Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN
ASUHAN KEPERAWATAN KANKER KOLOREKTAL

OLEH
KELOMPOK 2

1. JULEHA POI
2. PUSPITA WULANDARI
3. MIRA NENOTEK
4. DINI SIOH
5. FITRI MANU
6. MARSEL SELAN
7. ARWADI RASBOY
8. AGUSTINA KOFI
9. MUNI BANSAE
10. ARDIAN BINTANG

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
KUPANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
anugrah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Dewasa
dengan topik Asuhan Keperawatan Kanker Kolorektal ini dengan baik. Kami ingin
mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu kami dalam
menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Dewasa dengan topik Asuhan Keperawatan
Kanker Kolorektal.

Walaupun dalam penulisan tugas mata kuliah Keperawatan Dewasa dengan topik
Asuhan Keperawatan Kanker Kolorektal ini, kami mengalami hambatan namun, berkat
penjagaan dari Allah Yang Maha Kuasa, sehingga tugas ini dapat terselesaikan tepat waktu.

Namun, kami menyadari, dalam penulisan tugas mata kuliah Keperawatan Dewasa
dengan topik Asuhan Keperawatan Kanker Kolorektal ini belum terlalu sempurna, untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan, guna penyempurnaan tugas ini.

Kupang, 2 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Epidemologi kanker kolorektal
2.2 Difinisi kanker kolorektal
2.3 Etiologi kanker koolorektal
2.4 Manifestasi klinik kanker kolorektal
2.5 Patofisiologi kanker kolorektal
2.6 Klasifikasi kanker kolorektal
2.7 Komplikasi kanker kolorektal
2.8 Pencegahan kanker kolorektal
2.9 Penatalaksanaan kanker kolorektal
2.10 Pemeriksaan penunjang kolorektal
2.11 Mind Map Nursing Care Plan
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasua Semu
3.1 Pengkajian
3.2 Diagnosa Keperawatan
3.3 Intervensi Keperawatan
3.4 Implementasi
3.5 Evaluasi
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kanker kolorektal (colo-rectal carcinoma) atau biasa yang disebut sebagai


kanker usus besar merupakan suatu tumor ganas terbanyak diantara tumor lainnya
yang menyerang saluran pencernaan. Lebih dari 60% tumor ganas kolorektal berasal
dari colon atau rectum. Colon merupakan bagian lain dari usus besar yang terletak di
atas pinggul. Rectum merupakan bagian 15 cm terakhir dari usus besar dan terletak di
dalam rongga panggul di tengah tulang pinggul. Colon dan rectum adalah bagian dari
usus besar pada system pencernaan yang disebut dengan tractus gastrointestinal.
Tractus gastrointestinal berfungsi penghasil energi bagi tubuh dan membuang zat-zat
yang tidak diperlukan tubuh.
Pada kenyataannya, kanker colon dan rectum sekarang adalah tipe paling
umum kedua dari kanker internal di Amerika Serikat. Ini adalah penyakit budaya
barat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kenker kolorektal didiagnosa di negara
ini setiap tahunnya. Kanker colon menyerang individu dua kali lebih besar
dibandingkan kanker rektal. Insidennya meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan
pada pasien yang berusia lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu dengan
riwayat keluarga mengalami kanker colon, penyakit usus inflamasi kronis atau polip.
Di Indonesia kanker kolorektal menempati urutan ke tiga penyebab kematian
akibat kanker kolorektal (Kemenkes RI, 2017). Jumlah penderita kanker kolorektal di
Indonesia menurut Kemenkes RI (2018) yaitu sebanyak 15.985 kasus pada laki-laki
dan sebanyak 11.787 kasus pada perempuan.
Di provinsi Sumatera Barat menunjukkan bahwa penderita kanker kolorektal
paling banyak dengan rentang usia 46-55 tahun. Jaumlah kasus pada laki-laki lebih
tinggi daripada perempuan, yaitu 17 laki-laki (81%) dan 4 perempuan (19%).
Saat ini banyak peneliti malakukan penelitian mengenai deteksi dini penyakit
kanker kolorektal. Seperti yang dilakukan Bottaci, et al (1997) mempredikai kematian
pasien penderita kanker kolorektal menggunakan artificial neural network. Hasil
penelitian ini memiliki tinggkat sensitivitas sebanyak 80%, spesifitas 88%, dan
tingkat akurasi 90%. Hasil ini lebih baik jika dibandingkan dengan tingkat akurasi
ahli bedah kolorektal yaitu sebesar 79%. Brand et al (2006) menggunakan logika
fuzzy untuk memprediksi risiko kanker kolorektal. Denise et al (2014) menggunakan
transformasi Wavelets dari gambar colonoscopy untuk ekstraksi fitur dan Artificial
Neuro Networks dalam proses klasifikasi untuk diagnosis kanker kolorektal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Anatomi fisiologi system pencernaan
2. Konsep teori kanker kolorektal
3. Konsep teori asuhan keperawatan kanker kolorektal
4. Konsep asuhan keperawatan kasus semu kanker kolorektal

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memahami Asuhan Keperawatan pada pasien dengan penyakit kanker
kolorektal
1.3.2 Tujuan Khusus
 Mahasiswa mampu memahami anatomi fisiologi system pencernaan
 Mahasiswa mampu memahami konsep teori kanker kolorektal
 Mahasiswa mampu memahami konsep teori asuhan keperawatan kanker
kolorektal
 Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan kasus semu kanker
kolorektal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Epidemiologi Kanker Kolorektal


Epidemiologi kanker kolorektal menunjukkan bahwa secara global keganasan ini
paling banyak ditemukan ketiga, dan paling mematikan kedua untuk jenis kelamin
laki-laki dan perempuan.
 Mortalitas
International Agency for Research on Cancer (IARC) pada tahun 2018
memperbaiki kanker kolorektal sebagai penyebab utama kedua kematian terkait
kanker. Namun, peningkatan deteksi dini dan modalitas pengobatan telah berhasil
menurunkan 51% kematian, dari tahun 1975 hingga 2014 di Amerika Serikat.
National Cancer Institute memperkirakan angka harapan hidup 5 tahun pasien
kanker kolorektal akan mencapai 65% jika pasien mendapatkan penanganan yang
tepat.
 Global
American Cancer Society melaporkan bahwa kanker kolorektal adalah kanker
ketiga terbanyak dan penyebab kematian kedua terbanyak pada pria dan
perempuan di Amerika Serikat. Setiap tahun dilaporkan >130.000 kasus baru
kanker kolorektal. Walaupun insidensi kanker ini terlihat menurun 3% setiap tahun
sejak 2004, tetapi terjadi peningkatan 2% setiap tahun pada hasil skrining orang
dewasa muda <50 tahun.
Di Jerman kanker kolorektal dilaporkan merupakan salah satu kanker yang paling
sering ditemukan. Setiap tahunnya, terdapat 64.000.000 kasus baru dan 26.000.000
kematian akibat kanker kolorektal.
Kasus kanker kolorektal dilaporkan lebih tinggi di negara maju daripada di negara
non-industri. Namun, status sosial ekonomi rendah memiliki peningkatan resiko
kanker kolorektal, terkait dengan perilaku berisiko dan akses ke perawatan medis
yang buruk.
 Indonesia
Berdasarkan Global Burden of Cancer Study (Globocan) dari WHO tahun 2020, di
Indonesia, kasus baru kanker kolorektal tercatat hingga 34.189 pasien atau 8,6%
dari seluruh keganasan. Angka insidensi ini menempati peringkat ke 4 keganasan
pada pria dan perempuan.
Pada laki-laki, kasus kanker kolorektal lebih tinggi (kasus baru 21.764 pasien)
daripada perempuan (kasus baru 12.425 pasien).

2.2 Definisi
Neoplasma/Kanker adalah pertumbuhan baru (atau tumor) massa yang tidak
normal akibat proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan
tujuan. Neoplasma terbagi atas jinak atau ganas. Neoplasma ganas disebut juga
sebagai kanker (cancer). (SylviaA Price, 2005).
Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang paling
sering ditemukan daerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon
sigmoid. Prognosa optimistik; tanda dan gejala awal biasanya tidak ada. (Susan
Martin Tucker, 1998).
Kanker kolorektal adalah tumbuhnya sel-sel ganas dalam tubuh di dalam
permukaan usus besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari
pertumbuhan sel yang tidak ganas biasa disebut adenoma yang dalam stadium awal
membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat).
Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan kanker kolon adalah
tumbunhya sel-sel ganas di permukaan dalam usus besar (kolon) atau rektum. Lokasi
tersering timbulnya kanker kolon adalah di bagian sekum, asendens, dan kolon
sigmoid, salah satu penatalaksanaannya adalah dengan membuat kolostomi untuk
mengeluarkan produksi faeces. Kanker colon adalah penyebab kedua kematian di
Amerika Serikat setelah kanker paru-paru (ACS 1998).
Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering
tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah.Pembedahan adalah satu-satunya cara
untuk mengubah kanker Colon.

2.3 Etiologi
Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan pengurangan
waktu peredaran pada usus besar (Aliran depan feces) yang meliputi faktor kausatif.
Petunjuk pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer Society, The
National Cancer Institute, dan organisasi kanker lainnya.
Faktor resiko telah teridentifikasi. Faktor resiko untuk kanker kolon:
 Usia lebih dari 40 tahun
 Darah dalam feses
 Riwayat polip rektal atau polip rektal
 Adanya polip adematosa atau adenoma villus
 Riwayat keluarga dengan kanker kolon atau poliposis dalam keluarga
 Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
 Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat

Makanan-makanan yang pasti di curigai mengandung zat-zat kimia yang


menyebabkan kanker pada usus besar. Makanan tersebut juga mengurangi waktu
peredaran pada perut,yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker.
Makanan yang tinggi lemak terutama lemak hewan dari daging merah,menyebabkan
sekresi asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker didalam usus besar.
Daging yang di goreng dan di panggang juga dapat berisi zat-zat kimia yang
menyebabkan kanker. Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung serat dalam
jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dalam usus besar. Beberapa
kelompok menyarankan diet yang mengandung sedikit lemak hewan dan tinggi
sayuran dan buah-buahan (Mormons,seventh Day Adventists).
Makanan yang harus dihindari:
 Daging merah
 Lemak hewan
 Makanan berlemak
 Daging dan ikan goreng atau panggang
 Karbohidrat yang disaring (example:sari yang disaring)
 Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari
golongan kubis (seperti brokoli,brussels sprouts)
 Butir padi yang utuh
 Cairan yang cukup terutama air
Karena sebagian besar tumor Colon menghasilkan adenoma,faktor utama yang
membahayakan terhadap kanker Colon menyebabkan adenoma. Ada tiga type
adenoma Colon: tubular,villous dan tubulo villous (akan di bahas pada polips).
Meskipun hampir besar kanker Colon berasal dari adenoma,hanya 5% dari semua
adenoma Colon menjadi manigna,villous adenoma mempunyai potensial tinggi untuk
menjadi manigna.
Faktor yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau manigna tumor tidak
diketahui poliposis yang bergerombol bersifat herediter yang tersebar pada gen
autosom dominan. Ini di karakteristikkan pada permulaan adematus polip pada colon
dan rektum. Resiko dari kanker pada tempat femiliar poliposis mendekati 100 % dari
orang yang berusia 20 – 30 tahun.
Orang-orang yang telah mempunyai ucerative colitis atau penyakit Crohn’s
juga mempunyai resiko terhadap kanker Colon. Penambahan resiko pada permulaan
usia muda dan tingkat yang lebih tinggi terhadap keterlibatan colon. Resiko dari
kanker Colon akan menjadi 2/3 kali lebih besar jika anggota keluarga menderita
penyakit tersebut.

