lOMoARcPSD|15111575
lOMoARcPSD|15111575
BAB 1
KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
Hernia Umbilikalis adalah penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang
masuk melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intra abdomen, biasanya
ketika bayi menangis. Hernia umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat jarang
terjadi inkarserasi. Hernia umbilikalis merupakan hernia congenital pada umbilicus yang
hanya ditutup peritoneum dan kulit, berupa penonjolan yang mengandung isi rongga
perut yang masuk melalui cincin umbilicus akibat peninggian tekanan intra abdomen,
biasanya jika bayi menangis. Angka kejadian hernia ini lebih tinggi pada bayi premature.
Hernia umbilikalis pada orang dewasa merupakan lanjutan hernia umbilikalis
pada anak. Peninggian tekanan karena kehamilan, obesitas atau asites merupakan factor
predisposisi.
B. Epidemiologi
Sebanyak 10% kasus dari seluruh kasus hernia pada dinding abdomen di seluruh
dunia adalah hernia umbilikalis. Hernia umbilikalis lebih sering ditemukan pada anak-
anak (terutama populasi Afrika-Amerika dan Hispanik), bayi prematur atau dengan berat
badan lahir rendah dan wanita. Di Amerika Serikat, sebanyak 15-23% bayi baru lahir (1
dari 6 anak) mengalami hernia umbilikalis.
Data mengenai studi prevalensi hernia umbilikalis di Indonesia masih sangat sulit
ditemukan. Menurut hasil survei dari Kementerian Kesehatan Indonesia, hernia
menempati urutan ke-8 dengan distribusi kasus penyakit saluran cerna pasien rawat inap
terbanyak di Indonesia pada tahun 2004, dengan jumlah kasus sebanyak 18.145 kasus
(83%nya pada pria). Sayangnya, data ini tidak menjelaskan apakah hernia yang terjadi
merupakan hernia umbilikalis, hernia inguinalis, atau hernia lainnya.
C. Etiologi
1. Kongenital
2. Didapat (acquired)
Terjadi setelah dewasa atau pada usia lanjut. Disebabkan adanya tekanan
intraabdominal yang meningkat dan dalam waktu yang lama misalnya batuk kronis,
lOMoARcPSD|15111575
tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu
kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya
pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan
yang cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi
kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena
organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam
waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan
yang sangat parah. Sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut
menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan
dapat menyebabkan ganggren.
F. Manifestasi Klinis
1. Pemeriksaan diameter
Dengan inspeksi adanya benjolan pada umbilikus dan terlihat cukup jelas
2. Pemeriksaan laboratorium
a) Darah lengkap untuk mendeteksi peningkatan jumlah sel darah putih dengan
pergeseran diferensial.
b) Urinalis untuk mendeteksi adanya infeksi saluran kemih
3. Pemeriksaan rontgen
a) Rontgen abdomen untuk mendeteksi penyebab lain
b) Rontgen dada untuk mengesampingkan pneumonia
H. Penatalaksanaan
lOMoARcPSD|15111575
1. Konservatif
a) Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara
perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
b) Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat
dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
c) Istirahat baring
I. Pathway
Mengeluarkan
Hernia Respon nyeri Nyeri akut
zat-zat proteolitik
Kantung hernia Kantung hernia Kantung hernia Kantung hernia Kantung hernia
keluar melalui melewati dinding memasuki celah memasuki rongga memasuki celah
umbikalis abdomen inguinal thorak bekas insisi
BAB 2
A. Pengkajian
1. Persiapan Pra Operasi
a) Informed concent
b) Penyuluhan pra operasi
1) Menjelaskan apa yang akan dihadapi oleh pasien jika ia akan dioperasi.
2) Menjelaskan bagaimana tubuh akan tetap berfungsi setelah dilakukan
herniotomy.
3) Menjelaskan bahwa akan merasa sakit / nyeri pada daerah luka / insisi setelah
operasi.
4) Untuk mencegah komplikasi pasca operasi (atelektasis) pasien diajarkan
tentang kesehatan paru-paru, batuk efektif, menarik nafas dalam
c) Persiapan fisik
1) Nutrisi
Pasien diberi makanan yang berkadar lemak rendah, tinggi
karbohidrat, protein, vitamin dan kalori. Pasien harus berpuasa 12 – 18 jam
sebelum operasi
2) Cairan
Pasien tidak boleh minum selama 8 jam sebelum operasi. Tindakan
pemberian cairan dan elektrolit maupun plasma sebelum operasi. Perhatikan
balance 6 – 8 jam pre operasi
3) Hygiene
f) Intake cairan > 2500 ml/hari (jika tidak ada kontraindikasi) untuk mencegah
dehidrasi dan mempertahankan fungsi perkemihan.
g) Bila pasien belum mampu BAK, dapat dipasang kateter karena kandung kemih
yang distensi dapat menekan insisi dan menyebabkan tidak nyaman.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pra Operasi
a) Pola nafas tidak efektif b.d penurunan kontrol pernafasan efek sekunder anestesi
Manajemen Jalan Napas (I.01011)