Anda di halaman 1dari 90

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA TN.M DENGAN CA. COLON


DIRUANG PENYAKIT BEDAH (RPU 4)
RUMAH SAKIT UMUM KUNINGAN MEDICAL CENTER

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Program Profesi Ners Stase Keperawatan Medical Bedah
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan

Oleh:
KELOMPOK 2

Caca Hendarta (JNR0200005)


Devita Rosdiana (JNR0200009)
Erisa Apriliani (JNR0200017)
Ine Sintia Julianti (JNR0200031)
Lucyana Imaniar (JNR0200039)
Muhamad Ade Budi S (JNR0200048)
Nadian Widianingsih (JNR0200051)
Nurlela (JNR0200059)
Raynaldi Yushar J (JNR0200068)
Shanti Dewi S (JNR0200073)
Sri Herlina (JNR0200081)
Wulan Septiani (JNR0200092)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan kasih-Nya Penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Praktik Klinik Profesi Ners Stase Keperawatan Medical Bedah di Rumah Sakit
Umum Kuningan Medical Center tepat pada waktunya.
Tujuan dari Praktik ini adalah diharapkan agar mahasiswa dapat
mengaplikasikan konsep dan teori yang telah didapatkannya di akademik untuk
mencapai kompetensi pada aspek keterampilan dan psikomotor mata kuliah Stase
Keperawatan Medical Bedah.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini dapat disusun dan diselesaikan
berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penyusun
ingin menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak dr. Ode Aman Suhati, MMRS selaku Direktur Rumah Sakit Umum
Kuningan Medical Center
2. Ibu Sintiani Sara Nurmesta, S.Kep.,Ners selaku Kepala Bidang
Keperawatan Rumah Sakit Kuningan Medical Center
3. Ibu Aat Sukanah Amd. Kep selaku Kepala Seksi Rawat Inap Rumah Sakit
Kuningan Medical Center
4. Ibu Uung, Amd.Kep selaku Kepala Ruangan Ruang Penyakit Bedah (RPU
4) Rumah Sakit Kuningan Medical Center
5. Ibu Lia Mulyati, S. Kep., Ners., M. Kep selaku Koordinator Stase
Keperawatan Medical Bedah Profesi Ners STIKes Kuningan

Semoga kegiatan praktik ini dapat menjadi pengalaman yang paling


berharga bagi mahasiswa dan dapat dijadikan bahan evaluasi apabila terdapat
kekurangan dalam pelaksanaannya.

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 2


CA COLON
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di dunia maupun di Indonesia.Dari tahun ke tahun peringkat
penyakit kanker sebagai penyebab kematian semakin mengkhawatirkan.
Diperkirakan sekitar 7,6 juta (atau 13% dari penyebab kematian) orang
meninggal setiap tahunnya di seluruh dunia karena penyakit kanker. Jika
kanker tidak dikendalikan, diperkirakan 26 juta orang akan menderita kanker
dan 17 juta meninggal karena kanker pada tahun 2030. Dengan perkiraan
134.000 kasus baru per tahun dan sekitar 55.000 kematian, penyakit ini
merupakan penyebab hampir 15% kematian disebabkan kanker di Amerika
Serikat (Robbins, 2012). Insiden di Jepang yang dahulu rendah, sekarang
meningkat hingga level pertengahan seperti di Inggris (Robbins, 2012).
Berdasarkan data Wisconsin Reporting System, kanker kolorektal
menempati urutan ketiga penyebab kematian tertinggi di dunia setelah kanker
payudara dan kanker paru-paru yaitu terdapat 9,5% kasus dari jumlah
penduduk dunia yang meninggal akibat kanker kolorektal atau mencapai 1,23
juta kematian pertahun (Wisconsin Cancer Reporting System, 2017: 8).
American Cancer Society memperkirakan pada tahun 2017 di U.S Amerika
terjadi sebanyak 95.520 kasus baru kanker kolon yang didiagnosa dan
sebanyak 39.910 kasus kematian yang diperkirakan akan terjadi akibat kanker
ini. Kasus kanker kolorektal di Indonesia pada perempuan adalah terbanyak
ketiga setelah kanker payudara dan kanker serviks. Sedangkan pada laki-laki,
ia menempati urutan kedua setelah kanker paru, diikuti yang ketiga kanker
prostat (American Cancer Society, 2017).
Di Indonesia, berdasarkan data dari Rumah Sakit Kanker Dharmais,
pada tahun 2010 karsinoma kolorektal merupakan jenis kanker ketiga

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 3


CA COLON
terbanyak dengan jumlah kasus 1,8/100.000 penduduk dan hingga saat ini
karsinoma kolorektal tetap termasuk dalam 10 besar kanker yang sering
terjadi. Observasi dari bagian patologi Anatomi RSCM, Jakarta menunjukkan
bahwa pada tahun 1986-1990, penderita kanker kolorektal berjumlah 275
orang, dan terus meningkat menjadi 368 orang pada tahun 1991-1995,
sementara data pada tahun 1999-2003 bahkan angkanya mencapai 584 orang.
Ini membuktikan terjadi peningkatan kejadian karsinoma kolorektal di
Indonesia. Sekitar 9,5 persen laki–laki penderita kanker terkena kanker
kolorektal, sedangkan pada wanita angkanya mencapai 9,3 persen dari total
jumlah penderita kanker. Insiden kanker kolorektal di Indonesia cukup tinggi,
demikian juga angka kematiannya. Meskipun belum ada data yang pasti, tetapi
berbagai laporan di Indonesia menunjukkan kenaikan jumlah kasus. Data dari
Depkes didapatkan angka 1,8 per 100.000 penduduk (Depkes,2006).
Kasus Kanker usus di RSUD Prof Dr. W.Z Yohanes kupang sendiri
khususnya di ruang Asoka, data untuk kanker usus pada tahun 2018 terdapat
18 kasus kanker usus yang ditemukan, dan pada Tahun 2019 sampai bulan
Juni sudah ditemukan 7 kasus kanker usus. Sementara itu di Jawa Barat,
penderita penyakit kanker terus bertambah setiap tahunnya hingga dua kali
lipat dalam sepuluh tahun terakhir, dimana berdasarkan data dari RS hasan
sadikin (RSHS) Bandung bahwa pada tahun 2017 tercatat bahwa sebanyak 21
dari 100.000 orang di Jawa Barat di prediksi menderita penyakit kanker.
Berdasarkan data global cancer observatory (globocan) 2018, kanker
kolorektal (8,6%).
Menurut Syamsu hidajat, terdapat berbagai faktor yang berkaitan dengan
peningkatan resiko kanker jenis ini, yaitu faktor umur, riwayat polip kolon,
riwayat penyakit inflammatory bowel disease, riwayat keluarga, diabetes tipe
2, asupan makan (kebiasaan makan), kurang aktivitas fisik, obesitas, merokok,
dan konsumsi alkohol. Faktor asupan makan (kebiasaan makan) yang saat ini
paling banyak mendapat perhatian adalah rendahnya kandungan serat sayuran
yang tidak dapat diserap dan tingginya kandungan lemak dari daging
(Robbins, 2012).

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 4


CA COLON
Prevalensi kanker colon di RSU Kuningan Medical Center memang
bukan termasuk kedalam 10 penyakit terbesar. Namun, pada umumnya,
kanker colon sendiri merupakan suatu kasus yang jarang ditemukan di RSU
Kuningan Medical Center khususnya di RPU 4 (ruang bedah). Maka dari itu,
untuk mendapatkan gambaran tentang perawatan pasien kanker colon, kami
tertarik untuk mengambil judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Ca
Colon”

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Definisi Ca colon
2. Untuk mengetahui Anatomi Fisiologi Ca Colon
3. Untuk mengetahui Etiologi Ca colon
4. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Ca colon
5. Untuk mengetahui Patofisiologi Ca colon
6. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang Ca colon
7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Medik Ca colon
8. Untuk mengetahui Komplikasi Ca colon
9. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Ca colon

C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Laporan ini dapat digunakan sebagai acuan bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan Keperawatan khususnya di bidang Keperawatan Medikal
Bedah yang berkaitan dengan gangguan system pencernaan (Ca Colon).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pelayanan kesehatan
Laporan ini, dapat memberikan informasi bagi tenaga kesehatan
yang ada di RSU Kuningan Medikal Center, mengenai penyakit Ca
Colon.

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 5


CA COLON
b. Bagi pasien dan keluarga
Laporan ini, dapat dijadikan sebagai panduan informasi
tambahan mengenai penyakit Ca colon.
c. Bagi institusi pendidikan
Laporan ini dapat dijadikan sebagai referensi tambahan di
perpustakaan dan dapat menjadi data awal untuk mengembangkan
informasi tentang penyakit gangguan system pencernaan khususnya Ca
Colon.
D.

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 6


CA COLON
BAB II
TINJAUAN TEORI

A KONSEP DASAR PENYAKIT CA. COLON


1. Definisi
Kanker kolon merupakan kanker yang menyerang bagian usus besar.
Sebagian besar kasus kanker kolon dimulai dari sebuah benjolan/polip
kecil, dankemudian membesar menjadi tumor (Yayasan Kanker
Indonesia,2018).
Kanker colon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh
pada colon dan menginvasi jaringan sekitarnya (Tambayong, 2000).
2. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
Usus besar memanjang dari ujung akhir dari ileum sampaianus.
Panjangnya bervariasi sekitar 1.5 m. Ukuran Usus besar berbentuk tabung
muskular berongga dengan panjang sekitar 1.5 m(5 kaki) yang terbentang
dari saekum hingga kanalis ani. Diameterusus besar sudah pasti lebih besar
daripada usus kecil, yaitu sekitar
6.5 cm (2.5 inci). Makin dekat anus diameternya akan semakin kecil. Usus
besar terdiri dari bagian yaitu caecum, kolon asenden, kolontransversum,
kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum.

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 7


CA COLON
Struktur usus besar:
a) Caecum
Merupakan kantong yang terletak di bawah muara ileum pada usus
besar. Panjang dan lebarnya kurang lebih 6 cm dan 7,5cm. Saekum
terletak pada fossa iliakakanan di atas setengahbagian lateralis
ligamentum inguinale. Biasanya saekumseluruhnya dibungkus oleh
peritoneum sehingga dapat bergerakbebas, tetapi tidak mempunyai
mesenterium. Terdapat perlekatan ke fossa iliaka di sebelah medial
dan lateral melalui lipatanperitoneum yaitu plika caecalis,
menghasilkan suatu kantongperitoneum kecil, recessus retrocaecalis.
b) Kolon asenden
Bagian ini memanjang dari saekum ke fossa iliaka kanansampai ke
sebelah kanan abdomen. Panjangnya 13 cm, terletak dibawah
abdomen sebelah kanan dan di hati membelok ke kiri.Lengkungan ini
disebut fleksura hepatika (fleksura coli dextra)dan dilanjutkan dengan
kolon transversum.
c) Kolon Transversum
Merupakan bagian usus besar yang paling besar dan palingdapat
bergerak bebas karena tergantung pada mesokolon, yangikut
membentuk omentum majus.Panjangnya antara 45-50 cm,berjalan
menyilang abdomen dari fleksura coli dekstra sinistrayang letaknya
lebih tinggi dan lebih ke lateralis.Letaknya tidaktepat melintang
(transversal) tetapi sedikit melengkung ke bawahsehingga terletak di
regio umbilikus.
d) Kolon desenden
Panjangnya lebih kurang 25 cm, terletak di bawahabdomen bagian
kiri, dari atas ke bawah, dari depan fleksuralienalis sampai di depan
ileum kiri, bersambung dengan sigmoid,dan dibelakang peritoneum.
e) Kolon sigmoid

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 8


CA COLON
Sering disebut juga kolon pelvinum. Panjangnya kuranglebih 40 cm
dan berbentuk lengkungan huruf S. Terbentang mulaidari apertura
pelvis superior (pelvic brim) sampai peralihanmenjadi rektum di
depan vertebra S-3. Tempat peralihan iniditandai dengan berakhirnya
ketiga teniae coli dan terletak +15 cm di atas anus. Kolon sigmoid
tergantung oleh mesokolonsigmoideum pada dinding belakang pelvis
sehingga dapat sedikitbergerak bebas (mobile).
f) Rektum
Bagian ini merupakan lanjutan dari usus besar, yaitu kolonsigmoid
dengan panjang sekitar 15 cm. Rektum memiliki tigakurva lateral
serta kurva dorsoventral. Mukosa rektum lebih halusdibandingkan
dengan usus besar. Rektum memiliki 3 buahvalvula: superior kiri,
medial kanan dan inferior kiri. 2/3 bagiandistal rektum terletak di
rongga pelvik dan terfiksir, sedangkan1/3 bagian proksimal terletak
dirongga abdomen dan relatifmobile.Kedua bagian ini dipisahkan oleh
peritoneum reflektumdimana bagian anterior lebih panjang dibanding
bagian posterior.
Saluran anal (anal canal) adalah bagian terakhir dari usus,berfungsi
sebagai pintu masuk ke bagian usus yang lebihproksimal, dikelilingi
oleh spinkter ani (eksternal dan internal )serta otot-otot yang mengatur
pasase isi rektum kedunia luar.Spinkter ani eksterna terdiri dari 3
sling: atas, medial dan depan.

3. Etiologi
Penyebab dari kanker kolon ini belum diketahui pasti tetapi berdasarkan
American Cancer Society tahun (2014), faktor resikonya dibagi menjadi
dua yaitu yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi.
Tidak Dapat dimodifikasi :
a) Keturunan dan riwayat keluarga
Seseorang dengan orang tua, saudara atau anak yang memiliki kanker
kolorektal memiliki 2 sampai 3 kali risiko mengembangkan penyakit

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 9


CA COLON
dibandingkan dengan individu yang tidak mempunyai riwayat kanker
kolorektal di keluarga (American Cancer Society, 2014). Jika terdapat
riwayat keluarga yang didiagnosis pada usia muda atau jika ada
anggota keluarga lebih dari satu orang yang terkena, risiko meningkat
hingga 3 sampai 6 kali. Sekitar 20% dari semua pasien kanker
kolorektal memiliki saudara dengan riwayat kanker kolorektal. Dan
sekitar 5% dari pasien kanker kolorektal mempunyai sindrom genetik
yang menyebabkan penyakit ini. Yang paling umum adalah Lynch
syndrome (juga dikenal sebagaihereditary non-polyposis colorectal
cancer) (American Cancer Society, 2014).
b) Riwayat polip adenomatous adalah salah satu penyebab yang
meningkatkan risiko ca colon. Hal ini terutamanya apabila ukuran
polip besar atau jika lebih dari satu. Seseorang dengan inflammatory
bowel disease, kondisi dimana terjadi peradangan usus selama jangka
waktu yang panjang, memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker
kolorektal (iagnost cancer society, 2014). Inflammatory bowel disease
yang paling umum adalah ulcerative colitis dan penyakit crohn
(American Cancer Society, 2014).
Dapat Dimodifikasi :
1) AktifitasFisik
Sebuah tinjauan literatur ilmiah telah menemukan bahawa seorang
yang aktif dari segi fisik mempunyai risiko 25% lebih rendah
terkena kanker usus berbanding seseorang yang tidak
aktif.Sebaliknya pada pasien ca colon yang kurang aktif
mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi berbandingkan
mereka yang lebih aktif (American Cancer Society, 2014).
2) Obesitas
Obesitas atau kegemukan dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi
terjadinya kanker kolorektal pada laki-laki dan kanker usus pada
perempuan (american iagno society, 2014). Obesitas perut (diukur
keliling pinggang) merupakan faktor risiko yang lebih penting

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 10


CA COLON
berbanding obesitas keseluruhan baik pada laki-laki dan
perempuan(American Cancer Society,2014).
3) Diet
Konsumsi daging merah atau daging diproses secara berlebihan
akan meningkatkan risiko terjadinya kanker di usus besar dan juga
rektum. Alasan untuk ini belum jelas tetapi mungkin terkait dengan
karsinogen (zat penyebab kanker) yangterbentuk ketika daging
merah dimasak pada suhu yang tinggi selama jangka waktu yang
panjang atau aditif nitrit yang digunakan untuk pengawetan
(American Cancer Society, 2014).
4) Merokok
Pada bulan iagnost 2009, international agency for research on
cancer melaporkan bahwa ada bukti yang cukup untuk
menyimpulkan bahwa tembakau dalam rokok dapat menyebabkan
kanker kolorektal. Asosiasi tampaknya lebih kuat pada rektum dari
ca colon (American Cancer Society, 2014).
5) Alkohol
Ca colon dikaitkan dengan konsumsi alkohol berat dan sedang.
Seseorang yang mempunyai purata hidup dengan konsumsi alkohol
2 hingga 4 minuman per hari memiliki risiko 23% lebih tinggi
terkena Ca colon dibandingkan dengan mereka yang
mengkonsumsi 1 minuman per hari (American Cancer Society,
2014).

4. Manifestasi Klinis
Sekitar 5-20% kasus kanker adalah asimptomatik dan diagnosa selama
proses skrining (American Cancer Society, 2014). Kanker dengan gejala
obstruksi dan perforasi mempunyai prognosis yang buruk (Hingorani, M.
& Sebag-Montefiore, D., 2011). Ca colon dini seringkali tidak
menunjukkan gejala, itulah sebabnya skrining sangat penting (American
Cancer Society, 2014).

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 11


CA COLON
Berdasarkan Oxford Desk Reference: Oncology tahun (2011) antara
gejala-gejala kanker kolorektal adalah seperti berikut:
a) Perdarahan rektal
Perdarahan rektal adalah keluhan utama yang penting dalam 20-50%
kasus kanker kolorektal. Pasien dengan perdarahan yang diamati
dengan satu atau lebih gejala dibawah harus segera dirujuk untuk
pemeriksaan selanjutnya.
b) Perubahan pola buang air besar.
Perubahan pola BAB sering dijumpai pada banyak pasien ca colon
sekitar 39-85%. Gejala dibawah meningkatkan probabiliti yang
mendasari kejadian kanker kolorektal.
 Perubahan pola BAB terutamanya pada pasien lanjut usia.
 Riwayat mencret darah atau lendir harus segera merujuk pendapat
spesialis.
 Riwayat baru diare dengan frekuensi yang sering dan konsistensi
cair.
c) Nyeri perut
 Nyeri perut pada pasien kanker kolorektal mungkin tanda dari
obstruksi yang kan terjadi.
 Nyeri kolik abdomen dengan gejala obstruksi lain seperti mual,
muntah harus segera diperiksa.
d) Gejala lain
 Kehilangan darah kronis; anemia defiensi besi, kelelahan, lesu ;
sering dijumpai pada tumor sisi kanan.
 Massa abdomen.
 Pada pemeriksaan Digital Rectal Examination (DRE) mungkin
dijumpai massa yang dapat diraba pada kanker rektal.

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 12


CA COLON
5. Patofisiologi
Umumnya tumor kolorektal adalah adenokarsinoma yangberkembang dari
polip adenoma. Insidensi tumor dari kolon kananmeningkat, meskipun
umumnya masih terjadi di rektum dan kolonsigmoid. Polip tumbuh
dengan lambat, sebagian besar tumbuh dalamwaktu 5-10 tahun atau lebih
untuk menjadi ganas. Ketika polipmembesar, polip membesar di dalam
lumen dan mulai menginvasidinding usus. Tumor di usus kanan
cenderung menjadi tebal dan besar,serta menyebabkan nekrosis dan ulkus.
Sedangkat tumor pada usus kiribermula sebagai massa kecil yang
menyebabkan ulkus pada suplaidarah (Black & Hawks, 2014).

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 13


CA COLON
Pathway

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 14


CA COLON
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan kanker
kolorektal adalah sebagai berikut (Sayuti & Nouva, 2018)
1) Pemeriksaan laboratorium klinis
Pemeriksaan laboratorium terhadap karsinoma kolorektal bisa
untuk menegakkan diagnosa maupun monitoring perkembangan atau
ke kambuhannya. Pemeriksaan terhadap kanker ini antara
lainpemeriksaan darah, Hb, elektrolit, dan pemeriksaan tinja
yangmerupakan pemeriksaan rutin. Anemia dan hipokalemia
kemungkinan ditemukan oleh karena adanya perdarahan kecil.
Perdarahan tersembunyi dapat dilihat dari pemeriksaan tinja.
Selainpemeriksaan rutin diatas, dalam menegakkan diagnosa
karsinoma kolorektal dilakukan juga skrining CEA (Carcinoma
Embrionic Antigen). Carcinoma Embrionic Antigen merupakan
pertanda serum terhadap adanya karsinoma kolon dan rektum.
Carcinoma Embrionic Antigen adalah sebuah glikoprotein yang
terdapat pada permukaan sel yang masuk ke dalam peredaran darah,
dan digunakan sebagai marker serologi untuk memonitor status
kanker kolorektal dan untuk mendeteksi rekurensi dini danmetastase
ke hepar. Carcinoma Embrionic Antigen terlalu insensitif dan non-
spesifik untuk bisa digunakan sebagai skrining kanker kolorektal.
Meningkatnya nilai CEA serum, bagaimanapun berhubungan dengan
beberapa parameter. Tingginya nilai CEA berhubungan dengan tumor
grade 1 dan 2, stadium lanjut dari penyakit dan adanya metastase ke
organ dalam. Meskipun konsentrasi CEA serum merupakan faktor
prognostik independen. Nilai CEA serum baru dapat dikatakan
bermakna pada monitoring berkelanjutan setelah pembedahan.
2) Pemeriksaan laboratorium Patologi Anatomi
Pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi pada kanker kolorektal
adalah terhadap bahan yang berasal dari tindakan biopsisaat
kolonoskopi maupun reseksi usus. Hasil pemeriksaan iniadalah hasil

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 15


CA COLON
histopatologi yang merupakan diagnosa definitif. Dari pemeriksaan
histopatologi inilah dapat diperoleh karakteristik berbagai jenis
kanker maupun karsinoma di kolorektal ini.
3) Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan yaitu foto polosabdomen
atau menggunakan kontras. Teknik yang seringdigunakan adalah
dengan memakai double kontras barium enema, yang sensitifitasnya
mencapai 90% dalam mendeteksi polip yang berukuran >1 cm.
Teknik ini jika digunakan bersama-sama sigmoidoskopi, merupakan
cara yang hemat biaya sebagaialternatif pengganti kolonoskopi
untuk pasien yang tidak dapat mentoleransi kolonoskopi, atau
digunakan sebagaipemantauan jangka panjang pada pasien yang
mempunyai riwayat polip atau kanker yang telah di eksisi. Risiko
perforasi dengan menggunakan barium enema sangat rendah, yaitu
sebesar 0,02 %. Jika terdapat kemungkinan perforasi, maka sebuah
kontras larut airharus digunakan daripada barium enema.
Computerised Tomography (CT) scan, Magnetic Resonance Imaging
(MRI), Endoscopic Ultrasound (EUS) merupakan bagian dari teknik
pencitraan yang digunakan untuk evaluasi, staging dan tindak lanjut
pasien dengan kanker kolon, tetapi teknik ini bukan merupakan
skrining tes.
4) Kolonoskopi
Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh
mukosa kolon dan rektum. Prosedur kolonoskopi dilakukan saluran
pencernaan dengan menggunakan alat kolonoskopi, yaituselang lentur
berdiameter kurang lebih 1,5 cm dan dilengkapi dengan kamera.
Kolonoskopi merupakan cara yang paling akurat untuk dapat
menunjukkan polip dengan ukuran kurang dari 1 cmdan keakuratan
dari pemeriksaan kolonoskopi sebesar 94%, lebih baik daripada
barium enema yang keakuratannya hanya sebesar 67%. Kolonoskopi
juga dapat digunakan untuk biopsi, polipektomi, mengontrol

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 16


CA COLON
perdarahan dan dilatasi dari striktur. Kolonoskopi merupakan
prosedur yang sangat aman dimana komplikasi utama (perdarahan,
komplikasi anestesi dan perforasi) hanya muncul kurang dari 0,2%
pada pasien. Kolonoskopi merupakan cara yang sangat berguna untuk
mendiagnosis dan manajemen dari inflammatory bowel disease, non
akut divertikulitis, sigmoid volvulus, gastrointestinal bleeding,
megakolon non toksik, striktur kolon dan neoplasma. Komplikasi
lebih sering terjadi pada kolonoskopi terapi daripada diagnostik
kolonoskopi, perdarahan merupakan komplikasi utama dari
kolonoskopi terapeutik, sedangkan perforasi merupakan komplikasi
utama dari kolonoskopi diagnostik.

7. Penatalaksanaan
b) Penatalaksanaan medis
Menurut Smeltzer (2016) pasien dengan gejaala obstruksi usus
diobati dengan cairan IV dan persiapan nasogastrik. Apabila terdapat
perdarahan yang cukup bermakna, terapi komponen darah dapat
diberikan. Pengobatan tergantung pada tahap penyakit dan
komplikasi yang berhubungan. Endoskopi, ultrasonografi, dan
laparaskopi telah terbukti berhasil dalam pentahapan Ca.Colorectal
pada periode praoperatif.
1) Pembedahan
Apabila gejala yang ada diduga menjadi kanker maka perlu
dilakukan operasi laparatomy atau reseksi segmental. Bagian
kolon yang terkena kanker akan diangkat termasuk getah bening
didekatnya. Kemudian disambungkan kembali dengan bagian
usus yang tersisa.
Prosedur bedah menurut Smeltzer dan Bare (2011) antara lain:
 Reseksi segmental dengan anastomosis (yaitu, penghapusan
tumor dan bagian dari usus pada kedua sisi pertumbuhan,
serta pembuluh darah dan kelenjar limfatik).

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 17


CA COLON
 Reseksi Abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid
permanen (yaitu, pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan
semua rectum dan sfingter anal).
 Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan
anastomosis dan reanastomosis berikutnya dari kolostomi itu,
memungkinkan dekompresi usus awal dan persiapan usus
sebelum reseki.
 Kolostomi permanen atau ileostomy untuk paliatif dari
dioperasi menghalangi lesi.
 Pembangunan reservoir coloanal disebut kolon J kantong
dilakukan dalam dua langkah. Sebuah ileostomy lingkaran
sementara adalah dibangun untuk mengalihkan aliran usus,
dan baru di bangun J kantong (dibuat dari 6 sampai 10 cm
dari usus) yang disambungkan untuk tunggul anal. Sekitar 3
bulan setelah
2) Kolostomi
Prosedur ini melibatkan pembuatan saluran antara colon dan
dinding perut, dimana feses dapat lewat. Oleh karena fungsi
utama colon adalah untuk menyerap air, kolostomi akan lebih
mudah dirawat jika dilakukan lebih dekat dengan kolon sigmoid
karena lokasi ini feses sudah lebih terbentuk dibandingkan pada
kolon transversal atau kolon kanan. Kolostomi dapat silakukan di
kolon asendens, transversal, desendens, atau sigmoid dan dapat
berifat permanen atau sementara (Black & Hawks, 2014).
3) Terapi Radiasi
Terapi radiasi merupakan penanganan karsinoma dengan
menggunakan x-ray berenergi tinggi untuk membunh sel
karsinoma. Terdapat 2 cara pemberian terapi radiasi, yaitu
dengan radiasi eksternal dan radiasi internal. Radiasi external
(external beam radiation therapy) merupakan penanganan dimana
radiasi tingkat tinggi secara tepat diarahkan pada sel

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 18


CA COLON
karsinoma.terapi radiasi hanya berlangsung beberapa menit.
4) Radioterapi
Radioterapi biasanya digunakan untuk mengobati kanker ketika
sel-sel kanker sudah menempel ke dalam perut atau organ lain.
Radioterapi dilakukan setelah operasi pengangkatan sel kanker
dengan tujuan untuk memastikan apakah sel-sel kanker yang
tersisa telah mati dan mencegah kekambuhan.
5) Kemoterapi
Kemoterapi dilakukan apabila Ca Colorectal telah menyebar dan
tindakan pembedahan tidak dapat membantu penyembuhan.
Tujuan kemoterapi adalah meningkatkan harapan hidup pasien.
Obat kemoterapi dapat disuntikkan langsung kedalam pembuluh
darah yang menuju ke hati apabial kanker telah menyebar ke hati.
6) Target Terapi
Target terapi sering disebut juga msar drugs. Hal ini disebabkan
tujuan pengobatan hanya mematikan sel-sel kanker sehingga
tidak mengganggu sel normal lainnya. Target terapi biasa
dilakukan bersamaan dengan kemoterapi dengan tujuan
meningkatkan peluang keberhasilan pengobatan.
c) Penatalaksanaan Keperawatan pada Ca Colorectal menurut Black &
Hawks(2014) antaralain:
1) Perawatan Praoperasi
Sebelum operasi, diet tinggi kalori, protein, dan karbohidrat
namun rendah serat dapat diberikan untuk nutrisi yang cukup
sekaligus menurunkan peristaltik.
Tingkat bakteri pada kolon harus diturunkan sebelum operasi
untuk menurunkan resiko infeksi. Pasien yang akan menjalani
reseksi kolon harus menjalani persiapan kolon untuk
meminimalkan pertumbuhan bakteri pada kolon dan infeksi luka
pascaoperasi. Persiapan ini melibatkan antara lain :
 Diet rendah serat atau rendah cairan untuk mengurangi

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 19


CA COLON
kandungan feses pada usus.
 Pemberian antiniotik, seperti sulfonamide dan mungkin
neomisin, diberikan secara oral selama 12 hingga 48 jam
praoperasi.
 Pemberian enema untuk membersihkan usus (bagian dalam
lumen usus harus bersih dan bebas bakteri).
 Transfusi darah untuk memperbaiki anemia parah dan
membantu penyembuhan luka.
2) Perawatan Pasca Operasi
Kaji kembalinya peristaltik dan motilitas GI yang ditunjukkan
tidak ada nyeri abdomen, distensi, kembung, mual dan muntah
dan kembalinya nafsu makan.
Selain itu jika dibuat kolostomi, monitor keluaran kolostomi, dan
gunakan perawattan khusus untuk menjaga feses dari kolostomi
(yang mengandung bakteri) jauh dari insisi bedah. Kaji stoma
pasien dari dekat untuk adanya iskemi stomi. Stoma harus merah
dan lembab. Jika menjadi gelap dan pucat, laporkan ini pada
dokter bedah sesegera mungkin.
Jika dilakukan reseksi dengan pembuatan kolostomi akhir, kaji
luka abdomen dan perineum. Insisi dapat dijahit sepenuhnya,
namun kadangkala drain ditinggalkan pada insisi dan dapat
tersambung dengan alat isap, drain penrose dapat diletakkan pada
luka. Ganti perban seperti yang diperintahkan. Dapat
diperkirakan akan terdapat drain aseserosa dalam jumlah banyak
dari luka perineum. Dapat membutuhkan beberapa minggu atau
bulan sebelum luka sembuh sempurna karena ukuran luka
tersebut besar.

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 20


CA COLON
8. Komplikasi
Menurut Padila (2012) komplikasi yang terjadi berhubungan dengan
bertambahnya pertumbuhan pada lokasi kanker atau melalui penyebaran
metastase yang termasuk :
1) Perforasi usus besar yang disebabkan peritonitis
2) Pembentukan abses akibat perforasi dinding usus oleh tunor yang
diikuti kontaminasi dari rongga peritoneal oleh isi kolon
3) Metastase keorgan lain yang berdekatan. Terjadinya fistel pada
kantong kemih
Biasanya kanker menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang
menyebabkan perdarahan. Kanker tumbuh kedalam usus besar dan secara
berangsur-angsur membantu usus besar dan pada akhirnya tidak bisa
sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan pada
organ yang berada disekitar (uterus, urinary bladder, dan ureter) dan
penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.
Perubahan yang terjadi pada citra tubuh dan gaya hidup sering sangat
menganggu, dan pasien memerlukan dukungan empatis dalam mencoba
menyesuaikannya. Karena stoma ditempatkan di abdomen, pasien dapat
berpikir bahwa setiap orang akan melihat ostomi (Black & Hawks,
2014).

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 21


CA COLON
B
B KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CA COLON

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pada
pengkajian, semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan
status kesehatan.
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan
Ca.Colon Tarwoto,dkk. (2012) ialah sebagai berikut :
1. Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal (alamat), pekerjaan,
pendidikan. Data demografi yang penting di kaji adalah usia dan jenis
kelamin, karena merupakan faktor yang berpengaruh
2. Kaji keluhan utama pasien. Pada klien pre-operasi mengeluh dan nyeri
pada abdomen. Kesulitan buang air besar. Pada post operasi kolostomi
dan laparatomi keluhan yang dirasakan pada umumnya adalah nyeri
akibat luka operasi.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang dirasakan
saat ini. Tanyakan riwayat timbulnya gejala yang berkaitan dengan
metabolisme yang meningkat, hal ini mencakup laporan klien dan
keluarga mengenai keadaan klien yang sulit buang air besar.
4. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh klien yang
mungkin berhubungan dengan penyakit Ca.Colon
5. Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga yang menderita penyakit tersebut
6. Pola fungsi kesehatan
a. Pola nutrisi dan metabolik
Pada klien dengan Ca. Colon biasanya terjadi penurunan berat badan
tanpa perubahan pola makan.
b. Pola eliminasi

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 22


CA COLON
Klien dengan Ca. Colon mengalami perubahan atau kesulitan dalam
eliminasi fekal
c. Pola aktivitas
Dengan adanya kesulitan buan air besar dapat mengganggu aktivitas
d. Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya nyeri abdomen pada penderita Ca. Colon
mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Baik/sedang/lemah
b. Kesadaran: Composmentis/apatis/somnolen/sopor/soporokoma/coma
c. Tanda-tanda vital : Pada umumnya nadi pasien meningkat
d. Berat badan : Biasanya terjadi penurunan berat badan
e. Tinggi badan
f. Pemeriksaan Head to toe (kepala sampai kaki)
Kep : Inspeksi :
ala Inspeksi seluruh bagian kepala klien, apakah bagian
kepala simetris, warna rambut, penyebaran rambut
merata atau tidak, wajah pucat atau tidak
Mata : Inspeksi :
Kaji kesimetrisan mata, konjungtiva apakah anemis
atau tidak, skelra ikterik atau tidak.
Hidung : Inspeksi
Lubang hidung normal atau simetris
Mulut : Inspeksi
Apakah bibir kering atau tidak, adakah stomatitis
Telinga : Inpeksi
Pendengaran masih normal atau tidak, apakah
terdapat cairan dari telinga
Palpasi
Biasanya terdapat nyeri dibagian telinga

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 23


CA COLON
Leher : Inspeksi
Observasi ukuran dan kesimetrisan leher.
Palpasi
Palpasi kelenjar tiroid dan kaji adanya massa atau
pembesaran
Dada : Inspeksi
Bagian dada tidak terlihat retraksi dinding dada,
Auskultasi bunyi nafas.
Pemeriksaan jantung perlu dilakukan seperti tekanan
darah, takikardia, distritmia, bunyi jantung.
Abdomen : Inspeksi
Perut terlihat simetris/tidak,
Perkusi
Biasanya terdengar suara tympani
Palpasi
Apakah ada nyeri tekan atau tidak
Ekstremitas : Inspeksi
Tidak ada oedema, apakah ekstremitas masih dapat
bergerak aktif.
Eliminasi : Kaji pola eliminasi klien. Biasanya klien mengalami
kesulitan buang air besar

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada Ca. Colon menurut
(SDKI, 2017) diantaranya :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (pembedahan)
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan gangguan metabolik
3. Konstipasi berhubungan dengan perubahan pola eliminasi fekal
4. Gangguan intergitas kulit berhubungan dengan proses penyembuhan
luka
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri post operasi

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 24


CA COLON
6. Risiko Infeksi berhubungan dengan tindakan prosedur invasive
7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan I


No.
(SDKI) (SLKI)
1. Nyeri akut (D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajeme
Definisi : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
Pengalaman sensori atau selama… 1. Identif
emosional yang berkaitan Maka, tingkat nyeri menurun dengan frekuen
dengan kerusakan jaringan kriteria hasil : 2. Identif
actual atau fungsional, dengan 1) Nyeri berkurang 3. Identif
onset mendadak atau lambat 2) Tidak meringis kesakitan 4. Identif
dan berintensitas ringan hingga 3) Tidak kesulitan tidur mempe
berat yang berlangsunng 3 4) Tanda-tanda vital dalam rentang normal
bulan Terapeutik
1. Berika
2. Kontro
rasa ny
3. Fasilita

Edukasi
1. Ajarka
mengu

Kolaboras
1. Kolabo

2. Defisit Nutrisi (D.0019) Status Nutrisi (L.03030) Manajeme


Definisi : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
Asupan nutrisi tidak cukup selama… 1. Identif
untuk memenuhi kebutuhan Maka, status nutrisi membaik dengan 2. Identif
metabolisme kriteria hasil : 3. Monito
1) Nafsu makan membaik
2) Frekuensi makan membaik Terapeutik
3) Porsi makan habis 1. Berika

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 25


CA COLON
4) Mual berkurang
Edukasi
1. Ajarka

Kolaboras
1. Kolabo
makan
3. Konstipasi (D.0140) Eliminasi Fekal (L.04033) Manajeme
Definisi : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
Penurunan defekasi normal selama… 1. Monito
yang disertai pengeluaran feses Maka, eliminasi fekal membaik, dengan
sulit dan tidak tuntas serta feses kriteria hasil : Terapeutik
kering dan banyak 1) Tidak ada keluhan defekasi 1. Berika
2) Feses keluar 2. Sediak
3) Konsistensi feses normal Edukasi
4) Frekuensi defekasi normal 1. Jelaska
dikons
2. Anjurk
serat

Kolaboras
1. Kolabo
anal, ji

Perawatan
Observasi
1. Periksa
2. Periksa

Terapeutik
1. Perawa

Edukasi
1. Jelaska

Kolaboras
1. Kolabo
stoma
4. Gangguan Integritas Kulit Integritas Kulit dan Jaringan (L.14130) Perawatan
(D.0129) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
Definisi : selama… 1. Monito
Kerusakan kulit (dermis atau Maka, integritas kulit dan jaringan 2. Monito
epidermis) atau kerusakan meningkat, dengan kriteria hasil :
jaringan 1) Tidak terdapat kerusakan jaringan Terapeutik
2) Tidak terdapat kerusakan lapisan kulit 1. Lakuka
3) Tidak ada perdarahan

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 26


CA COLON
4) Tidak terdapat kemerahan Edukasi
5) Tidak ada rasa panas 1. Jelaska
6) Tidak terdapat pembengkakan 2. Ajarka
7) Tidak ada nyeri mandir
8) Tidak ada perubahan fungsi 3. Anjurk
kalori d

Kolaborasi
1. Kolabo
perlu
5. Gangguan mobilitas fisik Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan
(D.0054) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
Definisi : selama… 1. Identif
keterbatasan dalam gerakan Maka mobilitas fisik meningkat dengan fisik la
fisik dari satu atau lebih kriteria hasil : 2. Monito
ekstremitas secara mandiri 1) Pergerakan ekstremitas meningkat 3. Monito
2) Kekuatan otot meningkat mobili
3) ROM meningkat
4) Dapat melakukan mobilisasi dini secara Terapeutik
mandiri 1. Fasilita
bantu
2. Fasilita
perlu
3. Libatk
dalam

Edukasi
1. Anjurk
2. Ajarka
dilakuk
6. Gangguan Pola Tidur Pola Tidur (L.05045) Dukungan
(D.0055) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
Definisi : selama… 1. Identif
Gangguan kualitas dan Maka pola tidur membaik dengan kriteria 2. Identif
kuantitas waktu tidur akibat hasil :
faktor eksternal 1) Tidak ada keluhan sulit tidur Terapeutik
2) Tidak sering terjaga pada malam hari 1. Modifi
3) Istirahat cukup 2. Batasi
3. Lakuka
kenyam

Edukasi
1. Jelaska
sakit
7. Resiko Infeksi (D.0142) Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegaha
Definisi : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 27


CA COLON
Beresiko mengalami selama… 1. Monito
peningkatan terserang Maka tingkat infeksi menurun, dengan
organisme patogenik kriteria hasil : Terapeutik
1) Tidak terdapat kemerahan 1. Bata
2) Tidak ada rasa panas 2. Cuc
3) Tidak terdapat pembengkakan kon
4) Tidak ada nyeri klie
5) Tidak ada perubahan fungsi 3. Pert

Edukasi
1. Jela
2. Aja
ben
3. Aja
atau

D. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan
keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan
(Hidayat, 2006). Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal
seperti bahaya fisik dan perlindungan pada klien, teknik komunikasi,
kemampuan dalam prosesdur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien
serta memahami tingkat perkembangan pasien.
Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan
kinerja aktivitas sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan
keterampilan interpersonal, intelektual dan teknik intervensi harus dilakukan
dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan
pelaporan (Nursalam, 2011).

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan
dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 28


CA COLON
keperawatan tercapai atau tidak (Hidayat, 2004).
Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu evaluasi formatif
yang disebut juga evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah
evaluasi yang dilaksanakan secara terus menerus terhadap tindakan yang
telah dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif yang disebut juga evaluasi
akhir adalah evaluasi tindakan secara keseluruhan untuk menilai
keberhasilan tindakan yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan
dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya
menggunakan format “SOAPIER”. Tujuan evaluasi adalah untuk
mendapatkan kembali umpan balik rencana keperawatan, nilai serta
meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil perbandingan standar
yang telah ditentukan sebelumnya (Nursalam, 2011)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN
A PADA TN.M DENGAN CA COLON DI RUANG
BEDAH (RPU 4)

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. M
Umur : 31 Desember 1957
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Marital : Menikah
Tanggal Masuk : 03 Maret 2021
Tanggal Pengkajian : 09 Maret 2021
Diagnosa Medis : Ca. Colon
(post op laparatomi dan kolostomi)

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 29


CA COLON
No. Medrek : 124269
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. I
Umur : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : Desa Lebakherang, Ciawaru
Hub. Dengan Klien : Istri

B. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri pada luka post operasi

C. Riwayat Kesehatan Sekarang


Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 9 Maret 2021, klien
mengatakan nyeri, nyeri terasa seperti tersayat-sayat, nyeri pada abdomen
bagian tengah bawah, nyeri terasa apabila bergerak dan apabila ditekan pada
bagian abdomennya, nyeri berkurang apabila klien tidak banyak bergerak
dan istirahat, nyeri dengan skala 6 (1-10), nyeri hilang timbul dan disertai
mual.
D. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan kesulitan BAB sudah satu minggu sebelum masuk Rumah
Sakit, dan klien mempunyai riwayat gastritis dan asam urat tidak ada
riwayat penyakit yang lalu
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa dianggota keluarganya tidak ada yang memiliki
penyakit yang sama dengan klien, dan tidak ada keluarga yang memiliki
penyakit keturunan.
Genogram :

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 30


CA COLON
X X X

Keterangan :
X : Laki-laki meninggal
X : Perempuan meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Garis keturunan
: Garis perkawinan
: Tinggal satu rumah

F. Kebutuhan Dasar

Kebutuhan
No. Di Rumah Di Rumah Sakit
Dasar

1. Oksigenasi - -

2. Cairan dan - Terpasang infus RL 20


Elektrolit tpm
3. Nutrisi :
a. Makan Makan 3x sehari Diberi diet cair
dengan porsi sedang, frekuensi 3x sehari,
menu makan nasi, lauk satu hari diberi susu,
pauk (tidak suka makan dihabiskan ¼ gelas,
sayur, sering hari kedua diberi jus
mengkonsumsi daging) dihabiskan ½ gelas,
hari ketiga diberi
bubur dan dihabiskan

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 31


CA COLON
b. Minum Minum air mineral 4 Minum air mineral 1-2
gelas perhari gelas perhari
4. Eliminasi
a. BAB BAB 1x dalam 3 hari, BAB lewat kolostomi,
sebelum masuk Rumah konsistensi : Cair
Sakit tidak bisa BAB frekuensi :
selama 1 minggu - hari ke-1 belum
keluar feses atau
(keluar cairan
berwarna bening)
- hari ke-2 feses
keluar (berwarna
kuning)
3x ganti kantong
kolostomi perhari
b. BAK BAK lancar, frekuensi Terpasang kateter,
5x perhari, berwarna frekuensi:
kuning - hari ke-1 300cc
- hari ke-2 200cc
- hari ke-3 200cc
urine berwarna kuning
5. Rasa nyaman
dan kebersihan
diri
a. Rasa Sebelum masuk Rumah Kurang merasa
Nyaman Sakit tidak merasa nyaman karena
nyaman karena tidak kolostomi dan
BAB 1 minggu terpasang kateter
b. Personal
Hygiene
1) Mandi 2x sehari Tidak mandi hanya
dilap
2) Cuci 2x perseminggu Selama dirawat tidak
rambut cuci rambut
3) Gosok gigi 2x sehari Selama dirawat tidak
gosok gigi
4) Potong 1x perminggu Selama dirawat tidak
kuku potong kuku
6. Aktivitas dan
Istirahat Melakukan aktivitas Tidak beraktivitas,
a. Aktivitas secara mandiri, terbaring lemah selama

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 32


CA COLON
aktivitas bekerja, jarang dirawat, aktivitas
berolahraga dibantu keluarga
b. Tidur Tidur malam 6-7 jam, Tidur malam 3-4 jam,
kualitas tidur baik sering terbangun
dimalam hari
8. Peran Seksual Tidak melakukan
hubungan seksual/
frekuensi menurun
9. Psikososial Sering berinteraksi dan Jarang berinteraksi
bersosialisasi dengan karena terbaring lemah
orang lain ditempat tidur

G. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Lemah
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda Vital
TD : 130/80mmHg
N : 90x/menit
RR : 20x/menit
S : 36°C
4. Pemeriksaan Head To Toe

No. Jenis Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi

1.
Kepala dan Kepala simetris, Tidak ada
wajah bentuk normal, benjolan
rambut berwarna dikepala, tidak
hitam beruban, ada nyeri tekan
kulit kepala cukup disekitar
bersih , rambut kepala, dan
tampak kusut dan wajah.
lembab, wajah
simetris, bentuk
wajah oval, tidak
ada luka disekitar
wajah

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 33


CA COLON
2.
Mata Bentuk mata Tidak ada nyeri
normal, simetris, tekan disekitar
penglihatan baik, mata
konjungtiva
anemis, pupil
isokor, skrela
putih, terlihat sayu

3.
Telinga Simetris kiri dan Tidak ada nyeri
kanan, fungsi tekan disekitar
pendengaran baik, telinga
tidak terdapat
serumen

4.
Hidung Terlihat bersih, Tidak ada nyeri
tidak ada luka, tekan disekitar
terpasang NGT, hidung
fungsi penciuman
baik.

5. Mulut Mulut lumayan Tidak ada nyeri


terlihat bersih, tekan disekitar
mukosa bibir mulut
kering, tidak
tampak stomatitis.
6. Leher Bentuk normal, Tidak ada nyeri
tidak ada tekan, tidak ada
pembengkakan, pembengkakan
tidak ada luka, tiroid.
reflex menelan
baik.
7.
Dada
a. Jantung Dada simetris,
tidak terdapat Tidak ada nyeri Bunyi
pembengkakan tekan jantung
disekitar dada. regular
(lup dup)

b. Paru- Dada simetris, Tidak ada nyeri Sonor Bunyi


paru pergerakan dada tekan sekitar nafas
normal, tidak dada, tidak ada vasikuler,
menggunakan otot wizheeng

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 34


CA COLON
bantu pernafasan. pembengkakan. (-)
ronchi (-)

8. Abdomen Perut terlihat Nyeri tekan Timpani Bising usus


kembung, terlihat pada area 5x/menit
luka jahitan laparatomi dan
laparatomi 15cm, kolostomi.
luka terlihat bersih
dan bagus, ada
kolostomi terletak
sebelah kiri
abdomen
9. Ekstremitas
a. Atas Terpasang infus Tidak ada nyeri
RL ditangan tekan
sebelah kanan
b. Bawah Tidak ada luka, Tidak ada nyeri
tidak ada tekan
gangguan berjalan
10 Punggung Punggung terlihat Tidak ada nyeri
. datar, tidak ada tekan
luka, tidak ada
cirri dekubitus
11 Rektum Tidak ada
. benjolan direktum

12 Genetalia Terpasang kateter


. (Tidak melakukan
pemeriksaan pada
area tersebut)

H. Masalah Gangguan Sistem


1. Sistem pernafasan
 Keluhan : tidak ada
 Inspeksi :
Jejas : Ya Tidak
Bentuk dada : Abnormal Normal
Jenis pernafasan : Teratur Tidak teratur
Irama nafas : Teratur Tidak teratur
Retraksi otot : Ya Tidak

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 35


CA COLON
pernafasan
Penggunaan alat : Ya Tidak
bantu pernafasan
 Perkusi
Cairan : Ya Tidak
Udara : Ya Tidak
Massa : Ya Tidak
 Auskultasi
Inspirasi : Normal Abnormal
Ekspirasi : Normal Abnormal
- Whezeeng (-)
- Ronchi (-)
2. Sistem Kardiovaskuler
Nyeri dada : Ya Tidak
 Inspeksi
Kesadaran : Composmentis
Bentuk dada : Abnormal Normal
Bibir : Sianosis Normal
Kuku : Sianosis Normal
CRT : Abnormal Normal
Tangan : Edema Normal
Kaki : Edema Normal
Sendi : Edema Normal
 Perkusi
Pembesaran jantung
 Auskultasi
Bj I : Abnormal Normal
Bj II : Abnormal Normal
Mur-mur : (-)
3. Sistem pencernaan
Keluhan : klien mengatakan nyeri pada abdomen

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 36


CA COLON
P : Klien mengatakan nyeri pada abdomen
Q : Nyeri terasa seperti tersayat-sayat
R : Nyeri terasa pada bagian abdomen
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri dirasakan hilang timbul
 Inspeksi
Turgor kulit : Abnormal Normal
Keadaan bibir : Lembab Kering
Keadaan rongga mulut
Keadaan mukosa : Lembab Kering
Luka atau perdarahan : Ya Tidak
Tanda radang : Ya Tidak
Keadaan gusi : Abnormal Normal
Keadaan abdomen
Luka : Ya Tidak
(luka operasi laparatomi dan kolostomi)

 Auskultasi
Bising usus : 5x/menit
 Perkusi
Cairan : Ya Tidak
Udara : Ya Tidak
(perut kembung)
Massa : Ya Tidak
 Palpasi
Nyeri : Ya Tidak
(nyeri tekan bagian sekitar luka laparatomi dan kolostomi)
4. Sistem persarafan
Keluhan : tidak ada keluhan
Tingkat kesadaran : composmentis
GCS : E4 M6 V5 = 15
Pupil : Isokor Anisokor

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 37


CA COLON
Kejang : Ya Tidak
Kelumpuhan: Ya Tidak
Parastesia : Ya Tidak
5. Sistem muskuloskeletal
Keluhan : tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri
Kelainan : Ada Tidak ada
Nyeri otot : Ada Tidak ada
Nyeri sendi : Ada Tidak ada
Reflex sendi : Normal Abnormal
Kekuatan otot: Atropi Hiperatropi Normal
6. Sistem Endokrin
Keluhan : tidak ada
Pembesaran : tidak ada
7. Sistem Integumen
Rash : Ada Tidak ada
Lesi : Ada Tidak ada
Luka : Ada Tidak ada
Turgor : Baik Tidak baik
Peteche : Ada Tidak ada

8. Sistem Penginderaan
Indera Penglihatan : Tidak normal Normal
Indera Pendengaran : Tidak normal Normal
Indera Penciuman : Tidak normal Normal
Indera Perasa : Tidak normal Normal
Indera Peraba : Tidak normal Normal

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hematologi
No. Jenis Hasil Satuan Nilai Interpretasi

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 38


CA COLON
Normal
1. Hemoglobin 17,0 G% 12-16 ↑
2. Leukosit 10100 /mm³ 4000-10000 ↑
3. Basophil 0 % 0-1 Normal
4. Eosinophil 0 % 1-4 ↓
5. N.Staf 1 % 3-5 ↓
6. N.Segmen 77 % 35-70 ↑
7. Lymphosit 13 % 20-40 ↓
8. Monosit 9 % 2-10 Normal
9. Hematokrit 45,0 % 37-48 Normal
10. Trombosit 281000 /mm³ 150rb-300rb Normal

b. Kimia Klinik
Nilai
No. Parameter Hasil Satuan Interpretasi
Normal
1. Protein total 5,99 gr/dl 6,3-8,2 ↓
2. Albumin 3,24 gr/dl 3,5-5,3 ↓
3. Globulin 2,75 gr/dl 1,8-3,6 Normal
4. Bilirubin 0,71 Mg/dl <1 Normal
5. Direct 0,46 Mg/dl <0,3 ↑
6. Indirect 0,25 Mg/dl <0,7 Normal

7. GOT 54 u/I L: <40 ↑


P : <33
8. GPT 76 u/I L: < 41 ↑
P : <32

2. Pemeriksaan Radiologi
Rontgen Thorax : Kardiomegali tanpa bendungan paru

J. Terapi dan Penatalaksanaan Medis


1. Terapi obat-obatan
Cara
No. Nama Obat Dosis
Pemberian
1. Omeprazole 1x 40 mg IV
2. Ondancentran 2x4 mg IV
3. Ketorolac 2x30 mg IV
4. Meropeneum 3x1gr IV
5. Metro infuse 3x500 mg IV

2. Penatalaksanaan Medis

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 39


CA COLON
Pembedahan laparatomi dan kolostomi

K. Analisa Data
No
Data Etiologi Masalah
.
1. DS: Agen pencedera Nyeri Akut
- Klien mengeluh nyeri fisik
pada luka jahitan (pembedahan)
laparatomi
- Klien mengeluh nyeri
pada luka kolostomi

DO :
- Tampak lemah
- Tampak meringis
kesakitan
- Kesadaran
Composmentis
- Tampak luka jahitan
laparatomi
- Tampak luka kolostomi
- Skala nyeri 6 dari (0-10)
- TTV
TD : 130/80mmhg
S : 36°C
RR : 20x/menit
N : 90x/menit

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 40


CA COLON
2. DS : Ketidakmampuan Defisit nutrisi
- Klien mengatakan tidak mencerna
nafsu makan makanan
- Klien mengatakan mual

DO:
- Tampak lemah
- Tampak tidak nafsu
makan
- Tampak mual
- Kesadaran
Composmentis
- TTV
TD : 130/80mmhg
S : 36°C
RR : 20x/menit
N : 90x/menit

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 41


CA COLON
3. DS : Perubahan pola Konstipasi
eliminasi fekal
DO :
- Tampak lemah
- Kesadaran
composmentis
- Tampak terpasang
kolostomi
- Tampak tidak keluar
feses
- TTV
TD : 130/80mmhg
S : 36°C
RR : 20x/menit
N : 90x/menit
4. DS : Proses Gangguan
penyembuhan luka integritas kulit
DO :
- Tampak lemah
- Tampak luka jahitan
laparatomi
- Tampak luka kolostomi
- Kesadaran
composmentis
- TTV
TD : 130/80mmhg
S : 36°C
RR : 20x/menit
N : 90x/menit

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 42


CA COLON
5. DS : Nyeri post operasi Gangguan
- Klien mengatakan tidak mobilitas fisik
dapat bergerak bebas
- Klien mengatakan
aktivitas dibantu
keluarga
DO :
- Tampak lemah
- Tampak gerak terbatas
- Tampak nyeri saat
bergerak
- Tampak luka laparatomi
dan kolostomi
- TTV
TD : 130/80mmhg
S : 36°C
RR : 20x/menit
N : 90x/menit

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 43


CA COLON
6. DS : Hambatan Gangguan pola
- Klien mengatakan lingkungan tidur
kesulitan untuk tidur
- Klien mengatakan
sering terbangun pada
malam hari
- Klien mengatakan tidur
hanya 3-4 jam

DO :
- Tampak lemah
- Kesadaran
Composmentis
- Tampak mengantuk
- TTV
TD : 130/80mmhg
S : 36°C
RR : 20x/menit
N : 90x/menit
7. DS : Tindakan prosedur Resiko infeksi
invasif
DO :
- Tampak luka jahitan
laparatomi
- Tampak luka kolostomi
- Kesadaran Composmetis
- TTV
TD : 130/80mmhg
Suhu : 36°C
RR : 20x/menit
Nadi : 90x/menit

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 44


CA COLON
L. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (pembedahan)
ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada luka jahitan laparatomi,
klien mengeluh nyeri pada luka kolostomi, klien tampak lemah,
tampak meringis kesakitan, kesadaran composmentis, tampak jahitan
luka laparatomi, tampak luka kolostomi, tampak nyeri saat palpasi
disekitar luka laparatomi dan kolostomi, skala nyeri 6 dari (1-10), TD:
130/80mmHg, N: 90x/menit, RR: 20x/menit, S: 36°C
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan ditandai dengan klien mengatakan tidak nafsu makan, klien
mengatakan mual, klien tampak lemah, kesadaran Composmentis,
tampak tidak mau makan, tampak mual, TD: 130/80mmHg, N:
90x/menit, RR: 20x/menit, S: 36°C
3. Konstipasi berhubungan dengan perubahan pola eliminasi fekal
ditandai dengan klien tampak lemah, kesadaran Composmentis,
tampak terpasang kolostomi, tampak tidak keluar feses, TD:
130/80mmHg, N: 90x/menit, RR: 20x/menit, S: 36°C
4. Gangguan intergitas kulit berhubungan dengan proses penyembuhan
luka ditandai dengan klien tampak lemah, tampak luka jahitan
laparatomi, tampak luka kolostomi, kesadaran Composmentis TD:
130/80mmHg, N: 90x/menit, RR: 20x/menit, S: 36°C
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri post operasi
ditandai dengan klien mengatakan tidak dapat bergerak bebas, klien
mengatakan aktivitas dibantu keluarga, klien tampak lemah, tampak
gerak terbatas, tampak nyeri saat bergerak, tampak luka laparatomi dan
kolostomi TD: 130/80mmHg, N: 90x/menit, RR: 20x/menit, S: 36°C
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
ditandai dengan klien mengatakan kesulitan untuk tidur, klien
mengatakan sering terbangun pada malam hari, klien mengatakan tidur
hanya 3-4 jam, klien tampak lemah, kesadaran Composmentis, tampak
mengantuk, TD: 130/80mmHg, N: 90x/menit, RR: 20x/menit, S: 36°C

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 45


CA COLON
7. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan prosedur invasive
ditandai dengan tampak luka jahitan laparatomi, tampak luka
kolostomi, kesadaran Composmentis, TD: 130/80mmHg, N:
90x/menit, RR: 20x/menit, S: 36°C

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 46


CA COLON
M. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan


No.
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

1. Nyeri akut (D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (I.08230)


Definisi : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
Pengalaman sensori atau selama 2x24 jam. 5. Identifikasi lokasi, karakteristik durasi,
emosional yang berkaitan Maka, tingkat nyeri menurun dengan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
dengan kerusakan jaringan kriteria hasil : 6. Identifikasi skala nyeri
actual atau fungsional, dengan 1) Nyeri berkurang 7. Identifikasi nyeri non-verbal
onset mendadak atau lambat 2) Tidak meringis kesakitan 8. Identifikasi faktor yang memperberat dan
dan berintensitas ringan hingga 3) Tidak kesulitan tidur memperingan nyeri
berat yang berlangsunng 3 4) Tanda-tanda vital dalam rentang normal
bulan Terapeutik
4. Berikan terapi non-farmakologi
5. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
6. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi
2. Ajarkan terapi non-farmakologi untuk
mengurangi nyeri

Kolaborasi
2. Kolaborasi pemberian analgetik
2. Defisit Nutrisi (D.0019) Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119)
Definisi : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
Asupan nutrisi tidak cukup selama 2x24 jam. 4. Identifikasi status nutrisi
untuk memenuhi kebutuhan Maka, status nutrisi membaik dengan 5. Identifikasi alergi makanan
metabolisme kriteria hasil : 6. Monitor asupan makanan
1) Nafsu makan membaik
2) Frekuensi makan membaik Terapeutik
3) Porsi makan habis 2. Berikan makanan tinggi serat
4) Mual berkurang
Edukasi
2. Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi
2. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan
3. Konstipasi (D.0140) Eliminasi Fekal (L.04033) Manajemen eliminasi fekal (I.04151)
Definisi : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
Penurunan defekasi normal selama 2x24 jam. 2. Monitor buang air besar
yang disertai pengeluaran feses Maka, eliminasi fekal membaik, dengan
sulit dan tidak tuntas serta feses kriteria hasil : Terapeutik
kering dan banyak 1) Tidak ada keluhan defekasi 3. Berikan air hangat setelah makan
2) Feses keluar 4. Sediakan makanan tinggi serat
3) Konsistensi feses normal Edukasi
4) Frekuensi defekasi normal 3. Jelaskan jenis makanan yang dapat
dikonsumsi
4. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi
serat
Kolaborasi
2. Kolaborasi pemberian obat suposutoria
anal, jika perlu

Perawatan stoma (I. 04166)


Observasi
3. Periksa kondisi umum klien
4. Periksa kondisi stoma klien

Terapeutik
2. Perawatan stoma

Edukasi
2. Jelaskan perawatan stoma

Kolaborasi
2. Kolaborasi jika terjadi perburukan dari
stoma
4. Gangguan Integritas Kulit Integritas Kulit dan Jaringan (L.14130) Perawatan Luka (I.14564)
(D.0129) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
Definisi : selama 2x24 jam. 3. Monitor karakteristik luka
Kerusakan kulit (dermis atau Maka, integritas kulit dan jaringan 4. Monitor tanda infeksi
epidermis) atau kerusakan meningkat, dengan kriteria hasil :
jaringan 1) Tidak terdapat kerusakan jaringan Terapeutik
2) Tidak terdapat kerusakan lapisan kulit 2. Lakukan perawatan luka
3) Tidak ada perdarahan
4) Tidak terdapat kemerahan Edukasi
5) Tidak ada rasa panas 4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
6) Tidak terdapat pembengkakan 5. Ajarkan prosedur perawatan luka secara
7) Tidak ada nyeri mandiri
8) Tidak ada perubahan fungsi 6. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dan protein

Kolaborasi
2. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika
perlu
5. Gangguan mobilitas fisik Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan Mobilisasi (I.05172)
(D.0054) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
Definisi : selama 2x24 jam. 4. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
keterbatasan dalam gerakan Maka mobilitas fisik meningkat dengan fisik lainnya
fisik dari satu atau lebih kriteria hasil : 5. Monitor kondisi umum selama mobilisasi
ekstremitas secara mandiri 1) Pergerakan ekstremitas meningkat 6. Monitor TTV sebelum dan sesudah
2) Kekuatan otot meningkat mobilisasi
3) ROM meningkat
4) Dapat melakukan mobilisasi dini secara Terapeutik
mandiri 4. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu
5. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika
perlu
6. Libatkan keluarga untuk membantu klien
dalam meningkatkan pergerakan

Edukasi
3. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
4. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan
6. Gangguan Pola Tidur Pola Tidur (L.05045) Dukungan tidur (I.05174)
(D.0055) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
Definisi : selama 2x24 jam. 3. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
Gangguan kualitas dan Maka pola tidur membaik dengan kriteria 4. Identifikasi faktor penganggu tidur
kuantitas waktu tidur akibat hasil :
faktor eksternal 1) Tidak ada keluhan sulit tidur Terapeutik
2) Tidak sering terjaga pada malam hari 4. Modifikasi lingkungan
3) Istirahat cukup 5. Batasi waktu tidur siang
6. Lakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan

Edukasi
2. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama
sakit
7. Resiko infeksi (D.0142) Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi (I.14539)
Definisi : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
Beresiko mengalami selama 2x24 jam. 2. Monitor tanda dan gejala infeksi
peningkatan terserang Maka tingkat infeksi menurun, dengan
organisme patogenik kriteria hasil : Terapeutik
1) Tidak terdapat kemerahan 4. Batasi jumlah pengunjung
2) Tidak ada rasa panas 5. Cuci tangan sebelum dan sesudah
3) Tidak terdapat pembengkakan kontak dengan klien dan lingkungan
4) Tidak ada nyeri klien
5) Tidak ada perubahan fungsi 6. Pertahankan tekhnik aseptic

Edukasi
4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5. Ajarkan cara cuci tangan yang baik dan
benar
6. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
atau luka operasi

N. Implementasi Keperawatan

No. Tanggal Diagnosa Implementasi


1. Rabu, Nyeri Akut T : Mengindentifikasi lokasi karakteristik,
10/03/2021 durasi, kualitas, intensitas nyeri. Nyeri
bagian luka laparatomi dan kolostomi,
R : nyeri terasa seperti tersayat-sayat,
nyeri bertambah apabila banyak
bergerak, nyeri berkurang apabila
tidak banyak bergerak dan istirahat,
nyeri hilang timbul.
T : Mengindentifikasi skala nyeri
R : Skala nyeri 4 (0-10)
T : Mengidentifikasi non-verbal
R : Tampak meringis kesakitan
T : Mengajarkan tekhnik non farmakologi
untuk mengurangi nyeri
R : Teknik relaksasi nafas dalam untuk
mengurangi nyeri
T : Berkolaborasi dalam pemberian
analgetik
R : Pemberian obat ketorolac (2x30mg)
melalui intravena
2. Rabu, T:
Defisit Mengidentifikasi alergi makanan
10/03/2021 R:
Nutrisi Klien tidak memiliki alergi makanan

T : Memonitor asupan makanan


R : Klien tidak menghabiskan makan,
makan hanya ½ gelas jus
T:
Menjelaskan diet yang diprogramkan
diet cair
R:
Klien dan keluarga dapat mengerti apa
yang dijelaskan

T : Berkolaborasi pemberian medikasi


sebelum makan
R : Pemberian obat ondancentron
(2x4mg) omeprazol (1x40mg) melalu
intravena
3. Rabu, T:
Konstipasi Memonitor BAB
10/03/2021 R:
Belum keluar feses, feses hanya
berwarna bening yang keluar dari
kolostomi

T:
Menjelaskan makanan yang dapat
dikonsumsi
R:
Menganjurkan makan makanan tinggi
serat
T:
Memeriksa kondisi umum klien
R:
Keadaan umum lemah, kesadaran
composmentis

T:
Melakukan perawatan stoma
R:
Membersihkan dan mengganti
kantong kolostomi

T:
Memeriksa kondisi stoma
R:
Kondisi stoma bagus, warna stoma
merah muda, area pada sekitar stoma
tidak terdapat tanda-tanda infeksi

T : Menjelaskan cara perawatan


kolostomi
R : Pendidikan kesehatan perawatan
kolostomi kepada keluarga
4. Rabu, T:
Gangguan Memonitor karakteristik luka
10/03/2021 R:
Integritas Luka laparatomi 15cm
Kulit T:
Memonitor tanda infeksi
R:
Rubor (-)
(tidak ada kemerahan disekitar luka)
Kalor (-)
(tidak ada rasa panas disekitar luka)
Tumor (-)
(tidak ada pembengkakan disekitar
luka)
Dolor (+)
(ada nyeri tekan disekitar luka
lapratomi)
Fungsiolaesa (-)
(tidak ada perubahan fungsi)

T:
Melakukan perawatan luka
R:
Perawatan luka laparatomi

T:
Menjelaskan cara perawatan luka
R:
Pendidikan kesehatan perawatan luka
laparatomi

T:
Berkolaborasi dalam pemberian
antibiotik
R:
Pemberian obat Meropenem (3x1gr),
Metronidazole infuse (3x500mg)
melalu intravena

5. Rabu, T:
Gangguan Mengindetifikasi adanya nyeri
10/03/2021 R:
Mobilitas Nyeri pada luka laparatomi dan
Fisik kolostomi

T:
Mengajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan
R:
Klien dapat duduk ditempat tidur

T:
Melibatkan keluarga untuk membantu
klien dalam melakukan pergerakan
R:
Aktivitas tampak dibantu oleh
keluarga

6. Rabu, T:
Gangguan Mengidentifikasi pola tidur
R:
10/03/2021 pola tidur Tidur 3-4 jam, sering terbangun pada
malam hari

T : Mengidentifikasi faktor pengganggu


tidur
R : Nyeri luka laparatomi dan kolostomi
yang hilang timbul
T:
Memodifikasi lingkungan
R:
Membatasi pengunjung, mengurangi
kebisingan, memberikan posisi yang
nyaman

7. Rabu, T:
Resiko Memonitor tanda infeksi
10/03/2021 R:
Infeksi Rubor (-)
(tidak ada kemerahan disekitar luka)
Kalor (-)
(tidak ada rasa panas disekitar luka)
Tumor (-)
(tidak ada pembengkakan disekitar
luka)
Dolor (+)
(ada nyeri tekan disekitar luka
lapratomi)
Fungsiolaesa (-)
(tidak ada perubahan fungsi)

T:
Mengajarkan cara cuci tangan yang
baik dan benar
R:
Pendidikan kesehatan 6 langkah cuci
tangan kepada keluarga

1. Kamis, Nyeri Akut T : Mengindentifikasi skala nyeri


11/03/2021 R : Skala nyeri 4 (0-10)
T : Mengidentifikasi non-verbal
R : Tampak meringis kesakitan
T : Berkolaborasi dalam pemberian
analgetik
R : Pemberian obat ketorolac (2x30mg)
melalui intravena
2. Kamis, T : Memonitor asupan nutrisi
Defisit
11/03/2021 R : Klien menghabiskan ½ mangkuk
Nutrisi
bubur
T : Berkolaborasi pemberian obat
R : Pemberian obat ondancentron
(2x4mg) omeprazol (1x40mg) melalu
intravena
3. Kamis, T:
Konstipasi Memonitor defekasi
11/03/2021 R:
keluar feses, feses berwarna coklat

T:
Melakukan perawatan stoma
R:
Membersihkan stoma dan mengganti
kantong kolostomi

T:
Memeriksa kondisi stoma
R:
Kondisi stoma bagus, warna stoma
merah muda, area pada sekitar stoma
terdapat kemerahan
4. Kamis, T:
Gangguan Memonitor karakteristik luka
11/03/2021 R:
Integritas Luka laparatomi 15cm
Kulit T:
Memonitor tanda infeksi
R:
Rubor (-)
(tidak ada kemerahan disekitar luka)
Kalor (-)
(tidak ada rasa panas disekitar luka)
Tumor (-)
(tidak ada pembengkakan disekitar
luka)
Dolor (-)
(tidak ada nyeri tekan disekitar luka
lapratomi)
Fungsiolaesa (-)
(tidak ada perubahan fungsi)

T:
Berkolaborasi dalam pemberian
antibiotik
R:
Pemberian obat Meropenem (3x1gr),
Metronidazole infuse (3x500mg)
melalu intravena

5. Kamis, T:
Gangguan Mengajarkan mobilisasi sederhana
11/03/2021 R:
Mobilitas Klien tampak bisa duduk ditempat
Fisik tidur dan bisa bangun turun dari
tempat tidur dan bisa sedikit untuk
berjalan

6. T:
Gangguan Mengidentifikasi pola tidur
R:
pola tidur Tidur 7 jam tidak terbangun pada
malam hari

7. Kamis, Resiko T:
Memonitor tanda infeksi
11/03/2021 Infeksi R:
Rubor (+)
(ada kemerahan disekitar stoma)
Kalor (-)
(tidak ada rasa panas disekitar luka)
Tumor (-)
(tidak ada pembengkakan disekitar
luka)
Dolor (+)
(ada nyeri tekan disekitar luka
lapratomi)
Fungsiolaesa (-)
(tidak ada perubahan fungsi)
O. Evaluasi Keperawatan
No
Tanggal Diagnosa Catatan Perkembangan Paraf
.
1. Rabu, Nyeri akut S: - Klien mengeluh nyeri pada luka
10/03/2021 jahitan laparatomi
- Klien mengeluh nyeri pada luka
kolostomi

O -: Skala nyeri 4 dari (0-10)


- Tampak meringis kesakitan
- Tampak lemah
- Kesadaran composmentis
- Tampak nyeri saat palpasi disekitar
luka laparatomi dan kolostomi
- TD: 130/90mmHg
N : 85x/ menit
RR : 20x/menit
S : 36,2°C

A : Nyeri akut

P: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,


durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi nyeri nonverbal
4. Ajarkan tekhnik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri
5. Kolaborasi pemberian analgetik

I: 1. Mengidentifikasi lokasi nyeri,


karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
2. Mengidentifikasi skala nyeri
3. Mengidentifikasi nyeri nonverbal
4. Mengajarkan tekhnik
nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri
5. Berkolaborasi pemberian analgetik

E: Masalah teratasi sebagian


R Intervensi dilanjutkan
2. Rabu Defisit S: - Klien mengatakan tidak nafsu makan
10/03/2021 Nutrisi - Klien mengatakan mual
- Tampak lemah

O : - Tampak tidak mau makan


- Tampak mual
- Kesadaran composmentis
- TD : 130/90mmHg
N : 85x/ menit
RR : 20x/menit
S : 36,2°C

A : Defisit nutrisi

P: 1. Identifikasi alergi makanan


2. Monitor asupan makanan
3. Jelaskan diet yang diprogramkan
4. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan

I: 1. Mengindentifikasi alergi makanan


2. Memonitor asupan makanan
3. Menjelaskan diet yang
diprogramkan
4. Berkolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan

E: Masalah teratasi sebagian

R : Intervensi dilanjutkan
3. Rabu, Konsitipasi S: -
10/03/2021
O : - Klien tampak lemah
- Kesadaran composmentis
- Tampak terpasang kolostomi
- Tampak tidak keluar feses
- TD : 130/90mmHg
N : 85x/ menit
RR : 20x/menit
S : 36,2°C

A : Konstipasi

P: 1. Monitor BAB
2. Jelaskan makanan yang dapat
dikonsumsi
3. Memeriksa kondisi umum klien
4. Melakukan perawatan stoma
5. Memeriksa kondisi stoma
6. Menjelaskan cara perawatan
kolostomi

I: 1. Memonitor BAB
2. Menjelaskan makanan yang dapat
dikonsumsi
3. Memeriksa kondisi umum klien
4. Melakukan perawatan stoma
5. Memeriksa kondisi stoma
6. Menjelaskan cara perawatan
kolostomi

E: Masalah teratasi sebagian

R : Intervensi dilanjutkan
4. Rabu Gangguan S: -
10 Maret integritas
2021 kulit O : - Tampak lemah
- Tampak jahitan laparatomi
- Tampak luka kolostomi
- Kesadaran composmentis
- TD : 130/90mmHg
N : 85x/ menit
RR : 20x/menit
S : 36,2°C
A : Gangguan integritas kulit

P: 1. Monitor karakteristik luka


2. Monitor tanda infeksi
3. Lakukan perawatan luka
4. Kolaborasi pemberian antibiotik

I: 1. Memonitor karakteristik luka


2. Memonitor tanda infeksi
3. Melakukan perawatan luka
4. Berkolaborasi pemberian antibiotik

E: Masalah teratasi sebagian

R : Intervensi dilanjutkan
5. Rabu, Gangguan S : - Klien mengatakan tidak dapat
10/02/2021 Mobilitas bergerak
Fisik - Klien mengatakan aktivitas dibantu
oleh keluarga

O : - Tampak lemah
- Tampak gerak terbatas
- Tampak nyeri saat bergerak
- Tampak luka laparatomi dan
kolostomi
- TD : 130/90mmHg
N : 85x/ menit
RR : 20x/menit
S : 36,2°C

A : Gangguan mobilitas fisik

P: 1. Identifikasi adanya nyeri


2. Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan
3. Libatkan keluarga untuk membantu
klien dalam meningkatkan
pergerakan

I: 1. Mengidentifikasi adanya nyeri


2. Mengajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan
3. Melibatkan keluarga untuk
membantu klien dalam
meningkatkan pergerakan

E: Masalah teratasi sebagian

R : Intervensi dilanjutkan
6. Rabu, Gangguan S : - Klien mengatakan kesulitan untuk
10/03/2021 Pola Tidur tidur
- Klien mengatakan sering terbangun
pada malam hari
- Klien mengatakan tidur hanya 3-4
jam
O : - Tampak lemah
- Kesadaran Composmentis
- Tampak mengantuk
- TD : 130/90mmHg
N : 85x/ menit
RR : 20x/menit
S : 36,2°C

A : Gangguan pola tidur

P: 1. Identifikasi pola tidur


2. Identifikasi faktor pengganggu tidur
3. Modifikasi lingkungan

I: 1. Mengidentifikasi pola tidur


2. Mengidentifikasi faktor
pengganggu tidur
3. Memodifikasi lingkungan
E: Masalah teratasi sebagian

R : Intervensi dilanjutkan
7. Rabu, Resiko S: - Tampak lemah
10/03/2021 Infeksi - Kesadaran Composmentis
O: - Tampak luka jahitan laparatomi
- Tampak luka kolostomi
- TD : 130/90mmHg
N : 85x/ menit
RR : 20x/menit
S : 36,2°C

A : Resiko infeksi

P: 1. Monitor tanda infeksi


2. Ajarkan cara cuci tangan yang baik
dan benar
I: 1. Memonitor tanda infeksi
2. Mengajarkan cara cuci tangan yang
baik dan benar

E: Masalah teratasi sebagian

R : Intervensi dilanjutkan
1. Kamis, Nyeri akut S : - Klien mengatakan nyeri berkurang
11/03/2021 - Skala nyeri 2 dari (0-10)

O : - Keadaan umum sedang


- Kesadaran composmentis
- TD : 130/90mmHg
N : 88x/ menit
RR : 21x/menit
S : 36°C

A : Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan
2. Kamis, Defisit S:
11/032021 Nutrisi
O : - Keadaan umum sedang
- Kesadaran composmentis
- Tampak makan dihabiskan

A : Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

3. Kamis, Konstipasi S:
11/03/2021
O : - Keadaan umum sedang
- Kesadaran composmentis
- Tampak keluar feses
- TD : 120/80 mmHg
N : 88x/ menit
RR : 21x/menit
S : 36°C

A : Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
4. Kamis, Gangguan S:
11/03/2021 Integritas
Kulit O : - Keadaan umum sedang
- Kesadaran composmentis
- Luka tampak bagus, tidak ada tanda
infeksi
- TD : 130/90mmHg
N : 88x/ menit
RR : 21x/menit
S : 36°C

A : Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan
5. Kamis, Gangguan S: - Klien mengatakan dapat melakukan
11/03/2021 Mobilitas mobilisasi secara mandiri
Fisik
O : - Keadaan umum sedang
- Kesadaran Composmentis
- Klien tampak dapat duduk, bangun
dari tempat tidur, dan berjalan
sedikit-sedikit
- TD : 130/80mmHg
N : 88x/ menit
RR : 21x/menit
S : 36°C

A : Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan
6. Kamis, Gangguan S: - Klien mengatakan sudah tidak
11/03/2021 Pola Tidur kesulitan tidur
- Klien mengatakan tidak lagi
terbangun pada malam hari
- Klien mengatakan saat malam tidur
7 jam
O : - Keadaan umum sedang
- Kesadaran Composmentis
- TD : 130/90mmHg
N : 88x/ menit
RR : 21x/menit
S : 36°C

A : Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan
7. Kamis, Resiko S:
11/03/2021 Infeksi
O : - Keadaan umum sedang
- Kesadaran Composmentis
- Tidak tampak tanda-tanda infeksi
- TD : 130/80mmHg
N : 88x/ menit
RR : 21x/menit
S : 36°C
A : Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Dari
tahun ke tahun peringkat penyakit kanker sebagai penyebab kematian semakin mengkhawatirkan. Diperkirakan sekitar 7,6 juta
(atau 13% dari penyebab kematian) orang meninggal setiap tahunnya di seluruh dunia karena penyakit kanker.
Berdasarkan data Wisconsin Reporting System, kanker kolorektal menempati urutan ketiga penyebab kematian tertinggi
di dunia setelah kanker payudara dan kanker paru-paru yaitu terdapat 9,5% kasus dari jumlah penduduk dunia yang meninggal
akibat kanker kolorektal atau mencapai 1,23 juta kematian pertahun (Wisconsin Cancer Reporting System, 2017: 8).
Penyebab dari kanker kolon ini belum diketahui pasti tetapi berdasarkan American Cancer Society tahun (2014), faktor
resikonya dibagi menjadi dua yaitu yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi.

B. Saran
1. Bagi pelayanan kesehatan
Bagi pelayanan kesehatan RSU Kuningan Medical Center diharapkan dapat mempertahankan pelayanan yang baik
yang sudah diberikan kepada pasien dan untuk mendukung kesehatan dan kesembuhan pasien dengan memberi pelayanan
yang maksimal pada pasien ca colon.
2. Bagi pasien dan keluarga
Diharapkan kerjasama dari keluarga untuk memberikan motivasi untuk kesembuhan pasien.
3. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan bagi institusi pendidikan menyediakan fasilitas berupa sumber buku-buku terbaru
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society, 2014.Cancerfactsand figures.


http://www.cancer.org/research/cancerfactsstatistics/cancerfactsfigures2014/i ndex.
Arifin, M. 2016. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada pasien ca Colon. Stikes RSU Daya Makasar.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. RisetKesehatanDasar (Riskesdas)
2018
Black & Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi 8. Buku 2. Indonesia:
CV Pentasada Media Edukasi
Diananda. 2008. Mengenal seluk beluk kanker, Jakarta: KataHati.
Lemone & Priscilla. 2016. Keperawatan Medikal Bedah edisi 5. Jakarta : EGC Padila. 2012. Buku ajar: Keperawatan Medikal Bedah
Dilengkapi Asuhan Keperawatan Pada Sistem Cardio, Perkemihan, Integumen, Persyarafan, Gastrointestinal,
Muskulosketal, Reproduksi, dan Respirasi. Yogyakarta: NuhaMedika.
Pajong, Y.E. 2019. Karya Tulis Ilmiah: Asuhan Keperawatan Kanker Usus. Poltekes Kemenkes. Kupang.
Robinson & Saputra. 2014. Buku Ajar: Visual Nursing (medikal – bedah) sebuah panduan diagnosis penyakit, keterampilan, serta
asuhan keperawatan. Jilid satu. Tanggerang: BinaRupa Aksara.
Sjamsuhidajat, R. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidayat-de jong, Ed.3. Jakarta: EGC.
Smeltzer & Bare. 2015. Buku Ajar Keperawatan medikal-bedah Brunner & Suddarth edisi. 8. Vol 2. Jakarta:EGC.
Smeltzer, 2016. Keperawatan medical-bedah Brunner & Suddarth edisi 12. Jakarta: EGC.
Wijaya & Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2. Yogyakarta: Nuhamedika.
LAMPIRAN

OBSERVASI KOLOSTOMI
PENDIDIKAN KESEHATAN

Anda mungkin juga menyukai