Oleh
Salpa siti patimah
102018039
c. Uterus
Setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan yang hampir
padat. Dinding belakang dan depan uterus yang tebal saling menutup,
yang menyebabkan rongga bagian tengah merata. Ukuran uterus akan
tetap sama selama 2 hari pertama setelah pelahiran, namun kemudian
secara cepat ukurannya berkurang oleh involusi. (Martin, Reeder, G.,
Koniak, 2014).
d. Uterus tempat plasenta
Pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan
menonjol ke dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan
cepat luka mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan
pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali.
Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah
besar yang tersumbat oleh thrombus. Luka bekas plasenta tidak
meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena diikuti pertumbuhan
endometrium baru di bawah permukaan luka. Regenerasi endometrium
terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6 minggu.
Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung di dalam decidua
basalis. Pertumbuhan kelenjar ini mengikis pembuluh darah yang
membeku pada tempat implantasi plasenta hingga terkelupas dan tak
dipakai lagi pada pembuangan lokia. (Martin, Reeder, G., Koniak, 2014).
e. Afterpains
Merupakan kontraksi uterus yang intermiten setelah melahirkan
dengan berbagai intensitas. Afterpains sering kali terjadi bersamaan
dengan menyusui, saat kelenjar hipofisis posterioir melepaskan oksitosin
yang disebabkan oleh isapan bayi. Oksitosin menyebabkan kontraksi
saluran lakteal pada payudara, yang mengeluarkan kolostrum atau air
susu, dan menyebabkan otot otot uterus berkontraksi. Sensasi afterpains
dapat terjadi selama kontraksi uterus aktif untuk mengeluarkan bekuan
bekuan darah dari rongga uterus. (Martin, Reeder, G., Koniak, 2014).
f. Vagina
Meskipun vagina tidak pernah kembali ke keadaan seperti seleum
kehamilan, jaringan suportif pada lantai pelvis berangsur angsur kembali
pada tonus semula.
2. Perubahan pada System Pernapasan
pada masa kehamilan, diafragma akan terdesak oleh pembesaran
uterus sehingga frekuensi pernafasan meningkat. Sedangkan pada masa
postpartum peningkatan respirasi mungkin terjadi sebagai respon klien
terhadap adanya nyeri.
Pernafasan, frekuensi pernafasan normal orang dewasa adalah 16-24
kali per menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau
normal. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat,
kemungkinan ada tanda-tanda syok (Rukiyah, 2010).
2. Fase Maternal
Tiga fase yang terjadi pada ibu postpartum yang disebut “Rubin Maternal
Phases” yaitu :
Menurut Reva Rubin (1997) dalam Ari Sulistyawati (2009) membagi
periode ini menjadi 3 bagian, antara lain:
1. Taking In (istirahat/penghargaan), sebagai suatu masa keter-gantungan
dengan ciri-ciri ibu membutuhkan tidur yang cukup, nafsu makan meningkat,
menceritakan pengalaman partusnya berulang-ulang dan bersikap sebagai
penerima, menunggu apa yang disarankan dan apa yang diberikan. Disebut
fase taking in, karena selama waktu ini, ibu yang baru melahirkan
memerlukan perlindungan dan perawatan, fokus perhatian ibu terutama pada
dirinya sendiri. Pada fase ini ibu lebih mudah tersinggung dan cenderung pasif
terhadap lingkungannya disebabkan kare-na faktor kelelahan. Oleh karena itu,
ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur. Di samping itu,
kondisi tersebut perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik.
2. Fase Taking On/Taking Hold (dibantu tetapi dilatih), terjadi hari ke 3 - 10
post partum. Terlihat sebagai suatu usaha ter-hadap pelepasan diri dengan ciri-
ciri bertindak sebagai pengatur penggerak untuk bekerja, kecemasan makin
menguat, perubah-an mood mulai terjadi dan sudah mengerjakan tugas
keibuan. Pada fase ini timbul kebutuhan ibu untuk mendapatkan perawatan
dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala
sesuatu secara mandiri. Ibu mulai terbuka untuk menerima pendidikan
kesehatan bagi dirinya dan juga bagi bayinya. Pada fase ini ibu berespon
dengan penuh semangat untuk memperoleh kesempatan belajar dan berlatih
tentang cara perawatan bayi dan ibu memi-liki keinginan untuk merawat bay-
inya secara langsung.