2.4 Manifestasi Klinik


Gejala umum dari kanker kolorektal ditandai oleh perubahan kebiasaan buang air
besar.
Gejala tersebut meliputi:
 Diare atau sembelit
 Perut terasa penuh
 Ditemukannya darah (baik merah terang atau sangat gelap) di feses
 Feses yang dikeluarkan lebih sedikit dari biasanya
 Sering mengalami sakit perut, kram perut, atau perasaan penuh atau kembung
 Kehilangan berat badan tanpa alasan yang diketahui
 Merasa sangat Lelah sepanjang waktu
 Mual dan muntah
 Anemia yang tidak diketahui penyebabnya
2.5 Patofisiologi
Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun
makanan merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu
berkorelasi dengan faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewan
tinggi, kadar serat yang rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus
besar dengan asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh
minuman yang beralkohol, khususnya bir.
Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis (95%)
adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel dalam usus = endotel). Munculnya tumor
biasanya dimulai sebagai polip jinak, yang kemudian dapat menjadi ganas dan
menyusup, serta merusak; jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitarnya.
Tumor dapat berupa masa polipoid, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat
meluas ke sekitar usus sebagai striktura annular (mirip cincin). Lesi annular lebih
sering terjadi pada bagi rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering
terjadi pada sekum dan kolon asendens.
Tumor dapat menyebar melalui:
 Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung
kemih (vesika urinaria).
 Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe perikolon dan
mesokolon.
 Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan
darah balik ke sistem portal.
Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197) diantaranya:
 Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding
usus besar (lapisan mukosa).
 Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah
lapisan mukosa.
 Pada stadium III sel kanker sudah menyebar ke sebagian kelenjar limfe yang
banyak terdapat di sekitar usus.
 Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar limfe
atau bahkan ke organ-organ lain.

WOC

2.6 Klasifikasi
Klasifikai kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T = tumor, N =
kelenjar getah bening regional, M =jarak metastese).

T          Tumor primer


TO       Tidak ada tumor
TI        Invasi hingga mukosa atau sub mukosa
T2        Invasi ke dinding otot
T3        Tumor menembus dinding otot
N         Kelenjar limfa
N0       tidak ada metastase
N1       Metastasis ke kelenjar regional unilateral
N2       Metastasis ke kelenjar regional bilateral
N3       Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regional
M         Metastasis jauh
MO      Tidak ada metastasis jauh
MI       Ada metastasis jauh

Karsinoma Colon sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya


tumor ini tumbuh tidak terditeksi sampai gejala-gejala muncul secara berlahan dan
tampak membahayakan. Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode. Tumor
mungkin menyebar dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di perut,mencapai
serosa dan mesenterik fat. Kemudian tumor mulai melekat pada organ yang ada
disekitarnya,kemudian meluas kedalam lumen pada usus besar atau menyebar ke
limpa atau pada sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi ini langsung masuk dari tumor
utama melewati pembuluh darah pada usus besar melalui limpa,setelah sel tumor
masuk pada sistem sirkulasi,biasanya sel bergerak menuju liver. Tempat yang kedua
adalah tempat yang jauh kemudian metastase ke paru-paru.
Tempat metastase yang lain termasuk:
 Kelenjar Adrenalin
 Ginjal
 Kulit
 Tulang
 Otak
Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui limpa dan
sistem sirkulasi, tumor colon juga dapat menyebar pada bagian peritonial sebelum
pembedahan tumor belum dilakukan. Penyebaran terjadi ketika tumor dihilangkan dan
sel kanker dari tumor pecah menuju ke rongga peritonial.
2.7 Komplikasi
Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:
1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
2. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran
langsung.
3. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon
yang menyebabkan hemorragi.
4. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
5. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
6. Pembentukan abses
Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina. Biasanya tumor
menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan pendarahan. Tumor
tumbuh kedalam usus besar dan secara berangsur-angsur membantu usus besar dan
pada akirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin
menekan pada organ yang berada disekitanya (Uterus, urinary bladder,dan ureter) dan
penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.

2.8 Pencegahan
Pencegahan Kanker Kolon yaitu:
1. Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan
menurunkan derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi
dalam usus besar.
2. Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.
3. Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin.
4. Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus.
5. Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk
buang air besar.
6. Hidup rileks dan kurangi stress.

