Oleh:
1.1 Definisi
a) Gerontologi
Gerontologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari proses ketuaan dari kaitannya,
berasal dari bahasa yunani yaitu geros berarti lanjut usia dan logos berarti ilmu.
Gerontologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah
yang terjadi pada lanjut usia (Artinawati, 2014). Sedangkan menurut Mildawani T
(2015) gerontologi adalah suatu pendekatan ilmiah yang mencoba menjawab
tantangan tersebut dengan mempelajari proses penuaan dan dunia kaum lansia dari
berbagai perspektif dengan bantuan berbagai pendekatan ilmu. Dalam gerontologi
pendekatan tersebut akan mencakup dari berbagai aspek penuaan yaitu lingkuangan
fisik, sosial, psikologis, ekonomi, kesehatan lingkungan, perilaku, gender, dan lain-
lain.
a) Aspek Kronologis, merujuk pada usia dan siklus hidup manusia yang
dihitung sejak lahir
b) Geriatrik
Menurut Artawa (2019) geriatrik adalah cabang ilmu dari gerontologi yang
mempelajari tingkat kesehatan pada lanjut usia termasuk pelayanan kesehatan
dengan mengkaji berbagai aspek berupa promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang mencakup kesehatan jasmani, jiwa, dan sosial. Pada prinsipnya
geriatrik mengusahakan masa tua yang bahagia dan berguna. Sedangkan menurut
Kemenkes (2014) geriatrik adalah cabang ilmu yang berfokus pada penanganan,
diagnosis, serta pencegahan penyakit dan gangguan kesehatan yang menyerang di
kalangan tingkat lansia.
c. Lansia risiko tinggi : usia lebih dari 70 tahun atau 60 tahun dengan masalah
kesehatan
2. Klasifikasi lansia menurut WHO (dikutip dalam Widiyawati & Sari, 2020):
b. Kulit
Proliferasi epidermal menurun, kelembaban kulit menurun, suplai darah ke kulit menurun,
dermis menipis, kulit kering, pigmentasi irreguler, kuku mudah patah, kulit berkerut,
elastisitas berkurang, sensitivitas kulit menurun
c. Sexual
Pada perempuan : post-menopause: atrofi dari organ reproduksi, vagina tipis dan
kering, panjang dan lebar vagina berkurang, Lubrikasi vagina berkurang selama
intercourse
Pada Laki-laki : degeneratif organ reproduksi, intensitas respons terhadap stimulus
sex berkurang, gangguan Kelenjar prostat
d. Pola Tidur
Butuh waktu lebih lama untuk tidur, sering terbangun, mutu tidur berkurang, lebih lama
berada di bed
e. Fungsi Kognitif
Konsekuensi:
- Meningkatnya sensitivitas terhadap cahaya silau
- Respons lambat terhadap perubahan cahaya
- Lapangan pandang menyempit, perubahan persepsi warna
- Lambat dalam memproses informasi visual
- Sulit berkendara pada malam hari
g. Perubahan Kardiovaskular
Pengerasan pembuluh darah, hipertrofi dinding ventrikel kiri, vena tebal, kurang elastis,
perubahan mekanisme konduksi, peningkatan resistensi perifer
Konsekuensi:
- Tekanan darah meningkat
- Berkurangnya respons adaptif terhadap exercise
- Berkurangnya aliran darah ke otak
- Meningkatnya suseptibilitas untuk aritmia
- Atherosclerosis dan varicosis
3.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan lansia merupakan tindakan yang dilakukan untuk melihat
situasi yang dialami oleh lansia guna untuk memperoleh data yang dapat menegaskan
situasi penyakit yang dialami oleh lansia, untuk menetapkan diagnosa masalah yang
dialami oleh lansia. Data yang dikumpulkan terdiri dari data subyektif dan data obyektif
yang berhubungan dengan masalah yang terjadi pada lansia serta data tentang keluarga
dan lingkungan lansia. Pengkajian dapat dilakukan dengan dua cara yaitu observasi dan
wawancara (Kholifah, 2016). Hal-hal yang perlu dikaji antara lain sebagai berikut:
1. Perubahan fisik
Pengkajian perubahan fisik dapat dilakukan dengan wawancara, dimulai dari
pengkajian tentang pandangan lansia mengenai kesehatan, kegiatan yang masih
mampu dilakukan, kebiasaan merawat diri sendiri, kekuatan fisik: otot, sendi,
penglihatan, dan pendengaran, kebiasaan makan minum, istirahat/tidur dan
BAB/BAK, kebiasaan berolahraga, perubahan fungsi tubuh yang sangat dirasakan,
dan kebiasaan dalam memelihara kesehatan serta kebiasaan dalam minum obat.
2. Pemeriksaan fisik
Pengkajian perubahan fisik juga dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik, seperti
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi pada bagian sistem tubuh diantaranya
adalah pengkajian sistem persyarafan, pengkajian mata, ketajaman pendengaran,
sistem kardiovaskular, sistem gastrointestinal, sistem genitourinarius, sistem
integument dan sistem muskuluskeletal.
3. Perubahan psikologis
Perubahan psikologis dapat dikaji dengan menanyakan bagaimana sikap lansia
terhadap proses penuaan, apakah lansia merasa di butuhkan atau tidak, apakah
optimis dalam memandang suatu kehidupan, bagaimana mengatasi stres yang di
alami, apakah mudah dalam menyesuaikan diri, apakah lansia sering mengalami
kegagalan, apakah harapan pada saat ini dan akan datang, serta pengkajian
mengenai fungsi kognitif seperti daya ingat, proses pikir, alam perasaan, orientasi,
dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah.
4. Perubahan sosial ekonomi
Perubahan sosial ekonomi dapat dikaji dengan menanyakan darimana sumber
keuangan lansia, apa saja yang menjadi kesibukan lansia dalam mengisi waktu
luang, dengan siapa lansia tinggal, kegiatan organisasi apa yang diikuti lansia,
bagaimana pandangan lansia terhadap lingkungannya, seberapa sering lansia
berhubungan dengan orang lain di luar rumah, siapa saja yang bisa mengunjungi
lansia, seberapa besar ketergantungan lansia, serta apakah lansia dapat
menynalurkan hobi atau keinginan dengan fasilitas yang tersedia.
5. Perubahan spiritual
Perubahan spiritual dapat dikaji dengan menanyakan apakah lansia melakukan
ibadah sesuai keyakinan, apakah terlibat aktif atau mengikuti kegiatan keagamaan
misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin, bagaimana cara
lansia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa serta apakah lansia terlihat
tabah dan tawakal.
6. Pengkajian khusus pada lansia
Pengkajian khusus dapat dikaji dengan melakukan pengkajian status fungsional
dengan melakukan pemeriksaan Index Katz, dan melakukan pengkajian status
kognitif dengan SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionaire) untuk
penilaian fungsi intelektual lansia, MMSE (Mini Mental State Exam) untuk menguji
aspek kognitif dari fungsi mental, orientasi, registrasi, perhatian, kalkulasi, dan
bahasa.
Sindrom kelelahan lansia, sindrom tidak berguna, sindrom post trauma dan
sindrom kekerasan.
Artawa, K, A. (2019). Penerapan Proses Asuhan Gizi Terstandar Terhadap Asupan Zat Gizi
Makro Dan Lama Hari Rawat Pada Pasien Geriatri Di Rumah Sakit. Kementerian
Kesehatan Ri: Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar. 1 – 16.
Artinawati. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Deepublish CV Budi
Utama.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Analisis Lansia di Indonesia. Pusat Data dan
Informasi. Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan RI; 2017.
Kholifah, S. N. (2016). Keperawatan Gerontik. In M. Dwisatyadini (Ed.), Modul Bahan
Ajar Cetak Keperawatan (pp. 1-105). Pusdik SDM Kesehatan.
Maryam, R.S. (2018). Mengenal Usia Lanjuta Usia dan Perawatannya. Retrieved from
https://books.google.co.id/books?
id=jxpDEZ27dnwC&pg=PA2&dq=geriatri+adalah&h
Mildani T, S. (2015). Gerontologi Sebuah Pengantar. Lestari Kiranatama: Jakarta. 1 – 128.
Muhith, A. & Siyoto, S. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Retrieved from :
https://books.google.co.id/books?
id=U6ApDgAAQBAJ&pg=PA105&dq=Gerontologi
UTAMI, T. (2019). Sanksi Bagi Anak yang Menelantarkan Orang Tuanya yang Lansia
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan
dalam Rumah Tangga dan Hukum Islam (Doctoral dissertation, UIN Raden Fatah
Palembang).
Haq, F. (2017). Pola Tidur dan Kesehatan Jasmani Lansia. Surabaya: Universitas
Airlangga.
Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 1. Yogyakarta: Deepublish.
Widiyawati, W., & Sari, D. J. E. (2020). Keperawatan Gerontik. Literasi Nusantara.
Kemenkes. (2014). Situasi Dan Analisis Lanjut Usia. Jakarta: Pusat Data Dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI.