Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN CA COLON

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:
Kelompok 5:
1) DARNIA
2) AHMAD PRIYANI
3) YULIANI GULO
4) IRA WIDIA SUSANTI
5) JEFRY SIMANULANG
6) MARTHA JULIANA SITORUS

PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

MEDAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usus besar adalah bagian dari sistim pencernaan (digestive system) dimana materi
yang dibuang (sampah) disimpan. Rektum (rectum) adalah ujung dari usus besar dekat dubur
(anus). Bersama, mereka membentuk suatu pipa panjang yang berotot yang disebut usus
besar. Tumor-tumor usus besar dan rektum adalah pertumbuhan-pertumbuhan yang
datangnya dari dinding dalam dari ususbesar.

Tumor-tumor ramah dari usus besar disebut polip-polip (polyps). Tumor-tumor ganas
dari usus besar disebut kanker-kanker. Polip-polip ramah tidak menyerang jaringan yang
berdekatan dengannya atau menyebar ke bagian-bagian lain tubuh. Polip-polip ramah dapat
diangkat dengan mudah sewaktu colonoscopy dan adalah bukan ancaman nyawa. Jika polip-
polip ramah tidak diangkat dari usus besar, mereka dapat menjadi ganas (bersifat kanker)
melalui waktu. Kebanyakan dari kanker-kanker usus besar dipercayai telah berkembang dari
polip-polip. Kanker usus besar dan rektum, juga dirujuk sebagai kanker kolorektal (
colorectal cancer), dapat menyerang dan merusak jaringan-jaringan dan organ-organ yang
berdekatan. Sel-sel kanker juga dapat pecah dan keluar dan menyebar pada bagian-bagian
lain tubuh (seperti hati dan paru-paru) dimana tumor-tumor baru terbentuk. Penyebaran
kanker usus besar ke organ-organ yang terletak jauh darinya disebut metastasis dari kanker
usus besar. Sekali metastasis telah terjadi pada kanker kolorektal (colorectal cancer), suatu
penyembuhan yang penuh dari kanker adalah tidak mungkin.

1.2 TUJUAN PENULISAN

Tujuan Umum

1. Untuk memahami Asuhan Keperawatan pada pasien dengan penyakit kanker kolon

Tujuan Khusus

1. Mahasiswa dapat memahami tentang Asuhan Keperawatan pada pasien dengan


penyakit kanker kolon

2. Mahasiswa mampu menerapkan perawatan yang baik bagi pasien dengan penyakit
kanker kolon

1.3 METODE PENULISAN

Dalam pembuatan makalah ini, kami mengumpulkan data-data yang diambil dari sumber
internet, referensi penunjang dan diskusi kelompok.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN

Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak
teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan
pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke
tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan
DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi
lainnya. (Gale, 2000 : 177)
Kanker kolon adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel
DNA dan jaringan sehat disekitar kolon (usus besar). (Brooker, 2001 : 72)
Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam
permukaan usus besar atau rektum (Boyle & Langman, 2000 : 805).
Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada kolon
dan menginvasi jaringan sekitarnya (Tambayong, 2000 : 143).

2.1 ETIOLOGI

Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu
peredaran pada usus besar (Aliran depan feces) yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk
pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society, The National Cancer
Institute, dan organisasi kanker lainnya.
Faktor resiko telah teridentifikasi. Faktor resiko untuk kanker kolon :
- Usia lebih dari 40 tahun
- Darah dalam feses
- Riwayat polip rektal atau polip kolon
- Adanya polip adematosa atau adenoma villus
- Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
- Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
- Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.

Makanan-makanan yang pasti di jurigai mengandung zat-zat kimia yang


menyebabkan kanker pada usus besar ( Tabel 56-1 ). Makanan tersebut juga mengurangi
waktu peredaran pada perut,yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker.
Makanan yang tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging merah,menyebabkan sekresi
asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker didalam usus besar. Daging yang
di goreng dan di panggang juga dapat berisi zat-zat kimia yang menyebabkan kanker. Diet
dengan karbohidrat murni yang mengandung serat dalam jumlah yang banyak dapat
mengurangi waktu peredaran dalam usus besar. Beberapa kelompok menyarankan diet yang
mengadung sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran dan buah-buahan ( e.g Mormons,seventh
Day Adventists ).
Makanan yang harus dihindari :
- Daging merah
- Lemak hewan
- Makanan berlemak
- Daging dan ikan goreng atau panggang
- Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring)
- Makanan yang harus dikonsumsi:
- Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan kubis (
seperti brokoli,brussels sprouts )
- Butir padi yang utuh
- Cairan yang cukup terutama air

Karena sebagian besar tumor Colon menghasilkan adenoma,faktor utama yang


membahayakan terhadap kanker Colon menyebabkan adenoma. Ada tiga type adenoma
Colon : tubular,villous dan tubulo villous ( akan di bahas pada polips ).Meskipun hampir
besar kanker Colon berasal dari adenoma,hanya 5% dari semua adenoma Colon menjadi
manigna,villous adenoma mempunyai potensial tinggi untuk menjadi manigna.
Faktor yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau manigna tumor tidak diketahui
poliposis yang bergerombol bersifat herediter yang tersebar pada gen autosom dominan. Ini
di karakteristikkan pada permulaan adematus polip pada colon dan rektum. Resiko dari
kanker pada tempat femiliar poliposis mendekati 100 % dari orang yang berusia 20 30
tahun.
Orang-orang yang telah mempunyai ucerative colitis atau penyakit Crohns juga
mempunyai resiko terhadap kanker Colon. Penambahan resiko pada permulaan usia muda
dan tingkat yang lebih tinggi terhadap keterlibatan colon. Resiko dari kanker Colon akan
menjadi 2/3 kali lebih besar jika anggota keluarga menderita penyakit tersebut.

2.3 MANIFESTASI KLINIS

Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus
tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi,
perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan perdarahan rectal merupakan
keluhan yang umum terjadi.
1. Kanker kolon kanan, dimana isi kolon berupa caiaran, cenderung tetap tersamar hingga
stadium lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena lumen usus lebih besar
dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samara
dan hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat dilakukan di
klinik). Mucus jarang terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada orang yang kurus, tumor
kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal. Penderita mungkin
mengalami perasaan tidak enak pada abdomen, dan kadang kadang pada epigastrium.
2. Kanker kolon kiri dan rectum cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai akibat
iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi. Karena lesi kolon
kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan obstruksi. Feses dapat kecil dan berbentuk
seperti pita. Baik mucus maupun darah segar sering terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia
akibat kehilangan darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai
radiks saraf, pembuluh limfe atau vena, menimbulkan gejala gejala pada tungakai atau
perineum. Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih
dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat alat tersebut. Gejala yang mungkin dapat
timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi
dan diare bergantian, serta feses berdarah.
.

2.4 PATOFISIOLOGI

Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun makanan
merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan
faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang
rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar dengan asam empedu dan
makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir.
Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis (95%) adenokarsinoma (muncul
dari lapisan epitel dalam usus = endotel). Munculnya tumor biasanya dimulai sebagai polip
jinak, yang kemudian dapat menjadi ganas dan menyusup, serta merusak; jaringan normal
dan meluas ke dalam struktur sekitarnya. Tumor dapat berupa masa polipoid, besar, tumbuh
ke dalam lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai striktura annular (mirip
cincin). Lesi annular lebih sering terjadi pada bagi rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid
yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon asendens.

Tumor dapat menyebar melalui :


1. Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih (vesika
urinaria).
2. Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe perikolon dan
mesokolon.
3. Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah balik
ke sistem portal.

Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197) diantaranya:
1. Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding usus besar
(lapisan mukosa).
2. Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah lapisan
mukosa.
3. Pada stadium III sel kanker sudah menyebar ke sebagian kelenjar limfe yang banyak
terdapat di sekitar usus.
4. Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe atau
bahkan ke organ-organ lain.
PATHWAY CA COLON

Kolitis Kangker obesitas


Konsumsi
Faktor genetik ulseratif , payudara ,
makanan yang
penyakit rahim atau
Merokok rendah serat ,
kolon ovarium
banyak lemak
sekarang atau
dan protein
masa lalu

Polip adenomatosa
Perubahan
metaplasia pada
Kontak agen dinding kolon

KANKER
KOLON
MK : Kerusakan jaringan
Intelorensi vaskular lokal
aktivitas
Invasi jaringan
dan efek MK : resiko MK :
kompresi oleh tinggi injuri ganguan
Pendarahan intestinal tumor konsep diri (
anemia
vaskuler bercampur gambaran
darah diri )

Intervensi Respon Intervensi Kolostomi


Kompresi anoreksia radiasi dan psikologis bedah permanen
saraf lokal kemoterapi kolektomi

MK : preoperatif
Asupan nutrisi tidak
Nyeri dangkal Kecemasan
adekuat
pemenuhan
informasi

pascabedah
MK : aktual/resiko Perubahan
MK : nyeri ketidakseimbangan intake nutrisi
nutrisi kurang dari
kebutuhan
Luka pasca Port de MK : resiko
Kerusakan jaringan
Respon bedah entree infeksi
lunak pascabedah
serabut lokal

2.4 KLASIFIKASI

Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut (FKUI, 2001 :
209) :
KELAS A : kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.
KELAS B: penetrasi melalui dinding usus
B1: kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa.
B2: kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.
KELAS C: invasi ke dalam sistem limfe yang mengalir regional
C1: kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu sampai
empat buah.
C2: kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari 5 buah.
KELAS D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang
luas & tidak dapat dioperasi lagi.

2.5 KOMPLIKASI

Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:

1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.


2. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung.
3. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemorragi.
4. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
5. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
6. Pembentukan abses

Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina. Biasanya tumor menyerang
pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan pendarahan. Tumor tumbuh kedalam usus
besar dan secara berangsur-angsur membantu usus besar dan pada akirnya tidak bisa sama
sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan pada organ yang berada
disekitanya ( Uterus, urinary bladder,dan ureter ) dan penyebab gejala-gejala tersebut
tertutupi oleh kanker.

2.6 PENCEGAHAN

Pencegahan Kanker Kolon.


1. Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan menurunkan derajat
keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi dalam usus besar.
2. Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.
3. Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin.
4. Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus.
5. Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk buang air
besar.
6. Hidup rileks dan kurangi stress.

2.7 PENATALAKSANAAN

a) Penatalaksanaan medis

Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan
nasogastrik. Apabila terjadi perdarahan yang cukup bermakna terapi komponen darah dapat
diberikan.
Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi
ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup
kemoterapi, terapiradiasi dan atau imunoterapi.
Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering
dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada yang
memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil
penelitian, setelah dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi

b) Penatalaksanaan bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rektal,
pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat
diangkat dengankolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi merupakan suatu
prosedur yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa
kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam membuat keputusan dikolon, massa
tumor kemudian di eksisi. Reseksi usus diindikasikan untuk kebanyakan lesi kelas A dan
semua kelas B serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon
kelas D. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah paliatif. Apabila tumor sudah menyebar
dan mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan. Tipe pembedahan
tergantung dari lokasi dan ukuran tumor.
Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut.
- Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisi
pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)
- Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan tumor dan
porsisigmoid dan semua rektum serta sfingter anal)
- Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta
reanastomosis lanjut dari kolostomi
- Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak dapat
direseksi)

c) Difersi vekal untuk kanker kolon dan rektum


Berkenaan dengan tehnik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi dilakukan pada
kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma)
pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat berfungsi sebagai difersi sementara atau permanen.
Ini memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi drainase
dihubungkan dengan penempatan kolostomi yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya
invasi pada jaringan sekitar.

d) Penatalaksanaan Keperawatan
1. Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2. Meningkatkan kenyamanan.
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4. Mencegah komplikasi.
5. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan.

e) Penatalaksanaan Diet
1. Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat
melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan kotoran dan
zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama mengendap di usus akan
menjadi racun yang memicu sel kanker.
2. Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)
3. Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi terutama yang
terdapat pada daging hewan.
4. Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut dapat
memicu sel karsinogen / sel kanker.
5. Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
6. Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.

2.8 Pemeriksaan penunjang

1. Endoskopi. Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik sigmoidoskopi


maupun kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat dengan
jelas pada endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi.

2. Radiologi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan antara lain adalah : foto dada dan
foto kolon (barium enema).
Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan
mengidentifikasikan letaknya. Tes ini mungkin menggambarkan adanya kebuntuan pada isi
perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan
tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium secara umum dilakukan setelah
sigmoidoscopy dancolonoscopy.
Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan luas dari penyakit.
Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh
yang sudah metastasis.
Pemeriksaan foto dada berguna selain untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker pada
paru juga bisa digunakan untuk persiapan tindakan pembedahan. Pada foto kolon dapat dapat
terlihat suatu filling defect pada suatu tempat atau suatu striktura.
3. Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi ada tidaknya metastasis
kanker kelenjar getah bening di abdomen dan di hati.
4. Histopatologi/ Selain melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biopsi di beberapa tempat
untuk pemeriksaan histopatologis guna menegakkan diagnosis. Gambaran histopatologi
karsinoma kolorektal ialah adenokarsinoma, dan perlu ditentukan differensiasi sel.
5. Laboratorium. Tidak ada petanda yang khas untuk karsinoma kolorektal, walaupun
demikian setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb. Tumor marker
(petanda tumor) yang biasa dipakai adalah CEA. Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya
ditemukan karsinoma kolorektal yang sudah lanjut. Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa
digunakan untuk mendeteksi secara dini karsinoma kolorektal, sebab ditemukan titer lebih
dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus stadium III. Pasien dengan buang air besar lendir
berdarah, perlu diperiksa tinjanya secara bakteriologis terhadap shigella dan juga amoeba.
6. Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk tujuan diagnostik,
identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada pengobatan.
7. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding dan menggambarkan
pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit, organ dan sebagainya.
8. Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit: Dapat menunjukkan anemia,
perubahan pada sel darah merah dan sel darah putih: trombosit meningkat atau berkurang.
9. Sinar X dada: Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.
BAB III

TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN

Pada pengkajian akan didapatkan sesuai stadium kanker kolon , keluhan sangat ditentukan
oleh lokasi kanker , tahap penyakit sekarang dan fungsi segmen usus tempat kanker kolon
berlokasi.

Pada pengkajian riwayat penyakit sekarang , akan didapatkan perubahan kebiasaan


defekasi dan pasase darah dalam feses , gelaja dapat juga mencakup anemia yang tidak
diketahui penyebabnya , anoreksia , penurunan berat badan dan keletihan

Pengkajian riwayat penyakit penting untuk diketahui adanya riwayat infeksi pada
kolon , kanker payudara, rahim atau ovarium . pengkajian riwayat keluarga . terutama pada
generasi terdahulu yang memiliki riwayat kanker . pengkajian kebiasaan yang mendukung
peningkatan resiko , seperti merokok , komsumsi makanan rendah serat atau tinggi lemak dan
protein . perawat juga mengkaji selama ada riwayat penyakit tersebut apakah disertai adanya
penurunan berat badan,\

Pemeriksaan fisik yang didapakansesuai dengan manifestasi klinik . pada survei


umum terlihat lemah , TTV biasanya normal tetapi dapat berubah sesuai dengan kondisi
klinik , pada pemeriksaan fisik fokus pada area abdomen dan rektum akan didapatkan :

Inspeksi : tanda khas didapatkan adanya distensi abdominal , pemeriksaan rektum


feses akan didapatkan adanya perubahan bentuk dan warna feses . sering didapatkan bentuk
feses dengan kaliber kecil seperti pita . gejala yang sering muncul dihubungkan dengan lesi
sebelah kanan adanya nyeri dangkal abdomen dan melena ( feses hitam seperti ter ) . gejala
yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi
( nyeri abdomen dan kram , penipisan feses , konstipasi , dan distensi ) . serta adanya darah
merah segar dalam feses.

Auskultasi : biasanya normal

Perkusi : timpani akibat abdominal mengalami kembung

Palpasi : nyeri tekan abdomen pada area lesi .

Pengkajian dianostik yang dapat membantu adalah dengan pemeriksaan abdomen dan
rektal . prosedur pemeriksaan diagnostik paling penting untuk kanker kolonadalah pengujian
darah samar , enema barium ,proktosigmoidoskopi dan kolonoskopi . sebannyak 60% dari
kasus kanker kolorektal dapat diidentifikasidengan sigmoidoskopi dengan biopsi atau asupan
sitologi

3.2 DIANOGSIS KEPERAWATAN


1. pemeriksaan informasi b/d adanya intervensi kemoterapi , radioterapi
,rencana pembedahan dam rencanan perawatan rumah
2. resiko tinggi injuri b/d anemia , pascaprosedur bedah kolektomi.
3. nyeri b/d kerusakan integritas jaringan , respons pembedahan
4. gangguan konsep diri ( gambaran diri ) b/d kolostomi permanen
5. intoleransi aktivitas b/d cepat lelah , kelemahan fisik umum sekunder dari
anemia
6. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake makanan
yang kurang adekuat
7. resiko tinggi infeksi b/d adanya port de entree luka pascabedah
8. kecemasan pasien dan keluarga b/d prognosis penyakit ,rencana
pembedahan

3.3 RENCANA KEPERAWATAN


DX 1 pemeriksaan informasi b/d adanya intervensi kemoterapi , radioterapi
,rencana pembedahan dam rencanan perawatan rumah.
Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam informasi kesehatan terpenuhi .
Kriteria hasil :
- Pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang diberikan
- Pasien termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah diberikan

No Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat pengetahuan Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh
pasien tentang prosedur kondisi sosial ekonomi pasien , perawat
diagnostik ,pembedahan menggunakan pendekatan yang sesuai
kolostomi sementara dan dengan kondisi individu pasien . dengan
rencana perawatan rumah mengetahui tingkat pengetahuan tersebut
. perawat dapat lebih terarah dalam
memberikan pendidikan yang sesuai
dengan pasien secara efesien dan efektif
2 Cari sumber yang Keluarga terdekat dengan pasien perlu
meningkatkan penerimaan dilibatkan dalam pemenuhan informasi
informasi untuk menurunkan resiko misinterpretasi
terhadap informasi yang diberikan
3 Jelaskan tentang terapi dengan Pasien perlu mengetahui bahwa
kemoterapi kemoterapi diberikan sebagai pelengkap
terapi bedah dan terapi radiasi
4 Jelaskan tentang terapi radiasi Pengetahuan tentang karsinoma kolon
walaupun tidak bersifat radiosensitif dan
pada kebanyaan pasien , radiasi eksternal
memberikan efek penyusutan tumor
sehingga akan menambah semangat
pasien untuk melakukan terapi
5 Jelaskan dan lakukan
pemenuhan atau persiapan
pembedahan , meliputi :
- Diskusikan jadwal Pasien dan keluarga haru diberi tahu
pembedahan waktu dimulainya pembedahan , apabila
rumah sakit mempunyai jadwal kamar
operasi yang padat , lebih baik pasien dan
keluarga diberitahukan tentang
banyaknya jadwal operasi yang telah
ditetapkan sebelum pasien

- Persiapan administrasi Pasien sudah menyelesaikan administrasi


dan informed consent dan mengetahui secara finansial biaya
pembedahan. Pasien sudah mendapat
penjelasan tentang pembedahan
kolektomi atau kolostomi oleh tim bedah
dan menandatangai informed consent

- Konfirmasi kepada Perawat menginformasikan penjelasan


pasien tentang ahli bedah tentang akan dilakukannya
penjelasan yang telah kolostomi , hal ini penting dilakukan
dijelaskan oleh ahli karna pada beberapa pasien bisa terkejut
bedah pascabedah terdapat anus buatan pada
dinding perut yang memberikan
manisfestasi sedih pada pasien
6 - Lakukan pendidikan Manfaat dari intruksi preoperatif telah
kesehatan praoperatif dikenal sejak lama , setiap pasien
diajarkan sebagi seorang individu ,
dengan mempertimbangkan segala
keunikan ansietas , kebutuhan dan
harapan harapannya .

- Programkan intruksi yang Jika sesi penyuluhan dilakukan beberapa


didasarkan pada hari sebelum pembendahan , pasien
kebutuhan individu mungkin tidak ingat tentang apa yang
direncanakan dan telah dikatakan , jika intruksi diberikan
diimplementasikan pada terlalu dekat dengan waktu pembedahan ,
waktu yang tepat pasien mungkin tidak dapat
berkonsentrasi atau belajar karena
ansietas atau efek dari medikasi
praanestasi
7 Beritahu persiapan
pembedahan meliputi :
- Persiapan intestinal Pada persiapan untuk pembedahan ,
penting untuk menghindari pengiritasi
kolon , biasanasensitif dan rentang
terhadap perforasi . pagi hari sebelum
pembedahan lakukan pemberian laktasif
salin ringan dan pemberian dengan hati-
hato enema pembersih mungkin cukup
diberikan pada pasien.
- Persiapan puasa Puasa dilakukan minimal 6-8 jam
sebelum dilakukan pembedahan

- Persiapan kulit Tujuan dari persiapan kulit preoperatif


adalah untuk mengurangi sumber bakteri
tanpa mencederai kulit
8 Pencukuran daerah operasi Pencukuran area operasi dilakukan
apabila protokol lembaga atau ahli bedah
mengharuskan kulit untuk dicukur ,pasien
diberitahukan tentang prosedur mencukur
. dibaringkan dalam posisi nyaman , dan
tidak memajan bagian yang tidak perlu .
9 Beritahu persiapan Istirahat merupakan hal yang penting
pembedahan , meliputi : untuk menyembuhkan normal .kecemasan
Persiapan istirahat dan tidur tentang pembedahan dapat dengan mudah
menunggu kemampuan untuk istirahat
atau tidur

10 Ajarkan aktifitas pada Salah satu tujuan dari askep preoperatif


postoperasi meliputi : adalah untuk mengajarkan pasien caraa
- Latihan nafas diafragma untuk mningkatkan ventilasi paru dan
oksigenisasi darah setelah anestasi
umum.hal ini dicapai dengan
memperagakan pada pasien bagaimana
melakukan nafas dalam , nafas lambat
dan bagaimana menghembuskan napas
dengan lambat . pasien diletakkan dalam
posisi duduk untuk memberikan ekspansi
paru yang maksimal
11 Ajarkaan akttifitas pada
postoperasi Tujuan peningkatan pergerakan tubuh
- Latihan tungkai secara hati-hati pada pascaoperatif adalah
untuk memperbaiki sirkulasi , untuk
mencegah stasis vena , dan untuk
menunjang fungsi pernapasan yang
optimal.
Pasien ditunjukkan bagaimana cara
berbalik dari satu sisi khe sisi lainnya dan
cara untuk mengambil posisi lateral
.posisi ini akan digunakan pada
pascaoperatif dan dipertahankan setiap 2
jam
12 Beritahu pasien dan keluarga Pasien akan mendapat manfaat bila
kapan pasien sudah bisa mengetahui kapan keluarga mendapat
dikunjungi manfaat bila mengetahui kapan keluarga
dan temannya dapat berkunjung setelah
pembedahan
13 Beri informasi tentang Manajemen nyeri dilakukan untuk
manajemen nyeri keperawatan meningkatkan kontrol nyeri pada pasien
14 Berikan informasi pada pasien Keterlibatan keluarga dan pasien dalam
dan keluarga akan menjalani melakukann perawatan rumah
perawatan rumah , meliputi : pascabedah dapat menurunkan resiko
komplikasi dan dapat meningkatkan
kemandirian dalam melakukan masalah
yang sedang dihadapi.

- Ajarkan cara merawat Pasien dianjurkan melindungi kulit


stoma peristoma dengan mencuci area tersebut
menggunakan sabun ringan . memberikan
barier kulit proefektid disekitar stoma ,
dan mengamankannya dengan
melekatkan kantung drainase . bedak
nistatin dapat ditebarkan sedikitpada kulit
peristoma bila terdapat iritasi atau
pertumbuhan jamur . kulit dibersihkan
dengan perlahan menggunakan sabun
ringan dan waslap lembap serta lembut
Sabun bertindak sebagai agen abrasif
ringan untuk mengangkat residu enzim
dari tetesan fekal . selama kulit
dibersihkan . kasa dapat digunakan untuk
menutupi stoma atau tampon vagina
dapat dimasukkan dengan perlahan untuk
mengabsorpsi kelebihan drainase

Stoma diukur untuk menentukan ukuran


- Ajarkan cara membuat kantung yang tepat ,pada kondisi klinik
kantung dan memasang banyak bungkus es panjang yang dapat
kantung drainase digunakan sebagai kantung stoma . untuk
membuat bundaran atau cincin penahan
perawat bisa mengidentifikasi bekas
selang infus , sedangkan untuk mengikat
atau menfiksasi kantung bisa
memodifikasi kasa gulung
Lubang Kantung harus sekitar 0.3 cm
lebih besar dari stoma kulit harus
dibersihkan sesuai prosedur diatas .
bundaran peristoma dipasang , iritasi kulit
ringan memerlukan taburan bedak
sebelum kantung diletakkan
15 Ajarkan cara mengirigasi Stoma pada abdomen tidak mempunyai
kolostomi otot kontrol volunter sehingga
pengosongannya dapat terjadi pada
interval waktu yang tidak teratur .
pengaturan pasase materi fekal dicapai
dengan irigasi kolostomi atau
membiarkan usus mengevakuasi secara
alami tanpa irigasi.
Perawat memperagakanpada awal
pertama dilakukan irigasi biarkan pasien
dan keluarga memperhatikan dan
bertanya
16 - Anjurkan mengonsumsi Diet tinggi serat dapat meningkatkan
diet serat tinggi pasase feses sehingga konsistensi feses
lembek padat berbentuk dan mudah serta
tidak menstimulasi apabila melewati
lumen intestinal pascabedah

- Anjurkan untuk Makanan yang menyebabkan bau dan gas


menghindari makanan berlebihan dihindari , makanan ini
yang bisa meningkatkan termasukkol , telur , ikan , kacang polong
bau feses dan produk selulosa seperti kacang tanah

- Anjurkan untuk intervensi Hal-hal yang dapat dilakukan untuk


pencegahan menurunkan resiko meliputi :
- Berhenti merokok , merokok
telah jelas dikaitkan dengan
resiko tinggi kanker usus
- Minum aspirin setiap hari , tetapi
karena terhadap potensi efek
samping , hal ini tidak dianjurkan
untuk semua orang bicaralah
dengan dokter terlebih dahulu
- Terlibat dalam aktifitas fisik
setiap hari
- Makanlah berbagai jenis buah
dan sayuran setiap hari
-
- Anjurkan untuk Beberapa agen nyeri farmakologik
semampunya melakukan biasanya memberikan reaksi negatif pada
manajemen nyeri gastrointeritis
nonfarmakologi pada saat
nyeri muncul
17 Anjurkan kunjungan berkala Kunjungan tindak lanjut harus minimal
pascabedah mencakup hal sebagai berikut :
- Colonscopy dala waktu 3 bulan
sekali
- Colonscopy 1 tahun pembedahan dan
setiap 3 tahun setelah itu
- Tes untuk okultisme darah dalam
feses setiap tahun diikuti oleh
kolonscopi jika hasil tes positif
- Pengukuran tingkat
carcinoembryonic antigen (CEA)
untuk menguji kambuhnya kanker
setelah operasi
18 Anjurkan untuk masuk Hidup dengan kondisi kanker
kelompok pendukung dan memberikan banyak tantangan baru . baik
konseling untuk pasien dan keluarga . pasien
mungkin mempunyai banyak
kekhawatarin tentang bagaimana kanker
akan berpengaruh anda dan kemampuan
anda untuk normal hidup , yaitu untuk
merawat keluarga dan rumah anda , untuk
menyimpan pekerjaan anda , dan untuk
melanjutkan persahabatan dan aktivitas
yang anda nikmati . banyak orang merasa
cemas dan depresi . beberapa orang
merasa marah dan kesal .orang lain
merasa tak berdaya dan kalah
Banyak orang dengan kanker sangan
dibantudengan berbicara kepada orang
lain yang menderita kanker , berbagi
keprhatinan dengan orang lain yang telah
mengalami hal yang sama dapat sangat
menenangkan
19 Diskusikan pola fungsi seksual Pasien dengan pasangannya ddilakukan
dalam membina pola seksual pasca
kolostomi.
Beberapa pasien mungkin mengajukan
pertanyaan tentang aktifitas sexsualnya
secara langsung atau memberi petunjuk
tak langsung mengenaii rasa takut mereka
.
Beberapa individu dapat memandang
pembedahan sebagai perusakan dan suatu
ancaman terhadap sesksualitas mereka
beberapa mereka takut impoten ,
sementara itu , yang lain
mengekspreisikan kekhawatiran terhadap
bau dan adanya kebocoran dari kantung
selamaaktivitas sexsual . anjurkan posisi
sesksual alternatif , serta metode stimulasi
alternatif untuk memuaskan keinginan
seksual
20 Berikan motivasi dan Intervensi untuk meningkatkan keinginan
dukungan moral pasien dalam pelaksananan prosedur
pengembalian fungsi pascabedah
kolostomi
DX 2 Resiko nyeri b/d pasca prosedur reseksi kolon.

Tujuan : Dalam waktu 2 x 4 jam pascaintervensi reseksi kolon ,pasien tidak mengalami injury

Kriteria Hasil :

- TTV dalam batas normal


- Kondisi kepatenan selang dada optimal
- Tidak terjadi infeksi pada insisi

No INTERVENSI RASIONAL
1 Kaji faktor-faktor yang Pascabedah pasien sksn terdapat drain pada
meningkatkan resiko injuri tubuh pasien , keterampilan keperawatan kritis
diperlukan agar pengkajian vital dapat sistematis
dilakukan
2 Monitor adanya komplikasi Perawat memonitor adanya komplikasi
pascabedah pascabedah seperti kebocoran dari sisi
anastomosis ,prolaps stoma , perforasi , retraksi
stoma , impaksi fekal dan iritasi kulit , serta
komplikasi paru yang dihubungkan dengan
bedah abdomen . abdomen dipantau terhadap
tanda kembalinya peristaltik dan kaji
karakteristik feses
3 Bantu ambulasi diri Pasien yang menjalani kolostomi dibantu turun
dari tempat tidur pada hari pertama pascaoperatif
dan didorong untuk mulai berpartispasi dalam
menghadapi kolostomi
4 Beri perhatian khusus pada pasien Pasien lansia dapat mengalami penurunan
usia lanjut penglihatan sampai beberapa derajat dan
kerusakan pendengaran , serta kesulitan
melakuakan keterampilan yang memerlukan
koordinasi motorik halus . oleh karenanya ,
membantu pasien memegang alat ostomi pada
periode preoperatif dan simulasi pembersihan
kulit pariostomal , serta irigasi stoma akan
membantu pasien .
Jatuh akibat ketidaksengajaan sering terjadi pada
lansia . oleh karena itu , penting untuk
memastikan apakah pasien dapat berjalan tanpa
bantuan ke kamar mandi
5 Pertahankan status homodinamik Pasien akan mendapat cairan intravena sebagai
yang optimal pemeliharaan status hemodinamik
6 Monitor kondisi selang nasogastrik Secara umum pasien pasca-esofagektomi akan
terpasang selang nasogastrik . perawat berusaha
untuk tidak mengubah posisi . menggangkat ,
memanipulasi , atau mengirigasi selang kecuali
memang diperlukan untuk terapi
7 Kolaborasi untuk pemberian Antibiotik menurunkan resiko infeksi yang akan
antibiotik pascabedah menimbulkan reaksi inflamasi lokal dan dapat
memperlama proses penyembuhan pasca-
funduplikasi lambung

DX 3 nyeri b/d intestinal , respon pembedahan

Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam pasca bedah nyeri berkurang atau berpartisipasi

Kriteria Hasil :

