Anda di halaman 1dari 32

Darma Natashia

P2.73.20.2.18.009
Ners tk 3
Askep kmb klinik 3

Kasus 11. Pasien Perioperatif dengan Kasus Hernia


Seorang laki-laki berusia 55 tahun dirawat di ruang bedah WK RSUD Bekasi, karena
post operasi hernia umbilikalis hari ke 2. Pasien mengeluh nyeri pada area operasi dengan skala
nyeri 7 dan sakit saat bergerak. Hasil pemeriksaan fisik pada terdapat luka operasi pada perut
dengan ukuran 15 cm. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari dibantu perawat dan keluarga. Pasien
belum berani melakukan aktivitas karena nyeri pada area operasi.
Pemeriksaan TD: 150/ 90 mmHg, nadi 84x/ menit, suhu: 38,5 C, nafas: 18x/ Menit.
Terpasang infus Nacl 8 jam/ kolf ditangan kiri. Pasien mendapat terapi analgetik, antibiotik.
Hasil USG pasien mengalami Hernia umbilikalis.
Pemenuhan kebutuhan sehari-hari dibantu perawat dan keluarga.Pasien terpasang infus RL 8
jam/kolf ditangan kiri. Pasien mendapat antibiotic dan analgetik IV
LAPORAN PENDAHULUAN

Askep dengan gangguan Pasien Perioperatif dengan Kasus Hernia

A. Definisi Kasus ( Berdasarkan Capaian Pembelajaran )


Hernia merupakan protusi yang abnormal dari organ melalui suatu struktur yang
normalnya berisi organ tersebut. Hernia seringnya terjadi pada rongga abdomen ketika
suatu bagian dari usus mengalami protrusi akibat kelemahan otot-otot abdomen
kongenital atau dapatan. Hernia dapat terjadi pada usia berapa saja dan pada kedua jenis
kelamin.
B. Etiologi
Hernia terjadi jika ada gangguan integritas dari otot-otot dinding abdomen dan disertai
peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan otot kongenital merupakan salah satu
faktor risiko, dan juga faktor-faktor lain yang meningkatkan tekanan intra abdomen.
Kelemahan otot tidak dapat dicegah, tetapi ada latihan yang dapat dilakukan untuk
memperkuat otot yang lemah. Obesitas merupakan salah satu penyebab tekanan intra
abdomen, maka kontrol berat badan dapat membantu mengurangi risiko. Hindari
mengangkat benda berat dan mengejan, yang mana dapat meningkatkan tekanan intra
abdomen.

C. Klasifikasi
1. Hernia inguinal dibagi menjadi :
a. Hernia Hiatal
Hernia yang kondisinya dimana kerongkongan (pipa tenggorokan) turun melewati
diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut menonjol ke
dada (thorak).
b. Hernia Epigastrik
Hernia ini terjadi di antara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis tengah
perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jarang yang
berisi usus. Terbentuk dibagian dinding perut yang relatif lemah, hernia ini
menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat di dorong kembali ke dalam perut ketika
pertama kali ditemukan.
c. Hernia Umbilikal
Hernia ini berkembang di dalam dan sekitar umbilikus (pusar) yang disebabkan
bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum kelahiran, tidak
menutup kelahiran, tidak menutup sepenuhnya. Orang Jawa sering menyebutnya
“wudel bodong”, jika kecil (kurang dari satu sentimeter), hernia jenis ini biasanya
menutup secara bertahap sebelum 2 tahun.
d. Hernia Inguinalis
Hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan diselangkangan
atau skrotum. Orang awam biasanya menyebut “turun bero” atau “hernia”. Hernia
inguinalis terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos
kebawah melalui celah. Jika anda merasa ada benjolan dibawah perut yang
lembut, kecil, dan mungkin sedikit nyeri dan bengkak. Anda mungkin terkena
hernia ini. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan.
e. Hernia Femoralis
Hernia ini muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini lebih sering terjadi
pada wanita dibandingkan pada laki-laki.
f. Hernia Insisional
Hernia ini dapat terjadi melalui pasca operasi perut. Hernia ini muncul sebagai
tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak menutup
sepenuhnya.
g. Hernia Nukleus Pulposi (HNP)
Hernia yang melibatkan cakram tulang belakang. Diantara setiap tulang belakang
ada diskus intertebralis yang menyerap goncangan cakram dan meningkatkan
elastisitas dan mobilitas tulang belakang, karena aktivitas dan usia terjadi herniasi
diskus intervertebralis yang menyebabkan saraf terjepit (sciatica). HNP umumnya
terjadi dipunggung bawah pada tiga vertebra lumbar
bawah.
2. Hernia berdasarkan terjadinya
a. Hernia Kongenital (Bawaan)
Hernia kongenital terjadi pada pertumbuhan janin usia lebih dari tiga minggu
testis yang mula-mula terletak diatas mengalami penurunan (desensus) menuju ke
skrotum. Pada waktu testis turun melewati inguinal sampai skrotum prosesus
vaginalis peritoneal yang terbuka dan berhubungan dengan rongga peritoneum
mengalami obliterasi dan setelah testis sampai pada skrotum, prosesus vaginalis
peritoneal seluruhnya tertutup (obliterasi).Bila ada gangguan obliterasi maka
seluruh prosesus vaginalisperitoneal terbuka, terjadilah hernia inguinalis lateralis.
b. Hernia Akuisitas (Didapat)
Hernia yang terjadi setelah dewasa atau pada usia lanjut. Disebabkan karena
adanya tekanan intraabdominal yang meningkat dan dalam waktu yang lama,
misalnya batuk kronis, konstipasi kronis, gangguan proses kencing (hipertropi
prostat, striktur uretra), asites, dan sebagainya.
3. Hernia menurut sifatnya
a. Hernia Reponible/ Reducible
Bila isi hernia dapat keluar masuk, usus keluar jika berdiri atau mengejan dan
masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau
gejala obstruksi usus.
b. Hernia Irreponible
Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan kedalam rongga karena
perlengketan isi kantong pada peritoneum kantong hernia, tidak ada keluhan nyeri
atau tanda sumbatan usus, hernia ini disebut juga hernia akreta.
c. Hernia Strangulate/Inkaserata
Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, isi kantong terperangkap, tidak dapat
kembali kedalam rongga perut disertai akibat yang berupa gangguan pasase
atau vaskularisasi.
C. Pathofisiologi Klinik (sesuai kasus)

Faktor pencetus :
Aktivitas berat, bayi premature, kelemahan dinding Hernia
abdominal, Intraabdominal tinggi, adanya tekanan

Hernia umbilikus Hernia para Hernia Hernia Heatus


kongenital Umbilikus Inguinalis insisional Hernia

Masuknya omentum Kantung hernia Kantung hernia kantung herna Kantunhernia


Organ intestinal ke melewati dinding memasuki memasuki memasuki
Kantong umbilikal abdomen celah inguinal celah bekas rongga thorak
insisi
Gangg, Suplai darah prostitusi dinding posterior
Ke Intestinal hilang timbul celah inguinal
Yang lemah
Nekrosis intestinal ketidaknyamanan
Abdominal benjolan pada
Region inguinal

Intervensi bedah Diatas ligamentum


Relatif/konservatif inguinal mengecil
Bila berbaring
Pembedahan

Insisi bedah asupan gizi kurang Mual

Resti Resti Terputusnya peristaltik usus nafsu makan menurun


infeksi Perdarahan jaringan menurun
Syaraf

intake makanan inadekuat


Nyeri akut Ggn. Eliminasi

Ketidakseimbangan nutrisi
Rasa tidak nyaman kurang dari kebutuhan
tubuh
Tidak mampu Ggn. Mobilitas
melakukan aktivitas Fisik

Intoleransi aktivitas

Perlambatan pemulihan pasca bedah

Ref :
Nanda, 2015
D. Tanda dan gejala kasus (Penyakit)
1. Berupa benjolan keluar masuk/keras dan yang tersering tampak benjolan di lipat
paha.
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai mual.
3. Terdapat gejala mual muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.
4. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata rasa sakit akan bertambah hebat serta kulit di
atasnya menjadi merah dan panas.
5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah)
disamping benjolan di bawah sela paha.
6. Hernia diafagmatika menimbulkan rasa sakit di daerah perut disertai sesak nafas.
7. Bila mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.

E. Komplikasi Asuhan Keperawatan (sesuai kasus)


1. Hernia berulang
2. Obstruksi usus parsial atau total
3. Luka pada usus
4. Gangguan suplai darah ke testis jika klien laki-laki
5. Perdarahan yang berlebih
6. Infeksi luka bedah
7. Fistel urin dan feses

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X abdomen : menunjukkan keabnormalan kadar gas dalam usus/obstruksi usus.
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidakseimbangan
elektrolit.
3. Pemeriksaan urin : munculnya sel darah merah atau bakteri yang akan dapat
mengidentifikasikan infeksi.
4. EKG (Elektrokardiografi) penemuan akan sesuatu yang tidak normal memberikan
prioritas perhatian untuk memberikan anestesi.
G. Penatalaksanaan Medik
1. Konservatif
a. a. Reposisi
Tindakan memasukan kembali isi hernia ketempatnya semula kedalam cavum
peritoni atau abdomen. Reposisi dilakukan secara bimanual. Reposisi dilakukan
pada pasien dengan hernia reponibilis dengan cara memakai dua tangan.
b. Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol atau kinin di daerah
sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia mengalami sclerosis atau
penyempitan sehingga isi hernia keluar dari cavum peritoni.
c. Pemakaian penyangga/ sabuk hernia
Hernia yang tidak mengalami strangulasi atau inkarserasi dapat direduksi secara
mekanis. Sebuah peyangga (truss), sebuah bantalan ketat yang dieratkan oleh
sabuk dapat diguanakan untuk menjaga hernia tetap tereduksi. Bantalan tersebut
diletakkan di atas hernia, setelah hernia direduksi dan dibiarkan di lokasi tersebut
untuk mencegah hernia kembali terjadi. Pasien diajarkan memakai penyangga
setiap hari sebelum bangun dari tempat tidur. Diberikan pada pasien yang hernia
masih kecil dan menolak dilakukan operasi.
2. Operatif
Operasi merupakan tindakan paling baik dan dapat dilakukan pada :
a. Hernia reponibilis
b. Hernia irreponibilis
c. Hernia strangulasi
d. Hernia incarserata
Operasi hernia dilakukan dalam 3 tahap :
a. Herniatomy : membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan
isi hernia ke cavum abdominalis.
b. Hernioraphy : dimulai dari mengikat suatu leher hernia dan akan
menggantungkannya pada kantong conjoint tendon (penebalan antara tepi
bebas m.obliquus intra-abdominalis dan m.transversus abdominalis yang
berinsersio di tuberculum pubicum).
c. Hernioplasti : pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
3. Aktivitas dan diet
Hindari mengangkat barang yang berat sebelum atau sesudah pembedahan. Tidak ada
diet khusus, tetapi setelah operasi diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi
lagi, kemudian makan dengan gizi seimbang. Tingkatkan masukan serat dan tinggi
cairan untuk mencegah sembelit dan mengejan selama buang air besar.Hindari kopi,
teh, coklat, minuman berkarbonasi, minuman beralkohol, dan setiap makanan atau
bumbu yang memperburuk gejala.

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat penyakit
Didapatkan keluhan nyeri hebat pada abdominal bawah,dan nyeri di daerah
sekitarpaha dalam maupun testis,keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah,
anoreksia,serta kelelahan pasca nyeri sering di dapatkan.
Pada riwayat penyakit dahulu yang penting untuk di kaji antara lain
penyakitsistemik, seperti DM, hipertensi,tuberculosis, dipertimbangkan sebagai
sarana pengkajian preoperatif serta dengan aktivitas (khususnya pekerjaan) yang
mengangkat beban berat juga mempunyai risiko terjadi hernia.
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
Klien post op hernia mencapai kesadaran penuh setelah beberapa jam kembali
dari meja operasi, penampilan menunjukkan keadaan sakit ringan sampai
berat tergantung pada periode akut rasa nyeri.
2) Sistem Pernapasan
Klien post op hernia akan mengalami penurunan atau peningkatan frekuensi
napas (takipneu) serta pernapasan dangkal, sesuai rentang yang dapat
ditoleransi oleh klien.
3) Sistem Kardiovaskuler
Umumnya klien mengalami takikardi (sebagai respon terhadap stres dan
hipovolemia), mengalami hipertensi (sebagai respon terhadap nyeri), hipotensi
(kelemahan dan tirah baring). Pengisian kapiler biasanya normal, dikaji pula
keadaan konjungtiva, adanya sianosis dan, auskultasi bunyi jantung.
4) Sistem Pencernaan
Saat di inspeksi akan tampak adanya luka operasi di abdomen kanan bawah
bekas sayatan operasi dan juga nyeri pada luka operasi. Pada saat auskultasi
terjadi penurunan bising usus.
5) Sistem Perkemihan
Awal post operasi klien akan mengalami penurunan jumlah output urine, hal
ini terjadi karena adanya pembatasan intak oral selama periode awal post
appendiktomi. Output urine akan berangsur normal seiring dengan
peningkatan intake oral.
6) Sistem Muskuloskeletal
Secara umum, klien dapat mengalami kelemahan karena tirah baring post
operasi dan kekakuan. Kekuatan otot berangsur membaik seiring dengan
peningkatan toleransi aktivitas.
7) Sistem Integumen
Akan tampak adanya luka operasi di abdomen kanan bawah karena insisi
bedah disertai kemerahan (biasanya pada awitan awal). Turgor kulit akan
membaik seiring dengan peningkatan intake oral.
8) Sistem Persarafan
Pengkajian fungsi persarafan meliputi : tingkat kesadaran, saraf kranial dan
refleks.
9) Sistem Pendengaran
Pengkajian yang dilakukan meliputi : bentuk dan kesimetrisan telinga, ada
tidaknya peradangan dan fungsi pendengaran.
10) Sistem Endokrin
Perlu dikaji keadekuatan fungsi endrokin (thyroid dan lain–lain).
c. Pemeriksaan penunjang

1. USG abdomen.
2. Hitungan darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit, peningkatan sel darah putih
dan ketidakseimbangan elektrolit pada hernia.

3. Sinar X abdomen dapat menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus atau
obstruksi usus.
2. Diagnosa Kep.

1. Nyeri berhubungan dengan adanya luka pembedahan, gangguan pada kulit,


jaringan, dan integritas otot.

2. Risiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan.


3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal dan
kelemahan anggota gerak.
3. Intervensi Kep.
Intervensi keperawatan adalah segala bentuk treatment yang dikerjakan oleh perawat
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai tujuan luaran yang
diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Diagnosa berdasarkan SIKI adalah :
a. Nyeri berhubungan dengan adanya luka pembedahan, gangguan pada kulit,
jaringan dan integritas otot.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 diharapkan nyeri dapat menurun
Kriteria hasil :
- Klien tampak rileks
- Klien mengatakan nyerinya berkurang
- Skala nyeri 0-2
Intervensi
1) Kaji skala lokasi, durasi, intensitas dan karakteristik nyeri
Rasional: Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan
penyembuhan luka

2) Kaji tanda-tanda vital


Rasional: Adanya rasa nyeri kemungkinan klien akan mengalami penurunan
tekanan darah.

3) Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam seperti semifowler, miring


Rasional: Perubahan posisi mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan
sirkulasi

4) Ajarkan penggunaan teknik relaksasi misalnya relaksasi nafas dalam,


bimbingan imajinasi
Rasional: Melepaskan tegangan emosional dan otot, meningkatkan perasaan
kontrol yang mungkin dapat meningkatkan kemampuan koping.

5) Berikan perawatan oral reguler


Rasional: Mengurangi ketidaknyamanan yang dihubungkan dengan
membran mukosa dan mulut

6) Observasi efek analgesik


Rasional: Respirasi mungkin menurun pada pemberian narkotik

7) Berikan obat sesuai indikasi, analgesik


Rasional: Menimbulkan penghilangan rasa sakit yang lebih efektif
b. Risiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan tidak
terjadi infeksi pada insisi pembedahan
Kriteria hasil :
- Mencapai pemulihan luka tepat pada waktunya
- Luka insisi bebas dari tanda-tanda infeksi
Intervensi
1) Pantau tanda-tanda vital
Rasional: Demam dapat mengindikasikan terjadinya infeksi

2) Lakukan pencucian tangan sebelum dansesudah kontak dengan klien


Rasional: Mengurangi risiko terjadinya kontaminasi mikro-organisme

3) Kaji insisi dan balutan luka, penyatuan luka, karakteristik drainase,


adanya tanda-tanda infeksi pada luka.
Rasional: Memberikan deteksi dini adanya infeksi dan memberikan
pengawasan penyembuhan luka

4) Lakukan perawatan luka dengan teknik steril


Rasional: Mencegah terjadinya infeksi, dan mengurangi kontaminasi
mikroorganisme

5) Berikan antibiotik sesuai indikasi


Rasional: Menurunkan penyebaran dan pertumbuhan mikroorganisme
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
hambatan mobilitas fisik menurun
Kriteria hasil :
- Klien menunjukan tindakan untuk meningkatkan aktivitas.
- Klien tidak nyeri pada saat aktivitas.
- Klien berpartisipasi dalam program latihan.
- Klien mencapai keseimbangan saat duduk
Intervensi
1) Berikan posisi yang benar.
Rasional: pemberian posisi yang benar penting untuk mencegah
kontrkatur, merendakan tekanan, mencegah neuropati.
2) Bantu klien dalam melakukan aktifitas progresif.
Rasional: keterbatasan aktifitas tergantung pada kondisi yang khusus tapi
biasanya berkembang dengan pesat.
3) Anjurkan klien untuk banyak istirahat.
Rasional: mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan dan energi
terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya karena terlalu
banyak melakukan aktivitas yang tidak perlu dapat menguras energi.
4) Ubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan nafas dalam.
Rasional: mencegah dan menurunkan insiden komplikasi dan mengurangi
rasa nyeri karena komplikasi dapat terjadi karena kurangnya penanganan.
5) Kolaborasi pemberian pengobatan nyeri sebelum aktivitas.
Rasional: mengurangi rasa nyeri pada klien
4. Implementasi Kep.
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai
setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter& Perry, 2010).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses
pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan
kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017).
5. Evaluasi Kep.
Tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk menilai hasil akhir dari
semua tindakan keperawatan yang sudah diberikan dengan metode SOAP.
ASUHAN KEPERAWATAN

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


Perioperatif dengan Kasus Hernia

Kasus 11. Pasien Perioperatif dengan Kasus Hernia


Seorang laki-laki berusia 55 tahun dirawat di ruang bedah WK RSUD Bekasi, karena
post operasi hernia umbilikalis hari ke 2. Pasien mengeluh nyeri pada area operasi dengan skala
nyeri 7 dan sakit saat bergerak. Hasil pemeriksaan fisik pada terdapat luka operasi pada perut
dengan ukuran 15 cm. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari dibantu perawat dan keluarga. Pasien
belum berani melakukan aktivitas karena nyeri pada area operasi.
Pemeriksaan TD: 150/ 90 mmHg, nadi 84x/ menit, suhu: 38,5 C, nafas: 18x/ Menit.
Terpasang infus Nacl 8 jam/ kolf ditangan kiri. Pasien mendapat terapi analgetik, antibiotik.
Hasil USG pasien mengalami Hernia umbilikalis. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari dibantu
perawat dan keluarga. Pasien terpasang infus RL 8 jam/kolf ditangan kiri. Pasien mendapat
antibiotic dan analgetik IV

A. PENGKAJIAN DATA
1. Nama : Tn. G
2. Umur : 55tahun
3. Keluhan utama :
Nyeri pada area operasi dengan skala nyeri 7 dan sakit saat bergerak.
4. Riwayat penyakit :
Post operasi hernia umbilikalis hari ke 2
5. Pemeriksaan fisik :
- Terdapat luka operasi pada perut dengan ukuran 15 cm.
- Pemenuhan kebutuhan sehari-hari dibantu perawat dan keluarga.
- Pasien belum berani melakukan aktivitas karena nyeri pada area operasi.
- Hasil TTV : TD: 150/ 90 mmHg, nadi 84x/ menit, suhu: 38,5 C, nafas: 18x/ Menit.
6. Pemeriksaan penunjang :
- Hasil USG pasien mengalami Hernia umbilikalis.
7. Pemberian terapi :
- Terpasang infus Nacl 8 jam/ kolf ditangan kiri.
- Pasien mendapat terapi analgetik, antibiotik.
- Pemenuhan kebutuhan sehari-hari dibantu perawat dan keluarga.
- Pasien terpasang infus RL 8 jam/kolf ditangan kiri.
- Pasien mendapat antibiotic dan analgetik IV

B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Hasil USG pasien mengalami Hernia umbilikalis.

C. DATA FOKUS:
1. Data subyektif:
- Pasien mengeluh nyeri pada area operasi dengan skala nyeri 7 dan sakit saat
bergerak.
- Pasien mengatakan belum berani melakukan aktivitas karena nyeri pada area operasi.

2. Data obyektif:
- Hasil pemeriksaan fisik pada terdapat luka operasi pada perut dengan ukuran 15 cm.
- Pemeriksaan TD: 150/ 90 mmHg, nadi 84x/ menit, suhu: 38,5 C, nafas: 18x/ Menit.
- Terpasang infus Nacl 8 jam/ kolf ditangan kiri.
- Pasien mendapat terapi analgetik, antibiotik.
- Hasil USG pasien mengalami Hernia umbilikalis.
- Pemenuhan kebutuhan sehari-hari dibantu perawat dan keluarga.
- Pasien terpasang infus RL 8 jam/kolf ditangan kiri.
- Pasien mendapat antibiotic dan analgetik IV

D. ANALISA DATA
No Data Problem Etiologi
1. DS : Nyeri akut Hernia pada umbilikalis

- Pasien mengeluh nyeri pada area


operasi dengan skala nyeri 7 dan Kantung hernia melewati
sakit saat bergerak. dinding abdomen
- Pasien mengatakan belum berani
melakukan aktivitas karena nyeri Prostusi hilang timbul
pada area operasi.

DO : Ketidaknyamanan abdominal

- Hasil pengkajian nyeri :


P : saat berjalan Intervensi bedah
relative/conservative
Q : nyeri berat
R : area luka operasi
Insisi bedah
S : skala 7
T:-
- Pasien mendapat terapi analgetik, Terputusnya jaringan syaraf
antibiotik.
- Hasil USG pasien mengalami Hernia Nyeri akut
umbilikalis.
- Pasien mendapat antibiotic dan
analgetik IV

2. DS : Perlambatan Hernia pada umbilikalis


pemulihan pasca
- Pasien mengeluh sakit saat bergerak.
operasi Kantung hernia melewati
DO : dinding abdomen

- Pemenuhan kebutuhan sehari-hari


dibantu perawat dan keluarga. Prostusi hilang timbul
-

Ketidaknyamanan abdominal

Intervensi bedah
relative/conservative
Insisi bedah

Terputusnya jaringan syaraf

Nyeri akut

Gangguan mobilitas fisik


Sumber : NANDA NIC
NOC, 2015
3. DS : Resiko infeksi Hernia pada umbilikalis

- Pasien mengeluh nyeri pada area


operasi dengan skala nyeri 7 dan Kantung hernia melewati
dinding abdomen
sakit saat bergerak.

DO : Prostusi hilang timbul


- Hasil pemeriksaan fisik pada
terdapat luka operasi pada perut Ketidaknyamanan abdominal
dengan ukuran 15 cm.

Pasien mendapat antibiotic Intervensi bedah


relative/conservative

Insisi bedah

Resiko Infeksi
Sumber : NANDA NIC
NOC, 2015

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN (SESUAI YANG ANDA TEMUKAN PADA KASUS)


1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
2. Perlambatan pemulihan pasca bedah b.d ganggguan mobilitas
3. Resiko infeksi

E. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (INTERVENSI)


Nama Klien: Tn. G No. Register: 250321 Dx. Medis: Hernia umbilikus

Diagnosa Tujuan & Kriteria


Rencana Tindakan/Intervensi
No Tanggal Keperawata Hasil
(Cantumkan tgl dan jam)
n (SMART)
1. 17/08/202 Nyeri akut Setelah di lakukannya 1. Identifikasi nyeri klien secara
0 b.d agen tindakan keperawatan menyeluruh. Evaluasi nyeri secara
pencedera selama 3 x 24 jam sering pada fase pasca operasi segera
fisiologis diharapkan nyeri klien dan secara teratur, mencatat
teratasi dengan kriteria karakteristik, lokasi, dan skala.
hasil :
2. Berikan informasi tentang sifat
- Klien melaporkan ketidaknyamanan sementara pasca
sudah tidak mengalami operasi, sesuai dengan operasi yang
nyeri telah dilakukan.
- Skala nyeri klien 3. Ajarkan teknik meredakan nyeri
berkurang 3-4 skala non farmakologis (spt. Tens, hypnosis,
akupresur, terapi music, terapi pijat,
- Kliien melaporkan telah
kompres hangat/dingin, terapi
berani menggerakkan
bermain)
tubuhnya karena
nyerinya telah hilang 4. Fasilitasi istirahat dan tidur.
5. Kolaborasikan pemberian analgetik
sesuai indikasi
2. 17/08/202 Perlambatan Setelah di lakukannya 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas
0 pemulihan tindakan keperawatan perawatan diri
pasca bedah selama 3 x 24 jam
2. Monitor tingkat kemandirian
diharapkan klien
mengalami percepatan 3. Sediakan lingkungan terapeutik
pemulihan pasca bedah
4. Fasilitasi dan dampingi kemandirian
dengan kriteria hasil :
perawatan diri
- Klien melaporkan
5. Identifikasi status nutriisi, alergi,
sudah tidak sakit saat
dan makanan yang disukai
bergerak
6. Kolaborasi pemberian makanan
-Klien dapat melakukan
dengan ahli gizi
perawatan diri secara
mandiri 7. Kolaborasikan pemberian cairan
sesuai indikasi
- Klien mampu
melakukan gerakan
3. 17/08/202 Resiko Setelah di lakukannya 1. Identifikasi tanda – tanda terjadinya
0 infeksi tindakan keperawatan infeksi.
selama 3 x 24 jam
2. Monitor TTV dan pertahankan suhu
diharapkan klien tidak
normal lingkungan klien.
mengalami infeksi
dengan kriteria hasil : 3. Cuci tangan sebelum dan setelah
melakukan tindakan.
- Klien tidak
menunjukkan adanya 4. Berikan perawatan luka dengan
tanda tanda infeksi teknik aseptik secara tepat.
- Klien tidak mengalami 5. Kolaborasikan pemberian antibiotik.
demam
- tidak ada bengkak
- suhu kliien dalam
rentang normal

F. CATATAN KEPERAWATAN (IMPLEMENTASI)


Tindakan Keperawatan & Nama & TTD
Tanggal Jam No Dx.
Respon/Hasil Perawat
17/08/202 08:00 1,2,3 1. Mencuci tangan sebelum dan setelah
0 melakukan tindakan.
2. Memonitor TTV
3. Mengidentifikasi nyeri klien secara
menyeluruh. Evaluasi nyeri secara sering
pada fase pasca operasi segera dan secara Ns. Darma
teratur, mencatat karakteristik, lokasi, dan
skala.
4. Mengidentifikasi tanda – tanda
terjadinya infeksi.
5. Mengidentifikasi status nutrisi, alergi,
dan makanan yang disukai
6. Memonitor tingkat kemandirian
7. Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas
perawatan diri
8. Menyediakan lingkungan terapeutik
9. Memfasilitasi dan dampingi
kemandirian perawatan diri
10. Memberikan informasi tentang sifat
ketidaknyamanan sementara pasca
operasi, sesuai dengan operasi yang telah
dilakukan.
11. Memfasilitasi istirahat dan tidur.
12. Berkolaborasikan pemberian cairan
sesuai indikasi
S:
- Pasien mengeluh nyeri pada area
operasi dengan skala nyeri 7 dan sakit
saat bergerak.
- Pasien mengatakan belum berani
melakukan aktivitas karena nyeri pada
area operasi.
- Klien mengatakan menyukai makanan
yang asin
- Klien mengatakan tidak mempunyai
kebiasaan perawatan diri yang khusus
- Klien mengatakan memahami atas
informasi ketidaknyamanan yang
diberikan

O:
- Pemeriksaan TD: 150/ 90 mmHg, nadi
84x/ menit, suhu: 38,5 C, nafas: 18x/
Menit.
- Tidak tampak tanda – tanda terjadinya
infeksi
- Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
dibantu perawat dan keluarga.
- Hasil pengkajian nyeri :
P : saat berjalan
Q : nyeri berat
R : area luka operasi
S : skala 7
T:-
- Klien tampak meringis
09:00 1,2,3 1. Berkolaborasi pemberian nutrisi
dengan ahli gizi
2. Kolaborasikan pemberian analgetik
sesuai indikasi
3. Kolaborasikan pemberian antibiotik.
Ns. Darma
S:
- klien mengatakan makanannya kurang
rasa
O:
-klien menghabiskan 1 porsi makanannya
11:00 1,3 1. Mencuci tangan sebelum dan setelah
melakukan tindakan.
2. Memberikan perawatan luka dengan
teknik aseptik secara tepat.
3. Mengidentifikasi tanda – tanda
terjadinya infeksi. Ns. Darma

4. Mengajarkan teknik meredakan nyeri


non farmakologis (spt. Tens, hypnosis,
akupresur, terapi music, terapi pijat,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
S:
- Klien mengatakan memahami teknik
relaksasi dan hipnosis 5 jari
- klien mngatakan akan sering melakukan
teknik tersebut apabila nyerinya muncul
O:
-tidak tampak adanya tanda – tanda
infeksi
-klien tampak memahami teknik non
farmakologis untuk mengurangi nyeri
yang diajarkan
13:00 1,2,3 1. Memonitor TTV
2. Berkolaborasi pemberian nutrisi
dengan ahli gizi
3. Berkolaborasikan pemberian analgetik
sesuai indikasi
Ns. Darma
4. Berkolaborasikan pemberian antibiotik.
S:
- klien mengatakan makanannya enak
O:
-Hasil TTV :
TD: 150/ 90 mmHg, nadi 85x/ menit,
suhu: 38 C, nafas: 19x/ Menit.
-klien menghabiskan 1 porsi makanannya
-klien tidak tampak kehilangan nafsu
makannya
18/08/202 09:00 1,2,3 1. Memonitor TTV
0
2. Mencuci tangan sebelum dan setelah
melakukan tindakan.
3. Mengidentifikasi nyeri klien secara
menyeluruh. Evaluasi nyeri secara sering
pada fase pasca operasi segera dan secara Ns. Darma
teratur, mencatat karakteristik, lokasi, dan
skala.
4. Memfasilitasi dan dampingi
kemandirian perawatan diri
5. Berkolaborasi pemberian nutrisi
dengan ahli gizi
6. Berkolaborasikan pemberian analgetik
sesuai indikasi
7. Berkolaborasikan pemberian antibiotik.
S:
-klien mengatakan skala nyeri telah
berkurang menjadi 5
-klien mengatakan badannya merasa
enakan karena telah dibantu dibersihkan
-klien mengatakan makanannya enak
O:
-meringis klien tampak berkurang
-kien menghabiskan 1 porsi makanannya
-Hasil TTV :
TD: 140/ 90 mmHg, nadi 88x/ menit,
suhu: 37,8 C, nafas: 20x/ Menit.
11:00 1,3 1. Mencuci tangan sebelum dan setelah
melakukan tindakan.
2. Memberikan perawatan luka dengan
teknik aseptik secara tepat.
3. Mengidentifikasi tanda – tanda
terjadinya infeksi. Ns. Darma

4. Mengajarkan teknik meredakan nyeri


non farmakologis (spt. Tens, hypnosis,
akupresur, terapi music, terapi pijat,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
S:-
O:
-tidak tampak adanya tanda – tanda
infeksi
13:00 1,3 1. Memonitor TTV
2. Berkolaborasi pemberian nutrisi
dengan ahli gizi
3. Berkolaborasikan pemberian analgetik
sesuai indikasi
Ns. Darma
4. Berkolaborasikan pemberian antibiotik.
S:
- klien mengatakan makanannya enak
O:
-Hasil TTV :
TD: 140/ 90 mmHg, nadi 85x/ menit,
suhu: 37,6 C, nafas: 20x/ Menit.
-klien menghabiskan 1 porsi makanannya
-klien tidak tampak kehilangan nafsu
makannya
19/08/202 09:00 1,2,3 1. Memonitor TTV
0
2. Mencuci tangan sebelum dan setelah
melakukan tindakan.
3. Mengidentifikasi nyeri klien secara
menyeluruh. Evaluasi nyeri secara sering
pada fase pasca operasi segera dan secara Ns. Darma
teratur, mencatat karakteristik, lokasi, dan
skala.
4. Memfasilitasi dan dampingi
kemandirian perawatan diri
5. Berkolaborasi pemberian nutrisi
dengan ahli gizi
6. Berkolaborasikan pemberian analgetik
sesuai indikasi
7. Berkolaborasikan pemberian antibiotik.
S:
-klien mengatakan skala nyeri telah
berkurang menjadi 3
-klien mengatakan sudah bisa bergerak
dan tidak nyeri
-klien mengatakan sudah tidak perlu
dibantu membersihkan diri
O:
-klien tampak mampu menggerakkkan
badannya dan tidak tampak meringis
-kien menghabiskan 1 porsi makanannya
-Hasil TTV :
TD: 130/ 90 mmHg, nadi 90x/ menit,
suhu: 37,5 C, nafas: 19x/ Menit
11:00 1,3 1. Mencuci tangan sebelum dan setelah
melakukan tindakan.
2. Memberikan perawatan luka dengan
teknik aseptik secara tepat.
3. Mengidentifikasi tanda – tanda
terjadinya infeksi. Ns. Darma

4. Mengajarkan teknik meredakan nyeri


non farmakologis (spt. Tens, hypnosis,
akupresur, terapi music, terapi pijat,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
S:-
O:
-tidak tampak adanya tanda – tanda
infeksi
-luka tampak sehat
13:00 1,2 1. Memonitor TTV
2. Berkolaborasi pemberian nutrisi
dengan ahli gizi
3. Berkolaborasikan pemberian analgetik
sesuai indikasi
Ns. Darma
4. Berkolaborasikan pemberian antibiotik.
S:
- klien mengatakan makanannya enak
O:
-Hasil TTV :
TD: 130/ 80 mmHg, nadi 85x/ menit,
suhu: 36,8 C, nafas: 19x/ Menit.
-klien menghabiskan 1 porsi makanannya
-klien tidak tampak kehilangan nafsu
makannya
G. CATATAN PERKEMBANGAN (EVALUASI) (Dibuat setiap hari, dimulai di hari ke-2)

Tanggal Jam No Dx Perkembangan Klien (SOAP) Nama & TTD


Perawat
19/08/2020 15:00 1 S:
- klien mengatakan skala nyeri telah
berkurang menjadi 3
-klien mengatakan sudah bisa
menggerakkan tubuhnya dan tidak
nyeri Ns. Darma

O:
- klien sudah tidak tampak meringis
- hasil pengkajian nyeri :
P : Hanya saat bila luka operasi di
tekan
Q : nyeri ringan
R : area luka operasi
S : skala 3
T : hanya sesekali saja

A:
Masalah teratasi

P:
Intervensi dihentikan
15:00 2 S:
- klien mengatakan sudah bisa
menggerakkan tubuhnya dan tidak
nyeri
- klien mengatakan sudah bisa
membersihkan badannya sendiri Ns. Darma

O:
- klien tampak dapat menggerakkan
badannya dan tidak tampak meringis

A:
Masalah teratasi

P:
Intervensi dihentikan
15:00 3 S:
- klien mengatakan merasa lukanya
baik baik saja, tidak adda rasa gatal /
terbakar

O:
-hasil TTV : Ns. Darma

TD: 130/ 80 mmHg, nadi 85x/ menit,


suhu: 36,5 C, nafas: 18x/ Menit.
- luka klien tidak tampak mengalami
infeksi
-klien tidak demam dan tidak
mengalami pembengkakan

A:
Masalah teratasi

P:
Intervensi dihentikan

Sumber :

Black, M. Joyce & Hwaks J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Elsevier:
Singapura.
Mu’amarudin. (2016). ASUHAN KEPERAWATAN PASCA OPERASI HERNIA SKROTALIS
DEXTRA PADA Tn. D DI RUANG WIJAYA KUSUMARSUD KRATON PEKALONGAN. Stikes
Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
Najib dan Bachrudin. (2016). Keperawatan Medikal Bedah I : Kementerian Kesehatan republik indonesia.

Nurarif & Kusuma, (2015). Aplikasi Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan
NANDA Nic-Noc. Yogyakarta
(Nursing Care Plans, 9th Edition, Doenges Page 776)
Suratun & Lusianah. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal.

Anda mungkin juga menyukai