3. Fase Letting Go (berjalan sendiri dilingkungannya),
fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
berlangsung setelah 10 hari postpartum. Periode ini biasanya setelah pulang
kerumah dan sangat dipengaruhi oleh waktu dan perha-tian yang diberikan
oleh keluarga. Pada saat ini ibu mengambil tugas dan tanggung jawab
terhadap per-awatan bayi sehingga ia harus beradaptasi terhadap kebutuhan
bayi yang menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan
sosial.
E. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkandengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi
rahim,pengaruh tekanan pada sarafdan nutrisi (Hafifah, 2011).
1. Teori penurunan hormone
1.2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormon progesterone dan
estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot-otot polos rahim dan
akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila
progesterone turun.
2. Teori plasenta menjadi tua
Turunnya kadar hormon estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan
pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-
ototrahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4. Teori iritasi mekanik di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus
franterrhauss). Bilaganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala
janin akan timbulkontraksi uterus.
5. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalamkanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser,
amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin
menurut tetesan perinfus.
F. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia internal
maupun eksternal akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya
disebut “involusi”.Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting
lain yakni memokonsentrasian timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh hormon laktogen darikelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar
mamae.Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh
darah yangada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviksialah segera post
partum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk inidisebabkan
oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan
yangterdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan
nekrosisditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang
kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat
pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-
sisa sel desidua basalis yang memakaiwaktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-
ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yangmerenggang sewaktu kehamilan
dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsurkembali seperti sedia kala.
G. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis Menurut Masriroh (2013) manifestasi klinis masa post
partum adalah sebagai berikut:
1. Organ-organ reproduksi kembali normal pada posisi sebelum
kehamilan.
2. Perubahan-perubahan psikologis lain yang terjadi selama kehamilan
berbalik (kerumitan).
3. Masa menyusui anak dimulai.
4. Penyembuhan ibu dari stress kehamilan dan persalinan di asumsikan
sebagai tanggung jawab untuk menjaga dan mengasuh bayinya.
H. Pathway
I. Komplikasi post pasrtum
1. Laserasi yang sering terjadi adalah dinding samping vagina, seerviks,
segmen bawah uterus dan perineum.
2. Sisa plasenta merupakan penyebab perdarahan lanjut pada post partum.
3. Subinvolusi uteri yaitu terhambatnya proses involusi uterus yang
disebabkan oleh endomtitis sisa plasenta dan infeksi panggul.
4. Infeksi puerperalis yaitu infeksi saluran reproduksi dalam minggu I post
partum.
5. Tromboplebitis yaitu inflamasi dari sumbatan pada vena.
6. Mastitis yaitu infalamsi jaringan payudara.
J. Penatalaksana medis
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan).
2. 6-8 jam pasca persalinan istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan
kiri.
3. Hari ke 1-2 memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar
dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa
nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke-2 mulai latihan duduk.
5. Hari ke-3 diperkenalkan latihan berdiri dan berjalan.
Edukasi :
4. Berikan konseling
menyusui
5. Ajarkan 4 (empat)
posisi menyusui dan
perlekatan (latch
on) dengan benar
6. Ajarkan perawatan
payudara
postpartum (mis.
memerah ASI, pijat
payudara, pujat
oksitosin)
I.03130
Pendampingan proses
menyusui
Observasi :
1. Monitor
kemampuan ibu
untuk menyusui
Edukasi :
2. Dampingi ibu
memposisikan bayi
dengan benar untuk
menyusu pertama
kali
3. Berikan ibu pujian,
informasi dan saran
terhadap perilaku
positif dalam
menyusui
4. Diskusikan masalah
selama menyusui
(mis. nyeri, bengkak
pada payudara, lecet
pada putting dan
mencari solusinya)
Edukasi :
5. Ajarkan ibu
mengenali tanda-
tanda bayi siap
menyusu (mis. bayi
mencari putting,
keluar saliva,
memasukan jari ke
dalam mulutnya dan
bayi menangis)
6. Ajarkan ibu
mengeluarkan ASI
untuk dioles pada
putting sebelum dan
sesudah menyusui,
agar kelenturan
putting tetap terjaga
7. Ajarkan ibu
mengarahkan mulut
bayi dari arah
bawah kearah
putting ibu
8. Ajarkan posisi
menyusui (mis.
cross cradle, cradle,
foot ball, dan posisi
berbaring yang
diikuti dengan
perlekatan yang
benar)
9. Ajarkan perlekatan
yang benar: perut
ibu dan bayi
berhadapan, tangan-
kaki bayi satu garis
lurus, mulut bayi
terbuka lebar dan
dagu bayi
menempel pada
payudara ibu untuk
menghindari lecet
pada putting
payudara
10. Ajarkan memerah
ASI dengan posisi
jari jam 12-6 dab
jam 9-3
11. Informasikan ibu
untuk menyusui
pada satu payudara
sampai bayi
melepas sendiri
putting ibu
12. Informasikan ibu
untuk selalu
mengosongkan
payudara pada
payudara yang
belum disusui
dengan memerah
ASI
I. PENGKAJIAN A.
Pengumpulan Data
1. Identitas Klien 2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. F Nama : Tn. G
No. Medrec : Tidak Terkaji Umur : 27 Tahun
Umur : 27 Tahun Pendidikan : Sarjana
Pendidikan : Diploma Pekerjaan : Pegawai Swasta
Pekerjaan : Pegawai Swasta Alamat : Kota Bandung
Alamat : Kota Bandung Agama : Islam
Agama : Islam Suku Bangsa : Tidak Terkaji
Suku Bangsa : Tidak Terkaji Status Marital : Menikah
Status Marital : Menikah Golongan Darah : Tidak terkaji
Golongan Darah :A Hubungan dengan : Suami pasien
Klien
Tanggal Masuk RS : 16 November
2020 jam 10.00
WIB
Tanggal Pengkajian : 16 November
2020 Jam 10.00
WIB
Tanggal Dilakukan :-
Operasi
Diagnosa Medis : P1A0 postpartum
spontan 3 jam
3. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama :
Pada saat klien datang ke poned dengan keluhan mules dan keluar flek dari
jalan lahir, mules dirasakan 4 jam sebelum ke puskesmas. Pada saat dikaji
klien mengeluh nyeri dijalan lahir karena dijahit. Nyeri dirasakan terutama
jika bergerak dan terkena air, berkurang jika diitirahatkan, skala nyeri 3, nyeri
tidak mengalami penyebaran.
a) Riwayatat Obstetri
(1) Riwayat riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
tidak terkaji
Keterangan :
1. Masalah hamil : keluhan selama hamil mual dan muntah pada trisemester
I, nyeri punggung dan sering kram pada trisemester kedua dan ketiga.
2. Masalah lahir/persalinan : tidak ada masalah
3. Masalah nifas : hematokrit 33,6 %, anemia
4. Masalah bayi : tidak terkaji
5. Keadaan anak : sehat, melahirkan bayi perempuan secara spontan BBL
2780 gram, PBL 49 cm, Apgar score 5 menit pertama 8, lima menit ke dua
9.
(7) Riwayat kehamilan sekarang
Pasien tahu hamil pada saat usia kehamilan 4 minggu, rutin melakukan ANC
ked r Obgin, imunisasi TT sebelum menikah dan usia kehamilan 8 minggu,,
USG dilakukan setiap kontrol ke dokter. Pasien datang ke poned dengan
keluhan mules dan keluar flek dari jalan lahir. Mules dirasakan 4 jam sebelum
ke puskesmas. Pasien diantar ke puskesmas oleh suami.