2.9 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan
pengisapan nasogastrik. Apabila terjadi perdarahan yang cukup bermakna
terapi komponen darah dapat diberikan. Pengobatan medis untuk kanker
kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau terapi ajufan. Terapi
ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup
kemoterapi, terapi radiasi dan atau imunoterapi.
Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini
sering dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas
terapi. Bahkan ada yang memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU,
levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil penelitian, setelah dilakukan
pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi.
b. Penatalaksanaan Bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon
dan rektal, pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang
terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi
laparoskopik dengan polipektomi merupakan suatu prosedur yang baru
dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa
kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam membuat keputusan
dikolon, massa tumor kemudian di eksisi. Reseksi usus diindikasikan untuk
kebanyakan lesi kelas A dan semua kelas B serta lesi C. Pembedahan kadang
dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon kelas D. Tujuan pembedahan dalam
situasi ini adalah paliatif. Apabila tumor sudah menyebar dan mencakup
struktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan. Tipe pembedahan
tergantung dari lokasi dan ukuran tumor.
Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut:
 Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi
usus pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)
 Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen
(pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta
sfingter anal)
 Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan
anastomosis serta reanastomosis lanjut dari kolostomi
 Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi
obstruksi yang tidak dapat direseksi)
c. Diversi Vekal untuk Kanker Colon dan Rektum
Berkenaan dengan tehnik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi
dilakukan pada kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi
adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat
berfungsi sebagai difersi sementara atau permanen. Ini memungkinkan
drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi drainase
dihubungkan dengan penempatan kolostomi yang ditentukan oleh lokasi tumor
dan luasnya invasi pada jaringan sekitar.
d. Penatalaksanaan Keperawatan
 Dukungan adaptasi dan kemandirian.
 Meningkatkan kenyamanan.
 Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
 Mencegah komplikasi.
 Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis,
dan kebutuhan pengobatan.
e. Penatalaksanaan Diet
 Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.
Serat dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga
berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus,
karena kotoran yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi
racun yang memicu sel kanker.
 Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)
 Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol
tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan.
 Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena
hal tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
 Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
 Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.
2.10 Pemeriksaan Penunjang
1. Endoskopi. Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik sigmoidoskopi
maupun kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat
dilihat dengan jelas pada endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis perlu
dilakukan biopsi.
2. Radiologi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan antara lain adalah :
foto dada dan foto kolon (barium enema).
3. Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan
tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini mungkin menggambarkan
adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor
pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini.
Enema barium secara umum dilakukan setelah sigmoidoscopy dan
colonoscopy.
Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan luas dari
penyakit. Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang
jauh yang sudah metastasis.
Pemeriksaan foto dada berguna selain untuk melihat ada tidaknya metastasis
kanker pada paru juga bisa digunakan untuk persiapan tindakan pembedahan.
Pada foto kolon dapat dapat terlihat suatu filling defect pada suatu tempat atau
suatu striktura.
3. Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi ada
tidaknya metastasis kanker kelenjar getah bening di abdomen dan di hati.
4. Histopatologi/ Selain melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biopsi di
beberapa tempat untuk pemeriksaan histopatologis guna menegakkan
diagnosis. Gambaran histopatologi karsinoma kolorektal ialah
adenokarsinoma, dan perlu ditentukan differensiasi sel.
5. Laboratorium. Tidak ada petanda yang khas untuk karsinoma kolorektal,
walaupun demikian setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa
Hb. Tumor marker (petanda tumor) yang biasa dipakai adalah CEA. Kadar
CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan karsinoma kolorektal yang sudah
lanjut. Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa digunakan untuk mendeteksi
secara dini karsinoma kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml
hanya pada sepertiga kasus stadium III. Pasien dengan buang air besar lendir
berdarah, perlu diperiksa tinjanya secara bakteriologis terhadap shigella dan
juga amoeba.
6. Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk tujuan
diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada pengobatan.
7. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding dan
menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum tulang,
kulit, organ dan sebagainya.
8. Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit: Dapat menunjukkan
anemia, perubahan pada sel darah merah dan sel darah putih: trombosit
meningkat atau berkurang.
9. Sinar X dada: Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus Semu
Tn.A berumur 35 tahun saat ini sedang menderita penyakit kanker kolorektal. Tn.A
masuk ke rumah sakit pada tanggal 5 mei 2012 dan diantar oleh keluarganya. Tn.A
bekerja sebagai seorang PNS.
Tn.A mempunyai presepsi tentang sakit nyeri pada abdomen, kram perut, pola
defekasi bermasalah, sering sembelit, feses berwarna kehitaman dan kadang disertai
darah merah segar, tidak nafsu makan, penurunan berat badan, dan cepat letih.
3.2 Pengkajian
1. Biodata Pasien:
Nama : Tn. A
Umur : 35 th
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : PNS
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Kalirejo, Lampung Tengah
Tanggal Masuk RS : Sabtu, 05 Mei 2012
Diagnosa Medis : Ca. Colon
2. Keluhan utama:
Nyeri hebat pada bagian perut
3. Riwayat Kesehatan:
a. Riwayat Penyakit Sekarang:
Klien masuk ke Rumah Sakit tanggal 5 Mei 2012 akibat mengalami penyakit
Ca. Colon. Klien datang ke RSUD Pringsewu diantar oleh keluarganya melalui
IGD, pada tanggal 5 Mei 2012, dengan keluhan nyeri pada abdomen, kram
perut, pola defekasi bermasalah, sering sembelit, feses berwarna kehitaman dan
kadang disertai darah merah segar, tidak nafsu makan, penurunan berat badan,
dan cepat letih.
b. Riwayat Penyakit Dahulu:
Klien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap makanan atau obat-obatan,
hanya saja tidak terlalu suka sayuran. + 4 tahun yang lalu klien pernah terkena
penyakit thypoid sampai diopname. Klien pernah mengalami kecelakaan motor
namun tidak fatal. Keluarga klien mengatakan bahwa klien hampir setiap hari
mengkonsumsi daging hewan, jarang makan sayur, dan klien mempunyai
riwayat peminum / alkoholic.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien menjelaskan anggota keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit keturunan yang umumnya menyerang, seperti DM, Asma, Hipertensi.
4. Basic Promoting physiology of Health
a. Aktifitas dan Latihan
Pekerjaan Tn. A yaitu seorang PNS dan waktu luangnya diisi dengan beristirahat
di rumah dan berkumpul bersama keluarga. Klien jarang berolahraga. Saat sakit,
klien hanya bisa berbaring di tempat tidur, aktifitas terbatas, dan klien dibantu
oleh keluarganya.
b. Tidur dan istirahat
Sebelum sakit lama tidur klien 7-8 jam/hari, hanya dipergunakan untuk tidur
malam karena klien jarang sekali tidur siang dan tidak ada gangguan dalam
tidur. Saat sakit lama tidur klien hanya 5 jam dengan tidur siang selama 1 jam.
Klien kadang-kadang kesulitan tidur di rumah sakit karena nyeri yang dialami
klien, klien tampak lemah.
c. Kenyamanan dan nyeri
Klien merasakan nyeri pada perutnya dalam 2 bulan belakangan ini. Nyeri akan
lebih terasa menyakitkan jika beraktifitas dan saat defekasi, dan akan berkurang
saat klien beristirahat. Region nyeri yaitu pada abdomen bagian bawah
(dessendens bawah). Skala nyeri klien 8, raut muka klien tampak menahan
nyeri.
d. Nutrisi
Sebelum sakit, frekuensi makan Tn. A tidak teratur dikarenakan kesibukan jam
kerja yang mengakibatkan sering telat makan. Berat badan klien 68 kg. Berat
badan dalam 2 bulan terakhir turun drastis menjadi 57 kg. Jenis makanan yang
paling sering dikonsumsi klien yaitu daging hewan dan makanan cepat saji (sate
& gulai). Klien tidak suka sayuran, dan tidak memiliki pantangan terhadap
makanan apapun. Klien tidak pernah mengalami operasi gastrointestinal. Saat
sakit, klien hanya mengkonsumsi nasi lembek, sayuran hijau, buah tapi jarang
habis karena klien mual, tidak nafsu makan, & klien tidak makan yang pedas &
berminyak. Diet di rumah sakit adalah diet rendah lemak hewani dan tinggi
serat. Kebutuhan pemenuhan nutrisi dibantu oleh keluarganya.
e. Cairan, elektrolit, dan asam basa
Sebelum sakit frekuensi minum klien 7-8 gelas/hari. Saat sakit, frekuensi
minum klien + 2-3 gelas/hari. Turgor kulit tidak elastis. Klien mendapat support
IV Line jenis RL 20 tetes/menit
f. Oksigenasi
Klien tidak mengalami sesak, tidak ada keluhan saat bernafas, irama teratur,
klien tidak batuk, klien tidak merokok, klien tidak terpasang oksigen.
g. Eliminasi fekal/bowel
Frekuensi BAB klien sebelum sakit 1x sehari di pagi hari. Feses berwani
kuning, konsistensi padat, berbau khas, warna kuning kecoklatan, dan tidak ada
keluhan.
Saat sakit, klien kesulitan BAB, mengalami sembelit, baru 1x selama dirawat di
RS, feses berwarna kehitaman, konsistensi keras, kadang disertai darah merah
segar, berbau anyir.
h. Eliminasi urin
Frekuensi BAK klien 2x sehari. Klien tidak mengalami perubahan pola
berkemih. Klien tidak menggunakan kateter, kebutuhan pemenuhan ADL
dengan bantuan keluarga.
i. Sensori, persepsi, dan kognitif
Klien tidak memiliki gangguan dan riwayat penyakit yang menyangkut sensori,
persepsi, dan kognitif.
5. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a. Keadaan Umum
Kesadaran klien composmentis, Vital Sign TD 110/90 mmHg, Nadi 70x/menit,
irama reguler kekuatan sedang, Respirasi 26x/menit, irama regular, Suhu 36,5 0
C.
b. Kepala: kulit kepala normal, tidak ada hematoma, lesi atau kotor. Rambut
mudah patah saat dicabut, hitam tanpa uban, dan bersih.
Mata: mata klien secara umum normal, bentuk simetris, konjungtiva tampak
anemis, sklera tidak ikterik, pupil dapat merespon terhadap cahaya, palpebra
normal, tidak ada oedema. Lensa mata normal, jernih, visus mata kanan dan kiri
normal. Tampak garis kehitaman pada kelopak mata klien bagian bawah.
Hidung: Hidung klien simetris, tidak ada septum deviasi, polip, epistaksis,
gangguan indera pencium, atau secret.
Mulut: Mulut klien normal, dimana gigi klien normal, tidak ada lubang, dan
tidak ada gigi palsu. Bibir klien kering, tidak stomatitis, dan tidak sianosis. Gusi
klien berwarna merah, lidah klien tampak kotor.
Telinga: telinga klien simetris, bersih, dan tidak ada gangguan pendengaran.
Leher: leher klien normal, tidak ada pembesaran thyroid, tidak ada kaku kuduk,
tidak ada hematoma, tida ada lesi.
Tenggorokan klien normal, tidak ada nyeri tekan, tidak hipremis, dan tidak ada
pembesaran tonsil.
c. Dada: bentuk dada klien normal
Pulmo: Inspeksi: pengembangan dada simetris. Palpasi: Fremitus taktil kanan
sama dengan kiri. Perkusi: pulmo kanan dan kiri sonor. Auskultasi: vesikuler
pada pulmo kanan dan kiri
Cor: Inspeksi: ictus cordis tidak nampak. Palpasi: Ictus cordis teraba pada mid
clavicula sic 5, Perkusi : menunjukkan batas jantung normal.
Auskultasi: Bunyi jantung I (SI) di ruang intercosta V sebelah kiri, Bunyi
jantung II (SII) di ruang intercosta II sebelah kanan, Bunyi jantung III (SIII)
tidak ada, murmur tidak ada.
d. Abdomen: inspeksi: bentuk agak cembung. Palpasi: adanya nyeri tekan pada
perut bawah. Auskultasi: peristaltik permenit.
e. Genetalia: Laki-laki: normal, tidak ada perdarahan.
f. Rektum: Normal, tidak ada hemoroid, tidak ada prolaps, dan tidak ada tumor.
g. Ekstremitas:
o atas: Kekuatan otot ka/ki: 6/6, ROM ka/ki: aktif/aktif
o abawah: kekuatan otot ka/ki: 6/6, ROM ka/ki: aktif/akti

