Oleh:
SHANTI DEWI SUSANTI
JNR0200073
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
“Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Tn.D dengan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi”.
Terselesaikannya tugas ini tidak terlepas dari peranan pihak-pihak yang
membantu dalam proses bimbingan. Untuk itu kami ingin mengucapkan terima
kasih kepada Pembimbing Panti Gramesia, Ibu Dwi, M.Kep, Sp.KJ, Bapak Lalu
Wandra, S.Kep.,Ners, Bapak Habib Nurdani, Amd.Kep, dan Ibu Indri Wahyuni,
S.Kep. Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada pembimbing akademik Bapak
H.Abdal Rohim, S.Kp., MH, Ibu Ns. Nur Wulan,S.Kep dan Ibu Ns. Anggi Ulfah
Mawwaddah, S.Kep, dan juga untuk teman-teman dan orang tua yang selalu
memberikan dukungan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih sangat sederhana dan masih
mempunyai banyak kekurangan. Maka dari itu, besar harapan kami agar tulisan
ini dapat diterima dan nantinya dapat berguna bagi semua pihak. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat positif membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Masalah Utama
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
(Non Psikotik)
Fase II: Pengalaman sensori bersifat Peningkatan sistem
Condemning- menjijikkan dan menakutkan, syaraf otonom yang
ansietas tingkat klien mulai lepas kendali dan menunjukkan ansietas,
berat, secara umum, mungkin mencoba untuk seperti peningkatan
halusinasi menjadi menjauhkan dirinya dengan nadi, pernafasan, dan
menjijikkan sumber yang dipersepsikan. tekanan darah;
Klien mungkin merasa malu penyempitan
karena pengalaman kemampuan
sensorinya dan menarik diri konsentrasi, dipenuhi
dari orang lain. dengan pengalaman
sensori dan kehilangan
kemampuan
membedakan antara
halusinasi dengan
(Psikotik ringan) realita.
Fase III: Klien berhenti menghentikan Cenderung mengikuti
Controlling-ansietas perlawanan terhadap petunjuk yang diberikan
tingkat berat, halusinasi dan menyerah pada halusinasinya daripada
pengalaman sensori halusinasi tersebut. Isi menolaknya, kesukaran
menjadi berkuasa halusinasi menjadi menarik, berhubungan dengan
dapat berupa permohonan. orang lain, rentang
Klien mungkin mengalarni perhatian hanya
kesepian jika pengalaman beberapa detik atau
sensori tersebut berakhir. menit, adanya tanda-
tanda fisik ansietas
berat : berkeringat,
tremor, tidak mampu
(Psikotik) mengikuti petunjuk.
Fase IV: Conquering Pengalaman sensori menjadi Perilaku menyerang-
Panik, umumnya mengancam dan menakutkan teror seperti panik,
halusinasi menjadi jika klien tidak mengikuti berpotensi kuat
lebih rumit, melebur perintah. Halusinasi bisa melakukan bunuh diri
dalam halusinasinya berlangsung dalam beberapa atau membunuh orang
jam atau hari jika tidak ada lain, Aktivitas fisik
intervensi terapeutik. yang merefleksikan isi
halusinasi seperti amuk,
agitasi, menarik diri,
atau katatonia, tidak
mampu berespon
terhadap perintah yang
kompleks, tidak mampu
berespon terhadap lebih
(Psikotik Berat) dari satu orang.
7. Penatalaksanaan Medis
Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), tindakan
keperawatan untuk membantu klien mengatasi halusinasinya dimulai
dengan membina hubungan saling percaya dengan klien. Hubungan saling
percaya sangat penting dijalin sebelum mengintervensi klien lebih lanjut.
Pertama-tama klien harus difasilitasi untuk merasa nyaman menceritakan
pengalaman aneh halusinasinya agar informasi tentang halusinasi yang
dialami oleh klien dapat diceritakan secara konprehensif. Untuk itu
perawat harus memperkenalkan diri, membuat kontrak asuhan dengan
klien bahwa keberadaan perawat adalah betul-betul untuk membantu klien.
Perawat juga harus sabar, memperlihatkan penerimaan yang tulus, dan
aktif mendengar ungkapan klien saat menceritakan halusinasinya.
Hindarkan menyalahkan klien atau menertawakan klien walaupun
pengalaman halusinasi yang diceritakan aneh dan menggelikan bagi
perawat. Perawat harus bisa mengendalikan diri agar tetap terapeutik.
Setelah hubungan saling percaya terjalin, intervensi keperawatan
selanjutnya adalah membantu klien mengenali halusinasinya (tentang isi
halusinasi, waktu, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang
menyebabkan munculnya halusinasi, dan perasaan klien saat halusinasi
muncul). Setelah klien menyadari bahwa halusinasi yang dialaminya
adalah masalah yang harus diatasi, maka selanjutnya klien perlu dilatih
bagaimana cara yang bisa dilakukan dan terbukti efektif mengatasi
halusinasi. Proses ini dimulai dengan mengkaji pengalaman klien
mengatasi halusinasi. Bila ada beberapa usaha yang klien lakukan untuk
mengatasi halusinasi, perawat perlu mendiskusikan efektifitas cara
tersebut. Apabila cara tersebut efektif, bisa diterapkan, sementara jika cara
yang dilakukan tidak efektif perawat dapat membantu dengan cara-cara
baru.
Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), ada beberapa cara
yang bisa dilatihkan kepada klien untuk mengontrol halusinasi, meliputi :
a. Menghardik halusinasi.
Halusinasi berasal dari stimulus internal. Untuk mengatasinya,
klien harus berusaha melawan halusinasi yang dialaminya secara
internal juga. Klien dilatih untuk mengatakan, ”tidak mau dengar…,
tidak mau lihat”. Ini dianjurkan untuk dilakukan bila halusinasi muncul
setiap saat. Bantu pasien mengenal halusinasi, jelaskan cara-cara
kontrol halusinasi, ajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara
pertama yaitu menghardik halusinasi
b. Menggunakan obat.
Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat
ketidakseimbangan neurotransmiter di syaraf (dopamin, serotonin).
Untuk itu, klien perlu diberi penjelasan bagaimana kerja obat dapat
mengatasi halusinasi, serta bagairnana mengkonsumsi obat secara tepat
sehingga tujuan pengobatan tercapai secara optimal. Pendidikan
kesehatan dapat dilakukan dengan materi yang benar dalam
pemberian obat agar klien patuh untuk menjalankan pengobatan secara
tuntas dan teratur.Latih pasien menggunakan obat secara teratur:
Jenis-jenis obat yang biasa digunakan pada pasien halusinasi adalah:
1) Clorpromazine ( CPZ, Largactile )
Warna :
Orange
Indikasi:
Untuk mensupresi gejala – gejala psikosa : agitasi, ansietas,
ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan
gejala–gejala lain yang biasanya terdapat pada penderita
skizofrenia, manik depresi, gangguan personalitas, psikosa
involution, psikosa masa kecil.
Cara pemberian :
Untuk kasus psikosa dapat diberikan per oral atau suntikan
intramuskuler. Dosis permulaan adalah 25 – 100 mg dan diikuti
peningkatan dosis hingga mencapai 300 mg perhari. Dosis ini
dipertahankan selama satu minggu. Pemberian dapat dilakukan satu
kali pada malam hari atau dapat diberikan tiga kali sehari. Bila
gejala psikosa belum hilang, dosis dapat dinaikkan secara
perlahan–lahan sampai 600 – 900 mg perhari.
Kontra indikasi :
Sebaiknya tidak diberikan kepada klien dengan keadaan koma,
keracunan alkohol, barbiturat, atau narkotika, dan penderita yang
hipersensitif terhadap derifat fenothiazine.
Efek samping :
Yang sering terjadi misalnya lesu dan mengantuk, hipotensi
orthostatik, mulut kering, hidung tersumbat, konstipasi, amenore
pada wanita, hiperpireksia atau hipopireksia, gejala ekstrapiramida.
Intoksikasinya untuk penderita non psikosa dengan dosis yang
tinggi menyebabkan gejala penurunan kesadaran karena depresi
susunan syaraf pusat, hipotensi,ekstrapiramidal, agitasi, konvulsi,
dan perubahan gambaran irama EKG. Pada penderita psikosa
jarang sekali menimbulkan intoksikasi.
2) Haloperidol ( Haldol, Serenace )
Warna :
Putih besar
Indikasi :
Yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma gilies de la
tourette pada anak – anak dan dewasa maupun pada gangguan
perilaku yang berat pada anak – anak.
Cara pemberian :
Dosis oral untuk dewasa 1 – 6 mg sehari yang terbagi menjadi 6 –
15 mg untuk keadaan berat. Dosis parenteral untuk dewasa 2 -5 mg
intramuskuler setiap 1 – 8 jam, tergantung kebutuhan.
Kontra indikasi :
Depresi sistem syaraf pusat atau keadaan koma, penyakit
parkinson, hipersensitif terhadap haloperidol.
Efek samping :
Yang sering adalah mengantuk, kaku, tremor, lesu, letih, gelisah,
gejala ekstrapiramidal atau pseudoparkinson. Efek samping yang
jarang adalah nausea, diare, kostipasi, hipersalivasi, hipotensi,
gejala gangguan otonomik. Efek samping yang sangat jarang yaitu
alergi, reaksi hematologis. Intoksikasinya adalah bila klien
memakai dalam dosis melebihi dosis terapeutik dapat timbul
kelemahan otot atau kekakuan, tremor, hipotensi, sedasi, koma,
depresi pernapasan.
3) Trihexiphenidyl ( THP, Artane, Tremin )
Warna :
Putih kecil
Indikasi :
Untuk penatalaksanaan manifestasi psikosa khususnya gejala
skizofrenia.
Cara pemberian :
Dosis dan cara pemberian untuk dosis awal sebaiknya rendah (12,5
mg) diberikan tiap 2 minggu. Bila efek samping ringan, dosis
ditingkatkan 25 mg dan interval pemberian diperpanjang 3 – 6 mg
setiap kali suntikan, tergantung dari respon klien. Bila pemberian
melebihi 50 mg sekali suntikan sebaiknya peningkatan perlahan –
lahan.
Kontra indikasi :
Pada depresi susunan syaraf pusat yang hebat, hipersensitif
terhadap fluphenazine atau ada riwayat sensitif terhadap
phenotiazine. Intoksikasi biasanya terjadi gejala – gejala sesuai
dengan efek samping yang hebat. Pengobatan over dosis ; hentikan
obat berikan terapi simtomatis dan suportif, atasi hipotensi dengan
levarteronol hindari menggunakan ephineprine ISO, (2008) dalam
Pambayun (2015).
c. Berinteraksi dengan orang lain.
Klien dianjurkan meningkatkan keterampilan hubungan
sosialnya. Dengan meningkatkan intensitas interaksi sosialnya, kilen
akan dapat memvalidasi persepsinya pada orang lain. Klien juga
mengalami peningkatan stimulus eksternal jika berhubungan dengan
orang lain. Dua hal ini akan mengurangi fokus perhatian klien terhadap
stimulus internal yang menjadi sumber halusinasinya. Latih pasien
mengontrol halusinasi dengan cara kedua yaitu bercakap-cakap dengan
orang lain.
Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian.
Kebanyakan halusinasi muncul akibat banyaknya waktu luang yang
tidak dimanfaatkan dengan baik oleh klien. Klien akhirnya asyik
dengan halusinasinya. Untuk itu, klien perlu dilatih menyusun rencana
kegiatan dari pagi sejak bangun pagi sampai malam menjelang tidur
dengan kegiatan yang bermanfaat. Perawat harus selalu memonitor
pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga klien betul-betul tidak ada
waktu lagi untuk melamun tak terarah. Latih pasien mengontrol
halusinasi dengan cara ketiga, yaitu melaksanakan aktivitas terjadwal.
8. Pohon Masalah
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien halusinasi :
a. Resiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan halusinasi
b. Perubahan sesnsori persepsi halusinasi berhubungan menarik diri
c. isolasi sosial menarik diri berhubungan diri rendah
3. Rencana Tindakan Keperawatan
Perencanaan
Dx
Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Gangguan sensori TUM: 1.1 Setelah 1x interaksi 1.1 Bina hubungan saling Membina hubungan
persepsi: klien menunjukkan percaya dengan saling percaya
Klien dapat
halusinasi tanda – tanda percaya menggunakan prinsip
mengontrol
kepada perawat : komunikasi terapeutik :
halusinasi yang
a. Sapa klien dengan ramah
dialaminya 1. Ekspresi wajah
baik verbal maupun non
bersahabat.
TUK 1 : verbal
2. Menunjukkan rasa
b. Perkenalkan nama, nama
Klien dapat senang.
panggilan dan tujuan
membina 3. Ada kontak mata.
perawat berkenalan
hubungan saling 4. Mau berjabat
c. Tanyakan nama lengkap
percaya tangan.
dan nama panggilan yang
5. Mau menyebutkan
disukai klien
nama.
d. Buat kontrak yang jelas
6. Mau menjawab
salam. e. Tunjukkan sikap jujur dan
7. Mau duduk menepati janji setiap kali
berdampingan interaksi
dengan perawat. f. Tunjukan sikap empati
8. Bersedia dan menerima apa adanya
mengungkapkan g. Beri perhatian kepada
masalah yang klien dan perhatikan
dihadapi. kebutuhan dasar klien
h. Tanyakan perasaan klien
dan masalah yang
dihadapi klien
i. Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi
perasaan klien
TUK 2 : 3.1 Setelah 1x interaksi 2.1 Adakan kontak sering dan Klien mengenal
klien menyebutkan : singkat secara bertahap. halusisnasi yang
Klien dapat
1. Isi 2.2 Observasi tingkah laku klien dialaminya
mengenal
2. Waktu terkait dengan halusinasinya
halusinasinya
3. Frekunsi jika menemukan klien yang
4. Situasi dan kondisi sedang halusinasi:
yang menimbulkan a. Tanyakan apakah klien
halusinasi mengalami sesuatu
(halusinasi dengar/ lihat/
penghidu /raba/ kecap )
b. Jika klien menjawab ya,
tanyakan apa yang
sedang dialaminya
c. Katakan bahwa perawat
percaya klien
mengalami hal tersebut,
namun perawat sendiri
tidak mengalaminya
(dengan nada bersahabat
tanpa menuduh atau
menghakimi)
d. Katakan bahwa ada
klien lain yang
mengalami hal yang
sama.
e. Katakan bahwa perawat
akan membantu klien
2.3 Jika klien tidak sedang
berhalusinasi klarifikasi
tentang adanya pengalaman
halusinasi, diskusikan dengan
klien :
1. Isi, waktu dan frekuensi
terjadinya halusinasi
(pagi, siang, sore, malam
atau sering dan kadang –
kadang)
2. Situasi dan kondisi yang
menimbulkan atau tidak
menimbulkan halusinasi
2.1 Setelah 1x interaksi 2.4 Diskusikan dengan klien apa
klien menyatakan yang dirasakan jika terjadi
perasaan dan halusinasi dan beri
responnya saat kesempatan untuk
mengalami halusinasi mengungkapkan
: perasaannya.
▪ Marah 2.5 Diskusikan dengan klien apa
▪ Takut yang dilakukan untuk
▪ Sedih mengatasi perasaan tersebut.
▪ Senang 2.6 Diskusikan tentang dampak
▪ Cemas yang akan dialaminya bila
▪ Jengkel klien menikmati
halusinasinya.
TUK 3 : 3.1 Setelah 1x interaksi 3.1 Identifikasi bersama klien Klien dapat
klien menyebutkan cara atau tindakan yang mengendalikan
Klien dapat
tindakan yang biasanya dilakukan jika terjadi halusinansi yang
mengontrol
dilakukan untuk halusinasi (tidur, marah, dialaminya
halusinasinya
mengendalikan menyibukan diri dll)
halusinasinya 3.2 Diskusikan cara yang
3.2 Setelah 1x interaksi digunakan klien,
klien menyebutkan cara ▪ Jika cara yang digunakan
baru mengontrol adaptif beri pujian.
halusinasi ▪ Jika cara yang
3.3 Setelah 1x interaksi digunakanmaladaptif
klien dapat memilih diskusikan kerugian cara
dan memperagakan tersebut
cara mengatasi
halusinasi 3.3.Diskusikan cara baru untuk
(dengar/lihat/penghidu/ memutus/ mengontrol
raba/kecap) timbulnya halusinasi :
3.4 Setelah 1x interaksi a. Katakan pada diri sendiri
klien melaksanakan bahwa ini tidak nyata
cara yang telah dipilih (“saya tidak mau dengar/
untuk mengendalikan lihat/ penghidu/ raba
halusinasinya /kecap pada saat
3.5 Setelah 1x pertemuan halusinasi terjadi)
klien mengikuti terapi b. Menemui orang lain
aktivitas kelompok (perawat/teman/anggota
keluarga) untuk
menceritakan tentang
halusinasinya.
c. Membuat dan
melaksanakan jadwal
kegiatan sehari hari yang
telah di susun.
d. Meminta keluarga/teman/
perawat menyapa jika
sedang berhalusinasi.
3.4 Bantu klien memilih cara
yang sudah dianjurkan dan
latih untuk mencobanya.
3.5 Beri kesempatan untuk
melakukan cara yang dipilih
dan dilatih.
3.6 Pantau pelaksanaan yang
telah dipilih dan dilatih , jika
berhasil beri pujian
3.7 Anjurkan klien mengikuti
terapi aktivitas kelompok,
orientasi realita, stimulasi
persepsi
TUK 4 : 4.1.Setelah 1x pertemuan 4.1 Buat kontrak dengan Perhatian keluarga dan
keluarga, keluarga keluarga untuk pertemuan ( pengertian keluarga akan
Klien dapat
menyatakan setuju waktu, tempat dan topik ) dapat membantu klien
dukungan dari
untuk mengikuti 4.2 Diskusikan dengan keluarga dalam mengontrol
keluarga dalam
pertemuan dengan ( pada saat pertemuan halusinasinya.
mengontrol
perawat keluarga/ kunjungan rumah)
halusinasinya
4.2.Setelah 1x interaksi a. Pengertian halusinasi
keluarga menyebutkan b. Tanda dan gejala
pengertian, tanda dan halusinasi
gejala, proses c. Proses terjadinya
terjadinya halusinasi halusinasi
dan tindakan untuk d. Cara yang dapat dilakukan
mengendali kan klien dan keluarga untuk
halusinasi memutus halusinasi
e. Obat- obatan halusinasi
f. Cara merawat anggota
keluarga yang halusinasi
di rumah ( beri kegiatan,
jangan biarkan sendiri,
makan bersama, bepergian
bersama, memantau obat
– obatan dan cara
pemberiannya untuk
mengatasi halusinasi )
g. Beri informasi waktu
kontrol ke rumah sakit
dan bagaimana cara
mencari bantuan jika
halusinasi tidak tidak
dapat diatasi di rumah
TUK 5 : 5.1 Setelah 1x interaksi 5.1 Diskusikan dengan klien Klien dapat
klien menyebutkan; tentang manfaat dan kerugian memanfaatkan obat
Klien
1. Manfaat minum tidak minum obat, nama , dengan baik
memanfaatkan
obat warna, dosis, cara , efek
obat dengan baik
2. Kerugian tidak terapi dan efek samping
minum obat penggunan obat.
3. Nama,warna,dosis, 5.2 Pantau klien saat
efek terapi dan penggunaan obat.
efek samping obat 5.3 Beri pujian jika klien
5.2 Setelah 1x interaksi menggunakan obat dengan
klien benar.
mendemontrasikan 5.4 Diskusikan akibat berhenti
penggunaan obat dgn minum obat tanpa konsultasi
benar dengan dokter
5.3 Setelah 1x interaksi 5.5 Anjurkan klien untuk
klien menyebutkan konsultasi kepada
akibat berhenti minum dokter/perawat jika terjadi
obat tanpa konsultasi hal – hal yang tidak di
dokter inginkan .
4. Implementasi
Menurut Keliat (2006), implementasi keperawatan disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan dengan memperhatikan dan mengutamakan
masalah utama yang aktual dan mengancam integritas klien beserta
lingkungannya. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan
keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien pada saat ini
(here and now). Hubungan saling percaya antara perawat dengan klien
merupakan dasar utama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi menurut Keliat (2006) adalah proses yang berkelanjutan
untuk menilai efek dari tindakan keperawatan kepada klien. Evaluasi
dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan
yang dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu evaluasi
proses atau formatif yang dilakukan tiap selesai melakukan tindakan
keperawatan dan evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan
membandingkan respons klien dengan tujuan yang telah ditentukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
dengan penjelasan sebagai berikut:
S: Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan.
Dapat diukur dengan menanyakan pertanyaan sederhana terkait dengan
tindakan keperawatan seperti “coba bapak sebutkan kembali bagaimana
cara mengontrol atau memutuskan halusinasi yang benar?”.
O: Respon objektif dari klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
diberikan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku klien pada saat
tindakan dilakukan.
A: Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data
yang kontradiksi dengan masalah yang ada. Dapat pula
membandingkan hasil dengan tujuan.
P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
klien yang terdiri dari tindak lanjut klien dan tindak lanjut perawat.
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien :
- Klien tampak diam dan kebingungan
- Klien tampak melamun
- Klien tampak mondar-mandir
2. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus :
- Klien mampu mengenali halusinasi yang dialaminya
- Klien mampu mengontrol halusinasinya
- Klien mengikuti program pengobatan secara optimal
4. Tindakan Keperawatan :
Mengidentifikasi halusinasi (penyebab, isi, frekuensi, gejala, dan jenis)
serta mengajarkan cara menghardik halusinasi
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien :
- Klien tampak diam dan kebingungan
- Klien tampak melamun
- Klien tampak mondar-mandir
2. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus :
- Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara melakukan
kegiatan yang disukai
4. Tindakan Keperawatan :
Mengajarkan klien melakukan kegiatan yang disukai secara terjadwal
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien :
- Klien tampak diam dan kebingungan
- Klien tampak melamun
- Klien tampak mondar-mandir
2. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus :
- Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain
4. Tindakan Keperawatan :
Mengajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain untuk mengalihkan halusinasi
Tahap Kerja
“Cara ketiga untuk mengontrol suara itu adalah dengan mengajak orang lain
berbicara dengan bapak. Jadi jika Bapak mulai mendengar suara-suara,
langsung saja cari perawat untuk diajak bercakap-cakap atau berbicara.
Minta perawat untuk bercakap-cakap dengan Bapak agar perhatian Bapak
teralihkan dari suara tak berwujud itu”.
“Contohnya begini, ‘Suster, tolong, saya mulai dengar suara-suara, saya
inginbercakap-cakap’. Begitu pak”.
“Coba Bapak lakukan seperti saya tadi lakukan”.
“Iya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya pak D!”
“Nah agar Bapak semakin mahir mengontrol suara tak berwujud dengan
mengajak orang lain bercakap-cakap, maka latihan mengontrol halusinasi
dengan mengajak orang lain bercakap-cakap akan dimasukan dalam jadwal
aktivitas Bapak sehari-hari. Bapak ingin berlatih mengontrol suara dengan
bercakap-cakap dengan perawat berapa kali sehari?”
“Wah bagus pak D sudah mau berlatih bercakap-cakap dengan perawat 2
kali sehari”.
“Bapak mau berlatih bercakap-cakap dengan perawat jam berapa saja?”
Tahap Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak setelah berlatih cara mengontrol suara-suara
tak berwujud dengan bercakap-cakap dengan orang lain?
“Coba Bapak peragakan bagaimana cara mengontrol suara-suara dengan
cara bercakap-cakap dengan orang lain”.
“Bagus sekali Bapak sudah dapat memperagakan cara mengontrol suara
dengan mengajak orang lain bercakap-cakap!”
“Bapak jangan lupa untuk berlatih bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mengontrol suara yang tak tampak wujudnya sesuai dengan jadwal yang tadi
telah kita buat yah. Dan jika Bapak mendengar suara yang tidak tampak
wujudnya, Bapak dapat menerapkan cara ketiga yaitu dengan mengalihkan
perhatian dengan mengajak perawat bercakap-cakap dengan Bapak”.
“Bapak, besok kita akan berbicara mengenai cara keempat untuk mengontrol
suara tak berwujud yaitu dengan meminum obat secara teratur. Bapak mau
berbicara jam berapa dan di mana?”
“Baiklah, besok kita akan bertemu disini lagi jam 9 pagi untuk berlatih cara
yang keempat. Permisi pak”
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN KE 4 HALUSINASI PENDENGARAN
DENGAN CARA MEMINUM OBAT SECARA TERATUR
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien :
- Klien tampak diam dan kebingungan
- Klien tampak melamun
- Klien tampak mondar-mandir
2. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus :
- Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara meminum obat
secara teratur
4. Tindakan Keperawatan :
Mengajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara meminum obat
secara teratur
A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. D Tgl Pengkajian : 18 Januari 2021
Umur : 31 No Rekam Medis : 525
Alamat : Kemantren Cirebon
Pekerjaan : Pedagang
Informasi : Klien dan Perawat
Bila YA jelaskan :
Klien pernah mengalami gangguan jiwa sejak tiga tahun yang lalu karena
penyalahgunaan obat tramadol sehingga klien menjadi mudah emosi dan
sering berhalusinasi.
2) Pengobatan sebelumnya
Berhasil Kurang Berhasil Tidak Berhasil
IV. FISIK
a) Keadaan umum : Klien tampak lusuh, mata terlihat sayu dan sering
mondar-mandir
b) Tanda Vital : TD : 120/70 mmHg N : 82x/mnt S : 36,50C RR :
21x/mnt
c) Ukur : TB : 160cm BB : 64kg
d) Keluhan fisik :
Ya Tidak
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Genogram
: Klien laki-laki
: Perempuan
: Garis pernikahan
: Garis keturunan
Jelaskan :
Klien sudah menikah dan memiliki seorang anak perempuan yang tinggal
serumah dengan klien.
Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri:
Klien mengatakan merasa bersyukur dengan tubuh yang dimilikinya
b. Identitas diri :
Klien merasa bersyukur karena bisa menikah dan sudah memiliki
seorang anak perempuan
c. Peran :
Klien mengatakan dirumahnya menjalankan sebagai seorang kepala
keluarga yang memiliki istri dan anak
d. Ideal diri :
Klien mengatakan ingin pulang bertemu dengan keluarganya dan ingin
bekerja mencari nafkah untuk keluarganya
e. Harga diri :
Klien terlihat malas untuk berinteraksi dengan orang laindan tidak
terbuka dengan yang lainnya
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan sangat menyayangi kedua orang tuanya, juga istri dan
anaknya.
b. Peran serta dalam kelompok / masyarakat
Klien berinteraksi dengan orang lain karena klien merupakan seorang
pedagang tahu.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mudah berinteraksi dengan orang lain namun terkadang merasa
takut saat mengingat kejadian masa lalunya yang dipaksa untuk membeli
obat tramadol dan mengkonsumsinya, klien juga sering marah-marah
tidak dapat mengontrol emosinya.
Masalah Keperawatan: Halusinasi
4. Spiritual dan kultural
1) Nilai dan keyakinan
Klien merasa penyakit yang dialaminya merupakaan kesalahannya di
masa lalu karena penyalahgunaan obat.
2) Konflik nilai/ keyakinan/ budaya
Tidak ada
3) Kegiatan ibadah
Klien sering melaksanakan shalat lima waktu
Masalah keperawatann :Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran
Jelaskan:
Klien dapat menjawab sesuai dengan pertanyaan dengan meskipun terlihat
ragu dan berbelit-belit untuk mengungkapkan masalahnya
Ketakutan Khawatir
Jelaskan:
Klien merasa sedih atas apa yang dialami nya hingga saat ini dan khawatir
jika orang lain tahu masalah yang dialami nya dimasa lalu yang pernah
dipaksa untuk membeli obat tramadol untuk disalah gunakan
Masalah keperawatan: Halusinasi
5. Afek/ Emosi
Datar Labil
Jelaskan:
Afek/emosi klien tampak tumpul, terkadang klien tampak kebingungan dan
harus ada stimulus yang kuat untuk pasien menunjukan emosinya
Masalah Keperawatan:Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran
6. Interaksi Selama Wawancara
Bermusuhan Kontak mata (-) Mudah tersinggung
Jelaskan:
Klien terlihat tidak fokus dan kontak mata kurang saat diajak bicara
Masalah Keperawatan:Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran
7. Persepsi
Halusinasi Ilusi Depersonalisasi Derealisasi
Macam Halusinasi
Pendengaran Penglihatan Perabaan
Jelaskan:
Klien mengatakan sering mendengar suara istrinya yang marah-marah minta
dibelikan susu untuk anaknya dan juga sering mendengar tangisan anaknya.
Masalah Keperawatan:Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran
8. Proses Pikir
Sirkumtansial Tangensial Kehilangan asosiasi
Jelaskan:
Jawaban klien terhadap pertanyaan selalu berbelit-belit dan terlihat seperti
ragu untuk diungkapkan namun pertanyaan tersebut dapat terjawab
Masalah Keperawatan: Halusinasi
9. Isi Pikir
Obsesif Fobia Hipokondria
Kejaran Dosa
Jelaskan :
Klien tampak memikirkan hal-hal yang sering mengganggunya seperti
keadaan keluarganya dan bisikan yang sering terdengar olehnya.
Masalah Keperawatan :Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran
10. Kesadaran
Bingung Sedasi Stupor
Disorientasi
Waktu Tempat Orang
Jelaskan:
Klien melakukan gerakan yang berulang-ulang seperti mondar-mandir yang
disadari oleh klien. Klien juga tidak dapat mengingat usia anaknya dan
tanggal lahirnya
Masalah Keperawatan: Halusinasi
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi
Jelaskan :
Klien tidak dapat mengingat kapan tanggal lahirnya dan usia anaknya
Masalah Keperawatan : Halusinasi
Jelaskan :
Klien ketika disuruh untuk melakukan kegiatan seperti mandi atau ketika
ditanya mengapa selalu mondar-mandir hanya tertawa dan jarang untuk
dilakukan
Masalah Keperawatan :Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran
2. BAB/BAK
3. Mandi
4. Berpakaian/berhias
6. Penggunaan obat
7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan Ya Tidak
Transportasi Ya Tidak
Lain – lain Ya Tidak
Jelaskan :
Klien hanya beraktivitas di dalam rumah
Masalah Keperawatan :Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran
Cara
No. Nama Obat Dosis Waktu Indikasi
Pemberian
- Perawatan Cacat mental
- Perawatan gangguan
psikotik
- Pengurangan perilaku
1x1 resiko bunuh diri berulang
1. Clorilex 25mg Oral
(Pagi) pada pasien skizofernia
- Pengobatan skizofernia
- Skizofernia tidak
responsive atau intoleransi
dengan neuroleptik klasik
- Mengatasi kejang pada
sebagian besar jenis
Parkinson
- Mengatasi gejala gangguan
2x1
ekstrapiramidal umum atau
2. Hexymer 2mg (Pagi & Oral
yang disebabkan oleh efek
Malam)
samping penggunaan
penggunaan obat tertentu
seperti obat anti depresan &
psikotropika
- Terapi pada skizofernia
akut & kronis serta pada
2x1 kondisi psikosis lain
3. Resperidone 2mg (Pagi & Oral - Mengurangi gejala apektif
Malam) (cemas & depresi) yang
berhubungan degan
skizofernia
- Dalam dosis rendah obat ini
digunakan untuk
menenangkan pikiran serta
mengatasi marah dan
2x1 gelisah yang berlebihan
4. Stelosi 5mg (Pagi & Oral - Mengatasi mual dan
Malam) muntah
- Mengatasi gangguan mental
jangka panjang yang
membuat pasien halusinasi
dan gangguan psikotik
XIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran berhubungan
dengan klien sering terlihat diam dan kebingungan, klien
mengatakan sering mendengar suara-suara aneh seperti istrinya
yang marah-marah
2. Harga Diri Rendah berhubungan dengan kontak mata klien kurang
setiap kali diajak berbicara
3. Resiko Perilaku Kekerasan berhubungan dengan halusinasi yang
didengar oleh klien. Klien mengatakan mudah marah-marah dan
tersinggung.
TUPEN
Setelah dilakukan 3x
pertemuan
diharapkan :
1. Klien dapat
mengontrol emosi
2. Klien tidak
melakukan
perilaku kekerasan
TUPAN SP 5 Pasien SP 5 Pasien
Setelah dilakukan 3x 1. Evaluasi jadwal kegiatan latihan 1. Mengetahui kegiatan pasien
pertemuan, harian pasien 2. Obat dapat memberikan sedikit
diharapkan : 2. Jelaskan cara mengontrol ketenangan
1. Mengontrol emosi perilaku kekerasan dengan 3. Kegiatan yang terkontrol dapat
Tidak melakukan meminum obat mengontrol emosi
perilaku kekerasan 3. Bantu pasien memasukan dalam
kegiatan harian
TUPEN
Setelah dilakukan 1x
pertemuan
diharapkan pasin
dapat :
1. Klien dapat
menjelaskan cara
mengontrol
perilaku kekerasan
dengan meminum
obat
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
KEPERAWATAN JIWA
TANGGAL
No.Dx IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI
& JAM
Dx 1 Rabu, SP 1 Halusinasi S:
20-01-2021 1. Mengidentifikasi halusinasi (isi, - Klien mendengar suara
15.00 – frekuensi, pencetus, perasaan & respon) marah-marah istrinya yang
19.00 2. Menjelaskan cara mengontrol meminta dibelikan susu
halusinasi dengan cara menghardik untuk anaknya setiap akan
tidur
- Klien mengatakan kesulitan
untuk tidur
O:
- Klien tampak diam dan
kebingungan
- Klien tampak melamun
- Klien tampak mondar-
mandir
A:
Gangguan persepsi sensori :
Halusinasi Pendengaran
P:
Lanjutkan intervensi
I:
SP 2 melatih cara
mengontrol halusinasi
dengan cara melakukan
kegiatan yang disukai
E:
Klien mampu mengontrol
halusinasi
R:
Pertahankan intervensi
Dx 2 SP 1 HDR S:
1. Mengidentifikasi kemampuan positif - Klien mengatakan malu
yang dimiliki pasien dengan masalah
2. Membantu pasien menilai kemampuan keluarganya
pasien yang masih dapat digunakan
3. Membantu pasien memilih kegiatan O :
yang akan dilatih sesuai kemampuan - Klien tidak dapat melihat
pasien lawan bicara
- Kontak mata kurang
- Klien tampak tidak percaya
diri
A:
Gangguan konsep Diri:
HDR
P:
Lanjutkan intervensi
I:
SP 2 melakukan kegiatan
sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
E:
Klien mampu melakukan
kegiatan yang mudah
dimiliki
R:
Intervensi dilanjutkan
Dx 3 SP 1 RPK S:
1. Mengidentifikasi penyebab perilaku - Klien mengatakan suka
kekerasan marah-marah bila
2. Mengidentifikasi perilaku kekerasan keinginannya tidak dituruti
yang dilakukan O:
3. Mengidentifikasi akibat perilaku - Ekspresi wajah klien tapak
kekerasan tegang
4. Menyebutkan cara mengontrol perilaku - Klien mudah tersinggung
kekerasan A:
Resiko Perilaku Kekerasan
P:
Intervensi dilanjutkan
I:
SP 2 Pasien
E:
Klien mampu mengontrol
emosi
R:
Intervensi dilanjutkan
Dx 1 Kamis, SP 2 Halusinasi S:
21-01-2021 1. Mengevaluasi kegiatan harian pasien - Klien mengatakan suara-
15.00–17.00 2. Melatih cara mengontrol halusinasi suara tersebut mulai hilang
dengan melakukan kegiatan yang O :
disukai - Klien tampak diam dan
kebingungan
- Klien tampak mondar-
mandir
- Klien tampak melamun
A:
Gangguan persepsi sensori :
Halusinasi Pendengaran
P:
Intervensi dilanjutkan
I:
SP 3 mengontrol halusinasi
dengan cara bercakap-cakap
E:
Klien mampu mengontrol
halusinasi
R:
Lanjut Intervensi
Pertahankan Intervensi
Dx 2 SP 2 HDR S:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian - Klien mengatakan ingin
pasien pulang
2. Melatih kemampuan pasien yang kedua - Klien mengatakan ingin
bekerja untuk keluarganya
- Klien mengatakan ingin
membantu ayahnya
berdagang
O:
- Klien tidak dapat melihat
lawan bicara
- Kontak mata kurang
A:
Gangguan Konsep Diri :
HDR
P:
Intervensi dilanjutkan
I:
SP 3 melatih kemampuan
yang dimiliki kedua
E:
Klien mampu melakukan
kegiatan positif yang
dimiliki
R:
Lanjutkan intervensi
Dx 3 SP 2 RPK S:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian - Klien mengatakan sudah
pasien tidak ingin marah-marah
2. Melatih klien mengungkapkan rasa lagi dan menyesal
marah dengan cara cara fisik II (pukul O :
kasur dan bantal) - Ekspresi wajah klien tapak
tegang
A:
Resiko Perilaku Kekerasan
P:
Intervensi dilanjutkan
I:
SP 3 mengontrol perilaku
kekerasan
E:
Klien mampu mengontrol
perilaku kekerasan
R:
Lanjutkan intervensi
Dx 1 SP 3 Halusinasi S:
1. Mengevaluasi kegiatan latihan - Klien mengatakan sudah
menghardik dan melakukan hal yang jarang medengar suara-
disukai suara aneh
2. Melakukan latihan cara mengontrol O :
halusinasi dengan cara bercakap-cakap - klien tampak lebih tenang
- klien tampak tidak
bersemangat
A:
Gangguan Persepsi Sensori
: Halusinasi Pendengaran
P:
Intervensi dilanjutkan
I:
SP 4 meminum obat secara
teratur
E:
Klien mampu mengontrol
halusinasi
R:
Lanjutkan intervensi
Pertahankan intervensi
Dx 1 Jumat, SP 4 Halusinasi S:
22-01-2021 1. Mengevaluasi kegiatan latihanklien - Klien mengatakan sudah
11.00 – 2. Melatih cara mengontrol halusinasi tidak mendengar suara-
15.00 dengan meminum obat secara teratur suara aneh ketika akan
tidur
- Klien mengatakan berjanji
akan meminum obat
secara teratur
O:
- Klien tampak mondar-
mandir
- Klien tamapak
kebingungan
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Pertahankan intervensi
Dx 2 SP 3 HDR S:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian - Klien mengatakan ingin
pasien pulang
2. Melatih kemampuan positif yang - Klien mengatakan ingin
dimiliki klien bekerja untuk keluarganya
- Klien mengatakan akan
lebih giat bekerja untuk
menfkahi keluarganya
O:
- Klien tampak memikirkan
keluarganya
- Klien dapat berinteraksi
dengan rang lain
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
Dx 3 SP 3 RPK S:
1. Mengevaluasi jadwal harian pasien - Klien mengatakan tidak
2. Melatih klien mengungkapkan rasa akan marah-marah lagi
marah dengan cara verbal : menolak - Klien mengatakan takut
dengan baik, meminta dengan baik, untuk marah
mengungkapkan perasaan dengan baik - Klien mengatakan menyesal
selalu marah-marah
O:
- Emosi klien tampak stabil
- Klien tampak tenang
A:
Resiko Perilaku Kekerasan
(masalah teratasi sebagian)
P:
Intervensi dilanjutkan
I:
SP 4 melatih emosi dengan
cara spiritual
E:
Klien mampu mengontrol
emosi
R:
Lanjutkan intervensi
Daftar Pustaka