Mencegah terjatuh, pada orang tua maupun anak-anak harus diawasi agar
tidak terjatuh akibat terpeleset (misalnya akibat lantai licin)
Edukasi
Tatalaksana untuk rehabilitasi pada pasien cedera otak traumatik difokuskan pada
simtomatik dan rehabilitasi. Pasien harus difasilitasi untuk mencapai kesembuhan
komplit, namun beberapa sekuele cedera otak traumatik tidak hilang secara
komplit. Pasien harus di edukasi pentingnya rehabilitasi untuk gangguan fungsi
kognitif yang dialami.[16]
Edukasi lain yang penting adalah pencegahan berulangnya trauma dan trauma
repetitif yang berhubungan dengan aktivitas atau pekerjaan pasien.
Tanda bahaya pada kehamilan yang perlu diketahui ibu hamil, antara lain
perdarahan hebat pervaginam, kejang, sakit kepala berat yang disertai penglihatan
kabur, sakit perut yang intens, perasaan terlalu lemah untuk bangun dari tempat
tidur dan beraktivitas, kesulitan bernapas, kurangnya pergerakan janin, demam,
dan adanya edema pada jari, wajah, dan kaki.
Edukasi dan promosi kesehatan infark miokard akut (acute myocardial infarct)
yang perlu dijelaskan kepada pasien termasuk mengenai patofisiologi penyakit
dan alur penatalaksanaannya. Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit
infark miokard akut (IMA) dapat dilakukan melalui program CERDIK dan
PATUH dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Edukasi Pasien
Beberapa poin yang perlu disampaikan dalam edukasi pasien, antara lain:
Tujuan terapi awal dan kepentingan dari tata laksana lanjutan seperti
tindakan reperfusi baik farmakologis maupun mekanik
Enyahkan asap rokok
Rajin aktivitas fisik
Diet sehat dengan kalori seimbang
Istirahat cukup
Kelola stress
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi: gaya hidup, merokok, stres, kurang
olahraga, kebersihan oral buruk, konsumsi alkohol, diabetes melitus,
hipertensi, obesitas, dan dislipidemia
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi: umur ≥65 tahun, jenis kelamin
laki-laki, dan riwayat keluarga dengan penyakit jantung atau sudden death
Banyak studi yang telah dilakukan untuk menemukan cara mencegah penyakit
kardiovaskular, termasuk IMA. Di antaranya adalah pemberian vitamin D,
penggunaan aspirin sebagai preventif, konsumsi multivitamin, dan
pemberian vaksinasi influenza.
PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER, TERSIER
a. Pencegahan Primer
Upaya yang dilakukan perawat untuk pencegahan primer meliputi
penyuluhan kepada masyarakat luas melalui lembaga swadaya masyarakat
dan lembaga sosial lainnya. Program penyuluhan diarahkan ke penggunaan
Helm saat mengemudi kendaraan bermotor, Anak – anak yang masih Balita
selalu diawasi oleh orang tua, jangan Mengemudikan kendaraan dengan
kecepatan yang tinggi, pada pemanjat tebing saat memanjat harus
menggunakan pengaman pada kepala dan badan, Pada pekerja bangunan
agar menggunakan helm saat menaiki bangunan yang tinggi.
b. Pencegahan skunder
1) Untuk mengendalikan perdarahan lakukan penekanan langsung
(Turniket)
2) Apabila benda yang menancap maka harus distabilkan dengan metode
apa saja, sehingga mencegah trauma lebih lanjut.
3) Imobilisasi fraktur: Pembidaian bagian atas dan bawah fraktur, meliputi
persendian proksimal dan distal.
4) Pada pasien yang fraktur :
a) Pembatasan aktivitas yang sederhana dengan penggunaan mitela dan
kruk
b) Reposisi tertutup diikuti oleh pemasangan gips.
c. Pencegahan tersier
1) Untuk menangani avulsi yaitu:
a) Memantau dan mengendalikan perdarahan dengan penekanan
langsung
b) Rigasi flap kulit yang dilakukan dengan hati – hati, dan selanjutnya
ditutupi dengan balutan yang tebal, steril serta basah.
2) Imobilisasi fraktur: Pembidaian dengan pemasangan bantalan (pad)
untuk mencegah disrupsi kulit yang lebih lanjut.
3) Untuk mencegah terjadinya fraktur yang lebih lanjut : pasien yang akan
dipulangkan :
a) Perawatan gips harus disampaikan dan dicatat
b) Pasien yang menggunkan kruk: harus mengajarkan cara berjalan
yang tepat.
Sumber:
https://id.scribd.com/document/374772164/Upaya-Pencegahan-Primer-Sekunder-
Dan-Tersier-Pada--Kegawat-Daruratan
https://repository.unair.ac.id/85163/