Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN TERMINAL MUSLIM KONSEP

PALIATIF PENANGANAN SESAK PADA PASIEN LIPOMA

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Keperawatan
Terminal Muslim

disusun oleh:
Erika Ramadhani Putri 102018029
Regi Oktaviani Putri 102018026
Livia Meylida Siti Rodiah 102018038
Salpa Siti Patimah 102018039

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Konsep
Penanganan Sesak Pada Pasien dengan Diagnosa Limfoma.
Adapun makalah Konsep Konsep Penanganan Sesak Pada Pasien dengan
Diagnosa Limfoma. ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan
makalah ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan
makalah Konsep Konsep Penanganan Sesak Pada Pasien dengan Diagnosa Limfoma.
Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu
tugas kelompok mata kuliah Asuhan Keperawatan Terminal Muslim yang dibimbing
oleh Ibu Poppy Siti Aisyah, S.Kep., Ners., M.Kep
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari Konsep Konsep Penanganan
Sesak Pada Pasien dengan Diagnosa Limfoma. ini dapat diambil manfaatnya
sehingga dapat memberikan pengetahuan pada pembaca. Selain itu, kritik dan saran
dari Anda kami tunggu untuk perbaikan makalah ini nantinya.

Bandung, Juni 2020

Penyusu

i
Kasus 6
Pasien laki-laki, 34 tahun, terdiagnosa limpoma stadium 4, pasien tidak menjalani
kemoterapi karena takut, pasien datang ke rumah sakit karena mengeluh sesak, pasien
mengatakan terbiasa menggunakan oksigen 3 lt/menit bila sesak. hasil pemeriksaan
fisik RR 22 X/menit, tampak penggunaan otot pernapasan tambahan, PCH (+),
tampak ada perbesaran kelenjar di leher sampai ke ketiak sebesar bola tenis.
Kajian :
1. Jelaskan penanganan sesak yang tepat pada pasien paliatif

1. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Ds : Faktor keturunan, kelainan, Pola nafas tidak
- Klien mengatakan sesak sistem kekebalan menurun, efektif

- Klien mengatakan usia, pekerjaan, pola makan


terbiasa menggunakan ↓
oksigen 3 liter Implasi sel tumor dalam
kelenjar getah bening
Do :

- Klien terlihat sesak Poliferasi abnormal tumor
- RR 22x/menit mengenai modus limfe
- Pasien menggunakan ↓
otot pernapasan Limfoma maligna
tambahan ↓
- PCH (+) Obstruksi jalan nafas
- Terdapat pembesaran ↓
kelenjar di leher sampai Suplai oksigen ke alfeoli
ke ketiak (sebesar bola berkurang
tenis) ↓
Sesak nafas

Pola nafas tidak efektif


1. Diagnosa Keperawatan
Pola napas tidak efektif dengan obstruksi jalan napas
2. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawat
an

3
Status pernafasan : Manejemen Jalan
Pola kepatenan jalan nafas Nafas
napas 1. Agar
Setelah dilakukan tindakan
1. Monitor mengeta
tidak keperawatan selama 3x24
pola nafas hui ada
efektif jam pasien memiliki
(frekuensi, tidaknya
kemampuan untuk mampu
kedalaman, suara
melancarkan kembali
usaha nafas
pertukaran udara dijalan
napas) tambaha
nafas dengan kriteria hasil :
2. Posisikan n.
1. Tidak ada Suara nafas semi-fowler 2. Memposi
tambahan atau fowler. sikan
3. Berikan air pasien
2. Tidak ada Akumulasi minum semi
Sputum hangat. fowler
4. Kolaborasi untuk
pemberian mengura
bronkodilat ngi sesak
or, 3. Memberi
ekspektoran kan air
, mukolitik, hangar
jika perlu. pada
pasien
agar
rileks.
4. Memberi
kan
bronkodi
lator.
Ekspekto
Pola Napas: Pemberian Obat ra.mukol
Setelah dilakukan tindakan Inhalasi itik pada
keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi pasien.
jam pasien memiliki kemungkina
kemampuan untuk inspirasi n alergi,
atau ekspirasi yang interaksi,
memberikanventilasi dan 1. Agar
adekuat dengan kriteria kontraindik dapat
hasil : asi obat. mengeta
1. Tidak ada 2. Kocok hui

4
Penggunaan otot inhaler apakah
bantu napas selama 2-3 terjadi
2. Tidak ada detik alergi
Pernapasan cuping sebelum dan
hidung digunakan kontra
3. Posisikan indikasi
inhaler obat
didalam pada
mulut pasien.
mengarah 2. Sebelum
ke inhaler
tenggoroka digunaka
n dengan n kocok
bibir terlebih
ditutup dahulu
rapat. selama
4. Anjurkan 2-3
bernapas detik.
lambat dan 3. Memposi
dalam sikan
selama inhaler
penggunaan berada
nebulizer. didalam
mulut
pasien
mengara
h ke
tenggoro
kan
dengan
bibir
ditutup.
4. Agar
Pemantauan pasien
Respirasi bernapas
1. Monitor lambat
frekuensi, selama
irama, menggun
kedalam akan
dan upaya nebulizer

5
napas. .
2. Monitor
pola napas
(seperti
bradipnea, 1. Agar
takipnea, dapat
hiperventila mengeta
si, hui
kussmaul, frekuensi
cheyne- nafas,
stockes, dan
biot, kedalam
ataksik). an napas
3. Monitor pasien.
adanya 2. Agar
sumbatan mengeta
jalan napas. hui ada
4. Auskultrasi tidaknya
bunyi suara
napas. napas
tambaha
n.
3. Untuk
mengeta
hui ada
tidaknya
sumbata
n jalan
napas
pasien.
4. Untuk
mendeng
arkan
bunyi
napas
pasien.

6
Pertanyaan :
Jelaskan penanganan sesak pada pasien paliatif dengan diagnosa
limfoma?
Jawab :
A. Terapi
Pilihan terapi bergantung pada beberapa hal, antara lain: tipe
limfoma (jenis histologi), stadium, sifat tumor (indolen/agresif), usia,
dan keadaan umum pasien. Antara lain:
1. LNH INDOLEN / Low grade: (Ki-67 < 30%) Yang termasuk dalam
kelompok ini adalah :
a. SLL/small lymphocytic lymphoma/CLL =chronic lymphocytic
lymphoma.
b. MZL (marginal zone lymphoma), nodal, ekstranodal dan
splenic)
c. Lymphoplasmacytic lymphoma
d. Follicular lymphoma gr 1-2
e. Mycosis Fungoides
f. Primary cutaneous anaplastic large cell lymphoma )

2. LNH INDOLEN STADIUM I DAN II


Radioterapi memperpanjang disease free survival pada beberapa
pasien. Standar pilihan terapi :
a. Iradiasi
b. Kemoterapi dilanjutkan dengan radiasi
c. Kemoterapi (terutama pada stadium ≥2 menurut kriteria
GELF)
d. Kombinasi kemoterapi dan imunoterapi
e. Observas

7
3. LNH INDOLEN / low grade STADIUM II bulky, III, IV Standar
pilihan terapi :
a. Observasi (kategori 1) bila tidak terdapat indikasi untuk terapi.
Termasuk dalam indikasi untuk terapi:
1) Terdapat gejala
2) Mengancam fungsi organ
3) Sitopenia sekunder terhadap limfoma
4) Bulky
5) Progresif
6) Uji Klinik
b. Terapi yang dapat diberikan:
1) Rituximab dapat diberikan sebagai kombinasi terapi lini
pertama yaitu R-CVP. Pada kondisi dimana Rituximab
tidak dapat diberikan maka kemoterapi kombinasi
merupakan pilihan pertama misalnya: COPP, CHOP dan
FND.
2) Purine nucleoside analogs (Fludarabin) pada LNH primer
3) Alkylating agent oral (dengan/tanpa steroid), bila
kemoterapi kombinasi tidak dapat diberikan/ditoleransi
(cyclofosfamid, chlorambucil)
4) Rituximab maintenance dapat dipertimbangkan
5) Kemoterapi intensif ± Total Body irradiation (TBI) diikuti
dengan stem cell resque dapat dipertimbangkan pada kasus
tertentu
6) Raditerapi paliatif, diberikan pada tumor yang besar
(bulky) untuk mengurangi nyeri/obstruksi

4. LNH INDOLEN/ low grade RELAPS


Standar pilihan terapi:

8
a. Radiasi paliatif
b. Kemoterapi
c. Transplantasi sumsum tulang

5. LNH AGRESIF / High grade: (Ki-67 > 30%)


Yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
a. MCL (Mantle cell lymphoma, pleomorphic variant)
b. Diffuse large B cell lymphoma, Follicular lymphoma gr III, B
cell lymphoma unclassifiable with features between diffuse
large B cell and Burkitt
c. T cell lymphoma
1) LNH STADIUM I DAN II
Pada kondisi tumor non bulky (diameter tumor <7.5cm) dengan
kriteria: pasien muda risiko rendah atau rendah-menengah (aaIPI
score ≤1) dan risiko tinggi atau menengah-tinggi (aaIPI ≥2), bila
fasilitas memungkinkan, kemoterapi kombinasi R-CHOP 6 siklus
merupakan protokol standar saat ini serta dapat dipertimbangkan
pemberian radioterapi (untuk konsolidasi), atau kemoterapi 3 siklus
dilanjutkan dengan radioterapi.
2) LNH STADIUM I-II (BULKY), III DAN I
a. Bila memungkinkan, pemberian kemoterpi RCHOP 6siklus ±
radioterapi konsolidasi, dipertimbangkan pada stadium I dan II
b. Uji klinik pada stadium III dan IV
3) LNH REFRAKTER/RELAPS
a. Pasien LNH refrakter yang gagal mencapai remisi, dapat
diberikan terapi salvage dengan radioterapi jika area yang
terkena tidak ekstensif. Terapi pilihan bila memungkinakan
adalah kemoterapi salvage diikuti dengan transplantasi
sumsum tulang

9
b. Kemoterapi salvage seperti R-DHAP maupun R-ICE
6. LNH “LEUKEMIA-LIKE”: Lymphoblastic, Burkitt, “double hit”
lymphoma.
a. High dose chemotherapy plus radioterapi diikuti dengan
transplantasi sumsum tulang

B. DUKUNGAN NUTRISI
Status gizi merupakan salah satu faktor yang berperan penting pada
kualitas hidup pasien kanker.

C. REHABILITASI MEDIK PADA PASIEN KANKER LIMFOMA


NON- HOGDKIN ‘

Rehabilitasi medik bertujuan untuk mengoptimalkan pengembalian


gangguan kemampuan fungsi dan aktivitas kehidupan sehari-hari serta
meningkatkan kualitas hidup pasien dengan cara aman & efektif,
sesuai kemampuan fungsi yang ada.

Pendekatan rehabilitasi medik dapat diberikan sedini mungkin sejak


sebelum pengobatan definitif diberikan dan dapat dilakukan pada
berbagai tahapan & pengobatan penyakit yang disesuaikan dengan
tujuan penanganan rehabilitasi kanker: preventif, restorasi, suportif
atau paliatif.

D. EDUKASI
Kondisi Informasi dan anjuran saat edukasi
Kemoterapi 1. Efek samping kemoterapu yang uncul
( CPIN<dsb)
2. Latihan yang perlu dilakukan untuk

10
menghindari gangguan kekuatan otot
Nutrisi 1. Eduksi jumlah nutrisi, jenis dan cara
pemberian nutrisi anjsesuai dengan
kebutuhan
Lainnya Anjurkan untuk kontrol nutrisi pasca
pengobatan

BAB VI
KESIMPULAN

Asuhan keperawatan merupakan suatu upaya yang diberikan untuk memenuhi


kebutuhan klien,terutama pada kasus ini yaitu asma bronkial tentunya asuhan
keperawatan yang diberikan secara kompherenshif atau menyeluruh melalui aspek
bio-psiko-sosial-spiritual dan kultural.Tidak lupa dalam kebutuhan fisiologisnya
seperti oksigen,cairan,nutrisi,istirahat dan tidur serta eliminasi namun begitu tidak
melupakan semua kebutuhan yang tercantum dalam hierarki maslow.
Asuhan keperawatan ini merupakan serangkaian proses keperawatan yang
diberikan kepada pasien berkesinambungan dengan kiat-kiat keperawatan mulai dari
pengkajian-evaluasi dalam usaha memperbaiki,mengajarkan kemandirian
,memberikan pendidikan kesehatan untuk memelihara derajat kesehatan secara
optimal sesuai kebutuhan nya dalam kemandirian pengendalian penyakit nya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP, PPNI (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia:
Definisi dan indikator Diagnostik, Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP, PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP, PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI.

12

Anda mungkin juga menyukai