- Secara subjektif pernyataan nyeri berkurang atau beradaptasi


- Skala nyeri 0-1 ( 0-4 )
- TTV dalam batas normal ,wajah pasien rileks

No INTERVENSI RASIONAL
1 Jelaskan dan bantu pasien dengan Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan
tindakan pereda nyeri nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan
nonfarmakologi dan noninvasif keefektifan dalam mengurangi nyeri
2 Lakukan manajemen nyeri
keperawatan , meliputi :
- Kaji nyeri dengan Pendekatan PQRST dapat secara komprehensif
pendekatan PQRST menggali kondisi nyeri pasien , apabila pasien
mengalami skala nyeri 3 ( 0-4) , keadaan ini
merupakan yang perlu perawat waspadai karena
memberikan manifestasiklinik yang bervariasi
dari komplikasi pascabedah reseksi kolon

- Beri oksigen nasal apabila Pemberian oksigen dilakukan untuk memenuhi


skala nyeri 3 ( 0-4) kebutuhan oksigen pada saat pasien mengalami
nyeri pascabedah yang dapat mengganggu
kondisi hemodinamik

- Istirahatkan pasien pada Istirahatkan secara fisiologis akan menurunkan


saat nyeri muncul kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme basal

- Atur posisi fisiologis Pengaturan posisi semiflower dapat membantu


merelaksasi oto-otot abdomen pascabedah
sehingga dapat menurunkan stimulas nyeri dari
luka pascabedah

- Ajarkan teknik relaksasi Meningkatkan intake oksigen sehingga akan


pernafasan dalam pada saat menurunkan nyeri sekunder dari penurunan
nyeri muncul oksigen lokal

- Ajarkan teknik distraksi Distraksi dspst menurunkan stimulus internal


pada saat nyeri
- Lakukan manajemen Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa
sentuhan sentuhan dukungan psikologis dapat membantu
menurunkan nyeri
3 Tingkatkan pengetahuan tentang :
sebab-sebab nyeri dan
menghubungkan berapa lama nyeri
akan berlangsung
4 Kolaborasi dengan tim medis
untuk pemberian :
- Analgetik melalu intravena Analgetik diberikan untuk membantu
menghambat stimulus nyeri ke pusat persepsi
nyeri dikonteks serebri sehingga nyeri berkurang

DX 4 resiko tinggi kurang nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake makanan
yang kurang adekuat

Tujuan : setelah 3 x 24 jam pada pasien nonbedah dan setelah 7 x 24 jam pascabedah , intake
nutrisi dapat optimal dilaksanakan

Kriteria Hasil :

- Pasien dapat menunjukkan metode menelan makanan yang tepat


- Terjadi penurunan gejala refluks esofagus , meliputi : odinofagia berkurang , pirosis
berkurang , RR dalam batas normal 12-20 x /menit
- Berat badan pada hari ke 7 pascabedah meningkat 0,5 kg

No INTERVENSI RASIONAL
1 Intervensi nonbedah
- Anjurkan pasien makan dengan perlahan dan Makanan dapat lewat dengan
mengunyah makanan dengan seksama mudah kelambung

- Sajikan makanan dengan cara yang menarik Mebanntu merangsang nafsu


makan

- Fasilitasi pasien memperoleh diet biasa dengan Kandungan serat tinggi dapat
kandungan serat tinggi membentuk massa feses yang
optimal dan menurunkan
kondisi diverkulosis menjadi
divertikulitis , komponen
buah-buahan dan sayuran
dapat meningkatkan asupan
serat tinggi

- Pantau intake dan output anjurkan untuk Berguna dalam mengukur


timbang berat badan secara periodik keefektifan nutrisi dan
dukungan cairan
2 Intervensi dengan pembedahan
- Berikan diet prabedah Diet tinggi kalori , rendah
residu biasanya diberikan
beberapa hari sebelum
pembedahan , bila waktu dan
kondisi pasien
memungkinkan
Apabila tidak terdapat situasi
kegawatdaruratan , tindakan
praoperatif dilakukan serupa
dengan pembedahan
abdomen umumnya
- Kaji kondisi dan toleransi gastrointestinal pasca
reseksi kolon Parameter penting adalah
dengan melakukan auskultasi
bising usus . apabila
didapatkan bising usus
artinya fungsi gastrointestinal
sudah pulih pasca-anastesi
umum
Kembalinya diet ke pola
normal berlangsung sangat
cepat sedikitnya 2 liter
- Lakukan perawatan mulut cairan/hari dianjurkan

Intervensi ini untuk


- Lakukan kolaborasi dengan ahli gizi jenis nutrisi menurunkanresiko infeksi
yang akan digunakan pasien oral

Ahli gizi harus terlibat dalam


penentuan komposisi dan
jenis makanan yang akan
diberikan sesuai dengan
kebutuhan individu

DX 5 resiko tinggi infeksi b/d adanya port de entree dari luka pembedahan

Tujuan : dalam waktu 12 x 24 jam tidak terjadi infeksi , terjadi perbaikan pada integritas
jaringan lunak

Kriteria Hasil :

- Jahitan dilepas pada hari khe 12 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan peradangan
pada area luka pembedahan
- Leukosit dalam batas normal
- TTV dalam batas normal
No INTERVENSI RASIONAL
1 Kaji jenis pembedahan dan apakah Mengidentifikasi kemajuan atau
adanya order khusus dari tim penyimpangan dari tujuan yang diharapkan
dokter bedah dalam melakukan
perawatan luka
2 Buat kondisi balutan dalam Kondisi bersih dan kering akan menghindari
keadaan bersih dan kering kontaminasi komensal dan akan
menyebabkan respons inflamasi lokal , serta
akan memperlama penyembuhan
3 Lakukan perawatan luka
- Lakukan perawatan luka Perawatan luka sebaiknya tidak setiap hari
steril pada hari kedua pasca untuk menurukan kontak tindakan dengan
bedah dan diulang setiap 2 luka yang kondisi steril sehingga mencegah
hari sekali pada luka kontaminasi kuman keluka bedah
abdomen
- Lakukan perawatan luka Drain pascabedah merupakan material yang
pada sekitar drain menjadi jalan masuk kuman . perawat
melakukan perawatan luka setiap hari atau
disesuaikan dengan kondiai pembalut drain ,
apabila kotor maka harus diganti

- Bersihkan luka dan Pembersihan debris dan kuman sekitar luka


drainase dengan cairan dengan mengoptimalkan kelebihan dari
antiseptik jenis iodine iodine providum sebagai antiseptik dan
providum dengan cara dengan arah dari dalam keluar sehinga dapat
dengan cara swobbing dari mencegah kontaminasi kuman kejaringan
arah dalam keluar luka
4 Bersihkan bekas sisa iodine Antiseptik iodine providum mempunyai
providium dengan alkohol 70 % kelemahan dalam menurunkan proses
atau normal salin dengan cara epilesasi jaringan sehingga memperlambat
swobbing dari arah dalam keluar pertumbuhan luka , maka harus dibersihkan
dengan alkohol atau normal salin
5 Tutup luka dengan kain kasa steril Penutupan secara menyeluruh dapat
dan tutup dengan plester adhesif menghindari kontaminasi dari benda atau
yang menyeluruh menutupi kasa udara yang bersentuhan dengan luka bedah
6 Angkat drainase pascabedah sesuai Pelepasan sesuai indikasi bertujuan untuk
pesanan medis menurunkan resiko infeksi
7 Kolaborasi penggunaan antibiotik Antibiotik injeksi diberikan selamatiga hari
pascabedah yangkemudian dilanjutkan
antibiotik oral sampai jahitan dilepas.
Peran perawat mengkaji adanya reaksi dan
riwayat alergi antibiotik , serta memberikan
antibiotik sesuai pesanan dokter
DX 6 kecemasan b/d prognosis penyakit , misinterpretasi informasi

Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam pasien secara subjektif melaporkan rasa cemas
berkurang

Kriteria Hasil :

- Pasien mampu mengungkapkan perasaannya kepada perawat


- Pasien dapat mendemontrasikan keterampilan pemecahan masalaahnya dan
perubahan koping yang digunakan sesuai situasi yang dihadapi
- Pasien dapat mencatat penurunan kecemasan/ketakutan dibawah sadar
- Pasien dapat rileks dan tidur/istirahat dengan baik

