Anda di halaman 1dari 11

Pengkajian Spiritual

dan Kultrural Pada


Klien Dengan
HIV/AIDS dan Long
1.
Term Care
Rica Regista Pratiwi
2. Rizkia Nur Aprilia
3. Swari Rachmi Rindani
4. Syifa Nur Hidayah
5. Syifa Rara Ratnaduhita
6. Tasya Veby Khairunnisa
7. Triana Nurul Rahma
8. Yahya Mujahid Al-Afghan
A. Aspek Spiritualitas
Dimensi spiritualitas adalah keharmonisan
yang ada dalam diri seseorang berkaitan
dengan pemahaman tetang dirinya sendiri,
hubungan dirinya dengan Tuhan, dan
hubungan dirinya dengan sesama serta
lingkungan.
B. Indikator Spiritualitas
Menurut Patricia Potter ada 7 aspek :
a. Keyakinan dan Makna Hidup
b. Autoritas dan pembimbing
c. Pengalaman dan emosi
d. Persahabatan dan komunitas
e. Ritual dan ibadat
f. Dorongan dan pertumbuhan
g. Panggilan dan konsekuensi
Menurut Ronaldson (2000) ada 3 aspek :
h. Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap
kesembuhan
i. Pandai mengambil hikmah
j. Ketabahan hati
ASPEK KULTURAL

Perubahan sosial dalam suatu masyarakat diawali oleh


tahapan perubahan nilai, norma, dan tradisi kehidupan
sehari-hari masyarakat yang bersangkutan, yang juga dapat
disebut dengan perubahan nilai sosial.

Perubahan nilai budaya ini disebabkan oleh tindakan


diskriminasi dari masyarakat umum terhadap penderita
HIV/AIDS, dan pengabaian nilai-nilai dari kebudayaan itu
sendiri
Gambaran Perubahan Aspek Kultural di
Masyarakat

Perilaku Seksual merupakan salah satu faktor utama tingginya penyebaran HIV/AIDS dari bidang
budaya. Misalnya seperti yang ditemukan pada beberapa budaya tradisional yang menganggap
perilaku seksual adalah hal yang biasa atau meluruskan jalan bagi perilaku seksual. Meskipun kini
tidak lagi nampak, budaya tersebut pernah berpengaruh kuat dalam kehidupan masyarakat.

Seperti budaya di salah satu daerah di provinsi Jawa Barat, kebanyakan orangtua
menganggap bila memiliki anak perempuan, dia adalah aset keluarga. Menurut mereka, jika anak
perempuan menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) di luar negeri akan meningkatkan penghasilan
keluarga. Dan bagi keluarga yang anak wanitanya menjadi PSK, sebagian warga wilayah Pantura
tersebut bisa menjadi orang kaya di kampungnya. Hal tersebut merupakan permasalahan
HIV/AIDS dalam aspek budaya, dan budaya adat seperti ini seharusnya dihapuskan.
Faktor Penyebab HIV Mudah Menyebar Di
Indonesia

■ Indonesia merupakan negara kepulauan dengan penduduk yang besar


dengan status pendidikan relatif rendah.
■ Perekonomiannya tumbuh dan selalu diikuti oleh urbanisasi kaum mudanya
ke perkotaan sehingga terpisah dari orang tua dan masyarakat asalnya.
■ Masyarakat banyak yang tergiring oleh arus konsumerisme sebagai akibat
iklan di media yang sangat gencar.
Dalam konteks ilmu-ilmu sosial / budaya sebenarnya satu-satunya cara
untuk mengurangi atau menganggulangi prevalensi HIV/AIDS adalah
dengan mengubah perilaku individu atau kelompok sasaran. Sebab
kebanyakan program-program preventif itu memfokuskan pada
pengetahuan, sikap dan perilaku beresiko. Disamping itu cara lain adalah
dengan mengubah persepsi-persepsi masyarakat yang kurang tepat
terhadap cara penularan, kekebalan, perilau penderita dan lain-lain.
Persepsi-persepsi masyarakat yang tidak benar mengenai penyakit AIDS
sering kali menimbulkan tindakan penyembuhan yang tidak benar. Hal ini
sering kali tercermin dari adanya orang-orang awam yang menganjurkan
olahraga, berdoa, dan lain-lain sebagai metode dalam penyembuhan
AIDS.
Cara Penanggulangan HIV/AIDS Dalam Konteks Sosial
Budaya

1. Mengubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat, bersih dan teratur sesuai
dengan norma-norma dan budaya yang ada.
2. Memberikan pengetahuan-pengetahuan tentang bahaya AIDS dengan
program penyuluhan yang intensif dan berkesinambungan dengan
menyertakan peran aktif masyarakat
3. Memberikan dukungan sosial yang efektif dan efisien terhadap penderita,
sehingga penderita bisa hidup wajar dan tidak terisolasi serta tidak berbuat
yang merugikan orang lain, keluarganya, masyarakatnya dan dirinya sendiri.
Lanjutan.......

Program ini dimulai sejak seseorang didiagnosis HIV dan setuju untuk didampingi oleh relawan
atau petugas lapangan (manager kasus) yang baisanya berasal dari lembaga swadaya masyarakat
(LSM). Kegiatan ini meliputi:
• Dukungan psikologis, spiritual, hukum dan HAM, serta dukungan sosio-ekonomi
KESIMPULAN

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sebuah retrovirus yang menginfeksi sel- sel
sistem imun, menghancurkan atau merusak dari infeksi HIV adalah aquirued immune
deficiency syndrome (AIDS) (WHO, 2013).

Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome


(disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena
rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV; atau infeksi virus-virus
lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain). Virusnya sendiri
bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah
kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap
infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat
memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa
disembuhkan.
Sumber
● Ardhiyanti, Y., Lusiana, N., Megasari, K. (2015). Bahan Ajar AIDS pada Asuhan Kebidanan. Yogyakarta:
Deepublish.

● Nursalam, N. (2011). Asuhan Keperawatan pada pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai