Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT HERNIA


1. DEFINISI
Secara umum Hernia merupakan proskusi atau penonjolan isi suatu rongga dari
berbagai organ internal melalui pembukaan abnormal atau kelemahan pada otot yang
mengelilinginya dan kelemahan pada jaringan ikat suatu organ tersebut. Hernia adalah
tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dincling rongga dimana organ tersebut
seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup. Hernia atau usus turun adalah
penonjolan abnormal suatu organ/ sebagian dari organ melalui lubang pada struktur
disekitarnya.
Hernia ialah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui sesuatu defek
pada fasia dan muskuloaponeurotik dinding perut, baik secara congenital atau didapat yang
memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut.
Lubang itu dapat timbul karena lubang embrional yang tidak menutup atau melebar, akibat
tekanan rongga perut yang meninggi. (Arif Mansur, 2013).

2. EPIDEMIOLOGI
Penderita hernia, memang kebanyakan laki-laki, terutama anak-anak. Hernia yang
terjadi pada anak-anak, lebih disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis
untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Sementara pada orang
dewasa, karena adanya tekanan yang tinggi dalam rongga perut dan karena faktor usia yang
menyebabkan lemahnya otot dinding perut. Penyakit hernia banyak diderita oleh orang
yang tinggal didaerah perkotaan yang notabene yang penuh dengan aktivitas maupun
kesibukan dimana aktivitas tersebut membutuhkan stamin yang tinggi. Jika stamina kurang
bagus dan terus dipaksakan maka, penyakit hernia akan segera menghinggapinya. 70% dari
seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal (lipat paha). Yang lainnya dapat terjadi di
umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu
hernia inguinalis medialis dan hernia inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis
lateralis mencapai skrotum (buah zakar), hernia disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis
lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis medialis dengan perbandingan 2:1, dan
diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali lipat terkena dibandingkan dengan wanita.
Semakin bertambahnya usia kita, kemungkinan terjadinya hernia semakin besar. Hal ini
dipengaruhi oleh kekuatan otot-otot perut yang sudah mulai melemah.

3. ETIOLOGI
Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
a. Congenital
b. Obesitas
c. Mengejan
d. Kelemahan dinding abdomen
e. Batuk kronis karena PPOK
f. Peningkatan tekanan abdomen karena sering mengangkat benda berat
g. Trauma atau regangan yang berat
h. Degenerasi sendi intervertebralis

4. PATOFISIOLOGI
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau
batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus ke daerah otot abdominal,
tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu
kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya
pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan
yang cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi
kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena
organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam
waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan
yang sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut
mengalami kelemahan.
PATHWAY

Mengangkat beban berat Kehamilan PPOK Kelemahan dinding abdomen

Hernia Kantung hernia melewati


dinding abdomen
Masuknya
Benjolan pada
omentum organ ke Posturasi hilang
region abdomen
kantung hernia timbul
Ligamentum
Aliran darah inguinal yang kecil Ketidaknyamanan
terhambat abdominal
Intervensi
Gangguan suplai Pembedahan pembedahan Gangguan rasa
darah di intestinal relative/konservatif nyaman

Nekrosis Intestinal

Insisi bedah

Asupan gizi kurang Mual, muntah

Nafsu makan
Terputusnya Risiko Infeksi Peristaltic usus
jaringan saraf
Konstipasi Intake makanan

Nyeri Akut
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
5. KLASIFIKASI
Klasifikasi hernia, antara lain :
a. Macam-macam hernia menurut letaknya
1) Hernia Epigastrik
Terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk, digaris tengah perut.
Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jaringan yang berisi usus.
Terbentuk dibagian dinding perut yang relative lemah, hernia ini sering
menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat didorong kembali ke dalam perut, ketika
pertama kali ditemukan.
2) Hernia Umbilikal
Hernia umbilikalis ini sering dijumpai pada bayi dan pada orang dewasa
lebih umum pada wanita, karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya
terjadi pada klien gemuk atau yang melahirkan berkali-kali. Tipe hernia ini terjadi
pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena
masalah pascaoperasi seperti infeksi, Nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem atau
kegemukan. Pada bayi hernia umbilikalis menutup secara spontan. Pembedahan
dapat dilakukan jika hernia tersebut bertahan 4-5 tahun.
3) Hernia Inguinalis
Adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan.
Hernia ini terjadi ketika dinding abdomen berkembbang, sehingga usus menerobos
kebawah melalui celah. Tanda dan gejala dari hernia ini adalah ada benjolan di
bawah perut yang lembut, kecil, nyeri, dan bengkak. Hernia ini lebih sering terjadi
pada laki-laki daripada perempuan. Hernia inguinal ini dibagi lagi menjadi :
a) Hernia Inguinalis Indirek / lateralis
Hernia Inguinalis Indirek / lateralis menyebabkan penonjolan organ visera
abdomen melalui anulus inguinalis dan mengikuti funikulus spermatikus (pada
laki-laki) dan ligamentum teres uteri (pada wanita)
b) Hernia Inguinalis Direk / medialis
Hernia Inguinalis Direk / medialis terjadi karena kelemahan pada dasar
kanalis inguinalis yang berupa fasia.
4) Hernia Femoralis
Muncul sebagai tonjolan dipangkal paha. Tipe ini lebih sering terjadi pada
wanita dibandingkan pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis
femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir
tidak dapat dihindari kandung kemih masuk kedalam kantung. Hernia femuralis
akan terlihat sebagai massa atau benjolan pada tempat terabanya denyut arteri
fulmonalis.
5) Hernia Incisional
Dapat terjadi melalui luka pasca oprasi perut. Hernia ini muncul sebagai
tonjolan disekitar pusar, yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak menutup
sepenuhnya. Hernia ini dapat disebabkan oleh kelemahan dinding abdomen yang
ekstrem atau obesitas.
6) Hernia Nukleus Pulposi (HNP)
Adalah hernia yang melibatkan tulang belakang. Diantara setiap cakram
tulang belakang ada discus intervertebralis yang menyerap goncangan cakram dan
meningkatkan elastisitas dan mobilitas tulang belakang. Karena aktivitas dan usia,
terjadi herniasi discus intervertebralis yang menyebabkan saraf terjepit (sciatica).
Hernia ini biasa terjadi di punggung bawah dan 3 vertebra lumbbal bawah.

b. Macam-macam hernia berdasarkan terjadinya


1) Hernia Bawaan (Kongenital)
Patogenesa pada jenis hernia inguinalis lateralis (indirek):Kanalis inguinalis
adalah kanal yang normal pada fetus.Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus
testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke
daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan
prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini
telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis
tersebut. Namun dalambeberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri
turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila
kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan
normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus
terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi)akan timbul hernia inguinalis
lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena
merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan
tekanan intra-abdominal meningkat,kanal tersebut dapat terbuka kembali dan
timbul herniainguinalis lateralis akuisita.
2) Hernia Didapat (Akuisita)
Ditimbulkan karena factor pemicu. Terjadi setelah dewasa atau pada usia
lanjut. Disebabkan adanya tekanan intraabdominal yang meningkat dan dalam
waktu yang lama misalnya batuk kronis, konstipasi kronis, gangguan proses
kencing (hipertropi prostat, striktur uretra), ascites dan sebagainya.

c. Macam-macam hernia berdasarkan sifatnya


1) Hernia reponibel/reducible
yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan
dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau
gejala obstruksi usus.
2) Hernia ireponibel
yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini
biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peri tonium kantong hernia.
Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus =perlekatan karena fibrosis). Tidak
ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
3) Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio =terperangkap, carcer = penjara)
yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti isi kantong
terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai akibatnya yang
berupa gangguan pasase atau vaskularisasi .Secara klinis “hernia inkarserata” lebih
dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan
gangguan vaskularisasi disebut sebagai “herniastrangulata”. Hernia strangulata
mengakibatkan nekrosisd ari isi abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah
akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat
darurat karenanya perlumen dapat pertolongan segera.
6. GEJALA KLINIS
a. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering tampak menonjol.
Benjolan ini dapat menghilang ketika berbaring atau tidur.
b. Adanya rasa nyeri di daerah benjolan
c. Obstruksi usus parsial dapat menyebabkan anoreksia, nyeri, nyeri tekan, massa yang
tidak dapat direposisi, bising usus yang berkurang, mual dan muntah
d. Obstruksi total dapat menimbulkan syok, demam tinggi, bising usus yang tidak
terdengar, feses yang mengandung darah
e. Nyeri punggung hebat pada punggung bagian bawah yang menjalar hingga gluteus,
tungkai, kaki, dan biasanya unilateral

7. PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi : secara umum akan terlihat penonjolan abnormal pada abdomen. Apabila
tidak terlihat dan terdapat riwayat adanya penonjolan, maka dengan
pemeriksaan sederhana pasien didorong untuk melakukan aktivitas
peningkatan intraabdominal, seperti mengedan untuk menilai adanya
penonjolan pada lipat paha.
Palpasi : Palapsi pada kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada
funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang
memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut
tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tandi ini sukar ditentukan.
Kantong hernia mungkin berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi
mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet ), atau ovarium, dengan jari
telunjuk atau jari kelingking, pada anak, dapat dicoba mendorong isi hernia
dengan menekan kulit skrotum melalui annulus eksternus sehingga dapat
ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia
dapat direposisi, pada waktu jari masih berada adalam anulus eksternus,
pasien diminta mengedan. Apabila ujung jari menyentuh hernia, berarti
hernia inguinalis lateralis, dan apabila bagian sisi jari yang menyentuhnya,
berarti hernia inguinalis medialis
Perkusi : akan terdengar suara hipertimpani.
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Sinar-x spinal untuk mengetahui abnormalitas tulang.
b. Tomografi komputerisasi atau MRI untuk mengidentifikasi diskus yang terhernisiasi.
Merupakan pemeriksaan non-invasif, dapat memberikan gambaran secara seksional
pada lapisan melintang dan longitudinal.
c. Elektromiografi untuk melokalisasi keterlibatan saraf-saraf spinal.
d. Mielogram: mungkin normal atau memperlihatkan penyempitan dari ruang diskus,
menentukan lokasi dan ukuran herniasi secara spesifik.
e. Foto polos posisi AP dan lateral dari vertebra lumbal dan panggul (sendi sakroiliaka).
Foto polos bertujuan untuk melihat adanya penyempitan diskus, penyakit degeneratif,
kelainan bawaan, dan vertebra yang tidak stabil.
f. Foto rontgen dengan memalai zat kontras terutama pada pemeriksaan miolegrafi
radikuografi, diskografi, serta kadang-kadang diperlukan venografi spinal.
g. Scanning tulang dilakukan dengan mengggunakan bahan radioisotop (SR dan F).
Pemeriksaan ini terutama untk menyingkirkan kemungkinan penyakit paget.
h. Venogram epidural: dapat dilakukan pada kasus dimana keakuratan dari miogram
terbatas.
i. Pungsi lumbal: mengesampingkan kondisi yang berhubungan, infeksi, adanya darah.
j. Pemeriksaan Ultrasonografi, dapat membantu dalam penilaian pasien tertentu.
Ultrasonografi untuk membedakan antara hidrokel dan hernia inguinalis.
Ultrasonografi mampu menemukan kantung berisi cairan di dalam skrotum, yang akan
adekuat dengan diagnosis hidrokel.
k. Laparoskopi adalah metode yang sangat efektif untuk menentukan adanya hernia
inguinalis tetapi hanya digunakan selektif karena memerlukan anestesi dan
pembedahan. Laparoskopi dapat berguna untuk menilai sisi yang berlawanan atau
untuk mengevaluasi keberadaan hernia inguinalis berulang pada pasien dengan riwayat
perbaikan operasi
9. THERAPY
a. Istirahat total pada tempat tidur yang datar (papan atau tripleks tebal tanpa kasur).
b. Kompres hangat atau dingin pada daerah nyeri.
c. Pemasangan cervical collar atau traksi servikal.
d. Terapi farmakologi
1) Obat anti inflamasi seperti ibuprofen atau prednisolon.
2) Relaksasi otot seperti diazepam atau cyclobenzapine.
3) Obat analgesik atau narkotik merupakan obat pilihan selama fase akut.
e. Chemonudeolysis
1) Untuk herniasi lumbal.
2) Injeksi chymopapain ke dalam diskus agar menghilangkan air dan proteoglikan dari
diskus, mengurangi ukuran diskus, dan tekanan subsekuen pada akar saraf.

10. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan hernia dibagi menjadi 2, konservatif dan operatif antara lain :
a. Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan pengembalian posisi (dengan cara
mendorong masuk tonjolan yang ada secara manual) dan pemakaian penyangga atau
penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Pengurangan hernia
secara non-operatif dapat segera dilakukan dengan berbaring, posisi pinggang
ditinggikan, lalu diberikan analgetik (penghilang rasa sakit) dan sedatif (penenang)
yang cukup untuk memberikan relaksasi otot. Perbaikan hernia terjadi jika benjolan
berkurang dan tidak terdapat tanda-tanda klinis strangulasi.
Penggunaan bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup. Hal
ini biasanya dipilih jika kita menolak dilakukan perbaikan secara operasi atau terdapat
kontraindikasi terhadap operasi. Cara ini tidak dianjurkan karena menimbulkan
komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di daerah yang
tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat
menimbulkan atrofi (pengecilan) testis karena tekanan pada tali sperma yang
mengandung pembuluh darah testis. Penggunaan penyangga tidak menyembuhkan
hernia.
b. Operasi merupakan penatalaksanaan rasional hernia inguinalis, terutama jenis yang
strangulasi. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Banyak pasien
hernia inguinal yang memiliki gejala minimal. Menurut sebuah penelitian pada pasien
ini observasi dapat menjadi pilihan yang baik, karena pasien dengan gejala minimal
jarang menyebabkan komplikasi akut. Penundaan operasi hingga gejala memberat
dinyatakan aman.
Operasi hernia dapat dilakukan secara laparoskopi (semi tertutup). Menurut
beberapa penelitian dinyatakan metode ini memiliki hasil yang lebih baik daripada
operasi anterior konvensional (terbuka). Penelitian menyatakan bahwa perbaikan
hernia inguinal secara laparoskopi lebih nyaman (pasien mengalami nyeri pre dan post
operatif yang lebih rendah) dibandingkan operasi terbuka dan pemulihan pasien lebih
cepat. Selain itu angka rekurensi pada metode laparoskopi lebih rendah daripada pasien
yang menjalani operasi anterior konvensional. Namun kekurangannya ialah waktu
operasi yang sedikit lebih panjang, penggunaan anestesi umum, dan biaya yang lebih
mahal.Setiap penderita hernia inguinalis lateralis selalu harus diobati dengan jalan
pembedahan. Pembedahan secepat mungkin setelah diagnosis ditegakkan. Adapun
prinsip pembedahan hernia inguinalis lateralis adalah sebagai berikut :
1) Herniotomi : membuang kantong hernia. Hal ini terutama pada anak-anak karena
dasarnya adalah kongenital tanpa adanya kelemahan dinding perut.
2) Hernioplasti.
3) Herniorafi : membuang kantong hernia disertai tindakan bedah plastic untuk
memperkuat dinding perut bagian bawah dibelakang kanalis inguinalis.

Indikasi pembedahan pada hernia inguinalis, meliputi hal-hal berikut :

1) Penonjolan besar yang mengindikasikan peningkatan resiko hernia inkarserata atau


hernia strangulata.
2) Nyeri hebat, yang merupakan respons masuknya penonjolan memenuhi kanal.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Pada anamnesis keluhan utama yang lazim didapatkan adalah keluhan adanya
benjolan pada lipat paha atau nyeri hebat pada abdomen. Melakukan pemeriksaan fisik
dengan melakukan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pola kebutuhan dasar :
a. Aktivitas/istirahat
1) Gejala :
a) Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat berat, duduk dan mengemudi dalam
waktu lama
b) Membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur
c) Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian tubuh
d) Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
2) Tanda :
Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam berjalan.
b. Eliminasi
1) Gejala : konstipasi
c. Integritas Ego
1) Gejala :
ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan financial keluarga
2) Tanda :
tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga
d. Neurosensori
1) Gejala :
kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
2) Tanda :
penurunan reflek tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia. Nyeri tekan/spasme
otot paravertebralis, penurunan persepsi nyeri
e. Kenyamanan
1) Gejala :
nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk,
bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki,
bokong, bahu/lengan, kaku pada leher.

2. DIAGNOSA
1. Nyeri akut berhubungan dengan kondisi pembedahan ditandai dengan pasien tampak
meringis menahan sakit
2. Kerusakan integritas kulit dan jaringan..
3. INTERVENSI
No Diagnosa Keperawatan Rencana Perawatan
Nursing Out Come (NOC) Nursing Intervention
Classification (NIC)
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan a. Observasi
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 1. Observasi tanda
kondisi pembedahan jam diharapkan nyeri tanda vital
ditandai dengan pasien hilang/ berkurang dengan 2. Identifikasi lokasi,
tampak meringis kriteria hasil: karakteristik,
menahan sakit a. Keluhan nyeri durasi, frekuensi,
menurun dan kualitas nyeri
b. Ekspresi meringis pasien.
menurun 3. Identifikasi skala
c. Sikap menurun nyeri pasien
d. Kesulitan tidur b. Terapeutik
menurun 1. Berikan kepada
e. Melaporkan nyeri klien teknik
terkontrol distraksi dan
meningkat relakasi untuk
f. Kemampuan mengurani nyeri
menggunakan pasien.
teknik 2. Fasilitasi istiraat
nonfarmakologi dan tidur klien
meningkat. c. Edukasi
1. KIE pasien tentang
teknik nafas dalam
untuk mengurangi
nyeri
2. Ajarkan memonitor
nyeri secara mandiri
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgesic jika perlu.
2. Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan a. Observasi
kulit dan jaringan. keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi
jam diharapkan tidak penyebab gangguan
terjadi kerusakan integritas integritas kulit
kulit secara luas dengan 2. Monitor
kriteria hasil: karakteristik luka
a. Kerusakan jarigan klien
menurun b. Terpeutik
b. Kerusakan lapisan 1. Gunakan produk
kulit menurun berbaan minyak
c. Kenyamanan pada kulit kering
meningkat 2. Uba posisi tiap 2
d. Penyatuan kulit jam tira baring
meningkat 3. Lakukan perawatan
e. Nyeri menurun Luka sesuai jadwal
f. Jaringan granulasi 4. Pertaankan teknik
meningkat steril saat
melakukan rawat
luka.
c. Edukasi
1. Anjurkan klien
meningkatkan
asupan nutrisi tinggi
kalori dan protein.
2. Ajarkan prosedur
perawatan kulit
secara mandiri.
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
antibiotic jika perlu.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC

Nanda.2010. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: EGC

Nanda.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC.


Yogyakarta: Mediaction Publishing

Price, SA, Wilson,LM.1994. Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku Pertama. Edisi 4.


Jakarta. EGC

Smeltzer, Bare.1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart. Edisi 8.
Volume 2. Jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai