Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.D DENGAN


GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI
DI PANTI GRAMESIA CIREBON
2021

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Program Profesi Ners Stase Keperawatan Jiwa
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan

Oleh:
SHANTI DEWI SUSANTI
JNR0200073

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KUNINGAN
2020 – 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
“Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Tn.D dengan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi”.
Terselesaikannya tugas ini tidak terlepas dari peranan pihak-pihak yang
membantu dalam proses bimbingan. Untuk itu kami ingin mengucapkan terima
kasih kepada Pembimbing Panti Gramesia, Ibu Dwi, M.Kep, Sp.KJ, Bapak Lalu
Wandra, S.Kep.,Ners, Bapak Habib Nurdani, Amd.Kep, dan Ibu Indri Wahyuni,
S.Kep. Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada pembimbing akademik Bapak
H.Abdal Rohim, S.Kp., MH, Ibu Ns. Nur Wulan,S.Kep dan Ibu Ns. Anggi Ulfah
Mawwaddah, S.Kep, dan juga untuk teman-teman dan orang tua yang selalu
memberikan dukungan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih sangat sederhana dan masih
mempunyai banyak kekurangan. Maka dari itu, besar harapan kami agar tulisan
ini dapat diterima dan nantinya dapat berguna bagi semua pihak. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat positif membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Cirebon, 18 Januari 2021

Penulis
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN TN.D DENGAN


MASALAH GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI

A. Masalah Utama
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Definisi
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang
ditandai dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, penghidung. Pasien
seakan stimulus yang sebernarnya tidak ada. (Keliat, 2006)
Halusinasi adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan eksternal
terjadi pada keadaan kesadaran penuh yang menggambarkan hilangnya
kemampuan menilai realitas. (Sunaryo, 2004)
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu penerapan
panca indra tanpa ada rangsangan dari luar (Maramis, 1998)
Halusinasi adalah gangguan persepsi panca indra tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada system penginderaan dimana
pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik (Wilson 1983)
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah
(Stuart, 2007)
2. Etiologi
a. Faktor predisposisi halusinasi menurut stuart (2007)
1) Faktor perkembangan
Perkembangan klien yang terganggu misalnya kurangnya
mengontrol emosi dan keharmonisan keluarga menyebabkan klien
tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah prustasi dan hilang
percaya diri.
2) Faktor sosial kultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi
akan membekas diingatannya sampai dewasa dan ia akan
merasakan disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada
lingkungan.
3) Faktor biokimia
Adanya stress yang berlebihan yang dialami oleh seseorang maka
didalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia buffofenon dan dimetytranforuse
sehingga terjadi ketidak seimbangan acetylcolin.
4) Faktor psikologis
Tipe kepribadian yang lemah dan tidak bertanggung jawab akan
mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif, klien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam
khayal.
5) Faktor genetik dan pola asuh
Hasil study menunjukan bahwa faktor keluarga menunjukkan
hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b. Faktor presipitasi
Menurut stuart, (2007) faktor presipitasi terjadinya gangguan
sensori persepsi halusinansi adalah :
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta obnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang menyebabkan ketidak mampuan
untuk secara selektif menaggapi stimulasi yang diterima oleh otak
untuk di interpretasikan.
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress terhadap stress yang berinteraksi
terhadap stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stresor.
3. Klasifikasi Halusinasi
Menurut Stuart (2007) dalam Yusalia (2015), jenis halusinasi antara lain :
a. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70%
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara –
suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan (visual) 20%
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau
panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan
atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu
bau harum.Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dementia.
d. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
f. Halusinasi cenesthetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.
g. Halusinasi kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
4. Tanda dan Gejala
Menurut direja (2011) :
a. Halusinasi pendengaran
DS :
Bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, mengasahkan
telinga kearah tertentu, menutup telinga.
DO :
Mendengar suara atau kegaduhan, mendengarkan suara yang bercakap-
cakap, suara yang menyuruh melakukan hal yang berbahaya.
b. Halusinasi penglihatan
DS :
Menunjuk-Nunjuk kearah tertentu ketakutan terhadap sesuatu yang
tidak jelas.
DO :
Melihat bayangan hantu atau monster.
c. Halusinasi penghidungan
DS :
Menghidung seperti sedang membaui bau-bau tertentu, menutup
hidung
DO:
Membaui bau-bauan seperti bau darah, urine, feses (kadang-kadang
bau itu menyenangkan)
d. Halusinasi mengecap
DS :
Sering meludah dan muntah
DO :
Merasa rasa seperti darah, urine, feses
e. Halusinasi perabaan
DS :
Menggaruk-garuk permukaan kulit
DO :
Mengatakan ada serangga dipermukaan kulit, merasa tersengat listrik.
5. Rentang Respon
Halusinasi merupakan salah satu respon maldaptive individual yang
berbeda rentang respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 2005) dalam
Yusalia 2015. Ini merupakan persepsi maladaptive. Jika klien yang sehat
persepsinya akurat, mampu mengidentifisikan dan menginterpretasikan
stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera
(pendengaran, pengelihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan) klien
halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun
stimulus tersebut tidak ada.Diantara kedua respon tersebut adalah respon
individu yang karena suatu hal mengalami kelainan persensif yaitu salah
mempersepsikan stimulus yang diterimanya, yang tersebut sebagai ilusi.
Klien mengalami jika interpresentasi yang dilakukan terhadap stimulus
panca indera tidak sesuai stimulus yang diterimanya,rentang respon
tersebut sebagai berikut:

Respon adaptif Respon maladaptif

▪ Pikiran logis ▪ Kadang proses ▪ Waham


▪ Persepsi akurat pikir terganggu ▪ Halusinasi
▪ Emosi konsisten ▪ Ilusi ▪ Sulit berespons
dengan ▪ Emosi tidak ▪ Perilaku
pengalaman stabil disorganisasi
▪ Perilaku sesuai ▪ Perilaku tidak ▪ Isolasi sosial
▪ Hubungan sosial biasa
harmonis ▪ Menarik diri
6. Fase Halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh klien bisa berbeda intensitas dan
keparahannya Stuart & Sundeen, (2006) dalam Bagus, (2014), membagi
fase halusinasi dalam 4 fase berdasarkan tingkat ansietas yang dialami dan
kemampuan klien mengendalikan dirinya. Semakin berat fase halusinasi,
klien semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan oleh
halusinasinya.

Fase halusinasi Karakteristik Perilaku pasien


Fase 1 : Comforting- Klien mengalami keadaan Menyeringai atau
ansietas tingkat emosi seperti ansietas, tertawa yang tidak
sedang, secara kesepian, rasa bersalah, dan sesuai, menggerakkan
umum, halusinasi takut serta mencoba untuk bibir tanpa
bersifat berfokus pada penenangan menimbulkan suara,
menyenangkan pikiran untuk mengurangi pergerakan mata yang
ansietas. Individu mengetahui cepat, respon verbal
bahwa pikiran dan yang lambat, diam dan
pengalaman sensori yang dipenuhi oleh sesuatu
dialaminya tersebut dapat yang mengasyikkan.
dikendalikan jika ansietasnya
bias diatasi

(Non Psikotik)
Fase II: Pengalaman sensori bersifat Peningkatan sistem
Condemning- menjijikkan dan menakutkan, syaraf otonom yang
ansietas tingkat klien mulai lepas kendali dan menunjukkan ansietas,
berat, secara umum, mungkin mencoba untuk seperti peningkatan
halusinasi menjadi menjauhkan dirinya dengan nadi, pernafasan, dan
menjijikkan sumber yang dipersepsikan. tekanan darah;
Klien mungkin merasa malu penyempitan
karena pengalaman kemampuan
sensorinya dan menarik diri konsentrasi, dipenuhi
dari orang lain. dengan pengalaman
sensori dan kehilangan
kemampuan
membedakan antara
halusinasi dengan
(Psikotik ringan) realita.
Fase III: Klien berhenti menghentikan Cenderung mengikuti
Controlling-ansietas perlawanan terhadap petunjuk yang diberikan
tingkat berat, halusinasi dan menyerah pada halusinasinya daripada
pengalaman sensori halusinasi tersebut. Isi menolaknya, kesukaran
menjadi berkuasa halusinasi menjadi menarik, berhubungan dengan
dapat berupa permohonan. orang lain, rentang
Klien mungkin mengalarni perhatian hanya
kesepian jika pengalaman beberapa detik atau
sensori tersebut berakhir. menit, adanya tanda-
tanda fisik ansietas
berat : berkeringat,
tremor, tidak mampu
(Psikotik) mengikuti petunjuk.
Fase IV: Conquering Pengalaman sensori menjadi Perilaku menyerang-
Panik, umumnya mengancam dan menakutkan teror seperti panik,
halusinasi menjadi jika klien tidak mengikuti berpotensi kuat
lebih rumit, melebur perintah. Halusinasi bisa melakukan bunuh diri
dalam halusinasinya berlangsung dalam beberapa atau membunuh orang
jam atau hari jika tidak ada lain, Aktivitas fisik
intervensi terapeutik. yang merefleksikan isi
halusinasi seperti amuk,
agitasi, menarik diri,
atau katatonia, tidak
mampu berespon
terhadap perintah yang
kompleks, tidak mampu
berespon terhadap lebih
(Psikotik Berat) dari satu orang.

Tabel 1. Fase Halusinasi

7. Penatalaksanaan Medis
Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), tindakan
keperawatan untuk membantu klien mengatasi halusinasinya dimulai
dengan membina hubungan saling percaya dengan klien. Hubungan saling
percaya sangat penting dijalin sebelum mengintervensi klien lebih lanjut.
Pertama-tama klien harus difasilitasi untuk merasa nyaman menceritakan
pengalaman aneh halusinasinya agar informasi tentang halusinasi yang
dialami oleh klien dapat diceritakan secara konprehensif. Untuk itu
perawat harus memperkenalkan diri, membuat kontrak asuhan dengan
klien bahwa keberadaan perawat adalah betul-betul untuk membantu klien.
Perawat juga harus sabar, memperlihatkan penerimaan yang tulus, dan
aktif mendengar ungkapan klien saat menceritakan halusinasinya.
Hindarkan menyalahkan klien atau menertawakan klien walaupun
pengalaman halusinasi yang diceritakan aneh dan menggelikan bagi
perawat. Perawat harus bisa mengendalikan diri agar tetap terapeutik.
Setelah hubungan saling percaya terjalin, intervensi keperawatan
selanjutnya adalah membantu klien mengenali halusinasinya (tentang isi
halusinasi, waktu, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang
menyebabkan munculnya halusinasi, dan perasaan klien saat halusinasi
muncul). Setelah klien menyadari bahwa halusinasi yang dialaminya
adalah masalah yang harus diatasi, maka selanjutnya klien perlu dilatih
bagaimana cara yang bisa dilakukan dan terbukti efektif mengatasi
halusinasi. Proses ini dimulai dengan mengkaji pengalaman klien
mengatasi halusinasi. Bila ada beberapa usaha yang klien lakukan untuk
mengatasi halusinasi, perawat perlu mendiskusikan efektifitas cara
tersebut. Apabila cara tersebut efektif, bisa diterapkan, sementara jika cara
yang dilakukan tidak efektif perawat dapat membantu dengan cara-cara
baru.
Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), ada beberapa cara
yang bisa dilatihkan kepada klien untuk mengontrol halusinasi, meliputi :
a. Menghardik halusinasi.
Halusinasi berasal dari stimulus internal. Untuk mengatasinya,
klien harus berusaha melawan halusinasi yang dialaminya secara
internal juga. Klien dilatih untuk mengatakan, ”tidak mau dengar…,
tidak mau lihat”. Ini dianjurkan untuk dilakukan bila halusinasi muncul
setiap saat. Bantu pasien mengenal halusinasi, jelaskan cara-cara
kontrol halusinasi, ajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara
pertama yaitu menghardik halusinasi
b. Menggunakan obat.
Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat
ketidakseimbangan neurotransmiter di syaraf (dopamin, serotonin).
Untuk itu, klien perlu diberi penjelasan bagaimana kerja obat dapat
mengatasi halusinasi, serta bagairnana mengkonsumsi obat secara tepat
sehingga tujuan pengobatan tercapai secara optimal. Pendidikan
kesehatan dapat dilakukan dengan materi yang benar dalam
pemberian obat agar klien patuh untuk menjalankan pengobatan secara
tuntas dan teratur.Latih pasien menggunakan obat secara teratur:
Jenis-jenis obat yang biasa digunakan pada pasien halusinasi adalah:
1) Clorpromazine ( CPZ, Largactile )
Warna :
Orange
Indikasi:
Untuk mensupresi gejala – gejala psikosa : agitasi, ansietas,
ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan
gejala–gejala lain yang biasanya terdapat pada penderita
skizofrenia, manik depresi, gangguan personalitas, psikosa
involution, psikosa masa kecil.
Cara pemberian :
Untuk kasus psikosa dapat diberikan per oral atau suntikan
intramuskuler. Dosis permulaan adalah 25 – 100 mg dan diikuti
peningkatan dosis hingga mencapai 300 mg perhari. Dosis ini
dipertahankan selama satu minggu. Pemberian dapat dilakukan satu
kali pada malam hari atau dapat diberikan tiga kali sehari. Bila
gejala psikosa belum hilang, dosis dapat dinaikkan secara
perlahan–lahan sampai 600 – 900 mg perhari.
Kontra indikasi :
Sebaiknya tidak diberikan kepada klien dengan keadaan koma,
keracunan alkohol, barbiturat, atau narkotika, dan penderita yang
hipersensitif terhadap derifat fenothiazine.
Efek samping :
Yang sering terjadi misalnya lesu dan mengantuk, hipotensi
orthostatik, mulut kering, hidung tersumbat, konstipasi, amenore
pada wanita, hiperpireksia atau hipopireksia, gejala ekstrapiramida.
Intoksikasinya untuk penderita non psikosa dengan dosis yang
tinggi menyebabkan gejala penurunan kesadaran karena depresi
susunan syaraf pusat, hipotensi,ekstrapiramidal, agitasi, konvulsi,
dan perubahan gambaran irama EKG. Pada penderita psikosa
jarang sekali menimbulkan intoksikasi.
2) Haloperidol ( Haldol, Serenace )
Warna :
Putih besar
Indikasi :
Yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma gilies de la
tourette pada anak – anak dan dewasa maupun pada gangguan
perilaku yang berat pada anak – anak.
Cara pemberian :
Dosis oral untuk dewasa 1 – 6 mg sehari yang terbagi menjadi 6 –
15 mg untuk keadaan berat. Dosis parenteral untuk dewasa 2 -5 mg
intramuskuler setiap 1 – 8 jam, tergantung kebutuhan.
Kontra indikasi :
Depresi sistem syaraf pusat atau keadaan koma, penyakit
parkinson, hipersensitif terhadap haloperidol.
Efek samping :
Yang sering adalah mengantuk, kaku, tremor, lesu, letih, gelisah,
gejala ekstrapiramidal atau pseudoparkinson. Efek samping yang
jarang adalah nausea, diare, kostipasi, hipersalivasi, hipotensi,
gejala gangguan otonomik. Efek samping yang sangat jarang yaitu
alergi, reaksi hematologis. Intoksikasinya adalah bila klien
memakai dalam dosis melebihi dosis terapeutik dapat timbul
kelemahan otot atau kekakuan, tremor, hipotensi, sedasi, koma,
depresi pernapasan.
3) Trihexiphenidyl ( THP, Artane, Tremin )
Warna :
Putih kecil
Indikasi :
Untuk penatalaksanaan manifestasi psikosa khususnya gejala
skizofrenia.
Cara pemberian :
Dosis dan cara pemberian untuk dosis awal sebaiknya rendah (12,5
mg) diberikan tiap 2 minggu. Bila efek samping ringan, dosis
ditingkatkan 25 mg dan interval pemberian diperpanjang 3 – 6 mg
setiap kali suntikan, tergantung dari respon klien. Bila pemberian
melebihi 50 mg sekali suntikan sebaiknya peningkatan perlahan –
lahan.
Kontra indikasi :
Pada depresi susunan syaraf pusat yang hebat, hipersensitif
terhadap fluphenazine atau ada riwayat sensitif terhadap
phenotiazine. Intoksikasi biasanya terjadi gejala – gejala sesuai
dengan efek samping yang hebat. Pengobatan over dosis ; hentikan
obat berikan terapi simtomatis dan suportif, atasi hipotensi dengan
levarteronol hindari menggunakan ephineprine ISO, (2008) dalam
Pambayun (2015).
c. Berinteraksi dengan orang lain.
Klien dianjurkan meningkatkan keterampilan hubungan
sosialnya. Dengan meningkatkan intensitas interaksi sosialnya, kilen
akan dapat memvalidasi persepsinya pada orang lain. Klien juga
mengalami peningkatan stimulus eksternal jika berhubungan dengan
orang lain. Dua hal ini akan mengurangi fokus perhatian klien terhadap
stimulus internal yang menjadi sumber halusinasinya. Latih pasien
mengontrol halusinasi dengan cara kedua yaitu bercakap-cakap dengan
orang lain.
Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian.
Kebanyakan halusinasi muncul akibat banyaknya waktu luang yang
tidak dimanfaatkan dengan baik oleh klien. Klien akhirnya asyik
dengan halusinasinya. Untuk itu, klien perlu dilatih menyusun rencana
kegiatan dari pagi sejak bangun pagi sampai malam menjelang tidur
dengan kegiatan yang bermanfaat. Perawat harus selalu memonitor
pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga klien betul-betul tidak ada
waktu lagi untuk melamun tak terarah. Latih pasien mengontrol
halusinasi dengan cara ketiga, yaitu melaksanakan aktivitas terjadwal.

8. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sendiri, orang Effect


lain, dan lingkungan

Perubahan persepsi sensori :


Core Problem
Halusinasi

Harga Diri Rendah Causa

Koping Individu tidak efektif

Gambar 1. Pohon Masalah Halusinasi


C. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
HALUSINASI
1. Pengkajian
Menurut Stuart dan Laraia (2001), pengkajian merupakan tahapan
awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri
atas pengumpulan data meliputi data biologis, psikologis, sosial dan
spiritual. Data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkam
menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor,
sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien. Pada proses
pengkajian, data penting yang perlu didapatkan adalah:
Jenis halusinasi:
Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data obyektif dan subyektifnya.
Data objektif dapat dikaji dengan cara mengobservasi perilaku pasien,
sedangkan data subjektif dapat dikaji dengan melakukan wawancara
dengan pasien.
Jenis halusinasi Data Objektif Data Subjektif

Halusinasi Bicara atau tertawa sendiri Mendengar suara-suara atau


Dengar/suara Marah-marah tanpa sebab kegaduhan. Mendengar
Menyedengkan telinga ke suara yang mengajak
arah tertentu bercakap-cakap. Mendengar
Menutup telinga suara menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya.
Halusinasi Menunjuk-nunjuk ke arah Melihat bayangan, sinar,
Penglihatan tertentu bentuk geometris, bentuk
Ketakutan pada sesuatu kartoon, melihat hantu atau
yang tidak jelas. monster
Halusinasi Menghidu seperti sedang Membaui bau-bauan seperti
Penghidu membaui bau-bauan bau darah, urin, feses,
tertentu. kadang-kadang bau itu
Menutup hidung. menyenangkan.
Halusinasi Sering meludah Merasakan rasa seperti
Pengecapan Muntah darah, urin atau feses
Halusinasi Menggaruk-garuk Mengatakan ada serangga di
Perabaan permukaan kulit permukaan kulit
1. Merasa seperti tersengat
listrik
Tabel 2. Analisis Data Halusinasi
Berbagai aspek pengkajian sesuai dengan pedoman pengkajian
umum, pada formulir pengkajian proses keperawatan. Pengkajian menurut
Keliat (2006) meliputi beberapa faktor antara lain:
a. Identitas klien dan penanggung
Yang perlu dikaji yaitu: nama, umur, jenis kelamin, agama, suku,
status, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
b. Alasan masuk rumah sakit
Umumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga
merasa tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal
lain, gejala yang dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke
rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
c. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah abnormalitas otak yang menyebabkan
respon neuro biologik yang maladatif yaitu: lesi pada area frontal,
temporal dan umbik serta stres yang menumpuk (Stuart dan Sunden,
1998:305)
1) Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan
lingkungan yang terlalu tinggi.
2) Faktor Psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri,
ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis
peran, gambaran diri negatif dan koping destruktif.
3) Faktor Biologis
Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran
vertikel, perubahan besar dan bentuk sel korteks dan limbik.
4) Faktor genetic
Telah diketahui bahwa genetik schizofrenia diturunkan melalui
kromoson tertentu. Namun demikian kromoson yang keberapa
yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih
dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia adalah
kromoson nomor enam, dengan kontribusi genetik tambahan
nomor 4,8,5 dan 22. Anak kembar identik memiliki kemungkinan
mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami
skizofrenia, sementara jika di zygote peluangnya sebesar 15 %,
seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia
berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua
orang tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35 %.
d. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007), pemicu gejala respon neurobiologis maladaptif
adalah kesehatan, lingkungan dan perilaku seperti yang tercantum
dibawah ini: Faktor pemicu gejala respon neurobiologis halusinasi
(Stuart, 2007).
1) Kesehatan
Nutrisi dan tidur kurang, ketidaksiembangan irama sirkardian,
kelelahan dan infeksi, obat-obatan system syaraf pusat, kurangnya
latihan dan hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
2) Lingkungan
Lingkungan sekitar yang memusuhi, masalah dalam rumah tangga,
kehilangan kebebasan hidup dalam melaksanakan pola aktivitas
sehari-hari, sukar dalam berhubungan dengan orang lain, isoalsi
social, kurangnya dukungan social, tekanan kerja (kurang terampil
dalam bekerja), stigmasasi, kemiskinan, kurangnya alat
transportasi dan ketidakmamapuan mendapat pekerjaan.
3) Sikap
Merasa tidak mampu (harga diri rendah), putus asa (tidak percaya
diri), merasa gagal (kehilangan motivasi menggunakan
keterampilan diri), kehilangan kendali diri (demoralisasi), merasa
punya kekuatan berlebihan, merasa malang (tidak mampu
memenuhi kebutuhan spiritual), bertindak tidak seperti orang lain
dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya kemampuan
sosialisasi, perilaku agresif, perilaku kekerasan, ketidakadekuatan
pengobatan dan ketidak adekuatan penanganan gejala.
4) Perilaku
Respon perilaku klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,
ketakutan, rasa tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak
diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, bicara
inkoheren, bicara sendiri, tidak membedakan yang nyata dengan
yang tidak nyata.
Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada
jenis halusinasinya. Apabila perawat mengidentifikasi adanya
tanda –tanda dan perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya
harus dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui jenis halusinasi
saja. Validasi informasi tentang halusinasi yang diperlukan
meliputi:
a) Isi halusinasi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar,
apa yang dikatakan suara itu, jika halusinasi audiotorik. Apa
bentuk bayangan yang dilihat oleh klien, jika halusinasi visual,
bau apa yang tercium jika halusinasi penghidu, rasa apa yang
dikecap jika halusinasi pengecapan,dan apa yang dirasakan
dipermukaan tubuh jika halusinasi perabaan.
b) Waktu dan frekuensi.
Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan
pengalaman halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu,
atau sebulan pengalaman halusinasi itu muncul. Informasi ini
sangat penting untuk mengidentifikasi pencetus halusinasi dan
menentukan bilamana klien perlu perhatian saat mengalami
halusinasi.
c) Situasi pencetus halusinasi.
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum
halusinasi muncul. Selain itu perawat juga bias mengobservasi
apa yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi untuk
memvalidasi pernyataan klien.
d) Respon Klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi
klien bisa dikaji dengan apa yang dilakukan oleh klien saat
mengalami pengalaman halusinasi. Apakah klien masih bisa
mengontrol stimulus halusinasinya atau sudah tidak berdaya
terhadap halusinasinya.
e. Pemeriksaan Fisik
Yang dikaji adalah tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan
tekanan darah), berat badan, tinggi badan serta keluhan fisik yang
dirasakan klien
f. Status Mental
Pengkajian pada status mental meliputi:
1) Penampilan: tidak rapi, tidak serasi dan cara berpakaian.
2) Pembicaraan: terorganisir atau berbelit-belit.
3) Aktivitas motorik: meningkat atau menurun.
4) Alam perasaan: suasana hati dan emosi.
5) Afek: sesuai atau maladaptif seperti tumpul, datar, labil dan
ambivalen
6) Interaksi selama wawancara: respon verbal dan nonverbal.
7) Persepsi : ketidakmampuan menginterpretasikan stimulus yang
ada sesuai dengan informasi.
8) Proses pikir: proses informasi yang diterima tidak berfungsi
dengan baik dan dapat mempengaruhi proses pikir.
9) Isi pikir: berisikan keyakinan berdasarkan penilaian realistis.
10) Tingkat kesadaran: orientasi waktu, tempat dan orang.
11) Memori
▪ Memori jangka panjang: mengingat peristiwa setelah lebih
setahun berlalu.
▪ Memori jangka pendek: mengingat peristiwa seminggu yang
lalu dan pada saat dikaji.
12) Kemampuan konsentrasi dan berhitung: kemampuan
menyelesaikan tugas dan berhitung sederhana.
13) Kemampuan penilaian: apakah terdapat masalah ringan sampai
berat
14) Daya tilik diri: kemampuan dalam mengambil keputusan tentang
diri. Kebutuhan persiapan pulang: yaitu pola aktifitas sehari-hari
termasuk makan dan minum, BAB dan BAK, istirahat tidur,
perawatan diri, pengobatan dan pemeliharaan kesehatan sera
aktifitas dalam dan luar ruangan.
g. Kaji mekanisme koping yang sering digunakan klien, meliputi :
1) Regresi
Menjadi malas beraktifitas sehari-hari
2) Proyeksi
Mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu
benda.
3) Menarik Diri
Sulit mempercayai orang lain dan dengan stimulus internal

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien halusinasi :
a. Resiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan halusinasi
b. Perubahan sesnsori persepsi halusinasi berhubungan menarik diri
c. isolasi sosial menarik diri berhubungan diri rendah
3. Rencana Tindakan Keperawatan

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA


DENGAN MASALAH GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI

Perencanaan
Dx
Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Gangguan sensori TUM: 1.1 Setelah 1x interaksi 1.1 Bina hubungan saling Membina hubungan
persepsi: klien menunjukkan percaya dengan saling percaya
Klien dapat
halusinasi tanda – tanda percaya menggunakan prinsip
mengontrol
kepada perawat : komunikasi terapeutik :
halusinasi yang
a. Sapa klien dengan ramah
dialaminya 1. Ekspresi wajah
baik verbal maupun non
bersahabat.
TUK 1 : verbal
2. Menunjukkan rasa
b. Perkenalkan nama, nama
Klien dapat senang.
panggilan dan tujuan
membina 3. Ada kontak mata.
perawat berkenalan
hubungan saling 4. Mau berjabat
c. Tanyakan nama lengkap
percaya tangan.
dan nama panggilan yang
5. Mau menyebutkan
disukai klien
nama.
d. Buat kontrak yang jelas
6. Mau menjawab
salam. e. Tunjukkan sikap jujur dan
7. Mau duduk menepati janji setiap kali
berdampingan interaksi
dengan perawat. f. Tunjukan sikap empati
8. Bersedia dan menerima apa adanya
mengungkapkan g. Beri perhatian kepada
masalah yang klien dan perhatikan
dihadapi. kebutuhan dasar klien
h. Tanyakan perasaan klien
dan masalah yang
dihadapi klien
i. Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi
perasaan klien
TUK 2 : 3.1 Setelah 1x interaksi 2.1 Adakan kontak sering dan Klien mengenal
klien menyebutkan : singkat secara bertahap. halusisnasi yang
Klien dapat
1. Isi 2.2 Observasi tingkah laku klien dialaminya
mengenal
2. Waktu terkait dengan halusinasinya
halusinasinya
3. Frekunsi jika menemukan klien yang
4. Situasi dan kondisi sedang halusinasi:
yang menimbulkan a. Tanyakan apakah klien
halusinasi mengalami sesuatu
(halusinasi dengar/ lihat/
penghidu /raba/ kecap )
b. Jika klien menjawab ya,
tanyakan apa yang
sedang dialaminya
c. Katakan bahwa perawat
percaya klien
mengalami hal tersebut,
namun perawat sendiri
tidak mengalaminya
(dengan nada bersahabat
tanpa menuduh atau
menghakimi)
d. Katakan bahwa ada
klien lain yang
mengalami hal yang
sama.
e. Katakan bahwa perawat
akan membantu klien
2.3 Jika klien tidak sedang
berhalusinasi klarifikasi
tentang adanya pengalaman
halusinasi, diskusikan dengan
klien :
1. Isi, waktu dan frekuensi
terjadinya halusinasi
(pagi, siang, sore, malam
atau sering dan kadang –
kadang)
2. Situasi dan kondisi yang
menimbulkan atau tidak
menimbulkan halusinasi
2.1 Setelah 1x interaksi 2.4 Diskusikan dengan klien apa
klien menyatakan yang dirasakan jika terjadi
perasaan dan halusinasi dan beri
responnya saat kesempatan untuk
mengalami halusinasi mengungkapkan
: perasaannya.
▪ Marah 2.5 Diskusikan dengan klien apa
▪ Takut yang dilakukan untuk
▪ Sedih mengatasi perasaan tersebut.
▪ Senang 2.6 Diskusikan tentang dampak
▪ Cemas yang akan dialaminya bila
▪ Jengkel klien menikmati
halusinasinya.

TUK 3 : 3.1 Setelah 1x interaksi 3.1 Identifikasi bersama klien Klien dapat
klien menyebutkan cara atau tindakan yang mengendalikan
Klien dapat
tindakan yang biasanya dilakukan jika terjadi halusinansi yang
mengontrol
dilakukan untuk halusinasi (tidur, marah, dialaminya
halusinasinya
mengendalikan menyibukan diri dll)
halusinasinya 3.2 Diskusikan cara yang
3.2 Setelah 1x interaksi digunakan klien,
klien menyebutkan cara ▪ Jika cara yang digunakan
baru mengontrol adaptif beri pujian.
halusinasi ▪ Jika cara yang
3.3 Setelah 1x interaksi digunakanmaladaptif
klien dapat memilih diskusikan kerugian cara
dan memperagakan tersebut
cara mengatasi
halusinasi 3.3.Diskusikan cara baru untuk
(dengar/lihat/penghidu/ memutus/ mengontrol
raba/kecap) timbulnya halusinasi :
3.4 Setelah 1x interaksi a. Katakan pada diri sendiri
klien melaksanakan bahwa ini tidak nyata
cara yang telah dipilih (“saya tidak mau dengar/
untuk mengendalikan lihat/ penghidu/ raba
halusinasinya /kecap pada saat
3.5 Setelah 1x pertemuan halusinasi terjadi)
klien mengikuti terapi b. Menemui orang lain
aktivitas kelompok (perawat/teman/anggota
keluarga) untuk
menceritakan tentang
halusinasinya.
c. Membuat dan
melaksanakan jadwal
kegiatan sehari hari yang
telah di susun.
d. Meminta keluarga/teman/
perawat menyapa jika
sedang berhalusinasi.
3.4 Bantu klien memilih cara
yang sudah dianjurkan dan
latih untuk mencobanya.
3.5 Beri kesempatan untuk
melakukan cara yang dipilih
dan dilatih.
3.6 Pantau pelaksanaan yang
telah dipilih dan dilatih , jika
berhasil beri pujian
3.7 Anjurkan klien mengikuti
terapi aktivitas kelompok,
orientasi realita, stimulasi
persepsi

TUK 4 : 4.1.Setelah 1x pertemuan 4.1 Buat kontrak dengan Perhatian keluarga dan
keluarga, keluarga keluarga untuk pertemuan ( pengertian keluarga akan
Klien dapat
menyatakan setuju waktu, tempat dan topik ) dapat membantu klien
dukungan dari
untuk mengikuti 4.2 Diskusikan dengan keluarga dalam mengontrol
keluarga dalam
pertemuan dengan ( pada saat pertemuan halusinasinya.
mengontrol
perawat keluarga/ kunjungan rumah)
halusinasinya
4.2.Setelah 1x interaksi a. Pengertian halusinasi
keluarga menyebutkan b. Tanda dan gejala
pengertian, tanda dan halusinasi
gejala, proses c. Proses terjadinya
terjadinya halusinasi halusinasi
dan tindakan untuk d. Cara yang dapat dilakukan
mengendali kan klien dan keluarga untuk
halusinasi memutus halusinasi
e. Obat- obatan halusinasi
f. Cara merawat anggota
keluarga yang halusinasi
di rumah ( beri kegiatan,
jangan biarkan sendiri,
makan bersama, bepergian
bersama, memantau obat
– obatan dan cara
pemberiannya untuk
mengatasi halusinasi )
g. Beri informasi waktu
kontrol ke rumah sakit
dan bagaimana cara
mencari bantuan jika
halusinasi tidak tidak
dapat diatasi di rumah
TUK 5 : 5.1 Setelah 1x interaksi 5.1 Diskusikan dengan klien Klien dapat
klien menyebutkan; tentang manfaat dan kerugian memanfaatkan obat
Klien
1. Manfaat minum tidak minum obat, nama , dengan baik
memanfaatkan
obat warna, dosis, cara , efek
obat dengan baik
2. Kerugian tidak terapi dan efek samping
minum obat penggunan obat.
3. Nama,warna,dosis, 5.2 Pantau klien saat
efek terapi dan penggunaan obat.
efek samping obat 5.3 Beri pujian jika klien
5.2 Setelah 1x interaksi menggunakan obat dengan
klien benar.
mendemontrasikan 5.4 Diskusikan akibat berhenti
penggunaan obat dgn minum obat tanpa konsultasi
benar dengan dokter
5.3 Setelah 1x interaksi 5.5 Anjurkan klien untuk
klien menyebutkan konsultasi kepada
akibat berhenti minum dokter/perawat jika terjadi
obat tanpa konsultasi hal – hal yang tidak di
dokter inginkan .
4. Implementasi
Menurut Keliat (2006), implementasi keperawatan disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan dengan memperhatikan dan mengutamakan
masalah utama yang aktual dan mengancam integritas klien beserta
lingkungannya. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan
keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien pada saat ini
(here and now). Hubungan saling percaya antara perawat dengan klien
merupakan dasar utama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

5. Evaluasi
Evaluasi menurut Keliat (2006) adalah proses yang berkelanjutan
untuk menilai efek dari tindakan keperawatan kepada klien. Evaluasi
dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan
yang dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu evaluasi
proses atau formatif yang dilakukan tiap selesai melakukan tindakan
keperawatan dan evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan
membandingkan respons klien dengan tujuan yang telah ditentukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
dengan penjelasan sebagai berikut:
S: Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan.
Dapat diukur dengan menanyakan pertanyaan sederhana terkait dengan
tindakan keperawatan seperti “coba bapak sebutkan kembali bagaimana
cara mengontrol atau memutuskan halusinasi yang benar?”.
O: Respon objektif dari klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
diberikan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku klien pada saat
tindakan dilakukan.
A: Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data
yang kontradiksi dengan masalah yang ada. Dapat pula
membandingkan hasil dengan tujuan.
P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
klien yang terdiri dari tindak lanjut klien dan tindak lanjut perawat.

Rencana tindak lanjut dapat berupa:


a. Rencana diteruskan, jika masalah tidak berubah.
b. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan
tetapi hasil belum memuaskan.
c. Rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang
dengan masalah yang ada serta diagnosa lama diberikan.
Hasil yang diharapkan pada asuhan keperawatan klien dengan halusinasi
adalah:
a. Klien mampu memutuskan halusinasi dengan berbagai cara yang telah
diajarkan.
b. Klien mampu mengetahui tentang halusinasinya.
c. Meminta bantuan atau partisipasi keluarga.
d. Mampu berhubungan dengan orang lain.
e. Menggunakan obat dengan benar.
f. Keluarga mampu mengidentifikasi gejala halusinasi.
g. Keluarga mampu merawat klien di rumah dan mengetahui tentang cara
mengatasi halusinasi serta dapat mendukung kegiatan-kegiatan klien.
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN KE 1 HALUSINASI PENDENGARAN
DENGANMENGIDENTIFIKASI HALUSINASI (PENYEBAB, GEJALA,
FREKUENSI, JENIS, ISI) DAN CARA MENGHARDIK

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien :
- Klien tampak diam dan kebingungan
- Klien tampak melamun
- Klien tampak mondar-mandir
2. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus :
- Klien mampu mengenali halusinasi yang dialaminya
- Klien mampu mengontrol halusinasinya
- Klien mengikuti program pengobatan secara optimal
4. Tindakan Keperawatan :
Mengidentifikasi halusinasi (penyebab, isi, frekuensi, gejala, dan jenis)
serta mengajarkan cara menghardik halusinasi

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
Tahap Orientasi
“Selamat sore pak, saya mahasiswa keperawatan STIKKU yang akan
membantu merawat bapak selama 2 minggu ini, nama saya Shanti Dewi
Susanti, bapak bisa panggil saya Shanti. Nama bapak siapa? Bapak mau
dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak hari ini?
Bagaimana kalau kita mengobrol dulu tentang keluhan bapak itu? Apa
bapak bersedia? Bapak mau mengobrol dimana? Baik, kira-kira bapak
bersedia berapa lama? Baik pak kalau begitu mari kita bercakap-cakap
mengenai keluhan bapak selama 15 menit”
Tahap Kerja
“Tadi bapak bilang bahwa bapak mendengar suara-suara di telinga bapak
yang tidak jelas? Apa yang dikatakan suara-suara itu? Jadi suara itu seperti
suara istri bapak yang marah-marah meminta uang untuk beli susu anak
bapak ya pak? Apakah suara itu terdengar terus menerus atau hanya
sewaktu-waktu? Biasanya kapan bapak mendengar suara itu? Apakah saat
bapak sedang sendiri atau saat akan tidur?”
“Apa yang bapak rasakan saat mendengar suara itu?”
“Apa yang bapak lakukan pada saat mendengar suara itu? Apakah dengan
bapak mendiamkannya, suara-suara itu hilang?”
“Kalau begitu pak, bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-
suara itu muncul?”
“Baik pak, jadi ada 4 cara untuk mencegah suara-suara itu muncul, pertama
dengan menghardik suara tersebut, kedua dengan cara meminum obat secara
teratur dan benar, ketiga dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain, dan
yang keempat melakukan hal yang disukai.
“Nah pak bagaimana kalau kita belajar belajar satu-satu dari cara tersebut?
Yaitu yang pertama dengan cara menghardik”
“Caranya seperti ini : saat suara-suara itu muncul, langsung hardik dengan
bilang ‘Pergi! Saya tidak mau dengar! Saya tidak mau dengar kamu suara
palsu’. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Apakah
bapak bisa?”
“Coba bapak peragakan! Nah begitu terus diulang lagi! Iya pak begitu, nanti
terus diulang sampai bapak tidak mendengar suara-suara itu”
Tahap Terminasi
“Bagaimana perasaan nya setelah latihan tadi? Kalau suara-suara itu muncul
lagi, silahkan bapak coba cara tersebut”.
“Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Kira-kira bapak mau jam
berapa?”
“Lalu bagaimana kalau kita juga melakukan cara yang kedua yaitu dengan
cara meminum obat secara benar dan teratur? Dan kita akan bercakap-cakap
lagi untuk cara berikutnya? Kalau begitu bapak mau jam berapa dan dimana
tempatnya?
“Baik pak kalau begitu, sampai jumpa!”
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN KE 2 HALUSINASI PENDENGARAN
DENGAN CARA MELAKUKAN KEGIATAN YANG DISUKAI

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien :
- Klien tampak diam dan kebingungan
- Klien tampak melamun
- Klien tampak mondar-mandir
2. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus :
- Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara melakukan
kegiatan yang disukai
4. Tindakan Keperawatan :
Mengajarkan klien melakukan kegiatan yang disukai secara terjadwal

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
Tahap Orientasi
“Selamat siang pak! Bagaimana keadaan bapak hari ini? Apakah suara-suara
itu masih sering muncul ditelinga bapak? Apakah bapak sudah
mempraktikan cara yang kemarin kita latih? Berkurangkah suara-suara itu
pak? Alhamdulillah ya pak…”
“Nah pak sesuai janji kita kemarin, saya akan melatih cara yang kedua yaitu
dengan cara melakukan kegiatan yang disukai secara terjadwal tujuannya
agar bapak tidak terfokus pada suara-suara yang muncul itu. Bagaimana
kalau kita diskusikan cara kedua mengontrol suara-suara aneh yang muncul
ditelinga bapak itu selama 10 menit. Apakah bapak bersedia? Baik kalau
bapak setuju, mari kita diskusikan disini saja ya pak”.
Tahap Kerja
“Apa kegiatan yang disukai oleh bapak? Lalu apa kegiatan yang biasanya
bapak lakukan? Jika bapak tidak memiliki aktivitas yang disukai, bapak bisa
melakukan aktivitas secara terjadwal, misalnya ketika pagi hari, bapa bisa
langsung membereskan tempat tidur, mencuci pakaian, membersihkan
rumah, berolahraga dan lain-lain. Bapak juga bisa melakukan hal lain
misalnya bermain dengan teman-teman disini agar bapak memiliki kegiatan
dari pagi sampai malam”.
“Jadi bagaimana pak? Apakah bapak bisa melakukan aktivitas terjadwal
seperti yang saya anjurkan?”
“Kalau begitu mari kita masukan latihan cara kedua untuk mengontrol
suara-suara itu muncul di jadwal kegiatan harian bapak ya. Bapak sudah bisa
melakukannya mulai sore ini sampai malam nanti dan dilanjutkan lagi besok
pagi setelah bangun tidur. Begitu seterusnya sampai bapak bisa mengontrol
suara-suara itu”.
Tahap Terminasi
“Sekarang bagaimana perasaan bapak setelah saya menganjurkan cara yang
kedua untuk mengontrol halusinasi itu? Apakah bapak akan mulai
melakukan aktivitas terjadwal yang saya sebutkan tadi?”
“Bagus. Nanti besok akan saya tanyakan kembali ya pak untuk latihan cara
mengontrol suara-suara yang sudah saya anjurkan”.
“Bagaimana kalau besok saya ajarkan kembali cara ketiga untuk mengontrol
suara-suara itu?”
“Mau diamana kita berdiskusinya? Lalu jam berapa kita akan
berdiskusinya?”
“Baiklah kalau begitu nanti besok saya akan menemui bapak lagi disini
setelah dzuhur ya pak. Terimakasih, selamat beristirahat”.
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN KE 3 HALUSINASI PENDENGARAN
DENGAN CARA BERCAKAP-CAKAP DENGAN ORANG LAIN

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien :
- Klien tampak diam dan kebingungan
- Klien tampak melamun
- Klien tampak mondar-mandir
2. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus :
- Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain
4. Tindakan Keperawatan :
Mengajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain untuk mengalihkan halusinasi

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
Tahap Orientasi
“Selamat siang pak! Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-
suaranya masih muncul? Apakah sudah dipakai dua cara mengontrol
halusinasi yang saya ajarkan? Kegiatan apa saja yang sudah bapak lakukan
hari ini?”
“lalu bagaimana hasilnya setelah bapak melakukan cara yang sudah saya
ajarkan?”
“Baik, sesuai janji kita yang kemarin ya pak kita akan berbicara mengenai
cara yang ketiga yaitu bercakap-cakap untuk mengontrol halusinasi.
Tujuannya agar perhatian bapak dapat teralihkan ketika mendengar suara
itu. Kita akan latihan selama 10 menit ya pak”.

Tahap Kerja
“Cara ketiga untuk mengontrol suara itu adalah dengan mengajak orang lain
berbicara dengan bapak. Jadi jika Bapak mulai mendengar suara-suara,
langsung saja cari perawat untuk diajak bercakap-cakap atau berbicara.
Minta perawat untuk bercakap-cakap dengan Bapak agar perhatian Bapak
teralihkan dari suara tak berwujud itu”.
“Contohnya begini, ‘Suster, tolong, saya mulai dengar suara-suara, saya
inginbercakap-cakap’. Begitu pak”.
“Coba Bapak lakukan seperti saya tadi lakukan”.
“Iya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya pak D!”
“Nah agar Bapak semakin mahir mengontrol suara tak berwujud dengan
mengajak orang lain bercakap-cakap, maka latihan mengontrol halusinasi
dengan mengajak orang lain bercakap-cakap akan dimasukan dalam jadwal
aktivitas Bapak sehari-hari. Bapak ingin berlatih mengontrol suara dengan
bercakap-cakap dengan perawat berapa kali sehari?”
“Wah bagus pak D sudah mau berlatih bercakap-cakap dengan perawat 2
kali sehari”.
“Bapak mau berlatih bercakap-cakap dengan perawat jam berapa saja?”

Tahap Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak setelah berlatih cara mengontrol suara-suara
tak berwujud dengan bercakap-cakap dengan orang lain?
“Coba Bapak peragakan bagaimana cara mengontrol suara-suara dengan
cara bercakap-cakap dengan orang lain”.
“Bagus sekali Bapak sudah dapat memperagakan cara mengontrol suara
dengan mengajak orang lain bercakap-cakap!”
“Bapak jangan lupa untuk berlatih bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mengontrol suara yang tak tampak wujudnya sesuai dengan jadwal yang tadi
telah kita buat yah. Dan jika Bapak mendengar suara yang tidak tampak
wujudnya, Bapak dapat menerapkan cara ketiga yaitu dengan mengalihkan
perhatian dengan mengajak perawat bercakap-cakap dengan Bapak”.
“Bapak, besok kita akan berbicara mengenai cara keempat untuk mengontrol
suara tak berwujud yaitu dengan meminum obat secara teratur. Bapak mau
berbicara jam berapa dan di mana?”
“Baiklah, besok kita akan bertemu disini lagi jam 9 pagi untuk berlatih cara
yang keempat. Permisi pak”
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN KE 4 HALUSINASI PENDENGARAN
DENGAN CARA MEMINUM OBAT SECARA TERATUR

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien :
- Klien tampak diam dan kebingungan
- Klien tampak melamun
- Klien tampak mondar-mandir
2. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus :
- Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara meminum obat
secara teratur
4. Tindakan Keperawatan :
Mengajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara meminum obat
secara teratur

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
Tahap Orientasi
“Selamat siang Pak.D! Bagaimana perasaan Bapak pagi ini?”
“Selama kita tidak bertemu, bagaimana dengan suara aneh itu? Apakah
Bapak masih mendengar?” “Berapa kali dalam sehari Bapak/Ibu mendengar
suara tersebut?”
“Saat Bapak mendengar suara tersebut, apakah bapa melakukan apa yang
sudah kita latih kemarin?”
“Saat suara tersebut muncul, dan bapa mengikuti apa yang saya ajarkan lalu
bagaimana hasilnya?”
“Bagaimana dengan jadwal kegiatannya?”
“Bagus sekali Bapak telah berlatih mengontrol suara dengan
caramenghardik, bercakap-cakap dan melakukan aktivitas sesuai jadwal
yang telah kita buat. Coba Bapak sebutkan manfaat yang Bapak rasakan saat
berlatih”.
“Wah bagus sekali jawaban yang diberikan oleh Bapak.”
“Apakah pagi tadi sudah minum obat?”
“Jam berapa Bapak/Ibu minum obat pagi tadi?”
“Sesuai janji saya kemarin, hari ini kita akan berbicara tentang cara keempat
mengontrol halusinasi yaitu dengan minum obat. Tujuannya agar Bapak
dapat mengetahui bahwa minum obat untuk mengontrol halusinasi tidak
boleh putus agar suara tak berwujud tidak terdengar lagi. Kita akan diskusi
selama 15 menit di ruang makan sambil menunggu makan siang”.
Tahap Kerja
“Coba Bapak sebutkan perbedaan sebelum dan sesudah Bapak minum obat.
Apakah suara-suara berkurang atau menghilang?”
“Minum obat sangat penting agar suara yang Bapak dengar dan
mengganggu selama ini tidak muncul lagi.”
“Berapa macam obat yang Bapak minum? Lalu kapan saja waktu bapak
untuk minum obat? Nah pak, jadi obat-obat yang bapak minum itu
fungsinya untuk menghilangkan sura-suara aneh yang selalu mengganggu
bapak selama ini, obat itu juga berfungsi untuk membantu bapak untuk
mengontrol emosi bapak agar bapak dapat menjadi lebih tenang”
“Kalau suara sudah hilang, obatnya tidak boleh dihentikan karena jika
Bapak menghentikan minum obat, maka suara tak berwujud akan muncul
lagi. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, Bapakakan
kembali mendengar suara-suara aneh itu.”
“Kalau obat habis, Bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi.
Bapak juga harus teliti saat minum obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar,
artinya Bapak harus memastikan bahwa itu benar-benar obat punya Bapak.
Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya.
Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar, yaitu
diminum sesudah makan dan tepat jamnya, juga harus memperhatikan
berapa jumlah obat sekali minum, dan Bapak juga harus cukup minum air
putih 10 gelas per hari.”
“Jika saat minum obat, Bapak merasa lemah atau pusing, itu adalah salah
satu efek samping dari obat yang Bapak minum. Bapak dapat berkonsultasi
ke dokter untuk mengatasi efek samping tersebut dan istirahat dengan
cukup.”
“Minum obat akan dimasukan ke dalam jadwal aktivitas Bapak sebanyak 3
kali dalam sehari yaitu jam 8 pagi, dan jam 5 sore.”
Tahap Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
keempat mengontrol halusinasi yaitu minum obat secara teratur?”
“Coba Bapak sebutkan apa saja yang harus diperhatikan sebelum minum
obat?” “Wah bagus sekali jawaban Bapak”.
“Jadi yang harus diperhatikan sebelum minum obat adalah benar obat
tersebut milik kita, benar obatnya, benar waktunya, benar caranya yaitu
diminum sesudah makan, dan benar jumlah obatnya”.
“Bapak jangan lupa untuk minum obat tepat waktu sesuai dengan jadwal
yang tadi telah kita buat yah”
“Pak D juga dapat meminta obat sendiri ke perawat tanpa perlu diingatkan”.
“Kalau begitu silahkan bapak coba praktikan semua cara yang sudah kita
latih untuk mengontrol suara-suara itu ya pak dari cara kesatu yaitu dengan
menghardik, cara kedua dengan melukakn aktivitas terjadwal, yang ketiga
dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain dan yang keempat dengan
cara meminum obat sesuai jadwal dengan teratur”
“Jika ada hambatan, bapak bisa meminta bantuan perawat yang ada disini ya
pak”
“Kalau begitu sekarang silahkan bapak lakukan aktivitas lain ya pak,
selamat beristirahat. Sampai jumpa!”
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.D DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
DI PANTI PANTI GRAMESIA CIREBON
2021

RUANG RAWAT: Ruang Pria TANGGAL DIRAWAT: 12-12-2020

A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. D Tgl Pengkajian : 18 Januari 2021
Umur : 31 No Rekam Medis : 525
Alamat : Kemantren Cirebon
Pekerjaan : Pedagang
Informasi : Klien dan Perawat

II. ALASAN MASUK


Klien datang kepanti gramesia diantar oleh keluarga dengan keadaan umum
gelisah, telapak tangan dingin, muka tegang, keluhan yang dialami klien yaitu
tidak bisa tidur, sering marah-marah saat meminta sesuatu. Klien juga
mengatakan selalu mendengar hal-hal yang menakutkan yang tidak jelas seperti
suara marah-marah istrinya yang meminta dibelikan susu untuk anaknya.
Keluarga klien mengatakan klien tidak meminum obat selama dua hari sehingga
klien sering bicara sendiri

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1) Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
Ya Tidak

Bila YA jelaskan :
Klien pernah mengalami gangguan jiwa sejak tiga tahun yang lalu karena
penyalahgunaan obat tramadol sehingga klien menjadi mudah emosi dan
sering berhalusinasi.
2) Pengobatan sebelumnya
Berhasil Kurang Berhasil Tidak Berhasil

Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia


Aniaya fisik YA/ 31 - -
Aniaya Sosial - - -
Penolakan - - -
Kekerasan dalam Keluarga YA/ 31 - -
Tindakan Kriminal - - -
Jelaskan:

Klien mengatakan pernah marah-marah dan memukul keluarganya


sendiri saat keinginannya tidak dituruti
Masalah Keperawatan: Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran
3) Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?
Ya Tidak
4) Pengalaman masa lalu lain yang tidak menyenangkan (bio, psiko, sosio,
kultural, spiritual)
Klien merasa menyesal dan malu karena pernah menyalahgunakan obat
tramadol. Klien juga merasa takut saat mengingat kembali pernah
dipaksa oleh teman-temannya untuk membeli obat tramadol dan dipaksa
untuk mengkonsumsinya sehingga menyebabkan halusinasi sampai saat
ini.
Masalah Keperawatan:
Gangguan Persepsi Sensori :Halusinasi Pendengaran

IV. FISIK
a) Keadaan umum : Klien tampak lusuh, mata terlihat sayu dan sering
mondar-mandir
b) Tanda Vital : TD : 120/70 mmHg N : 82x/mnt S : 36,50C RR :
21x/mnt
c) Ukur : TB : 160cm BB : 64kg
d) Keluhan fisik :
Ya Tidak

V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Genogram
: Klien laki-laki
: Perempuan
: Garis pernikahan

: Garis keturunan

Keterangan : : Tinggal serumah

Jelaskan :
Klien sudah menikah dan memiliki seorang anak perempuan yang tinggal
serumah dengan klien.
Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran

2. Konsep Diri
a. Gambaran diri:
Klien mengatakan merasa bersyukur dengan tubuh yang dimilikinya
b. Identitas diri :
Klien merasa bersyukur karena bisa menikah dan sudah memiliki
seorang anak perempuan
c. Peran :
Klien mengatakan dirumahnya menjalankan sebagai seorang kepala
keluarga yang memiliki istri dan anak
d. Ideal diri :
Klien mengatakan ingin pulang bertemu dengan keluarganya dan ingin
bekerja mencari nafkah untuk keluarganya
e. Harga diri :
Klien terlihat malas untuk berinteraksi dengan orang laindan tidak
terbuka dengan yang lainnya

Masalah keperawatan: gangguan persepsi sensori : Halusinasi

3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan sangat menyayangi kedua orang tuanya, juga istri dan
anaknya.
b. Peran serta dalam kelompok / masyarakat
Klien berinteraksi dengan orang lain karena klien merupakan seorang
pedagang tahu.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mudah berinteraksi dengan orang lain namun terkadang merasa
takut saat mengingat kejadian masa lalunya yang dipaksa untuk membeli
obat tramadol dan mengkonsumsinya, klien juga sering marah-marah
tidak dapat mengontrol emosinya.
Masalah Keperawatan: Halusinasi
4. Spiritual dan kultural
1) Nilai dan keyakinan
Klien merasa penyakit yang dialaminya merupakaan kesalahannya di
masa lalu karena penyalahgunaan obat.
2) Konflik nilai/ keyakinan/ budaya
Tidak ada
3) Kegiatan ibadah
Klien sering melaksanakan shalat lima waktu
Masalah keperawatann :Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Tidak Rapi Penggunaan tidak sesuai Cara berpakaian tidak
seperti biasanya
Jelaskan:
Klien menggunakan pakaian yang lusuh dan jarang berganti pakaian
Masalah Keperawatan:Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran
2. Pembacaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren Apatis

Lambat Membisu Tidak mampu memulai pembicaraan

Jelaskan:
Klien dapat menjawab sesuai dengan pertanyaan dengan meskipun terlihat
ragu dan berbelit-belit untuk mengungkapkan masalahnya

Masalah Keperawatan:Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran

3. Aktivitas Motorik/ Psikomotor


1) Kelambatan:
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
Tik Grimasen Tremor Kompulsif
Jelaskan :
Klien tampak melakukan hal yang samayaitu mondar-mandir tidak jelas
dan klien pun tampak lesu tidak bersemangat
4. Alam Perasaan
Sedih Putus asa Gembira berlebih

Ketakutan Khawatir

Jelaskan:
Klien merasa sedih atas apa yang dialami nya hingga saat ini dan khawatir
jika orang lain tahu masalah yang dialami nya dimasa lalu yang pernah
dipaksa untuk membeli obat tramadol untuk disalah gunakan
Masalah keperawatan: Halusinasi
5. Afek/ Emosi
Datar Labil

Tumpul Tidak labil

Jelaskan:
Afek/emosi klien tampak tumpul, terkadang klien tampak kebingungan dan
harus ada stimulus yang kuat untuk pasien menunjukan emosinya
Masalah Keperawatan:Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran
6. Interaksi Selama Wawancara
Bermusuhan Kontak mata (-) Mudah tersinggung

Tidak kooperatif intensif Curiga

Jelaskan:
Klien terlihat tidak fokus dan kontak mata kurang saat diajak bicara
Masalah Keperawatan:Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran
7. Persepsi
Halusinasi Ilusi Depersonalisasi Derealisasi

Macam Halusinasi
Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu/ Pembauan Lain-lain

Jelaskan:
Klien mengatakan sering mendengar suara istrinya yang marah-marah minta
dibelikan susu untuk anaknya dan juga sering mendengar tangisan anaknya.
Masalah Keperawatan:Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran
8. Proses Pikir
Sirkumtansial Tangensial Kehilangan asosiasi

Fligh of ideas Blocking Pengulangan pembicaraan

Jelaskan:
Jawaban klien terhadap pertanyaan selalu berbelit-belit dan terlihat seperti
ragu untuk diungkapkan namun pertanyaan tersebut dapat terjawab
Masalah Keperawatan: Halusinasi
9. Isi Pikir
Obsesif Fobia Hipokondria

Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis

Waham, Sebutkan jenisnya :

Agama Somatik, Hipokondrik Kebesaran Curiga

Nihilistik Sisip pikir Siar Pikir Kontrol pikir

Kejaran Dosa

Jelaskan :
Klien tampak memikirkan hal-hal yang sering mengganggunya seperti
keadaan keluarganya dan bisikan yang sering terdengar olehnya.
Masalah Keperawatan :Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran

10. Kesadaran
Bingung Sedasi Stupor

Disorientasi
Waktu Tempat Orang

Jelaskan:
Klien melakukan gerakan yang berulang-ulang seperti mondar-mandir yang
disadari oleh klien. Klien juga tidak dapat mengingat usia anaknya dan
tanggal lahirnya
Masalah Keperawatan: Halusinasi

11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi
Jelaskan :
Klien tidak dapat mengingat kapan tanggal lahirnya dan usia anaknya
Masalah Keperawatan : Halusinasi

12. Tingkat konsenterasi dan berhitung


Mudah beralih Tidak mampu Tidak mampu berhitung
berkonsentrasi sederhana
Jelaskan :
Pikiran klien tidak dapat berkonsentrasi untuk fokus pada satu hal dan selalu
merasa ragu
Masalah Keperawatan :Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran

13. Kemampuan penilaian


Gangguan ringan Gangguan bermakna

Jelaskan :
Klien ketika disuruh untuk melakukan kegiatan seperti mandi atau ketika
ditanya mengapa selalu mondar-mandir hanya tertawa dan jarang untuk
dilakukan
Masalah Keperawatan :Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran

14. Daya tilik diri/ insight


Mengingkari penyakit yang Menyalahkan hal-hal diluar
diderita dirinya
Jelaskan :
Klien tampak menyalahkan teman-temannya yang dulu pernah memaksanya
untuk membeli dan penyalah gunakan obat-obatan seperti tramadol
Masalah Keperawatan :Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran
VIII. AKTIVITAS SEHARI-HARI
1. Makan

Bantuan minimal Bantuan sebagian Bantuan total

2. BAB/BAK

Bantuan minimal Bantuan sebagian Bantuan total

3. Mandi

Bantuan minimal Bantuan sebagian Bantuan total

4. Berpakaian/berhias

Bantuan minimal Bantuan sebagian Bantuan total

5. Istirahat dan tidur


Tidur siang lama : 12.00 s/d 13.00
Tidur malam lama : 19.00 s/d 05.00
Aktivitas : Makan dan minum obat
sesudah/sebelum
tidur

6. Penggunaan obat

Bantuan minimal Bantuan sebagian Bantuan total

7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan Ya Tidak

Sistem pendukung Ya Tidak


1. Aktivitas di dalam rumah
Mempersiapkan Ya Tidak
makanan
Menjaga kerapihan Ya Tidak
rumah
Mencuci pakaian Ya Tidak

Pengaturan keuangan Ya Tidak

2. Aktivitas di luar rumah


Belanja Ya Tidak

Transportasi Ya Tidak
Lain – lain Ya Tidak

Jelaskan :
Klien hanya beraktivitas di dalam rumah
Masalah Keperawatan :Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran

IX. MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum Alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
Teknik relakasi Bekerja berlebihan
Aktivitas kontruktiv Menghindar
Olahraga Mencederai diri
Lainnya : Lainnya :

Masalah Keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi


Pendengaran

X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


1. Masalah dengan dukungan kelompok, uraikan :
Klien mengalami trauma karena diketahui masyarakat pernah
mengkonsumsi obat terlarang
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan, uraikan :
Tidak ada masalah
3. Masalah dengan pendidikan, uraikan :
Tidak ada masalah
4. Masalah dengan pekerjaan, uraikan :
Klien bekerja membantu orang tuanya sebagai pedagang tahu untuk
menafkahi istri dan anaknya
5. Masalah dengan perumahan, uraikan :
Tidak ada masalah
6. Masalah dengan ekonomi, uraikan :
Klien merasa pusing dengan masalah ekonomi keluarganya untuk
membeli kebutuhan istri dan anaknya karena selalu terngiang suara
istrinya yang meminta untuk dibelikan susu
7. Masalah dengan pelayanan kesehatan, uraikan :
Tidak ada masalah
8. Masalah lainnya, uraikan :
Tidak ada masalah
Masalah Keperawatan :Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran

XI. KURANG PENGETAHUAN TENTANG


Penyakit jiwa Sistem pendukung
Faktor presipitasi Penyakit fisik
Koping Obat-obatan
Lainnya :
Klien kurang paham dengan apa yang dideritanya dan ingin segera pulang
Masalah Keperawatan :Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran
XII. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik : Skizofernia
Terapi Medik : Terapi obat-obatan

Cara
No. Nama Obat Dosis Waktu Indikasi
Pemberian
- Perawatan Cacat mental
- Perawatan gangguan
psikotik
- Pengurangan perilaku
1x1 resiko bunuh diri berulang
1. Clorilex 25mg Oral
(Pagi) pada pasien skizofernia
- Pengobatan skizofernia
- Skizofernia tidak
responsive atau intoleransi
dengan neuroleptik klasik
- Mengatasi kejang pada
sebagian besar jenis
Parkinson
- Mengatasi gejala gangguan
2x1
ekstrapiramidal umum atau
2. Hexymer 2mg (Pagi & Oral
yang disebabkan oleh efek
Malam)
samping penggunaan
penggunaan obat tertentu
seperti obat anti depresan &
psikotropika
- Terapi pada skizofernia
akut & kronis serta pada
2x1 kondisi psikosis lain
3. Resperidone 2mg (Pagi & Oral - Mengurangi gejala apektif
Malam) (cemas & depresi) yang
berhubungan degan
skizofernia
- Dalam dosis rendah obat ini
digunakan untuk
menenangkan pikiran serta
mengatasi marah dan
2x1 gelisah yang berlebihan
4. Stelosi 5mg (Pagi & Oral - Mengatasi mual dan
Malam) muntah
- Mengatasi gangguan mental
jangka panjang yang
membuat pasien halusinasi
dan gangguan psikotik
XIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran berhubungan
dengan klien sering terlihat diam dan kebingungan, klien
mengatakan sering mendengar suara-suara aneh seperti istrinya
yang marah-marah
2. Harga Diri Rendah berhubungan dengan kontak mata klien kurang
setiap kali diajak berbicara
3. Resiko Perilaku Kekerasan berhubungan dengan halusinasi yang
didengar oleh klien. Klien mengatakan mudah marah-marah dan
tersinggung.

XIV. ANALISIS DATA


No. Data Masalah
1. DO : Gangguan Persepsi Sensori :
- Klien tampak diam dan kebingungan Halusinasi Pendengaran
- Klien tampak melamun
- Klien tampak mondar-mandir
DS :
- Klien mengatakan sering mendengar
suara-suara seperti istrinya yang
marah-marah setiap akan tidur
- Klien mengatakan sulit tidur
2. DO : Harga Diri Rendah
- Klien tidak dapat melihat lawan bicara
- Kontak mata kurang
- Klien tampak tidak percaya diri
DS :
- Klien mengatakan malu atas masalah
keluarga yang menimpanya
3. DO : Resiko Perilaku Kekerasan
- Ekspresi wajah klien tapak tegang
- Klien mudah tersinggung
DS :
- Klien mengatakan suka marah-marah
bila keinginannya tidak dituruti
XV. POHON MASALAH

Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Harga Diri Rendah

Koping Individu Tidak Efektif

XVI. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran berhubungan
dengan harga diri rendah
2. Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif
3. Resiko perilaku kekerasaan berhubungan dengan gangguan persepsi
sensori halusinasi

Cirebon, 18 Januari 2021

Shanti Dewi Susanti S.Kep.


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. D
No. Registrasi : 525

No. Diagnosa Tujuan Kriteria


Tanggal Intervensi Rasional Ttd
Dx Keperawatan Standart
Senin, Dx 1 Gangguan TUPAN SP 1 Pasien SP 1 Pasien
18-12- Persepsi Setelah dilakukan 3x 1. Bina hubungan saling percaya : 1. Klien akan mau bercerita tentang
2020 Sensori : pertemuan salam terapeutik, empati, sebut apa yang dialaminya kepada
Halusinasi diharapkan : nama perawat dan jelaskan orang yang dipercayainya
pendengaran 1. Klien dapat tujuan interaksi 2. Klien akan lebih cepat mengenal
mengontrol 2. Adakan kontak sering dan ketika sering berinteraksi
halusinasinya singkat secara bertahap 3. Dengan cara menghardik, klien
dengan cara
3. Latihan cara mengontrol dapat mengontrol agar tidak
menghardik halusinasi dengan cara mengikuti halusinasinya
2. Keluarga menghardik 4. Jadwal kegiatan dibuat agarklien
mengetahui cara 4. Masukan pada jadwal kegiatan dapat latihan teratur dan
merawat klien untuk latihan menghardik mengevaluasi hasil kegiatan.
halusinasi SP 1 Keluarga SP 1 Keluarga :
3. Klien mau
1. Diskusikan masalah yang 1. Mengetahui masalah yang terjadi
meminum obat dirasakan dalam mengurus klien selama merawat klien
secara teratur dengan halusinasi 2. Agar meningkatkan pengetahuan
2. Jelaskan pengertian, tanda keluarga tentang halusinasi
gejala dan proses terjadinya 3. Agar keluarga memahami cara
TUPEN halusinasi merawat klien
Setelah dilakukan 1x 3. Jelaskan cara merawat klien 4. Keluarga dapat mengetahui cara
pertemuan, dengan halusinasi menghardik
diharapkan : 4. Latih cara merawaat halusinasi 5. Agar keluarga dapat membantu
1. Klien dapat dengan cara menghardik pasien sesuai jadwal kegiatan
membina 5. Anjurkan membantu pasien
hubungan saling berlatih menghardik sesuai
percaya jadwal dan memberi pujian
2. Klien mampu
mengenali
halusinasi nya
TUPAN SP 2 Pasien : SP 2 Pasien
Setelah 3x 1. Evaluasi kegiatan menghardik, 1. Agar dapat mengetahui
pertemuan beri pujian keberhasilan dari latihan
diharapkan : 2. Latih cara mengontrol sebelumnya
1. klien mampu halusinasi dengan melakukan 2. Dengan melakukan kegiatan
mengontrol kegiatan yang disukai maka halusinasi klien dapat
halusinasinya 3. Masukan pada jadwal kegiatan terkontrol
dengan cara 3. Agar menjadi kegiatan yang
meminum obat terkontrol
2. keluarga mampu
memberikan/mem
bimbing klien SP 2 Keluarga : SP 2 Keluarga
meminum obat 1. Evaluasi kegiatan keluarga 1. Untuk dapat mengetahui apakah
dalam merawat klien dalam keluarga dapat melatih klien atau
melatih menghardik tidak
TUPEN 2. Anjurkan membantu klien 2. Agar kegiatan latihan klien dapat
Setelah 1x sesuai jadwal dan memberikan terlaksana secara teratur
pertemuan pujian
diharapkan :
1. klien mau
meminum obat
sesuai jadwal
2. keluarga dapat
membantu klien
meminum obat

TUPAN SP 3 Pasien : SP 3 Pasien


Setelah dilakukan 3x 1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Klien mau melakukan kegiatan
pertemuan, menghardik dan melakukan latihan secara teratur dan tepat
diharapkan : kegiatan yang disukai beri 2. Dengan bercakap-cakap saat
1. Halusinasi klien pujian terjadi halusinasi maka fokus
terkontrol dengan 2. Latihan cara mengontrol klien tidak pada halusinasi yang
bercakap-cakap halusinasi dengan cara dia dengar dan halusinasi dapat
2. Keluarga bercakap-cakap saat terjadi terkontrol
mendampingi halusinasi 3. Agar klien dapat teratur
klien untuk 3. Masukan pada jadwal kegiatan mengingat cara-cara mengontrol
bercakap-cakap untuk latihan menghardik, halusinasi
saat terjadi melakukan kegiatan yang
halusinasi disukai dan bercakap-cakap

TUPEN SP 3 Keluarga SP 3 Keluarga


Setelah 1x 1. Evaluasi kegiatan keluarga 1. Agar mengetahui apakah
pertemuan dalam merawat klien untuk keluarga memahami cara
diharapkan : menghardik dan memberi obat merawat halusinasi klien
1. Klien mampu 2. Jelaskan cara bercakap-cakap 2. Agar keluarga dapat bercakap-
bercakap-cakap untuk mengontrol halusinasi cakap dengan klien
dan melaporkan klien 3. Agar keluarga dapat membantu
adanya halusinasi 3. Latihan dan sediakan waktu klien untuk mengontrol
2. Keluarga tahu untuk keluarga bercakap-cakap halusinasi dengan bercakap-
cara bercakap- dengan klien terutama saat cakap
cakap dengan halusinasi 4. Agar keluarga dapat membantu
pasien untuk 4. Anjurkan membantu klien klien sesuai jadwal
mengontrol sesuai jadwal dan beri pujian
halusinasinya

TUPAN SP 4 Pasien SP 4 Pasien


Setelah dilakukan 3x 1. Evaluasi kegiatan latihan, 1. Agar dapat mengetahui
pertemuan, menghardik, melakukan keberhasilan dari latihan
diharapkan : kegiatan yang disukai, dan sebelumnya
1. Halusinasi klien bercakap-cakap lalu beri pujian 2. Dengan meminum obat secara
dapat 2. Latihan cara mengontrol tepat dan teratur, halusinasi
hilang/terkontrol halusinasi dengan obat klien dapat terkontrol
dengan melakukan (jelaskan 6 benar. Jenis, guna, 3. Agar klien dapat teratur dalam
kegiatan dosis, frekuensi, cara, latihan dan meminum obat
2. Keluarga kontinuitas minum obat) sesuai jadwal
membantu klien 3. Memasukan pada jadwal
dalam melakukan kegiatan untuk meminum obat
kegiatan dan
mengetahui gejala SP 4 Keluarga SP 4 Keluarga
kekambuhan 1. Evaluasi kegiatan keluarga 1. Untuk menilai kemampuan
dalam merawat klien keluarga dalam merawat pasien
2. Jelaskan 6 benar cara halusinasi
TUPEN pemberian obat 2. Agar keluarga mengetahui cara
Setelah dilakukan 1x 3. Latih cara memberikan atau benar memberi obat
pertemuan membimbing minum obat 3. Agar keluarga dapat
diharapkan : 4. Anjurkan keluarga membantu membimbing klien meminum
1. Klien mau klien sesuai jadwal obat
melakukan 5. Jelaskan follow-up ke dokter 4. Agar keluarga membimbing
kegiatan atau perawat jika ada tanda klien meminum obat sesuai
2. Keluarga kambuh, dan gejala jadwal
mengetahui gejala 5. Agar mengetahui keadaan klien
kekambuhan apabila terjadi kekambuhan
18-12- Dx 2 Harga Diri TUPAN SP 1 Pasien SP 1 Pasien
2020 Rendah Setelah 3x 1. Identifikasi kemampuan dan 1. Agar dengan cara tersebut klien
pertemuan aspek positif yang dimiliki dapat menceritakan aspek
diharapkan : pasien positifnya
1. Klien dapat 2. Bantu pasien menilai 2. Agar pasien mengetahui bahwa
menceritakan kemampuan pasien yang masih dirinya mampu dan bisa
kemampuan/aspek dapat digunakan 3. Agar pasien bisa melakukan
positif yang 3. Bantu pasien memilih kegiatan kegiatan sesuai kemampuan yang
dimiliki dengan yang akan dilatih sesuai dimiliki
percaya diri kemampuan 4. Agar pasien mampu menunjukan
2. Keluarga dapat 4. Latih pasien sesuai dengan yang dimiliki
merawat pasien kemampuan yang dipilih 5. Agar pasien termotivasi
dengan HDR 5. Beri pujian yang wajar terhadap 6. Agar menjadi kegiatan yang
eberhasilan pasien teratur
6. Anjurkan pasien memasukan
TUPEN dalam jadwal kegiatan harian
Setelah dilakukan 1x SP 1 Keluarga SP 1 Keluarga
pertemuan 1. Diskusikan masalah yang 1. Agar keluarga dapat dapat
diharapkan : dirasakan keluarga dalam merawat pasien dengan baik dan
1. Klien dapat merawat pasien benar
mengemukakan 2. Jelaskan pengertian, tanda dan 2. Agar keluarga memahami dan
kemampuan dan gejala HDR yang dialami pasien mengetahui tentang HDR
aspek positif yang beserta proses terjadinya HDR 3. Agar keluarga dapat merawat
dimilikinya 3. Jelaskan cara merawat pasien pasien HDR
2. Keluarga dapat HDR
merawat pasien
HDR dan paham
konsep HDR

TUPAN SP 2 Pasien SP 2 Pasien


Setelah dilakukan 3x 1. Evaluasi jadwal kegiatan harian 1. Agar dapat mengetahui
pertemuan pasien keberhasilan dari latihan
diharapkan : 2. Latih kemampuan kedua sebelumnya
1. Klien dapat3. Anjurkan pasien memasukan 2. Dengan banyaknya pasien
menunjukan dalam kegiatan harian menceritakan kemampuannya
kemampuannya dapat melatih percaya diri pasien
dengan percaya 3. Agar kegiatan latihan klien
diri dan semangat terlaksana dan teratur
2. Keluarga dapat SP 2 Keluarga SP 2 Keluarga
merawat pasien1. Latih keluarga mempraktikan 1. Agar keluarga terevaluasi dalam
dengan HDR cara merawat pasien dengan merawat pasien
HDR 2. Agar dapat merawat pasien HDR
2. Melatih keluarga melakukan dengan baik dan benar
TUPEN cara merawat langsung kepada
Setelah dilakukan 1x pasien dengan harga diri rendah
pertemuan
diharapkan :
1. Klien dapat
menunjukan
kemampuannya
yang lain
2. Keluarga dapat
merawat pasien
HDR
TUPAN SP 3 Pasien SP 3 Pasien
Setelah dilakukan 3x 1. Evaluasi jadwal kegiatan 1. Agar dapat mengetahui
pertemuan harian pasien keberhasilan dari latihan
diharapkan : 2. Latih kemampuan ketiga sebelumnya
1. Klien dapat 3. Anjurkan pasien memasukan 2. Dengan banyaknya pasien
menunjukan dalam kegiatan harian menceritakan kemampuannya
kemampuannya dapat meningkatkan percaya diri
yang lain dengan 3. Agar kegiatan latihan klien
penuh percaya diri terlaksana dan teratur
2. Keluarga dapat SP 3 Keluarga SP 3 Keluarga
merawat pasien 1. Bantu keluarga membuat 1. Agar jadwal atau kegiatan pasien
dengan HDR jadwal aktivitas dirumah minum obat pasien terpantau
termasuk meminum obat 2. Agar mengetahui keadaan klien
2. Jelaskan follow-up pasien dan apabila mengalami kekambuhan
TUPEN rujukan bila kembali ke rumah
Setelah dilakukan 1x
pertemuan di
harapkan :
1. Klien dapat
menunjukan
kemampuannya
yang lain
2. Keluarga dapat
merawat dengan
pasien HDR

