Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan Keluarga

Dosen Pengampu :

Ronny Suhada F,S.Kep, Ns,. M.Kep,

Disusun oleh :

Shanti Dewi Susanti CKR0160233

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

KUNINGAN

TAHUN 2019
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

Hipertensi adalah salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular,


secara global merupakan penyebab utama peningkatan mortalitas
kardiovaskular, kematian mendadak, stroke, penyakit jantung koroner, gagal
jantung, fibrilasi atrium, penyakit arteri perifer, dan insufisiensi ginjal.
Hipertensi mempengaruhi sekitar 25% orang dewasa di seluruh dunia dan
diperkirakan menyebabkan lebih dari tujuh juta kematian setiap tahun, dan
sekitar 13% dari jumlah total kematian di seluruh dunia (Rampengan, 2015).

Menurut kemenkes RI,2013. Hipertensi adalah peningkatan tekanan


darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat atau tenang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi
sering disebut-sebut sebagai sillent killer karena sesorang yang mengidap
hipertensi yang bahkan sudah bertahun-tahun seringkali tidak menyadarinya
sampai terjadi komplikasi seperti kerusakan organ vital yang cukup berat
yang bisa mengakibatkan kematian. Sebanyak 70 % penderita hipertensi tidak
menyadari bahwa dirinya mengidap hipertensi hingga ia memeriksakan
tekanan darahnya ke pelayanan kesehatan. Hipertensi dapat menimbulkan
dampak bagi penderita yaitu sakit kepala, pegal-pegal, perasaan tidak nyaman
di tengkuk, perasaan berputar atau ingin jatuh, berdebar-debar, detak jantung
cepat, telinga berdering, gagal jantung, berkembangnya plak lemak dalam
dinding pembuluh darah (artheroclerosis) dan arteriosclerosis, stroke dan
pecahnya pembuluh darah kapiler di otak.

World Health Organization (WHO) tahun 2008 mencatat sekitar 972 juta
orang atau 26,4% penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi. Angka ini
kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025, dari 972 juta
penderita hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 juta sisanya
berada di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia.Berdasarkan
prevalensi hipertensi lansia di Indonesia sebesar 45,9% untuk umur 55-64
tahun, 57,6% umur 65-74 tahun dan 63,8% umur >75 tahun. Prevalensi
hipertensi di Indonesia berdasarkan pengukuran tekanan darah pada umur ≥18
tahun adalah sebesar 25,8%. Prevalensi tertinggi di Bangka Belitung (30,9%),
diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%). (Balitbang
Kemenkes RI, 2013).

Ada banyak faktor yang menyebabkan hipertensi, faktor risiko tersebut


antara lain yaitu umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, obesitas, kadar garam
tinggi, kebiasaan merokok dan minum alkohol (Baradero, 2008). Adapun
menurut Sudoyo et al (2009) faktor-faktor risiko yang mendorong
peningkatan tekanan darah adalah faktor-faktor seperti: diet dan asupan
garam, stres, ras, obesitas, merokok dan genetis. Lansia merupakan orang
yang mempunyai faktor risiko umur dan juga mungkin di sertai faktor-faktor
risiko yang lain, yang harus diwaspadai dan benar-benar supaya
memperhatikan pola hidup yang sehat supaya tidak menimbulkan hipertensi
yang mungkin disertai dengan komplikasi yang berbahaya. Hal ini sejalan
dengan Arista (2013) yang mengemukakan bahwa bagi individu yang
mempunyai faktor risiko hipertensi tersebut harus waspada serta melakukan
upaya pencegahan sedini mungkin contoh yang sederhana yaitu dengan rutin
kontrol tekanan darah lebih dari satu kali, dan juga berusaha untuk
menghindari faktor pencetus seperti pola makan dan gaya hidup (live style)
yang baik. Penderita hipertensi yang tidak menjaga pola makan dan gaya
hidup yang sehat mempunyai risiko mengalami hipertensi berulang atau
kekambuhan hipertensi.Berdasarkan hasil pemaparan tersebut penulis tertarik
untuk melakukan penelitian asuhan keperawatan dengan diagnosa hipertensi
pada lansia.
A. Definisi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat
atau tenang (Kemenkes RI, 2013).
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya140 mmHg atau tekanandarah diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price
& Wilson, 2006).
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama
dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, jantung, dan otak bila tidak
dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai (Faqih, 2006).

B. Anatomi fisiologi
Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulasi darah yang terdiri
dari jantung, komponen darah dan pembuluh darah yang berfungsi
memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan
tubuh yang di perlukan dalam proses metabolisme tubuh. Sistem
kardivaskuler memerlukan banyak mekanisme yang bervariasi agar fungsi
regulasinya dapat merespons aktivitas tubuh, salah satunya adalah
meningkatkan aktivitas suplai darah agar aktivitas jaringan dapat
terpenuhi.Pada keadaan berat, aliran darah tersebut, lebih banyak di arahkan
pada organ-organ vital seperti jantung dan otak yang berfungsi memlihara
dan mempertahankan sistem sirkulasi itu sendiri.
Anatomi Jantung :
Jantung berbentuk seperti pir/kerucut seperti piramida terbalik
dengan apeks (superior-posterior : C-II) berada di bawah dan basis
(anterior-inferior ICS –V) berada di atas. Pada basis jantung terdapat
aorta, batang nadi paru, pembuluh balik, pembuluh balik atas dan
bawah. Jantung sebagai pusat system kardiovaskuler terletak di sebelah
rongga dada (cavum thoraks) sebelah kiri yang terlindung oleh costae
tepatnya pada mediastinum.Untuk mengetahui denyutan jantung, kita
dapat memeriksa dibawah papilla mamae 2 jari setelahnya. Berat pada
orang dewasa sekitar 250-350 gram. Hubungan jantung dengan alat
sekitarnya yaitu:
a) Dinding depan berhubungan dengan sternum dan kartilago kostalis
setinggikosta III-I.
b) Samping berhubungan dengan paru dan fasies mediastilais.
c) Atas setinggi torakal IV dan servikal II berhubungan dengan
aortapulmonalis, brongkus dekstra dan bronkus sinistra.
d) Belakang alat-alat mediastinum posterior, esophagus, aorta
desendes, venaazigos, dan kolumna vetebrata torakalis.
e) Bagian bawah berhubungan dengan diafragma.
Jantung difiksasi pada tempatnya agar tidak mudah berpindah
tempat.Penyokong jantung utama adalah paru yang menekan jantung
dari samping, diafragma menyokong dari bawah, pembuluh darah yang
keluar masuk dari jantung sehingga jantung tidak mudah berpindah.
Faktor yang mempengaruhi kedudukan jantung adalah:
a) Umur: Pada usia lanjut, alat-alat dalam rongga toraks termasuk
jantung
b) agak turun kebawah
c) Bentuk rongga dada: Perubahan bentuk tora yang menetap (TBC)
menahun batas jantung menurun sehingga pada asma toraks
melebar dan membulat
d) Letak diafragma: Jika terjadi penekanan diafragma keatas akan
mendorong bagian bawah jantung ke atas
e) Perubahan posisi tubuh: proyeksi jantung normal di pengaruhi oleh
posisi tubuh.

Otot jantung terdiri atas 3 lapisan yaitu:

a) Luar/pericardium
Berfungsi sebagai pelindung jantung atau merupakan kantong
pembungkus jantung yang terletak di mediastinum minus dan di
belakang korpus sterni dan rawan iga II- IV yang terdiri dari 2
lapisan fibrosa dan serosa yaitu lapisan parietal dan viseral.
Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lender sebagai pelican
untuk menjaga agar gesekan pericardium tidak mengganggu
jantung.
b) Tengah/ miokardium
Lapisan otot jantung yang menerima darah dari arteri koronaria.
Susunan miokardium yaitu:
 Otot atria: Sangat tipis dan kurang teratur, disusun oleh dua
lapisan. Lapisan dalam mencakup serabut-serabut berbentuk
lingkaran dan lapisan luar mencakup kedua atria.
 Otot ventrikuler: membentuk bilik jantung dimulai dari cincin
antrioventikuler sampai ke apeks jantung.
 Otot atrioventrikuler: Dinding pemisah antara serambi dan bilik(
atrium dan ventrikel).
c) Dalam / Endokardium
Dinding dalam atrium yang diliputi oleh membrane yang mengilat
yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lender endokardium
kecuali aurikula dan bagian depan sinus vena kava.

Bagian- bagian dari jantung:


a) Basis kordis: bagian jantung sebelah atas yang berhubungan
dengan pembuluh darah besar dan dibnetuk oleh atrium sinistra dan
sebagian oleh atrium dekstra.
b) Apeks kordis : bagian bawah jantung berbentuk puncak kerucut
tumpul.

Permukaan jantung (fascies kordis) yaitu:


a) Fascies sternokostalis: permukaan menghadap kedepan berbatasan
dengan dinding depan toraks, dibentuk oleh atrium dekstra,
ventrikel dekstra dan sedikit ventrikel sinistra.
b) Fascies dorsalis: permukaan jantung menghadap kebelakang
berbentuk segiempat berbatas dengan mediastinum posterior,
dibentuk oleh dinding atrium sinistra, sebgain atrium sinistra dan
sebgain kecil dinding ventrikel sinistra.
c) Fascies diafragmatika: permukaan bagian bawah jantung yang
bebatas dengan stentrum tindinium diafragma dibentuk oleh
dinding ventrikel sinistra dan sebagian kecil ventrikel dekstra.
Tepi jantung( margo kordis) yaitu:
a) Margo dekstra: bagian jantung tepi kanan membentang mulai dari
vena kavasuperior sampai ke apeks kordis
b) Margo sinistra: bagian ujung jantung sebelah tepi membentang dari
bawahmuara vena pulmonalis sinistra inferior sampai ke apeks
kordis.
Ruang-ruang jantung
Jantung terdiri dari empat ruang yaitu:
1. Atrium dekstra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula di luar,
bagian dalamnya membentuk suatu rigi atau Krista terminalis.
a. Muara atrium kanan terdiri dari:
− Vena cava superior
− Vena cava inferior
− Sinus koronarius
− Osteum atrioventrikuler dekstra
b. Sisa fetal atrium kanan: fossa ovalis dan annulus ovalis
c. Ventrikel dekstra: berhubungan dengan atrium kanan melalui
osteum atrioventrikel dekstrum dan dengan traktus pulmonalis
melalui osteum pulmonalis. Dinding ventrikel kanan jauh lebih
tebal dari atrium kanan terdiri dari:
− Valvula triskuspidal
− Valvula pulmonalis
2. Atrium sinistra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula
3. Ventrikel sinistra: Berhubungan dengan atrium sinistra melalui
osteum atrioventrikuler sinistra dan dengan aorta melalui osteum
aorta terdiri dari:
a. Valvula mitralis
b. Valvula semilunaris aorta
Peredaran darah jantung
Vena kava superior dan vena kava inferior mengalirkan darah ke
atrium dekstra yang datang dari seluruh tubuh. Arteri pulmonalis
membawa darah dari ventrikel dekstra masuk ke paru-paru(pulmo). Antara
ventrikel sinistra dan arteri pulmonalis terdapat katup vlavula semilunaris
arteri pulmonalis.Vena pulmonalis membawa darah dari paru-paru masuk
ke atrium sinitra.Aorta (pembuluh darah terbesar) membawa darah dari
ventrikel sinistra dan aorta terdapat sebuah katup valvulasemilunaris aorta.
Peredaran darah jantung terdiri dari 3 yaitu:
1. Arteri koronaria kanan: berasal dari sinus anterior aorta berjalan
kedepan antara trunkus pulmonalis dan aurikula memberikan cabang-
cabangke atrium dekstra dan ventrikel kanan.
2. Arteri koronaria kiri: lebih besar dari arteri koronaria dekstra
3. Aliran vena jantung: sebagian darah dari dinding jantung mengalir ke
atrium kanan melalui sinus koronarius yang terletak dibagian belakang
sulkus atrioventrikularis merupakan lanjutan dari vena.

1) Fisiologi Jantung
a. Fungsi umum otot jantung yaitu:
1. Sifat ritmisitas/otomatis: secara potensial berkontraksi tanpa adanya
rangsangan dari luar.
2. Mengikuti hukum gagal atau tuntas: impuls dilepas mencapai
ambang rangsang otot jantung maka seluruh jantung akan
berkontraksi maksimal.
3. Tidak dapat berkontraksi tetanik
4. Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot.
b. Metabolisme Otot Jantung
Seperti otot kerangka, otot jantung juga menggunakan energy
kimia untuk berkontraksi. Energy terutama berasal dari metabolism
asam
lemak dalam jumlah yang lebih kecil dari metabolisme zat gizi terutama
laktat dan glukosa. Proses metabolism jantung adalah aerobic yang
membutuhkan oksigen.
c. Pengaruh Ion Pada Jantung
1. Pengaruh ion kalium : kelebihan ion kalium pada CES menyebabkan
jantung dilatasi, lemah dan frekuensi lambat.
2. Pengaruh ion kalsium: kelebihan ion kalsium menyebabkan jantung
berkontraksi spastis.
3. Pengaruh ion natrium: menekan fungsi jantung.
d. Elektrofisiologi Sel Otot jantung
Aktifitas listrik jantung merupakan akibat perubahan permeabilitas
membrane sel. Seluruh proses aktifitas listrik jantung dinamakan
potensial aksi yang disebabkan oleh rangsangan listrik, kimia,
mekanika, dan termis. Lima fase aksi potensial yaitu:
1. Fase istirahat: Bagian dalam bermuatan negative(polarisasi) dan
bagian luar bermuatan positif.
2. Fase depolarisasi(cepat): Disebabkan meningkatnya permeabilitas
membrane terhadap natrium sehingga natrium mengalir dari luar ke
dalam.
3. Fase polarisasi parsial: Setelah depolarisasi terdapat sedikit
perubahan akibat masuknya kalsium ke dalam sel, sehingga muatan
positif dalam sel menjadi berkurang.
4. Fase plato(keadaan stabil): Fase depolarisasi diikiuti keadaan stabil
agak lama sesuai masa refraktor absolute miokard.
5. Fase repolarisasi(cepat): Kalsium dan natrium berangsur-angsur
tidak mengalir dan permeabilitas terhadap kalium sangat meningkat.
e. Sistem Konduksi Jantung
Sistem konduksi jantung meliputi:
1. SA node: Tumpukan jaringan neuromuscular yang kecil berada
didalam dinding atrium kanan di ujung Krista terminalis.
2. AV node: Susunannya sama dengan SA node berada di dalam
septumatrium dekat muara sinus koronari.
3. Bundle atrioventrikuler: dari bundle AV berjalan ke arah depan
padatepi posterior dan tepi bawah pars membranasea
septuminterventrikulare.
4. Serabut penghubung terminal(purkinje): Anyaman yang berada
padaendokardium menyebar pada kedua ventrikel.

f. Siklus Jantung
Empat pompa yang terpisah yaitu: dua pompa primer atrium dan dua
pompa tenaga ventrikel. Periode akhir kontraksi jantung sampai
kontraksi berikutnya disebut siklus jantung.

g. Bunyi Jantung
Tahapan bunyi jantung:
1. Bunyi pertama: lup
2. Bunyi kedua : Dup
3. Bunyi ketiga: lemah dan rendah 1/3 jalan diastolic individu muda
4. Bunyi keempat: kadang-kadang dapat didengar segera sebelum
bunyi pertama

C. Klasifikasi
Adapun klasifikasi hipertensi menurut Kemenkes RI (2013) yaitu ;
1. Berdasarkan bentuk hipertensi
Hipertensi diastolik (diastolic hypertensio), hipertensi campuran (sistol
dan diastol yang meninggi). Hipertensi sistolik (isolatedsystolic
hypertension).
2. Berdasarkan Penyebab
a. Hipertensi Primer atau Hipertensi Esensial
Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun
dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak
(inaktivas) dan pola makan. Hipertensi jenis ini terjadi pada sekitar 90%
pada semua kasus hipertensi.
b. Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Non Esensial
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekiar 5-10% penderita
hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal, sekitar 1-2%
penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu,
misalnya pil KB.
Jenis hipertensi yang lain, adalah sebagai berikut; (Kemenkes RI, 2013)
1. Hipertensi Pulmonal
Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada
pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing
dan pingsan pada saat melakukan aktivitas.
Berdasar penyebabnya hipertensi pulmonal dapat menjadi penyakit berat
yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas dan
gagal jantung kanan. Hipertensi pulmonal primer sering didapatkan pada
usia muda dan usia pertengahan, lebih sering didapatkanpada perempuan
dengan perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus per 1
juta penduduk, dengan meansurvival/sampai timbulnya gejala penyakit
sekitar 2-3 tahun.Kriteria diagnosis untuk hipertensi pulmonal merujuk
padaNational Institute of Health; bila tekanan sistolik arteripulmonalis
lebih dari 35 mmHg atau "mean"tekanan arteripulmonalis lebih dari 25
mmHg pada saat istirahat atau lebih30 mmHg pada aktifitas dan tidak
didapatkan adanya kelainankatup pada jantung kiri, penyakit myokardium,
penyakitjantung kongenital dan tidak adanya kelainan paru.
2. Hipertensi Pada Kehamilan
Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat pada
saat kehamilan, yaitu:
a. Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi yang
diakibatkan kehamilan/keracunan kehamilan (selain tekanan darah yang
meninggi, juga didapatkan kelainan pada air kencingnya). Preeklamsi
adalah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan.
b. Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu
mengandung janin.
c. Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan gabungan
preeklampsia dengan hipertensi kronik.
d. Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat. Penyebab hipertensi
dalam kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada yang mengatakan bahwa
hal tersebut diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, ada yang
mengatakan karena faktor diet, tetapi ada juga yang mengatakan
disebabkan faktor keturunan, dan lain sebagainya.dd

Klasifikasi Hipertensi
Tekanan Darah Tekanan Darah
Kategori
Sistolik Diastolik
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmH

Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg

Stadium 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg


(Hipertensi ringan)
Stadium 2 160-179 mmHg 100-109 mmHg
(Hipertensi sedang)
Stadium 3 180-209 mmHg 110-119 mmHg
(Hipertensi berat)
Stadium 4 210 mmHg atau lebih 120 Hg atau lebih
(Hipertensi maligna)

D. Etiologi
Menurut (Widjadja,2009) penyebab hipertensi dapat dikelompokan menjadi
dua yaitu:
a. Hipertensi primer atau essensial
Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui penyebab
dengan jelas. Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab
hipertensi primer, seperti bertambahnya usia, sters psikologis, pola
konsumsi yang tidak sehat, dan hereditas (keturunan). Sekitar 90% pasien
hipertensi diperkirakan termasuk dalam kategori ini.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder yang penyebabnya sudah di ketahui, umumnya berupa
penyakit atau kerusakan organ yang berhubungan dengan cairan tubuh,
misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaiyan kontrasepsi oral, dan
terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur
tekanan darah. Dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin,
dan penyakit jantung.

E. Manifestasi Klinis
Menurut (Ahmad, 2011) sebagian besar penderita tekanan darah tinggi
umumnya tidak menyadari kehadirannya. Bila ada gejala, penderita darah
tinggi mungkin merasakan keluhan-keluhan berupa : kelelahan, bingung,
perut mual, masalah pengelihatan, keringat berlebihan, kulit pucat atau
merah, mimisan, cemas atau gelisah, detak jantung keras atau tidak beraturan
(palpasi), suaraberdenging di telinga, disfungsi ereksi, sakit kepala, pusing.
Sedangkan menurut (Pudiastuti,2011) gejala klinis yang dialami oleh para
penderita hipertensi biasanya berupa : pengelihatan kabur karena kerusakan
retina, nyeri pada kepala, mual dan muntah akibatnya tekanan kranial, edema
dependen dan adanya pembengkakan karena meningkatnya tekanan kapiler.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
− Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasi faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas dan anemia
− BUN/kretinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
− Glucosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin
− Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM
2. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
3. EKG : dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
4. IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti batu ginjal, perbaikan
ginjal
5. Photo dada : menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung

G. Patofisiologi
Menurut (Triyanto,2014) Meningkatnya tekanan darah didalam arteri
bisa rerjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat
sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar
kehilangan kelenturanya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Darah di setiap denyutan jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang
sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. inilah yang
terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku
karena arterioskalierosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga
meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arter kecil (arteriola)
untuk sementara waktu untuk mengarut karena perangsangan saraf atau
hormon didalam darah. Bertambahnya darah dalam sirkulasi bisa
menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terhadap
kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan
air dari dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang arteri
mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan
darah akan menurun.Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut
dilaksanakan oleh perubahan didalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom
(bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara
otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan darah
melalui beberapa cara: jika tekanan darah meningkat, ginjal akan
mengeluarkan garam dan air yang akan menyebabkan berkurangnya volume
darah dan mengembalikan tekanan darah normal. Jika tekanan darah
menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga
volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal. Ginjal juga bisa
meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin,
yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan
memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ peting dalam
mengembalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan
pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya
penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis)
bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cidera pada salah satu atau
kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah (Triyanto 2014).

Pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada


system pembuluh perifer bertanggung pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya
regang pembuluh darah. Konsekwensinya , aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung (volume secukupnya), mengakibatkan penurunan curah jantunng dan
meningkatkan tahanan perifer (Prima,2015).
s
H. Komplikasi

Menurut (Triyanto,2014) komplikasi hipertensi dapat menyebabkan sebaga


berikut :
a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekananan tinggi diotak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran
darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak
mengalami arterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentukya aneurisma. Gejala tekena struke adalah sakit
kepala secara tiba-tiba, seperti orang binggung atau bertingkah laku seperti
orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan
(misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara
secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak.
b. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah
tersebut. Hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan
oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan infrak. Demikian juga hipertropi
ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik
melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan resiko pembentukan bekuan.
c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kapiler ginjal. Glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus,
darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan
terganggudan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan
rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga
tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang
sering di jumpai pada hipertensi kronik.
d. Ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya
kejantung dengan cepat dengan mengakibatkan cairan terkumpul diparu,
kaki dan jaringan lain sering disebut edema. Cairan didalam paru-paru
menyebabkan sesak napas, timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki
bengkak atau sering dikatakan edema. Ensefolopati dapat terjadi terutama
pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada
kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong
cairan kedalam ruangan intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-
neuron disekitarnya kolap dan terjadi koma.
Sedangkan menurut Menurut (Ahmad,2011) Hipertensi dapat diketahui
dengan mengukur tekanan darah secara teratur. Penderita hipertensi, apabila
tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai resiko besar untuk meninggal
karena komplikasi kardiovaskular seperti stoke, serangan jantung, gagal
jantung, dan gagal ginjal, target kerusakan akibat hipertensi antara lain :
a. Otak : Menyebabkan stroke
b. Mata : Menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan
kebutaan
c. Jantung : Menyebabkan penyakit jantung koroner (termasuk infark
jantung)
d. Ginjal : Menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal

I. Penatalaksanaan
Menurut (Junaedi,Sufrida,&Gusti,2013) dalam penatalaksanaan hipertensi
berdasarkan sifat terapi terbagi menjadi 3 bagian, sebagai berikut:
a. Terapi non-farmakologi
Penatalaksanaan non farmakologi merupakan pengobatan tanpa obat-
obatan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini, perubahan
tekanan darah diupayakan melalui pencegahan dengan menjalani perilaku
hidup sehat seperti :
1. Pembatasan asupan garam dan natrium
2. Menurunkan berat badan sampai batas ideal
3. Olahraga secara teratur
4. Mengurangi / tidak minum-minuman beralkohol
5. Mengurangi/ tidak merokok
6. menghindari stres
7. menghindari obesitas

b. Terapi farmakologi (terapi dengan obat)


Selain cara terapi non-farmakologi, terapi dalam obat menjadi hal yang
utama. Obat-obatan anti hipertensi yang sering digunakan dalam
pegobatan, antara lain obat-obatan golongan diuretik, beta bloker,
antagonis kalsium, dan penghambat konfersi enzim angiotensin.
1. Diuretik merupakan anti hipertensi yang merangsang pengeluaran
garam dan air. Dengan mengonsumsi diuretik akan terjadi pengurangan
jumlah cairan dalam pembuluh darah dan menurunkan tekanan pada
dinding pembuluh darah.

2. Beta bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dalam memompa


darah dan mengurangi jumlah darah yang dipompa oleh jantung.

3. ACE-inhibitor dapat mencegah penyempitan dinding pembuluh darah


sehingga bisa mengurangi tekanan pada pembuluh darah dan
menurunkan tekanan darah.

4. Ca bloker dapat mengurangi kecepatan jantung dan merelaksasikan


pembuluh darah.

c. Terapi herbal
Banyak tanaman obat atau herbal yang berpotensi dimanfaatkan sebagai
obat hipertensi sebai berikut :
1. Daun seledri
Seledri (Apium graveolens, Linn.) merupakan tanaman terna tegak
dengan ketinggian dari 50 cm. Semua bagian tanaman seledri memiliki
bau yang khas, identik dengan sayur sub.Bentung batangnya bersegi,
bercabang, memiliki ruas, dan tidak berambut.bunganya berwarna
putih, kecil, menyerupai payung, dan majemuk.Buahnya berwarna hijau
kekuningan berbentuk kerucut.Daunnya memiliki pertulangan yang
menyirip, berwarna hijau, dan bertangkai.Tangkai daun yang berair
dapat dimakan mentah sebagai lalapan dan daunnya digunakan sebagai
penyedap masakan, seperti sayur sop.
Contoh ramuan seledri secara sederhana sebagai berikut:
a.) Bahan : 15 batang seledri utuh, cuci bersih dan 3 gelas air

b.) Cara membuat dan aturan pemakai : potong seledri secara kasar,
rebus seledri hingga mendidih dan tinggal setengahnya, minum air
rebusannya sehari dua kali setelah makan.

Hubungan dengan hipertensi, seledri berkasiat menurunkan


tekanan darah (hipotensis atau anti hipertensi).Sebuah cobaan perfusi
pembuluh darah menunjukan bahwa apigenin mempunyai efek
sebagaivasodilator perifer yang berhubungan dengan efek hipotensifnya.
Percobaan lain menunjukkan efek hipotensif herbal seledri berhubungan
dengan integritas sistem saraf simpatik (Mun’im dan hanani, 2011).
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY. J DENGAN
MASALAH HIPERTENSI
DESA KAPANDAYAN. RT 08 / RW 04. KEC. CIAWIGEBANG

1. PENGKAJIAN
A. Data Umum
1) Identitas
Nama : Ny. J
Umur : 58 tahun
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SMP sederajat
Pekerjaan : Penjahit
Alamat : Kapandayan

2) Komposisi Keluarga

Nama L/P Umur Hub.Keluarga Pekerjaan Pend.Terakhir


Tn. T (Alm) L - Suami - SMA
Ny. J P 58 Istri Penjahit SMP
Ny. N P 39 Anak Perawat S2
Ny. R P 33 Anak Guru S1
Nn. S P 21 Anak Mahasiswi SMA

3) Tipe Keluarga
Tipe keluarga Ny. J adalah tipe keluarga inti yang terdiri dari Ibu dan
Anak yang tinggal dalam satu rumah.
4) Suku Bangsa
Ny. J adalah orang Jawa Barat dengan suku Sundabegitupun suaminya.
5) Agama
Agama keluarga Ny. J ini adalah Islam dan tidak ada satupun ketentuan
islam yang bertentangan dengan kesehatan.
6) Status sosial ekonomi Keluarga
a. Anggota Keluarga yang mencari nafkah
Adalah Tn. T (Suami)
b. Penghasilan
Penghasilan keluaraga Ny. J setiap bulan sekitar Rp 1.000.000
c. Upaya Lain
Tiap bulannya Ny. Jdibantu oleh anak-anaknya
d. Harta benda yang dimiliki
Belum ada
e. Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan
Pada keluaraga Tn.J pengeluaran tiap bulanaya sekitar Rp.
500.000untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
f. Aktivitas rekreasi keluarga
Kegiatan yang dilakukan oleh keluarga untuk rekreasi adalah piknik.

B. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


1. Tahap Perkembangan keluarga saat ini adalah
Ny. J berumur 58 tahun memiliki 3 orang anak yang masing-masing
berumur 39 tahun, 33 tahun, dan 21 tahun serta5 orang cucu.
2. Tahap Perkembanagan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah belum
optimalnya perawatan pada pasien dengan hipertensi
3. Riwayat Keluarga Inti
a. Riwayat Kesehatan keluarga saat ini
Saat ini Ny. J menderita penyakit.
b. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya pada Keluarag Ny. J
c. Pelayanan Kesehatan yang dimanfaatkan
Pelayan Kesehatan yang digunakan oleh Ny. J adalah pelayanandokter
yang jaraknya dekat dari rumah

C. Data lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Luas bangunan rumah yang ditempati adalah sekitar 40m2 (panjang 8
Meter dan Lebar 5 mter), terdiri 3 kamar tidur, 1 dapur, 1 wc, dan 1
ruang keluarga, dan halaman depan terdapat halaman yang dipenuhi
dengan berbagai macam tanaman. Ny. J Tinggal dirumah yang permanen
terbuat dari semen dan sudah memilik ventilasi yang bagus, dan tempat
pembuangan sampah dibelakang rumah dan nantinya akan diangkut oleh
petugas kebersihan, rumah tampak bersih dan asri.
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Keluarga Ny. J tinggal didesa, rasa persaudaraan antar sesama warga
tinggi, penduduk disekitar rumah adalah penduduk asli Sunda. Umumnya
interaksi banyak terjadi pada siang dan sore hari karena pada pagi hari
banyak tetangga yang sibuk bekerja.
c. Mobilitis Geografis Keluarga
Keluarga Ny. J sudah menempati rumah yang sudah ditempatinya sejak
berumah tangga sampai sekarang, dan tidak pernah berpindah-pindah
rumah.
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Keluarga berkumpul dua atau tiga kali dalam setahun. Yang merupakan
upaya untuk meningkatkan keharmonisan dan silaturahmi dengan
saudara.
e. System Pendukung Keluarga
Apabila Ny. J sakit maka keluarga membawanya ke dokter dekat rumah.

D. Struktur Keluarga
1. Pola / Cara Komunikasi Keluarga
Dalam Kehidupan sehari-hari Keluarga menggunakan Bahasa Sunda
yang jelas dan jika ada suatu masalah maka dimusyawarahkan dengan
baik dan terbuka dan didiskusikan dengan anak-anak untuk diminta
pendapatnya.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Keluarga mampu menyelesaikan masalah dengan bermusyawarah jika
ada salah satu sikap anggota keluarga yang salah.
3. Struktur Peran (Peran masing-masing anggota keluarga)
Dalam Keluarga Peran sudah berjalan dengan baik seperti Ny. J Sebagai
Kepala keluaga bekerja sebagai penjahit untuk membiayai Nn. S yang
sedang menempuh pendidikan. Dan dibantu oleh anak-anaknya yaitu Ny.
N dan Ny. R.
4. Nilai dan Norma Keluarga
Nilai yang dianut dalam keluarga dalah berdasarkan kepercayaan yang
dianut yaitu islam, dan tidak ada konflik nilai yang terjadi. begitu juga
dengan nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat juga menjadi
pedoman dalam ketentuan keluarga dan masing-masing keluarga wajib
untuk mentaatinya, seperti tidak boleh pulang malam, memakai pakaian
yang sopan baik didalam maupun luar rumah, dan juga menjaga perilaku
yang tidak menyimpang.
E. Fungsi keluarga
1. Fungsi Afektif
Keluarga ini Harmonis, rukun dan saling menghargai dari masing-masing
peran
2. Fungsi Sosialisasi
Keluarga berperan aktif di masyarakat, ini tampak dari Ny. Jsering
berinteraksi dengan masyarakat sekitar.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga Ny. J merupakan keluarga yang mampu memberikan makan 3
kali sehari serta berpakaian bagus dan semesetinya, sensitif terhadap
anggota yang sakit. Pola hidupnya juga sehat seperti tidur, buang
sampah, dan pola makan.
4. Fungsi Reproduksi
Ny. J sudah mengalami menopouse
F. Stress dan Koping Keluarga
a. Stressor Jangka Pendek
Masalah yang dihadapi oleh Ny. J dalam waktu pendek adalah cemas
yang berlebihan bila ditinggalkan oleh anak-anaknya karena khawatir
dengan penyakit yang dihadapinya.
b. Stressor jangka panjang
Tidak ada masalah jangka panjang yang akan dipikirkan oleh Ny. J
dikarenakan anaknya sudah memiliki pekerjaan yang tetap
c. Respon keluarga terhadap stressor
Ny. J bila ditinggalkan oleh anaknya,menanggapinya dengan baik yaitu
menyakinkan dirinya kalau dia akan baik-baik saja
d. Strategi Koping
Keluarga dalam menghadapi masalah ini dengan cara
bermusyawarahdengan anggota keluarga yang lain
e. Strategi Adaptasi fungsional
Meskipun selalu diajarkan oleh anaknya Ny. J belum bisa merawat
dirinya dengan baik.
G. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada Ny. J adalah:
a. Tanda-tanda vital:
TD : 180/130 mmHg
N : 90x/menit (normalnya 80-200)
P : 21x/menit
S : 37,90C (normalnya 36,5-37,50C)

b. Kepala:
Rambut hitam beruban
Konjungtiva tidak anemi
Sklera tidak ikterik
Hidung simetris, tidak ada secret
Telinga tidak keluar serumen
Mulut mukosa bibir lembab, tidak sariawan
Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
c. Dada:
Jantung tidak ada keluhan
Tidak ada bunyi nafas yang abnormal
Irama jantung teratur dan tampak jelas tidak ada keluhan
Tidak ada bunyi nafas paru yang abnormal
Irama jantung teratur
d. Abdomen:
Abdomen Datar, ada bising usus 12x/menit, tidak nyeri tekan
e. Reproduksi:
Ny. J sudah menopouse
f. Turgor kulit:
Tampak sedikit keriput, elastisitas kurang
H. Harapan keluarga
Semoga tekanan darah Ny. J tetap stabil dan tidak terjadi komplikasi yang
tidak diinginkan.
BAB III
DIAGNOSIS KEPERAWATAN

A.  Analisa Data

No. Data Masalah penyebab


1. Ds: Nyeri akut Disebabkan
 Ny. J mengatakan bahwa ia berhubungan dengan karena gaya hidup
sering sakit kepala peningkatan tekanan yang tidak sehat.
vaskuler serebral dan
Do: iskemia
n Ny. J terlihat sering
memegangi kepala bagian
belakang
n Wajah Ny. J kadang-
kadang terlihat
menyeringai
n TD : 180/130 mmHg
n N : 90x/mnt
n RR : 21 x/mnt
2. Ds: Ansietas berhubungan Ketidakmampuan
 Ny. J mengatakan khawatir dengan penyakit yang memodifikasi
tensinya semakin tinggi    di deritanya lingkungan

Do: (Hipertensi) keluarga untuk


menjamin
 Ny. J sering terlihat
bingung kesehatan
 Wajah Ny. J kadang- keluarga.
kadang terlihat pucat
 TD : 180/130 mmHg
 N : 90x/mnt
 RR: 21 x/mnt

3. Ds: Intoleransi aktivitas Kelemahan yang


 Ny. J mengeluh lemas dirasakan Ny. J
 Ny. J mengeluh tidak dikarenakan
nyaman setelah beraktivitas hipertensi yang
dialaminya
Do:
 Ny. J tampak pucat
 Ny. J tampak sering
berbaring
 TD : 180/130 mmHg
 N : 90x/mnt
 RR : 21 x/mnt

B.  Perumusan Diagnosa Keperawatan


No. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral dan
iskemia
2. Ansietas berhubungan dengan penyakit yang di deritanya (Hipertensi)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

C.  Penilaian (Scoring) Diagnose Keperawatan

Dx. Kriteria Skor Pembenaran


Dx. a. Sifat masalah : 3x1=1 Nyeri kepala yang dirasa
1 3
ancaman kesehatan karena peningkatan
b.    tekanan vaskuler serebral.

b. Kemungkinan masalah dapat 2 x2 =2 Denga kontrol yang teratur


2
diubah : dapat menurunkan tekanan
sebagian  darah
c. Potensial masalah untuk 2 x1 =1 Rasa nyeri dapat dikurangi
2
dicegah cukup meluli pengobatan dan
perawatan yang tepat
d. Menonjolnya masalah-masalah 2 x1 =1 Keluarga menyadari Ny.
berat harus segera ditangani 2 J  mempunyai masalah
dampak dari hipertensi
maka segera mengatasi
masalah tersebut
Jumlah 5
Dx. a. Sifat masalah keadaan masalah Rasa takut menyebabkan
2 2 x1=2
penigkatan TD yang dapat
3 3
memperburuk keadaan
b. Kemungkinan masalah dapat 1 x1=1 Pemberian penjelasan yang
diubah sebagian 2 2
tepat dapat membantu
menurunkan rasa takut
c. Potensial masalah untuk Penjelasan dapat
dicegah cukup 2x1=2
membantu mengurangi
3 3
rasa takut
d. Menonjolnya masalah-masalah Keluarag menyadari
tidak perlu ditangani 1x1=1
dengan mematuhi diet
22
yang dianjurkan dapat
mengurangi rasa khawatir
Ny. J

Jumlah 14
3
3. a. Sifat masalah : 2x 1 = 2 Karena Ny. J sering
Ancaman Kesehatan 3 3 mengalami sakit kepala. Ia
mengalami kesulitan untuk
b. Kemungkinan masalah dapat 2x2=2 melakukan aktivitas sehari-
diubah sebagian 2 hari.

c. Potensial masalah untuk 1x1=1


dicegah cukup 3 3
d. Menonjolnya masalah : Ada 1x2=1
masalah 2
3
Jumlah 47
3
D.      Prioritas Diagnosis Keperawatan

No Diagnose keperawatan Skor


.
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler 5
serebral dan iskemia
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan 47
3
3. Ansietas berhubungan dengan penyakit yang di deritanya 14
(Hipertensi) 3

BAB IV
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (INTERVENSI)

1. Diagnosa I:
Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral dan
iskemia
Tujuan Kriteria Hasil/Standar Intervensi
Setelah Keluarga dapat Mampu 1. Demonstrasikan pada keluarga
dilakukan mendemonstrasikan mengontrol tentang cara mengurangi nyeri
tindakan cara mengurangi nyeri (tahu 2. Berikan penjelasan pada keluarga
keperawatan dan mencegah penyebab nyeri, tentang cara mengurangi/mencegah
rasa nyeri trerjadinya nyeri mampu terjadinya nyeri
dapat dengan benar menggunakan 3. Berikan penjelasan pada keluarga
teratasi/hilang dengan teknik teknik non- tentang diet yang sesuai dengan
dan keluarga relaksasi, kompres farmakologi penderita hipertensi yaitu diet
mampu dingin pada kepala untuk rendah garam, rendah lemak dan
memberikan bagian belakang mengurangi kolesterol
perawatan dan menghindari nyeri, mencari 4. Anjurkan pada keluarga untuk
pada pasien perubahan posisi bantuan) mengkonsumsi makanan sesuai
ketika secara mendadak dengan diet hipertensi
mengalami dan pengobatan 5. Anjurkan pada keluarga
nyeri. secara teratur memeriksakan pasien secara teratur

   
2. Diagnosa II:
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan Kriteria Hasil/Standar Intervensi
Setelah − Tanda-tanda − Mampu 1. Kaji tingkat kemampuan pasien
dilakukan vital normal melakukan untuk berpindah dari tempat
tindakan − Berpartisipasi aktivitas sehari- tidur, berdiri, dan ambulasi
keperawatan dalam hari secara 2. Bantu pasien untuk
diharapkan aktivitas fisik mandiri mengidentifikasi aktivitas yang
asien mampu yang − Status respirasi dapat ia lakukan
melakukan dibutuhkan adekuat 3. Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang dengan dan mendapatkan sumber yang
dapat ia peningkatan diperlukan untuk aktivitas yang
lakukan denyut diinginkan
sehari-hari jantung, 4. Bantu untuk mendapatkan alat
frekuensi bantuan aktivitas
pernapasan,
dan tekanan
darah serta
memantau
pola dalam
batas normal

3. Diagnosa III :
Ansietas berhubungan dengan penyakit yang di deritanya (Hipertensi)
Tujuan Kriteria Hasil/Standar Intervensi
Setelah − Adanya − Pasien mampu 1. Identifikasi tingkat kecemasan
dilakukan usaha untuk mengidentifikasi 2. Dorong pasien untuk
tindakan tidur sesuai dan mengungkapkan perasaan,

keperawatan kebutuhan mengungkapkan ketakutan, persepsi

diharapkan − Periksa gejala cemas 3. Anjurkan pada keluarga untuk

rasa takut secara − Mengidentifikasi, membuat jadwal tidur pasien.

teratasi/hilang teratur ke mengungkapkan 4. Bantu pasien mengenal situasi

dan keluarga pelayanan dan menunjukan yang menimbulkan kecemasan

mampu kesehatan teknik untuk


memberikan − Wajah mengontrol cemas
perawatan pasien
kepada pasien. tampak
rileks

BAB V
TINDAKAN KEPERAWATAN(IMPLEMENTASI)

Tgl & waktu Diagnosa Implementasi


19 Juni 2019 Nyeri akut 1. Mendemonstrasikan pada keluarga
09.00-10.00
berhubungan tentang cara mengurangi nyeri
dengan 2. Memberikan penjelasan pada keluarga
peningkatan tentang cara mengurangi/mencegah
tekanan vaskuler terjadinya nyeri
serebral dan 3. Memberikan penjelasan pada keluarga
iskemia tentang diet yang sesuai dengan
penderita hipertensi yaitu diet rendah
garam, rendah lemak dan kolesterol
4. Menganjurkan pada keluarga untuk
mengkonsumsi makanan sesuai dengan
diet hipertensi
5. Menganjurkan pada keluarga
memeriksakan Ny. J secara teratur
20 Juni 2019 Intoleransi 1. Mengkaji tingkat kemampuan pasien
14.00-15.00
aktivitas untuk berpindah dari tempat tidur,
berhubungan berdiri, dan ambulasi
dengan 2. Membantu pasien untuk
kelemahan mengidentifikasi aktivitas yang dapat
ia lakukan
3. Membantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
4. Membantu untuk mendapatkan alat
bantuan aktivitas
21 Juni 2019 Ansietas 1. Mengidentifikasi tingkat kecemasan
14.00-15.00
berhubungan 2. Mendorong pasien untuk
dengan penyakit mengungkapkan perasaan, ketakutan,
yang di persepsi
deritanya 3. Menganjurkan pada keluarga untuk
(Hipertensi) membuat jadwal tidur pasien.
BAB VI
EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN

Tgl & waktu Diagnosa Evaluasi


20 Juni 2019 Nyeri akut S:
16.00
berhubungan Keluarga mengatakan sudah memahami tentang cara
dengan peningkatan mengurangi/mencegah terjadinya nyeri kepala
tekanan vaskuler O:
serebral dan Keluarga dapat mendemonstrasikan kembali cara
iskemia mengurangi/mencegah terjadinya nyeri kepala
A :  Tujuan tercapai
P  :  Intervensi dihentikan
21 Juni 2019 Intoleransi aktivitas S:
16.00
berhubungan  Ny. J mengatakan sudah tidak lemas
dengan kelemahan  Ny. J mengatakan sudah nyaman setelah
melakukan aktivitas
O:
Ny. J terlihat sudah dapat beraktivitas
A : Tujuan tercapau
P : Intervensi dihentikan
22 Juni 2019 Ansietas S  : 
15.00
berhubungan Keluarga mengatakan pola tidur Ny. J sudah teratur
dengan penyakit O  :
yang di deritanya Wajah Ny. J sudah terlihat rileks dan tidak pucat  
(Hipertensi) A  :  Tujuan tercapai
P   :  Intervensi dihentikan

Daftar Pustaka

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2013

Price, Sylvia A.2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi


6 volume 1. Jakarta : EGC

Ruhyanuddin, Faqih. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan


Sistem KARDIOVASKULER. Malang : UMM Press
Smeltzer, Suzanne C. 2001.Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta
:EGC

Syaifuddin,H.2002. Anatomi fisiologi berbasis kompetensi untuk keperawatan


dan
kebidanan.Jakarta:Penerbit EKG

http://stikeskusumahusada.ac.id/images/file/36.pdf

http://digilib.unila.ac.id/20717/15/BAB%20II.pdf

http://repository.ump.ac.id/722/3/BERNANDHA%20ARDHAN%20SADHEWA
%20BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai