Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KONSEP DAN SASARAN PASIEN SAFETY

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Managemen


Keperawatan Dosen Pengampu Ns. Susi Nurhayati, M.Kep

Disusun oleh :

1. Anisa Agustina 1803014


2. Hasan Albana 1803044
3. Istyana Dyah Mahmudah 1803050
4. Khoiriyah 1803054
5. Putri Engga Dewi 1803074
6. Ririk Indah Sari 1803084
7. Siti Nur Khasanah 1803094

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko.
Banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien
dan staf Rumah Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensial
bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors).
Gerakan "Patient safety" atau Keselamatan Pasien telah menjadi
spirit dalam pelayanan rumah sakit di seluruh dunia. Tidak hanya rumah
sakit di negara maju yang menerapkan Keselamatan Pasien untuk
menjamin mutu pelayanan, tetapi juga rumah sakit di negara berkembang,
seperti Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan
Peraturan Menteri Kesehatan no 1691/2011 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit. Peraturan ini menjadi tonggak utama operasionalisasi
Keselamatan Pasien di rumah sakit seluruh Indonesia. Banyak rumah sakit
di Indonesia yang telah berupaya membangun dan mengembangkan
Keselamatan Pasien, namun upaya tersebut dilaksanakan berdasarkan
pemahaman manajemen terhadap Keselamatan Pasien. Peraturan Menteri
ini memberikan panduan bagi manajemen rumah sakit agar dapat
menjalankan spirit Keselamatan Pasien secara utuh.
Menurut PMK 1691/2011, Keselamatan Pasien adalah suatu sistem
di rumah sakit yang menjadikan pelayanan kepada pasien menjadi lebih
aman, oleh karena dilaksanakannya: asesmen resiko, identifikasi dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindaklanjutnya, serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat tindakan medis
atau tidak dilakukannya tindakan medis yang seharusnya diambil. Sistem
tersebut merupakan sistem yang seharusnya dilaksanakan secara normatif.
Melihat lengkapnya urutan mekanisme Keselamatan Pasien dalam
PMK tersebut, maka, jika diterapkan oleh manajemen rumah sakit,
diharapkan kinerja pelayanan klinis rumah sakit dapat meningkat serta hal-
hal yang merugikan pasien (medical error, nursing error, dan lainnya)
dapat dikurangi semaksimal mungkin.
Di Indonesia, telah dikeluarkan pula Kepmen nomor
496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit,
yang tujuan utamanya adalah untuk tercapainya pelayanan medis prima di
rumah sakit yang jauh dari medical error dan memberikan keselamatan
bagi pasien. Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan Rumah Sakit
Seluruh Indonesia (PERSI) yang berinisiatif melakukan pertemuan dan
mengajak semua stakeholder rumah sakit untuk lebih memperhatian
keselamatan pasien di rumah sakit.Mempertimbangkan betapa pentingnya
misi rumah sakit untuk mampu memberikan pelayanan kesehatan yang
terbaik terhadap pasien mengharuskan rumah sakit untuk berusaha
mengurangi medical error sebagai bagian dari penghargaannya terhadap
kemanusiaan, maka dikembangkan system Patient Safety yang dirancang
mampu menjawab permasalahan yang ada.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pasien safety
2. Apa sajakah tujuan pasien safety
3. Bagaimanakah insiden pasien safety
4. Apa sajakah isu, elemen, dan akar penyebab kesalahan yang paling
umum dalam patient safety
5. Bagaimana Langkah-Langkah Pelaksanaan Patient Safety
6. Siapa saja sasaran pasien safety
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pasien safety
2. Untuk mengetahui tujuan pasien safety
3. Untuk mengetahui insiden pasien safety
4. Untuk mengetahui isu, elemen, dan akar penyebab kesalahan yang
paling umum dalam patient safety
5. Untuk mengetahui Langkah-Langkah Pelaksanaan Patient Safety
6. Untuk mengetahui sasaran pasien safety
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Patient Safety atau keselamatan pasien merupakan isu global yang
mempengaruhi negara-negara di semua tingkat pembangunan. Meskipun
perkiraan ukuran permasalahan masih belum pasti, khususnya di negara
berkembang dan Negara transisi/konflik, ada kemungkinan bahwa jutaan
pasien seluruh dunia menderita cacat, cedera atau meninggal setiap tahun
karena pelayanan kesehatan yang tidak aman.
Menurut National Health Performance Committee (NHPC, 2001,
dikutip dari Australian Institute Health and Welfare (AIHW, 2009)
mendefinisikan keselamatan pasien adalah menghindari atau mengurangi
hingga ketingkat yang dapat diterima dari bahaya aktual atau risiko dari
pelayanan kesehatan atau lingkungan di mana pelayanan kesehatan
diberikan. Fokus dari definisi ini adalah untuk mencegah hasil pelayanan
kesehatan yang merugikan pasien atau yang tidak diinginkan.
Institute of Medicine (2000) mendefinisikan keselamatan pasien
adalah “freedom from accidental injury”. Sedangkan Kelley dan Hurst
(2006, dikutip dari AIHW, 2009) mendefinisikan keselamatan pasien
adalah tingkat dimana menghindari, mencegah, dan memperbaiki hasil
atau cedera yang merugikan dari proses pelayanan kesehatan.
B. Tujuan Patient Safety
Ada tujuan di dalam pasien safety di antaranya :
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RumahSakit
2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan
masyarakat
3. Menurunnya KTD di RumahSakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
penanggulangan KTD.
Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:
1. Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secarabenar)
2. Improve effective communication (meningkatkan komunikasi
yangefektif)
3. Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan
keamanan dari pengobatan resikotinggi)
4. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery
(mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien,
kesalahan proseduroperasi)
5. Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi
risiko infeksi yang berhubungan dengan pelayanankesehatan)
6. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien
terluka karenajatuh). (1)
C. Insiden Pasien Safety
Insiden keselamatan pasien dapat diklasifikasikan sebagai berikut
(WHO, 2018):
1. Insiden Berbahaya
Insiden yang dapat membahayakan dan merugikan pasien
sehingga planning perawatan tidak sesuai yang diharapkan.
2. Insiden Tidak Berbahaya
Insiden yang tidak menimbulkan bahaya dan kerugian pada pasien.
3. Insiden Nyaris Berbahaya
Insiden yang tidak membahayakan pasien tetapi memiliki
potensi atau resiko untuk bahaya dan kerugian. Insiden keselamatan
pasien dapat disebabkan karena beberapa hal yang tidak sesuai standar
dalam periode pelayanan pasien, pengobatan yang tidak memenuhi
harapan untuk perbaikan atau penyembuhan pasien, risiko dalam
pengobatan dan kedisiplinan serta ketidakpatuhan pasien dalam
minum obat.
Menurutt Cooper, dkk (2018) klasifikasi dampak insiden
keselamatan pasien dalam pelayanan kesehatan adalah sebagai
berikut.
a. Tidak Ada Kerugian
Proses pengobatan yang berjalan hingga selesai tanpa ada
kerusakan atau kerugian untuk pasien. Contoh: Pasien menerima
obat imunosupresif (azathioprine) tetapi melewatkan pemantauan
hematologis rutin selama beberapa bulan tetapi tidak ada bahaya
yang terjadi.
b. Tidak Ada Kerugian Karena Hasil Mitigasi
Segala insiden yang berpotensi menyebabkan bahaya tetapi
tidak menimbulkan bahaya. Contoh:  Seorang petugas kesehatan
yang kurang tepat mengindikasikan aturan minum obat yang
seharusnya dua kali sehari tapi petugas menulisnya satu kali
sehari. Petugas yang menyediakan obat tersebut kepada pasien
sebelumnya telah mencatat kesalahan dan mengoreksi obat
kembali.
c. Kerugian Ringan
Insiden di mana pasien terluka tetapi tidak memerlukan
intervensi atau perawatan minimal. Contoh: Seorang dokter
membuat kesalahan resep dan kemudian sediaan obat tidak ada di
apotik rumah sakit sehingga obat yang dibutuhkan didapat dari
apotik di luar rumah sakit. Pasien tidak mendapatkan obat selama
3,5 jam yang membuat keluarga sangat takut.
d. Kerugian Sedang
Pasien yang memerlukan perawatan medis jangka pendek
untuk penilaian dan perawatan ringan baik di UGD atupun bangsal
rumah sakit. Contoh: Seorang petugas kesehatan melakukan
kunjungan rumah rutin ke pasien diabetes untuk memberikan
insulin. Pada saat kunjungan ditemukan gula darah pasien dalam
batas aman untuk pemberian insulin. Kemudian pada hari yang
sama pasien ditemukan hipoglikemia, pasien tidak memberitahu
petugas bahwa 30 menit sebelum petugas datang pasien sudah
mendapatkan terapi insulin. Pasien sementara  dirawat dirumah
sakit untuk memantau gula darah satu hari.
e. Insiden Perusakan Berat
Pasien mengalami insiden yang berdampak jangka panjang
atau permanen pada fisik, mental ataupun sosialnya sehingga
mempersingkat harapan hidupnya. Contoh: Seorang anak epilepsi
diresepkan untuk mendapatkan fenobarbital dengan gejala
mengantuk dan mengalami penurunan kesadaran selama tiga hari.
Konsentrasi fenobarbital dalam darah pasien ditemukan snagat
tinggi ketika diperiksa, label pabrik memberikan kekuatan 25 mg/
ml tetapi label farmasi di fasilitas kesehatan salah
mengindikasikan obat tersebut dengan 25 mg/ 5 ml dan anak
tersebut sudah menerima obat sebanyak 5 kali dosis yang sudah
diresepkan.
f. Kematian
Insiden yang terjadi dalam masa pengobatan. Dapat terjadi
karena kurang tepat dalam penegakkan diagnosis, penanganan
awal, dan lain sebagainya. Contoh: Keluarga pasien menelpon
seorang dokter dengan melaporkan keadaan pasien seperti merasa
tidak enak badan, muntah dan ada ruam merah di perut kemudian
seorang dokter mendiagnosis pasien dengan penyakit virus dan
menganjurkan keluarga untuk memberikan obat anti muntah.
Beberapa jam kemudian keadaan pasien memburuk dan dibawa ke
UGD, pasien didiagnosis septikemia meningkokus dan meninggal.
g. Insiden Yang Kurang Detail
Insiden di mana informasi tidak memadai untuk
mengevaluasi keparahan bahaya  sehingga dapat berisiko
kesalahan dalam hasil perawatan. Contoh: Seorang pasien
memberikan sampel untuk uji histologi dan sitologi tetapi pasien
tidak memberikan keterakan pada label pot seperti nama, tanggal
dan umur. ( Arini, Merita. 2020)
D. Isu, Elemen, dan Akar Penyebab Kesalahan yang Paling Umum
dalam Patient Safety;
1. Lima isu penting terkait keselamatan (hospital risk) yaitu:
a. Keselamatan Pasien;
b. Keselamatan Pekerja (Nakes);
c. Keselamatan Fasilitas (Bangunan,Peralatan);
d. Keselamatan Lingkungan;
e. Keselamatan Bisnis.
2. Elemen Patient safety
a. Advers drug events (ADE)/ medication error (ME) ketidak cocokan
obat/ kesalahan pengobatan)
b. Renstraint use (kendali penggunaan)
c. Nosocomial infections (infeksi nosokomial)
d. Pressure ulcers (tekanan ulkus)
e. Blood Product safety / administration
f. Pressure ulkus (tekanan ulkus)
g. Blood product safety adminsitration (keamanan
produkdara/administrasi)
h. Antimicrobial resistance (resistensi antimikroba)
i. Immunization program (program imunisasi)
j. Falls(terjatuh)
k. Blood strean-vaskular ccatheter care (aliran darah-perawatan
kateter pembuluh darah)
l. Systematic review, follow-up, and reporting of patient/visitor
incident reports (tinjauan sistematis, tindakan lanjutan, dan
pelaporan pasien/pengunjung laporan kejadian)
3. Most Common Root Causes of Errors (Akar Penyebab Kesalahan
yang Paling Umum):
a. Communication problems (masalah komunikasi)
b. Inadequate information flow (arus informasi yang tidak memadai)
c. Human problems (masalah manusia)
d. Patient-related issues (isu berkenaan dengan pasien)
e. Organizational transfer of knowledge (organisasi transfer
pengetahuan)
f. Staffing patterns/work flow (pola staf/alurkerja)
g. Technical failures (kesalahan teknis)
h. Inadequate policies and procedures (kebijakan dan prosedur yang
tidak memadai) [AHRQ (Agency for Health care Research and
Quality) Publication, 2003]. (1)
E. Langkah-Langkah Pelaksanaan Patient Safety
Pelaksanaan “Patient safety” meliputi
1. Perhatikan nama obat, rupa dan juga ucapan mirip
2. Pastikan identifikasi pasien
3. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien tersebut
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar juga
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat
6. Pastikan akurasi pemberian obat pasien pada pengalihan pelayanan
ataupun operan
7. Hindari terjadinya salah sambung kateter dan salah sambung selang
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai atau barang habis pakai
9. Tingkatkan kebersihan tangan untuk mencegah terjadinya infeksi
nosocomial. (2)
F. Sasaran Pasien Safety
Untuk meningkatkan keselamatan pasien maka perawat harus
memahami 6 sasaran penting keselamatan pasien, 6 sasaran keselamatan
pasien tersebut sebagai berikut :
1. Ketepatan identifikasi pasien
Ketepatan identitas pasien merupakan sasaran pertama yang
harus diperhatikan pasien untuk mengurangi terjadinya kejadian yang
tidak diinginkan selama di rumah sakit. Perawat harus memperhatikan
apakah identitas pasien sudah benar atau tidak, untuk memastikan
ketepatan identitas pasien perawat harus mengsingkronkan data yang
dimiliki dengan gelang identitas yng digunakan oleh pasien, selain itu
perawat juga bisa menanyakan langsung kepada pasien mengenai
nama pasien, umur pasien dan tempat serta tanggal lahir pasien
Ketepatan identitas pasien sangat wajib diperhatikan untuk
menghindari kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan maupun
pemberian terapi, salam pemberian terapi dan asuhan keperawatan
dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan pasien selama
dirumah sakit, dampak yang sangat besar akan dialami oleh pasien
apabila perawat teledor dalam memberikan terapi dan asuhan
keperawaran akibat tidak teliti dalam mengnali identitas pasien.
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
Komunikasi sangatlah penting untuk melaksanakan asuhan
keperawatan yang akan diberikan perawat terhadap pasien. Sebelum
perawat menangani pasien , perawat harus mengumpulkan data-data
yang dimiliki oleh pasien yang tentunya didaapat dari pasien itu
sendiri. Apabila perawat tidak memiliki komunikasi yang efektif maka
perawat tidak akan bisa mendapat data objektif dari pasien, apabila
perawat tidak dapat membina hubungan saling percaya terhadap
pasien maka pasien pun enggan untuk memberikan masalah nya
kepada perawat, selain itu apabila perawat tidak dapat berkomunikasi
secara efektif kepada pasien maka dia tidak akan mengetahui hal
penting apa saja yang harus dia tanyakan kepada pasien, bukan malah
mendapat informasi penting dengan pasien ,perawat malah
mendapatkan hal tidak penting bahkan membuat pasien marah
kepadanya.
Komunikasi efektif selain dilakukan perawat kepada pasien,
dilakukan juga terhadap perawat dengan tenaga medis yang lainnya,
apabila perawat tidak dapat berkomunikasi secara efektif terhadap
tenaga medis lain mengenai sesuatu yang berhubungan dengan pasien
maka juga akan mempengaruhi keselamatan pasien.
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu di waspadai
Obat merupakan salah satu terapi yang diberikan kepada pasien
yang bertujuan untuk membantu pasien untuk pulih kekeadaan semula
atau membantu pasien mengurangi rasa sakit yang dialaminya, maka
dari itu perawat harus mengawasi dan mewaspadai pemberian obat
kepada pasien untuk mencapai tujuan dari pemberian obat itu.
Meningkatkan keamanan obat merupakan cara untuk menghindari
kesalahan-kesalahan dalam pemberian obat, apabila pasien salah
menerima obat maka akan berakibat fatal untuk kesehatan pasien.
Umumnya pemberian obat kepada pasien dilakukan oleh bagian
farmasi atau apoteker namun tak jarang ini menjadi tugas perawat
diakibatkan oleh minimnya tenaga kesehatan dibidang tersebut. Jika
pemberian obat diberikan oleh farmasi ataupun apoteker perawat tak
juga harus lepas tangan sepenuhnya terhadap pemberian obat kepada
pasien, perawat juga harus mewaspadai ataupun memantau proses
pemberian obat tersebut, agar obat yang diberikan kepada pasien
benar dan tepat.
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat operasi
Kepastian lokasi merupakan hal penting yang harus diperhatikan
perawat pertama kali, perawat harus mengetahui mana bagian yang
harus dioperasi, jangan sampai terjadi kesalahan yang seharusnya
dioperasi bagian perut sebelah perut kanan karena kurangnya
perhatian perawat mengetahui lokasi yang akan dioperasi malah
terjadi pembedahan diperut sebelah kiri, selain itu memperhatikan
lokasi operasi bukan hanya diperhatikan oleh perawat namun semua
tenaga medis yang akan membantu tindakan operasi termasuk dokter.
Setelah mengetahui lokasi operasi selanjutnya yang harus
diketahui adalah prosedur yang akan dilakukan, ketepatan prosedur
merupakan langkah kedua setelah mengetahui lokasi, jangan sampai
karena perawat lalai untuk memahami prosedur yang akan dilakukan
sehingga berakibat buruk pada pasien pacsa atau pra operasi, setelah
lokasi sudah benar, prosedur yang akan dilakukan sudah diketahui dan
sudah tepat maka selanjutnya adalah tepat operasi. Tepat operasi bisa
terjadi seiring bersamaan dengan sudah terjadinya ketepatan lokasi,
ketepatan prosedur sehingga terciptalah ketepatan operasi, untuk
mencapai ketepatan operasi perawat harus mendata ulang ataupun
mengecek data ulang apakah benar pasien, tepat lokasi dan tepat
prosedur yang dilaksanakan.
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Sasaran penting keselamatan pasien ke lima merupakan
pengurangan resiko infeksi, infeksi sangat mudah terjadi dirumah
sakit, mulai dari kelalaian perawat dalam memperhatikan alat-alat
yang digunakan pasien dalam pengobatan dirumah sakit hingga
kelalaian perawat menjaga kebersihan diri sebelum menangani pasien.
Umumnya pasien kerumah sakit untuk sehat ,namun kelalaian-
kelalaian yang dilakukan tenaga medis malah membuat pasien
terinfeksi penyakit baru, hal ini lah yang harus dihindari agar angka
kecelakaan dirumah sakit dapat kerkurang.
Kecelakaan dirumah sakit bukan hanya pasien dalam keadaan
fisik luar yang terganggu namun juga keadaan fisik dalam dan
keadaan fisiologisnya. Maka dari itu perawat harus memahami
bagaimana cara untuk mencegah pasien terinfeksi akibat pelayanan
kesehatan, salah satu caranya bisa selalu memastikan setiap alat
kesehatan yang digunakan ditubuh atau sebelum digunakan dalam
keadaan bersih dan steril kemudia selalu membersihkan diri serta
menggunakan alat pelindung diri sebelum, saat dan setelah melakukan
interaksi dengan pasien. Saat ini sangat marak terjadi infeksi
nosokomial dirumah sakit oleh sebab itu penting bagi perawat
mengetahui, memahami dan mengaplikasikan sasaran ke lima ini
untuk meningkatkan angka keselamatan pasien dirumah sakit.
6. Pengurangan resiko pasien jatuh
Sasaran keselamatan yang terakhir yang harus diketahui perawat
adalah resiko jatuh. Masih sering terjadi pasien jatuh, baik dari tempat
tidur atau pada saat berjalan ingin kekamar mandi. Hal ini harus
diperhatikan oleh perawat. Perawat harus memastikan keselamatan
pasien selama berada dirumah sakit, merawat harus memastikan
bahwa pasien tidak terjatuh selama dirumah sakit karena ini akan
mempengaruhi kondisi fisik dari pasien. Namun mengenai pasien
jatuh tak mesti perawat 24 jam harus bersama pasien dan menjaga
pasien agar tak jatuh. Perawat dapat memberika pendidikan kesehatan
dan keselamatan terhadap keluarga pasien yang menjaga untuk
memperhatikan keadaan pasien dan selalu mendampingi pasien pada
saat ingin berjalan kekamar mandi, dan selalu memperhatikan
keselamatan pasien selama ditempat tidur.(3)
BAB III

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

1. Adventus, Mahendra D, Martajaya IM. Modul Manajemen Pasien Safety.


Modul Manaj Pasien Saf [Internet]. 2019;22. Tersedia pada:
http://repository.uki.ac.id/2730/1/BUKUMODULMANAJEMENPASIENS
AFETY.pdf
2. rambe F adelina. Menerapkan langkah - langkah patient safety di rumah
sakit. 2019;
3. Syafridayani F. “6 Sasaran Penting Keselamatan Pasien Yang Harus
Diketahui Dan Dipahami Oleh Seorang Perawat.” 2019;
4. Arini, Merita. 2020. Keselamatan Pasien (Patient Safety Incident) dan
Klasifikasinya. Di Unduh 02 Januari, Pada :
http://merita.staff.umy.ac.id/2020/01/02/keselamatan-pasien-patient-safety-
incident-dan-klasifikasinya/
5. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
1691/MENKES/PER/VIII/2011 TENTANG KESELAMATAN PASIEN
RUMAH SAKIT DENGAN. (2011).
6. Tutiany Dkk. Mangemen keselamatan pasien
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/11/MAN
AJEMEN-KESELAMATAN-PASIEN-Final-DAFIS.pdf

Anda mungkin juga menyukai