P2.73.20.2.18.009
Ners tk 3
Askep kmb klinik 3
B. Etiologi
Penyebab dari kanker kolorektal belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor
risiko yang menyebabkan terjadinya kanker ini, yaitu:
1. Penyakit radang usus besar (colitis ulseratif) yang tidak diobati
2. Kebiasaan banyak makan daging (merah), makanan berlemak dan alkohol
3. Kurang konsumsi buah-buahan serta sayuran dan juga ikan
4. Kurang beraktivitas fisik
5. Berat badan berlebihan (overweight/obesity)
6. Kebiasaan merokok
C. Pathofisiologi Klinik (sesuai kasus)
Faktor Resiko
Kanker kolon
penyakit crohn
Usia > 50
Riwayat tahun Minuman Rendah serat,
Merokok
keluarga beralkohol daging merah,
menderita Radang kronis daging olahan
penyakit Mutasi sel- pada usus besar
kanker sel dalam Zat nikotin sebagai
tubuh sumber karsinogen Masuk ke dalam
tubuh membentuk
asetadehida (zat Feses tidak
Pembelahan kimia beracun) lembut, menjadi
sel tidak Masuk ke dalam zat karsinogen
sempurna saluran pernapasan
Merusak DNA di
dalam sel induk Menumpuk di
Menuju kolon
dalam usus
Mengubah perilaku
Menumpuk dalam sel
kolon
Obstruksi usus,
menempel di
Meningkatkan sel
dinding usus
karsinogen
Perubahan
Kanker kolon abnormal pada
dinding usus
Intervensi
Intervensi
pembedahan
kemoterapi
Pasca Kolostomi
bedah sementara
Pre Intra
atau Post
kemoterapi kemoterapi
permanen kemoterapi
Luka pasca
bedah
Adanya filtrasi
Gangguan Ansietas obat di
Perawatan citra tubuh Efek obat
jaringan
luka tidak
sekitar
intensif
Kerusakan jaringan
lunak pasca bedah
Kerusakan
Post de entrée
jaringan
(jalur masuk) Respon nausea
progresif
mikroorganisme serabut lokal
irreversible
Risiko
Gangguan Risiko desfit
Integritas nutrisi
kulit
D. Tanda dan gejala kasus (Penyakit)
1. Perubahan pada pola buang air besar termasuk diare, atau konstipasi atau perubahan
pada lamanya saat buang air besar,dimana pola ini berlangsung selama beberapa
minggu hingga bulan.
2. Kadang-kadang perubahan pola itu terjadi sebagai perubahan bentuk dari feses /
kotoran dari hari ke hari: kadang-kadang keras, lalu lunak, dan seterusnya.
3. Pendarahan pada buang air besar atau ditemukannya darah di feses, seringkali hanya
dapat dideteksi di laboratorium.
4. Rasa tidak nyaman pada bagian abdomen/perut seperti keram, gas atau rasa sakit
yang berulang.
5. Perasaan bahwa usus besar belum seluruhnya kosong sesudah buang air besar.
6. Rasa cepat lelah, lesu lemah atau letih.
7. Turunnya berat badan secara drastis dan tidak dapat dijelaskan sebabnya.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium klinis : pemeriksaan darah, Hb, elektrolit, dan
pemeriksaan tinja, skrining CEA (Carcinoma Embrionic Antigen).
2. Pemeriksaan laboratorium patologi anatomi : bahan yang berasal dari tindakan
biopsi saat kolonoskopi maupun reseksi usus.
3. Radiologi : foto polos abdomen atau menggunakan kontras, Computerised
Tomography (CT) scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI), Endoscopic
Ultrasound (EUS)
4. Kolonoskopi : menunjukan gambaran seluruh mukosa kolon dan rektum.
5. Pemeriksaan Colok Dubur : Pemeriksaan bermanfaat terutama pada tumor rektum
distal. Akurasi stadium yang ditentukan oleh pemeriksaan colok dubur sangat
tergantung kepada pengalaman dokter pemeriksa dan pemeriksaan colok dubur
lebih akurat dalam penetapan stadium lokal lanjut daripada stadium tumor dini.
6. Endorectal Ultrasonography (ERUS) : Pemeriksaan ini dilakukan oleh spesialis
bedah kolorektal (operator dependent) atau spesialis radiologi. ERUS digunakan
terutama pada T1 yang akan dilakukan eksisi trans-anal, pada T3-4 yang
dipertimbangkan untuk terapi neoadjuvan, dan digunakan apabila direncanakan
reseksi trans-anal atau kemoradiasi
G. Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan kanker kolorektal bersifat multidisiplin. Pilihan dan rekomendasi
terapi tergantung pada beberapa faktor Terapi bedah merupakan modalitas utama
untuk kanker stadium dini dengan tujuan kuratif.
1. Kemoterapi adalah pilihan pertama pada kanker stadium lanjut dengan tujuan
paliatif.
2. Radioterapi merupakan salah satu modalitas utama terapi kanker rektum.
3. Saat ini, terapi biologis (targeted therapy) dengan antibodi monoklonal telah
berkembang pesat dan dapat diberikan dalam berbagai situasi klinis, baik sebagai
obat tunggal maupun kombinasi dengan modalitas terapi lainnya.
4. Terapi endoskopi dilakukan untuk polip kolorektal, yaitu lesi mukosa kolorektal
yang menonjol ke dalam lumen. Metode yang digunakan untuk polipektomi
tergantung pada ukuran, bentuk dan tipe histolopatologinya. Polip dapat dibiopsi
terlebih dahulu untuk menentukan tindakan selanjutnya. Biopsi polip umumnya
dilakukan dengan mengambil 4-6 spesimen atau 8-10 spesimen untuk lesi yang
lebih besar.
5. Tatalaksana bedah dibedakan menjadi penatalaksanaan kanker kolon dan kanker
rektum.
Penatalaksanaan Kanker Kolon
Stadium Terapi
Stadium 0 - Eksisi lokal atau polipektomi sederhana
(TisN0M0 - Reseksi en-bloc segmental untuk lesi yang tidak memenuhi
) syarat eksisi lokal
Stadium I Wide surgical resection dengan anastomosis tanpa kemoterapi
(T1- adjuvan
2N0M0)
Stadium II - Wide surgical resection dengan anastomosis
(T3N0M0, - Terapi adjuvan setelah pembedahan pada pasien dengan
T4a-bN0 risiko tinggi
M0)
Stadium - Wide surgical resection dengan anastomosis
III - Terapi adjuvan setelah pembedahan
(T apapun
N1-2M0)
Stadium - Reseksi tumor primer pada kasus kanker kolorektal dengan
IV metastasis yang dapat direseksi
(T apapun, - Kemoterapi sistemik pada kasus kanker kolorektal dengan
N apapun metastasis yang tidak dapat direseksi dan tanpa gejala
M1)
Stadium 0 Terapi
Stadium I - Eksisi transanal (TEM) atau
- Reseksi transabdominal + pembedahan teknik TME bila
risiko tinggi, observasi
Stadium II - Kemoradioterapi neoadjuvan (5-FU/RT jangka pendek
A-IIIC atau capecitabine/RT jangka pendek),
- Reseksi transabdominal (AR atau APR) dengan teknik
TME dan terapi adjuvan (5-FU ± leucovorin atau
FOLFOX atau CapeOX)
Stadium III Neoadjuvan: 5-FU/RT atau Cape/RT atau5FU/Leuco/RT
C dan/ atau (RT: jangka panjang 25x), reseksi trans-abdominal + teknik
locally TME bila memungkinkan danAdjuvan pada T apapun (5-
unresectable FU ± leucovorin or FOLFOX or CapeOx)
Stadium IV - Kombinasi kemoterapi atau
A/B - Reseksi staged/synchronous lesi metastasis+ lesi rektum
(Metastasis atau 5-FU/RT pelvis.
dapat - Lakukan pengkajian ulang untuk menentukan stadium
direkresi) dan kemungkinan reseksi.
Stadium IV - Kombinasi kemoterapi atau 5-FU/pelvic RT.
A/B - Lakukan penilaian ulang untuk menentukan stadium dan
(Metastastis kemungkinan reseksi.
borderline
resectable)
Stadium IV - Bila simtomatik, terapi simtomatik: reseksi atau stoma
A/B atau kolon stenting.
(Metastasis - Lanjutkan dengan kemoterapi paliatif untuk kanker
synchronou lanjut.
s tidak dapat - Bila asimtomatik berikan terapi non-bedah lalu kaji ulang
direkresi untuk menentukan kemungkinan reseksi.
atau secara
medis tidak
dapat
dioperasi)
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
- Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh nyeri dibagian abdomen karena sudah melakukan
tindakan laparatomi juga kolostomi, jadi klien merasakan tidak nyaman
dengan kondisinya yang sekarang, lagi pula kalau klien ada tindakan
kolostomi maka klien akan sangat merasakan tidak nyaman karena bisa jadi
akibat anusnya di tutup maka klien BAB dan flatus di bagian abdomen. Klien
juga tidak bisa bergerak banyak dan susah untuk tidur, tubuh klien biasanya
terasa lemas dan letih, dan nafsu makan akan menurun.
- Riwayat kesehatan lalu
Biasanya pernah menderita polip kolon, radang kronik kolon dan kolotis
ulseratif yang tidak teratasi, ada infeksi dan obstruksi pada usus besar, dan
diet dan konsumsi diet tidak baik, tinggi protein, tinggi lemak, tinggi serat.
- Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya keluarga klien adanya riwayat kanker, diindetifikasi kanker yang
menyerang tubuh atau ca colon adalah turunan yang sifatnya dominan.
a. Pemeriksaan fisik
- Mata : Kunjungtiva anemis.
- Mulut : Mukosa mulut kering dan pucat, lidah pecahpecah dan berbau 3).
Leher : Distensi vena jugularis (JVP).
- Abdomen : Distensi abdomen, adanya teraba massa, penurunan bissing
usus dan kembung.
- Kulit : Tugor kulit jelek, kering, (dehidrasi dan malnutrisi).
b. Pengkajian fungsional
- Aktivitas dan Istirahat : biasanya kelemahan, kelelahan, malaise, cepat
lelah, merasa gelisah dan ansietas, tidak tiduran semalaman karena akibat
reaksi nyeri sudah pembedahan.
- Pernafasan : biasanya klien nafas pendek, dispnea (respon terhadap nyeri
yang dirasakan) yang ditandai dengan takipnea dan frekuensi menurun.
- Sirkulasi : biasanya takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses
imflamasi dan nyeri), ada perubahan pada tandatanda vital misalnya
tekanan darah meningkat, nadi takikardi, pernafasan cepat, suhu
meningkat.
- Intergritas ego : biasanya ansietas ketakutan, emosi kesal, missal :
perasaan tak berdaya /tak ada harapan.
- Eliminasi : biasanya fasesnya terlihat cair atau lunak karena dipasang
kolostomi di bagian area abdomen.
- Makan /cairan : biasanya mual dan muntah juga sering dirasakan oleh
klien setelah dilakukan operasi, maka dari itu akan 24 menimbulkan
penurunan berat badan pada klien tapi itu hanya pada awal-awal post
operasi tetapi lama kelamaan sudah terbiasa.
- Muskulosketal : biasnya klien mengalami penurunan kekuatan otot
akibat sudah insisi pembedahan itu hanya untuk sementara saja.
- Seksualitas : biasanya tidak bisa melakukan hubungan seksual/ fekuensi
menurun.
- Hubungan sosial : biasanya ketidak efektifan ber interaksi dan
besosialitas dengan masyarakat karena sakit.
2. Diagnosa Kep.
Diagnosa yang mungkin muncul menurut (PPNI, 2017):
Pre kemoterapi
a. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional Intra kemoterpi
Intra kemoterapi
a. Risiko Infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif
b. Risiko Gangguan integritas kulit ditandai dengan bahan kimia iritatif
Post kemoterapi
a. Nausea berhubungan dengan efek agen farmakologis
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek tindakan atau pengobatan
(misal. Pembedahan, kemoterapi dan radioterapi)
c. Risiko defisit nutrisi ditandai dengan ketidakmampuan menelan makanan
Terapeutik
1) Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
2) Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
3) Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis
4) Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh
Edukasi
1) Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
2) Latih fungsi tubuh yang dimiliki
3) Latih peningkatan penampilan diri
c. Resiko defisit nutrisi (D.0032) Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan nutrisi pasien meningkat
Kriteria hasil :
1) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
2) Kekuatan otot pengunyah meningkat
3) Kekuatan otot menelan meningkat
4) Frekuensi makan membaik
5) Nafsu makan membaik
Intervensi :
Observasi
1) Identfikasi status nutrisi
2) Identifikasi alergi atau intoleran makanan
3) Identifikasi makanan yang disukai
4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
Terapeutik
1) Fasilitasi menentukan pedoman diet
2) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
3) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
4) Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi
1) Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misal. Pereda nyeri,
antiemetik)
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
4. Evaluasi Kep.
Evaluasi adalah membandingkan secara sistematik dan terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan kenyataan yang
ada pada pasien, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan
psien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatan merupakan tahap
akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai (Dinarti & Yuli Muryanti,
2017). Evaluasi disusun menggunakan SOAP yaitu (Suprajitno dalam
Wardani, 2013):
S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh
keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang objektif.
A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN DATA
(Data da kasus 1-12)
Seorang pasien perempuan umur 55 tahun dirawat dengan keluhan :
- BAB campur darah 1 bulan SMRS
- Klien mengeluh sering mengalami susah BAB atau konsistensi feses yang terlalu padat
- Catatan medis pasien menderita adenokarsinoma rektosigmoid T4NxM1 1/3 distal.
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Hasil pemeriksaan pasien Hb 11,5 g/dl dan Ht 36%.
C. DATA FOKUS:
1. Data subyektif:
2. Data obyektif:
- Catatan medis pasien menderita adenokarsinoma rektosigmoid T4NxM1 1/3 distal.
Hasil pemeriksaan setelah post op kolostomi :
- kondisi stoma: pink kemerahan. Lembab, stoma menonjol ±0,5 cm, tidak terjadi
iritasi disekitar stoma
- luka pada kulit di pinggir stoma ±0,3 cm, pus (-), darah (-).
- Klien sedang mendapat terapi radiasi hari ke-20
- Pemeriksaan TD: 140/ 70 mmHg, nadi 80x/ menit, suhu: 37,5 oC, nafas: 16x/
Menit.
3. Data tambahan:
- Klien mengatakan takut untuk melihat perutnya karena berwarna merah segar
- Klien merasa cacat karena sudah tidak bisa BAB melalui anus
- Klien terlihat tidak mau melihat luka stoma di perutnya dan menutupinya dengan
selimut
- Klien terlihat enggan menyentuh luka stomanya
D. ANALISA DATA
No Data Problem Etiologi
1 DS : - Risiko infeksi Factor resiko kanker kolon
DO :
Port de entrée
Risiko Infeksi
Intervensi kemoterapi
Intra kemoterapi
Munculnya tanda-tanda
ekstravasasi
DO :
Intervensi kemoterapi
Efek obat
nausea
2. 04/01/2021 Resiko integritas Setelah dilakukan 1. Periksa stoma dan area kulit sekitar stoma
kulit tindakan keperawatan setiap mengganti kantong. Perhatikan iritasi,
2x24 jam diharapkan memar (gelap, warna kebiruan), dan ruam.
klien tidak mengalami
kerusakan integritas 2. Ukur stoma secara berkala. Setidaknya
kulit dengan kriteria setiap minggu selama 6 minggu pertama,
hasil : lalu sebulan sekali selama 6 bulan. Ukur
lebar dan panjang stoma.
1. Menjaga integritas
kulit di sekitar stoma. 3. Gunakan kantong transparan, anti bau,
dan dapat dialirkan.
2. Tidak adanya tanda
yang menunjukkan 4. Oleskan pelindung kulit yang sesuai —
kerusakan integritas wafer hidrokoloid, pelindung kulit untuk
kulit pemakaian lama, atau produk serupa.
S:
- Klien mengatakan tidak ada rasa
terbakar ataupun gatal disekitar kulitnya
- Klien dan keluarga mengatakan
mengerti cara penggantian kolostomi
yang tepat
25 Maret 11.00 1 S:
2021
- Klien mengatakan tidak pernah
mengalami demam
- Keluarga klien mengatakan
mengerti cara penggantian
kantong kolostomi Ns. Darma
O:
25 Maret 11.00 2 S:
2021
- Klien mengatakan kulitnya
normal tidak lembab dan tidak
kering
- Klen mengatakan ia selalu
mengaplikasikan pelembab Ns. Darma
O:
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
Sumber :
Fandi, Ahmad. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny.Y DENGAN POST
OPERASI LAPARATOMI DAN KOLOSTOMI ATAS INDIKASI CA COLON DIRUANGAN
RAWAT INAP BENDAH LANTAI 2 AMBUN SURI RSUD Dr.ACHMAD MOCHTAR
BUKITINGGI. STIKES Perintis Padang.
Hartati, Widya. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KEMOTERAPI DENGAN
CA COLON YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT. Poltekkes Samarinda.
Kemenkes, RI. PANDUAN PENATALAKSANAAN KANKER KOLOREKTAL.