Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “ Promosi Kesehatan pada Bayi Baru Lahir “ Makalah ini
di susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak I, Program
Studi Keperawatan.
Penulis
1. Optimalisasi kesehatan Bayi Baru Lahir ( BBL )
a. Nutrisi
Bagi bayi baru lahir, ASI merupakan satu-satunya sumber makanan
dan minuman yang utama dengan nutrisi yang sebagian besar terkandung
didalamny. ASI mengandung zat gizi yang sangat lengkap, antara lain
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, factor pertumbuhan,
hormon, enzim dan zat kekebalan. Semua zat ini terdapat secara
proposional dan seimbang satu dengan yang lainnya. ASI merupakan
ntrisi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Komposisi ASI berubah sesui dengan masa kehamilan dan usia
pascanatal (melahirkan). Komposisi ASI yang keluar pada hari pertama
sampai hari ke 4-7 ( Kolostrum) berbeda dengan ASI yang diproduksi hari
7-10 sampai hari ke 14 (ASI transisi) dan ASI selanjutnya (ASI matur).
Komposisi tersebut sesuai dengan kebutuhan masing-masing bayi baru
lahir.
Komposisi ASI juga berbeda berdasarkan lamanya waktu menyususi.
Pada permulaan menyusui ( 5 menit pertama) disebut foremilk,
mengandung kadar protein tinggi. ASI yang dihasilkan pada akhir
menyussui setelah ( 15-20 menit) disebut hindmilk, mengandung kadar
lemak yang tinggi. Karena itu, para ibu harus menyusui banyinya secara
tuntas pada satu payudara, baru kemudian dapat berpindah ke payudara
yang lain, agar bayi mendapatkan keseluruhan kandungan ASI yang
dibutuhkan.
Setelah bayi lahir, cairan encer kekuningan, yang disebut kolostrum,
mengalir dari putting ibu sebelum ASI diproduksi. Kolostrum kaya akan
kalori, protein dan antibody. Ini berlangsung selama 1-4 atau 4-7 hari
pascapersalinan. Bayi baru lahir akan diberikan ASI sesuai dengan
kapasitas lambung antara 30-90 ml ( Teti, 2016)
b. Sleep and Activity (Istirahat dan Tidur)
Bayi baru lahir memulai hidup dengan jadwal tidur yang sistematis
dan aktivitas yang awalnya terbukti selama periode reaktivitas. Selama 2
atau 3 hari berikutnya kebanyakan bayi tidur hampir secara konstan untuk
pulih dari proses kelahiran yang melelahkan. Bayi memiliki enam keadaan
tidur-bangun yang berbeda, yang mewakili bentuk tertentu dari kontrol
saraf. Dengan bertambahnya usia gestasional dan pascakonsepsi, setiap
keadaan menjadi lebih tepat menurut perilaku yang diamati.
Keadaan didefinisikan sebagai "kelompok karakteristik yang secara
teratur terjadi bersama-sama" (Blackburn, 2013); ini termasuk aktivitas
tubuh, gerakan mata dan wajah, pola pernapasan, dan respons terhadap
rangsangan internal dan eksternal. Keenam kondisi tidur-bangun adalah
tidur nyenyak (nyenyak), tidur nyenyak (nyenyak), mengantuk, bangun
(tenang), waspada aktif, dan menangis.
Bayi merespons faktor lingkungan internal dan eksternal dengan
mengendalikan input sensorik dan mengatur kondisi tidur-bangun
kemampuan untuk membuat transisi yang mulus antar negara disebut
modulasi keadaan. Kemampuan untuk mengatur keadaan tidur-bangun
sangat penting dalam perkembangan neurobehavioral bayi. Semakin bayi
belum matang, semakin sedikit dia mampu mengatasi faktor-faktor,
eksternal atau internal, yang mempengaruhi pola tidur-bangun.
Pengakuan dan pengetahuan tentang kondisi tidur-bangun adalah
penting dalam perencanaan asuhan keperawatan. Penting juga bagi
perawat untuk membantu orang tua dan pengasuh memahami pentingnya
respons perilaku bayi terhadap pengasuhan sehari-hari dan bagaimana
kondisi ini dapat diubah. Contoh klasiknya adalah bayi baru lahir yang
menyusu dengan kuat dalam keadaan siaga aktif tetapi kurang begitu
berkembang ke kondisi menangis.
Penilaian neurologis bayi baru lahir dalam keadaan siaga aktif akan
berbeda secara signifikan dari keadaan tidur nyenyak. Bayi baru lahir
biasanya menghabiskan tidur 16 sampai 18 jam sehari dan tidak harus
mengikuti pola ritme diurnal yang gelap-terang. Dengan bertambahnya
usia, keadaan tidur-bangun berubah, dengan meningkatnya jumlah waktu
yang dihabiskan dalam keadaan terjaga dan berkurangnya jumlah waktu
tidur. Sekitar 50% dari total waktu tidur dihabiskan dalam gerakan mata
yang tidak teratur atau cepat ( Hockenberry, 2015).
Salmiah, iti. 2018.”erawatan Gigi Natal dengan General Anastesi pada Bayi Usia 3
Bulan : Laporan Kasus. 1, 197 – 201. doi : 10.32734/tm.v1i1.68.