Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATANPADA KLIEN DENGAN HIL SINISTRA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


B. Pengertian
Hernia Ingualis Lateralis adalah hernia yang melalui Anulus Ingualis Internus yang
terletak disebelah lateral vasa epigastrika inseriar, menyusuri Kanalis Ingualis dan kerongga
perut melalui Anulus Ingualis Internus. (Kapita Selekta, Jilid II, 2000)

C. Epidemiologi
Tujuh puluh lima persen dari semua hernia terjadi di inguinal. Hernia reponible
lebihbanyak dibandingkan hernia irreponible yaitu dengan perbandingan sekitar 2:1,
herniafemoralis membuat sebuah proporsi yang jauh lebih kecil. Perbandingan hernia
inguinalpada perempuan dengan laki-laki adalah 7:1. Berdasarkan data yang
diperolehdidapatkan sekitar 750.000 herniorraphies inguinal dilakukan pertahun di
AmerikaSerikat, dibandingkan dengan 25.000 untuk hernia femoralis, 166.000 untuk
herniaumbilical, 97.000 untuk hernia insisional dan 76.000 untuk aneka hernia dinding
perut.

D. Penyebab
1. Kongenital
Sejak lahir
2. Didapat (acduired)
Terjadi setelah dewasa atau pada usia lanjut, disebabkan adanya tekanan intra abdominal
yang meningkat dan dalam waktu yang lama misalnya batuk kronis, konstipasi kronis,
gangguan proses kencing (hipertropi, prostat, stiktr uretra) ancietas.

E. Patologi Anatomi
Hernia terdiri dari 3 unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari peritoneum, isi hernia
yang biasanya terdiri dari usus omentum kadang berisi cairan organ intra peritoneal lain atau
ekstra peritoneal seperti ovarium, apendiks divertikes dan buli – buli. Unsur terakhir adalah
struktur yang menutupi kantong hernia yang dapat berupa kulit (skrotum) umbilikus atau
organ - organ lain misalnya paru.
Pada hernia inguinal lateralis (indireck) lengkung usus keluar melalui kanalis inguinalis
dan mengikuti kora spermatikus (pria) atau ligamen sekitar (wanita). Ini diakibatkan
gagalnya prosesus vaginalis untuk menutup testis turun ke dalam skrotum atau fiksasi
ovarium.
Pada pertumbuhan janin (+ 3 minggu) testis yang mula – mula terletak di atas
mengalami penurunan (desensus) menuju ke skrotum. Pada waktu testis turun melewati
inguinal sampai skrotum prossesus vaginalis peritoneal yang terbuka. Terjadilah hernia
inguinalis lateralis, karena hernia inguinalis lateralis lebih sering didapatkan dibagian kanan
(+ 60 %). Hal ini disebabkan karena proses desensus dan testis kanan lebih lambat
dibandingkan dengan yang kiri.
F. Patofisiologi
Lengkung usus

Peningkatan tekanan intra Kehamilan multipara, obesitas


Melalui kanalis inguinalis
abdomen degenerasi jaringan ikat pada lansia

Mengikuti legimen sekitar


Mendorong lemak peritoneal ke
dalam kanalis femoralis Kelemahan dinding abdomen
Dinding intra abdomen incomplet

Hernia

Benjolan pada inguinal lateralis

Sistem pencernaan veskularisasi Sitem saraf Sistem urogenital

Obstruksi usus Bendungan Rangsangan Terdesaknya kandung


nana peritoneum kemih oleh isi hernia
Sumbatan / gangguan
peristaltik usus Stimulasi
Oedema Terganggunya
hipotalamus
organ/struktur pengorongan dan
Gangguan absorsi dalam hernia penampungan urine
Merangsang
makanan dan cairan
sistem saraf
Transudasi dalam pusat Gangguan elininasi
Gangguan Gangguan kantung hernia alvi
balance cairan pemenuhan Nyeri
dan elektrolit kebutuhan
nutrisi Gangguan Keterbatasan
peredaran darah aktivitas
jaringan
Perferasi
Sistem integunem
Nekrosis
Abses lokal
fistel / Gangguan balance
peritonitis Potensial Gangguan cairan dan elektrolit
infeksi perfusi
Nyeri tekan jaringan Perubahan kontinuitas
jaringan
Kematian
Defisit
Penurunan turgor kulit
perawatan
diri
Peningkatan
suhu tubuh

Gangguan
istirahat tidur
G. Klasifikasi
Ditinjau dari letaknya, hernia dibagi 2 golongan :
1. Hernia eksterna.
Hernia yang tonjolannya tampak dari luar yaitu hernia inguinalis lateralis, hernia
inguinalis medialias (direk), hernia femoralis, hernia umbilikalis, hernia supra
umbilikalis, hernia
2. Hernia interna
Hernia yang tonjolannya tidak tampak dari luar, yaitu hernia obturatorika, hernia
diafragmatika, hernia foramen Winslowi dan hernia ligamen treitz.

H. Tanda dan gejala


Pasien mengeluh benjolan pada lipat paha atau perut di bagian bawah. Benjolan dapat
keluar dan masuk di daerah kemaluan, kadang – kadang terasa kemeng. Bisa terjadi obstruksi
usus seperti bising usus nada tinggi sampai tak ada, mual dan muntah.
I. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan hernia, pasien harus diperiksa dalam keadaan berdiri dan
berbaringdan juga diminta untuk batuk pada hernia yang kecil yang masih sulit untuk
dilihatkita dapat mengetahui besarnya cincin eksternal dengan cara memasukan jari
keannulus jika cincinnya kecil jari tidak dapat masuk ke kanalis inguinalis dan akansangat
sulit untuk menentukan pulsasi hernia yang sebenarnya pada saat batuk. Lain halnya pada
cincin yang lebar hernia dapat dengan jelas terlihat dan jaringan tissuedapat dirasakan pada
tonjolan di kanalis ingunalis pada saat batuk dan hernia dapat di diagnosa.
Perbedaan hil dan him pada pemeriksaan fisik sangat sulit dilakukan dan ini tidak
terlalu penting mengingat groin hernia harus dioperasi tanpa melihat jenisnya. Hernia
ingunalis pada masing-masing jenis pada umumnya memberikan gambaran yang sama.
Hernia yang turun hingga ke skrotum hampir sering merupakan hernia ingunalis lateralis.
J. Pada inspeksi
Pasien saat berdiri dan tegang, pada hernia direct kebanyakan akan terlihat simetris,
dengan tonjolan yang sirkuler di cicin eksterna. Tonjolan akan menghilang pada saat pasien
berbaring. Sedangkan pada hernia ingunalis lateralis akan terlihat tonjolan yang yang
bebentuk elip dan susah menghilang padaa saat berbaring.
K. Pada palpasi
Dinding posterior kanalis ingunalis akan terasa dan adanya tahanan pada hernia
inguanalis lateralis. Sedangkan pada hernia direct tidak akan terasa dan tidak adanya tahanan
pada dinding posterior kanalis ingunalis. Jika pasien diminta untuk batuk pada pemeriksaan
jari dimasukan ke annulus dan tonjolan tersa pada sisi jari maka ituhernia direct. Jika terasa
pada ujung jari maka itu hernia ingunalis lateralis. Penekanan melalui cincin interna ketika
pasien mengedan juga dapat membedakan herniadirect dan hernia inguinalis lateralis. Pada
hernia direct benjolan akan terasa pada bagian depan melewati Trigonum Hesselbach’s dan
kebalikannya pada hernia ingunalis lateralis. Jika hernianya besar maka pembedaanya dan
hubungan secaraanatomi antara cincin dan kanalis inguinalis sulit dibedakan. Pada
kebanyakan pasien, jenis hernia inguinal tidak dapat ditegakkan secara akurat sebelum
dilakukan operasi.
L. Pemeriksaan Penunjang
M. Laboratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut : Leukocytosis dengan
shift to the left yang menandakan strangulasi. Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi
akibat muntah-muntah dan menjadi dehidrasi.
N. Tes Urinalisis
Untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius yang menyebabkan
nyeri lipat paha.
O. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia. Ultrasonografi
dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat pahaatau dinding abdomen dan
juga membedakan penyebab pembengkakan testis.
Pada pemeriksaan radiologis kadang terdapat suatu yang tidak biasa terjadi, yaituadanya
suatu gambaran massa. Gambaran ini dikenal dengan Spontaneous Reductionof Hernia En
Masse. adalah suatu keadaan dimana berpindahnya secaraspontan kantong hernia beserta
isinya ke rongga extraperitoneal. Ada 4 tipe pembagian reduction of hernia en masse :
Retropubic
Intra abdominal
Pre peritoneal
Pre peritoneal locule

P. Penatalaksanaan
Setiap penderita hernia inguinalis lateralis selalu harus diobati dengan jalan pembedahan
secepat mungkin setelah diagnosa ditegakkan.
a. Herniotomy membuang kantong hernia, ini terutama pada anak – anak karena
dasarnya adalah kongenital tanpa adanya kelemahan dinding perut.
b. Herniorrhaphy membuang kantong hernia disertai tindakan bedah plastik untuk
memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang kanalis inguinalis.
Pada pasien yang didapatkan kontraindikasi pembedahan atau menolak dilakukan
pembedahan, dapat dianjurkan untuk memakai sabuk hernia (truss). Sabuk itu dipakai waktu pagi
dimana penderita aktif dan dilepas pada waktu istirahat (malam).
I. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF
Asuhan keperawatan perioperatif meliputi asuhan keperawatan yang diberikan sebelum
(preoperatif), selama (intraoperatif) dan sesudah (pascaoperatif). Tindakan yang dapat dilakukan
pada tiap-tiap fase antara lain :
A. Fase Preoperatif
Pengkajian secara menyeluruh mengenai kesehatan fisik dan emosional, mengetahui tingkat
resiko pembedahan, mengkoordinasi berbagai pemeriksaan diagnostik, mengidentifikasi diagnosa
keperawatan yang menggambarkan kebutuhan klien (keluarga) dan melakukan intervensi serta
evaluasi tehadap tindakan yang dilakukan, mempersiapkan kondisi fisik dan mental klien untuk
menghadapi pembedahan, serta mengkomunikasikan informasi yang berkaitan dengan
pembedahan kepada tim bedah. Klien akan lebih mampu bekerjasama dan berpartisipasi dalam
perawatan jika perawat memberi informasi tentang peristiwa yang terjadi sebelum dan sesudah
pembedahan, untuk itu perlu adanya penyuluhan preoperatif. Satu hal yang tidak boleh dilupakan
sebelum klien menjalani pembedahan adalah adanya inform consent (persetujuan tindakan)
B. Fase Intraoperatif
Perawat disini perlu persiapan yang baik dan pengetahuan tentang proses yang terjadi selama
prosedur pembedahan dilaksanakan. Tindakan yang dilakukan antara lain :
3. Memasang kateter infuse ke tangan klien untuk memberikan prosedur rutin
penggantian cairan dan obat-pbatan melalui intra vena.
4. Perawat memasang manset tekanan darah untuk memantau tekanan darah selama
operasi berlangsung
5. Karena suhu ruangan tahanan sementara dan ruang operasi dingin maka klien
harus diberikan selimut tambahan.
6. Memasang oksimetri denyut jantung untuk memonitor saturasi oksigen sebagai
indeks kualitas ventilasi
7. Memberi dukungan mental kepada klien dan mendorong klien untuk bertanya.
8. Melakukan pencatatan aktivitas perawatan dan prosedur yang dilakukan oleh
petugas ruang operasi
C. Fase Pascaoperatif
Tindakan pasca operatif dilakukan dalam dua tahap yaitu periode pemulihan segera dan
pemulihan berkelanjutan setelah fase pascaoperatif. Perawat di ruang UPPA (unit perawatan pasca
anestesi) melakukan pengkajian ulang terhadap hal-hal yang terjadi selama di ruang operasi yaitu
dengan membaca di status klien. Perawat UPPA membuat pengkajian lengkap tentang status
klien. Klien tetap berada dalam UPPA sampai keadaannya stabil. Perawat harus siap bila keluarga
mengalami syok awal dan berperan sebagai sumber bagi keluarga. Selanjutnya perawat
melakukan evaluasi terhadap tanda-tanda vital dan melakukan observasi penting lainnya minimal
setiap 15 menit atau kurang tergantung kondisi klien dan kebijakan unit. Pengkajian dilakukan
terus menerus sampai klien dipindahkan dari UPPA.
Tindakan yang dapat dilakukan di ruang perawatan pasca operatif antara lain :
1. Perawat menerima pasien dan memeriksa kelengkapan status pasien.
2. Mengkaji klien secara rutin minimal setiap 15 menit pada satu jam pertama, setiap 30
menit selama satu sampai dua jam berikutnya, setiap 1 jam selama 4 jam berikutnya dan
selanjutnya setiap 4 jam. Seringnya pemeriksaan bergantung pada kondisi klien.
3. Perawat mendokumentasikan seluruh pemeriksaan awal dan memasukkannya ke dalam
catatan perawat.
4. Pantau tanda vital, asupan cairan melalui intravena, dan haluaran urin
5. Perawat menjelaskan tujuan prosedur atau peralatan pasca operatif dan menjelaskan
tentang keadaan klien. Keluarga harus mengetahui bahwa klien akan mengantuk dan
tertidur pada sisa waktu hari itu akibat pengaruh anestesi umum. Apabila klien
mendapatkan anestesi spinal, keluarga harus diingatkan bahwa klien akan diperiksa
secara rutrin dan ia akan kehilangan sensasi dan pergerakan ekstremitasnya selama
beberapa jam.
6. Perawat mengkaji keluhan klien, merumuskan diagnosa, melakukan intervensi dan
mengevaluasi semua tindakan yang telah dilakukan.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Diagnosa keperawatan pada klien preoperatif :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d berkurangnya batuk dan peningkatan kongesti
paru
b. Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang pembedahan yang akan dilaksanakan, adanya
ancaman kehilangan bagian tubuh
c. Ketidakefektifan koping keluarga; menurun b.d perubahan sementara pada peran klien,
beratnya operasi yang akan dilaksanakan
d. Ketakutan b.d pembedahan yang akan dilaksanakan, antisipasi nyeri pasca operatif.
e. Kurang pengetahuan tentang implikasi pembedahan b.d kurang pengalaman tentang
operasi, kesalahpahaman tentang informasi.
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d nutrisi preoperatif

2. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d asupan nutrisi yang berlebihan.
3. Ketidakberdayaan b.d operasi darurat
4. Resiko gangguian integritas kulit b.d radiasi preoperatif, imobilisasi selama operasi
5. Gangguan pola tidur b.d ketakutan menghadapi operasi, jadwal preoperatif rutin di rumah
sakit

Diagnosa keperawatan untuk pasien pasca operatif :


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d hilangnya batuk, penumpukan sekret, sedasi
yang berkepanjangan.
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d nyeri insisi, efek analgesik pada ventilasi.
3. Nyeri b.d insisi bedah.
4. Ketidakefektifan koping individu b.d paksaan menjalani pembedahan, terapi pasca
operatif.
5. Resiko kekurangan volume cairan b.d drainase luka, asupan cairan yang tidak adekuat.
6. Resiko kerusakan integritas kulit b.d drainase luka, gangguan mobilitas
7. Berduka adaptif b.d kondisi kritis klien
8. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, pembatasan aktivitas pasca operatif.
9. Perubahan membran mukosa oral b.d puasa.
10. Defisit perawatan diri : makan, membeersihkan diri, memakai baju,. toileting b.d
pembatasan aktivitas pasca operasi.
11. Resiko perubahan suhu tubuh b.d penurunan metabolisme.
12. Resiko infeksi b.d luka insisi
13. Gangguan komunikasi verbal b.d pemasangan selang endotrakhea atau selang pada jalan
nafas.

A. Pengkajian
1. Biodata
Mencakup sering terjadi pada usia lanjut dan berjenis kelamin laki-laki
2. Keluhan
Pasien merasa nyeri karena ada benjolan disekitar selangkangan atau di sekitar kemaluan.
3. Riwayat penyakit sekarang
Setelah merasakan nyeri keluarga pasien memeriksakan kedokter dan minum obat, jika tidak
berhasil pasien ke rumah sakit untuk memeriksakan penyakitnya dan akhirnya disuruh MRS,
proses terjadinya HIL ditandai dengan benjolan di daerah inguinal
4. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya pada pasien Hil tidak mempunyai penyakit lain.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya keluarga tidak mempunyai penyakit menular / menurun.
6. Pola-pola fungsi kesehatan
- Pola eliminasi
Biasanya pasien hil tidak mengalami nyeri saat buang air besar
- Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya mengalami penurunan nafsu makan
- Pola aktifitas dan latihan
Umumnya pasien Hil terjadi sering batuk
- Pola istirahat dan tidur
Pola tidur dan istirahat bisa mengalami gangguan seperti nyeri akibat post op
- Pola hubungan dan peran
Pasien agak terganggu karena sulit menentukan kondisinya
- Pola penanggulangan stress
Biasanya pasien dan keluarganya merasa cemas
- Pola sensori dan kognitif
Biasanya pasien dan keluarga merasa cemas karena kurang mengerti tentang penyakitnya
- Pola reproduksi sexsual
Pasien merasa terganggua karena ada benjolan
- Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada pola ini biasanya klien agak tergangu dengan kondisinya
- Pola tata nilai dan kepercayaan

7. Pemeriksaan Fisik
Diutamakan pada sistem yang tergangu sesuai dengan penyakitnya untuk hernia pemeriksaan
fisik yang utama adalah :
 Keadaan umum
Yang harus diperhatikan pada pasien Hil keluhan yang dirasakan klien, nyeri yang
dirasakan, ekspresi wajah
 Pemeriksaan kepala
Pada pemeriksaan kepala tidak terdapat kelainan / benjolan
 Sistem respirasi
Pernafasan rata – rata ada peningkatan
 Sistem kardiovaskuler
Bisa terjadi penurunan tekanan darah
 Sistem integumen
Bisa terjadi penurunan pada turgor kulit pucat kering
 Sistem Gastro intestinal
Nyeri jika batuk
 Sistem Abdomen
Nyeri tekan dan kembung.
- Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lab : darah lengkap, urine lengkap
Pemerikasaan radiologi : foto Abdomen dan thorax
- Pelaksanaan atau terapi
Harus dicari dan diperbaiki ( batuk kronik, prostat, tumor, asites, dll )
Harus diisolasi, dipisahkan dari peritoneum dan ligasi
Harus dilakukan pembedahan

B. Analisa Data
Data umum terkumpul selanjutnya dikelompokkan ke dalam data mayor dan data minor
sehingga dapat mengidentifikasi masalah yang terjadi data yang terkumpul kemudian
ditentukan masalah keperawatannya, penyebabnya dan selanjutnya dirumuskan diagnosa
keperawatan (Chider, 1995)

C. Diagnosa Keperawatan
1. Kurang pengetahuan tentang pengertian proses dan perawatan penyakit hernia yang
diderita berhubungan dengan kurangnya informasi
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan luka post op

D. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan 1
Tujuan : Pengetahuan klien dan keluarga tentang proses penyakit dan penanganannya
meningkat sekian 3 kali pertemuan.
Kriteria : - Dapat menyebabkan pengertian penyebab penyakit
- Dapat memahami pembedahan yang dialami
- Dapat memyebutkan
Intervensi
a. Berikan penjelasan mengenai hernia : pengertian, penyebab dan proses serta penanganan
dengan jelas.
R/ : penjelasan yang jelas membuat klien dan keluarga cepat memahami sehingga
pengetahuan meningkat
b. Berikan pengetahuan bila pasien mampu menyebutkan kembali apa yang sudah
dijelaskan
R/ : klien akan lebih mudah mengingat jika diberi reinforcemen oleh perawat mengenai
pernah amannya.
c. Anjurkan keluarga untuk menanyakan kepada pasien disamping untuk berbagi
pengalaman.
R/ : eksplorasi pengalaman dengan pasien lain dalam pembedahan yang sama membantu
meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga

Diagnosa Keperawatan 2
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan luka post op
Tujuan : setelah diberi tindakan keperawatan selama 3 jam pasien merasa nyaman (tidak
nyeri)
Kriteria : - pasien rileks
- tenang
- tanda vital (N)
Intervensi
a. Berikan head education tentang penyebab terjadinya nyeri
R/ : pasien paham atau tahu penyebab nyeri yang dialami dan berusaha melakukan
koping mekanisme
b. Anjurkan teknik relaksasi
R/ : untuk membantu mengurangi ketergangan otot rangka
- Untuk strategi khusus mengurangi rasa nyeri ex (napas perlahan, teratur)
- Tingkatkan relaksasi seperti pijat punggung, masase
c. Ajarkan metode distraksi
R/ : mengalihkan nyeri dengan kegiatan lain sehingga mampu menurunkan nyeri
d. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
R/ : membantu menekan rasa nyeri
e. Pertahankan sikap kasem
R/ : sikap pasien dan lingkungan yang tenang membantu pasien mengontrol nyeri dan
mengurangi kecemasan pasien
E. Implementasi
Merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan dan klien hal yang harus di perhatikan
ketika melakukan implementasi adalah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah
dilakukan validasi. Penguasaan keterampilan interpersonal intelektual dan tehnikal
intrervensi harus dilakukan dengan cepat.

F. Evaluasi
Merupakan fase akhir dari proses keperawatan di evaluasi terhadap askep yang diberikan.
Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah : kekuatan kelengkapan kualitas / data teratasi / tidak,
masalah klien serta pencapaian tujuan serta ketepatan intervensi keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

Kapita Selekta, Jilid II tahun 2000


Carpenito,J,L (1999). ”Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan “ Edisi 2
Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ).
Philadelpia, F.A. Davis Company.

Anda mungkin juga menyukai