Anda di halaman 1dari 89

ETIKA KEPRIBADIAN II

KULIAH ETIKA KEPRIBADIAN

MASALAH ETIKA MORAL DALAM PELAYANAN


KEPERAWATAN
DEFINISI ETIKA MORAL

Etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang


mengatur bagaimana sepatutnya manusia
hidup di dalam masyarakat yang melibatkan
aturan atau prinsip yang menentukan
tingkah laku yang benar, yaitu baik dan
buruk atau kewajiban dan tanggung jawab.
Moral : Istilah ini berasal dari bahasa latin yang
berarti adat dan kebiasaan.

Pengertian moral adalah perilaku yang diharapkan


oleh masyarakat yang merupakan “standar
perilaku” dan “nilai” yang harus diperhatikan bila
seseorang menjadi anggota masyarakat tempat ia
tinggal.
Etiket atau adat merupakan sesuatu yang
dikenal, diketahui, diulang, serta menjadi
suatu kebiasaan didalam suatu masyarakat
baik berupa kata-kata , maupun bentuk
perbuatan yang nyata. Ketiga istilah diatas :
etika, moral dan etiket sulit dibedakan.
Hanya dapat dilihat bahwa Etika lebih
dititikberatkan pada aturan, prinsip yang
melandasi perilaku yang mendasar dan
mendekati aturan, hukum, dan undang-
undang yang membedakan benar atau
salah secara moralitas.
2. METODE PENDEKATAN PEMBAHASAN
MASALAH ETIKA.

Dari Ladd J, 1978, dikutip oleh Frell (McCloskey,1990)


menyatakan ada 4 metode utama yaitu : Otoritas,
Consensum hominum, pendekatan intuisi atau self-
evidence, dan metode argumentasi.
1) METODE OTORITAS

Metode ini menyatakan bahwa dasar setiap


tindakan atau keputusan adalah otoritas.

Otoritas dapat berasal dari manusia atau


kepercayaan supranatural, kelompok manusia,
atau suatu institusi, seperti pemerintah dll.
Penggunaan metode ini terbatas hanya pada
penganut yang percaya
2) METODE CONSENSUM
HOMINUM

Menggunakan pendekatan
berdasarkan persetujuan
masyarakat luas atau sekelompok
manusia yang terlibat dalam
pengkajian masalah.
Segala sesuatu yang diyakini bijak dan
secara etika dapat diterima, dimasukkan
dalam keyakinan.
3) METODE PENDEKATAN INTUISI
ATAU SELF-EVIDENCE

Menggunakan konsep teknik


intuisi dan metode ini terbatas
hanya pada orang-orang yang
mempunyai intuisi tajam.
• Keputusan berdasarkan intuisi berdasarkan perasaan lebih bersifat
subyektif, yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar dan factor
kejiwaan lain.
• Sifat subyektif dari keputusan intuitif ini terdapat beberapa
keuntungan yaitu:
1. Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk
memutuskan
2. Keputusan intiutif lebih tepat untuk masalah-masalah yang
bersifat kemanusiaan.
3. Penganbilan keputusan yang berdasarkan intuisi
membutuhkan waktu yang singkat untuk masalah-masalah-
maslah yang dampaknya terbatas.

4. Penganbilan keputusan yang berdasarkan intuisi pada


umumnya akan memberikan kepuasan.
•pengambilan keputusan dengan intuisi
dapat dilakukan pada kondisi (1) ketidak
pastian yang tinggi, (2) keterbatasan /
ketidak lengkapanbukti, (3) tidak dapat
diprediksinya variabel secara rasional /
ilmiah
(4)terbatasnya fakta, (5) tidak
sepenuhnya fakta terkait dengan
permasalahan,terbatasnya data
untuk analisis,(7) keterbatasan
waktu
4) METODE ARGUMENTASI
ATAU METODE SOKRATIK

Metode ini menggunakan pendekatan


dengan mengajukan pertanyaan atau
mencari jawaban dengan alasan yang
tepat.
Metode ini digunakan untuk
memahami fenomena etika.
LIMA MASALAH DASAR ETIKA
KEPERAWATAN

Menurut Bandman (1990)


1. Kuantitas versus kualitas hidup
2. Kebebasan versus penanganan dan
pencegahan bahaya.
3. Berkata secara jujur versus berkata
bohong
4. Keinginan terhadap pengetahuan
yang bertentangan dengan falsafah,
agama, politik, ekonomi, dan ideologi
5. Terapi ilmiah konvensional versus
terapi tidak ilmiah dan coba-coba.
Kelima masalah tersebut akan diuraikan
dalam rangka perawat
“mempertimbangkan prinsip etika yang
bertentangan”
1.Kuantitas versus kualitas hidup
Contoh: Seorang ibu meminta perawat untuk melepas
semua selang yg dipasang pada anaknya yg telah koma
delapan hari. Keadaan seperti ini, perawat menghadapi
masalahposisinya dalam menentukan keputusan secara
moral
2.Kebebasan versus penanganan dan pencegahan bahaya
Contoh adalah seorang klien berusia lanjut yang
menolak untuk mengenakan sabuk pengaman waktu
berjalan, ia ingin berjalan dengan bebas. Pada situasi ini
perawat menghadapi masalah upaya menjaga
keselamatan klien yang bertentangan dengan
kebebasan klien
3. Berkata jujur versus berkata bohong
Contoh: seorang perawat yg mendapati teman kerjanya
menggunakan narkotika.
Dalam posisi ini perawat tersebut berada dalam pilihan
apakah akan mengatakan hal ini secara terbuka atau diam
karena diancam akan dibuka rahasia yg dimilikinya bila
melaporkan pada orang lain
4.Keinginan terhadap pengetahuan yng bertentangan dengan
falsafah agama, politik, ekonomi dan ideologi

Beberapa masalah yng dapat diangkat sebagai contoh:


a. Kampanye anti rokok demi keselamatan bertentangan
dengan kebijakan ekonomi
b. Alokasi dana untuk kepentingan militer lebih besar
daripada untuk kepentingan kesehatan
5. Terapi ilmiah konvensional versus terapi tidak ilmiah dan coba-coba

Hampir semua suku bangsa di Indonesia memiliki praktek terapi


konvensional yang masih dianggap sebagai tindakan yang dapat
dipercaya. Secara ilmiah tindakan tsb sulit dibuktikan kebenarannya,
namun sebagian masyarakat
mempercayainya.
Lima faktor yang pada umumnya yang harus
dipertimbangkan dalam masalah etika
keperawatan

1. Pertanyaan dari klien yang pernah


diucapkan kepada anggota keluarga, teman-
temannya dan petugas kesehatan
2. Agama dan kepercayaan klien yang
dianutnya.
3. Pengaruh terhadap anggota keluarga
klien
4. Kemungkinan akibat sampingan yang
tidak dikehendaki

5. Prognosis dengan atau tanpa


pengobatan
MASALAH ETIKA DALAM
PRAKTIK KEPERAWATAN

Berbagai masalah etis yang dihadapi perawat


dalam praktik keperawatan telah
menimbulkan konflik antara kebutuhan klien
dangan harapan perawat dan falsafah
keperawatan
Masalah Etika Keperawatan pada
dasarnya merupakan masalah
etika kesehatan, dalam kaitan ini
dikenal dengan istilah : etika
biomedis atau bioetis.
BIOMEDIS ATAU BIOETIS

Istilah yang mengandung arti


ilmu yang mempelajari masalah
yang timbul akibat kemajuan
ilmu pengetahuan, terutama
bidang biologi dan kedokteran.
M AS ALA H E TIKA M OR AL YAN G S ERI NG TE RJ ADI DAL AM PE LA YA NAN KE S EH AT AN

1. Berkata jujur
2. AIDS
3. Abortus
4. Menghentikan pengobatan, makanan dan
cairan
5. Eutanasia
6. Transplantasi organ
7. Fertilisasi in vitro, inseminasi
artifisial. pengontrolan reproduksi.
BERKATA JUJUR

• Desepsi, berasal dari kata decieve


yang berarti membuat orang percaya
terhadap suatu hal yang tidak benar,
meniru, atau membohongi.
• Desepsi meliputi berkata bohong,
mengingkari, atau menolak, tidak
memberikan informasi dan memberikan
jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan
atau tidak memberikan penjelasan
sewaktu informasi dibutuhkan.
• Contoh kasus dalam berkata jujur adalah perawat
memberikan obat pada pasien dan tidak memberi tahu
pasien tentang obat apa yang sebenarnya diberikan.
• Tindakan Desepsi secara etika tidak dibenarkan. Para ahli
etika menyatakan bahwa tindakan desepsi membutuhkan
keputusan yang jelas terhadap siapa yang diharapkan
melalui tindakan tersebut. Dalam tindakan ini konsep
kejujuran merupakan prinsip etis yang mendasari berkata
jujur.
• Klien mempunyai hak untuk mengetahui, berkata jujur
merupakan kewajiban moral, menghilangkan cemas dan
penderitaan, meningkatkan kerja sama klien maupun
keluarga, dan memenuhi kebutuhan perawat.
AIDS

• AIDS tidak saja menimbulkan dampak pada


penatalaksanaan klinis, tetapi juga dampak sosial,
kekhawatiran masyarakat, serta masalah hukum dan etika.
Oleh karena sifat virus penyebab AIDS, yaitu HIV, dapat
menular pada orang lain maka muncul ketakutan
masyarakat untuk berhubungan dengan penderita AIDS
• penderita AIDS sering diperlakukan tidak adil dan
didiskriminasikan. perilaku diskriminasi ini tidak saja
terjadi di masyarakat yang belum paham AIDS , tetapi juga
di masyarakat yang sudah tahu / yang paham AIDS.
• Perawat yang bertanggung jawab dalam merawat klien
AIDS akan mengalami :
- berbagai stres pribadi
- termasuk takut tertular atau menularkan pada keluarga
- ledakan emosi bila merawat klien AIDS.
• Perawat sangat berperan dalam perawatan klien, Perawat terlibat dalam
pembuatan keputusan tentang tindakan atau terapi yang dapat dihentikan dan
tetap menghargai martabat manusia, pada saat tidak ada terapi medis lagi yang
dapat diberikan kepada klien, seperti mengidentifikasi nilai-nilai, menggali
makna hidup klien, memberikan rasa nyaman, memberi dukungan manusiawi,
dan membantu meninggal dunia dalam keadaan tentram dan damai
ABORTUS

• Abortus telah menjadi salah satu perdebatan internasional


mengenai masalah etika. Abortus secara umum dapat
diartikan sebagai penghentian kehamilan secara spontan
atau rekayasa. Dalam membahas abortus biasanya dilihat
dari dua sudut pandang yaitu moral dan hukum
• Ada tiga pandangan yang dapat dipakai dalam memberi
tanggapan terhadap abortus yaitu pandangan konservatif,
moderat, dan liberal (Megan, 1991):
1. Pandangan konservatif, abortus secara moral jelas salah dan
dalam situasi apapun abortus tidak boleh dilakukan,
termasuk dengan alasan penyelamatan (misal bila
kehamilan dilanjutkan akan menyebabkan ibu meninggal)
2. Pandangan moderat, abortus hanya merupakan suatu prima
facia, kesalahan moral dan hambatan penentangan abortus
dapat diabaikan dengan pertimbangan moral yang kuat.
Contoh: abortus dapat dilakukan bila kehamilan merupakan
hasil pemerkosaan atau kegagalan kontrasepsi.
3. Pandangan liberal, abortus secara moral diperbolehkan atas
dasar permintaan. Secara umum pandangan ini menganggap
bahwa fetus belum menjadi manusia. Fetus hanyalah
sekelompok sel yang menempel di dinding rahim. Menurut
pandangan ini, secara genetik fetus dapat dianggap sebagai
bakal manusia, tapi secara moral fetus bukan manusia.
• Abortus sering menimbulkan konflik nilai bagi perawat bila
ia harus terlibat dalam tindakan abortus. Di beberapa negara
spt USA, Inggris, atau Australia dikenal hukum Conscience
clauses, yang memperbolehkan dokter, perawat atau
petugas rumah sakit untuk menolak membantu pelaksanaan
abortus.
• Di Indonesia tindakan abortus dilarang sejak tahun 1918
sesuai dg pasal 346 s.d. 3349 KUHP, dinyatakan bahwa
“barang siapa melakukan sesuatu dengan sengaja yang
menyebabkan keguguran atau matinya kandungan, dapat
dikenai penjara”.
EUTANASIA

• Eutanasia merupakan masalah bioetik yang juga menjadi


perdebatan utama di dunia barat. Eutanasia berasal dari
bahasa Yunani “eu” (yang berarti mudah, bahagia atau
baik) dan thanatos (berarti meninggal dunia). Jadi bila
dipadukan berarti meninggal dunia dengan baik atau
bahagia.
Dilihat dari aspek bioetis eutanasia terdiri dari eutanasia
volunter, involunter, aktif dan pasif.

1. Eutanasia volunter, klien secara sukarela dan bebas


memilih untuk meninggal dunia
2. Eutanasia involunter, tindakan yang menyebabkan
kematian dilakukan bukan atas dasar persetujuan klien dan
seringkali melanggar keinginan klien.
• Eutanasia aktif melibatkan suatu tindakan disengaja yang
menyebabkan klien meninggal, misalnya dengan
menyuntikkan suatu obat. Eutanasia aktif merupakan
tindakan yang melanggar hukum dan dinyatakan dl KUHP
pasal 338, 339, 345, dan 359.
• Eutanasia pasif dilakukan dengan menghentikan
pengobatan atau perawatan suportif yang mempertahankan
hidup (misalnya:antibiotika, nutrisi, cairan, respirator yang
tidak diperlukan lagi oleh klien). Eutanasia pasif sering
disebut sebagai eutanasia negatif, dapat dikerjakan sesuai
dengan fatwa IDI.
• Kesimpulannya, berbagai argumentasi yang telah diberikan
para ahli tentang euthanasia. Pertanyaan moral masyarakat
yang perlu dijawab bukan”apakah euthanasia secara moral
diperbolehkan?” melainkan ”jenis euthanasia mana yang
diperbolehkan?, pada kondisi mana?, dan metode
bagaimana yang tepat?”
MENGHENTIKAN PENGOBATAN, CAIRAN DAN
MAKANAN

• Masalah etika dapat muncul pada kejadian ketidakjelasan


antara memberi atau menghentikan makanan dan minuman,
serta ketidakpastian tentang hal yang lebih menguntungkan
klien.
• Ikatan perawat Amerika (ANA, 1988) menyatakan bahwa
tindakan penghentian dan pemberian makanan kepada klien
oleh perawat secara hukum diperbolehkan, dengan
pertimbangan tindakan ini menguntungkan.
• Makanan dan cairan merupakan kebutuhan dasar manusia.
Memenuhi kebutuhan makanan dan miuman adalah tugas
perawat. Selama melaksanakan perawatan sering perawat
menghentikan pemberian makanan dan minum, terutama
bila pemberian tersebut justru membahayakan klien
misalnya pada pra- dan pascaoperasi.
TRANSPLANTASI ORGAN

• Pelaksanaan transplantasi organ di Indonesia diatur dalam


peraturan pemerintah No.18 tahun 1981, tentang bedah
mayat klinis dan bedah mayat anatomis/transplantasi alat
dan atau jaringan tubuh, merupakan pemindahan
alat/jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.
• Tidak semua perawat terlibat dalam tindakan ini, namun
dalam beberapa hal, perawat cukup berperan, seperti
merawat dan meningkatkan kesehatan pemberi donor,
membantu dikamar operasi, dan merawat klien setelah
transplantasi (Megan, 1991)
• Tindakan transplantasi tidak menyalahi semua agama dan
kepercayaan asalkan penentuan saat mati dan
penyelenggaraan jenazah terjamin dan tidak terjadi
penyalahgunaan.
Masalah Etika yg berkaitan
langsung dengan praktik
keperawatan
1. Evaluasi diri

• Evaluasi diri mempunyai hubungan erat dengan


pengembangan karier, aspek hukum dan pendidikan
berkelanjutan. Merupakan tanggung jawab etika bagi semua
perawat. Dengan evaluasi diri perawat dapat mengetahui
kelemahan, kekurangan, dan kelebihannya sebagai perawat
praktisi.
• Evaluasi diri sebaiknya dilakukan secara periodic.
• Evaluasi diri dilakukan agar perawat menjadi istimewa atau
kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan
• salah satu cara melindungi klien dari pemberian perawatan
yang buruk
2. Evaluasi Kelompok
• Tujuan: mempertahankan konsistensi kualitas asuhan
keperawatan yg baik, yg merupakan tanggung jawab etis.
• Evaluasi kelompok dapat dilakukan secara formal dan
informal.
• Contoh: observasi langsung saat tindakan atau mengamati
perilaku sesama rekan

• Dasar untuk melakukan evaluasi asuhan keperawatan


adalah standar praktek keperawatan yg digunakan untuk
mengevaluasi proses
• Dasar untuk evaluasi perawatan klien digunakan kriteria
hasil.
Secara Formal metode evaluasi kelompok :
• konfrensi yang membahas berbagai hal yang diamati
• wawancara dg klien atau staf
• observasi langsung pada klien
• audit keperawatan berdasarkan catatan klien.
3. Tanggung jawab terhadap peralatan dan barang
• Perawat harus dapat memberi penjelasan pada orang lain /
tenaga kesehatan bahwa mengambil barang walaupun kecil
secara etis tidak dibenarkan karena setiap tenaga kesehatan
mempunyai tanggung jawab terhadap peralatan dan barang
di tempat kerja.
4. Merekomendasikan klien pada dokter
• Perawat dapat memberikan informasi tentang berbagai altenatif (perawat
dapat menyebutkan tiga nama dokter dengan beberapa informasi penting
alternative lain tentang keahlian dan pendekatan yang dipakai dokter pada
klien).
• Secara hukum perawat tidak boleh memberikan kritik
tentang dokter kepada klien.
5. Menghadapi asuhan keperawatan yang buruk.
• Perawat harus mampu mengenal/tanggap bila bila ada
asuhan keperawatan yang buruk serta berupaya untuk
mengubah keadaan tersebut.
• beberapa tahap yang dapat dilakukan bila perawat
menghadapi asuhan yang buruk.:
a. Pertama, mengumpulkan informasi yang lengkap dan sah,
jangan membuat keputusan berdasarkan gosip, umpatan
atau dari satu pihak
b. mengetahui siapa saja pembuat keputusan atau yang
memiliki pengaruh terhadap terjadinya perubahan.
c. membawa masalah kepada pengawas  terbawah. Namum
belum tentu masalah ini akan dihiraukan oleh pengawas.
6. Masalah antara peran merawat dan mengobati
• Peran perawat secara formal adalah memberikan asuhan
keperawatan. Berbagai faktor menyebabkan peran perawat
menjadi kabur dengan peran mengobati. Hal ini banyak
dialami di Indonesia, terutama perawat di puskesmas
• Perawat tidak melakukan apa yang secara formal
diharapkan dan telah diajarkan kepada mereka. Perawat
dalam melaksanakan tugas delegatif yaitu dalam pelayanan
pengobatan, secara hukum tidak dilindungi.
MASALAH PERAWAT DAN
PROFESI KESEHATAN LAIN.

PERAWAT SENANTIASA MEMELIHARA HUBUNGAN BAIK


DENGAN SESAMA PERAWAT MAUPUN DENGAN
TENAGA KESEHATAN LAINNYA, DAN DALAM
MEMELIHARA KESERASIAN SUASANA, LINGKUNGAN
KERJA MAUPUN DALAM MENCAPAI TUJUAN
PELAYANAN KESEHATAN SECARA MENYELURUH.
PERAWAT BERTINDAK MELINDUNGI KLIEN DARI TENAGA
KESEHATAN YANG MEMBERIKAN PELAYANAN KESEHATAN
SECARA TIDAK KOMPETEN, TIDAK ETIS DAN ILEGAL.

KOMITMEN UTAMA PERAWAT ADALAH :


MEMBERIKAN PELAYANAN ATAU ASUHAN
DENGAN MEMPERHATIKAN KENYAMANAN
DAN KEAMANAN KLIEN ATAU PASIEN.
DALAM MELAKSANAKAN PERAN ADVOKASI TERSEBUT,
PERAWAT HARUS SELALU WASPADA TERHADAP PRAKTEK
YANG TIDAK KOMPETEN, TIDAK ETIS DAN ILLEGAL.

APABILA DALAM PELAKSANAAN ADA TINDAKAN YANG


BERTENTANGAN DENGAN HAL TERSEBUT DIATAS, MAKA
PERAWAT HARUS MELAPORKAN KEPADA BADAN
PROFESIONAL SEPERTI KOMITE KEPERAWATAN.
PERATURAN PEMERINTAH NO.32 TAHUN 1996 PASAL 23
MENYATAKAN KLIEN BERHAK ATAS GANTI RUGI
APABILA DALAM PELAYANAN KESEHATAN YANG
DIBERIKAN OLEH TENAGA KESEHATAN, CACAT ATAU
KEMATIAN YANG TERJADI KARENA KELALAIAN ATAU
KESALAHAN.
APABILA SETIAP PROFESI TELAH DAPAT
SALING MENGHARGAI, MENGHORMATI,
MAKA HUBUNGAN KERJASAMA AKAN
TERJALIN DENGAN BAIK.

DALAM PELAKSANAANNYA SERING


TERJADI KONFLIK ETIS.
CONTOH 1

SEORANG AHLI BEDAH, KEPALA


STAF PEMBEDAHAN,
MENGUNJUNGI UNIT RUMAH SAKIT
DISUATU PETANG UNTUK
MEMBAHAS PEMBEDAHAN KLIEN
PADA KEESOKAN HARINYA.
PERAWAT MENCIUM BAU ALKOHOL
DALAM NAPAS AHLI BEDAH
TERSEBUT DAN PEMBICARAAN
AHLI BEDAH TERSEBUT SAMBUNG
MENYAMBUNG SERTA
LANGKAHNYA TIDAK SEIMBANG.
PERTANYAAN :

APAKAH PERAWAT MELAPORKAN HAL


INI ATAU MENGABAIKANNYA ?
CONTOH 2

SEORANG DOKTER MERAWAT KLIEN


LANSIA DI BAGIAN RAWAT JANGKA
PANJANG.
PERATURAN DIBAGIAN TERSEBUT
MENYEBUTKAN :”SETIAP KLIEN
HARUS DIKUNJUNGI OLEH
DOKTERNYA
PALING SEDIKIT 30 HARI DAN
KUNJUNGAN TERSEBUT
DIDOKUMENTASIKAN PADA
CATATAN KLIEN, APABILA
DOKTER TIDAK MELAKUKAN
KUNJUNGAN SESUAI PERATURAN.
PERTANYAAN :

APA YANG HARUS DIKERJAKAN


PERAWAT TERSEBUT, MELAPORKAN
HAL TERSEBUT PADA PERAWAT
KEPALA ATAU PIMPINAN BAGIAN
TERSEBUT ? ATAU MEMBAHAS
MASALAH TERSEBUT DENGAN DOKTER
?
SELAMAT BELAJAR, SUKSES UNTUK ANDA

Anda mungkin juga menyukai