3. Tahapan Postpartum
a. Periode Postpartum (berdasarkan tingkst kepulihan) :
1) Puerperium dini merupakan masa kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
2) Puerperium Intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia
yang lamanya 6-8 minggu.
3) Remote Puerperium merupakan masa waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna membutuhkan waktu berminggu-minggu,
bulanan atau tahunan.
b. Tahapan Postpartum (berdasarkan waktu):
1) Immediate Puerperium merupakan sampai dengan 24 jam pasca melahirkan.
2) Early Puerperium merupakan masa setelah 24 jam sampai dengan 1 minggu
pertama.
3) Late Puerperium merupakan setelah 1 minggu sampai selesai.
6. Penatalaksanaan
Menurut Masriroh (2013) penatalaksanan yang diperlukan untuk klien dengan post partum
adalah sebagai berikut:
a. Meperhatikan kondisi fisik ibu dan bayi
b. Mendorong penggunaan metode-metode yang tepat dalam memberikan makanan pada
bayi dan mempromosikan perkembangan hubungan baik antara ibu dan anak
c. Mendukung dan memperkuat kepercayaan diri si Ibu dan memungkinkannya mingisi
peran barunya sebagai seorang Ibu, baik dengan orang, keluarga baru, maupun budaya
tertentu.
5. Patofisiologi
Ruptur perineum dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor maternal,
faktor janin, dan faktor penolong. Dalam proses melahirkan menyebabkan adanya ruptur
perineum yang menyebabkan jaringan terputus sehingga klien akan merasa nyeri. Sensasi
nyeri akan berpengaruh besar bagi klien. Beberapa klien akan mengalami nyeri ketika akan
tidur atau selama tidur. Nyeri tersebut membuat klien terjaga sepanjang malam dan
mengakibatkan kesulitan ketika akan tidur kembali tergantung dari lokasi nyeri, beberapa
klien memiliki kesulitan untuk melakukan aktivitas latihan harian secara mandiri. Semakin
banyak aktivitas fisik yang dibutuhkan ketika bekerja, maka semakin banyak besar risiko
ketidaknyamanan ketika nyeri dihubungkan dengan pergerakan tubuh.
6. Pathway
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respons individu, keluarga
dan komunitas terhadap masalah kesehatan / proses kehidupan yang aktual dan potensial.
(Marilynn E.Doenges, 2001) Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah sebagai berikut:
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, trauma mekanis,
edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek–efek hormonal.
b. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman
menyusui sebelumnya
c. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau kerusakan kulit,
penurunan Hb, prosedur invasif, ruptur ketuban lama, malnutrisi.
d. ansietas berhubungan dengan krisis situasional karena jauh dengan anaknya.
e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) , mengenai perawatan diri dan perawatan
bayi.
3. Perencanaan
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, trauma mekanis,
edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek–efek hormonal.
Tujuan : Klien dapat mengungkapkan berkurangnya nyeri
Intervensi Rasional
1. Tentukan adanya nyeri, lokasi, sifat nyeri. Tinjau 1. Mengidentifikasi kebutuhan – kebutuhan khusus dan
ulang persalinan dan catat kelahiran intervensi yang tepat
2. Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi. 2. Dapat menunjukkan perlekatan berlebihan pada
Perhatikan edema , nyeri tekan likal, eksudat jaringan perineal dan / atau terjadinya kompikasi
purulen, atau kehilangan perlekatan jaringan yang memerlukan evaluasi / intervensi lanjut.
3. Berikan kompres es pada perineum, khususnya 3. Menghilangkan rasa nyeri, meningkatkan
selama 24 jam pertama setelah kelahiran vasokonstriksi, mengurangi edema dan vasodilatasi.
4. Inspeksi hemoroid pada perineum , Anjurkan 4. Membantu untuk mengurangi hemoroid dan varises
penggunaan kommpres es selama 20 menit setiap vulva dengan meningkatkan vasokon-striksi lokal.
4 jam 5. Selama 12 jam pertama pasca partum, kontraksi
5. Kaji nyeri tekan uterus, tentukan adanya dan uterus kuat dan reguler dan ini berlanjut 2 -3 hari
frekuensi / intensitas afterpain. Perhatikan faktor – selanjutnya, meskipun frekuensi dan intensitasnya
faktor yang memperberat. berkurang. Faktor – faktor yang memperberat
6. Anjurkan klien berbaring tengkurap dengan bantal afterpain meliputi overdistensi uterus, pemberian
di bawah abdomen, dan ia melakukan tehnik preparat oksitosin dan ergometrin.
visualisasi atau aktivitas pengalihan 6. Meningkatkan kenyamanan, meningkatkan rasa
7. Inspeksi payudara dan jaringan puting, kaji adanya kontrol dan kembali memfokuskan perhatian.
pembesaran dan / atau puting pecah – pecah 7. Pada 24 jam pasca partum, payudara harus lunak dan
8. Anjurkan menggunakan bra penyokong tidak perih, dan puting harus bebas dari pecah – pecah
9. Anjurkan klien memulai menyusui pada puting atau area kemerahan.
yang tidak nyeri tekan untuk beberapa kali 8. Mengangkat payudara ke dalam dan kedepan,
pemberian susu secara berurutan, bila hanya satui menyebabkan posisi lebih nyaman.
puting yang sakit atau luka 9. Respon mengisap awal kuat dan mungkin
10. Berikan kompres es pada derah aksilla bila klien menimbulkan nyeri dengan mulai memberi susu pada
tidak merencanakan menyusui payudara yang tidak sakit dan kemudian melanjutkan
11. Kaji klien terhadap kepenuhan kandung kemih, untuk menggunakan payudara yang mungkin kurang
implementasikan tindakan untuk memudahkan menimbulkan nyeri dan dapat meningkatkan
berkemih. penyembuhan
12. Berikan analgesik sesuai ketentuan 10.Kompres es menekan laktasi
11.Ovar distensi kandung kemih dapat menciptakan
perasaan dorongan dan ketidaknyamanan.
12.Menghilangkan nyeri.
Intervensi Rasional
1. Kaji kesiapan klien dan motivasi untuk belajar, 1. Kesiapan secara emosional dan secara fisik untuk
bantu klien / pasangan dalam mengidentifikasi belajar informasi baru sehingga memudahkan
kebutuhan – kebutuhan pelaksanaan peran barunya
2. Memberikan pengetahun kepada klien dan secar
2. Berikan informasi pada klien tentang perawatan umum meningkatkan perasaan sejahtera, membantu
diri, termasuk perawatan perineal dan higiene, mencegah infeksi, mempercepat pemulihan dan
perubahan fisiologis, termasuk kemajuan normal penyembuhan dan berperan pada adaptasi yang
dari rabas lokhia, kebutuhan tidur dan istirahat, positif dari perubahan fisik dan emosional.
perubahan peran dan perubahan emosional.
Biarkan klien mendemonstrasikan materi yang
dipelajari, bila diperlukan
4. Implementasi
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan dalam proses keperawatan dan
sangat menuntut kemampuan intelektual, ketrampilan dan tehnik keperawatan.
Pelaksanaan keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan yang didasari
kebutuhan klien untuk mengurangi atau mencegah masalah serta merupakan pengelolaan
atau perwujudan rencana keperawatan pada seorang klien. Ada 2 syarat hasil yang
diharapkan dalam pelaksanaan perawatan yaitu: adanya bukti bahwa klien dalam proses
menuju perawatan atau telah tercapai tujuan yang diinginkan dan adaya bukti bahwa
tindakan keperawatan dapat di terima klien.
Adapun prioritas keperawatan untuk klien setelah pascapartum adalah sebagai
berikut:
a. Meningkatkan kesatuan dan ikatan keluarga
b. Meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan umum
c. Mencegah/meminimalkan komplikasi pascaoperasi
d. Meningkatkan respons emosional positif pada pengalaman kelahiran dan peran orang
tua
e. Memberikan informasi mengenai kebutuhan pascapartum
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian keberhasilan rencana keperawatan dalam memenuhi
kebutuhan klien dan dapat dilihat 4 kemungkinan yang menentukan tindakan perawatan
selanjutnya antara lain :
a. Apakah pelayanan keperawatan sudah tercapai atau belum
b. Apakah masalah yang ada telah terpecahkan / teratasi atau belum
c. Apakah masalah sebagian terpecahkan / tidak dapat dipecahkan
d. Apakah tindakan dilanjutkan atau perlu pengkajian ulang
Komponen evaluasi adalah :
a. Menginformasikan kondisi klien dan tujuan yang telah dicapai
b. Menyediakan informasi untuk memastikan tindakan selanjutnya
c. Memungkinkan revisi rencana.
Pada klien setelah pascapartum yang ingin dicapai adalah :
a. Dimulainya ikatan keluarga
b. Berkurangnya nyeri/ketidaknyamanan
c. Terpenuhinya kebutuhan fisik/psikologis
d. Komplikasi tercegah/teratasi
e. Diekspresikannya kebanggan diri positif berkenaan dengan kelahiran dan peran
menjadi orang tua
f. Dipahaminya kebutuhan pascapartum (Doenges, 2001).