No INTERVENSI RASIONAL
1 Monitor respons fisik , seperto Digunakan dalam mengevaluasi derajat/tingkat
kelemahan , perubahan tanda- kesadaran/konsentrasi , khususnya ketika
tanda vital , gerakan yang melakukan kominkasi verbal .pada kondisi
berulang-ulang serta catat klinik , pasien biasanya merasa sedih sedih
kesesuaian verbal dan nonverbal akibat diagnosis penyakit dan rencana
selama komunikasi pembedahan .
2 Anjurkan pasien dan keluarga Memberikan kesempatan untuk berkonsentrasi
untuk mengungkapkan dan , kejelasa dari rasa takut dan mengurangi cemas
mengekspresikan rasa takutkan yang berlebihan
3 Berikan dukungan prabedah Hubungan emosional yang baik antar perawat
dan pasien akan memperngaruhi penerimaan
pasien dengan pembedahan , aktif mendengar
semua khekawatiran dan keprihatinan pasien
adalah bagian penting dari evaluasi praoperatif
.
Keterbukaan mengenai tindakan bedah yang
akan dilakukan ,pilihan anastesi , daj
perubahan atau kejadian pascaoperatif yang
diharapkan akan menghilangkan banyak
ketakutan tak berdasar terhadap anastesi
4 Bantu pasien meningkatkan citra Perubahan yang terjadi pada citra tubuh dan
tubuh dan beri kesempatan pasien gaya hidup sering sangat mengganggu , oleh
mengungkapkan perasaannya karena itu pasien memerlukan dukungan
empatis dalam mencoba menyesuaikannya,
oleh karena stoma ditempatkan pada abdomen ,
pasien dapat berfikir bahwa setiap orang akan
melihat ostomi. Perawat dapat membantu
mengurangi ketakutan ini dengan memberikan
informasi aktual tentang prosedur pembedahan
dam pembentukan , serta penatalaksanaan
ostomi.
5 Hadirkan pasien yang pernah Berdiskusi dengan individu yang berhasi
dilakukan kolostomi menghadapi kolostomi sering membantu
menurunkan kecemasan pasien prabedah
6 Berikan privasi untuk pasien dan Memberi waktu untuk mengekspresikan
orang terdekat perasaan menghilangkan cemas dan prolaku
adaptasi , adanya keluarga dan teman-teman
yang dipilih pasien melayani aktivitas dan
pengalihan akan menurunkanperasaan terisolasi
7 Kolaaborasi : Meningkatkan relaksasi dan menurunkan
Beriksn anticemas sesuai kecemasan
kondisinya , contohnya diazepam

3.4 EVALUASI

Hasil yang diharapkan setelah melakukan tindakan keperawatan adalah sebagai berikut

1. Infromasi kesehatan terpenuhi


2. Tidak mengalami injuri pascaprosedur bedah reseksi kolon
3. Nyeri berkurang atau teradaptasi
4. Intake nutrisi optimal sesuai tingkat toleransi individu
5. Infeksi luka operasi tidak terjadi
6. Kecemasan berkurang
7. Peningkatan konsep diri atau gambaran diri
8. Peningkatan aktivitas
BAB IV

TINJAUAN KASUS

KASUS
Ny T masuk RS Harapan Kita tanggal 21 maret 2010 pukul 08.00 WIB dengan keluhan nyeri
pada perut bagian kuadran IV, tidak nafsu makan dan juga nyeri sedang BAB .Pasien masuk
rumah sakit dengan ca.Colon Pasien akan dilakukan operasi Colostomy pada tanggal 19 Juli
2010. Pasien mengalami pendarahan sebanyak 400cc dan HB pre-operasi 12,3% , Pasien
mengatakan nyeri kurang lebih 5 bulan yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik kesadaran
Composmentis, TD 120/80 mmHg , Nadi 80 x/menit ,Suhu 37 C via aksila , RR 24
x/menit ), Nyeri dirasakan pada skala 5, conjungtiva anemis,distensi abdomen, nyeri tekan di
abdomen

A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 21 maret 2014
Jam Pengkajian : 12.00 WIB
Ruang : Bedah

I. BIODATA
a. Identitas Pasien
Nama : Ny.T
Umur :45 tahun
Jenis Kelamin :Perempuan
Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Jl. Mawar no.2 Semarang
Tanggal Masuk RS : 21 maret 2014
Jam Masuk RS : 08.00 WIB
Diagnosa Medis : CA Colon post operasi
No. Registrasi : B314977

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn.T
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Hub.dgn Pasien : Anak kandung
Alamat : Jl. Mawar no.2 Semarang

II. Keluhan Utama


Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian kuadran IV
III. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat keperawatan sekarang
Pasien masuk RS Harapan Kita tanggal 21 maret 2014 pukul 08.00 WIB dengan keluhan
nyeri pada perut bagian kuadran IV .Pasien masuk rumah sakit dengan ca.Colon Pasien akan
dilakukan operasi Colostomy pada tanggal 22 maret 2014. Pasien mengalami pendarahan
sebanyak 400cc dan HB pre-operasi 12,3%
b. Riwayat Keperawatan Dahulu
Pasien mengatakan nyeri kurang lebih 5 bulan yang lalu. Dan tanggal 21 maret 2014 pasien
dirujuk ke RS Harapan Kita
c. Riwayat Kperawatan Keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak ada yang menderita atau mempunyai penyakit seperti
pasien dan penyakit menular lainnya.

IV. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL GORDON


a. Persepsi terhadap kesehatan Manajemen Kesehatan
Pasien dan keluarga mengatakan apabila ada salah satu anggota keluarganya yang sakit
biasanya dibelikan obat diwarung atau dibawa ke pelayanan kesehatan seperti puskesmas
atau dokter rumah

b. Pola aktivitas dan latihan


Sebelum sakit pasien mengatakan dapat melakukan aktivitas sehari hari sebagai pedagang
dan ibu rumah tangga. Akan tetapi selama dirawat dirumah sakit pesien mengatakan tidak
dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri dan segala aktivitasnya dilakukan ditempat
tidur.
Pola aktivitas selama pasien sakit adalah sbb :
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi V
Berpakaian V
Eliminasi V
Makan V
Mobilisasi V
Keterangan
0: mandiri
1: dibantu sebagian
2: perlu bantuan orang lain
3:perlu bantuan orang lain dan alat
4: tergantung dan tidak mampu
Pasien terlihat lemah karena efek dr anestesi

c. Pola istirahat tidur


Tidak terkaji

d. Pola nutrisi dan metabolic


Sebelum sakit pola makan pasien teratur 3x sehari dengan menu nasi,lauk,sayur satu porsi
habis dan pasien minum kurang lebih 6-8 gelas/hari.
Selama dirawat diRS, pasien mengatakan makan 3x sehari dengan menu lunak(bubur,lauk,
sayur)dan hanya menghabiskan porsi saya. Pasien minum kurang lebih 5-6gelas/hari. Saat
dikaji pasien mengatakan sedang puasa.

e. Pola eliminasi
Sebelum sakit pasien mengatakan BAB 3hari sekali dan pasien mengatakan sebelum dirawat
di RS sejak 5bulan yg lalu pasien mengalami kesulitan BAB. Saat BAB pasien merasakan
sakit pada anusnya. Fesesnya berbentuk kecil tipis berwarna coklat tua dengan kosistensi
keras.
Pasien mengatakan BAK tidak mengalami gangguan. Pasien BAK 4-5 x/hari dengan warna
kuning jernih. Jumlah urine sekali BAK 500cc. Setelah dirawat diRS pasien mengatakan
belum BAB sejak 5hari yang lalu pasien BAK 4-5x/hari dengan warna kuning jernih,jumlah
urine sekali BAK kurang lebih 470cc.

f. Pola kognitif dan perseptual


Sebelum dan selama sakit pasien tidak mengalami gangguan pada indra
pendengaran,penglihatan, perasaan dan penciuman. Semua fungsi indra masih berfungsi
dengan baik. Pasien mengatakan nyeri dengan managejemen nyeri sbb:
P : Luka post operasi
Q: nyeri dirasa cekit-cekit
R : Nyeri dirasakan pada perut kuadran ke-IV
S : Nyeri dirasakan pada skala 5
T : Nyeri dirasakan terus-menerus

g. Pola konsep diri


Pasien mengatakan ingin cepat sembuh

h. Pola koping
Tidak terkaji

i. Pola sexual reproduksi


Pasien mengatakan sudah lupa usia berapa pertama kali menstruasi.Pasien sudah menikah
dan memiliki 2 orang anak.Sebelum sakit pola seksual pasien baik.Pasien mengatakan saat
mulai merasakan sakit pada anusnya pasien tidak nyaman saat berhubungan seksual dengan
suaminya.

j. Pola Peran dan Hubungan


Hubungan pasien dan keluarga baik dan harmonis

k. Pola Nilai dan Kepercayaan


Pasien beragama islam

PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Tingkat kesadaran : Composmentis
c. TTV :
TD 120/80 mmHg
Nadi 80 x/menit
Suhu 37 C via aksila
RR 24 x/menit
d. Anthropometri :
TB 150 cm
BB 44 kg
e. Kepala : Bentuk kepala mesoshepal, kulit kepala bersih,
tidak ada ketombe, rambut hitam bergelombang
f. Mata : Konjungtiva tidak anemis
g. Hidung : Bentuk simetris, fungsi penciuman baik, tidak ada epitaksis,
tidak ada pernafasan cuping hidung
h. Mulut : Mulut bibir tidak sianosis, mukosa mulut lembab berwarna merah
muda, tidak ada stomatitis, susunan gigi rapi, lengkap dan bersih
i. Leher : Leher tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid,
trakea lurus fungsi menelan baik
j. Abdomen : Bentuk perut datar, terdapat stoma pada kuadran kiri bawah,
warna merah muda
Au : bising usus 4 x/menit
Pa : Tidak teraba pengerasan VU, tidak teraba pembesaran hepar dan lien
Pe : Tymphani
Ekstremitas Atas : Tangan kiri terpasang infuse RL 20 tpm, capillary refill ka=ki
2 detik,
tangan kanan dan kiri tidak ditemukan edema dan sianosis
Genetalia : Terpasang dower chateter ukuran 16, pada anus teraba
benjolan

VI. DATA PSIKOLOGIS


Status Emosi : Pasien kooperatif

VII. DATA SPIRITUAL


Tidak terkaji

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tanggal pemeriksaan : 21 maret 2014
HEMATOLOGY
Parameter Hasil Satuan Normal
Hemoglobin 12,20 % 13-16
Hematrokit 37,3 % 35-47
Eritrosit 4,26 juta/mmk 3,5-5,6
MCH 28,6 Pg 27-32
MCV 87,5 Fl 75-96
MCHC 32,7 g/dl 29-36
Lekosit 12,9 ribu/mmk 4-11
LAJU ENDAP DARAH
LED 1 jam 23 mm
LED 2 jam 49 mm
Trombosit 372 ribu/mmk
Albumin 3,3 gr/dl

PROGRAM TERAPI ( 21 maret 2014)


Instruksi post operasi :
a. Diit lunak 1900 kkalori (bubuk,lauk,sayur)
b. Infuse RL 20 tpm
c. Injeksi cefotaxine 2x1 gram
d. Tramadol 3x30 gram
e. Bising Usus+: boleh makan

IX. ANALISA DATA


Nama : Ny. T
No CM : B 31 49 77
Tanggal/Jam DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI Ttd
No
1 22 maret 2014 DS: Pasien mengatakan nyeri Nyeri akut Trauma
12.00 WIB pada perut bagian kuadran jaringan dan
IV reflek
Manajemen nyeri: spasme otot
P : Pasien mengatakan nyeri sekunder
post op. akibat
Q : Pasien mengatakan nyeri operasi
terasa cekit-cekit
R : Pasien mengatakan nyeri
pada perut bag.kuadran IV
S: skala nyeri 5
T : nyeri terus menerus
DO : Pasien mengatakan
memegangi perut bag.yang
nyeri dan merintih kesakitan
2 22 maret 2014 DS : Pasien mengatakan Keseimbangan Pemenuhan
12.00 WIB tidak nafsu makan nutrisi kurang nutrisi yang
Pasien mengatakan hanya dari tidak
menghabiskan porsi kebutuhan adekuat
makan tubuh
DO :
A TB : 150cm
BB : 44kg
IMT : 19,56
B HB : 12,20 %
Albumin : 3,3 gr/dl
D Diit lunak 1900 kkalori
(bubur, lauk, sayur)
3 22 maret 2014 DS : Pasien mengatakan Resiko Pasca
12.00 WIB ingin menggaruk-garuk infeksi pembedahan
daerah sekitar stoma
DO : Didapatkan luka stoma
yang terlihat basah dan
merah (H1)
Lekosit : 12,9 ribu /mmk
4 22 maret 2014 DS : Pasien mengatakan Defisit Kelemahan
12.00 WIB perlu bantuan orang lain perawatan diri atau nyeri
untuk melakukan aktivitas post operasi
dan tidak leluasa bergerak
DO : aktivitas : 2
Beepakaian : 2
Eliminasi : 2
Makan : 2
Mobilisasi : 2
Pasien bedrest total
Keterangan pasien perlu
bantuan orang lain

X. Diagnosa Keperawatan :
Nama : Ny. T
No CM : B 31 49 77

1. Nyeri akut b.d trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder akibat operasi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan kebutuhan kalori
dan kesulitan dalam mencerna kalori yang mencukupi sekunder akibat kanker
3. Resiko infeksi b.d tempat masuknya organism sekunder akibat pembedahan
4. Defisit perawatan diri b.d kelemahan atau nyeri post operasi
XI. RENCANA TINDAKAN
Nama : Ny. T
No CM : B 31 49 77
Tang DIAGNOSA TUJUAN
No. gal KEPERAWA &KRITERIA INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI
/Jam TAN HASIL
1. 22 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Memonitor TTV Dapat mengindikasikan rasa 06.00WIB S: Pasien
mare b.d trauma tindakan sakit akut dan ketidaknyamanan 1. Memonitor TTV mengatakan
t jaringan dan keperawatan nyerinya sudah
2014 reflek spasme selama 1x 24 jam berkurang dan
Pendekatan PQRST dapat secara
15.0 otot sekunder nyeri berkurang 2. Kaji ulang 07.00 WIB merasa lebih
0 akibat operasi dengan KH : memanajemen nyeri komprehensif menggali kondisi 2. Memberikan obat nyaman, dengan
WIB 1. Skala nyeri dan lakukan nyeri pasien , apabila pasien analgetik (tramadol pengkajian ulang
berkurang pengkajian ulang nyeri mengalami skala nyeri 3 ( 0-4) , 3x30 g) sesuai advis nyeri
dari 5 menjadi 3 P,Q,R,S,T keadaan ini merupakan yang Dokter
perlu perawat waspadai karena P: pasien
2. Pasien mengatakan
memberikan manifestasiklinik
mengatakan lebih nyeri terasa
nyaman yang bervariasi dari komplikasi cekit-cekit
pascabedah reseksi kolon
3. Pasien terlihat Q: pasien
tidak memegangi 3. Posisikan pasien Pengaturan posisi semiflower 07.10 WIB mengatakan
bag.yang nyeri senyaman mungkin dapat membantu merelaksasi 3. Memposisikan klien nyeri karena post
oto-otot abdomen pascabedah senyaman mungkin op
4. Pasien mampu sehingga dapat menurunkan
untuk melakukan stimulas nyeri dari luka R: pasien
tehnik relaksasi pascabedah mengatakan
dengan latihan nyeri pada perut
nafas dalam dan kuadran IV
tehnik distraksi S: Skala nyeri3
4. Ajarkan tehnik Meningkatkan intake oksigen 07.20 WIB T: pasien
5. TTV 110- relaksasi dengan sehingga akan menurunkan 4.Mengajarkan teknik mengatakan
140/80-90 mmHg latihan nafas dalam nyeri sekunder dari penurunan relaksasi dengan cara nyeri kadang-
oksigen lokal latihan nafas dalam kadang
6. Nadi 80- O: Pasien
100x/menit tampak lebih
5. Ajarkan teknik nyaman dan
distraksi Distraksi dapat menurunkan terlihat tidak
stimulus internal memegangi
perut bagian
6. Berikan obat Anlgetik diberikan untuk perut yang nyeri
analgetik (tramadol) membantu menghambat TD : 120/80
3x30 gr sesuai advice stimulus nyeri khe pusat mmhg
dokter N : 20 x /
persepsi nyeri dikonteks serebri
menit
sehingga nyeri berkurang A: masalah nyeri
akut teratasi
sebagian
P: Lanjutkan
intervensi

2. 22 Ketidakseimb Setlah dilakukan 1. Berikan porsi Makanan dapat lewat dengan06.30 S: pasien
mare angan nutrisi tindakan makan sedikit tapi mudah kelambung , dan 1. Menganjurkan pasien mengatakan mau
t kurang dari keperawatan sering makan dengan porsi
membuat lambung tidak bekerja makan dan
2014 kebutuhan selama 2x24 jam. sedikit tapi sering mampu
lebih keras
15.0 tubuh b.d Kebutuhan menghabiskan 1
0 peningkatan nutrisi klien 2. Anjurkan untuk Dapat merangsang nafsu makan 06.45 porsi makanan.
WIB kebutuhan ter[enuhi dengan makan selagi makanan 2. Menganjurkan O : TB : 150 cm,
kalori dan criteria hasil: masih hangat makan selagi BB : 44,1 kg ,
kesulitan 1. Nafsu makan makanan masih hangat IMT : 19,6
dalam pesien meningkat Albumin :
mencerna ditandai dengan 09.00 3,7 gr/dl
kalori yang pasien mampu 3. Memonitor BB tiap 3. memonitor BB /hari Hb : 14,6 %
mencukupi menghabiskan 1 hari Agar mengetahui peningkatan A : masalah
sekunder porsi makan. atau penurunan dari tindakan teratasi sebagian
akibat kanker yang kita lakukan P : pertahankan
2. BB klien 11.00 intervensi 1, 5, 6
meningkat 0,3kg 4. Berikan penkes ttg Sebagian pasien tidak tahu 4.memberikan penkes
2 hari pentingnya nutrisi pentingnya nutrisi bagi pasien , tentang pentingnya
bagi tubuh dan pasein mau makan sesuai nutrisi bagi tubuh
3. Nilai albumin
dengan waktunya dan porsinya
dan hb normal
(albumin 3,5-5,0
gr/dl, Hb 13-16 12.00
%) 5. Monitor pemberian Agar kebutuhan nutrisi 5.memonitor pemberian
diit terpenuhi diit

6. Anjurkan pasien Agar kebutuhan protein dan zat 15.00


untuk makan makanan besi terpenuhi. 6.Menganjurkan pasien
yang mengandung untuk makan makanan
protein yang mengandung
(telur,daging,tempe, protein dan zat besi.
tahu) dan makanan
yang mengandung zat
besi (sayuran
hijau,daging,dll)
3. 22 Resiko Setelah dilakukan 1. Monitoring tanda- Dapat mengetahui 08.00 S : pasien
mare infeksi b.d tindakan tanda infeksi perkembangan penyakit 1. Memonitor tanda mengatakan
t tempat keperawatan tanda infeksi nyerinya
2014 masuknya selama 3x24jam 2. Proteksi infeksi Kondisi bersih dan kering akan berkurang dan
15.0 organism diharapkan klien dengan cara menghindari kontaminasi 08.15 tidak gatal.
0 sekunder tidak terjadi lingkungan sekitar komensal dan akan 2. Memproteksi dengan O : disekitar area
WIB akibat infeksi di area harus bersih,luka tidak menyebabkan respons inflamasi cara lingkungan sekitar luka terlihat
pembedahan luka post operasi boleh kena air sampai lokal , serta akan memperlama harus bersih, luka tidak kemerahan tetapi
dengan KH : jahitan di angkat penyembuhan boleh kena air selama tidak timbul
1. Luka jahitan tidak diangkat push
bersih,tidak ada A : masalah
kemerahan di Perawatan luka sebaiknya tidak teratasi
sekitar luka setiap hari untuk menurukan P : pertahankan
3. Lakukan perawatan kontak tindakan dengan luka 08.20 intervensi 1, 2 ,
2. Tidak ada pus luka dengan arsetif 3. Melakukan 3, 4,5
yang kondisi steril sehingga
di sekitar luka perawatan luka
mencegah kontaminasi kuman
3. Suhu normal keluka bedah 08.30
36-37,5C 4.mencuci tangan
4. Cuci tangan Agar luka tidak terkontaminasi sebelum melakukan
4. Lekosit 4-11 sebelum melakukan oleh tangan kita . dan tidak tindakan
ribu/mmk tindakan terjadi resiko infeksi

4. 22 Defisit Setelah dilakukan 1.monitor kemampuan memonitor kemampuan aktifitas 06.30 S : pasien
mare perawatan diri tindakan aktifitas klien klien seperti makan, mandi, dan 1.memonitor mengatakan
t b.d kelemahan keperawatan eliminasi agar tidak terjadi hal kemampuan aktifitas mampu
2014 atau nyeri post selama 2x24 jam yang tidak diinginkan klien seperti makan, memenuhi
15.0 operasi diharapkan mandi, dan eliminasi kebutuhan sehari
0 kebutuhan sehari- 2.bantu klien dalam untuk meningkatkan keinginan hari secara
WIB hari klien melakukan aktifitas pasien untuk melakukan aktifitas 06.30 mandiri
terpenuhi dg KH: secara mandiri kebutuhan sehari-hari secara 2.membantu klien meskipun
1.pasien mandi 1 mandiri dalam melakukan kadang masih
X dengan bantuan aktifitasnya secara memerlukan
membantu dalam melakukan mandiri. bantuan orang
2. kulit pasien aktifitas secara mandiri dapat lain.
terlihat bersih dan mempercepat pasien beratifitas 06.30 O : pasien
wangi secara mandiri 3. melakukan mobilisasi mempu makan
secara bertahap dimulai sendiri tanpa
3.gigi pasien 3. lakukan mobilisasi agar pasien terbiasa melakukan dalam aktifitas ringan bantuan orang
terlihat bersih dan secara bertahap dan tidak menyebabkan seperti ganti baju dan lain.
tidak berbau dg kelelahan ROM A : masalah
menggosok gigi 2 4. motivasi klien teratasi sebagian
X sehari untuk melakukan untuk meningkatkan keinginan 06.30 P : lanjutkan
aktifitas kebutuhan pasien untuk melakukan aktifitas 4. memotivasi klien intervensi 1, 2 , 3
4. pasien mampu sehari hari secara kebutuhan sehari-hari secara untuk melakukan ,4
makn 3X sehari mandiri mandiri aktivitas secara mandiri.
tanpa bantuan
orang lain
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kanker kolon adalah suatu kanker yang berada di colon. Kanker kolon merupakan
penyakit yang bukan sembarangan namun bukan pula penyakit yang tidak bisa
disembuhkan.Kanker kolon adalah penyebab kedua kematian di Amerika Serikat setelah
kanker paru-paru ( ACS 1998). Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena
penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah. Kanker usus bila
dideteksi dan ditangani dengan cepat maka peluang untuk sembuh total pun akan semakin
besar peluangnya. Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah kankerkolon.

Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan waktu
peredaran pada usus besar (aliran depan feces) yang meliputi faktor kausatif. Petunjuk
pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society (The National Cancer
Institute), dan organisasi kanker lainnya.

5.2 Saran

Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan


pengetahuan kita tentang asuhan keperawatan klien dengan Kanker kolon. Kami selaku
penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca agar makalah
selanjutnya dapat lebih baik lagi. Terima Kasih,,.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.

Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan untuk
perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M.,
Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta
.
McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By
Mosby-Year book.Inc,Newyork

NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA

Sjamsuhidayat & wong,2005, Buku ajar ilmu bedah, EGC , Jakarta

Suyono,dkk, 2001, Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid II, edisi 3, Balai penercit FKUI,
Jakarta.
University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications,
Philadelphia, USA

Anda mungkin juga menyukai