18-12- Dx 3 Resiko TUPAN SP 1 Pasien SP 1 Pasien


2020 Perilaku Setelah 3x 1. Bina hubungan saling percaya 1. Klien lebih terbuka dan dapat
Kekerasan pertemuan, 2. Identifikasi perasaan marah percaya
diharapkan : 3. Identifikasi tanda dan gejala 2. Dapat mengungkapkan rasa
1. Klien dapat yang dirasakan marah
mengontrol emosi 4. Identifikasi akibat dari 3. Dapat mengontrol emosi
2. Klien dapat perilaku kekerasan 4. Dapat mengetahui cara
mencegah perilaku mengontrol emosi
kekerasan SP 1 Keluarga SP 1 Keluarga
3. Keluarga dapat1. Diskusi masalah yang 1. Dapat memberi solusi dalam
merawat pasien dihadapi keluarga dalam masalah keluarga
dirumah merawat pasien 2. Agar keluarga dapat melindungi
2. Diskusi tentang perilaku diri
kekerasan 3. Agar keluarga dapat merawat
3. Diskusi tentang perilaku pasien HDR dengan baik dan
TUPEN kekerasan (kondisi) yang perlu benar
setelah dilakukan 1x dilakporkan kepada perawat
pertemuan
diharapkan :
1. Klien dapat
mengidentifikasi
tanda-tanda
perilaku kekerasan
2. Klien dapat
menyebut cara
mencegah perilaku
kekerasan
TUPAN SP 2 Pasien SP 2 Pasien
Setelah dilakukan 3x 1. Evaluasi jadwal kegiatan 1. Dapat mengetahui kegiatan yang
pertemuan, pasien telah dilakukan pasien
diharapkan dapat : 2. Latih pasien mengontrol 2. Mengontrol emosi
1. Klien dapat perilaku kekerasan dengan 3. Kegiatan yang terjadwal dapat
mengontrol emosi cara fisik II mengontrol emosi
2. Keluarga 3. Bantu pasien dalam
mengetahui cara memasukan jadwal harian
merawat pasien SP 2 Keluarga SP 2 Keluarga
resiko perilaku 1. Latih keluarga atau beritahu 1. Dapat merawat pasien dirumah
kekerasan keluarga mempraktikan cara 2. Dapat merawat pasien perilaku
merawat pasien dengan kekerasan dirumah
TUPEN perilaku kekerasan
Setelah dilakukan 1x 2. Latih keluarga melakukan cara
pertemuan, merawat langsung kepada
diharapkan : pasien perilaku kekerasan
1. Pasien dapat
mengontrol
perilaku kekerasan
dengan cara fisik II
TUPAN SP 3 Pasien SP 3 Pasien
Setelah dilakukan 1x 1. Evaluasi jadwal kegiatan 1. Dapat mengetahui kegiatan
pertemuan harian pasien pasien
diharapkan : 2. Bantu pasien mengontrol 2. Untuk mengontrol emosi
1. Pasien dapat perilaku kekerasan dengan 3. Kegiatan yang terjadwal dapat
mengontrol emosi cara verbal mengontrol emosi
dengan cara verbal 3. Bantu pasien dalam
memasukan jadwal kegiatan
harian
TUPEN SP 3 Keluarga SP 3 Keluarga
Setelah 3x 1. Latih keluarga dalam 1. Agar keluarga tahu aktivitas
pertemuan membuat jadwal aktivitas pasien dan agar pasien tidak lupa
diharpakan : dirumah termasuk minum obat minum obat
1. Klien dapat 2. Jelaskan follow-up pasien 2. Mengevaluasi riwayat perilaku
mengontrol dengan kepada perawat atau dokter kekerasan
cara verbal dan melakukan rujukan bila
perlu
TUPAN SP 4 Paseien SP 4 Pasien
Setelah dilakukan 3x 1. Evaluasi jadwal kegiatan 1. Agar dapat mengetahui kegiatan
pertemuan pasien pasien
diharapakan : 2. Latih pasien mengontrol 2. Spiritual dapat memberi
1. Eklien dapat perilaku kekerasan dengan ketenangan
mengontrol cara spiritual 3. Kegiatan yang terjadwal dapat
perilaku kekerasan 3. Bantu pasien memasukan mengontrol emosi
dengan spiritual kegiatan dalam jadwal harian

TUPEN
Setelah dilakukan 3x
pertemuan
diharapkan :
1. Klien dapat
mengontrol emosi
2. Klien tidak
melakukan
perilaku kekerasan
TUPAN SP 5 Pasien SP 5 Pasien
Setelah dilakukan 3x 1. Evaluasi jadwal kegiatan latihan 1. Mengetahui kegiatan pasien
pertemuan, harian pasien 2. Obat dapat memberikan sedikit
diharapkan : 2. Jelaskan cara mengontrol ketenangan
1. Mengontrol emosi perilaku kekerasan dengan 3. Kegiatan yang terkontrol dapat
Tidak melakukan meminum obat mengontrol emosi
perilaku kekerasan 3. Bantu pasien memasukan dalam
kegiatan harian

TUPEN
Setelah dilakukan 1x
pertemuan
diharapkan pasin
dapat :
1. Klien dapat
menjelaskan cara
mengontrol
perilaku kekerasan
dengan meminum
obat
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
KEPERAWATAN JIWA

Nama : Tn. D Ruangan: Ruang Pria No.RM : 525

TANGGAL
No.Dx IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI
& JAM
Dx 1 Rabu, SP 1 Halusinasi S:
20-01-2021 1. Mengidentifikasi halusinasi (isi, - Klien mendengar suara
15.00 – frekuensi, pencetus, perasaan & respon) marah-marah istrinya yang
19.00 2. Menjelaskan cara mengontrol meminta dibelikan susu
halusinasi dengan cara menghardik untuk anaknya setiap akan
tidur
- Klien mengatakan kesulitan
untuk tidur
O:
- Klien tampak diam dan
kebingungan
- Klien tampak melamun
- Klien tampak mondar-
mandir
A:
Gangguan persepsi sensori :
Halusinasi Pendengaran
P:
Lanjutkan intervensi
I:
SP 2 melatih cara
mengontrol halusinasi
dengan cara melakukan
kegiatan yang disukai
E:
Klien mampu mengontrol
halusinasi
R:
Pertahankan intervensi
Dx 2 SP 1 HDR S:
1. Mengidentifikasi kemampuan positif - Klien mengatakan malu
yang dimiliki pasien dengan masalah
2. Membantu pasien menilai kemampuan keluarganya
pasien yang masih dapat digunakan
3. Membantu pasien memilih kegiatan O :
yang akan dilatih sesuai kemampuan - Klien tidak dapat melihat
pasien lawan bicara
- Kontak mata kurang
- Klien tampak tidak percaya
diri
A:
Gangguan konsep Diri:
HDR
P:
Lanjutkan intervensi
I:
SP 2 melakukan kegiatan
sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
E:
Klien mampu melakukan
kegiatan yang mudah
dimiliki
R:
Intervensi dilanjutkan
Dx 3 SP 1 RPK S:
1. Mengidentifikasi penyebab perilaku - Klien mengatakan suka
kekerasan marah-marah bila
2. Mengidentifikasi perilaku kekerasan keinginannya tidak dituruti
yang dilakukan O:
3. Mengidentifikasi akibat perilaku - Ekspresi wajah klien tapak
kekerasan tegang
4. Menyebutkan cara mengontrol perilaku - Klien mudah tersinggung
kekerasan A:
Resiko Perilaku Kekerasan
P:
Intervensi dilanjutkan
I:
SP 2 Pasien
E:
Klien mampu mengontrol
emosi
R:
Intervensi dilanjutkan
Dx 1 Kamis, SP 2 Halusinasi S:
21-01-2021 1. Mengevaluasi kegiatan harian pasien - Klien mengatakan suara-
15.00–17.00 2. Melatih cara mengontrol halusinasi suara tersebut mulai hilang
dengan melakukan kegiatan yang O :
disukai - Klien tampak diam dan
kebingungan
- Klien tampak mondar-
mandir
- Klien tampak melamun
A:
Gangguan persepsi sensori :
Halusinasi Pendengaran
P:
Intervensi dilanjutkan
I:
SP 3 mengontrol halusinasi
dengan cara bercakap-cakap
E:
Klien mampu mengontrol
halusinasi
R:
Lanjut Intervensi
Pertahankan Intervensi
Dx 2 SP 2 HDR S:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian - Klien mengatakan ingin
pasien pulang
2. Melatih kemampuan pasien yang kedua - Klien mengatakan ingin
bekerja untuk keluarganya
- Klien mengatakan ingin
membantu ayahnya
berdagang
O:
- Klien tidak dapat melihat
lawan bicara
- Kontak mata kurang
A:
Gangguan Konsep Diri :
HDR
P:
Intervensi dilanjutkan
I:
SP 3 melatih kemampuan
yang dimiliki kedua
E:
Klien mampu melakukan
kegiatan positif yang
dimiliki
R:
Lanjutkan intervensi
Dx 3 SP 2 RPK S:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian - Klien mengatakan sudah
pasien tidak ingin marah-marah
2. Melatih klien mengungkapkan rasa lagi dan menyesal
marah dengan cara cara fisik II (pukul O :
kasur dan bantal) - Ekspresi wajah klien tapak
tegang
A:
Resiko Perilaku Kekerasan
P:
Intervensi dilanjutkan
I:
SP 3 mengontrol perilaku
kekerasan
E:
Klien mampu mengontrol
perilaku kekerasan
R:
Lanjutkan intervensi
Dx 1 SP 3 Halusinasi S:
1. Mengevaluasi kegiatan latihan - Klien mengatakan sudah
menghardik dan melakukan hal yang jarang medengar suara-
disukai suara aneh
2. Melakukan latihan cara mengontrol O :
halusinasi dengan cara bercakap-cakap - klien tampak lebih tenang
- klien tampak tidak
bersemangat
A:
Gangguan Persepsi Sensori
: Halusinasi Pendengaran
P:
Intervensi dilanjutkan
I:
SP 4 meminum obat secara
teratur
E:
Klien mampu mengontrol
halusinasi
R:
Lanjutkan intervensi
Pertahankan intervensi
Dx 1 Jumat, SP 4 Halusinasi S:
22-01-2021 1. Mengevaluasi kegiatan latihanklien - Klien mengatakan sudah
11.00 – 2. Melatih cara mengontrol halusinasi tidak mendengar suara-
15.00 dengan meminum obat secara teratur suara aneh ketika akan
tidur
- Klien mengatakan berjanji
akan meminum obat
secara teratur
O:
- Klien tampak mondar-
mandir
- Klien tamapak
kebingungan
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Pertahankan intervensi
Dx 2 SP 3 HDR S:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian - Klien mengatakan ingin
pasien pulang
2. Melatih kemampuan positif yang - Klien mengatakan ingin
dimiliki klien bekerja untuk keluarganya
- Klien mengatakan akan
lebih giat bekerja untuk
menfkahi keluarganya
O:
- Klien tampak memikirkan
keluarganya
- Klien dapat berinteraksi
dengan rang lain
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
Dx 3 SP 3 RPK S:
1. Mengevaluasi jadwal harian pasien - Klien mengatakan tidak
2. Melatih klien mengungkapkan rasa akan marah-marah lagi
marah dengan cara verbal : menolak - Klien mengatakan takut
dengan baik, meminta dengan baik, untuk marah
mengungkapkan perasaan dengan baik - Klien mengatakan menyesal
selalu marah-marah
O:
- Emosi klien tampak stabil
- Klien tampak tenang
A:
Resiko Perilaku Kekerasan
(masalah teratasi sebagian)
P:
Intervensi dilanjutkan
I:
SP 4 melatih emosi dengan
cara spiritual
E:
Klien mampu mengontrol
emosi
R:
Lanjutkan intervensi
Daftar Pustaka

Dhani Indrawan. 2014. Asuhan Keperawatan pada Klien Halusinasi


(http://repository.ump.ac.id/1963/3/DHANI%20INDRAWAN%20BAB%20II.
pdf)
Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda. Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association) NIC-NOC. Jogjakarta : Media Action
Ritria, Nita.2009. Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan.
Jakarta:Salemba Medika.
Stuart dan Laraia. (2001). Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. edisi 6.
St. Louis: Mosby Year Book.

Anda mungkin juga menyukai