(8) Riwayat persalinan sekarang
Hasil pemeriksaan saat di poned presentasi kepala, sudah masuk PAP,
punggung kiri, DJJ 147x/ menit, kontraksi ueterus 4x10 menit durasi 40 detik,
hasil pemeriksaan dalam, pembukaan 10, sutura terpisah, selaput ketuban
utuh, kepala terlihat di introitus vagina, portio tidak teraba.
(9) Riwayat Gynekologi
a. Riwayat Menstruasi
Menarche usia 13 tahun, siklus 28 hari, tidak ada keluhan saat
menstruasi, lama mestruasi 6-7 hari.
b. Riwayat Perkawinan
Usia menikah 26 tahun, usia suami menikah 26 tahun dan merupakan
pernikahan pertama bagi keduanya.
c. Riwayat Keluarga berencana
Tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi, hanya mengetahui satu
jenis alat kontrasepsi yaitu UID karena pernah dijelaskan oleh bidan.
4. Pemeriksaan Fisik
2) Sistem Pernafasan
3) Sistem Kardiovaskular
Nadi 95x/menit , TD 120/80 mmHg, suhu 37,1C, konjungtiva
anemis, tidak ada peningkatan JVP, homan’s sign (-), CRT < 3
detik, Perineum sedikit edema. Tidak terdapat varises.
4) Sistem Pencernaan
Bibir kering, bising usus 9x/menit,
5) Sistem Persyarafan
Composmenits, reffleks patella (+), sklera anikterik.
6) Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening dan thyroid.
7) Sistem Perkemihan
Kandung kemih kosong
8) Sistem Reproduksi
a) Mammae
Payudara kiri dan kanan simetris, putting menonjol, areola
mengalami hiperpigmentasi, putting kotor, payudara teraba
lembek, colostrum sudah keluar.
b) Fundus Uteri
Tinggi fundus uteri 1 jari dibawah pusat, teraba keras.
c) Vulva/vagina
Vulva terdapat darah berwarna merah, bau amis, darah sekitar
25 cc, baru digantu satu jam yang lalu, perineum terdapat luka
jahitan, perineum sedikit edema, luka jahitan bagus, tidak
terdapat varises.
9) Sistem Muskuloskeletal
Kekuatan otot 5, tidak terdapat edema pada ekstremitas bawah.
5. Pola Aktivitas Sehari-hari (Aktivitas yang perlu dikaji adalah saat sebelum
hamil, saat hamil dan post partum)
No Aktivitas Sebelum hamil Saat Hamil
1 Nutrisi Tidak Terkaji Tidak Terkaji
Makan
-Frekuensi
-Jenis
-Makanan yang
disukai
-Makanan yang
tidak
disukai
-Makanan
pantangan/
alergi
-Nafsu makan
-Porsi makan
Minum
-Jumlah
-Jenis
2 Eliminasi Tidak Terkaji Tidak Terkaji
BAB
-Frekuensi
-Warna
-Bau
-Konsistensi
-Keluhan
BAK
-Frekuensi
-Warna
-Bau
-Konsistensi
-Keluhan
3 Personal hygiene Tidak Terkaji Kebersihan mulut
a. Mandi kurang terjaga,
b. Gosok bau mulut, gigi
Gigi tidak ada caries
c. Keramas dan tidak bolong
d. Pakaian
Tercium bau
e. Kuku
badan, kulit
f. Vulva
lengket,
hygiene
berkeringat
Rambut lengket
4 Istirahat Tidur Tidak Terkaji Tidak Terkaji
a. Waktu
tidur
b. Lama
tidur/hari
c. Kebiasaan
pengantar
tidur
d. Kebiasaan
saat tidur
e. Kesulitan
dalam hal
Tidur
5 Gaya hidup Tidak Terkaji Tidak Terkaji
a. Kegiatan
dalam
pekerjaan
b. Olahraga
c. Kegiatan
diwaktu
Luang
6 Ketergantungan Fisik Tidak terkaji Tidak Terkaji
a. Merokok
b. Minuman keras
c. Obat-obatan
d. Lain-lain
6. Aspek Psikososial
a) Pola Pikir dan Persepsi
Pasien senag dengan kelahiran bayinya, pasien dan suami tidak
mempersalahkan jenis kelamin yang penting bayinya sehat, pasien
terlihat menyusui bayinya, posisi menyusui masih salah, pelekatan saat
menyususi salah, bayi terlihat tidak nyaman saat digendong ibu dan
sering menangis saat sedang menyusui, bayi tampak masih lapar saat
selesai menyusui, ibu mengatakan akan menyusui sampai 2 tahun, sudah
mengetahui tentang ASI ekslusif, pasien bertanya 2 tentang kondisi
putingnya yang datar, ibu mengatakan belum mengetahui cara
memandikan, dan merawat tali pusat.
b) Persepsi Diri
Ibu bingung jika sudah masuk kerja bagaimana cara memerah ASI,
menyimpan ASI dan menggunakan ASI yang sudah beku dari kulkas.
c) Gaya komunikasi
Tidak terkaji
d) Konsep diri
e) Pengetahuan
Hanya mengetahui satu jenis alat kontrasepsi yaitu IUD karena perna
dijelaskan oleh bidan. Ibu mengatakan akan menyusui sampai 2 tahun,
sudah mengetahui tentang tentang ASI ekslusif.
f) Kebiasaan Seksual
Tidak terkaji
7. Data Spiritual
Tidak terkaji
8. Data Penunjang
No Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
9. Therapi
Nama Obat Dosis Rute Waktu Indikasi
Asam 3x1 Untuk
mafenamat mengatasi
nyeri ringan
Amoxcillin 3x1 Untuk
pencegahan
infeksi
bakteri
Hemobion 1x1 Untuk
mengatasi
anemia
setelah
melahirkan
& menyusui
A. ANALISA DATA
Data Subjektif Etiologi Masalah
DS: - klien mengeluh nyeri di Proses persalinan Ketidaknyamanan pasca
jalan lahir partum
- Nyeri dirasakan terutama Aspek fisiologis
jika bergerak dan terkenan air
Organ reproduksi bagian
DO : - TD : 120/80 mmHg perineum
- N : 95x/ menit
- R 22 x/menit terdapat luka pada perineum
- S 37,1ºC
- Perineum terdapat luka terputusnya inkontunyuitas
jahitan jaringan
- Skala nyeri 3
luka jahitan perineum
Respon inflamasi
dihantarkan oleh
hipotalamus
Mobilitas menurun
Ketidakmampuan
melakukan aktivitas
Peningkatan paparan
organisme patogen
lingkungan
Resiko infeksi
Pendampingan Proses
Menyusui
Observasi
1. monitor kemampuan
ibu untuk menyusui
1. Untuk mengajarkan ibu dalam
memerah asi dengan tekan jari-jari
kea arah dada, kemudian pencet
dan tekan payudara diantara jari-
jari, lalu lepaskan, dorong kea rah
putting seperti mengikuti gerakan
No Tgl& Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
. Jam Keperawatan
mengisap bayi, ulangi hal ini
2. damping ibu untuk berulang-ulang.
menyusui dengan benar 2. Ajarkan keluarga dalam melakukan
pemijatan oksitosin dengan
meletakan kedua ibu jari sisi kanan
dan kiri dengan jarak satu jari
tulang belakang, gerakan tersebut
dapat merangsang keluarnya
Edukasi oksitosin.
3. Ajarkan ibu mengenai
tanda- tanda bayi siap 3. Untuk mengetahui kemampuan ibu
menyusu, seperti bayi dalam menyusui
mencari puting, keluar
air liur, memasukan jari
kedalam mulutnya dan
bayi menangis
4. Ajarkan ibu
mengeluarkan ASI
No Tgl& Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
. Jam Keperawatan
untuk dioles terlebih 4. untuk mendampingi ibu dalam
dahulu pada putting menyusui yang benar
sebelum dan sesudah
menyusui
5. Ajarkan ibu
mengarahkan mulut
bayi dari arah baawah 5. untuk mengajarakan ibu tanda-
kearah puting ibu tanda bayi siap menyususi seperti
bayai menangis, dan keluar air liur
untuk mengajarkan ibu dalam
mengeluarkan sedikit ASI dan
mengoleskan pada putting susu dan
areola sekitarnya terlebih dahulu
6. Ajarkan posisi
menyususi seperti, 6. untuk mengajarkan mengarahkan
croos cradle, foot ball, mulut bayi dari arah baawah kearah
dan posisi berbaring puting ibu untuk mengetahui posisi
No Tgl& Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
. Jam Keperawatan
yang diikuti dengan menyusui berbaring
perlekatan yang benar
7. Ajarkan perlekatan
yang benar seperti, 7. untuk mengajarkan perlekatan pada
perut bayi berhadapan, ibu dengan benar seperti, perut bayi
tangan kaki bayi satu berhadapan, tangan kaki bayi satu
garis lurus, mulut bayi garis lurus, mulut bayi terbuka
terbuka lebar dan dagu lebar dan dagu bayi menempel pada
bayi menempel pada payudara ibu untuk menghindarai
payudara ibu untuk lecet pada putting payudara
menghindarai lecet
pada puting payudara
8. Ajarkan memerah ASI
dengan posisi jari jam
12-6 dan jam 9-3 8. untuk mengajarkan memerah ASI
9. Informasikan ibu untuk dengan posisi jari jam 12-6 dan jam
menyusui pada satu 9-3
payudara sampai bayi 9. untuk mengajarkan ibu untuk
No Tgl& Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
. Jam Keperawatan
melepas sendiri putting menyusui pada satu payudara
ibu sampai bayi melepas sendiri putting
ibu
10. Informasikan ibu untuk
selalu mengosongkan
payudara pada 10. untuk memberitahuakan ibu selalu
payudara yang belum mengosongkan payudara pada
disusui dengan payudara yang belum disusui
memerah ASI dengan memerah ASI
Daftar Pustaka :
Monika. 2014. Buku Pintar ASI dan Menyusui. Diterbitkan oleh Noura books ( PT.
Mizan Publika) Jln.Jagakarsa Raya No.40 RT 007/04, Jagakarya. Jakarta selatan
12620
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PIJAT OKSITOSIN
No Prosedur Tetap
.
1. Tindakan Pijat Oksitosin
2. Tujuan 1. Menjaga atau
memperlancar ASI
2. Mencegah
terjadinya infeksi
3. Memberikan
rasa nyaman
3, Persiapan alat 1. Kursi
2. Meja
3. Minyak kelapa atau baby oil
4. Handuk
5. Air hangat
4. Prosedur kerja a. Tahap Pra Interaksi
1. Siapkan alat dan dekatkan ke klien
2. Cek status klien
b. Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan
lamanya tindakan pada klien
3. Berikan kesempatan klien untuk
bertanya sebelum tindakan
dilakukan
4. Jaga privasi klien
c. Tahap Kerja
1. Cuci tangan
2. Membantu melepaskan pakian
bagian atas dan BH klien
3. Memasang handuk
4. Ibu duduk, bersandar kedepan,
melipat lengan diatas meja
didepannya, kemudian meletakan
kepala diatas lengannya Payudara
tergantung lepas tanpa baju
5. Lumuri kedua telapak tangan
dengan minyak atau baby oil
6. Pijat sepanjang kedua sisi tulang
belakang dengan menggunakan
kepalan tinju kedua tangan dan ibu
jari menghadap kearah atas atau
depan
7. Tekan dengan kuat membentuk
gerakan lingkaran kecil, dengan
kedua ibu jari menggosok kearah
bawah dikedua sisi tulang belakang
pada saat yang sama dari leher
kerah tulang belikat. Dilakukan
selama 15-20 menit. Lakukan
pemijatan selama dua kali sehari
8. Bersihkan punggung dengan air
hangat dan dingin secara bergantian
9. Bantu klien memakai BH dan
pakaikan kembali
10. Bereskan alat
11. Cuci tangan
Tahap Terminasi 1. Evaluasi perasaan klien
2. Lakukan kontrak kegiatan
selanjutnya
3. Sampaikan salam
4. Dokumentasikan
Sumber : Depkes RI (2007) dalam Trijayanti (2017).
Memerah dan Menyimpan Air Susu Ibu (ASI)
IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
REKOMENDASI
NO. : 006/Rek/PP IDAI/V/2014
Tentang
Memerah dan Menyimpan Asi Susu Ibu (ASI)
C. Menyimpan ASI
1. ASI perah disimpan dalam lemari pendingin atau menggunakan portable
cooler bag.
2. Untuk tempat penyimpan ASI, berikan sedikit ruangan pada bagian atas
wadah penyimpanan karena seperti kebanyakan cairan lain, ASI akan
mengembang bila dibekukan.
3. ASI perah segar dapat disimpan dalam tempat/wadah tertutup selama 6-8
jam pada suhu ruangan (26C atau kurang). Jika lemari pendingin (4C
atau kurang) tersedia, ASI dapat disimpan di bagian yang paling dingin
selama 3-5 hari, di freezer (-18C atau kurang) selama 6 sampai 12 bulan.
4. Bila ASI perah tidak akan diberikan dalam waktu 72 jam, maka ASI harus
diberikan.
5. ASI beku dapat dicairkan dilemari pendingin, dapat bertahan 4 jam atau
kurang untuk minum berikutnya, selanjutnya ASI dapat disimpan di
lemari pendingin selama 24 jam tetapi tidak dapat dibekukan lagi.
6. ASI beku dapat dicairkan di luar lemari pendingin pada udara terbuka
yang cukup hangat atau dalam waktu berisi air hangat, selanjutnya ASI
dapat bertahan 4 jam atau sampai waktu minum berikutnya tetapi tidak
dapat dibekukan lagi.
7. Jangan menggunakan microwave dan memasak ASI untuk mencairkan
atau menghangatkan ASI.
8. Sebelum ASI diberikan kepada bayi, kocoklah ASI dengan perlahan untuk
mencampur lemak yang telah mengapung.
9. ASI perah yang sudah diminum bayi sebaiknya diminum sampai selelsai,
kemudian sisanya dibuang.
Referensi:
World Health Organization, UNICEF. Breastfeeding counselling. A training course.
Geneva: WHO. 2009.
Suradi R, Hegar B, Partiwi IGAN dkk. Indonesia Menyusui. Jakarta: Balai Penerbit
IDA. 2010.
Hal ini juga sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Johson (2005) bahwa
Perilaku Personal hygiene (kebersihan diri) dapat memperlambat penyembuhan hal
ini dapat menyebabkan adanya benda asing seperti debu dan kuman. Adanya benda
asing, pengelupasan jaringan yang luas akanmemperlambat penyembuhan luka dan
kekuatan regangan luka menjadi tetap rendahPenelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian oleh Mukarramah (2013) dengan judul Hubungan Pemenuhan Nutrisi dan
Personal hygiene dalam Masa Nifas dengan Penyembuhan Luka Perineum di Klinik
Sehat Harapan Ibu Kecamatan Glumpang Baro hubungan personal hygiene masa
nifas dengan penyembuhan luka perineum di klinik sehat harapan bahwa ada
hubungan antara nutrisi dengan penyembuhan luka perineum.
Menurut Boyle (2009) penyembuhan luka adalah proses pergantian dan
perbaikan fungsi jaringan yang rusak. Hal ini sesuai dengan tujuan akhir yaitu bahwa
saat ibu mengalami penyembuhan luka perineum ada faktor umur, pendidikan,
pekerjaan, paritas, karena bertambahnya informasi yang diperoleh dapat
mempengaruhi perawatan luka perineum serta perilaku personal hygiene pada luka
perineum sehingga akan mempengaruhi penyembuhan luka perineum.
Jurnal terkait : Divini Tulas,f .Kundre,R. Bataha,y.Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manadoe-Journal Keperawatan (e-
Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017HUBUNGAN PERAWATAN LUKA
PERINEUM DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE IBU POST PARTUM
DI RUMAH SAKIT PANCARAN KASIH GMIM MANADO.diakses pada tanggal
21 desember 2020 jam 19.00 wib)
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jogjakarta : Pustaka Rihana
Ary Sulistyawati, 2009 Tim Poltekkes Depkes Jakarta III. 2009. Panduan Praktek
KDM. Jakarta: Salemba Medika.
Budiono, dkk. (2015) Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta. Bumi Medika.
Buku ajar asuhan kebidanan pada ibu nifas. Yogyakarta: ANDITanto, Chris. 2014.
Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Debora, O. (2012). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta:Salemba
Depkes RI (2007) dalam Trijayanti (2017).
Dessy, T., dkk. (2012) Perubahan Fisiologis Masa Nifas. Akademia Kebidanan
Mamba’ul ‘Ulum Surakarta
Divini Tulas,f .Kundre,R. Bataha,y.Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manadoe-Journal Keperawatan (e-Kp)
Volume 5 Nomor 1, Februari 2017HUBUNGAN PERAWATAN LUKA
PERINEUM DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE IBU POST
PARTUM DI RUMAH SAKIT PANCARAN KASIH GMIM
MANADO.diakses pada tanggal 21 desember 2020 jam 19.00 wib)
Fatmawati Ariani, S 2017. Modul Keperawatan Maternitas.Bansung: STIKES
‘Aisyiyah Bandung .
Hafifah, 2009. Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal.
Diakses 17 juli 2017
Handayani, E. & Kiswoyo, P. G. 2012.Pengaruh masase punggung terhadap
pengurangan nyeri persalinan kala I fase aktif pada ibu bersalin normal di
BPM Wilayah Kerja Puskesmas Tegalrejo Kabupaten Magelang.Jurnal
kebidanan, Vol. IV, No. 02, Desember 2013. Retrieved Juni 17, 2014, from
http://www.google.co.id/Fjournal.akbideub.ac.id (dalam jurnal Parulian,t.
Sitompul,2016.PENGARUH TEKNIK EFFLEURAGE MASSAGE
TERHADAP PERUBAHAN NYERi PADA IBU POST PARTUM DI
RUMAH SAKIT SARININGSIH BANDUNG)
Hartono, Andry. 2014. Instant Access Ilmu Kebidanan. Tangerang Selatan:Binarupa
Aksara Publisher.
Hutaen, S. (2010). Konsep dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta:Trans Info.
Lowdermik. (2013). Keperawatan Maternitas Edisi 8. Singapore: Elsevier Morby.
Maritalia D, (2012). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: 55167
Martin, Reeder, G., Koniak. (2014). Keperawatan Maternitas, Volume 2.
Jakarta:EGC
Monika. 2014. Buku Pintar ASI dan Menyusui. Diterbitkan oleh Noura books ( PT.
Mizan Publika) Jln.Jagakarsa Raya No.40 RT 007/04, Jagakarya. Jakarta
selatan 12620
Nurarif, H. A. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis&
Nanda. Jogjakarta: Penerbit Mediaction.
Perry Shannon E,. (2010). Buku Keperawatan Maternitas Edisi 8-Buku 2,
Penerjemah: dr. Felicia Sidharta & dr. Anesia Tania. Elseiver (singapura) Pte
Ltd. Salemba Medika.
Rukiyah, Aiyeyeh., & Lia Yulianti. (2010). Asuhan Kebidanan Patologi.
Jakarta:Trans Info Media
Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta:Salemba
MedikaSulistyawati, A. (2009).
Sastrawinata, Sulaiman. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Suradi R, Hegar B, Partiwi IGAN dkk. Indonesia Menyusui. Jakarta: Balai Penerbit
IDA. 2010.
Tim Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang. 2012. Modul Pembelajaran KDM.
Malang.
Wahid, IM dan Nuruk, C. 2008. Kebutuhan Dasar Manusia, Teori dan Aplikasi dalam
Praktek.Jakarta: Salemba Medika
World Health Organization, UNICEF. Breastfeeding counselling. A training course.
Geneva: WHO. 2009.