3.3 Diagnosa Keperawatan


a. Defisit Nutrisi b.d ketidak mampuan menelan makanan
b. Risiko Hipovelemia b.d kekurangan inatake cairan
c. Defisit Pengetahuan b.d kurang terpapar informasi

3.4 Intervensi Keperawatan


N SDKI SLKI SIKI
O
1 (D.0019) (L.03030) (I.03119)
Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan Observasi:
ketidakmampuan tindakan keperawatan  Identifikasi status
menelan makanan diharapkan defisit nutrisi
nutrisi membaik  Identifikasi makanan
dengan kriteria hasil: yang disukai
 Kekuatan otot  Monitor asupan
menelan (5) makanan
 Nyeri abdomen Terapeutik:
(5)  Sajikan makanan
 Nafsu makan (5) secara menarik dan
suhu yang sesuai
 Berikan makanan
tinggi kalori dan
protein
Edukasi:
 anjurkan posisi
duduk, jika mampu
kolaborasi:
 kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan, jika perlu
 kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi
yang dibutuhkan, jika
perlu

2 (D.0034) (L.03028) (I.03116)


Risiko hipovelemia b.d Setelah dilakukan Observasi:
kekurangan intake tindakan keperawatan  periksa tanda dan
cairan diharapkan status gejala
cairan membaik hypovolemia
dengan kriteria hasil: Terapeutik:
 intake cairan (5)  hitung kebutuhan
 turgor kulit (5) cairan
 membrane  berikan asupan
mukosa (5) cairan oral
Edukasi:
 anjurkan
memperbanyak
asupan cairan
oral
Kolaborasi:
 kolaborasi
pemberian cairan
isotonis
3 (D.0111) (L.10100) (I.12383)
Defisit pengetahuan b.d Setelah dilakukan Observasi:
kurang terpapar tindakan keperawatan  identifikasi
informasi diharapkan defisit kesiapan dan
pengetahuan membaik kemampuan
dengan kriteria hasil: menerima
 memahami informasi
kalimat (5) Terapeutik:
 memahami  sediakan materi
paragraph (5) dan media
 memahami pendidikkan
cerita (5) Kesehatan
 proses piker  berikan
logis (5) kesempatan
untuk bertanya
Edukasi:
 jelaskan factor
risiko yang dapat
mempengaruhi
Kesehatan
 anjurkan
perilaku hidup
bersih dan sehat

3.5 Implementasi
Implementasi merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang
baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan
adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. (Ika
dan Saryono, 2013).
3.6 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan yang digunakan sebagai
alat untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan dan proses ini berlangsung
terus menerus yang diarahkan pada pencapaian tujuan yang diinginkan (Ika dan
Saryono, 2013). Ada tiga yang dapat terjadi pada tahap evaluasi, yaitu: Masalah
teratasi seluruhnya, Masalah teratasi sebagian dan Masalah tidak teratasi.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kanker kolon adalah suatu kanker yang berada di colon. Kanker kolon merupakan
penyakit yang bukan sembarangan namun bukan pula penyakit yang tidak bisa
disembuhkan.Kanker kolon adalah penyebab kedua kematian di Amerika Serikat
setelah kanker paru-paru ( ACS 1998). Penyakit ini termasuk penyakit yang
mematikan karena penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih parah.
Kanker usus bila dideteksi dan ditangani dengan cepat maka peluang untuk sembuh
total pun akan semakin besar peluangnya. Pembedahan adalah satu-satunya cara
untuk mengubah kanker kolon.
4.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan kita tentang asuhan keperawatan klien dengan Kanker kolon. Kami
selaku penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca agar
makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.

Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan untuk
perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M.,
Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta.

McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By


Mosby-Year book.Inc,Newyork

Sjamsuhidayat & wong,2005, Buku ajar ilmu bedah, EGC , Jakarta

Suyono,dkk, 2001, Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid II, edisi 3, Balai penercit FKUI,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai