Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
KUNINGAN
TAHUN 2019
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
World Health Organization (WHO) tahun 2008 mencatat sekitar 972 juta
orang atau 26,4% penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi. Angka ini
kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025, dari 972 juta
penderita hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 juta sisanya
berada di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia.Berdasarkan
prevalensi hipertensi lansia di Indonesia sebesar 45,9% untuk umur 55-64
tahun, 57,6% umur 65-74 tahun dan 63,8% umur >75 tahun. Prevalensi
hipertensi di Indonesia berdasarkan pengukuran tekanan darah pada umur ≥18
tahun adalah sebesar 25,8%. Prevalensi tertinggi di Bangka Belitung (30,9%),
diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%). (Balitbang
Kemenkes RI, 2013).
B. Anatomi fisiologi
Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulasi darah yang terdiri
dari jantung, komponen darah dan pembuluh darah yang berfungsi
memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan
tubuh yang di perlukan dalam proses metabolisme tubuh. Sistem
kardivaskuler memerlukan banyak mekanisme yang bervariasi agar fungsi
regulasinya dapat merespons aktivitas tubuh, salah satunya adalah
meningkatkan aktivitas suplai darah agar aktivitas jaringan dapat
terpenuhi.Pada keadaan berat, aliran darah tersebut, lebih banyak di arahkan
pada organ-organ vital seperti jantung dan otak yang berfungsi memlihara
dan mempertahankan sistem sirkulasi itu sendiri.
Anatomi Jantung :
Jantung berbentuk seperti pir/kerucut seperti piramida terbalik
dengan apeks (superior-posterior : C-II) berada di bawah dan basis
(anterior-inferior ICS –V) berada di atas. Pada basis jantung terdapat
aorta, batang nadi paru, pembuluh balik, pembuluh balik atas dan
bawah. Jantung sebagai pusat system kardiovaskuler terletak di sebelah
rongga dada (cavum thoraks) sebelah kiri yang terlindung oleh costae
tepatnya pada mediastinum.Untuk mengetahui denyutan jantung, kita
dapat memeriksa dibawah papilla mamae 2 jari setelahnya. Berat pada
orang dewasa sekitar 250-350 gram. Hubungan jantung dengan alat
sekitarnya yaitu:
a) Dinding depan berhubungan dengan sternum dan kartilago kostalis
setinggikosta III-I.
b) Samping berhubungan dengan paru dan fasies mediastilais.
c) Atas setinggi torakal IV dan servikal II berhubungan dengan
aortapulmonalis, brongkus dekstra dan bronkus sinistra.
d) Belakang alat-alat mediastinum posterior, esophagus, aorta
desendes, venaazigos, dan kolumna vetebrata torakalis.
e) Bagian bawah berhubungan dengan diafragma.
Jantung difiksasi pada tempatnya agar tidak mudah berpindah
tempat.Penyokong jantung utama adalah paru yang menekan jantung
dari samping, diafragma menyokong dari bawah, pembuluh darah yang
keluar masuk dari jantung sehingga jantung tidak mudah berpindah.
Faktor yang mempengaruhi kedudukan jantung adalah:
a) Umur: Pada usia lanjut, alat-alat dalam rongga toraks termasuk
jantung
b) agak turun kebawah
c) Bentuk rongga dada: Perubahan bentuk tora yang menetap (TBC)
menahun batas jantung menurun sehingga pada asma toraks
melebar dan membulat
d) Letak diafragma: Jika terjadi penekanan diafragma keatas akan
mendorong bagian bawah jantung ke atas
e) Perubahan posisi tubuh: proyeksi jantung normal di pengaruhi oleh
posisi tubuh.
a) Luar/pericardium
Berfungsi sebagai pelindung jantung atau merupakan kantong
pembungkus jantung yang terletak di mediastinum minus dan di
belakang korpus sterni dan rawan iga II- IV yang terdiri dari 2
lapisan fibrosa dan serosa yaitu lapisan parietal dan viseral.
Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lender sebagai pelican
untuk menjaga agar gesekan pericardium tidak mengganggu
jantung.
b) Tengah/ miokardium
Lapisan otot jantung yang menerima darah dari arteri koronaria.
Susunan miokardium yaitu:
Otot atria: Sangat tipis dan kurang teratur, disusun oleh dua
lapisan. Lapisan dalam mencakup serabut-serabut berbentuk
lingkaran dan lapisan luar mencakup kedua atria.
Otot ventrikuler: membentuk bilik jantung dimulai dari cincin
antrioventikuler sampai ke apeks jantung.
Otot atrioventrikuler: Dinding pemisah antara serambi dan bilik(
atrium dan ventrikel).
c) Dalam / Endokardium
Dinding dalam atrium yang diliputi oleh membrane yang mengilat
yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lender endokardium
kecuali aurikula dan bagian depan sinus vena kava.
1) Fisiologi Jantung
a. Fungsi umum otot jantung yaitu:
1. Sifat ritmisitas/otomatis: secara potensial berkontraksi tanpa adanya
rangsangan dari luar.
2. Mengikuti hukum gagal atau tuntas: impuls dilepas mencapai
ambang rangsang otot jantung maka seluruh jantung akan
berkontraksi maksimal.
3. Tidak dapat berkontraksi tetanik
4. Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot.
b. Metabolisme Otot Jantung
Seperti otot kerangka, otot jantung juga menggunakan energy
kimia untuk berkontraksi. Energy terutama berasal dari metabolism
asam
lemak dalam jumlah yang lebih kecil dari metabolisme zat gizi terutama
laktat dan glukosa. Proses metabolism jantung adalah aerobic yang
membutuhkan oksigen.
c. Pengaruh Ion Pada Jantung
1. Pengaruh ion kalium : kelebihan ion kalium pada CES menyebabkan
jantung dilatasi, lemah dan frekuensi lambat.
2. Pengaruh ion kalsium: kelebihan ion kalsium menyebabkan jantung
berkontraksi spastis.
3. Pengaruh ion natrium: menekan fungsi jantung.
d. Elektrofisiologi Sel Otot jantung
Aktifitas listrik jantung merupakan akibat perubahan permeabilitas
membrane sel. Seluruh proses aktifitas listrik jantung dinamakan
potensial aksi yang disebabkan oleh rangsangan listrik, kimia,
mekanika, dan termis. Lima fase aksi potensial yaitu:
1. Fase istirahat: Bagian dalam bermuatan negative(polarisasi) dan
bagian luar bermuatan positif.
2. Fase depolarisasi(cepat): Disebabkan meningkatnya permeabilitas
membrane terhadap natrium sehingga natrium mengalir dari luar ke
dalam.
3. Fase polarisasi parsial: Setelah depolarisasi terdapat sedikit
perubahan akibat masuknya kalsium ke dalam sel, sehingga muatan
positif dalam sel menjadi berkurang.
4. Fase plato(keadaan stabil): Fase depolarisasi diikiuti keadaan stabil
agak lama sesuai masa refraktor absolute miokard.
5. Fase repolarisasi(cepat): Kalsium dan natrium berangsur-angsur
tidak mengalir dan permeabilitas terhadap kalium sangat meningkat.
e. Sistem Konduksi Jantung
Sistem konduksi jantung meliputi:
1. SA node: Tumpukan jaringan neuromuscular yang kecil berada
didalam dinding atrium kanan di ujung Krista terminalis.
2. AV node: Susunannya sama dengan SA node berada di dalam
septumatrium dekat muara sinus koronari.
3. Bundle atrioventrikuler: dari bundle AV berjalan ke arah depan
padatepi posterior dan tepi bawah pars membranasea
septuminterventrikulare.
4. Serabut penghubung terminal(purkinje): Anyaman yang berada
padaendokardium menyebar pada kedua ventrikel.
f. Siklus Jantung
Empat pompa yang terpisah yaitu: dua pompa primer atrium dan dua
pompa tenaga ventrikel. Periode akhir kontraksi jantung sampai
kontraksi berikutnya disebut siklus jantung.
g. Bunyi Jantung
Tahapan bunyi jantung:
1. Bunyi pertama: lup
2. Bunyi kedua : Dup
3. Bunyi ketiga: lemah dan rendah 1/3 jalan diastolic individu muda
4. Bunyi keempat: kadang-kadang dapat didengar segera sebelum
bunyi pertama
C. Klasifikasi
Adapun klasifikasi hipertensi menurut Kemenkes RI (2013) yaitu ;
1. Berdasarkan bentuk hipertensi
Hipertensi diastolik (diastolic hypertensio), hipertensi campuran (sistol
dan diastol yang meninggi). Hipertensi sistolik (isolatedsystolic
hypertension).
2. Berdasarkan Penyebab
a. Hipertensi Primer atau Hipertensi Esensial
Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun
dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak
(inaktivas) dan pola makan. Hipertensi jenis ini terjadi pada sekitar 90%
pada semua kasus hipertensi.
b. Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Non Esensial
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekiar 5-10% penderita
hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal, sekitar 1-2%
penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu,
misalnya pil KB.
Jenis hipertensi yang lain, adalah sebagai berikut; (Kemenkes RI, 2013)
1. Hipertensi Pulmonal
Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada
pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing
dan pingsan pada saat melakukan aktivitas.
Berdasar penyebabnya hipertensi pulmonal dapat menjadi penyakit berat
yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas dan
gagal jantung kanan. Hipertensi pulmonal primer sering didapatkan pada
usia muda dan usia pertengahan, lebih sering didapatkanpada perempuan
dengan perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus per 1
juta penduduk, dengan meansurvival/sampai timbulnya gejala penyakit
sekitar 2-3 tahun.Kriteria diagnosis untuk hipertensi pulmonal merujuk
padaNational Institute of Health; bila tekanan sistolik arteripulmonalis
lebih dari 35 mmHg atau "mean"tekanan arteripulmonalis lebih dari 25
mmHg pada saat istirahat atau lebih30 mmHg pada aktifitas dan tidak
didapatkan adanya kelainankatup pada jantung kiri, penyakit myokardium,
penyakitjantung kongenital dan tidak adanya kelainan paru.
2. Hipertensi Pada Kehamilan
Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat pada
saat kehamilan, yaitu:
a. Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi yang
diakibatkan kehamilan/keracunan kehamilan (selain tekanan darah yang
meninggi, juga didapatkan kelainan pada air kencingnya). Preeklamsi
adalah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan.
b. Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu
mengandung janin.
c. Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan gabungan
preeklampsia dengan hipertensi kronik.
d. Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat. Penyebab hipertensi
dalam kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada yang mengatakan bahwa
hal tersebut diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, ada yang
mengatakan karena faktor diet, tetapi ada juga yang mengatakan
disebabkan faktor keturunan, dan lain sebagainya.dd
Klasifikasi Hipertensi
Tekanan Darah Tekanan Darah
Kategori
Sistolik Diastolik
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmH
D. Etiologi
Menurut (Widjadja,2009) penyebab hipertensi dapat dikelompokan menjadi
dua yaitu:
a. Hipertensi primer atau essensial
Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui penyebab
dengan jelas. Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab
hipertensi primer, seperti bertambahnya usia, sters psikologis, pola
konsumsi yang tidak sehat, dan hereditas (keturunan). Sekitar 90% pasien
hipertensi diperkirakan termasuk dalam kategori ini.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder yang penyebabnya sudah di ketahui, umumnya berupa
penyakit atau kerusakan organ yang berhubungan dengan cairan tubuh,
misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaiyan kontrasepsi oral, dan
terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur
tekanan darah. Dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin,
dan penyakit jantung.
E. Manifestasi Klinis
Menurut (Ahmad, 2011) sebagian besar penderita tekanan darah tinggi
umumnya tidak menyadari kehadirannya. Bila ada gejala, penderita darah
tinggi mungkin merasakan keluhan-keluhan berupa : kelelahan, bingung,
perut mual, masalah pengelihatan, keringat berlebihan, kulit pucat atau
merah, mimisan, cemas atau gelisah, detak jantung keras atau tidak beraturan
(palpasi), suaraberdenging di telinga, disfungsi ereksi, sakit kepala, pusing.
Sedangkan menurut (Pudiastuti,2011) gejala klinis yang dialami oleh para
penderita hipertensi biasanya berupa : pengelihatan kabur karena kerusakan
retina, nyeri pada kepala, mual dan muntah akibatnya tekanan kranial, edema
dependen dan adanya pembengkakan karena meningkatnya tekanan kapiler.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
− Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasi faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas dan anemia
− BUN/kretinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
− Glucosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin
− Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM
2. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
3. EKG : dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
4. IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti batu ginjal, perbaikan
ginjal
5. Photo dada : menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung
G. Patofisiologi
Menurut (Triyanto,2014) Meningkatnya tekanan darah didalam arteri
bisa rerjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat
sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar
kehilangan kelenturanya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Darah di setiap denyutan jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang
sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. inilah yang
terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku
karena arterioskalierosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga
meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arter kecil (arteriola)
untuk sementara waktu untuk mengarut karena perangsangan saraf atau
hormon didalam darah. Bertambahnya darah dalam sirkulasi bisa
menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terhadap
kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan
air dari dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang arteri
mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan
darah akan menurun.Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut
dilaksanakan oleh perubahan didalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom
(bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara
otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan darah
melalui beberapa cara: jika tekanan darah meningkat, ginjal akan
mengeluarkan garam dan air yang akan menyebabkan berkurangnya volume
darah dan mengembalikan tekanan darah normal. Jika tekanan darah
menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga
volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal. Ginjal juga bisa
meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin,
yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan
memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ peting dalam
mengembalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan
pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya
penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis)
bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cidera pada salah satu atau
kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah (Triyanto 2014).
I. Penatalaksanaan
Menurut (Junaedi,Sufrida,&Gusti,2013) dalam penatalaksanaan hipertensi
berdasarkan sifat terapi terbagi menjadi 3 bagian, sebagai berikut:
a. Terapi non-farmakologi
Penatalaksanaan non farmakologi merupakan pengobatan tanpa obat-
obatan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini, perubahan
tekanan darah diupayakan melalui pencegahan dengan menjalani perilaku
hidup sehat seperti :
1. Pembatasan asupan garam dan natrium
2. Menurunkan berat badan sampai batas ideal
3. Olahraga secara teratur
4. Mengurangi / tidak minum-minuman beralkohol
5. Mengurangi/ tidak merokok
6. menghindari stres
7. menghindari obesitas
c. Terapi herbal
Banyak tanaman obat atau herbal yang berpotensi dimanfaatkan sebagai
obat hipertensi sebai berikut :
1. Daun seledri
Seledri (Apium graveolens, Linn.) merupakan tanaman terna tegak
dengan ketinggian dari 50 cm. Semua bagian tanaman seledri memiliki
bau yang khas, identik dengan sayur sub.Bentung batangnya bersegi,
bercabang, memiliki ruas, dan tidak berambut.bunganya berwarna
putih, kecil, menyerupai payung, dan majemuk.Buahnya berwarna hijau
kekuningan berbentuk kerucut.Daunnya memiliki pertulangan yang
menyirip, berwarna hijau, dan bertangkai.Tangkai daun yang berair
dapat dimakan mentah sebagai lalapan dan daunnya digunakan sebagai
penyedap masakan, seperti sayur sop.
Contoh ramuan seledri secara sederhana sebagai berikut:
a.) Bahan : 15 batang seledri utuh, cuci bersih dan 3 gelas air
b.) Cara membuat dan aturan pemakai : potong seledri secara kasar,
rebus seledri hingga mendidih dan tinggal setengahnya, minum air
rebusannya sehari dua kali setelah makan.
1. PENGKAJIAN
A. Data Umum
1) Identitas
Nama : Ny. J
Umur : 58 tahun
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SMP sederajat
Pekerjaan : Penjahit
Alamat : Kapandayan
2) Komposisi Keluarga
3) Tipe Keluarga
Tipe keluarga Ny. J adalah tipe keluarga inti yang terdiri dari Ibu dan
Anak yang tinggal dalam satu rumah.
4) Suku Bangsa
Ny. J adalah orang Jawa Barat dengan suku Sundabegitupun suaminya.
5) Agama
Agama keluarga Ny. J ini adalah Islam dan tidak ada satupun ketentuan
islam yang bertentangan dengan kesehatan.
6) Status sosial ekonomi Keluarga
a. Anggota Keluarga yang mencari nafkah
Adalah Tn. T (Suami)
b. Penghasilan
Penghasilan keluaraga Ny. J setiap bulan sekitar Rp 1.000.000
c. Upaya Lain
Tiap bulannya Ny. Jdibantu oleh anak-anaknya
d. Harta benda yang dimiliki
Belum ada
e. Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan
Pada keluaraga Tn.J pengeluaran tiap bulanaya sekitar Rp.
500.000untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
f. Aktivitas rekreasi keluarga
Kegiatan yang dilakukan oleh keluarga untuk rekreasi adalah piknik.
C. Data lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Luas bangunan rumah yang ditempati adalah sekitar 40m2 (panjang 8
Meter dan Lebar 5 mter), terdiri 3 kamar tidur, 1 dapur, 1 wc, dan 1
ruang keluarga, dan halaman depan terdapat halaman yang dipenuhi
dengan berbagai macam tanaman. Ny. J Tinggal dirumah yang permanen
terbuat dari semen dan sudah memilik ventilasi yang bagus, dan tempat
pembuangan sampah dibelakang rumah dan nantinya akan diangkut oleh
petugas kebersihan, rumah tampak bersih dan asri.
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Keluarga Ny. J tinggal didesa, rasa persaudaraan antar sesama warga
tinggi, penduduk disekitar rumah adalah penduduk asli Sunda. Umumnya
interaksi banyak terjadi pada siang dan sore hari karena pada pagi hari
banyak tetangga yang sibuk bekerja.
c. Mobilitis Geografis Keluarga
Keluarga Ny. J sudah menempati rumah yang sudah ditempatinya sejak
berumah tangga sampai sekarang, dan tidak pernah berpindah-pindah
rumah.
d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Keluarga berkumpul dua atau tiga kali dalam setahun. Yang merupakan
upaya untuk meningkatkan keharmonisan dan silaturahmi dengan
saudara.
e. System Pendukung Keluarga
Apabila Ny. J sakit maka keluarga membawanya ke dokter dekat rumah.
D. Struktur Keluarga
1. Pola / Cara Komunikasi Keluarga
Dalam Kehidupan sehari-hari Keluarga menggunakan Bahasa Sunda
yang jelas dan jika ada suatu masalah maka dimusyawarahkan dengan
baik dan terbuka dan didiskusikan dengan anak-anak untuk diminta
pendapatnya.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Keluarga mampu menyelesaikan masalah dengan bermusyawarah jika
ada salah satu sikap anggota keluarga yang salah.
3. Struktur Peran (Peran masing-masing anggota keluarga)
Dalam Keluarga Peran sudah berjalan dengan baik seperti Ny. J Sebagai
Kepala keluaga bekerja sebagai penjahit untuk membiayai Nn. S yang
sedang menempuh pendidikan. Dan dibantu oleh anak-anaknya yaitu Ny.
N dan Ny. R.
4. Nilai dan Norma Keluarga
Nilai yang dianut dalam keluarga dalah berdasarkan kepercayaan yang
dianut yaitu islam, dan tidak ada konflik nilai yang terjadi. begitu juga
dengan nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat juga menjadi
pedoman dalam ketentuan keluarga dan masing-masing keluarga wajib
untuk mentaatinya, seperti tidak boleh pulang malam, memakai pakaian
yang sopan baik didalam maupun luar rumah, dan juga menjaga perilaku
yang tidak menyimpang.
E. Fungsi keluarga
1. Fungsi Afektif
Keluarga ini Harmonis, rukun dan saling menghargai dari masing-masing
peran
2. Fungsi Sosialisasi
Keluarga berperan aktif di masyarakat, ini tampak dari Ny. Jsering
berinteraksi dengan masyarakat sekitar.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga Ny. J merupakan keluarga yang mampu memberikan makan 3
kali sehari serta berpakaian bagus dan semesetinya, sensitif terhadap
anggota yang sakit. Pola hidupnya juga sehat seperti tidur, buang
sampah, dan pola makan.
4. Fungsi Reproduksi
Ny. J sudah mengalami menopouse
F. Stress dan Koping Keluarga
a. Stressor Jangka Pendek
Masalah yang dihadapi oleh Ny. J dalam waktu pendek adalah cemas
yang berlebihan bila ditinggalkan oleh anak-anaknya karena khawatir
dengan penyakit yang dihadapinya.
b. Stressor jangka panjang
Tidak ada masalah jangka panjang yang akan dipikirkan oleh Ny. J
dikarenakan anaknya sudah memiliki pekerjaan yang tetap
c. Respon keluarga terhadap stressor
Ny. J bila ditinggalkan oleh anaknya,menanggapinya dengan baik yaitu
menyakinkan dirinya kalau dia akan baik-baik saja
d. Strategi Koping
Keluarga dalam menghadapi masalah ini dengan cara
bermusyawarahdengan anggota keluarga yang lain
e. Strategi Adaptasi fungsional
Meskipun selalu diajarkan oleh anaknya Ny. J belum bisa merawat
dirinya dengan baik.
G. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada Ny. J adalah:
a. Tanda-tanda vital:
TD : 180/130 mmHg
N : 90x/menit (normalnya 80-200)
P : 21x/menit
S : 37,90C (normalnya 36,5-37,50C)
b. Kepala:
Rambut hitam beruban
Konjungtiva tidak anemi
Sklera tidak ikterik
Hidung simetris, tidak ada secret
Telinga tidak keluar serumen
Mulut mukosa bibir lembab, tidak sariawan
Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
c. Dada:
Jantung tidak ada keluhan
Tidak ada bunyi nafas yang abnormal
Irama jantung teratur dan tampak jelas tidak ada keluhan
Tidak ada bunyi nafas paru yang abnormal
Irama jantung teratur
d. Abdomen:
Abdomen Datar, ada bising usus 12x/menit, tidak nyeri tekan
e. Reproduksi:
Ny. J sudah menopouse
f. Turgor kulit:
Tampak sedikit keriput, elastisitas kurang
H. Harapan keluarga
Semoga tekanan darah Ny. J tetap stabil dan tidak terjadi komplikasi yang
tidak diinginkan.
BAB III
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Jumlah 14
3
3. a. Sifat masalah : 2x 1 = 2 Karena Ny. J sering
Ancaman Kesehatan 3 3 mengalami sakit kepala. Ia
mengalami kesulitan untuk
b. Kemungkinan masalah dapat 2x2=2 melakukan aktivitas sehari-
diubah sebagian 2 hari.
BAB IV
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (INTERVENSI)
1. Diagnosa I:
Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral dan
iskemia
Tujuan Kriteria Hasil/Standar Intervensi
Setelah Keluarga dapat Mampu 1. Demonstrasikan pada keluarga
dilakukan mendemonstrasikan mengontrol tentang cara mengurangi nyeri
tindakan cara mengurangi nyeri (tahu 2. Berikan penjelasan pada keluarga
keperawatan dan mencegah penyebab nyeri, tentang cara mengurangi/mencegah
rasa nyeri trerjadinya nyeri mampu terjadinya nyeri
dapat dengan benar menggunakan 3. Berikan penjelasan pada keluarga
teratasi/hilang dengan teknik teknik non- tentang diet yang sesuai dengan
dan keluarga relaksasi, kompres farmakologi penderita hipertensi yaitu diet
mampu dingin pada kepala untuk rendah garam, rendah lemak dan
memberikan bagian belakang mengurangi kolesterol
perawatan dan menghindari nyeri, mencari 4. Anjurkan pada keluarga untuk
pada pasien perubahan posisi bantuan) mengkonsumsi makanan sesuai
ketika secara mendadak dengan diet hipertensi
mengalami dan pengobatan 5. Anjurkan pada keluarga
nyeri. secara teratur memeriksakan pasien secara teratur
2. Diagnosa II:
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan Kriteria Hasil/Standar Intervensi
Setelah − Tanda-tanda − Mampu 1. Kaji tingkat kemampuan pasien
dilakukan vital normal melakukan untuk berpindah dari tempat
tindakan − Berpartisipasi aktivitas sehari- tidur, berdiri, dan ambulasi
keperawatan dalam hari secara 2. Bantu pasien untuk
diharapkan aktivitas fisik mandiri mengidentifikasi aktivitas yang
asien mampu yang − Status respirasi dapat ia lakukan
melakukan dibutuhkan adekuat 3. Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang dengan dan mendapatkan sumber yang
dapat ia peningkatan diperlukan untuk aktivitas yang
lakukan denyut diinginkan
sehari-hari jantung, 4. Bantu untuk mendapatkan alat
frekuensi bantuan aktivitas
pernapasan,
dan tekanan
darah serta
memantau
pola dalam
batas normal
3. Diagnosa III :
Ansietas berhubungan dengan penyakit yang di deritanya (Hipertensi)
Tujuan Kriteria Hasil/Standar Intervensi
Setelah − Adanya − Pasien mampu 1. Identifikasi tingkat kecemasan
dilakukan usaha untuk mengidentifikasi 2. Dorong pasien untuk
tindakan tidur sesuai dan mengungkapkan perasaan,
BAB V
TINDAKAN KEPERAWATAN(IMPLEMENTASI)
Daftar Pustaka
http://stikeskusumahusada.ac.id/images/file/36.pdf
http://digilib.unila.ac.id/20717/15/BAB%20II.pdf
http://repository.ump.ac.id/722/3/BERNANDHA%20ARDHAN%20SADHEWA
%20BAB%20II.pdf