafsu makan dan menjaga
kebersihan gigi dqan mulut. Tindakan keperawatan pada pasien yang tidak mampu
merawat kuku secara mandiri, tujuannya adalah menjaga kebersihan kuku, dan
mencegah timbulnya luka atau infeksi akibat garukan dari kuku ( saryono dan
anggriyani, 2010).
9. Pathway
Penurunan tingkat kesadaran

Keterbatasan untuk menggerakkan tubuh

Kelemahan sendi dan otot

Gangguan pemenuhan keperawatan diri

Penurunan mutu personal hygiene

Resiko kerusakan Gangguan Defisit perawatan


integritas kulit membran mukosa diri
Daftar pustaka
Aprilia, Reny. Personal Hygiene Dirumah Pada Penderita Stroke Di Desa Pekuwon,
Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto tahun 2014. Tersedia pada
respiratory.poltekkesmajapahit.ac.id. Januari, 23 2017.
Brunner dan Suddart. 2012. Keperawatan Medikal-Bedah: Buku Saku dari Brunner &
Suddart. Jakarta: EGC.
Bulecheck, Gloria M., Howard, K. Butcher., Joanne, M. Dochterman & Cheryl, M. Wager.
2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Singapore: Elsevier.
Dinata, Cintya Angreayu. Safrita, Yuliami. Sastri, Susila. Artikel Penelitian. Gambaran
Faktor Risiko dan Tipe Stroke pada Pasien Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam
RSUD Kabupaten Solok Selatan Periode 1 Januari 2010 - 31 Juni 2012. Tersedia pada
http://jurnal.fk.unand.ac.id. Januari, 23 2017.
Dwi Widiarti. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani, Nurul. 2007. Kebutuhan Dasar. Jakarta : EGC
Musrifatul Uliyah. 2012. Buku Ajar Kebutuhan Manusia edisi 1. Surabaya : Health
BooksPublishing. Nanda Internasional 2013.
Nanda Internasional 2013.Diagnosa keperawatan Definisi dan klasifikasi 2012-2014.Jakarta ;
EGC
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan.Jakarta:EGC
Tarwoto & Wartonah. 2006.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi
3.Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai